konflik yang berkaitan dengan upah minimum

Upload: deslita-ajjah

Post on 09-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

upah

TRANSCRIPT

Konflik yang berkaitan dengan upah minimumTuntutan modernisasi dan globalisasi memaksa setiap elemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Tak terkecuali dalam dunia industri. Penyesuaian yang dilakukan akan berdampak pada pihak-pihak yang berkepentingan. Di sinilah hubungan industrial memegang peranan penting dalam menjaga kepentingan pihak-pihak tersebut. Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan ( stake holders) atau pihak yang saling terkait atas proses produksi dan pelayanan jasa pada suatu perusahaan. Hubungan industrial berawal dari adanya hubungan kerja yang lebih bersifat individual antara pekerja dan pengusaha. Pengaturan hak dan kewajiban pekerja diatur melalui perjanjian kerja yang bersifat perorangan. Perjanjian kerja ini dilakukan pada saat penerimaan pekerja, antara lain memuat ketentuan mengenai waktu pengangkatan, persoalan masa percobaaan, jabatan yang bersangkutan, gaji (upah), fasilitas yang tersedia, tanggungjawab, uraian tugas, dan penempatan kerja. Hubungan industri melibatkan sejumlah konsep, seperti konsep keadilan dan kesamaan, kekuatan dan kewenangan, individualisme dan kolektivitas, hak dan kewajiban, serta integritas dan kepercayaan. Di tingkat perusahaan, pekerja dan pengusaha adalah dua pelaku utama dalam kegiatan hubungan industrial yang mempunyai hak yang sama dan sah untuk melindungi hal-hal yang dianggap sebagai kepentingannya masing-masin. Di satu sisi, pekerja dan pengusaha mempunyai kepentingan yang sama, yaitu kelangsungan hidup pekerja dan kemajuan perusahan, tetapi di sisi lain hubungan antar keduanya juga mempunyai potensi konflik. Hal yang dapat diperhatikan adalah berbagai permasalahan konflik atau perselisihan hubungan industrial baik pada tingkat ringan hingga kompleks. Terlebih selama Reformasi di Indonesia mulai bergulir, gerakan serikat pekerja (SP) baik berbentuk federasi, tingkat nasional maupun tingkat perusahaan (SPTP) sendiri, terlihat lebih mencolok. Pekerja terus menuntut, pengusaha terus berdalih, pemerintah terus mengubah peraturan-peraturan namun tidak menyelesaikan masalah. Konflik pekerja dengan pengusaha, atau dengan pemerintah, berkisar antara permasalahan kebijakan mengenai outsourcing, penggajian, jaminan sosial, Pemutusan Hubungan Kerja.Situasi ekonomi yang tidak menentu seperti saat ini, persaingan untuk menarik investor dengan beberapa negara lain menjadi sangat ketat, masing-masing negara berusaha keras untuk menawarkan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif. Para pengusaha pun dalam menjalankan usahanya tidak mau dirugikan dengan berbagai biaya yang telah mereka keluarkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah memindahkan biaya produksi tersebut pada pekerja. Bagi pengusaha, upah pekerja merupakan biaya produksi yang paling lentur, sehingga jauh lebih mudah menekan upah daripada harus berhadapan dengan kekuatan birokrasi dan pasar. Cara lain dengan outsourcing, bahkan pemutusan hubungan kerja. Hal ini tentu menyebabkan tekanan bagi pihak pekerja. Sebagai konsekuensinya konflik pun tidak pernah terelakkan.Data tentang pemogokan di Indonesia selama tahun 2007 (Sutinah,dkk) sebanyak 150 kasus pemogokokan dengan melibatkan 135.297 tenaga kerja dan menghilangkan jam kerja sebanyak 1.161.413 jam. Sementara pada bulan Januari dan Februari tahun 2008 terdapat sebanyak 14 kasus pemogokan dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 17.875 orang dan sebanyak 126.525 jam kerja yang hilang. Ditemukan pula sebanyak 190 kasus perselisihan hubungan industrial.Upah Minimum Regional (UMR) merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. KOmponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang (belum menikah). Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) (http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum_regional) 1Ketika berbicara tentang perbedaaan penetapan UMR di suatu daerah atau provinsi tentu didasarkan atas harga kebutuhan pokok di suatu daerah, inilah yang menjadi letak perbedaan UMR antar daerah. Memang besarnya Rupiah yang diterima buruh antar daerah yang berbeda tidak dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan buruh di suatu daerah, seperti contoh perbedaan UMR di Jakarta dan di Cilacap di atas, karena ukuran standar hidup yang berbeda pula. Dalam kebijakan penetapan UMR, para pengusaha tentu berpikir rasional mereka tidak serta merta mau meningkatkan usulan kenaikan UMR alasannya tentu efisiensi produksi. Ketika buruh di masukan ke dalam faktor produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input sedangkan hasil dikenal dengan output. Hubungan kedua variabel ini dapat dinyatakan dengan persamaan, sebagai berikut:

Q= f (K, L, R, dan T)

Q adalah output, sedangkan K, L, R, dan T merupakan input. Input K adalah jumlah modal. L adalah jumlah tenaga kerja, N adalah jumlah sumber daya alam, dan T adalah teknologi. Besarnya jumlah output yang dihasilkan tergantung dari penggunaan input-input tersebut. Jumlah output dapat dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penggunaan jumlah input K, L, dan N atau meningkatkan teknologi. Untuk memperoleh hasil yang efisien, produsen dapat melakukan pilihan penggunaan input yang lebih efisien (DR. Wilson Bangun, S.E, M.Si, Teori Ekonomi Mikro) 2.Konsep faktor produksi seperti yang inilah berlaku sekarang ini hak-hak buruh sebagai pekerja akan diabaikan para pengusaha akan menekan UMR seminimal mungkin, alasannya dengan menekan harga buruh yang rendah tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha itu akan lebih tinggi. Selain konsep buruh sebagai faktor produksi tadi, inti permasalahan utama adalah sistem ekonomi yang mengaturnya yaitu Kapitalisme. Kapitalisme akan selalu memihak para pemilik modal, undang-undang dan regulasi dibuat senyaman mungkin untuk melindungi para pemilik modal dan kekuasaan.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji dan upah, yaitu:1. Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang bekerja.2. Kemampuan perusahaan.3. Sifat pekerjaan.4. Peraturan upah minimum.5. Hubungan dengan gaji lain.6. Kelayakan negosiasi gaji.7. Biaya hidup lokal.

Daftar pustakaSutinah, Konflik Industrial. Jurnal Unair: journal.unair.ac.idFachri, Saeful. Juli 2012. UMR sebagai masalah ketenagakerjaan. http://saeful-fachri.blogspot.com/2012/07/umr-sebagai-masalah-ketenagakerjaan.html. diakses1 Juni 2014.http://rayschool.files.wordpress.com/2013/09/tugas-hub-industrialis-final.dochttp://xa.yimg.com/kq/groups/23389461/38362015/name/bab+II.dochttp://ayurai.dosen.narotama.ac.id/files/2012/08/[email protected]://www.djsn.go.id/RESUME%20JANUARI%202012.dochttp://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Penetapan-Upah-Minimum-dalam-Hubungan-Industrial.doc