konflik

Upload: sugi-anto

Post on 14-Jul-2015

65 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PERILAKU KEORGANISASIAN

MODUL 9

KONFLIK ( CONFLICT )

OLEH

MEDRI DARAN

PROGRAM KELAS KARYAWAN FAKULTAS EKONOMI - JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2009 MODUL 9

2

KONFLIK

KONFLIK adalah suatu proses yang mulai dengan bila satu pihak merasakan atau mempersepsi bahwa satu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negative, atas sesuatu yang disukai pihak pertama. Transisi dari pemikiran/pandangan tentang konflik:

Pandangan tradisional (the traditional view) Konflik dipandang sebagai

secara negatif, dan disinonimkan dengan istilah seperti kekerasan, destruksi, ketidakrasionalan demi memperkuat konotasi negatifnya. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan, dan kepercayaan antara orang-orang, dan kegagalan para manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan. Jadi suatu keyakinan/pandangan bahwa semua konflik berbahaya, merugikan dan harus dihindari ( pandangan ini mendominasi teori konflik sebelum dasawarsa 1950an)

Pandangan hubungan manusia ( the human relation view) konflik dipandang

sebagai peristiwa yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi karena konflik itu tidak terelakkan, aliran hubungan antar manusia, serta me-rasionalkan eksistensinya sehingga tidak dapat dihilangkan, dan bahkan adakalanya bermanfaat pada kinerja individual/kelompok ataupun organisasi. Jadi keyakinan bahwa konflik merupakan hasil wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok, suatu peristiwa alamiah dalam semua kelompok dan organisasi.(pandangan ini mendominasi teori konflik setelah dasawarsa 1950an) .

Pandangan Interaksionis ( the interaction view) konflik dipandang atas dasar

bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi apatis, stress, tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

karena itu sumbangan utama dari pendekatan ini mendorong pemimpin kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat minimal berkelanjutan dari suatu konflik sehingga cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis-diri dan kreatif. Konflik bukan saja hanya merupakan suatu kekuatan yang positif dalam sebuah kelompok, tetapi mutlak perlu bagi sebuah kelompok agar bekerja secara efektif Menurut pandangan ini adalah tidak tepat (atau bahkan naf) bila mengatakan bahwa semua konflik itu baik atau buruk, jadi sangat tergantung pada tipe konflik itu sendiri. Dalam modul ini konflik dibahas dalam pandangan interaksionis yang dibedakan atas konlik fungsional dan disfungsional. Functional vs Dys-functional Conflict.

3

Konflik fungsional (functional conflict) konflik yang mendukung tujuan

kolompok dan memperbaiki kinerja kelompok. Jadi setiap konflik yang terjadi yang berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja.. Mendukung tujuan kelompok. Memperbaiki kinerja atau prestasi kelompok.

Konflik disfungsional (dys-functional conflict) setiap konflik yang terjadi yang Menurunkan prestasi kelompok Menghambat pertumbuhan atau ketidak cocokan potensial.

berpengaruh negative, menghambat dan menghalangi peningkatan kinerja.

-

Kriterium yang meperbedakan konflik fungsional dari dis-fungsional adalah kinerja kelompok. Karena kelompok-kelompok ini eksis untuk mencapai satu atau lebih tujuan, maka dampak konflik pada kelompok itu ( bukan pada setiap anggota ) yang menentukan ke-fungsionalan-nya. Dampak dari konflik pada individu dan kelompok jarang bersifat saling mengecilkan, jadi cara individu mempersepsikan suatu konflik berpengaruh penting terhadap suatu kelompok. Tipe konflik ( Types of Conflict ) :

Task Conflict relates to the content and goals of the work. Relationship Conflict focused on interpersonal relationship. Process Conflict relates to how the work gets done MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

4Gambar 1 : Model/proses konflik :

Stage 1Potential opposition or incompatibili ty :

Stage 2Cognition & personalizati on :

Stage 3Intentions : Conflict handling intentions :1. Competing. 2.Collaborating.

Stage 4Behavior : Other conflict :

Stage 5 Outcomes1. increased group performance or. 2. Decreased group performance

1.Commun ication. 2.Structur e. 3.Personal variables

1. Personal conflict or. 2.Felt conflict

3.Compromisi ng. 4.avoiding 5.accomodatin g

1. Partys behavior or. 2. Others reaction

Stage 1. :Faktor utama penyebab konflik (Potential Opposition & Incompatibility. Kondisi yang menciptakan kesempatan untuk munculnya konflik. Kondisi itu tidak perlu langsung mengarah ke konflik tetapi salah satu kondisi perlu jika kondisi itu harus muncul atau dimunculkan. Pertentangan dan ketidakcocokan potensial yang didasarkan pada kondisi yang mendahului: Komunikasi Struktur Variabel pribadi Stage 2. Kognisi/Kesadaran dan Personalisasi:(Cognition and

Personalization

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

Jika kondisi-kondisi yang disebut pada tahap 1 mempengaruhi secara negative sesuatu yang diperhatikan oleh satu pihak, maka potensial untuk oposisi atau ketidakcocokan menjadi teraktualkan dalam tahap ke 2 menjadi :

5

Konflik yang dipersepsi (perceived conflict) kesadaran oleh

satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik, jadi belum terjadi dan masih dipersepsikan akan terjadi.

Konflik yang dirasakan. (felt conflict) pelibatan emosional

dalam suatu konflik yang menciptakan suatu kecemasan, ketegangan, frustrasi, dan permusuhan (efek negative)

Stage 3.

Maksud (intentions).

Intensi merupakan keputusan-keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dalam suatu episode konflik, mengacu pada dimensi kekooperatifan dan ketegasan.. Gambar 2 : Dimensi Niat Menangani Konflik (conflict handling)Tinggi Bersaing Bekerja sama

Ketegangan

Berkompromi

Menghindar

Menyesuaikan

Rendah Rendah Kerja sama Tinggi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

Stage 4.

Perilaku (Behavior).

6secara setiap terang-terangan pihak. Tetapi berupaya untuk ini perilakuperilaku

Tahap ini merupakan pusat perhatian karena disinilah konflik itu tampak secara nyata yaitu perilaku mencakup pernyataan, tindakan, reaksi, yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya

melaksanakan

maksud-maksud

mempunyai suatu kualitas rangsangan yang terpisah dari setiap maksud yang sebenarnya, sehingga hasil perhitungan atau tindakan yang tidak terampil kadang kala menyimpang dari maksud-maksud yang sebenarnya. Gambar berikut menjelaskan intensitas kontinum konflik mulai dari yang bersifat menghancurkan (annihilatory conflict) ke yang bersifat tidak ada konflik (no conflict) Gambar 3 : Kontinum Intensitas Konflik (Conflict Intensity Continuum)Upaya terang-terangan untuk menghancurkan pihak lain Serangan fisik yang agresif Ancaman Serangan kata-kata yang tegas Menanyakan atau menantang orang lain secara terang-terangan Pertentangan atau kesalahpahaman kecil

Konflik yang menghancurkan

Tidak ada konflik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

7Stage 5. Hasil (outcomes) Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan kosekuensi yaitu berpengaruh terhadap peningkatan kinerja atau bersifat positif disebut dengan konflik fungsional, sebaliknya berpengruh terhadap penurunan kinerja atau bersifat negative disebut dengan konflik dis-fungsional.

-

Prestasi kelompok yang meningkat (increased group performance) Memperbaiki kualitas keputusan. Merangsang kreativitas dan inovasi Mendorong perhatian/minat dan keingintahuan Membantu perkembangan lingkungan Mengembangkan diri sendiri Prestasi kelompok yang menurun (decreased group performance) Mengembangbiakkan perasaan tidak senang. Mengancam kelangsungan hidup Mengurangi kekompakan/kepaduan (cohesiveness) kelompok Memperlambat komunikasi.

-

-

Jenis Konflik Dalam Organisasi :1. Konflik Dalam Diri Seseorang Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya. 2. Konflik Antar Individu Konflik antar individu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan. 3. Konflik Antar Anggota Kelompok Suatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik subtantif. 4. Konflik Antar Kelompok Konflik antar kelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian produksi misalnya menginginkan adanya jadwal produksi yang tepat dan standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sedangkan bagian pemasaran menginginkan adanya jadwal produksi yang fleksibel, sehingga mampu mengikuti fluktuasi permintaan pasar. 5. Konflik Intra Organisasi Konflik intra organisasi meliputi 4 sub jenis yaitu konflik vertical, horizonal, lini staf, peran konflik vertical terjadi antara manajer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang memiliki hirarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini staf yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf (staf ahli) dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. 6. Konflik Antar Orgnaisasi Konflik bisa juga terjadi antara organisasi karena mereka memilik

8

ketergantungan satu sama yang lain terhadap pemasok, pelanggan, mapun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap organisasi yang lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital organisasi.

Konflik Dalam Organisasi1. Konflik Yang Bersifat Laten Konflik yang terjadi tidak seketika, tetapi potensi untuk munculnya konflik untuk dalam organisasi tetap ada yaitu bersifat laten, oleh karena operasi organisasi itu sendiri. Menurut model ini, bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi karena adanya deferensiasi secara vertical dan horizontal yang mengarah kepada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

pembentukan subunit yang berbeda dengan tujuan yang berbeda dan bahkan seringkali terjadi dengan persepsi yang berbeda tentang cara terbaik untuk mencapai tujuan. 2. Konflik Yang Diperspsikan Tahap kedua dari konflik terjadi ketika suatu kelompok atau subunit menganggap atau mempunyai persepsi bahwa tujuannya mulai dihalangi oleh tindakan dari kelompok yang lain. Dalam tahap ini masing-masing subunit atau kelompok mulai menentukan mengapa konflik itu muncul dan menganalisis kejadian-kejadian yang menyebabkannya. Masing-masing kelompok mencari asal mula timbulnya konflik dan membuat suatu skenario yang menerangkan masalah-masalah yang dialami dengan subunit yang lain. 3. Konflik Yang Dirasakan Pada tahap ini, subunit atau kelompok yang sedang mengalami konflik dengan cepat mengembangkan tanggapan emosional kearah satu sama lainnya, khususnya subunit yang memiliki hubungan dekat dan mengembangkan suatu pertentangan. Secara mental dan menyalahkan subunit atau kelompok yang lain. Selagi konflik meningkat, kerjasama diantara subunit atau kelompok menturun dan demikian pula hanya efektivitas organisasi juga menurun. 4. Konflik yang Dimanifestasikan Tahap keempat dari konflik model pandy terjadi jika suatu subunit kembali mencoba untuk menghalangi tujuan dari subunit yang lainnya, wujud dari konflik pada tahap keempat ini bisa bermacam-macam. Agesi secara terbuka antar kelompok yang mengalami konflik adalah yang paling sering terjadi. Pergolakan yang terjadi pada para pucuk pimpinan yang sering terjadi karena seseorang berupaya mempromosikan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain dalam organisasi tersebut. 5. Ekor Konflik Setiap tahapan dari konflik meninggalkan suatu buntut konflik yang berpengaruh terhadap cara masing-masing kelompok bereaksi terhadap konflik yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. jika konflik dapat dipecahkan

9

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

sebelum

mencapai

tahap

konflik

manifestasi,

maka

buntut

konflik

akan

10

meningkatkan hubungan kerja yang baik di masa yang datang. Jika konflik yang terjadi tidak teratasi sampai akhir dari tahap konflik manifestasi, ekor konflik akan mengakibatkan hubungan kerja yang tidak baik di waktu yang akan datang. Sumber-Sumber Konflik 1. Saling Ketergantungan Tugas Ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih kelompok tergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugasnya. Potensi menigkatnya konflik tergantung pada sejauh mana kadar dari saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, semakin tinggi kemungkinan timbulnya konflik, ada 3 jenis ketergantungan yang diidentifikasi, tergantungan yang dikelompokan, ketergantungan berurutan, dan ketergantungan timbal balik. a. Ketergantungan yang dikelompokkan Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika masing-masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi secara keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah. b. Ketergantungan berurutan Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok beru dapat memulai tugasnya jika kelompok yang lainnya telah menyelesaikan tugasnya. Ketergantungan seperti ini sangat potensial menimbulkan adanya konflik. c. Ketergantungan timbal balik Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok saling tergantung antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Saling ketergantungan timbal balik terjadi pada berbagai organisasi, seperti berbagai unit dalam lembaga rumah sakit. 2. Perbedaan Tujuan dan Proriatas Perbeadaan orientasi dari masing-masing sub unit atau kelompok

mempengaruhi secara dari masing-masing subunit atau kelompok mengejar

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

tujuannya, dan seringkali tujuan dari masing-masing subunit atau kelompok tersebut saling bertentangan. 3. Faktor Birokrasi (Lini Staf) Jenis konflik birokratik yang bersifat klasik adalah konflik antara fungsi atau

11

wewenang garis dan staf. Fungsi atau wewenang garis adalah terlibat secara langsung dalam menghasilkan keluaran organisasi. Manajer lini dan garis mempunyai wewenang dalam proses pengembalian keputusan dalam lingkup bidang fungsionalnya. 4. Kriteria penilaian Prestasi Yang Saling Bertentangan Kadang kala konflik antara subunit atau kelompok dalam oganisasi tidak disebabkan oleh karena tujuan yang sering bertentangan, tetapi karena cara organisasi dalam menilai prestasi yang dikatakan dengan perolehan imbalan membawanya ke dalam konflik. 5. Persaingan Terhadap Sumber Daya Yang Langka Persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan menimbulkan konflik manakala sumber daya yang tersedia secara berlimpah sehingga masingmasing subunit dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika sumber daya yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masingmasing subunit atau kelompok maka masing-masing subunit atau kelompok berupaya untuk mendapatkan porsi sumber daya yang langka tersebut lebih besar dari yang lain maka konflik mulai muncul.

6. Sikap Menang Kalah Ada sejumlah kondisi yang memungkinkan terjadinya sikap menang-kalah : a. Jika satu kelompok hanya mengejar kepentingan. b. Jika kelompok tertentu mencoba untuk meningkatkan kekuasaan posisinya. c. Jika kelompok tertentu menggunakan ancaman untuk mencapai tujuannya. d. Jika kelompok tertentu selalu berusaha untuk mengekploitasi kelompok yang lainnya. e. Jika kelompok tertentu berusaha mengisolasi kelompok yang lainnya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

Dampak Konflik Terhadap Perilaku Kelompok 1. Perubahan Perilaku Yang Terjadi Interen Kelompok Itu Sendiri

12

Ketika dua kelompok terlibat dalam konflik antar kelompok maka perubahan perilaku yang mungkin terjadi secara interen masing-masing kelompok adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya kohesivitas atau kepaduan Konflik, persaingan, maupun ancaman dari luar biasanya menyebabkan anggota kelompok mengesampingkan adanya perbedaan-perbedaan diantara mereka. Anggota kelompok menjadi lelah loyal terhadap kelompoknya dan lebih terikat pada tujuan kelompoknya. Begitu juga norma-norma kelompok pada umumnya lebih dihormati b. Meningkanya Loyalitas Ketika suatu kelompok mendapat ancaman dari kelompk yang lainnya, maka masing-masing anggota kelompok dituntut untuk menigkatkan loyalitasnya. Pengorbanan pribadi dari anggota kelompok sangat dihargai dan diharapkan oleh kelompoknya. c. Meningkatnya kepemimpinan yang bersifat otokratis Di dalam situasi yang normal, gaya kepemimpinan demokratis yang lebih disukai karena dengan kepemimpinan demokratis memungkinkan anggota kelompok berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan untuk memuaskan kebutuhan akan keterlibatan dan afiliasi. d. Orientasi Aktivitas Kelompok yang sedang mengalami konflik cenderung memfokuskan dirinya pada pencapaian tujuan kelompoknya, anggota kelompok sangat perduli terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. e. Penilaian Berlebihan Persepsi anggota kelompok menjadi cacat karena mereka cenderung menilai prestasi kelompoknya secara berlebihan dan merendahkan prestasi lawannya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

2. Perubahan Yang Terjadi Diantara Kelompok

13

Konflik antar kelompok salain menimbulkan adanya perubahan intern kelompok itu sendiri juga menimbulkan adanya perubahan yang terjadi diantara kelompok tersebut: a. Menurunnya Komunikasi Ketika kelompok sangat membutuhkan komunikasi yang bersifat terbuka, agar memungkinkannya untuk berdiskusi memecahkan permasalahan untuk menyelesaikan konflik proses komunikasi menjadi tegang selagi konflik meningkat komunikasi menjadi semakin menurun. b. Penyimpangan persepsi Konflik menciptakan kecurigaan dan menjauhkan seseorang dari persepsi yang benar terhadap kelompok lawan. Anggota kelompok menganggap bahwa segala sesuatu tentang kelompoknya selalu baik, dan segala sesuatu tentang kelompok lawan adalah jelek. c. Stereotip yang negatif Anggota dari suatu kelompok cenderung menciptakan persepsi yang negatif terhadap kelompok lawan. Ciri-ciri negatif dipergunakan untuk memojokkan kelompok melawan seperti tamak, tidak jujur, tidak bersahabat dan lain sebagainya.

Mengelola Konflik Antar Kelompok 1. Strategi Penghindaran Strategi menghindarkan pada umumnya tidak mempertimbangkan sumbersumber konflik tetapi membiarkan konflik tetap ada dalam kondisi yang terkendali dua strategi penghindaran yang dapat dilakukan adalah mengabaikan konflik yang terjadi dalam melakukan pemisahan secara fisik.

a. Mengabaikan konflik; Jika konflik yang terjadi tidak begitu berat dan tidakberbahaya, manajer/pimpinan biasanya mengabaikanya dan seakan-akan konflik tersebut tidak ada.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN

b. Pemisahan secara fisik; Jika dua kelompok yang bermusuhan secara fisikStrategi pemisahan secara fisik efektif hanya jika kedua kelompok tidak memerlukan adanya interaksi dan pemisahan mengurangi gejala dari konflik. 2. Strategi Intervensi Kekuasaan

14

dipisahkan maka permusuhan dan agresi secara terbuka dapat dikurangi.

Ketika kelompok-kelompok yang sedang mengalami konflik tidak mampu menyelesaikan konflik yang terjadi antar mereka, beberapa bentuk dari penggunaan kekuasaan dapat dipergunakan:

a. Menggunakan perintah otoritatif dan penerapan peraturan; Jika konflik yangterjadi terlalu besar untuk diabaikan, maka manajer atau pimpinan yang lebih tinggi dapat mengendalikan atau menyelesaikan konflik dengan menggunakan perintah otoritatif.

b. Manuver politik; Dua kelompok yang mengalami konflik dapat memutuskan untukmengakhiri konflik dengan melakukan manuver-manuver politik dimana masingmasing kelompok mencoba untuk menghimpun kekuatan untuk memaksa kelompok yang lainnya. 3. Strategi Penggembosan Strategi penggembosan mencoba untuk mengurangi tingkat emosional dan kemarahan dari konflik pihak-pihak yang sedang mengalami konflik. Focus dari strategi penggembosan umumnya hanya pada permukaannya.

Refferences : Gibson, James L, Ivancevich, John M, Donnelly Jr, James H (2000), Organizations, Behavior, Structure, Processes, 10th Edition, Irwin Mc.Graw Hill, USA. Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and

Application,12th Edition, Prentice Hall, USA.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

MEDRI DARAN PERILAKU KEORGANISASI AN