kondisi air tanah pada tempat pembuangan akhir
DESCRIPTION
kondisi air tanah pada tempat pembuangan akhirTRANSCRIPT
[1]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
1
KONDISI AIR TANAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
APA ITU AIR TANAH?
Air tanah adalah semua air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
merupakan salah satu sumber daya air selain air sungai dan air hujan. Air tanah
juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun
untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan
air tanah telah mencapai ± 70%.
KERUSAKAN SUMBER AIR
Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti
kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan
dalam mempengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut di atas tentu saja perlu
dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air tanah di kawasan
sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan adalah:
Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan
pemukiman penduduk akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaan air
tanah.
Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara
memperoleh sumber air.
Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam
pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.
[2]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
2
PERMASALAHAN AIR TANAH
Air tanah, khususnya untuk pemakaian rumah tangga dan industri, di wilayah urban dan
dataran rendah memiliki kecenderungan untuk mengandung kadar besi atau asam
organik tinggi. Hal ini bisa diakibatkan dari kondisi geologis Indonesia yang secara
alami memiliki deposit Fe tinggi terutama di daerah lereng gunung atau diakibatkan
pula oleh aktivitas manusia. Sedangkan air dengan kandungan asam organik tinggi bisa
disebabkan oleh adanya lahan gambut atau daerah bakau yang kaya akan kandungan
senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kadar besi tinggi atau kandungan
senyawa organik tinggi bisa dilihat sebagai berikut :
Air mengandung zat besi
Air dengan kandungan zat besi tinggi akan menyebabkan air berwarna kuning. Pertama
keluar dari kran, air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan berubah warna
menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal dari sumber air sebelum
keluar dari kran berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan
teroksidasi menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
Air kuning permanen
Air kuning permanen biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang kaya
akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi tinggi, air
kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari kran sampai
beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning.
Cekungan Air Tanah (CAT)
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk menjaga
keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan memiliki suatu
sistem monitoring penggunaan air tanah yang dapat divisualisasikan dalam data spasial
dan atributnya. Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah
disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
[3]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
3
Lapisan di dalam bumi yang dengan mudah dapat membawa atau menghantar air
disebut lapisan pembawa air, pengantar air atau akufir, yang biasanya dapat merupakan
penghantar yang baik yaitu lapisan pasir dan kerikil, atau di daerah tertentu, lava
dan batu gampil.
Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah itu berlangsung akibat
curah hujan, yang sebagian meresap kedalam tanah, bergantung pada jenis tanah
danbatuan yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap kedalam bumi dalam
jumlah besar atau kecil, ada tanah yang jarang dan ada tanah yang kedap. Kesarangan
(porositip) tidak lain ialah jumlah ruang kosong dalam bahan tanah atau batuan,
biasanya dinyatakannya dalam persen. bahan yang dengan mudah dapat dilalaui air
disebut lulus. Kelulusan tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya
bahan itu dilalui air. Pasir misalnya, adalah bahan yang lulus air melewati pasir kasar
dengan kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng, angka ini lebih kecil,
tetapi dalam kerikil lebih besar.
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA)
Tempat pemrosesan akhir (TPA) ialah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan
bentuk tertua perlakuan sampah.
TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah
membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh
produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum untuk limbah
buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut
bisa beragam: musibah fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat);
pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA);
pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana
adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan
dapat membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit
[4]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
4
seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum
di Dunia Ketiga; jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau
busuk, kutu, atau polusi suara).
KONDISI AIR TANAH PADA LAHAN TPA
Peningkatan kompleksitas jenis maupun komposisi sampah, sejalan dengan semakin
majunya kebudayaan, memerlukan penanganan dan pengelolaan sampah yang baik,
sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan kesetimbangan lingkungan
yang dapat menurunkan mutu lingkungan baik terhadap tanah, air, maupun udara.
Proses dekomposisi sampah rumah tangga akan menghasilkan gas-gas cairan yang yang
disebut air lindi-an sampah (leachete) dengan kandungan bahan kimia organik dan non-
organik dengan kadar yang sangat tinggi, seperti ion CI -, NO3-, SO4
2-, HCO3-, dan logam
berat. Air lindian sampah (leachate) dengan kandungan bahan kimia organik dan non
organik yang sangat tinggi, apabila bercampur dengan air tanah akan mengakibatkan
terjadinya pengenceran dan pergerakan sampai radius tertentu, dan terus berlanjut
menyebar membentuk suatu pola searah dengan pergerakan air tanah (leachete plume).
Teknologi untuk pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah dapat berupa sistem
sanitary landfill dan sistem open dumping. Umumnya TPA yang ada di Indonesia
menggunakan sistem open dumping, baru sedikit yang telah menerapkan sistem
sanitary landfill. Pada sistem open dumping, sampah ditimbun tanpa membutuhkan
pengelolaan dan tanah penutup, sedangkan pada sistem sanitary landfill sampah
ditimbun berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup
yang dilengkapi dengan kolam pengolah air lindi.
Permasalahan yang sering timbul dari suatu TPA dengan sistem open dumping maupun
sanitary landfill saat ini adalah pencemaran terhadap air tanah oleh air lindi (leachate).
Masalah ini dapat timbul, sekalipun pada sistem sanitary landfill, akibat karakteristik
lokasi TPA yang tidak memenuhi persyaratan hidrogeologi yang telah ditentukan.
Persyaratan hidrogeologi yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi sebuah TPA
diantaranya adalah jenis tanah / batuan yang akan dijadikan alas dari TPA harus
mempunyai nilai konduktivitas hidrolika (k) lebih kecil dari 10-6 cm/detik (SNI 03-
3241-1994) dan jarak dari dasar TPA ke muka air tanah tidak kurang dari 10 meter
(DGTL, 2004). Di sisi lain, umumnya lokasi TPA di Indonesia masih terlalu dekat
[5]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
5
dengan kawasan pemukiman, sehingga proses pencemaran air tanah yang dapat terjadi
di sekitar lokasi TPA sangatlah berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Pada setiap TPA sampah biasanya difasilitasi oleh sistem pengolahan air lindi, tetapi
masih banyak yang belum memenuhi standar sehingga air lindi masih dapat meresap
masuk ke dalam daerah air tanah dan mencemarinya. Jika di dekat TPA terdapat
perumahan warga yang menggunakan air tanah sebagai kebutuhan air bersihnya, maka
hal ini akan menjadi masalah yang serius karena air lindi akan mengkontaminasi sumur-
sumur warga yang berada di sekitarnya.
LANGKAH PENCEGAHAN AIR LINDI MERESAP KE TANAH
Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di dasar
TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di
seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding.
Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik
sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan
lapisan sintetis seperti geomembrane setebal 5 mm dengan konsekuensi biaya yang
relatif tinggi.
Fasilitas Pengamanan Lindi
Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi yang
dapat terbuat dari : perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan
kemiringan dasar TPA. Sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai dasar TPA akan
bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang
disediakan.
Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya
dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Kolam
penampung lindi harus kedap air dan tahan asam. Pengolahan lindi dapat menerapkan
beberapa metode diantaranya: penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan
kondisi iklim kering, sirkulasi lindi ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik
kuantitas maupun kualitas pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya
pengolahan air limbah.
[6]DELLA SYAHBANI A – F 111 12 035
6
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tanah diakses pada 31/03/2015 18:21
http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan_akhir diakses pada 31/03/2015 18:25
http://www.meteo.itb.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/12808023-sec.pdf diakses pada
01/04/2015 10:09
http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/777282715_tpa.pdf diakses pada
01/04/2015 10:35