unud-256-1225324117-respons masyarakat setempat terhadap keberadaan tempat pembuangan akhir di desa...

Upload: renny-desiana

Post on 07-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    1/240

    TESIS

    RESPONS MASYARAKAT SETEMPAT

    TERHADAP KEBERADAAN

    TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR DI DESA TEMESI

    KABUPATEN GIANYAR

    I MADE PUTRA ARIANA

    NIM 0890261030

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

    i

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    2/240

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    3/240

     Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    PADA TANGGAL 27 JULI 2011

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Ir. I D.K Harya Putra, M.Sc.,Ph.D. Dr. Putu Sukardja, M.Si

     NIP. 19480813 197503 1 001 NIP. 19520622 198503 1 001

    Mengetahui

    Ketua Program S2 Kajian Budaya Direktur,

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana, Universitas Udayana,

    Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)

     NIP. 19430521 198303 2 001 NIP. 19590215 198510 2 001

    iii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    4/240

     

    TESIS INI TELAH DIUJI

    Oleh Panitia Penguji Tesis

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

     pada Tanggal 27 Juli 2011

    Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

     No : 1170/UN.14.4/HK/2011 tanggal 11 Juli 2011

    Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah :

    Ketua : Prof. Ir. I D.K Harya Putra, M.Sc.,Ph.D.

    Anggota :

    1.  Dr. Putu Sukardja, M.Si

    2.  Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S

    3.  Prof. Dr. I Gde Semadi Astra

    4. 

    Dr. I Gede Mudana, M.Si

    iv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    5/240

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena

    rahmat-Nya, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan pada waktunya untuk memenuhi

     persyaratan dalam menyelesaikan studi Strata-2 pada Program Studi Magister

    Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana, dengan judul tesis

    Respons Masyrakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir

    di Desa Temesi Kabupaten Gianyar.

    Tulisan ini dapat terselesaikan berkat bantuan maupun kerja sama berbagai

     pihak. Sehubungan dengan itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

     penghargaan yang tulus semoga Tuhan membalas segala budi baik yang telah

    diberikan kepada penulis, secara khusus kepada :

    (1)  Prof. Ir. I D.K Harya Putra, M.Sc.,Ph.D. selaku pembimbing I yang

    telah memotivasi dan mengarahkan penulis dengan penuh

    kekeluargaan, dan Dr. Putu Sukardja, M.Si, selaku pembimbing

    II yang memberi arahan dalam penyelesaian tesis ini.

    (2)  Terima kasih para penguji tesis kepada Prof. Dr. Emiliana Mariyah,

    M.S, Prof. Dr. I Gde Semadi Astra dan Dr. I Gede Mudana, M.Si

    yang telah memberikan arahan untuk kesempurnaan tesis.

    (3)  Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S, Ketua Program Studi Magister

    Kajian Budaya Program Studi Pascasarjana Universitas Udayana dan

    Sekretaris Dr. I Wayan Redig yang telah memberikan peluang

    seluas-luasnya kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program

    Studi Magister Kajian Budaya di Universitas Udayana ini.

    v

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    6/240

    (4)  Para informan anggota Masyarakat Desa Temesi dan Anggota

    Subak Temesi Gianyar serta informan pendukung lainnya yang

    sangat membantu penulisan ini.

    (5)  Kepada staf administrasi dan staf perpustakaan S2 Kajian Budaya

    yang telah memberikan kemudahan dalam penulis sebagai

    karyasiswa di program Kajian Budaya.

    (6)  Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman

    Angkatan "de ngaden awak blog" Kajian Budaya Bali 2008, teman-

    teman seperjuangan kelas sore dan pagi, yang selalu memberikan

    masukan dan dorongan moral kepada penulis.

    (7)  Terima kasih yang tidak terhingga kepada istri tercinta

     Ni Nyoman Budiani atas kesabaran dan dukungan moral selama

     penulis menempuh studi di Program Kajian Budaya. Kepada semua

    keluarga yang selalu memberi rasa nyaman dan mendoakan penulis.

    Akhirnya, meski dengan kerja keras untuk mewujudkan satu karya terbaik,

     penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan yang menjadi

    tanggung jawab penulis sendiri, semoga pembaca dapat memaklumi. Dengan

    rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca budiman

    untuk memberikan masukan dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaannya.

    Semoga tulisan ini memberikan sumbangan ilmiah serta bermanfaat bagi

     pengembangan keilmuan secara umum, khususnya kajian budaya.

    Denpasar , 06 Juni 2011Penulis

    vi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    7/240

    ABSTRAK

    Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang.

    Ruang tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan status kualitas hidupnya,

    yaitu dengan mengolah sumber daya, baik itu sumber daya alam ataupun sumber

    daya manusia itu sendiri. Disadari atau tidak, dalam proses pemanfaatan sumber

    daya itu, manusia menghasilkan sampah, dan sampah akan menyebabkan

     pencemaran lingkungan

    Keberadaan Tempat Pembuangan Akrhir (TPA) memang diperlukan oleh

    suatu daerah karena sampah senantiasa diproduksi oleh masyarakat. Selama

    masyarakat terus berkembang maka produksi sampah pun semakin besar. TPA

    sebagai terminal akhir sampah memerlukan ruang dalam menampungnya.

    Penempatan ruang itu tentunya memerlukan perencanaan dan pemikiran yang

    sangat matang dari pengelola serta sudah barang tentu pemerintah daerah sebagai pemilik dan penyedia fasilitas itu. Dibangunnya TPA Desa Temesi merupakan

    usaha pemerintah Kabupaten Gianyar dalam memberi pelayanan pengelolaan

    sampah kepada seluruh masyarakat Gianyar. Akan tetapi, hal tersebut telah

    menjadikan masyarakat desa Temesi mengalami keterpinggiran dan keterpurukan.

    Akibatnya timbul berbagai respons dari masyarakat setempat.

    Respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi

    Kabupaten Ganyar menarik untuk diteliti secara kajian budaya. Permasalahan

    yang dibahas mencakup pertanyaan-pertanyaan bagaimana, mengapa muncul dan

    apa dampak dan makna respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA

    Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Teori yang digunakan untuk mengkaji

     permasalahan-permasalan tersebut yaitu dengan menggunakan teori hegemoni,teori praktik, dan teori ekologi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

     pendekatan kualitatif melalui teknik analisi deskriptif-kualitatif dan interpretatif

    yang dibantu oleh teknik pengumpulan data yang mencakup wawancara,

    observasi, dan dokumentasi.

    Penelitian respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa

    Temesi Kabupaten Gianyar mencakup respons positif, respons negatif, persepsi,

    sikap dan perilaku masyarakat setempat, ketidaksiapan masyarakat setempat

    dalam menerima TPA yang merupakan bentuk pelayanan pemerintah kepada

    masyarakat Gianyar, upaya pemerintah kabupaten menciptakan suasana bersih,

    indah dan lestari serta kekawatiran masyarakat setempat akan ancaman kerusakan

    dan pencemaran lingkungan di Desa Temesi. Respons masyarakat setempatterhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar baik yang positif

    maupun negatif muncul dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor sosial-

     budaya, faktor ekonomi dan faktor kesehatan. Semua faktor tersebut berfungsi

    untuk mendorong timbulnya berbagai respons dari masyarakat setempat terkait

    keberadaan TPA di Desa Temesi. Respons masyarakat setempat terhadap

    Keberadaan TPA Temesi menghadirkan dampak dan makna yaitu, sosial-budaya,

    ekonomi dan ekologi.

    Kata Kunci: TPA Temesi, dampak, respons, masyarakat setempat

    vii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    8/240

    ABSTRACT

    Man during their activities can not be separated from their needs of land or space. The land is needed in their effort to improve their quality of life, such as by

     processing the available resources – the natural and human resources. Unavoidably,

    such processes generate wastes or garbage, which in turn, may cause environmental

     pollution.

    The presence TPA in any region is really required; wastes are continually

     produced by community. As the community undergo massive grow, more and more

    wastes must be disposed or processed accordingly. TPA is the final place to dispose

    wastes or garbage; its placement and construction should be planned accurately and

    then be managed properly. It is considered as a property belonging to local

    government.

    The construction and operation of TPA in the village of Temesi, Gianya

     

    Region is actually a kind of effort of the local government of Gianyar to solve

    garbage problem facing by various communities in this region; the ultimate target is

    to keep Gianyar clean. It is a wise and good decision of the local government.

    However, how the local people of Temesi respond to the presence of final depot of

    garbage in their area? The garbage depot certainly brings so many inconveniences to

    the local people in addition to positive impacts that may occur.

    The response of the local people of Temesi towards the presence of TPA is interested 

    to study or discover from cultural study point of view. The issues discussed include

    how and why they responded, what sort of impacts faced by them, and what are the

    meanings of responses shown by the local people. In the present study, theories of

    hegemony, conflict, practices, and unorthodox ecology were employed. Furthermore,

    a qualitative approach through descriptive-qualitative analysis and interpretative was

    used. Data collection was done by following interview, observation, and 

    documentation techniques.

    From the current study, we discovered responses including positive an

     

    d

    negative ones, perceptions, attitudes, and behavior of the local people. The local

     people are indeed aware that the construction and operation of TPA Temesi is aneffort of the government of Gianyar to create and maintain Gianyar as a clean and 

     beautiful region in Bali. It is an important task in order to keep Gianyar as one of the

     popular tourist destination. Nevertheless, the response of the local people are related 

    or influenced by many factors, such as social, cultural, economy as well as health

    consideration. These in turn resulted in impacts and their meanings in the field of

    social, cultural and ecology.

    Key words: TPA Temesi, impacts, responses, local community

    viii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    9/240

      RINGKASAN

    Jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah

    meningkatkan jumlah volume sampah, jenis dan keberagaman karakteristik

    sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan

     pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang

     pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar

    terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume

    sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak menggunakan

    metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat

    menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu

    kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, persawahan, sungai,

    dan yang lainnya

    Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa

    kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

    Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

    dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

    Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah dapat digolongkan menjadi: 1)

    sampah yang mudah membusuk, yang terdiri atas sampah organik seperti sisa

    sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk

    seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan, dan lain-lain; 3) sampah

    yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,

    seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit, yang mengandung zat-zat

    kimia dan agen penyakit yang berbahaya.

    Untuk mewujudkan Kabupaten Gianyar bersih dan hijau, Pemerintah telah

    mencanangkan berbagai program yang pada dasarnya bertujuan untuk mendorong

    dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah. Salah

    satunya adalah pendirian TPA. Pembangunan TPA di Desa Temesi telah mampu

    membantu pengelolaan sampah di Kabupaten Gianyar; terbukti dari beberapa kali

    mengantarkan Kota Gianyar meraih Tropi Adipura. Walaupun telah mendapat

    Tropi Adipura, bukan berarti tidak terdapat permasalahan sampah, dan

     pencemaran lingkungan, khususnya di sekitar TPA Desa Temesi. Keberadaan

    ix

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    10/240

    TPA Desa Temesi Kabupaten Gianyar telah menimbulkan berbagai respons dari

    masyarakat setempat, yang tidak jarang menimbulkan konflik berkepanjangan,

     baik dengan pengelola, pemerintah Daerah, dan juga dengan masyarakatnya

    sendiri.

    Respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi

    Kabupaten Gianyar menjadi menarik untuk diteliti dengan tiga rumusan masalah

    yang dinyatakan dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut:

    1. Bagaimana respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di

    Desa Temesi Kabupaten Gianyar?

    2. Faktor- faktor apa yang menyebabkan munculnya respons masyarakat

    setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten

    Gianyar ?

    3. Apa dampak dan makna respons masyarakat setempat terhadap

    keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar?

    Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian kualitatif yang

     pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi,

    dan perpustakaan dengan analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

    dan interpretatif dengan tiga teori yang digunakan secara efektif, yaitu teori

    hegemoni, teori praktik, dan teori ekologi.

    Berbicara mengenai hegemoni tentu tidak bisa lepas dari nama Antonio

    Gramsci. Menurut Gramsci, konsep hegemoni dipahami sebagai berikut:

    hegemoni sebuah kelas politik mengandung pengertian bahwa kelas tersebut telah

     berhasil membujuk kelas-kelas lainnya dalam masyarakat untuk menerima nilai-

    nilai moral, politik, maupun kulturalnya (Strinati, 2003: 189). Dinyatakannya,

     bahwa hegemoni merupakan sebuah upaya pihak elite penguasa yang

    mendominasi untuk menggiring cara berpikir, bersikap, dan menilai masyarakat

    agar sesuai kehendaknya. Sebuah kelas dikatakan telah berhasil, jika ia berhasil

    mempengaruhi kelas masyarakat yang lain untuk menerima nilai-nilai moral,

     politis, dan kultural. Konsep ini mengasumsikan sebuah konsen sederhana oleh

    mayoritas populasi untuk arah tertentu yang diusulkan oleh mereka dengan

    kekuatan. Bagaimanapun juga konsen ini tidak selalu aman dan damai, malahan

    x

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    11/240

    dapat mengkombinasikan kekuatan psikis atau koersi dengan pancingan atau

    dorongan intelektual, moral dan kultural. Konsen ini dapat dipahami sebagai

    “common  sense”, sebuah alam budaya di mana ideologi dominan dipraktekkan

    dan tersebar. Sesuatu yang muncul dari perlawanan kelas sosial dan membentuk

    serta mempengaruhi pikiran orang.

    Keberadaan TPA Temesi telah menyebabkan terjadinya berbagai respons

    dari masyarakat setempat, dan tidak jarang menimbulkan konflik di masyarakat

    akibat berbagai dampak negatif yang ditimbulkan. Keinginan masyarakat

    setempat terbebas dari hegemoni kekuasan pemerintah terkait keadaan lingkungan

    yang kotor, kumuh, dan kerusakan lingkungan di sekitar TPA, serta keinginan

    masyarakat membebaskan diri dari bentuk ketepurukan telah menimbulkan

    konflik di kalangan masyarakat. Teori hegemoni mengupas permasalahan

    respons masyarakat setempat terkait keberadaan TPA Temesi, dibantu teori

     praktik sosial dan teori ekologi.

    Pemikiran Pierre Bourdieu boleh dikatakan membuka tradisi baru dalam

    wacana sosiologi. Habitus dan ranah merupakan perangkat konseptual utama yang

    krusial bagi karya Bourdieu yang ditopang oleh ide lain, seperti kekuasaan

    simbolik, strategi, dan perebutan (kekuasaan simbolik dan material), beserta

     berbagai jenis modal (ekonomi, budaya, dan simbolik). Habitus adalah konsep

    kunci dalam memahami pemikiran Bourdieu, yang diartikan sebagai struktur

    kognitif yang memperantarai individu dan realitas sosial (Harker 1990 : xviii).

    Habitus merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu

     berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang berada

    dalam ruang sosial. Habitus mendasari ranah yang merupakan jaringan relasi

    antarposisi objektif dalam tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran

    individual. Ranah mengisi ruang sosial, yang mengacu pada keseluruhan konsepsi

    tentang dunia sosial. Sebaliknya praktik adalah produk dari relasi antara habitus

    dengan ranah, yang keduanya merupakan produk sejarah. Dalam ranah inilah ada

     pertaruhan kekuatan antarorang yang memiliki modal. Konsep modal dari

    Bourdieu lebih luas dari pada sekadar modal material, yakni bisa juga berupa

    modal ekonomi, modal intelektual maupun modal kultural. Karena itu, secara

    xi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    12/240

    ringkas Bourdieu menyatakan rumus generatif yang menerangkan praktik sosial

    dengan persamaan: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Rumus ini

    menggantikan setiap relasi sederhana antara individu dan struktur dengan relasi

    antara habitus dan ranah yang melibatkan modal.

    Teori Bourdieu ini, bisa dijadikan rujukan teori yang sesuai manakala

     peneliti melihat realitas kehidupan sosial dalam masyarakat di Desa Temesi

    Kabupaten Gianyar. Dalam pengelolaan lingkungan misalnya, mengapa para

     pengambil kebijakan tidak begitu peduli terhadap isu-isu kesehatan dan

    kelestarian lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat setempat khususnya

    kelas bawah. Teori Bourdieu inilah akan sangat relevan untuk membahas

     permasalahan yang kedua yaitu : faktor-faktor yang menyebabkan munculnya

    respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi.

    Hasil penelitian respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di

    desa Temesi ada beberapa hal, yang mencakup berbagai respons masyarakat, baik

    yang bersifat positif maupun negatif, persepsi masyarakat setempat baik positif

    dan negatif, serta berbagai sikap dan perilaku masyarakat setempat. Respons

    masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi, yang selama ini

    diiringi dengan protes dan konflik, tetapi tidak sampai pada tingkat yang

    membahayakan apalagi sampai menimbulkan kekacauan. Sebenarnya masyarakat

    setempat tidak siap dalam menerima keberadaan TPA tersebut, meskipun semua

    itu merupakan bentuk pelayanan Pemerintah Kabupaten Gianyar kepada seluruh

    maayarakat, tidak terkecuali masyarakat Desa Temesi itu sendiri. Di samping itu,

    itu merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan Kabupaten Gianyar yang

     bersih, asri dan indah. Akan tetapi sebagian besar masyarakat setempat

    menganggap TPA tersebut sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup

    mereka, karena akan menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    Masyarakat setempat dalam memberikan responnya terhadap keberadaan

    TPA di Desa Temesi disebabkan oleh beberapa faktor baik positif maupin negatif

    di antaranya faktor sosial-budaya, faktor ekonomi dan faktor kesehatan. Semua

    faktor tersebut saling terkait satu sama lainnya dan berfungsi untuk mendorong

    memunculkan respons masyarakat setempat. Munculnya berbagai respons

    xii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    13/240

    masyarakat setempat yang terkait keberadaan TPA di Desa Temesi merupakan

     penggambaran teori praktik sosial melalui konsep habitus, ranah, serta modal

    sebagai faktor pembentukan respons, persepsi, sikap dan perilaku masyarakat

    setempat di Desa Temesi .

    Dampak dan makna respons masyarakat setempat terhadap keberadaan

    TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar baik yang positf maupun negatif adalah

    dampak sosial-budaya, dampak ekonomi, dampak ekologi, makna sosisal-budaya,

    makna ekonomi, dan makna ekologi. Dampak dan makna respons masyarakat

    setempat itu dianalisis dengan menggunakan teori ekologi.

    xiii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    14/240

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL................................................................................................i

    PRASYARAT GELAR...........................................................................................ii

    LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

    UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................v

    ABSTRAK.............................................................................................................vii

    ABSTRACT..........................................................................................................viii

    RINGKASAN.........................................................................................................ix

    DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv

    DAFTAR TABEL..................................................................................................xx

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................xxi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................7

    1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................7

    1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................7

    1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................8

    1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................8

    1.4.1 Manfaat Teoretis.............................................................................................8

    1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................9

    xiv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    15/240

     BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KONSEP DAN MODEL

    PENELITIAN

    2.1 Kajian Pustaka..................................................................................................10

    2.2 Konsep ............................................................................................................16

    2.2.1 Respons Masyarakat Setempat......................................................................16

    2.2.1.1 Respons......................................................................................................16

    2.2.1.2 Masyarakat.................................................................................................21

    2.2.1.3 Masyarakat Setempat.................................................................................23

    2.2.2 Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)...........................................25

    2.2.2.1 Keberadaan.................................................................................................26

    2.2.2.2 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)............................................................28

    2.3 Landasan Teori.................................................................................................31

    2.3.1 Teori Hegemoni............................................................................................31

    2.3.2 Teori Praktik.................................................................................................33

    2.3.3 Teori Ekologi ...............................................................................................35

    2.4 Model Penelitian..............................................................................................39

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian.......................................................................................44

    3.2 Lokasi Penelitian..............................................................................................44

    3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................................45

    3.4 Instrumen Penelitian .......................................................................................46

    3.5 Teknik Penentuan Informan.............................................................................47

    xv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    16/240

    3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................48

    3.6.1 Wawancara....................................................................................................48

    3.6.2 Obsevasi........................................................................................................49

    3.6.3 Studi Dokumen..............................................................................................49

    3.7 Teknik Analisis Data.......................................................................................50

    3.8. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data.............................................................50

    BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Letak dan Geografi Desa Temesi.....................................................................52

    4.2.Sejarah Desa Temesi ......................................................................................56

    4.3 Demografi........................................................................................................58

    4.4 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Temesi ....................................60

    4.4.1 Desa Adat (Pakraman)..................................................................................60

    4.4.2 Subak .............................................................................................................62

    4.2.3 Sekaha...........................................................................................................63

    4.5 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Temesi....................................65

    4.6 Aktivitas Pengelolaan Sampah........................................................................66

    4.6.1 Pemanfaatan Tempat Pembuangan Akhir di Desa Temesi...........................67

    4.6.2 Aktivitas Pemulung di TPA Temesi...........................................................77

    BAB V RESPONS MASYARAKAT SETEMPAT TERHADAP

    KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

    DI DESA TEMESI KABUPATEN GIANYAR

    5.1  Respons Positif Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan TPA...............84

    xvi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    17/240

    5.1.1  Persepsi Positif Masyarakat Setempat terhadap Keberadaan TPA............96

    5.1.2 

    Sikap dan Perilaku Positif Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadaan TPA ........................................................................99

    5.2  Respons Negatif Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan TPA ...........106

    5.2.1  Persepsi Negatif Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan TPA.......115

    5.2.2  Sikap dan Perilaku Negatif Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadaan TPA ......................................................................122

    BAB VI FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA RESPONS MASYARAKAT

    SETEMPAT TERHADAP KEBERADAAN TEMPAT

    PEMBUANGAN AKHIR DI DESA TEMESI KABUPATEN

    GIANYAR

    6.1 Faktor Penyebab Munculnya Respons Positif Masyarakat Setempat terhadap

    Keberadaan TPA ...........................................................................................132

    6.1.1 Faktor Sosial-Budaya..................................................................................132

    6.1.1.1 Kehadiran Penduduk Pendatang Mampu Kurangi Sampah di TPA........132

    6.1.1.2 Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Masyarakat Setempat terkait

    Keberadaan TPA......................................................................................135

    6.1.2 Faktor Ekonomi...........................................................................................139

    6.1.2.1 Terbukanya Lapangan kerja..................................................................139

    6.1.2.2 Adanya kegiatan Daur ulang Sampah...................................................140

    6.1.2.3 Pemanfaatan Kompos oleh Petani.........................................................144

    6.2 Faktor Penyebab Munculnya Respons Negatif Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadaan TPA.......................................................................147

    xvii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    18/240

    6.2.1 Faktor Sosial-Budaya...............................................................................147

    6.2.1.1 Ketidakbiasaan Masyarakat Setempat terhadap Lingkungan Bising,

    Kotor dan Gangguan Keindahan Lingkungan........................................148

    6.2.1.2 Kurang Konsistennya Pemerintah dalam Melaksanakan Kesepakatan

    terkait Keberadaan TPA ..........................................................................151

    6.2.1.3 Berkembangnya Rumah-rumah Kumuh di Sekitar TPA ........................155

    6.2.1.4 Ketidaknyamanan Masyarakat Setempat terkait Keberadaan TPA........158

    6.2.1.5 Kehidupan Agraris di Desa Temesi semakin Terancam..........................160

    6.2.2  Faktor Ekonomi........................................................................................164

    6.2.2.1 Menurunnya Hasil Pertanian Masyarakat Setempat................................164

    6.2.2.2 Kecilnya Penghasilan sebagai Pemulung di TPA ...................................168

    6.2.3  Faktor Kesehatan......................................................................................169

    6.2.3.1 

    Menurunnya Kesehatan Lingkungan Hidup di Desa Temesi..................169

    6.2.3.2 Terancamnya Kesehatan Masyarakat Setempat.......................................173

    BAB VII DAMPAK DAN MAKNA RESPONS MASYARAKAT SETEMPAT

    TERHADAP KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

    DI DESA TEMESI KABUPATEN GIANYAR

    7.1 Dampak Respons Positif Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadaan TPA ............................................................................179

    7.1.1 Dampak Sosial-Budaya............................................................................179

    7.1.2 Dampak Ekonomi.....................................................................................181

    7.2 Dampak Respons Negatif Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadan TPA...............................................................................182

    xviii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    19/240

    7.2.1 Dampak Sosial-Budaya............................................................................182

    7.2.2 Dampak Ekonomi....................................................................................187

    7.2.3 Dampak Ekologi......................................................................................188

    7.3 Makna Respons Masyarakat Setempat

    terhadap Keberadaan TPA............................................................................ 194

    7.3.1 Makna Sosial-Budaya.................................................................................194

    7.3.2 Makna Ekonomi..........................................................................................196

    7.2.3 Makna Ekologi............................................................................................197

    7.5 Refleksi..........................................................................................................200

    BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN

    8.1 Simpulan........................................................................................................203

    8.2 Saran...............................................................................................................207

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................209

    LAMPIRAN ........................................................................................................215

    xix

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    20/240

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................................58

    Tabel 4.2 Penduduk Digolongkan Menurut Tingkat Pendidikan...........................59

    Tabel 4.3 Jenis-jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Temesi........................66

    xx

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    21/240

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Penelitian................................................................................40

    Gambar 4.1 Peta Kabupaten Gianyar.....................................................................54

    Gambar 4.2 Peta Desa Temesi................................................ ..............................55

    Gambar 4.3 Denah Menuju TPA ..........................................................................69

    Gambar 4.4 Fasilitas Taman Bermain................................................................... 71

    Gambar 4.5 Fasilitas Rumah Demo Hemat Listrik................................................72

    Gambar 4.6 Peralatan Demo Bioreaktor................................................................73

    Gambar 4.7 Tumpukan Sampah Organik...............................................................74

    Gambar 4.8 Tempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga...................................74

    Gambar 4.9 Tempat Pengumpulan Sampah Sementara di Pool Container ...........75

    Gambar 4.10 Pengangkutan Sampah oleh Petugas DKP Kabupaten Gianyar.......76

    Gambar 4.11 Kegiatan Pemilahan Sampah di TPA...............................................76

    Gambar 4.12 Tempat Tinggal Pemulung...............................................................77

    Gambar 4.13 Aktivitas Pemulung Lokal di TPA...................................................79

    Gambar 5.1 Aktivitas Masyarakat Setempat Membuang Sampah di TPS.............87

    Gambar 5.2 Aktivitas Pemulung Memilah Sampah Plastik Bernilai Ekonomi.....88

    Gambar 5.3 Sampah Plastik Aqua Gelas Bernilai Ekonomi Tinggi......................94

    Gambar 5.4 Kerusakan Lingkungan di sekitar TPA........,...................................107

    Gambar 5.5 Limbah Cair Masuk ke Sungai di depan TPA..................................108

    Gambar 5.6 Truk Pengangkut Sampah dibiarkan Terbuka Menuju TP...............113

    Gambar 5.7 Tumpukan Sampah yang Menggunung di TPA ..............................117

    xxi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    22/240

    Gambar 5.8 Bupati Gianyar Menerima Adipura dari Presiden RI

    di Istana Negara.................................................................................127

    Gambar 6.1 Aktivitas Seorang Pengepul Barang Bekas di TPA.........................141

    Gambar 6.2 Kompos Produksi TPA Temesi........................................................145

    Gambar 6.3 Meluasnya Permukiman Kumuh di Sekitar TPA.............................155

    Gambar 6.4 Lalat mengerubuti haturan yang dipersembahkan masyarakat........162

    Gambar 6.5 Petani Kembali Mengerjakan Sawah yang Terbengkalai................167

    xxii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    23/240

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembangunan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

    hidup masyarakat terus berjalan seiring dengan perkembangan masyarakat itu

    sendiri. Dalam proses pembangunan tersebut, di samping manfaat positif sebagai

    hasil pembangunan yang dinikmati sekarang ini, pada kenyataannya juga banyak

    kegiatan pembangunan yang telah mengakibatkan kemerosotan serta kerusakan

    lingkungan, kemudian menimbulkan kerugian dan mengancam kelestarian

    lingkungan, yang akhirnya menjadi ancaman pembangunan dan kehidupan

    manusia itu sendiri.

    Meminjam istilah Emil Salim, manusia hidup di perahu yang sama yang

     bernama Bumi. Jika sebagian kelompok melubangi perahu tersebut, tidak hanya si

     pembuat lubang itu yang akan tenggelam, tetapi semuanya. Banyak orang yang

    ingin memberikan andil yang berarti dalam memelihara perahu tersebut. Namun,

     banyak yang tidak tahu caranya, banyak yang tidak bisa membedakan tindakan

    mana yang membahayakan dan mana yang aman bagi lingkungan. Sehubungan

    dengan itu, ada sebuah pedoman yang praktis, sangat berguna bagi masyarakat

    agar mereka bisa memberikan andilnya dalam menjaga lingkungan. Namun,

     pedoman itu tidak akan banyak berguna tanpa dilandasi kesadaran dan

    kedisiplinan dalam menjaga lingkungan (Giyarto, 2007 :13).

    Bali juga menghadapi berbagai dampak negatif pembangunan. Salah satu

    dampak negatif tersebut adalah degradasi lingkungan hidup. Pada saat ini, yang

    xxiii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    24/240

    sangat dirasakan adalah masalah sampah. Hampir seluruh kabupaten/kota di Bali

    mengalami masalah seperti itu, tidak terkecuali Kabupaten Gianyar juga

    mengalami masalah sampah, yang merupakan hasil sampingan kegiatan atau

    usaha yang dilakukan masyarakat. Disadari atau tidak, sampah sudah menjadi

    masalah bagi kelestarian lingkungan di Kabupaten Gianyar. Dengan demikian,

    sangat diperlukan upaya pemecahan masalah sampah yang ramah lingkungaan

    dan berkelanjutan berupa pengolahan sampah, sehingga bermanfaat positif bagi

    lingkungan.

    Kabupaten Gianyar yang menjadi salah satu tujuan utama kunjungan

     pariwisata dan menjadi salah satu pusat perekonomian di Bali sudah tentu menjadi

    tujuan banyak pendatang yang ikut mengadu nasib dan bahkan menetap di sana.

    Berdasarkan data statistik (angka sementara), dalam Tahun 2007 jumlah

     penduduk di Kabupaten Gianyar sebanyak 433.158 jiwa, yang terdiri atas 217.107

     jiwa atau 50,12 persen penduduk laki-laki dan 216.051 jiwa atau 49,82 persen

     penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 368 km2, maka kepadatan penduduk

    di kabupaten Gianyar telah mencapai 1.177 jiwa/km2. Adapun laju pertumbuhan

    dalam Tahun 2007 adalah sebesar 1,38 persen.

    Menurut WHO, kepadatan penduduk yang ideal di suatu wilayah adalah

    240 orang per km2 (Dalem, 2007: 150). Jadi, kepadatan penduduk di kabupaten

    Gianyar telah mencapai lebih dari 4 kali lipat dari ketentuan tersebut. Dari tujuh

    kecamatan yang ada, kepadatan penduduk tertinggi di atas rata-rata kabupaten

    adalah kecamatan Sukawati, Gianyar, Blahbatuh, dan Ubud. Semakin tinggi

    kepadatan penduduk dan semakin meningkat kegiatannya, dampaknya tidak hanya

    xxiv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    25/240

     pada peningkatan perekonomian, tetapi juga pada masalah lingkungan hidup yang

    dihadapi juga semakin kompleks. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya

     jumlah volume sampah, baik dari sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah

    sapuan jalan, sampah perkantoran, dan sampah daerah komersial.

    Berdasarkan laporan pengelolaan sampah di Kabupaten Gianyar tahun

    2008, menunjukkan, sampah yang terangkut dan dikelola oleh Dinas Kebersihan

    dan Pertamanan adalah sebanyak 180 m3 per hari, dan sampah rumah tangga

    sangat dominan dibandingkan sampah lainnya. Melihat gambaran di atas, volume

    sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat Gianyar dapat

    dikatakan cukup besar. Jadi diperlukan pengelolaan atau pengolahan sampah

    yang baik, tepat, cepat untuk meminimalkan pencemaran lingkungan.

    Masalah sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat penting, dan

    menjadi tanggung jawab semua masyarakat, seluruh bangsa Indonesia. Negara

    mempunyai kewajiban mengelola lingkungan sesuai dengan apa yang tercantum

    dalam Pasal 33 (ayat 3) UUD 1945 yang berbunyi: bumi, air dan kekayaan alam

    yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

    sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya, kewenangan Negara

    menguasai dan mengatur pemanfaatan bumi, air, dan kekayaan alam tersebut

    ditegaskan pula dalam Pasal 10 (ayat 3) UU No.4 Tahun 1982, yaitu tentang

    ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. Dalam pasal ini dinyatakan

     bahwa Negara memiliki kewenangan untuk: (a) mengatur peruntukan,

     pengembangan, penggunaan, penggunaan kembali, daur ulang, pengelolaan, dan

     pengawasan, (b) mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang

    xxv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    26/240

    atau subyek hukum lainnya terhadap sumber daya, dan (c) mengatur pajak dan

    retribusi lingkungan.

    Pengelolaan lingkungan hidup seperti dikutip dari UU No. 23 Tahun 1997

    Pasal 1 angka 2, adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan

    hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,

     pemeliharaan, pemulihan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan

    lingkungan hidup bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup agar dapat

    dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup lain secara berkesinambungan.

    Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan azas tanggung jawab

    negara, azas berkelanjutan, dan azas manfaat. Adapun sasaran pengelolaan

    lingkungan hidup meliputi: (1) tercapainya keselarasan, keserasian, dan

    keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, (2) terwujudnya manusia

    Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan

    melindungi dan membina lingkungan hidup, (3) terjaminnya kepentingan generasi

    masa kini dan masa depan, (4) tercapainya fungsi lingkungan hidup, (5)

    terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, (6) terlindungunya

     Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di

    luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan/ atau perusakan

    lingkungan (Dalem dkk, 2007: 111-112).

    Berkaitan dengan kewenangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan,

    Pemerintah Kabupaten Gianyar telah menyediakan fasilitas pembuangan sampah

    di TPA Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Tempat pembuangan akhir ini dikatakan

    dapat menjadi model, karena menyediakan fasilitas pengelolaan sampah perkotaan

    xxvi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    27/240

    untuk Bali bahkan Indonesia, yang berskala menengah, terdesentralisasi, ramah

    lingkungan, dan dengan biaya rendah. Proyek ini merupakan proyek kerjasama

    antara pemerintah Kabupaten Gianyar dan Rotary club international-Bali Fokus-

    BORDA. TPA seperti ini diharapkan menjadi salah satu contoh solusi yang dapat

    diterapkan di Indonesia, karena TPA ini memiliki fasilitas untuk mengolah

    sampah secara sederhana, yaitu memilah sampah kemudian mengolah sampah

    organik menjadi kompos. Barang - barang daur ulang dijual ke lapak. Fasilitas ini

     juga melakukan riset untuk mendapatkan hasil kompos terbaik. Selanjutnya,

    Tempat Pembuangan Akhir di Desa Temesi yang dikaitkan dengan pengelolaan

    sampah di Kabupaten Gianyar, menurut Peraturan Pemerintah Daerah Tingkat II

    Gianyar, Nomor 12 Tahun 1992, selain Pemerintah Daerah, pengelolaan sampah

    dapat juga dilakukan oleh badan swasta lainnya, dengan terlebih dahulu

    mengajukan permohonan ijin kepada Kepala Daerah.

    Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan fasilitas

     pengolahan sampah yang dimilikinya dapat memberi pengaruh yang cukup baik

    terhadap kebersihan kota, pasar-pasar, dan lingkungan di Kabupaten Gianyar,

    serta diharapkan dapat menciptakan Desa Temesi menjadi Desa Ekologis.

    Menurut pandangan Robert Gilman, Desa Ekologis itu merupakan sebuah

     permukiman yang; (1) berskala manusiawi, (2) berfasilitas lengkap, (3) kegiatan

    di dalamnya tidak membahayakan alam, (4) mendukung kesehatan manusia dan

    dapat berlanjut ke masa depan yang tidak terhingga (Corall, S & Rangkin,

    W.1997: 143). Namun, hal yang bertolak belakang berlangsung di Desa Temesi

    Kabupaten Gianyar, semakin lama tumpukan sampah semakin meningkat, upaya

    xxvii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    28/240

     penanganan sudah dilakukan, yaitu dengan menambah luas areal pembuangan

    sampah di TPA itu. Akibatnya, mungkin terus meningkat kekawatiran masyarakat

    Desa Temesi Kabupaten Gianyar akan semakin hebatnya terjadi pencemaran

    lingkungan di desa mereka.

    Aspek sosial budaya dalam implementasi program itu kelihatannya kurang

    melibatkan warga dalam perencanaan bersama, dan lebih berorientasi pada teknik

    dan ekonomis sehingga suatu kebutuhan warga sekitar kurang diperhatikan atau

    terabaikan. Akibatnya, masyarakat menjadi apatis dan cenderung kurang merasa

    memiliki, dan bahkan merasa terancam kehidupannya. Sampah yang ada di TPA

    Desa Temesi Kabupaten Gianyar bila dikelola dengan kurang baik akan

    menimbulkan pencemaran, membentuk lingkungan yang tidak menyenangkan

     bagi masyarakat; terutama bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak

     baik, dapat menjadi sumber pencemaran tanah dan air, menjadi tempat yang cocok

    dan menarik bagi kuman-kuman, lalat, kecoak, tikus dll, yang pada gilirannya

     berakibat membahayakan kesehatan manusia, mengakibatkan rendahnya tingkat

    kesehatan masyarakat. Satu hal yang mungkin patut mendapat perhatian adalah

    kerugian yang sangat besar bagi petani karena, TPA di DesaTemesi Kabupaten

    Gianyar lokasinya berada di tengah-tengah atau dikelilingi oleh lahan pertanian

    yang masih produktif. Dalam hal ini, masyarakat dapat merasa terancam

    kehidupannya, kemungkinan besar tidak dapat memenuhi standar kehidupan yang

    layak dan manusiawi, serta terancam tidak dapat terpenuhinya kebutuhan yang

     bersifat non material; keteraturan, kenyamanan, keamanan, ketenangan,

    kesehatan, dan sebagainya.

    xxviii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    29/240

    Melihat dari kenyataan di atas maka penulis merasa tertarik untuk

    melakukan penelitian tentang bagaimana respons masyarakat setempat terhadap

    lingkungannya yang ditetapkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang

    ingin diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1.  Bagaimana respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di

    Desa Temesi Kabupaten Gianyar?

    2.  Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya respons masyarakat

    setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar ?

    3.  Apa dampak dan makna respons masyarakat setempat terhadap

    keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai didalam penelitia in adalah meliputi dua bagian,

    yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

    1.3.1 Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap berbagai

    hal yang berhubungan dengan respons masyarakat setempat, dalam hal ini

    masyarakat Desa Temesi terhadap keberadaan TPA yang didirikan oleh

    Pemerintah Kabupaten Gianyar.

    xxix

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    30/240

     

    1.3.2 

    Tujuan Khusus

    Penelitian ini dilakukan untuk beberapa tujuan khusus.

    1. Untuk mengetahui respons masyarakat setempat terhadap keberadaan

    TPA di Temesi Kabupaten Gianyar.

    2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya respons

    masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi

    Kabupaten Gianyar

    3. Untuk mengetahuai dampak dan makna respons masyarakat setempat

    terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar

    1.4  Manfaat Penelitian

    1.4.1 

    Mafaat Teoretis

    Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut

    1.  Menambah khasanah penelitian pengendalian masalah sosial mengenai

    respons masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa

    Temesi Kabupaten Gianyar.

    2. 

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi dalam

    meningkatkan pemahaman tentang upaya melestarikan lingkungan.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi manfaat, yang nantinya

    dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

    xxx

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    31/240

    mengambil keputusan yang berhubungan dengan penetapan suatu

    kawasan sebagai TPA

    2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan oleh masyarakat yang

    lingkungannya dijadikan fasilitas pengolahan sampah sehingga mereka

     bisa memahami dampak dan perubahan yang mungkin terjadi.

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

    DAN MODEL PENELITIAN

    2.1 Kajian Pustaka

    xxxi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    32/240

    Penelitian tentang respons masyarakat terhadap keberadaan Tempat

    Pembuanangan Akhir (TPA) belum banyak di lakukan. Walaupun telah banyak

    dilakukan penelitian tentang masalah lingkungan di Bali, tidak ditujukan kepada

    masalah respons masyarakat, yang mencakup persepsi, sikap dan prilaku dari

    masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten

    Gianyar.

    Penelitian ini dilakukan berpijak dari keadaan dan kondisi nyata yang

    terdapat di TPA Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Maka dari itu, peneliti merasa

    tergugah untuk mencoba membuat suatu kajian yang dapat membuka segala

     permasalahan yang ada di sana.

    Sesuai dengan laporan pengelolaan sampah di Kabupaten Gianyar, yang

    diterbitkan tahun 2008 oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar, diharapkan di masa

    yang akan datang Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Gianyar

     perlu mengembangkan jangkauan pelayanan sampah agar segenap masyarakat

    terlayani kebutuhannya dalam pengelolaan persampahan. Untuk tujuan itu dapat

    dilakukan pengembangan armada angkutan secara swadaya yang dikelola oleh

    desa dinas ataupun desa adat, sehingga dari sisi operasional tidak terbebani

    anggaran pemerintah dalam pengelolaannya. Dengan demikian, diharapkan

    kebersihan lingkungan di masing-masing wilayah dapat terlayanai dengan baik.

    Selanjutnya, adanya kepedulian desa dinas/desa adat dalam pengembangan

    armada angkutan sampah secara swadaya merupakan bentuk partisipasi dan

    kepedulian masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri, sehingga hal ini

     perlu didorong oleh pemerintah agar desa–desa lainnya dapat mengembangkan

    xxxii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    33/240

    armada layanan sampahnya secara swadaya. Apa yang diharapkan oleh

     pemerintah daerah bahwa, masing masing desa dinas/desa adat yang ada di

    Gianyar untuk menyediakan armada sendiri sangatlah baik. Akan tetapi, perlu

    diperhatikan daya tampung dan fasilitas yang ada di TPA Temesi, apakah sudah

    memadai atau belum. Maka semakin banyak volume sampah yang dikirim ke

    TPA, semakin tinggi juga dampak negatif yang akan diterima oleh masyarakat

    dan lingkungan Desa Temesi. Maka dari itu, semua ini akan dapat memberi

    manfaat yang sangat berguana bagi peneliti untuk menggali lebih dalam tentang

    respons masyarakat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten

    Gianyar.

    Aditjondro (2003) dalam bukunya yang berjudul “Pola-pola Gerakan

     Lingkungan”, refleksi untuk menyelamatkan lingkungan dari ekspansi modal.

    Buku ini menggambarkan perusakan lingkungan lidup, atas nama apa pun dan

    dilakukan oleh siapa pun, harus segera diakhiri, jika keberadaan makhluk hidup

    (termasuk manusia) hendak dipelihara. Tentu saja gerakan penyelamatan

    lingkungan ini akan berbenturan dengan berbagai kepentingan politik dan

    ekonomi. Selanjutnya, diperlukan strategi yang baik dan gerakan yang simultan

    untuk menanggapi kelompok-kelompok yang berorientasi pada keuntungan.

    Selain itu, juga memaparkan berbagai dampak destruktif akibat dari alih teknologi

    yang tidak sadar lingkungan. Fenomena seperti di atas erat kaitannya dengan

     permasalahan yang hendak diteliti, dimana ketidaksadaran akan lingkungan yang

    terjadi, pada akhirnya akan membuat masyarakat kecil bertambah sengsara, dan

    xxxiii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    34/240

    terancam keselamatan hidupnya akibat dari keadaan lingkungan yang kurang

    mendukung.

    Dalem dkk (2007) dalam bukunya ”Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan

     Lingkungan Hidup” dijelaskan permasalahan lingkungan hidup merupakan hal

    yang serius mengancam keberlanjutan pembangunan. Penanganannya sering

    tidak memberi hasil yang maksimal, karena pendekatan penanganannya kurang

    tepat dan tidak holistik. Sering tidak ada sinkronisasi antara teknologi yang

    diterapkan dengan kearifan lokal yang ada dalam masyarakat setempat. Secara

    umum, kearifan lokal merupakan bagian dari realitas moral atau etika lingkungan.

    Kearifan lokal dapat diartikan sebagai sejumlah karakteristik budaya yang telah

    menjadi kebiasaan orang secara meluas sebagai hasil pengalaman hidup mereka

    di masa lalu. Menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan pengelolaan

    lingkungan hidup, masyarakat dan semua pihak semestinya melakukan

    revitalisasi terhadap kearifan lokal sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat

    memberi hasil secara lebih berdaya guna. Pada intinya buku ini mengungkap

     permasalahan filosofi maupun implementasi konsep kearifan lokal dalam

    mengelola lingkungan hidup, serta membahas contoh-contoh kasus yang

    ditemukan di lapangan terkait dengan kehidupan sehari-hari dilingkungan desa

     pakraman, dunia industri, termasuk industri pariwisata yang merupakan sektor

    unggulan dalam pembangunan Bali. Apa yang ditulis oleh Dalem dkk dalam

     bukunya tersebut relevan digunakan untuk mengkaji respons masyarakat

    setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten Gianyar, dalam

     pengertian bahwa memanfaatkan kearifan lokal dalam menangani permasalahan-

    xxxiv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    35/240

     permasalahan yang terjadi khususnya di Desa Temesi sangat diperlukan, dengan

    mengacu kepada cara penanganan lingkungan yang telah mengakar dan tumbuh

     pada masyarakat setempat. 

    Sonny Keraf (2002) dalam buku  Etika Lingkungan. Buku ini terdiri dari

    tiga bagian. Bagian pertama membahasa tentang teori-teori Etika Lingkungan.

    Sebelum masuk ke teori etika lingkungan, terlebih dahulu dibahas mengenai teori

    Etika dan perkembangannya. Teori-teori Etika Lingkungan yang dibahas dalam

     buku ini adalah: Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme, dan

    Ekofeminisme. Di bagaian pertama ini juga dibahas tentang Hak Asasi Alam dan

    Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup. Bagian kedua fokus kepada Etika

    Lingkungan dan Politik Lingkungan, membahas isu lingkungan sebagai isu

    global dan terkait juga dengan politik global. Jadi, permasalahan lingkungan yang

     bersifat holistik, semua aspek termasuk politik, kebijakan ekonomi, hutang luar

    negeri, dan lain-lain semuanya berpengaruh terhadap lingkungan. Bagian ketiga,

    yaitu dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kembali ke Kearifan Tradisional,

    mengungkapkan bahwa suku-suku terasing yang selama ini anggap rendah,

    ternyata justru mereka yang punya kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

    Seseorang tidak dituntut untuk menerima secara total adat-istiadat ataupun

     prinsip hidup mereka, namun setidaknya bisa belajar dari Etika Masyarakat Adat

     bahwa manusia, hutan, binatang, serta makhluk lain yang ada di bumi adalah

    setara (menyangkut hak asasi alam) karena sama-sama ada/tercipta.

    Artatik (2004) dalam tesisnya yang berjudul ” Pengelolaan Sampah

    Rumah Tangga Menuju Kota Dempasar yang Berbudaya Bersih: Tinjauan

    xxxv

    http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropocentrismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Biocentrismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ecocentrismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ecofeminismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ecofeminismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ecocentrismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Biocentrismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Anthropocentrism

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    36/240

    Perspektif Budaya” menjelaskan bahwa bentuk pengelolaan sampah rumah tangga

    dilakukan oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Denpasar melaui Dinas

    Kebersihan dan Pertamanan yaitu dengan cara menanam dan membakar,

    menyewa pihak lain, membuang ditempat yang telah ditentukan oleh DKP Kota

    Denpasar. Sementara pemerintah melakukan dengan cara, mulai dari penyapuan,

     pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan. Selain itu, tesis ini juga memberi

     penjelasan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Denpasar

    mempunyai fungsi kebersihan, kesehatan, keindahan, ketentraman, dan fungsi alih

    guna. Di samping itu juga bermakna kesejahteraan, estetika, keagamaan dan

    keharmonisan.

    Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa penelitian tersebut

    mempunyai relevansi dengan penulisan tesis ini terutama dampak negatif dan

     positif yang akan ditimbulkan dari keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten

    Gianyar yang pada akhirnya menimbulkan respons dari masyarakat setempat di

    sana.

    Suarja (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ” Respon Masyarakat

    Terhadap Tragedi Ledakan Bom di Jimbaran”,  menyatakan bahwa respons

    merupakan semua sistem psikologi yang menekankan gejala reaksi-reaksi atau

    tanggapan-tanggapan suatu objek, kejadian, atau peristiwa. Penelitian tersebut

    memiliki relevansi dengan penulisan tesis ini dan bermanfaat bagi peneliti untuk

    mengkaji respons atau reaksi masyarakat sehinnga dapat dipakai sebagai pijakan

    dalam pemahaman konsep respons dalam proses penulisan tesisi ini.

    xxxvi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    37/240

    Waga (2007) dalam penelitiannya berjudul ”Respons Masyarakat

    Terhadap Keberadaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kokokan di Desa Petulu,

    Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar,” menyebutkan bahwa dimanfaatkannya

    Desa Petulu sebagai daerah wisata dengan burung kokokan yang menjadi daya

    tarik, tentu menambah keunikan obyek yang dimiliki, dan meningkatkan

    kunjungan wisata ke daerah tersebut. Namun terus bertambahnya jumlah atau

     populasi burung di daerah tersebut dan karena obyek itu menyatu dengan

     pernukiman masyarakat, membuat Desa Petulu menjadi kumuh, kotor dan tidak

    sehat sebagai akibat dari kotoran burung yang berserakan di mana–mana. Dengan

    demikian kehidupan masyarakat menjadi terganggu. Walaupun merasa terganggu

    dan terancam kesehatannya masyarakat Desa Petulu tidak melakukan suatu

    tindakan yang begitu berarti. Padahal apa yang ada dalam hati masyarakat di sana

    ada sesuatu yang tidak cocok. Penelitian yang telah dilakukan di Desa Petulu

    tersebut, pada intinya mengungkap mengenai respons yang terjadi di masyarakat

     baik positif maupun negatifnya atas sebuah objek wisata di daerah Ubud.

    Apa yang telah termuat dalam penelitian tersebut juga terdapat relevansi

    dengan tesis ini terutama pada hal-hal yang menyebabkan munculnya berbagai

    respons masyarakat, dampak respons masyarakat setempat serta makna respons

    masyarakat setempat terhadap keberadaan TPA di Desa Temesi Kabupaten

    Gianyar.

    2.2 Konsep

    xxxvii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    38/240

    Agar tidak terjadi salah tafsir dalam penelitian ini, perlu dijelaskan

     batasan pengertian judul dengan mengedepankan beberapa istilah yang bersifat

    operasional sebagai berikut ini

    2.2.1 Respons Masyarakat Setempat

    Keberadaan TPA di desa Tememsi Kabupaten Gianyar telah menerima

     berbagai tanggapan dari masyarakat setempat. Tanggapan tersebut muncul karena

    adanya sesuatu yang dirasakan, diketahui, dan diteriman oleh masyarakat

    setempat melaui panca idera mereka.

    2.2.1.1 Respons

    Menurut Chaplin (1989) dalam Kamus Lengkap Psikologi, bahwa

    response/respons merupakan semua sistem psikologi yang secara primer

    menekankan gejala reaksi-reaksi atau tanggapan-tanggapan sebagai sebarang

    tingkah laku, baik yang kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi

    atau tersamar. Lebih lanjut, Marbun (2003) dalam Kamus Politik   menyebutkan

     bahwa respons adalah tanggapan, reaksi, jawaban. Sementara reaksi adalah

    kegiatan berupa aksi, protes, dan sebagainya, yang timbul akibat suatu gejala atau

     peristiwa dan tanggapan atau respons terhadap satu aksi.

    Dalam berkomunikasi dengan dunia luar, orang menggunakan kelima

    indranya untuk menerima tanda-tanda dan pesan-pesan . Cara orang menerima

    dengan indra dan respons yang ditimbulkan berbeda-beda karena respons

    (persepsi, sikap, dan perilaku) seseorang dibentuk oleh budaya ( Eilers, 1995:

    xxxviii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    39/240

    93). Apabila dikaji beberapa definisi kebudayaan maka akan dijumpai ada tiga

    konsep penting yang mencakup: (1) sistem gagasan, (2) tindakan, dan (3) hasil

    karya. Kebudayaan dalam wujud gagasan (idea) terdiri atas nilai, norma, hukum,

    dan adat istiadat sifatnya sangat abstrak. Meskipun abstrak, ia berfungsi sebagai

     pedoman yang menata tindakan atau tingkah laku manusia. Dengan kata lain apa

     pun yang dilakukan oleh manusia akan berpedoman kepada nilai, norma, hukum,

    dan adat istiadat. Seperti apa yang telah diputuskan pemerintah Kabupaten

    Gianyar dengan menetapkan TPA dibangun di Desa Temesi, yang mana memberi

    kesempatan kepada seluruh masyarakat Gianyar untuk dengan mudah

    memanfaatkan fasilitas tersebut dengan kontribusi yang sangat murah. Namun, di

    lain pihak, sebagian masyarakat Desa Temesi akan menerima ancaman berbahaya

    sebagai akibat tumpukan sampah yang ada di TPA.

    a. Persepsi 

    Persepsi merupakan salah satu bagian dari kognisi, yaitu suatu proses

     pembentukan kesan (impresi) tentang karakteristik dari sesuatu atau orang lain.

    (Faturochman, 2006: 30). Berkaitan dengan keberadaan TPA di Desa Temesi,

    apa dan bagaimana kesan masyarakat setempat terhadap Tempat Pembuangan

    Akhir (TPA) yang dibangun di daerah mereka, setelah melewati suatu proses

     pengkajian dan pemahaman yang mendalam. Persepsi merupakan proses

    interpretasi psikologis, yaitu kegiatan khusus pada susunan syaraf penerima

    sebagai akibat adanya rangsang yang masuk. Konsep ini, yang mengartikan

     persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang

    xxxix

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    40/240

    mengetahui beberapa hal melalui panca indranya, melalui kesadaran yang

    tajam, dan daya pemahaman atau pengamatan. Ketika sejumlah sensasi masuk ke

    dalam struktur yang lebih dalam dari sistem susunan saraf (syaraf otak), maka

    sensasi ini akan diolah; proses pengolahan sensasi ini disebut sebagai persepsi

    (Sukmana, 2002: 51).

    b. Sikap

    Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh

    Hebert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjukkan status

    mental sesorang. Konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi

    dan psikologi. Bagi para ahli psikologi sikap berakar pada perbedaan individual.

    Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang besar untuk menerangkan

     perubahan sosial dan kebudayaan. Jadi sikap adalah sesuatu hal yang menentukan

    sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang, maupun perbuatan yang akan datang

    (Ahmadi, 2007: 148). W.J Thomas (dalam Ahmadi, 2007 : 149) memberi batasan

    sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbutan-perbuatan

    yang nyata maupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.

    Lebih lanjut, Thomas menyatakan bahwa sikap selalu diarahkan terhadap sesuatu

    hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.

    "Sikap", adalah organisasi yang relatif menetap dari perasaan, keyakinan,

    dan kecendrungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide, atau obyek-

    obyek tertentu (Fisdhein & Ajzen dalam Faturochman, 2006: 43). Dari pengertian

    tersebut, ada tiga hal penting yang terkandung dalam sikap, yaitu aspek afeksi

    xl

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    41/240

    (perasaan), aspek kognisi (keyakinan), dan aspek perilaku (dalam bentuk nyata

    ataupun kecendrungan). Aspek afeksi dari sikap terlihat dari adanya penilaian dan

     perasaan terhadap sesuatu objek bila seseorang bersikap. Perasaan yang ditujukan

    kepada objek tertentu bisa positif (senang atau setuju), bisa negatif (tidak senang

    atau tidak setuju).

    Menurut Ajzen (dalam Faturochman, 2006: 44), respons kognisi

    merupakan ekspresi dari keyakinan (belief ). Sesuai dengan sifat dari keyakinan,

    maka keyakinan itu tidak semata-mata berisi pengetahuan yang sesuai dengan

    kenyataan atau fakta, tetapi pengetahuan yang dimaksud terutama adalah opini

    tentang sesuatu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan.

    Aspek kognisi sikap bisa berupa kecendrungan perilaku, keinginan (niat),

    komitmen, dan perbuatan reflektif keadaan objek sikap. Aspek ini bisa dalam

     bentuk yang positif dan bisa dalam bentuk negatif

    c. Perilaku

    "Perilaku" (tindakan), menurut Weber (dalam Ritzer, 2003: 40),

    dikemukakan bahwa atas dasar rasionalitas, tindakan dibedakan menjadi empat

    tipe berikut ini

    (1) Zwerk rational, tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak

    hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga

    menentukan nilai dari tujuan itu sendiri,

    xli

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    42/240

    (2) Werktrational aktion. Antara tindakan, tujuan dan cara-cara

    mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini

    rasional.

    (3)  Affectual action. Tindakan yang dibuat-buat, yang dipengaruhi oleh

     perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor.

    (4) Traditional action, tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan

    dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja.

    Teori aksi ini menerangkan bahwa organisasi masyarakat manusia

    merupakan kerangka yang di dalamnya terdapat tindakan-tindakan yang bukan

    ditentukan oleh kelakuan individunya. Fakta yang terjadi dalam masyarakat

    menunjukkan, bahwa perilaku manusia dikontrol oleh beberapa norma, nilai-

    nilai serta sekian alat pengendali sosial lainnya, menentukan tingkah laku

    manusia. Dengan demikian, manusia tidak mempunyai sifat-sifat aktif dan kreatif,

    tetapi tingkah lakunya ditentukan oleh kendala-kendala dari luar dirinya.

    Apa yang dikatakan tentang tindakan sosial oleh para pakar yang

    dihubungkan dengan respons masyarakat terhadap keberadaan TPA di Desa

    Temesi Kabupaten Gianyar merupakan tindakan atau perilaku yang tidak

    ditentukan oleh kelakuannya sendiri melainkan dikontrol atau dipengaruhi oleh

    kendala-kendala dari luar dirinya. Masyarakat Desa Temesi Kabupaten Gianyar

    tidak mempunyai keberanian yang kuat untuk menentang ataupun menolak

    keberadaan TPA di desa mereka tersebut, karena itu adalah program pemerintah

    yang bertujuan positif untuk masyarakat Gianyar. Bagi siapa yang menolak bisa di

    anggap melawan pemerintah dan melanggar hukum. Pemerintah yang oleh

    xlii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    43/240

    masyarakat di anggap sebagai Guru Wisesa, yang patut di hormati, dihargai,

    menjadi inspirator, serta bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.

    2.2.1.2 Masyarakat

    Menurut Koentjaraningrat (1990: 143-144), istilah masyarakat berasal dari

    akar kata Arab syaraka  yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat

    adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,

    saling “berinteraksi”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan masyarakat adalah

    suatu kesatuan manusia yang diikat oleh pola tingkah laku yang khas mengenai

    semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagi pula, pola itu harus

     bersifat mantap dan sinambung, dengan kata lain, pola khas itu harus sudah

    menjadi adat istiadat yang khas. Jadi, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

    yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

    sinambung, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

    Krech, crutchfield dan Ballachey (dalam Setiadi, Elly. 2006:75)

    mengatakan masyarakat sebagai ‘a society is that it is an organized collectivity of

    interacting people whose activies become centered around a set of common goals,

    and who tend to shere common beliefs, attitudes, and of action”.

    Unsur masyarakat berdasarkan definisi ini adalah :

    1. Kolektivitas interaksi manusia yang terorganisir

    2.  Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama

    3.  Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap dan bentuk

    tindakan yang sama

    xliii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    44/240

    Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan oleh interaksi, kegiatan, tujuan

    dan tindakan sejumlah manusia yang sedikit banyak berkecenderungan sama.

    Selain itu ada juga pendapat dari Fairchild, et al (dalam Setiadi, Elly.M.

    2006: 76) memberikan batasan masyarakat sebagai berikut: Society is a group

    human beingscooperating in the pursuit of several of their major interest, in

    variably including self maintenance and self-perpetuation. The concept of cociety

    includes continuity, complex associational relationships, and a composition

    including representatives of fundamental human types, specifically mem, women,

    and children.

    Unsur masyarakat menurut definisi tadi adalah:

    1.  Kelompok manusia

    2.  Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berdasarkan kepentingan

    utama

    3.  Adanya pertahanan dan kekekalan diri

    4.  Adanya kesinambungan

    5.  Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya

    Menurut konsep ini, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya

    sekelompok manusia yang menunjukkan perhatian bersama secara mendasar,

     pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan manusia menurut jenisnya yang

     berhubungan satu sama lainnya secara berkesinambungan.

    Diantara istilah (konsep) masyarakat yang telah disebutkan di atas tidak

    ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai

     persamaannya. Yang utama, masyarakat itu merupakan kelompok manusia

    xliv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    45/240

    melakukan sesuatu antarhubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan

     perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara

     berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Bagaimanapun, kelompok

    yang melakukan jalinan sosial dalam waktu yang relatif lama itu pasti menempati

    kawasan tertentu.

    2.2.1.3 Masyarakat Setempat

    Pemakaian kata masyarakat sehari-hari biasanya meliputi juga

    ”Community”dalam bahasa Inggris atau pada masyarakat berbahasa Ingris.

    Menurut Fairchild, et al (dalam Setiadi, Elly.M. 2006: 80), Community is adaptasi

    sub-group many of the characteristic of society, but on adaptasi smallerscale, and

    with lessextensive and cordinated common interest. Implicit in the concept of

    “community” is adaptasi territorial area, adaptasi considerable degree of

    interpersonal acquaintance and contact, and some special basic of coherence that

    separates itfrom neigbouring groups. The Community has more limited self

    sufficiency than society, but within those limits has closerassociation and deeper

    sympathy.

    Community (masyarakat setempat) atau komunitas merupakan bagian dari

    kelompok masyarakat (Society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih

    terikat oleh tempat (teritorial). Dengan mengambil uraian diatas dapat dikatakan

    masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di

    suatu wilayah dengan batas – batas tertentu, dimana faktor utama yang menjadi

    xlv

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    46/240

    dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya,

    dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.

    Dapat disimpukkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu

    wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan sosial yang

    tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan

    masyarakat setempat. Jadi unsur pertama dari komunitas adalah adanya wilayah

    atau lokalitas, kedua adalah perasaan saling ketergantungan atau saling

    membutuhkan. Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat itu disebut

    Community sentiment   yang memiliki tiga unsur diantaranya; seperasaan,

    sepenanggungan dan saling memerlukan.

    Menurut Dasman (dalam Primack dkk. 1998 : 232), masyarakat setempat

    yang hidup secara tradisional dikenal dengan istilah-istilah trible people,

    indigenius people, native people, atau traditional people. Masyarakat ini

    membangun berbagai sistem penggunaan sumber daya setempat, yang kadang

    kala telah diakui oleh pemerintah setempat pula. Masyarakat asli hampir di

    seluruh dunia telah meningkatkan hubungan dengan dunia modern, yang

    mengakibatkan perubahan dan tata cara dan gaya hidup (terutama pada kaum

    muda), diiringi meningkatnya penggunaan produk impor.

    Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

    suatu sistem norma dan adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat

    oleh suatu rasa identitas bersama. Sama juga dengan masyarakat Desa Temesi

    Kabupaten Gianyar yang merupakan kesatuan sosial dan juga sebagai native

     people. Para warganya terikat oleh tradisi yang disepakati bersama yang

    xlvi

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    47/240

    menuntun mereka dalam kehidupan bermasyarakat, bagaimana ia harus bersikap

    dan berperilaku terhadap lingkungannya yang wilayahnya dimanfaatkan oleh

    Pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai TPA.

    2.2.2 Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

    Masalah sampah merupakan masalah yang sangat pelik dan sulit didalam

     pengelolaannya, dimana masyarakat hanya ingin membuangnya, namun tidak

    ingin melakukan pengelolaan atau pengolahan sampah untuk menjadi kompos

    atau barang lainnya. Sampah yang bersumber dari wilayah kabupaten Gianyar

    dibuang ke TPA yang bertempat di Desa Temesi dengan jarak 6.5 Km dari pusat

    Kota Gianyar dengan luas 4 hektar. Jadi, TPA itu merupakan sebuah lokasi atau

    area sebagai tempat pembuangan sampah atau digunakan untuk menampung dan

    memilah dan mengolah sampah yang berasal dari berbagai daerah di kabupaten

    Gianyar. Ada beberapa failitas yang di miliki oleh TPA dalam mendukung

    kegiatannya seperti Unit Pemilahan dan Composting, Unit Pengelolaan Energi,

    dan Aktivitas wisata lingkungan yang bisa dikunjungi baik dari kalangan peneliti,

    mahasiswa, instansi swasta maupun pemerintah.

    2.2.2.1 Keberadaan

    Menurut Ali, M (dalam kamus lengkap bahasa Indonesia moderen) kata

    “keberedaan” mempunyai arti keadaan yang mununjukkan ujud atau kenyataan.

    Dalam penelitian ini, keberadaan yang dimaksud adalah kenyataan tentang lokasi

     berdirinya tempat pembuangan akhir (TPA) yaitu TPA sampah yang bertempat

    xlvii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    48/240

    di Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Lokasi TPA sampah ini terletak pada

    ketinggian lebih dari 250 meter dari permukaan air laut diapit oleh dua sungai

    yaitu sungai Sang-sang dan Sungai Cangkir. Di samping itu, keberadaannya

    sebenarnya berada di tengah-tengah kawasan pertanian (persawahan) yang masih

     produktif, dan jaraknya sekitar 450 meter dari permukiman penduduk tetempat.

    Untuk memenutukan lokasi atau keberadaan TPA sampah pemerintah

    daerah seharusnya melakukan penelitian dan menetukan daerah alternatif yang

    layak. Secara operasional terdapat peraturan yang juga perlu dijadikan acuan

    terkait keberadaan TPA sampah yaitu Keputusan Dirjen Pemberantasan

    Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen kesehatan No. 281

    tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah. Dalam

    lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan persyaratan kesehatan

     pengelolaan sampah untuk Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dinyatakan

    antara lain:

    1.  Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: (a) Tidak

    merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat bagi

     pemukiman terdekat (minimal 3 KM), (b) Tidak merupakan pencemar bagi

    sumber air baku untuk minum dan jarak sedikitnya 200 meter dan perlu

    memperhatikan struktur geologi setempat, (c) Tidak terletak pada daerah

     banjir, (d) Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi, (e)

    Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

    estetika, (f ) Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 KM

    xlviii

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    49/240

    2.  Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: (a)  

    Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan

    tidak menimbulkan bau, (b) Memiliki drainase yang baik dan, (c)   Leachate

    harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran, (d) TPA

    yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya

    harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda, (e)  Dalam hal

    tertentu, jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau tikus terlihat

     pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan

    dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

    3.  TPA yang sudah tidak digunakan: (a)  Tidak boleh untuk pemukiman, (b) 

    Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari.

    Keberadaan suatu TPA sampah seharusnya tetap mengacu pada aturan

    yang telah ditentukan, termasuk juga keberadaan TPA sampah yang ada di desa

    Temesi, sehingga pada akhirnya dapat meminimalkan dampak negatif yang

    mungkin terjadi.

    2.2.2.2 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di desa Temesi

    Kabupaten Gianyar adalah TPA sampah, yaitu sarana fisik yang dibangun oleh

     pemerintah kabupaten Gianyar untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir

    sampah. TPA sampah ini digunakan untuk menyimpan, memilah, mengelola, dan

    memusnahkan sampah yang berasal dari seluruh kabupaten Gianyar dengan cara

    tertentu sehingga diharapkan dampak negatif yang ditimbulkan dapat dihilangkan

    atau dikurangi. Jadi, keberadaan TPA itu merupakan sebuah lokasi atau area

    xlix

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    50/240

    yang ada di desa Temesi Kabupaten Gianyar, sebagai tempat pembuangan

    sampah dengan jarak 6.5 Km dari pusat Kota Gianyar dengan luas 4 hektar yang

    digunakan untuk menampung dan memilah, mengolah, dan memusnahkan

    sampah. 

    Secara spesifikasi teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan

    tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak

    mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan

    dan pembuangan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana

    sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

    lingkungan sekitarnya. Karenanya, diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan

    yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik . 

    TPA di Desa Temesi ini memiliki beberapa fasilitas dalam mendukung

    kegiatannya seperti Unit Pemilahan dan Composting, Unit Pengelolaan Energi,

    dan Aktivitas wisata lingkungan yang bisa dikunjungi baik dari kalangan peneliti,

    mahasiswa, instansi swasta maupun pemerintah.

    a. Sampah

    Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga

    untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak

    atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau

    ditolak atau buangan (Kamus istilah Lingkungan 1994 dalam Iskandar, 2006: 1).

    Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber asil

    aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nialai ekonomis

    (Iskandar, 2006: 1). Menurut Tandjung (dalam Iskandar, 2006: 1) menyatakan

    l

  • 8/18/2019 Unud-256-1225324117-Respons Masyarakat Setempat Terhadap Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Di Desa …

    51/240

    sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau

     pemakai semula.

    Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah

     bahan atau barang selain zat cair dan gas, yang sudah dibuang karena tidak

    terpakai lagi, tidak berguna lagi atau tidak dikehendaki.

    Sampah yang tidak berguna lagi itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja.

    Sampah merupakan tempat bertumbuhnya berbagai bibit penyakit. Oleh karena

    itu, Sangat penting memanfaatkan sampah untuk sedapat mungkin diproses

    kembali menjadi barang/bahan yang bermanfaat bagi manusia; didaur ulang dan

     juga dijadikan kompos. Sampah dari berbagai macam bentuk dapat di pisah-

     pisahkan sesuai dengan kegunaannya. Sampah bahan organik bisa diolah

    menjadi kompos dan sampah bahan nonorganik diolah menjadi biji pelet yang

    digunakan sebagai bahan baku pembuat plastik untuk alat-alat rumah tangga dan

    mainan anak-anak.

    b. Pengelolaan Sampah

    Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008,

     pengelolaan sampah bertujuan untuk menin