kasus 1 256

37
STEP I sudah cukup jelas STEP II 1. Bagaimana tahap tahap pertumbuhan bayi dari usia 0 - 5 tahun ? 2. Bagaimana tahap tahap perkembangan bayi dari usia 0 - 5 tahun? 3. Masalah yang timbul dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak? 4. Bagaimana penilaian tumbuh kembang anak? 5. Bagaimana penanganan masalah tumbuh kembang anak? STEP III 1. 2. Usia 0- 3 bulan: Berat Badan (Kilogram) Lahir 3,25 3-12 bulan Usia (bulan) + 9/ 2 1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8 7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5/ 2 Tinggi Badan (Centimeter) Lahir 50 1 tahun 75 2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 7/7

Upload: yayu-alawiiah

Post on 31-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasus 1 256

STEP I

sudah cukup jelas

STEP II

1. Bagaimana tahap tahap pertumbuhan bayi dari usia 0 - 5 tahun ?

2. Bagaimana tahap tahap perkembangan bayi dari usia 0 - 5 tahun?

3. Masalah yang timbul dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak?

4. Bagaimana penilaian tumbuh kembang anak?

5. Bagaimana penanganan masalah tumbuh kembang anak?

STEP III

1.

2.  Usia 0-3

bulan:

Mengan

gkat

kepala

setinggi

45°

Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah

Melihat dan menatap wajah anda

Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh 

Berat Badan (Kilogram)

Lahir 3,25

3-12 bulan Usia (bulan) + 9/ 2

1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8

7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5/ 2

Tinggi Badan (Centimeter)

Lahir 50

1 tahun 75

2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 7/7

Page 2: kasus 1 256

Suka tertawa keras 

Bereaksi terkejut terhadap suara keras

Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak

 Usia 3-6 bulan:

Berbalik dari telungkup ke telentang

Mengangkat kepala setinggi 90°

Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

Menggenggam pensil

Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

Memegang tangannya sendiri

Berusaha memperluas pandangan

Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil

Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik

Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain

sendiri

 Usia 6-9 bulan:

Duduk sendiri (dalam sikap bersila)

Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

Merangkak dan meraih mainan atau mendekati seseorang

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda pada

saat yang bersamaan

Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup

Bersuara tanpa arti seperti: mamama, bababa, dadada, tatata

Mencari mainan/benda yang dijatuhkan

Page 3: kasus 1 256

Bermain tepuk tangan/cilukba

Bergembira dengan melempar benda

Makan kue sendiri

 Usia 9-12 bulan:

Mengangkat badannya ke posisi berdiri

Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi

Dapat berjalan dengan dituntun

Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan

Mengenggam erat pensil

Memasukkan benda ke mulut

Mengulang menirukan bunyi yang didengar

Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti

Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja

Bereaksi terhadap suara bisikan (perlahan)

Senang diajak bermain "CILUK BA"

Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal

 Usia 12-18 bulan:

Berdiri sendiri tanpa berpegangan

Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

Berjalan mundur 5 langkah

Memanggil ayah dengan kata "papa", memanggil ibu dengan kata

"mama".

Menumpuk dua buah kubus

Memasukkan kubus di kotak

Page 4: kasus 1 256

Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa

mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu

Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

 Usia 18-24 bulan:

Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik

Berjalan tanpa terhuyung-huyung

Bertepuk tangan, melambai-lambai

Menumpuk empat buah kubus

Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

Menggelindingkan bola kearah sasaran

Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti

Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga

Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri

 Usia 24-36 bulan:

Jalan menaiki tangga sendiri

Dapat bermain dan menendang bola kecil

Mencoret-coret pensil pada kertas

Bicara dengan baik, menggunakan dua kata

Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau

lebih

Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu membawa suatu

benda jika diminta

Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah

Melepas pakaiannya sendiri

 Usia 36-48 bulan:

Page 5: kasus 1 256

Berdiri pada satu kaki selama 2 detik

Melompat dengan kedua kaki diangkat

Mengayuh sepeda roda tiga

Menggambar garis lurus

Menumpuk 8 buah kubus

Mengenal 2-4 warna

Menyebut nama, umur, tempat.

Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan

Mendengarkan cerita

Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

Bermain bersama ternan, mengikuti aturan permainan

Mengenakan sepatu sendiri

Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

 Usia 48-60 bulan:

Berdiri pada satu kaki selama 6 detik

Melompat dengan kedua kaki diangkat

Mengayuh sepeda roda tiga

Menggambar garis lurus

Menumpuk 8 buah kubus

Mengenal 2-4 warna

Menyebut nama, Usia, tempat

Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan

Mendengarkan cerita

Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

Page 6: kasus 1 256

Mengenakan sepatu sendiri

Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

 Usia 60-72 bulan:

Berjalan lurus

Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik

Menggambar 6 bagian tubuh, menggambar orang lengkap

Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

Menggambar segi empat

Mengerti arti lawan kata

Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya

Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10

Mengenal warna-warni

Mengungkapkan simpati

Mengikuti aturan permainan

Berpakaian sendiri tanpa dibantu

3. 1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator

seluruh perkembangan anak.  Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan

gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2.      Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang

tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada

susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

3.      Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat

dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang

menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor

seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis

Page 7: kasus 1 256

atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan

motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4.      Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan

gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

5.      Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada

anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti

meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat

luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan

perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi

sosial, komunikasi dan perilaku.

6.      Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh

intelegensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan

individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang dianggap normal.

7.      Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Merupakan

gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian

yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

4. Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan.

Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:

1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Page 8: kasus 1 256

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

STEP IV

STEP V

1. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?2. Aspek spek penilaia dan alat yang digunakan?

Page 9: kasus 1 256

3. Manajemen tumbuh kembang anak?

SETEP VIBelajar Mandiri

SETEP VII

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang

merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh

kembang anak antara lain:

1. Faktor Dalam

Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika,

maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya

Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus

Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja.

Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih

cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan

anak laki-laki akan lebih cepat

Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri

khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang

anak seperti kerdil.

Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan

kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

2. Faktor Luar

Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin

Page 10: kasus 1 256

Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital

seperti club foot

Toksi/zat kimia : beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan

kongenital.

Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin

seperti deformitas anggota gerak

Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH

dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam

kelainan jantung.

Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan

ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian

melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan

hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak

Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan

salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain

3.  Faktor Persalinan Dan Pasca Salin

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak

Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat

Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan

jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani

Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup

berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang

kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia

tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

4.  Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki

oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan, akan mengalami

hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya

Page 11: kasus 1 256

5.  Sosio-Ekonomi

Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan

yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

6. Lingkungan Pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh

kembang anak

7. Stimulasi

Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga,

misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegiatan anak.

8. Obat-Obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian

halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan

2. ANTOPOMETRI

1. Berat Badan

Berat badan BBL normal adalah 2500-4000 gr.

Penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama

Perkiraan berat badan :

5 bulan = 2 X BB lahir

1 tahun = 3 X BB lahir

2 tahun = 4 X BB lahir

pra sekolah = 2 kg / tahun

Growth spurt (Pacu tumbuh) :

Anak perempuan : 8-18 tahun

Anak laki-laki : 10-20 tahun

Page 12: kasus 1 256

Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi yang

baik :

Triwulan pertama : 700 - 1000 gr

Triwulan kedua : 500 - 600 gr

Triwulan ketiga : 350 - 450 gr

Triwulan keempat : 250 - 350 gr

Formula berat badan :

BB = 8 + 2n Kg

n : jumlah umur dalam tahun

2. Panjang Badan/Tinggi Badan

Panjang badan BBl normal 48-50 cm.

Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :

Triwulan pertama : 10 cm

Triwulan kedua : 6 cm

Triwulan ketiga : 5 cm

Triwulan keempat : 4 cm

Perkiraan panjang badan :

1 tahun = 1,5 X PB lahir

4 tahun = 2 X PB lahir

6 tahun = 1,5 X TB 1 tahun

13 tahun = 3 X PB lahir

Dewasa = 3,5 X PB lahir atau 2 X TB 2 tahun

Fomula tinggi badan anak lebih dari 3 tahun :

TB = 80 = 5n cm

n : jumlah umur dalam tahun

3. Lingkar Kepala

Berhubungan dengan isi ruang tengkorak (Pertumbuhan otak).

Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)

Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.

Page 13: kasus 1 256

Perkiraan lingkar kepala :

6 bulan : 44 cm

1 tahun : 47 cm

2 tahun : 49 cm

10 tahun : 53 cm

dewasa : 55-57 cm

Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, begitu juga

sebaliknya.

Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6

bulan pertama setelah lahir, setalah itu hanya terjadi pembesaran sel-sel

otak saja.

Berat otak BBL adalah 1/4 berat otak orang dewasa tapi jumlah selnya

sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.

4. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas BBL adalah 9,5-13,5 cm.

Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak

terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh disbandingkan berat

badan.

Efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh kembang anak pra

sekolah yaitu 1-3 tahun.

Alat yang digunkan adalah pita ukur/metlin.

Diukur pada pertengahan lengan kiri bagian atas.

Lengan harus dalam keadaan tergantung bebas dan lingkar metlin tidak

ketat dan tidak longgar.

Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan.

Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:

1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya.

Page 14: kasus 1 256

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan

berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b. Alat yang digunakan

Ø Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,

peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas,

pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia

kronologis anak saat diperiksa).

Ø Lembar formulir DDST II

Page 15: kasus 1 256

Ø Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan

cara penilaiannya.

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:

3-6 bulan

9-12 bulan

18-24 bulan

3 tahun

4 tahun

5 tahun

Page 16: kasus 1 256

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi

diagnostik yang lengkap.

d. Penilaian

Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat

kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

Cara pemeriksaan ddst ii

§ Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan

diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu

tahun.

§ Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika

sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

§ Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas

perkembangan pada formulir DDST.

§ Setelah itu dihitung pada masing-masing sektorberapa yang P dan berapa yang F

§ Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,

Meragukan dan tidak dapat dites.

1) Abnormal

a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1

sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut

tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukan

a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang

sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal

usia.

Page 17: kasus 1 256

3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau

meragukan.

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

3. Pengukuran anthropometri

Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam

“Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun

1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai :

Pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada

tingkat usia dan derajad nutrisi yang berbeda.

Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran

komposisi tubuh

yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak.

Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan

anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal,

dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak.

Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan

(growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang

akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur.

Langkah-langkah Manajemen Tumbuh Kembang Anak

• Pengukuran antropometri : berat, tinggi, lingkar kepala, lingkar dada,

lingkar lengan, tebal kulit.

• Penggunaan kurva pertumbuhan anak (KMS,NCHS)

• Penilaian dan analisa status gizi & pertumbuhan anak

• Penilaian perkembangan anak, dan maturasi

• Intervensi (preventif, Promotif, Kuratif, Rehabilitatif).

Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari

sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi.

Page 18: kasus 1 256

Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara

berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal

lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi

pada bayi dan anak.

1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :

• Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku,

beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur

tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang

pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak

diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.

• Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk

anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan

wanita.

• Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak

dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi

nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi

referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai

sebagai indikator obesitas.

2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur

yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran

kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan

menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki

pada tahun 1969.7

3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan,

subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan.

Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal

(Harpenden Caliper).

Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara

luas,

Page 19: kasus 1 256

yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai

disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil

juga (lihat pada lampiran,CDC tahun 2004).8-10 Tingkat kelebihan berat

badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) BMI untuk populasi

umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal

pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan

standard deviasi yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD

di suatu negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 dinegara lain.

Suatu kurva persentil dari BMI atas dasar referens populasi

internasional yang dikembangkan oleh IOTF (International Obesity Task

Force) pada tahun 1997 untuk mengatasi keterbatasannya. Batas (cut off

points) obesitasdalam kaitan

persentil adalah BMI 25 kg/m2 dan BMI 30kg/m2 pada orang dewasa.

Tabel 1. Definisi pada CDC BMI

terhadap umur Underweight

BMI - for – age < 5th percen tile

At risk of overweight BMI – for - age 85th percentile

Overweight BMI - for – age ≥ 95th percentile

HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS

Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis

memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial artinya bahwa anak autistik

memiliki hambatan dalam kualitas berinteraksi dengan individu di sekitar

lingkungannya, seperti anak-anak autis sering terlihat menarik diri, acuh tak acuh,

lebih senang bermain sendiri, menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada

kontak mata dengan orang lain dan bagi mereka yang keterlekatannya terhadap

orang tua tinggi, anak akan merasa cemas apabila ditinggalkan oleh orang tuanya.

Page 20: kasus 1 256

Sekitar 50 persen anak autis yang mengalami keterlambatan dalam berbicara dan

berbahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami pembicaran orang lain

yang ditujukan pada mereka, kesulitan dalam memahami arti kata-kata dan

apabila berbicara tidak pada konteks yang tepat. Sering mengulang kata-kata

tanpa bermaksud untuk berkomunikasi, dan sering salah dalam menggunakan kata

ganti orang, contohnya menggunakan kata saya untuk orang lain dan

menggunakan kata kamu untuk diri sendiri.

Mereka tidak mengkompensasikan ketidakmampuannya dalam berbicara dengan

bahasa yang lain, sehingga apabila mereka menginginkan sesuatu tidak meminta

dengan bahasa lisan atau menunjuk dengan gerakan tubuh, tetapi mereka menarik

tangan orang tuanya untuk mengambil obyek yang diinginkannya. Mereka juga

sukar mengatur volume suaranya, kurang dapat menggunakan bahasa tubuh

untuk berkomunikasi, seperti: menggeleng, mengangguk, melambaikan tangan

dan lain sebagainya.

Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi

lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas

artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus

mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang

berlebihan.

Lorna Wing menuliskan dua kelompok besar yang menjadi masalah pada

anak autis yaitu:

a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)

1). Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to sounds).

Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang

sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di

sampingnya. Anak autis dapat juga sangat tertarik pada beberapa suara benda

Page 21: kasus 1 256

seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara

tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.

2). Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding speech).

Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, tidak

dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila

dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia lima tahun banyak autis yang

mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.

3). Kesulitan ketika bercakap-cakap (Dificulties when talking).

Beberpa anak autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk

mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang

diucapkan orang lain, mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan kata

sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara fleksibel atau

mengungkapkan ide.

4). Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and voice

control). Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara

tertentu yang mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yang hampir

sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit. Mereka

biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol kekerasan (loudness) suara.

5). Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding

things that are seen). Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahaya yang

sangat terang, seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak autis mengenali orang

atau benda dengan gambaran mereka yang umum tanpa melihat detil yang

tampak.

6). Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding gesturs).

Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi; seperti

gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.

7). Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and smell).

Page 22: kasus 1 256

Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan

pembau mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.

8). Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement). Ada gerakan-

gerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak

yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan

menyeringai.

9). Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled movements).

Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat dan

seimbang seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan seperti

memiliki bebrapa kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidak

menikmati memanjat. Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan dan

berlari atau sebaliknya.

b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional

problems).

1. Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal). Banyak anak

autis yang berprilaku seolah-olah orang lain tidak ada. Anak autis tidak merespon

ketika dipanggil atau seperti tidak mendengar ketika ada orang yang berbicara

padanya, ekspresi mukanya kosong.

2. Menentang perubahan (Resistance to change). Banyak anak autis yang

menuntut pengulangan rutinitas yang sama. Beberapa anak autis

memilikirutinitas mereka sendiri, seperti mengetuk-ngetuk kursi sebelum duduk,

atau menempatkan objek dalam garis yang panjang.

3. Ketakutan khusus (Special fears). Anak-anak autis tidak menyadari bahaya

yang sebenarnya, mungkin karena mereka tidak memahami kemungkinan

konsekuensinya.

4. Prilaku yang memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).

Pemahaman anak autis terhadap kata-kata terbatas dan secara umum tidak matang,

mereka sering berperilaku dalam cara yang kurang dapat diterima secara sosial.

Page 23: kasus 1 256

anak-anak autis tidak malu untuk berteriak di tempat umum atau berteriak dengan

keras di senjang jalan.

5. Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play). Banyak anak autis

bermain dengan air, pasir atau lumpur selam berjam-jam. Mereka tidak dapat

bermain pura-pura. Anak-anak autis kurang dalam bahasa dan imajinasi, mereka

tidak dapat bersama-sama dalam permainan denga anak-anak yang lain.

IMPLEMENTASI METODE TEACCH UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF DAN PRILAKU ADAPTIF ANAK AUTIS

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meingkatkan kemampuan kognitif

dan prilaku adaptif anak autis.adalah metode TEACCH (Treatment and Education

of Autistic and Related Communication Handicapped Children and Adults), yang

dilaksanakan di Universtas North Carolina, metode ini memberi banyak

pemahaman dan pelatihan bagi guru untuk bekerja dengan anak-anak autis.

Metode ini juga mempunyai kumpulan asesmen pendidikan dan materi kurikulum

yang dipadukan dengan seluruh program dan pendekatan pendidikan

mereka.Salah satu program aplikasi metode TEACCH adalah dengan

menggunakan system komunikasi visual, yang mana anak berkomunikasi dengan

setiap orang melalui gambar dan foto. Hal ini karena ketertarikan anak autis

terhadap obyek (gambar) lebih tinggi daripada terhadap manusia. Proses timbal

balik dalam suatu system komunikasi dengan gambarpun dibuat lebih mudah

sehingga lebih mudah divisualisasi. seorang anak autis membawa gambar untuk

meminta pertolongan, kemudian guru menghampiri, anak menunjuukkan gambar

minta dan kue, kemudian gurunya memberikan kue.

Dalam aplikasi metode TEACCH, kurikulum berikut karakteristik sosial telah

diobservasi selama observasi yang meliputi: proximity, (kedekatan), objects and

body use (penggunaan benda dan tubuh), social response (respon sosial), social

initiation (permulaan sosial), interfering (behavior), menyentuh prilaku dan

adaptation to change (menyesuaikan terhadap perubahan).

1. Proximity. Pada proximity, observasi dilakukan tentang toleransi bagian tubuh,

“arah” adalah aspek lain dari: apakah kita menatap dengan benar ketika sedang

Page 24: kasus 1 256

berbicara dengan anak autis? Apakah dia (anak autis) melihat kita ketika kita

bicara kepadanya? Apakah dia memahami aktivitas? (missal: area rekreasi untuk

bermain, atau sudut ruangan untuk bekerja).

2. Objects and body use. Apakah anak autis memiliki anyak gerakan yang aneh?

(missal: jalan berjinjit)? Apakah dia memahami bahwa sendok adalah alat yang

digunakan untuk makan dengan atau tanpa bunyi ketika menggunakannya?

3. Response social. Bagaimana reaksi anak autis ketika orang lain tersenyum atau

mengucapkan salam? Atau ketika teman atau saudaranya mengajak bermain?

Apakah anak autis dapat berjabatan tangan?

4. Social initiation. Apakah anak autis dapat mengucapkan selamat pagi pada

dirinya sendiri di pagi hari? Itu dapat menjadi suatu keterampilan hubungan

masyarakat yang sangat penting di kemudian hari ketika dia sudah bekerja.

Kemampuan prilaku adaptif ini dapat menentukan sikap karyawan lain untuk

menghargai dan menerima orang autis. Apakah orang autis dapat menjelaskan

bahwa dia kebingungan, belum mengerti sesuatu atau bahwa dia tidak mempunyai

garpu dan sendok?

5. interfering behavior. Apakah anak autis menunjukkan agresi terhadap dirinya

sendiri atau orang lain?

6. Adaptation to change. Apakah anak autis merasa terganggu ketika program

atau posisi benda yang ada di lingkungannya berubah? Apakah dia mampu

menggeneralisir keterampilan dan prilaku yang adaptif pada aktivitas situasi lain?.

Karakteristik itu semua diamatai dalam berbagai situasi yang relevan dengan

kehidupan anak autis, waktunya tersetruktur, ketika sedang bermain, waktu

makan, selama perjalanan, ketika bertemu dengan orang lain.

TABEL I

Structuer

Time

Cuntext

proximity

Object/

body

use

Social

initiation

Social

respon

Interfering

behavior

Adaptation

to change

Page 25: kasus 1 256

Play/leisure

Travel

Mealtime

Meeting

othets

Contoh aplikasi metode TEACCH :

1. Seorang anak autis masuk ke dalam kelas untuk pertama kali. Dia belum

terbiasa untuk belajar, dan sulit untuk duduk. Guru menyuruh dia untuk

mengambil kartu dan memasukkan ke dalam kotak yang sesuai dengan warna

kartu, tapi dia tidak mengerti. Dia menangis dan teriak. Dia menunjukkan

‘penolakan’ dengan tidak mengijinkan siapapun untuk mendekat.

2. Tiga minggu kemudian. Guru memberikan kartu ketika anak autis masuk ke

dalam kelas, dia masih belum mengerti dan bergerak dari satu tempat ke tempat

lain. Kemudian guru menuntun dia secara fisik, memberikan dorongan pada arah

yang benar, dia merespon. Dia menunjukkan penolakan tetapi tidak lama dan dia

membutuhkan dorongan fisik.

3. Tiga bulan kemudian. Anak mulai memahami rutinitas kelas. Dia datang

kemudian mengambil kartu dari guru dan memasukkannya pada kotak yang

warnanya sama, guru berkata yang harus dilakukan oleh anak (jadwal pada hari

itu), atau menunjukkan gambar yang menandakan kegiatan yang harus dilakukan

oleh anak. Dia melakukan aktivitas sesuai dengan gambar yang ditunjukkan oleh

guru. Pada tahap ini anak tidak memerlukan prompt fisik, tetapi memerlukan

prompt khusus.

4. Beberapa bulan kemudian anak dapat melakkan aktivitasnya sendiri tanpa

bimbingan dari guru atau orang lain. Kemandirian inilah yang diharapkan oleh

guru dan orang tua, kemandirian yang tidak mengkat keterlibatan guru

Page 26: kasus 1 256

mendampingi anak autis lebih lama. Dia mampu menggeneralisasi prilaku

adaptifnya dalam segala situasi.

DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, A. Azis Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Dr. Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba

Medika.

Needlman Robert D. Overview and Assessment of Variability, Part II Growth and

Development Dalam: Nelson Textbook Pediatrics. Penyunting: Nelson

Waldo E., dkk.. edisi 17, W.B.Saunders Co.,Philadelphia 2004 : 23-66.

Moersintowarti B.Narendra. Penilaian Status Gizi Dalam Manajemen Tumbuh

Kembang Anak Malnutrisi; Dikemukakan dalam Kongres II

Page 27: kasus 1 256

Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Thema :Peluang &

Tantangan Gizi medik di Era Millenium III. Surabaya, 13-14 Oktober

2000.