komunitas iii

59
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Karya sederhana ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunitas III di STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Tangerang Selatan. Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. H. Darsono sebagai Ketua Yayasan Widya Dharma Husada yang telah mencurahkan segenap perhatian dan pemikiran untuk kemajuan yayasan dan perkembangan mahasiswa. 2. Drs. H. M. Hasan, SKM,. M.Kes sebagai Ketua STIKes Widya Dharma Husada yang telah bekerja keras dalam peningkatan kualitas pendidikan di STIKes ini. 3. Ns. Dewi Fitriani, S.kep. Selaku dosen mata kuliah manajemen keperawatan yang telah memberikan dorongan dalam penyusunan makalah ini 4. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini. 5. Rekan-rekan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik i

Upload: hariyantilestari

Post on 24-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komunitas

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Karya sederhana ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunitas III di STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Tangerang Selatan.

Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1.Dr. H. Darsono sebagai Ketua Yayasan Widya Dharma Husada yang telah mencurahkan segenap perhatian dan pemikiran untuk kemajuan yayasan dan perkembangan mahasiswa.

2.Drs. H. M. Hasan, SKM,. M.Kes sebagai Ketua STIKes Widya Dharma Husada yang telah bekerja keras dalam peningkatan kualitas pendidikan di STIKes ini.

3.Ns. Dewi Fitriani, S.kep. Selaku dosen mata kuliah manajemen keperawatan yang telah memberikan dorongan dalam penyusunan makalah ini

4.Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

5.Rekan-rekan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini menjadi tambahan pengetahuan bagi siapa pun yang membacanya.

Tangerang selatan, 24 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

iKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

1BAB I PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang

2B. Tujuan

2C.Sistematika Penulisan

3BAB II TINJAUAN TEORITIS

3A.Konsep Promosi Kesehatan

22B.Program Kesehatan

23C.Satuan acara penyuluhan

25BAB III PENUTUP

25A.Kesimpulan

25B.Saran

iDAFTAR PUSTAKA

1LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.

Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan. Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang Promosi Kesehatan.

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima, Demokratisasi.

Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003 dalam notoatmodjo).

B. Tujuan

1.Tujuan Umum

Diharapkan pembaca mampu, memahami, menjelaskan serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dari makalah ini sehingga lebih bermanfaat baik bagi diri pribadi maupun untuk masyarakat luas.

2.Tujuan Khusus

a.Memahami dan menjelaskan definisi Konsep kesehatan.b.Memahami dan menjelaskan tentang perubahan perilaku dan pendidikan kesehatan.c.Memahami dan menjelaskan tentang peran promosi kesehatan dalam perubahan perilaku.d.Memahami dan menjelaskan tentang dimensi pomosi kesehatan e.Memahami dan menjelaskan tentang strategi promosi kesehatanf.Memahami dan menjelaskan tentang sasaran promosi kesehatang.Memahami dan menjelaskan tentang program kesehatanh.Memahami dan menjelaskan tentang satuan acara penyuluhanC.Sistematika Penulisan1. BAB I

: Pendahuluan

2. BAB II

: Tinjauan teori

3. BAB III: Kesimpulan

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Promosi Kesehatan

1. Definisi

promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).

promosi kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu, tetapi juga perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. (Nutbeam 2007), Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat.

WHO (2008) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.

Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian, sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).

2. Perubahan prilaku dan pendidikan kesehatan Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. (Blum: 2009). Oleh sebeb itu, dalam rangka membina dan meningkatakan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada factor prilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Masing - masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui : a. Paksaan (coertion)

Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara - cara tekanan, paksaan atau koersi(coertion). Upaya ini bisa secara tidak langsung dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan (law enforcement), intruksi-intruksi, dan secara langsung melalui tekanan-tekanan (fisik atau non fisik), sanksi-sanksi dan sebagainya. b. Pendidikan (education)

Upaya agar masyarakat berprilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau romosi kesehatan. Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh tiga factor utama yaitu:

1) Factor predisosisi

Factor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan keseatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi.

2) Factor pemungkin (Enabling factors)

Factor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta.

3) Factor penguat (Reinforcing factors)

Factor ini meliputi factor sikap dan prilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan prilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.3. Peran promosi kesehatan dalam perubahan perilaku

Promosi kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, seingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur:

a. Input adalah asaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat, dan pendidik pelaku pendidikan)

b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).Hasil (output) yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.

4. Dimensi promosi kesehatan

Sampai saat ini masih terjadi distorsi pemahaman promosi kesehatan. Promosi kesehatan masih dipahami semata-mata sebagai pengganti istilah pendidikan kesehatan. Secara institusional mungkin benar bahwa promosi kesehatan itu merupakan pengganti pendidikan atau penyuluhan kesehatan, namun secara konsep berbeda, maka lebih baik dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Terminology promosi dalam promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung empat pengertian sekaligus,yakni:

a. Peningkatan seperti halnya dalam five level of prevention dari leavels and clark (1974), dimana pencegahan tingkat pertama adalah healt promotion . terminology ini juga seperti di gunakan dalam dunia akademik (promosi doctor), atau dunia pekerjaan (promosi jabatan). Dalam konsep lima tingkat pencegahan (five levels of prevention), pencegahan tingkatpertama dan utama adalah promosi kesehatan (healt promotion). Secara lengkap adalah:

1) Promosi kesehatan(healt promotion)

2) Perlindungan khusus melalui imuniasi

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera

4) Disability limitation (membatasi atau mengurangi kecacatan)

5) Pemulihan

b. Memasarkan atau menjual, seperti yang berlaku di dunia bisnis sehingga muncul istilah dalam fungsi sales promotion girls adalan seseorang yang bertugas memasarkan atau menjual sesuatu produk tertentu, bahkan disuatu prusahaan menciptakan jabatan striktural manager promosi/pemasaran

c. Dalam literature lama,banyak dijumpai istilah propaganda kesehatan yang sebenarnya adalah mempengaruhi orang lain atau masyarakat untuk melaukan hal-hal yang orang lain atau masyarakat untuk melakukan hal-hal yang sehat misalnya: makan makanan bergizi, minum air yang direbus, buang air besar di jamban.d. Belakangan muncul di lapangan atau dalam praktisi promosi kesehatan, bahwa promosi kesehatan dilakukan dan identik dengan penyuluhan kesehatan.tidak keliru memang karena dalam penyuluhan tersebut terjadi proses peningkatan pengetauan kesehatan bagi masyarakat.

Dalam strategi Global Promosi Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO,1984) merumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung tujuh prinsip, yakni:

1) Perubahan prilaku

Seperti telah disebutkan diatas bahwa pendidikan kesehatan mempunyai tujuan focus utama perubahan perilaku. Promosi kesehatan tetap masih menargetan perubahan perilaku. Namun perubahan perilaku yang dimaksutkan oleh promkes bukan semata-mata perilaku masyarakat saja melainkan juga perilaku tokoh masyarakat dan tidak kalah pentingnya perilaku para pembuat keputusan diberbagai jenis maupun tingkatan intitusi baik pemerintahan maupun nonpemerintahan. Dimensi perubahan perilaku yang diharapkan terhadap tiga sasaran tersebut(primer,sekunder,tersier) memang sedikit berbeda antara lain:

a) Untuk masyarakat (sasaran primer) diharapkan memunyai pemahaman pengetahuan yang benar tentang kesehatan dengan pengetahuan yang benar tentang kesehatan ini mereka akan mempunyai sikap positif tentang kesehatan dan selanjutnya diharapkan akan terjadi perybahan perilaku.

b) Untuk tokoh masyarakat (sasaran sekunder), perubahan perilaku yang diharapkan juga seperti pada sasaran primer, yakni mereka ini berprilaku sehat di tengah-tengah masyarakat.

c) Untuk para penentu kebijakan atau para pejabat pemerintahan setempat(sasaran tersier), prilaku yang diharapkan mencakup 3 hal,yakni:

(1) Berprilaku sehat untuk dirinya sendiri.

(2) Para pejabat yang berprilaku sehat dengan dirinya sendiri juga akan jadi contoh untuk masyarakat yang lain

(3) Sikap dan prilaku yang sangat penting diharapkan adalah berkaitan dengan otoritasnya sebagai penguasa yang mempunyai kewenangan untuk membuat kebijakan-kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

2) Perubahan social

Kesehatan adalah bagian dari kesejahteraan social. Oleh sebab itu di beberapa Negara dua kementrian ini, kementrian kesehatan dan keentrian social digabung menjadi satu, dengan nama kementrian kesehatan dan kesejahteraan social (ministry of health and social welfare). Pada pemerintahan adbdurrahman Wahid (Gusdur). Kementrian kesehatan dan departemen social ini juga pernah digabung menjadi satu departemen saja. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa promosi kesehatan tidak hanya sekedar berbisnis tentang perubahan prilaku semata, sebagai salah satu determinan kesehatan, tetapi juga determinan kesehatan atau factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yang lain.

3) Perubahan lingkungan fisik

Lingkungan fisik termasuk sarana dan prasarana untuk kesehatan sangat penting perannya dalam mempengaruhi kesehatan dan juga prilaku kesehatan. Karena dengan penyuluhan kesehatan atau pemberian informasi kesehatan hanya mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan kepada masyarakat. Karena untuk terwujudnya pengetahuan kesehatan menjadi prilaku praktik atau tindakan kesehatan memerlukan sarana dan prasarana lingkungan fisik.

Oleh sebab itu promosi kesehatan harus juga melakukan kegiatan bagaimana supaya masyarakat terfasilitasi sarana dan prasarana untuk mewudjudkan prilaku sehat.

4) Pengembangan kebijakan

Otoritas pengembangan kebijakan berada ditangan para pemegang kekuasaan atau otoritas masyarakat, utamanya adalah pemerintah daerah, baik eksekutif ,gubernur, bupati dan legislative. Dalam hal ini, promosi kesehatan melakukan advokasi kepada para pemegang otoritas ini agam mengembangkan kebijakan-kebijakan pblik yang berwawasan kesehatan.

5) Pemberdayaan

Tujuan dari pemberdayaan di bidang kesehatan adalah masyarakat baik secara individu, keluarga, dan kelompok atau komunitas mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Oleh sebeb itu terkait dengan urutan sebelumnya mereka agarmasyarakat berdaya dalam arti mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, hal ini berarti bahwa masyarakat harus diberikan kemampuan untuk memfasilitasi dirinya sendiri untuk hidu sehat.

6) Partisipasi masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan, seperti kader kesehatan, iuran jamban, dana sehat, posyandu, polindes, pos kesehatan, adalah merupakan perwujudan partisipasi masyarakat dibidang kesehatan. Di Indonesia kegiatan tersebut sudah ada sejak tahun 1970, di mulai oleh Yakum di solo dan di desa klampok-Banjarnegara. 7) Membangun kemitraan

Telah disebutkan di atas bahwa sector kesehatan tidak mungkin dapat berjalan sendiri dalam menjalankan program termasuk promosi kesehatan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat

Tujuan utama membangun kemitraan ini adalah untuk memperoleh dukungan sumber daya untuk terwujudnya sarana dan prasarana guna memfasilitasi perilaku hidup sehat masyarakat. Hal ini telah diuraikan pada bagianlingkungan fisik yang mendukung. Dalam mengembangkan kemitraan prinsip umum yang harus dipahamibersama antara sector kesehatan dengan mitra kerja adalah:

a) Persamaan (equity)

Dalam menjalin kemitran, masing-masing institusi atau lembaga harus menempatkan diri setara atau satu dengan yang lain, tidak ada satu pihak pun yang merasa lebih tinggi.,lebihbaik, lebih penting dibandingkan dengan pihak lain.

b) Keterbukaan (transparency)

Dalam memulai kemitraan dengan pihak yang lain proses kemitraan mulai perencanaan sampai dengan memonitor dengan mengevaluasi kegiatan bersama masing-masing pihak harus terbuka terhadap yabg lain.

c) Saling menguntungkan (mutual benefit)

Dalam menjalin kemitraan, masing-masing pihak harus di untungkan dengan adanya kegiatan atau hasil kegiatan bersama tersebut, selain itu dalam kemitraan tidak boleh ada pihak yang merasa dirugikan karena adanya kemitraan tersebut.5. Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karna masing-masing program tersebut mempunyai aspek prilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan kondisi promosi kesehatan.

Dari pengalaman bertahn-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju maupun negera berkembang, mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan ialah faktor pendukung-nya (enabling factor). Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor penduukung atau sarana dan prasarana tidak menunjang masyarakat untuk berprilaku hidup sehat. Misalnya, meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan (misalnya, sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan, dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu tersedianya jamban sehat, atau bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan, dan sebagainya, maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.

Oleh sebab itu WHO pada awal tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja. Promosi kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik, sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep promosi kesehatan ini secara organisasi struktural, maka pada tahuun 1984, Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) dalam WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promottion and Education). Sekitar 16 tahun kemudian, awal tahun 2000 Kementrian Kesehatan RI baru dapat menyesuaikan konsep WHO dengan mengubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan, dan kemudian berubah menjadi Pusat Promosi Kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. WHO telah merumuskan:Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, menttal, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change ao cope with the environment.(Ottawa Char-ter, 1986).

Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi kesehatan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat, kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhanyya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisiik, sosial budaya, dan sebagaianya). Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh salah satu negara bagian Australia sebagai berikut:health promotion is programs are designed to bring about change wwithin people, organization, sommunities,and their environment(Victoria Health Foundation, 1996).

Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan sebagaianya). Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktiik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbaharui batasan promosi kesehatan sebagai berikut:health promotion is the process of enabling individuals and communities to encrease control over the determinants of healths and thereby improve their health(WHO, 2003). Batasan WHO ini mengindikasikan bahwa ruang lingkup promosi kesehatan bukan hanya kegiatan intervensi terhadap perilaku dan lingkungan saja, tetapi mencakupi semua determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.6. Visi dan Misi Promosi KesehatanPromosi kesehatan harus mempunyai visi yang jelas. Yang dimaksud visi dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari undang-undang Kesehatan No. 36/2009, maupun WHO, yakni meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dalam meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Promosi kesehatan di semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Untuk mencapai visi tersebut, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang disebut misi. Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi tiga butir.

a. Advocat (Advocate)Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambilan keputusan di berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

b. Menjebatani (Mediate)

Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerja ama atau kemitraan ini perabn promosi kesehatan diperlukan.

c. Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan kemampuan atau keterampilan agar mereka mandiri di banding kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Misalnya, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan cara-cara bertani, beternak, bertanam obat-obatan tradisional, koperasi, dan sebagainya dalam rangka meningkatkan pendapat keluarga (in come generating). Selanjutnya dengan ekonomii keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat.

7. Strategi Promosi KesehatanUntuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan seperti diuraikan diatas, diperlukan cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efesien. Cara ini sering disebut strategi. Jadi strategi ialah, cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efekstif dan efesien.a. Strategi Global (Promosi Kesehatan) Menurut WHO, 1984

1) Advokasi (advocacy)Kegiatan yang ditunjukan kepada pembuat keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik dibidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informasi terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu tau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah keesehatan, dan sebagainya.Output kegiatan advokasi adalah undang0undangg, peraturan-peraturan daerah, instrukdi-instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu sasaran advokasi adalah para pejabat eksekusi, dan leegistik, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat, proviinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa atau kelurahan.

2) Dukungan sosial (social support)Kegiatan yang ditunjukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakatt. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjebatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.Pada masyarakatt yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma ddan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan sosiial ini antara lain pelatihan-pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.

3) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)Pemberdayaan ini ditunjukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan,, tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya, koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya gotong-royong kesehatan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat.

b. Stategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya rumusan strategi promosi kesehatan yang dikelompokan menjadi 5 butir.

1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)Kegiatan ini ditunjukan para pembuat keputusan atau penentu kebijakan, sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-kebijakann pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hai ini berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan di bidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya apabila orang akan mendirikan pabrik atau industri, maka sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan, sejauh mana lingkungan akan tercemar oleh limbah pabrik tersebut, yang akhirnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat sekitar.

2) Lingkungan yang mendukung (supportive enviroment)Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan ini ditunjukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public place). Kegiatan mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provider), baik pemetintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri (konsumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (konsumer). Dewasa ini titik berat pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah dan swasta, dan kurang melibatkanmasyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ini bervariasi, mulai dari terbentuknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap kesehatan, baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan-bantuan teknis (pelatihan); sampai dengan upaya-upaya swadaya masyarakat sendiri.

4) Keterampilan individu (personal skill)Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agreget, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga, dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (personal skill), adalah sangat penting. Hai ini berarti bahwa masing-masing individu di dalam masyarakat seyogianya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-cara memelihara kesehatannya, mengrnal penyakit, mampu meningkatkan kesehatannya, dan mampu mencari pengobatan yang layak bilamana mereka atau anak-anak mereka sakit.5) Gerakan masyarakat (community action)Telah disebutkan ddi atas bahwa kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan individu. Oleh sebab itu mewujuudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di masyarakat tersebut bersama-sama.

8. Sasaran promosi kesehatan Telah di sebutkan di atas bawah tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dan visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian mereka, karna terbatasnya sumber daya, akan tidak efektifnya apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta itu,langsung di alamatkan kepada masyarakat. oleh sebab itu perlu di lakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan. Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam 3 (tiga) kelompok sasaran.a. Sasaran primer (primary target)Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan, maka sasaran ini dapat di kelompokkan menjadi: kela keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KTA(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya upaya promosi yang di lakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengn strategi pemberdayaan masyarakat (empower ment).asaran b. Sasaran sekunder (secondary target)Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder,karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini di harapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di samping itu dengan perilaku sehat para rokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang di terima, aka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat masyarakat sekitar. Upaya promosi kesehatan yang di tujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).c. Sasaran tartier ( tertiary target)Para membuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingakat pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau sasaran yang de keluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum( sasara primer). Upaya promosi kesehatan yang di tujukan kepada sasaran tertier ini sejalan strategi advokasi (advocacy).

9. Ruang lingkup promosi kesehatan Cakupan promosi kesehatan, baik sebagai illmu maupun seni sangat luas. Cukupan tersebut dapat di lihat dari dua di mensi, yakni: a). Di mensi aspek pelayanan kesehatan b. Di mensi tatanan (setting) atau tempat pelayanan promosi kesehatan.

a. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatanTelah menjadi kesepakan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencangkup empat aspek pokok, yakni promotif, preventif, kuratik dan rehabilitatif. Ahli lain hanya menjadikan dua aspek, yakni : 1) aspek promotif preventif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan 2) aspek kuratif ( penyembuhan) dan rehabilitatif dengan sasaran kelompok orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan juga di kelompokkan menjadi dua.

1) Promosi kesehatan pada aspek preventif-promotif

Sasaran promosi kesehatan pada sapek promotif adalah sekelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di suatu masyarakat. Padahalkelompok orang sehat di suatu komunitas skitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak di bina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu di tingkatkan atau di bina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan bersifat dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap perlu di tingkatkan dan di bina kesehatannya.

2) Promosi kesehatan pada aspek penyembuhan dan pemulihan (kuratif-rehabilitatif).

pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup tiga upaya atau kegiatan yakni,

a) Pencegahan tingkat pertama (primery prevention)Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yangberiisiko tinggi (higt risk) misalnya kelompok ibu hamil dan menyusuin, pada kelompok obesitas (orang-orang yang ke gemukan), para perkerja seks (wanita atau pria), dan sebagainnya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)Sasaran promosi kesehatan pada sapek ini adalah para penderita pennyakit kronis misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainnya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakit menjadi lebih parah.

c) Pencegah tingkat ketiga (tertiary prevention)Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar meraka segera pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mngurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitas).

b. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan.Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan., maka ruang lingkup promosi keehatan ini dapat di kelompokan menjadi:

1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil oleh sebab itu untuk menccapai perilaku masyarakat yang sehat harus di mulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai berbentuk perilaku-perilaku masyatrakat orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua terutama ibu, merupakan peletakan dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.

2) Fasilitas pelayanan kesehatanFasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainnya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas tidak menjadi kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebagainnya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Meraka inilah yang bertanggung jawab atau terlaksannya pendidikan atau promosi kesehatan di insituasinya. Kepada para pemimpin atau manajer instituasi pelayanan kesehatan ini perlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawanya di perlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya di perlukan pelatihan tentang promosi kesehatan.beberapa rumah sakit memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyulihan) tersendiri di sebut PKMRS (penyuluhan/promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit).

c. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan Berdasarkan dimensi tingkat pelayanankesehatan, promosi kesehatan dapat di lakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention). Dari leavel and clark.

1) Promosi kesehatan ( health promotion)Dalam tingkat ini promosi kesehatan di perlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan, dan sebagainnya perlindungan khusus (specifik protection).

2) Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini,promosi kesehatan sangat di perlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi dengan cara perlindunag terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anak, masih rendah.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).Di kerenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdektesi bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mampu di perika dan di obati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat di perlukan pada tahap ini.

4) Pembatasan cacat (disability limitation)Kurang pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, sering mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobtan sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadappenyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidak mampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karen itu promosi kesehatan juga di perlukan pada tahap ini, agar masyarakat mau memeriksakan kesehatan secara dini.

5) Rehabilitasi ( rehabilitation)Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.untuk memeulihkan ke cacatannya tersebut di perlukan latihan-latihan tersebut. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut,nnmaka ia tidak atau segan melakukan latihan- latihan yang di anjurkan. Di samping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakitnya, kadang merasa malu untuk kembali kemasyarakat. Sering pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota yang normal. Oleh sebab itu,jelas, promosi kesehatan di perlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi jugauntuk masyarakat.

10. Sub- bidang keilmuan promosi kesehatan

diilustrasikan bahwa promosi kesehatan merupakan usaha intervensi untuk mengarahkan perilaku kepada tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Strategi dan pendekatan untuk ketiga faktor tesebut berbeda-beda, meskipun tidak secara eksplisit. Perbedaan strategi dan pendekatan tersebut berakibat di kembangkannya mata ajaran subdisiplin ilmu sebagai bagian dari promosi kesehatan. Mata ajaran tersebut antara lain:

a. Komunikasi Komunikasi di perlukan untuk mengondisika faktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan serta penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainnya, mengakibatkan meraka tidak berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka berperilaku komunikasi dan pemberian informasi kesehatan. Untuk dpat berkonukasi dengan efektif, para petugas kesehatan perlu di belakangi ilmu komunikasi, tersebut media komunikasi.

b. Dinamika kelompok Dinamika kelompok adalah salah satu metode promosi kesehatan yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu dinamika kelompok di perlukan dalam mengondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan, dan harus di kuasai oleh setiap petugas kesehatan.

c. Pengembangan dan pengorganisasikan masyarakat (PPM)untuk memperoleh perubahan perilaku yang efektif di perlukan faktor-faktor pendukung berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasiltas-fasilitas tersebut, sebagiannya haruus digali dan di kembangkan dari masyarakat. Masyarakat harus mampu mengorganisasikan komunikasinya sendiri untuk beberpa serta dalam menyediakan fasilitas untuk itu para petugas kesehatan harus di bekali ilmu pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (PPM).

d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)PKMD pada dasarnya adalah bagian dari PPM. Bedanya PKMD ini lebih mengarahkan kepada kesehatan. PKMD pada prinsipnya adalah wardah partisipasi masyarakat dalam bidang pengembangan kesehatan. filosofi dari PKMD adalah pelayanankesehatan untuk meraka, dari mereka, dan oleh meraka. Dan di samping itu PKMD adalah bentuk operasional dari primary health care yang merupakan wahana untuk mencapai kesehatan pada tahun 2000., dan merupakan kesepakatan internasional (Deklarasi Alta Atta). Oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus di bekali dengan PKMD. Namun dengan adanya posyandu,peran PKMD menjadi menurun bahkan menghilang.

e. Pemasaran sosil (social marketing)Untuk masyarakat produk kesehatan, baik yang berupa peralatan, fasilitas dan jasa-jasa pelayanan, di perlukan usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan ini menurut istilah promosi kesehatan di sebut pemasaran sosial. Pemasaran sosial di perlukan untuk intervensi pada faktor-faktor mendukung dan faktor-faktor pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat.

f. Pengembangan organisasiAgar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan organisai-organisasi masyarakat maupun berfungsi sebagai faktor pendukung dan mendorong perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka perlu di namisasi dari organisasi-organisasi tersebut.

g. Pendidikan dan pelatihan Semua petugas kesehatan, baik di lihat dari jenis maupun tingkatnya, pada dasarnya adalah pendidikan kesehatan. Di tengah-tengah masyarakat petugas kesehatan menjadi tokoh panutan di bidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Mereka juga merupakan panutan atau acuan perilaku, termasuk perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan prilaku yang positif, dan merupakan dorongan atau penguat perilaku sehat di masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut memperoleh pendidikan serta pelathan khusus tentang kesehatan serta ilmu perilaku.

h. Pengembangan media (teknologi promosi kesehatan)Agar di peroleh hasil yang efektif dalam proses promosi kesehatan di perlukan alat bantu atau media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalahsebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan-peasan tentang kesehatan.i. Perencanaan dan evaluasi promosi kesehatanUntuk mencapai tujuan program dan kegitan efektif dan efisien, diperlukan perancanaan dan evaluasi. perancanaan dan evaluasi program promosi kesehatan mempunyai kekhsusan, bila di bandingan dengan evaluasi program kesehatan yang lain. Hai ini karena tujuan program kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran yangmemerlukan pengukuran khusus. Oleh sebab itu untuk evaluasi secara umum, meraka perlu diberikan perancanaan dan evaluasi program kesehatan.

j. Perilaku kesehatanKegiatan utama program kesehatan adalah berurusan dengan perilaku, utamanya perilaku kesehatan. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan merupakan mata kuliah pokok promosi kesehatan. Pentingnya mempelajari perilaku dan promos kesehatan adalah agar dalam melakukan kegiatan promosi atau pendidikan kesehatan memperoleh hasil yang optimum.

k. Antropologi kesehatanPerilaku manusia di oengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi kesehatan.

l. Sosiologi kesehatanLatar belakang sosial, struktual sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mendalami aspek-aspek sosial masyarakat. Oleh karena itu mereka pun harus menguasai sosiologi kesehatan.

m. Psikologi sosial Psikologi merupakan dasar ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu,kelompok atau masyarakat, orang harus memperalaji psikologi. Dalam memahami perilaku masyarakat, psikologi sosial sangat di perlukan. Oleh sebb itu semua petugas kesehatan harus menguasai psikologi sosial.B. Program Kesehatan1. Program Kesehatan Ibu dan Anak

a. Tujuan

Meningkatnya persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2010

b. Strategi Promosi Kesehatan

Integrasi Promosi kesehatan dengan program KIA di fokuskan pada tatanan rumah tangga dan institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit yang besar untuk meningkatkan cakupan program KIA dan menurunnya angka kematian ibu.

c. Kegiatan

1) Pemberdayaan masyarakat dalam perawatan ibu hamil, bersalin, dan nifas.

2) Pembentukan suami siaga.

3) Pembentukan masyarakat Siaga.

2. Program Gizi Masyarakat

a. Tujuan

Meningkatnya prosentase bayi yang mendapatkan ASI ekslusif menjadi 80% pada tahun 2010.b. Strategi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan dengan program gizi masyarakat di fokuskan pada tatanan rumah tangga dan tempat tempat umum yang mempunyai daya ungkit yang besar untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI.

c. Kegiatan

1) Sosialisasi tentang peningkatan penggunaan ASI.

2) Peningkatan perilaku ibu hamil dalam pemberian ASI.

3) Peningkatan kemampuan petugas puskesmas.3. Program Lingkungan Sehat

a. Tujuan

Meningkatnya Prosentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih, jamban, menempati rumah tidak padat penghinu, cukup pentilasi, dan berlantai kedap air menjadi 80 % pada tahun 2010

b. Kegiatan

1) Sosialisasi tentang lingkungan rumah tangga sehat

2) Mobilisasi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan rumah tangga sehat

3) Pembentukan dan memantapan kelompok kelompok potensial dalam kesehatan lingkungan seperti kelompok desa wisma.

4. Program pencegahan dan penangukangan penyakit tidak menular

a. Tujuan

Pada tahun 2010 persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak merokok telah mencapai 70%, yang melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari dalam sebulan terakhir telah mencapai 70% dan mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi setiap hari telah mencapai 60%.b. Kegiatan

1) Peningkatan kemampuan petugas dalam penangulangan masalah merokok.

2) Peningkatan peran tokoh masyarakat atau tokoh agama kaitannya dengan produktivitas terutama dalam menjalankan ibadah dan kegiatan sosial.

3) Gerakan keluara peduli merokok.

C. Satuan acara penyuluhan

1. Definisi

Satuan acara penyuluhan (Sap) Merupakan Rencana Kegiatan Penyuluhan Yang Digunakan Untuk Setiap Pertemuan dalam Memberikan Petunjuk Secara Rinci Mengenai Tujuan, Ruang Lingkup Materi Yang Harus Disampaikan, Kegiatan Pembelajaran, Media Dan Evaluasi Yang Harus Digunakan.2. Komponen Sap

a. Identitas Sap1) Nama Penyuluhan2) Pokok Bahasan3) Sub Pokok Bahasan4) Sasaran5) Target6) Hari, Tanggal, Jam7) Waktu Pertemuan8) Tempat Pertemuan9) Latar Belakang10) Metode11) Media12) Materi13) Kegiatan Penyuluhan14) Pengorganisasian15) Setting Tempat16) Evaluasi17) Referensib. Tahapan Kegiatan1) Tahap Persiapan2) Tahap Pelaksanaan/Penyajian3) Tahap PenutupBAB III PENUTUPA. Kesimpulan

Promosi Kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian ilmu dan informasi kesehatan kepada individu kelompok, keluarga dan komunitas dengan tujuan dari tidak mampu menjadi mampu merubah kebiasaan yang sesuai dengan prinsip kesehatan dalam berbagai aspek kehidupannya secara mandiri dan menerapkan sepanjang hidupnya. Strategi dalam promosi kesehatan ada dua yaitu Strategi promosi kesehatan menurut WHO ( internasional) dan strategi promosi kesehatan berdasrkan perjalan penyakit. Strategi promosi kesehatan menurut WHO sesuai dengan visi dan misi promosi kesehatan yaitu advokasi, mediasi dan memampukan masyarakat. Sedangkan strategi promosi kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit yaitu strategi promosi kesehatan primer, sekunder dan tersier.

Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan terdiri dari 3 yaitu metode promosi kesehatan secara individual, secara kelompok dan secara masal. Sasaran dalam promosi kesehatan mencakup aspek yang luas mulai dari individu kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan sendiri memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa dan menambah wawasan serta pengetahuan baru dalam ilmu kesehatan terutama dalam keperawatan Komunitas dan menambah dokumnetasi bagi perpustakaan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, maka kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Supaya dapat memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKANotoatmodjo, Soekidjo.2012.Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan.Rineka cipta. Jakarta.

Efendi, F & Makhfudli.2009. Keperawataan kesehatan Komunitas teori dan praktik dalam keperawatan.Salemba Medika. Jakarta.

Rochmah,Hafni.dkk.2010. Panduan integrasi promosi kesehatan dalam program program kesehatan di kabupaten/kota jilid 1. Pusat promosi kesehatan dapartemen kesehatan RI. Jakarta.

LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERKULOSIS ( TBC )

Pokok Bahasan

: Tuberkulosis ( TBC )

Sub Pokok Bahasan: Mengenal penyakit Tuberkulosis dan cara pencegahannya

Sasaran

: Masyarakat RT 02, Perumahan Pamulang PermaiTarget

:Hari/ tanggal

: Senin, 05 April 2015Jam

: 09.30 10.00

Waktu pertemuan: 30 menit

Tempat

: Perumahan Pamulang Permai,blok B-77 ,Tangerang Selatan

A. LATAR BELAKANGPenyakit Tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. TBC adalah penyebab nomor 8 kematian pada lansia terkait dengan penurunan fungsi tubuh. Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah diserang oleh penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan kematianan.Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya penemuan obat baru terus dilakukan.penyakit tuberkulosis tidakterkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 583.000 kasus barutuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000 jiwa. Di Indonesia pada tahun2009, hasil survey penyakit tuberculosis mengenai 100 per 100.000 penduduk di Indonesia dan menyerang usia produktif. Di perumahan pamulang permai sendiri saat ini terdapat 7pasien tuberculosis baik yang sudah positif ataupun yang suspect tuberculosis. Untuk itu kami melakukan penyululuan agar banyak masyarakan dapat mengenal penyakit tuberkolusis dan cara pencegahannya terutama pada golongan lansia.B. TUJUAN

1. Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, Pasien dan keluarga pasien mampu mengetahui cara cara pencegahan dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

2. Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga pasien mampu :a. memahami pengertian TBCb. menyebutkan tentang penyebab TBCc. menyebutkan Tanda dan Gejala TBCd. menyabutkan Cara penularan TBCe. menyebutkan Cara pencegahan TBCf. menyebutkan pengobatan TBC C. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawabD. MEDIA

1. Leaflet

2. LCD

E. MATERIMateri (terlampir) :1. Pengertian TBC2. Penyebab TBC3. Tanda dan gejala TBC

4. Cara Penularan TBC 5. Cara pencegahan TBC 6. Cara pengobatan TBCF. KEGIATAN PENYULUHAN

NoKegiatan PenyuluhWaktu Kegiatan Peserta

1Pendahuluan

Memberi salam

Memperkenalkan diri

Mengkomunikasikan pokok bahasan

Mengkomunikasikan tujuan5 Menjawab salam

Mendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan

2Kegiatan IntiMenjelaskan :

Pengertian TBC Penyebeb TBC Tanda dan Gejala TBC Cara Penularan TBC Cara penatalaksanaan TBC20

Memperhatikan dengan seksama

Memperhatikan dengan seksama

3Penutup

Menyimpulkan materi penyuluhan bersama peserta

Memberikan evaluasi secara lisan

Memberikan salam penutup5 Memperhatikan

Menjawab

Total 30

G. PENGORGANISASIAN

Moderator dan timer

: Dewi Shinta

Penyaji

: Gustiawan Yudha Kusuma

Dokementator dan obeserver: Saipullah Abdul Zabar

Fasilitator

: Umi KhalistirahNotulen

: SintaH. SETTING TEMPAT

: peserta penyuluhan

1: Moderator dan Timer 2: Penyaji

3: Fasilitator

4: Dokumentator dan Observer

5: Notulen

I. EVALUASIKriteria evaluasi: 1. Evaluasi Struktura. Persiapan Media Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu :1) LCD + LAPTOP

2) Leafletb. Persiapan MateriMateri disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan.c. Persiapan PesertaPenyuluhan mengenai TBC diberikan kepada seluruh keluarga Tn.A yang telah diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.2. Evaluasi Prosesa. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasila. Evaluasi strukturPengorganisasian dari moderator, penyaji, fasilitator, dan observer dapat menjalankan tugas sesuai kewajibannya masing - masing.b. Evaluasi prosesPeserta mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik dan penuh antusias.c. Evaluasi hasilAudien dapat mengerti dengan materi yang telah disampaikan dan dapat melakukan menjawab pertanyaan penyaji dengan benar tanpa melihat leaflet.

Prosedur

: Post tesJenis Tes

: Pertanyaan lisanAlat evaluasi

:1) Sebutkan pengertian TBC ?

2) Sebutkan penyebab TBC ?

3) Sebutkan tanda dan gejala TBC ?

4) Sebutkan cara penularan TBC ?

5) Sebutkan cara pencegahan TBC ?

6) Sebutkan pengobatan TBC ?

REFERENSI

http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php

www.tbcindonesia.or.id

Smeltzer,suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner&suddarth, Ed.8, jakarta :EGC,2001Widiyanto, Sentot. 2009. Mengenal 10 Penyakit Mematikan. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani

Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI.

LAMPIRAN MATERI

A. Apakah pengertian TBC itu ?TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan asam disingkat BTA, nama lengkapnya Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini pada umumnya menyerang paru-paru, namun terkadang juga dapat menyerang organ lain seperti ginjal, tulang, limpa, dan otak.

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Angka mortalitas dan morbiditasnya terus meningkat, TB sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan dibawah standart, dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat.

B. Penyebab TBC Seperti yang telah dijelaskan di atas, Tuberculosis disebabkan oleh Basil Tahan Asam, Mycobacterium tuberculosis. Di dalam jaringan tubuh, bakteri Mycobacterium tuberculosis berada dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam waktu beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis akan mati dengan cepat jika terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam bila berada di tempat yang gelap dan lembab.

C. Apa saja tanda dan gejala penyakit TBC Paru1. Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih

2. Demam tanpa sebab lebih dari 1 bulan

3. Keringat malam tanpa kegiatan

4. Penurunan berat badan dan kurang nafsu makan

5. Perasaan tidak enak dan badan terasa lemah

6. Sesak napas dan nteri dada

7. Pernah batuk bercampur bercak darah

D. Apa yang harus dilakukan bila ada tanda dan gejala penyakit TBC Paru tersebut

1. Segera periksa ke puskesmas / RS2. Lakukan pemeriksaan dahak untuk memastikan adanya kuman TBC didalam tubuh3. Pemeriksaan foto rontgen dadaE. Bagaimana cara penularannya

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, Kuman disebarkan kepada orang lain melalui batuk, bersin, meludah disembarang tempat dari orang yang menderita penyakit TBC, Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru, Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah:1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif

2. Pengguna obat-obatan IV dan alkoholoik

3. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (mis: diabetes,gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi )

4. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (asia tenggara, afrika,amerika latin)

5. Individu yang tinggal didaerah perumahan kumuh

6. Resiko untuk tertular tuberculosis juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara.

F. Bagaimana cara mencegah penularan penyakit TBC Paru

1. Untuk Penderita TBC Parua. Minum obat secara teratur sampai selesai.

b. Menutup mulut waktu bersin atau batuk.

c. Tidak meludah di sembarang tempat.

d. Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang diisi sabun atau karbol

e. Makan makanan yang bergizi

f. Berhenti merokok, minum alkohol, narkoba dan sering begadang

2. Untuk keluarga

a. Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur,

b. Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk, karena kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

c. Vaksin BCG untuk bayi baru lahir.

G. Apa obat TBC Paru

1. ISONIAZID

2. RIFAMPICIN

3. PYRAZINAMIDE

4. ETHAMBUTOL

5. STREPTOMYCIN

cara minumnya

1. Tahap Intensif

a. Selama 2 bulan

b. Obat diminum setiap hari

c. Obat diminum pagi hari, sebelum makan/saat perut kosong

2. Tahap Lanjutan

a. Selama 4 bulan

b. Obat diminum 3 x seminggu

c. Obat diminum pagi hari, sebelum makan/saat perut kosong

H. Apakah penyakit TBC Paru dapat disembuhkan

Penyakit TBC DAPAT disembuhkan, bila berobat dengan teratur dan benar sampai tuntas selama 6-8 bulan.

Kapan penderita TBC dinyatakan sembuhSetelah minum obat secara teratur dan benar, akan dilakukan pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2,5 dan 6 pengobatanBila hasilnya kuman TBC sudah negatif atau hasil rontgen paru baik, maka penderita dinyatakan SEMBUHOleh karena itu, setiap orang yang mempunyai gejala TBC dilingkungannya (keluarga, teman, rekan kerja) harus memeriksakan dirinya ke puskesmas/RS untuk menghindari penularan.3

2

1

4

5

1