komunitas burung di pulau tidung kecil,...

79
KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, KEPULAUAN SERIBU AI WINARSIH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: nguyenlien

Post on 22-May-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL,

KEPULAUAN SERIBU

AI WINARSIH

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

i

KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL,

KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

AI WINARSIH

1111095000018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 3: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

ii

KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL,

KEPULAUAN SERIBU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

AI WINARSIH

1111095000005

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fahma Wijayanti, M.Si Paskal Sukandar, M.Si

NIP. 19690317200312 2001 NIP. 195103251982101001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Dasumiati, M.Si

NIP. 197309231999032002

Page 4: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Komunitas Burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu”

yang ditulis oleh Ai Winarsih, NIM 1111095000018 telah diuji dan dinyatakan

LULUS dalam Seminar Hasil Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Biologi.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Iwan Aminudin, M.Si Narti Fitriana, M.Si

NIP. NIDN. 0331107403

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fahma Wijayanti, M.Si Paskal Sukandar, M.Si

NIP. 19690317200312 2001 NIP. 195103251982101001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Dr. Dasumiati, M.Si

NIP. 19730923 199903 2 002

Page 5: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Ciputat, Juli 2015

Ai Winarsih

Page 6: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

v

ABSTRAK

Ai Winarsih. Komunitas Burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu.

Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2015.

Pulau Tidung Kecil berpotensi sebagai habitat bagi burung karena kondisi hutan lebih

baik dibandingkan Pulau Tidung Besar. Habitat burung di Pulau Tidung Kecil

berpotensi mengalami gangguan akibat penebangan dan pembakaran kawasan

bervegetasi untuk tujuan pembangunan dan aktifitas kunjungan wisatawan. Studi

tentang burung penting, dengan melakukan studi mengenai burung dan habitatnya

dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam suatu ekosistem. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan pemanfaatan vegetasi sebagai

habitat burung di Pulau Tidung Kecil. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari

hingga Maret 2015 di Pulau Tidung Kecil, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.

Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of Abundance)

dan dengan metode jalur (transect) pada 9 titik pengamatan. Diperoleh 29 spesies

burung dari 19 famili (metode IPA), dan 31 spesies burung dari 20 famili (metode

daftar jenis MacKinnon). Terdapat 24 jenis burung penetap dan 7 jenis burung

migran. Nilai indeks keanekaragaman di Pulau Tidung Kecil sebesar 2,39 (medium).

Nilai indeks kemerataan jenis yang didapat sebesar 0,7 (tinggi). Nilai kekayaan jenis

burung sebesar 4,31(tinggi). Cemara laut (Casuarina equisetifolia) merupakan jenis

pohon yang paling sering dimanfaatkan oleh burung yaitu sebanyak 76,47%. Strata

tiga adalah strata yang paling banyak dimanfaatkan oleh burung. Berdasarkan IUCN

(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) 100%

burung di Pulau Tidung Kecil tergolong Least concern atau beresiko rendah.

sebanyak 7 jenis burung yang dilindungi Peraturan Pemerintah no.7 tahun 1999 dan

Tidak terdapat jenis burung yang dilindungi oleh CITES (Convention on

International Trade of Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora).

Kata Kunci : Komunitas burung, keanekaragaman, vegetasi, status konservasi

Page 7: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

vi

ABSTRACT

Ai Winarsih. Bird Communities in Tidung Kecil Island, Thousand Islands.

Undergraduate Thesis. Department of Biology. Faculty of Science and

Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2015.

Tidung Kecil Island had potential as bird’s habitat because the condition of forest

better than Tidung Besar. Bird’s habitat in Tidung Kecil Island also had bad potential

because of logging and burned in vegetation areal for build and for activity of

tourism. Study about bird were very important because we could know the change

that happened in one ecosystem. The purposed of this research was to know the

variety of bird and usefully of vegetation as bird’s habitat in Tidung Kecil Island.

This researched hold on January until March 2015 in Tidung Kecil Island, Thousand

Island, Jakarta. This research carried out by combination of IPA (Index Point Of

Abundance) method and transect method that divided into 9 point along transect. The

result of researched were 29 species of bird from 19 family with IPA method and 31

species of bird from 20 family with Mackinnon list method. Composition of bird

species include of 24 resident bird species and 7 migrant bird species. The number of

variety species index was 2,39 (medium). Evenness index value was 0,7 (high). The

number of species richness was 4,31(high). The species of tree that often used by bird

was Casuarina equisetifolia (76,47%). The most used base of vertical level tree by

bird in Tidung Kecil Island was level three. Conservation status in Tidung Kecil

Island based on IUCN were 100% (least concern). Based of PP No.7 year 1999, there

were 7 species of bird that were protected. There were no species of bird that were

protected by CITES.

Keywords : community of bird, variety, vegetation, conservation status

Page 8: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah dan karunia-Nya. Sholawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah

SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Komunitas

Burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu“.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak

baik kepada masyarakat, peneliti, maupun instansi pemerintahan yang terkait. Peran

serta dukungan berbagai pihak merupakan bantuan yang tak ternilai bagi penulis, oleh

karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Ace Cepiyana dan Ibunda Idar Darsini yang

memberikan kasih sayang, dukungan dan doa sehingga penulis dapat mengikuti

pendidikan di perguruan tinggi dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Ketua Jurusan Biologi dan Etyn Yunita, M.Si selaku

sekretaris Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si selaku Pembimbing I dan Paskal Sukandar, M.Si

selaku Pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberikan saran, arahan

dan motivasi kepada penulis.kepada penulis.

Page 9: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

viii

5. Dr. Megga Ratnasari pikoli, M.Si selaku penguji I dan Priyanti, M.Si selaku

penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Biologi, atas semua ilmu yang telah diberikan

semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat diamalkan sebagai amal jariyah.

7. Suku Dinas Pertanian di Pulau Tidung Kecil, Walid Rumblat, S.Si, Medina

Deanti Sari, Meidi Yanto, Sinta Ramadhania, Mas Kurnadi, Ibu Titik Sari dan Ka

Brian yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Keluarga besar penulis serta Dennis Nur Hidayat dan Rafa Fadhila sebagai adik

kandung penulis yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

9. Medina Deanti Sari, Shelfila Fitriani, Putri Sintya Dewi, Naylul Izzah, Aldha

Rizki Utami dan Nurhafizoh sebagai teman-teman terbaik dalam menempuh

pendidikan di Biologi UIN Jakarta.

10. Teman-teman Program Studi Biologi Angkatan 2011, Himbio Oryza sativa, dan

KPB Nectarinia yang selalu memberikan do’a dan semangat kepada penulis.

Semoga Allah membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada

penulis, amin. Skripsi ini tak luput dari kesalahan, oleh karena itu diharapkan

masukan dan saran dari pembaca untuk dapat menjadi pelajaran bagi penulis.

Jakarta, Juli 2015

(Ai Winarsih)

Page 10: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

ix

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii

ABSTRAK .............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1. Keadaan Umum Wilayah Kepulauan Seribu ............................................ 4

2.2. Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung ......................................... 6

2.3. Komunitas Burung .................................................................................. 8 8

2.4. Ekologi Burung ......................................................................................... 9

2.5. Habitat Burung ........................................................................................ 1 11

2.6. Status Konservasi dan Status Perlindungan Jenis Burung ....................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 15 15

3.1. Waktu dan Lokasi ................................................................................. 15 15

3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 15 16

3.3. Cara Kerja ............................................................................................. 16 16

3.3.1. Pengumpulan Data Burung......................................................... 16 16

3.3.2. Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung............................................ 17 17

3.4. Analisis Data ............................................................................................ 18

3.4.1. Indeks Keanekaragaman ............................................................. 18 18

3.4.2. Indeks Kemerataan ..................................................................... 19 19

3.4.3. Indeks Kekayaan Jenis ............................................................... 19 19

3.4.4. Tingkat Penggunaan Vegetasi Sebagai Habitat Burung ............. 20 20

3.4.5. Sebaran Burung Menurut Strata Vegetasi .................................. 20 20

3.4.6. Komposisi Jenis dan Status Perlindungan .................................. 21 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 22 22

4.1. Kondisi Habitat ..................................................................................... 22 22

4.2. Komposisi dan Kekayaan Jenis Burung ............................................... 24 24

4.3. Keanekaragaman Jenis Burung ............................................................. 33 32

Page 11: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

x

4.4. Penggunaan Vegetasi Sebagai Habitat Burung ..................................... 35 34

4.5. Pemanfaatan Strata Vegetasi oleh Burung ............................................ 39 39

4.6. Status Perlindungan Jenis Burung ........................................................ 44 44

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 5 49

5.1.Kesimpulan .............................................................................................. 5 49

5.2. Saran ....................................................................................................... 5 49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51 50

LAMPIRAN ........................................................................................................... 5 55

Page 12: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

xi

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1. Peta Penyebaran Titik Pengamatan di Pulau Tidung Kecil ................ 15 15

Gambar 2. Kombinasi Metode IPA Dan Metode Jalur ......................................... 16 17

Gambar 3. Pembagian Strata Vegetasi Pohon ...................................................... 18 18

Gambar 4. Kekayaan jenis dengan menggunakan daftar jenis MacKinnon ......... 25 24

Gambar 5. Cerek tilil ............................................................................................. 29 28

Gambar 6. Cerek kernyut dan Trinil ekor kelabu ................................................. 30 29

Gambar 7. Gajahan pengala .................................................................................. 31 31

Gambar 8. Kangkok besar ..................................................................................... 32 31

Gambar 9. Jenis Vegetasi yang Dimanfaatkan Burung ........................................ 36 35

Gambar 10. Aktifitas Burung di Pulau Tidung Kecil ........................................... 38 37

Gambar 11. Pemanfaatan vegetasi sebagai aktifitas bersarang............................. 39 38

Gambar 12. Kekep Babi .......................................................................................... 4 42

Page 13: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

xii

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Persentase Jumlah Individu Setiap Jenis yang Ditemukan di Pulau

Tidung Kecil ................................................................................................

27

Tabel 2. Jenis Burung Berdasarkan Strata Vertikal Tegakan Pohon ........................ 40

Tabel 3. Komposisi dan Status Perlindungan ........................................................... 45

Page 14: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Titik kordinat pengamatan .................................................................... 55

Lampiran 2. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian barat .............. 5 56

Lampiran 3. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian tengah ........... 5 57

Lampiran 4. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian timur ............. 5 58

Lampiran 5. Rekapitulasi jumlah individu burung pada setiap pengamatan .......... 5 59

Lampiran 6. Data pemanfaatan vegetasi oleh burung ............................................. 5 60

Lampiran 7. Data aktifitas burung .......................................................................... 5 61

Lampiran 8. Jenis-jenis burung yang ditemukan di Pulau Tidung Kecil ................ 6 62

Lampiran 9. Data jenis pohon di Pulau Tidung Kecil............................................. 6 65

Page 15: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepulauan Seribu terdiri dari banyak pulau, salah satunya adalah Pulau

Tidung. Secara administratif Pulau Tidung termasuk kedalam wilayah Kabupaten

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pulau Tidung terbagi atas dua gugusan pulau

yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Sebagai salah satu pulau yang

terdapat pada gugusan Kepulauan Seribu, Pulau Tidung Kecil potensial sebagai

habitat bagi burung karena kondisi hutan lebih baik dan tingkat pembangunan

masih rendah dibandingkan dengan Pulau Tidung Besar (Pemprov DKI, 2010).

Pulau-pulau di Kepulauan Seribu termasuk Pulau Tidung Kecil umumnya

dihuni oleh berbagai jenis burung terutama jenis-jenis burung air dan burung

pantai. Menurut Mardiastuti (1992), sebanyak 15 jenis burung air ditemukan di

Pulau Rambut dan populasi terbesar didominasi oleh famili Heron (Ardeidae) dan

Cormorant (Phalacrocoracidae), dimana Pulau Rambut merupakan salah satu

pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu merupakan kumpulan

pulau yang menunjang keberlangsungan hidup suatu burung. Umumnya habitat di

Kepulauan Seribu digunakan oleh burung sebagai tempat beristirahat, bersarang,

tempat berkembang biak, dan tempat berlindung dari ancaman predator. Habitat

burung di Pulau Rambut terdiri dari hutan mangrove primer, hutan mangrove

sekunder dan hutan dataran kering campuran (Mardiastuti, 1992).

Sebagai salah satu komponen penting ekosistem, burung mempunyai

hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Dengan

Page 16: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

2

demikian, burung dapat dimanfaatkan langsung atau tidak langsung sebagai

bioindikator lingkungan (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Namun, keberadaan

habitat burung di Pulau Tidung Kecil berpotensi mengalami gangguan akibat

penebangan dan pembakaran kawasan bervegetasi untuk tujuan pembangunan

(Andam, 2012) dan aktifitas kunjungan wisatawan. Akibatnya, areal-areal

bervegetasi yang merupakan habitat burung yang paling penting, semakin

berkurang sehingga dikhawatirkan banyak jenis burung yang akan kehilangan

habitatnya. Beberapa hasil penelitian seperti Kuswanda (2010) menunjukkan

bahwa perubahan struktur dan komposisi vegetasi telah menurunkan kelimpahan

dan keanekaragaman jenis burung di suatu kawasan.

Studi tentang burung penting, karena dengan melakukan studi mengenai

burung dan habitatnya dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam suatu

ekosistem karena burung merupakan jenis yang dapat merespon perubahan yang

terjadi pada suatu kawasan (Ajie, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk memperoleh informasi mengenai keanekaragaman jenis burung

burung serta pemanfaatan vegetasi oleh burung dalam upaya pengelolaan dan

pemanfaatan lahan di kawasan tersebut, agar kelestarian burung dan fungsi

ekosistem di kawasan tersebut dapat dipertahankan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah keanekaragaman burung yang ada di Pulau Tidung Kecil?

Page 17: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

3

2. Bagaimanakah pemanfaatan vegetasi sebagai habitat oleh burung-burung

yang ada di Pulau Tidung Kecil ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di Pulau Tidung

Kecil.

2. Mengetahui pemanfaatan vegetasi sebagai habitat burung di Pulau Tidung

Kecil.

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan kontribusi berupa data yang dapat digunakan untuk

pelestarian satwa burung, dengan menjaga ketersediaan habitatnya.

2. Memberi informasi dan masukan bagi pemerintah daerah Kepulauan

Seribu dalam mengelola kawasan wisata Pulau Tidung dengan

memperhatikan aspek lingkungan terutama sebagai habitat burung.

Page 18: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Wilayah Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya yang dihuni

Penduduk. Pulau-pulau lainnya digunakan untuk rekreasi, cagar alam, cagar

budaya dan peruntukan lainnya. Luas Kepulauan Seribu kurang lebih 108.000 ha,

terletak di lepas pantai Utara Jakarta dengan posisi memanjang dari utara ke

selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong-gosong

karang. Pulau Untung Jawa merupakan pulau berpenghuni yang paling selatan

atau paling dekat dengan jarak 37 mil laut dari Jakarta. Sedangkan kawasan paling

utara adalah Pulau Dua Barat yang berjarak sekitar 70 mil laut dari Jakarta (Noor,

2003).

Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin

monsoon yang secara garis besar dapat dibagi menjadi Angin Musim Barat

(Desember-Maret) dan Angin Musim Timur (Juni-September). Musim Pancaroba

terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada

musim barat bervariasi antara 7-20 knot/jam, yang umumnya bertiup dari barat

daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot/jam biasanya

terjadi antara bulan Desember-Februari. Pada musim timur kecepatan angin

berkisar antara 7-15 knot/jam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara (Noor,

2003).

Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember-April dengan hujan

antara 10-20 hari/bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan total

Page 19: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

5

curah hujan tahunan sekitar 1700 mm. Musim kemarau kadang-kadang juga

terdapat hujan dengan jumlah hari hujan antara 4-10 hari/bulan. Curah hujan

terkecil terjadi pada bulan Agustus (Noor, 2003).

Sebagai salah satu pulau tujuan wisatawan, Pemerintah DKI mendukung

pengembangan wilayah di Pulau tidung dengan membangun sarana dan prasarana.

Guna mendukung pengembangan wisata di Pulau Tidung, maka dibangun

jembatan penghubung antara Pulau Tidung Besar sebagai pulau pemukiman ke

Pulau Tidung Kecil yang diperuntukan sebagai hutan lindung. Jembatan ini

dibangun oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka membuka akses antara Pulau

Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil dimana pengembangan di masa depan akan

diarahkan pada kawasan hutan lindung yang mampu menciptakan kawasan

edukasi tidak saja bagi wisatawan, akan tetapi juga bagi riset dan penelitian. Pulau

Tidung sering dikunjungi oleh para peneliti untuk melakukan berbagai kegiatan

penelitian. Berdasarkan kondisi yang ada, Pulau Tidung berpotensi untuk

dikembangkan sebagai tujuan pusat edukasi kelautan maupun tujuan wisata umum

berbasis pertanian mengingat aksesnya yang terhubung antara Pulau Tidung Besar

dan Pulau Tidung Kecil (Pemprov DKI, 2010).

Kawasan Kepulauan Seribu memiliki beberapa pulau yang menjadi habitat

bagi burung seperti Pulau Rambut. Pulau Rambut merupakan kawasan yang

habitatnya paling baik untuk keberadaan burung di Kepulauan Seribu. Pulau

Rambut merupakan salah satu habitat burung terutama burung air (merandai) dan

sebagai tempat persinggahan burung migran. Tercatat 56 jenis burung yang

dijumpai di Pulau Rambut. Burung- burung yang terdapat di Pulau Rambut secara

umum terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok burung air (18 jenis) dan

Page 20: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

6

kelompok bukan burung air (38 jenis) (Onrizal, 2004). Pulau Rambut memiliki

keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Hutan campuran merupakan habitat

burung di Pulau Rambut yang berfungsi sebagai tempat sarang, tempat kawin,

tempat berkembangbiak, tempat membesarkan anak, tempat berlindung dari

ancaman predator, dan tempat beristirahat (Onrizal, 2004). Habitat burung di

Pulau Rambut terdiri dari hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan

hutan dataran kering campuran Mardiastuti (1992).

Pohon yang dijadikan sebagai tempat bersarang di Pulau Rambut adalah

Sterculia foetida, R. mucronata, Ficus timorensis dan Excoecaria agallocha

(Ayat, 2002). Habitat burung air di Pulau Rambut terdiri dari hutan campuran dan

hutan payau yang terbagi ke dalam hutan payau primer dan sekunder. Di hutan

pantai (Sterculia-Dysoxylum) dihuni oleh cangak abu, pecuk ular, bluwok dan

kowak maling. Di hutan payau primer yang didominasi Rhizophora mucronata

dihuni oleh pecuk, roko-roko, pelatuk besi, kowak maling, kuntul kecil, kuntul

kerbau dan cangak abu. Hutan payau sekunder (CeriopsXylocarpus-Scyphiphora)

dihuni oleh cangak merah, kuntul besar, kuntul kecil,kuntul sedang dan kowak

maling (Mahmud, 1991).

2.2. Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung

Keanekaragaman (diversity) yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi

istilah kekayaan jenis (species richnes) (Krebs, 2013). Pengukuran

keanekaragaman pada setiap tipe habitat digunakan untuk mengetahui perbedaan

jenis yang mengisi suatu habitat tertentu. Menurut Alikodra (2002), pengukuran

keanekaragaman jenis (diversity) dipergunakan untuk membandingkan komposisi

Page 21: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

7

jenis dari ekosistem yang berbeda, misalnya perbandingan antara masyarakat

mamalia kecil dari dua kawasan, perbedaan masyarakat burung di dalam dua

macam hutan, atau jenis-jenis intevertebrata sebelum dan sesudah adanya proyek

yang mengubah keadaan aliran sungai.

Odum (1993) mengatakan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya

berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan (evenness) dari

kelimpahan individu tiap jenis. Keanekaragaman dibedakan atas tiga ukuran

meliputi kekayaan jenis (species richness), keanekaragaman jenis (diversity), dan

kemerataan jenis (evenness). Pada umumnya kekayaan jenis dibuat dalam indeks

keanekaragaman. Menurut Bibby et al. (2000), semakin tinggi indeks

keanekaragaman jenis maka semakin tinggi pula jumlah jenis dan kesamarataan

populasinya. Akan tetapi, bisa terjadi bahwa komunitas burung yang kekayaan

jenisnya lebih tinggi dan kesamarataannya lebih rendah memiliki indeks

keanekaragaman yang sama dengan komunitas yang keanekaragamannya yang

lebih rendah dan kesamarataannya tinggi.

Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung

kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Krebs (2013)

menyebutkan bahwa ada enam faktor yang saling berkaitan yang menentukan naik

turunnya keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu waktu, heterogenitas,

ruang, persaingan, pemangsaan, dan kestabilan lingkungan dan produktivitas.

Menurut Sutopo (2008), informasi tentang kekayaan jenis burung dapat diperoleh

dengan menggunakan metode daftar jenis. MacKinnon et al.(2010) menyatakan

bahwa daftar jenis burung menjadi jauh lebih berguna jika dapat menunjukkan

kelimpahan jenis. Beberapa keuntungan dengan menggunakan daftar jenis yaitu

Page 22: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

8

tidak terlalu bergantung pada pengalaman dan pengetahuan pengamat, intensitas

pengamatan, dan keadaan cuaca. Indeks kekayaan jenis Shannon-Wiener

merupakan ukuran nisbah keanekaragaman yang paling sering digunakan oleh

para ahli ekologi untuk mengukur keanekaragaman jenis satwaliar (Sutopo, 2008),

karena menurut Magurran (1988) pertimbangan yang mendasari penggunaan

indeks tersebut adalah kepekaan terhadap perubahan ukuran unit contoh (rendah

sampai sedang), kemampuan mendeteksi perbedaan antara unit contoh atau lokasi

(sedang sampai tinggi) dan kemudahan dalam proses perhitungan (semuanya

sederhana).

2.3. Komunitas Burung

Komunitas adalah seluruh populasi jenis yang hidup dalam ruang dan

waktu yang sama (Begon et al., 2006; Magurran, 1994). Menurut Odum (1993),

komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada lingkungan tertentu, saling

berinteraksi dan bersama-sama membentuk tingkat tropik dan metaboliknya.

Sebagai suatu kesatuan, komunitas mempunyai seperangkat karakteristik yang

hanya mencerminkan keadaan dalam komunitas saja, bukan pada masing-masing

organisme pendukungnya saja.

Komunitas burung adalah kelompok dari beberapa individu jenis burung

yang hidup bersama dalam waktu dan ruang yang sama (Wiens, 1989). Komunitas

burung dipengaruhi faktor topografi, sejarah dan pengaruh dari pulau biogeografi,

perubahan musim sumberdaya alam dan iklim, keanekaragaman habitat,

perubahan habitat dan pengaruh pesaingnya seperti burung dan kelompok hewan

lain (Rahayuningsih et al., 2007). Menurut Kerbs (2013) struktur komunitas

Page 23: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

9

memiliki lima tipologi atau karakteristik, yaitu keanekaragaman, dominasi, bentuk

dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur trofik.

Kaban (2013) menemukan komunitas burung di tegakan puspa yang

tersusun dari 11 kategori kelompok guild. Kategori kelompok guild tersebut

adalah pemakan daging, pemakan buah dibagian tajuk, pemakan buah-buahan

yang berserakan di lantai hutan, pemakan biji-bijian, pemakan serangga di bagian

tajuk pohon, pemakan serangga di bagian dahan atau ranting, pemakan serangga

di serasah atau lantai hutan, pemakan serangga sambil melayang, pemakan

serangga dan penghisap nektar, pemakan serangga dan buah-buahan, pemakan

invertebrate dan vertebrata.

Berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan oleh Kaban (2013), pada

tegakan puspa, didominasi oleh pemakan serangga yang aktif mencari makan di

bagian tajuk pohon (10 jenis), sedangkan kategori pemakan serangga sambil

melayang, pemakan buah di bagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan

di lantai hutan, dan pemakan biji-bijian merupakan kategori yang jumlah jenisnya

paling sedikit, hanya ditemukan satu jenis. Berdasarkan jumlah individu, kategori

pemakan serangga sekaligus penghisap nektar mempunyai jumlah individu lebih

banyak dibandingkan kategori guild yang lainnya (116 individu), sedangkan

pemakan daging merupakan kategori yang mempunyai jumlah individu paling

sedikit hanya ditemukan lima individu.

2.4. Ekologi Burung

Burung merupakan komponen penting ekosistem hutan. Satwaliar

berperan dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai pengontrol hama,

Page 24: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

10

pemencar biji (seed disperser), dan penyerbuk (polinator). Burung juga

merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai

keanekaragaman hayati lainnya (Rombang dan Rudyanto, 1999).

Alikodra (2002) menjelaskan bahwa tingginya keanekaragaman jenis

burung di suatu tempat didukung oleh keanekaragaman habitat. Faktor yang

menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk

istirahat, main, kawin, bersarang, bertengger, dan berlindung. Kemampuan areal

menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi,

banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat. Burung merasa betah tinggal di

suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan hidupnya antara lain habitat yang

mendukung dan aman dari gangguan (Hernowo, 1985).

Keberadaan burung di suatu habitat sangat berkaitan erat dengan faktor-

faktor fisik seperti tanah, air, temperatur, cahaya matahari serta faktor-faktor

biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya (Welty dan Baptista, 1988).

Alikodra (2002) menjelaskan, bahwa habitat merupakan kawasan yang terdiri dari

berbagai komponen, baik secara fisik maupun biotik yang merupakan satu

kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa

liar.

Tumbuhan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan burung,

karena selain sebagai tempat bernaung dan beristirahat, beberapa bagian dari

tumbuhan seperti biji, buah, bunga dan jaringan vegetatif menjadi sumber pakan.

Habitat terdiri dari kumpulan sumber daya yang didefinisikan sebagai tipe

komunitas tumbuhan berbeda (Hunter et al., 1992). Tidak ditemukannya suatu

jenis hewan termasuk burung di suatu habitat menurut Krebs dan Davies (1993)

Page 25: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

11

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketidak cocokan habitat,

perilaku (seleksi habitat), kehadiran jenis hewan lain (predator, parasit, pesaing)

dan faktor kimia-fisika lingkungan yang berada di luar kisaran toleransi jenis

burung yang bersangkutan.

2.5. Habitat Burung

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dijadikan

tempat suatu jenis atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung

perkembangbiakan organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat

memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu

organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung

(Bibby et al., 2000)

Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat

hutan maupun habitat bukan hutan. Bentuk habitat yang baik untuk kelangsungan

hidup burung adalah habitat yang mampu melindungi dari gangguan maupun

menyediakan kebutuhan hidupnya (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Komposisi dan

struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di

suatu habitat. Jenis tanaman dan ekosistem yang beragam lebih mampu

mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap

(Hernowo dan Prasetyo, 1989). Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis

burung belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis burung yang lain, karena pada

dasarnya setiap jenis burung memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda

(Irwanto, 2006).

Page 26: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

12

Suatu habitat yang baik untuk perkembang biakan burung biasanya adalah

habitat yang dapat memberikan potensi pakan yang cukup besar (Perrins dan

Birkhead, 1983). Ketersediaan makanan merupakan faktor yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup suatu jenis burung, banyak jenis mencari makan pada

areal yang lebih luas dan biasanya mereka memperoleh pakan dari daerah yang

telah tereksploitasi (Harris dan Harris, 1997). Menurut Alikodra (2002), kondisi

kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi, penyebaran dan

produktifitas satwaliar termasuk burung.

Pemilihan habitat terbentuk karena beberapa organisme yang tinggal

disuatu tempat yang dihuni lebih mendukung untuk menghasilkan banyak

keturunan yang ditinggalkannya bila dibandingkan dengan organisme-organisme

di tempat lain. Ketika habitat berubah, beberapa jenis tidak mampu beradaptasi

dengan cepat dan oleh karena itu hanya sebagian habitat yang potensial untuk

dijadikan tempat tinggalnya (Krebs, 2013). Sejumlah studi telah menunjukkan

kuatnya pengaruh struktur vegetasi terhadap distribusi jenis burung. Selain itu,

manusia dapat mempengaruhi burung-burung dan habitatnya secara langsung

melalui modifikasi vegetasi dan perburuan (Bibby et al., 2000). Adanya berbagai

tipe vegetasi dengan berbagai bentuk penutupan lahan dan ketinggian suatu

wilayah kecenderungan akan memberikan pengaruh terhadap jenis dan perilaku

satwa yang dijumpai (MacArthur dan Connel, 1966). Struktur vegetasi pada areal

hutan tanaman terbagi menjadi dua strata yaitu tumbuhan bawah dan tumbuhan

penutup (Utari, 2000).

Penelitian Kaban (2013) yang dilakukan di Gunung Walat, Sukabumi,

Jawa Barat, terdapat burung-burung yang berada di tegakan pohon agathis

Page 27: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

13

menyebar pada tajuk atas sampai lantai hutan. Jenis burung yang dijumpai pada

lantai hutan sebanyak 11 jenis antara lain Paok Pancawarna ( Pitta guajana) dan

Gelatikbatu Kelabu (Parus major). Ditemukan dua jenis burung pada bagian

batang, 13 jenis pada tajuk bawah, 11 jenis pada tajuk tengah, dan 17 jenis pada

tajuk atas.

2.6. Status Konservasi dan Status Perlindungan Jenis Burung

Jenis-jenis burung di Pulau Tidung Kecil perlu diketahui status

keterancamannya berdasarkan beberapa status perlindungan. Terdapat tiga

kategori status perlindungan yang berlaku di wilayah Indonesia menurut

Sukmantoro et al. (2007) yaitu:

1. Status keterancaman menurut IUCN (International Union for Conservation of

Nature and Natural Resources)

Kategori status keterancaman mengacu pada Redlist IUCN (International

Union for Conservation of Nature and Natural Resources) 2007 yang meliputi

CR= Critically Endangered (sangat terancam punah), EN = Endangered

(terancam punah) contonya adalah burung Ciconia stormi atau bangau storm,

Vurnerable (terancam) contohnya adalah burung Pycnonotus zeylanicus atau

Cucak Rawa, NT = Near Threatened (mendekati terancam) contohnya adalah

burung Anhinga melanogaster atau pecuk ular asia NE = Not Evaluated (belum

dievaluasi ), DD = Data Deficient (data kurang), EX= Extinct (punah), EW=

Extinct in the Wild (punah di dalam), LC= Least Concern (tidak dicantumkan

dalam daftar) contohnya adalah burung Haliastur Indus atau elang bondol.

Page 28: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

14

2. Status Peraturan Perdagangan Internasional menurut CITES

CITES (Convention on International Trade of Endangered Jenis of Wild

Fauna and Flora) mengelompokkan kategori-kategori jenis dalam 3 Appendix

(Lampiran) yaitu Appendix I ( semua jenis yang terancam punah dan berdampak

apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan dalam kondisi tertentu

misalnya untuk riset ilmiah). Appendix II (jenis yang statusnya belum terancam

tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan) contohnya adalah

burung kangkareng perut hitam, kangkareng perut putih, dan cucak rawa.

Appendix III (seluruh jenis yang juga dimasukan dalam peraturan perdagangan

dan Negara lain berupaya mengontrol dalam perdagangan tersebut agar terhindar

dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan).

3. Status Perlindungan dan Hukum Negara Republik Indonesia

Status perlindungan jenis menurut tata aturan di Indonesia mengacu pada

UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

PP No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan PP No.

8/1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Pycnonotus

zeylanicus merupakan contoh burung yang masuk pada perlindungan UU No.

5/1990, . PP No. 7/1999, PP No. 8/1999.

Page 29: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pulau Tidung Kecil, Kelurahan Pulau

Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu,

Jakarta. Penelitian dimulai pada bulan Januari hingga bulan Maret 2015.

Pengamatan dilakukan pada waktu pagi hari pukul 06.00-09.30 WIB dan sore hari

pukul 16.00-18.00 WIB dengan asumsi burung mulai aktif melakukan aktifitas

pada rentang waktu ini.

Gambar 1. Peta penyebaran titik pengamatan di Pulau Tidung Kecil

(Sumber: Badan Informasi Geospasial tahun 1999 dengan software Arcview 3.3)

Arah pengamatan Titik pengamatan

Page 30: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

16

3.2. Alat dan Bahan

Objek penelitian yang diamati adalah jenis-jenis burung yang berada di

Pulau Tidung Kecil. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

binokuler, buku panduan lapangan burung–burung di Sumatera, Jawa, Bali dan

Kalimantan (MacKinnon et al., 2010), Kamera Digital SLR Nikon D3200 with

lens 70-300 dan Nikon Coolpix P530 40X, kompas, counter, GPS (Global

Positioning System) Garmin etrex Vista HCx dan jam tangan digital.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Pengumpulan Data Burung

Survei pendahuluan dilakukan terlebih dahulu untuk mengenal lokasi atau

habitat yang akan menjadi tempat pengamatan, kemudian untuk penelusuran jalur

dan penentuan titik pengamatan, dan mengenal jenis-jenis burung yang umum

dijumpai di titik pengamatan. Pengumpulan data burung dilakukan dengan metode

kombinasi antara metode IPA (Index Point of Abundance) dan dengan metode

jalur (transect) (Bibby et al., 2000). Metode ini adalah metode yang dilakukan

dengan mengikuti jalur yang telah ada dan berhenti di setiap jarak tertentu

(Gambar 2).

Metode ini dilakukan dengan berjalan sepanjang jalur dari ujung barat

hingga ke ujung timur Pulau Tidung Kecil (Gambar 1). Dibuat 9 titik pengamatan

di sepanjang transek, kemudian titik –titik tersebut dibagi dua jalur pengamatan,

jalur 1 meliputi bagian barat hingga tengah pulau sebanyak 4 titik, sedangkan

jalur 2 meliputi pesisir bagian tengah hingga bagian ujung timur sebanyak 5 titik

(Lampiran 1). Setiap titik dilakukan pengamatan selama 10 menit dengan jarak

Page 31: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

17

pengamatan ke kiri dan kanan sejauh 25 meter dan jarak antar titik sejauh 100

meter, agar tidak terjadi pengulangan pencatatan. Data penelitian yang

dikumpulkan diantaranya jumlah jenis burung, jumlah individu burung pada

lokasi pengamatan, waktu penjumpaan terhadap jenis burung, dan titik kordinat

pengamatan. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk dianalisis lebih

lanjut.

Gambar 2. Kombinasi Metode IPA dan Metode Jalur

Untuk mengetahui kekayaan jenis burung digunakan metode daftar jenis

MacKinnon atau yang dikenal juga dengan metode daftar 20 jenis MacKinnon

(Tweenty Species List). Menurut MacKinnon (1990) setiap daftar berisi dua puluh

jenis burung, jenis berikutnya meskipun sama dapat dicatat lagi pada daftar yang

baru. Metode ini dapat digunakan untuk menduga kekayaan jenis burung secara

kualitatif di suatu tipe habitat. Dalam penelitian ini dibuat sebanyak sepuluh jenis

dalam setiap daftar (Sutopo, 2008).

3.3.2. Pemanfaatan vegetasi oleh burung

Penyebaran jenis burung menurut struktur vegetasi, dilakukan

penggambaran strata vegetasi yang ada disetiap tipe habitat yang diteliti.

Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum terbagi menjadi dua strata

R

R (Radius) : 25 meter

Page 32: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

18

yaitu tumbuhan bawah dan tumbuhan penutup (Utari, 2000). Rahayuningsih et al.

(2007) membagi menjadi 4 strata vegetasi pohon (Gambar 3).

Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum dibagi menjadi

bagian tajuk dan bagian batang (Gambar 3). Pembagian tajuk dibagi lagi menjadi

bagian tajuk atas, tajuk tengah dan tajuk bawah. Batasan bagian tajuk bagian atas

adalah 1/3 bagian atas dari tinggi total tajuk, kemudian bagian bawah adalah 1/3

tinggi total tajuk bagian bawah, dan bagian tengah adalah 1/3 tinggi total tajuk

bagian tengah. Untuk pemanfaatan bagian batang dari bagian tajuk bawah hingga

berbatasan dengan lantai hutan, sedangkan lantai hutan adalah vegetasi bawah

(Kaban, 2013).

Gambar 3. Pembagian strata vegetasi pohon (Rahayuningsih et al., 2007)

3.4. Analisis Data

3.4.1. Indeks Keanekaragaman

Nilai keanekaragaman jenis burung pada tiga lokasi penelitian dihitung

dengan menggunakan indeks Shannon-Wienner sebagai berikut:

Page 33: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

19

H’ = Nilai indeks Shannon

Pi = ni/N

Ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Total jumlah individu

S = Total jumlah jenis

ln = Logaritma natural

Nilai keanekaragaman jenis <1,5 dikategorikan rendah, selanjutnya nilai 1,5

hingga 3,5 dikategorikan sedang dan nilai >3,5 menunjukkan keanekaragaman

yang tinggi (Magurran, 1988).

3.4.2. Indeks Kemerataan

Indeks Kemerataan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

E = Indeks kemerataan

H' = Indeks keanekaragaman Shannon

S = Jumlah jenis

ln = Logaritma natural

Bila E mendekati 0 (nol), jenis penyusun tidak banyak ragamnya, ada dominasi

dari jenis tertentu dan menunjukkan adanya tekanan terhadap ekosistem. Bila E

mendekati 1 (satu), jumlah individu yang dimiliki antar jenis tidak jauh berbeda,

tidak ada dominasi dan tidak ada tekanan terhadap ekosistem (Ludwig dan

Reynolds, 1988).

3.4.3. Indeks Kekayaan Jenis

Nilai indeks kekayaan jenis dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut:

Page 34: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

20

R = Indeks Kekayaan Jenis Margalef

S = Jumlah Jenis

N = Jumlah Individu

ln = Logaritma natural

Nilai Indeks kekayaan jenis >4,0 dikategorikan baik, selanjutnya nilai 2,5 hingga

4,0 dikategorikan moderat dan nilai <2,5 menunjukkan keanekaragaman yang

buruk (Jorgensen et al., 2005).

3.4.4. Tingkat Penggunaan Vegetasi Sebagai Habitat Burung

Teknik Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penggunaan jenis

tumbuhan oleh burung. Setiap jenis tumbuhan digunakan oleh burung sebagai

tempat untuk melakukan berbagai aktifitas, seperti mencari makan (Feeding),

membersihkan bulu dan bertengger (Resting), bergerak dan sosial (Social)

maupun bersarang (Nest). Penggunaan vegetasi oleh burung dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Ft = Fungsi suatu jenis vegetasi bagi burung

St = Banyaknya jenis burung yang menggunakan suatu jenis vegetasi pada plot

pengamatan

Sp = Seluruh jenis burung pada plot pengamatan yang terdapat suatu jenis

vegetasi tersebut

3.4.5. Sebaran Burung Menurut Strata Vegetasi

Analisis terhadap sebaran burung menurut strata vegetasi dilakukan secara

deskriptif dan kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara penggunaan strata

Page 35: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

21

vertikal vegetasi hutan dengan banyaknya jenis burung di habitat tersebut

sehingga dapat diketahui jenis burung yang menggunakan strata tajuk pada

masing-masing tipe habitat (Sayogo, 2009).

3.4.6. Komposisi Jenis dan Status Perlindungan

Status perlindungan burung-burung merujuk pada daftar jenis burung yang

dilindungi menurut IUCN Red Data Book, CITES dan PP No 7 tahun 1999. Status

perlindungan burung tersebut akan dikelompokkan dalam bentuk tabulasi.

Tabulasi data yang disajikan berisi informasi komposisi jenis burung dan juga

status perlindungannya.

Page 36: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Habitat

Gambaran kondisi habitat di lokasi penelitian meliputi kodisi fisik dan

vegetasi. Kondisi fisik di lokasi pengamatan dilihat dari cuaca, kecepatan angin,

kelembaban dan temperatur. Sedangkan habitat burung di Pulau Tidung Kecil

dilihat dari tipe vegetasi yaitu tergolong ke dalam hutan sekunder campuran.

Secara umum jenis-jenis vegetasi pada jalur hutan sekunder campuran yang

teramati adalah pohon kelapa (Cocos nucifera), kedondong kambing (Spondias

sp.), pohon ketapang (Terminalia cattapa), pohon sukun (Artocarpus communis),

cemara laut (Casuarina equisetifolia), waru laut (Thespesia populnea) dan pandan

laut (Pandanus tectorius). Vegetasi tampak kering dan pada beberapa bagian

vegetasi berwarna cokelat.

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat dua jenis tegakan yang dominan

yaitu pohon kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 43,50% dan pohon kedondong

kambing (Spondias sp.) sebanyak 18,08%. Pohon kelapa merupakan salah satu

tanaman yang dibudidayakan di Pulau Tidung Kecil karena tanaman kelapa

merupakan tanaman yang dapat hidup dengan baik di pesisir pantai. Penyebaran

pohon kedondong kambing ditemukan hampir di seluruh kawasan Pulau Tidung

Kecil

Kerapatan vegetasi hutan yang terdapat di Pulau Tidung Kecil tergolong

beragam. Hutan bagian timur Pulau Tidung Kecil terdiri dari beberapa vegetasi

dengan kerapatan tinggi sehingga jenis burung yang ditemukan lebih beragam

Page 37: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

23

(Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan pernyataan Susila et al. (2011) bahwa tutupan

lahan dan kerapatan vegetasi sangat mempengaruhi jenis burung yang

mendiami suatu kawasan.

Habitat burung yang tersedia di Pulau Tidung Kecil diindikasikan sebagai

habitat yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih dijumpainya beberapa jenis

burung yang termasuk indikator baiknya sebuah ekosistem seperti Halcyon

chloris yang berasal dari famili Alcedinidae. Suku Alcedinidae memiliki

ketergantungan yang besar dengan kawasan perairan sebagai lokasi bersarang

(nesting sites), lokasi mencari pakan (feeding sites), dan lokasi istirahat (resting

sites) (Swastikaningrum et al., 2012). Hal ini didukung oleh pernyataan Idaman

(2007) bahwa Alcedo coerulescens yang berasal dari famili Alcedinidae

merupakan jenis burung yang dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan yang

baik. Pernyataan tersebut juga serupa dengan Bibby et al. (2008) bahwa burung

dapat menjadi indikator yang baik bagi keanekaragaman hayati dan perubahan.

Variasi habitat turut mendukung kekayaan jenis burung di Pulau Tidung

Kecil. Menurut Howes et al. (2003), kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada

umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Oleh karena

itu variasi habitat akan memberi relung yang lebih banyak untuk dapat ditempati

berbagai jenis burung sehingga burung yang ditemukan lebih bervariasi.

Pengumpulan data burung dilakukan selama 3 hari. Cuaca saat dilakukan

pengamatan sangat cerah pada hari pertama sehingga pengamatan tidak terhambat

namun cuaca pada hari kedua mendung dan sedikit hujan dan kembali cerah pada

pengamatan hari terakhir. Cuaca saat dilakukan pengamatan tergolong baik. Hal

ini disebabkan musim hujan tertinggi adalah bulan Januari sedangkan penelitian

Page 38: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

24

dilakukan pada bulan Februari. Nilai rata-rata suhu sebesar 28,43°C, kelembaban

76,2% dan kecepatan angin sebesar 2,23 knot.

Menurut Krebs (2013) aktifitas burung dipengaruhi oleh faktor waktu

yaitu pagi hari yang suhunya lebih rendah daripada siang hari, lebih banyak

melakukan aktifitas. Hal ini merupakan efek setelah lama melakukan istirahat

pada malam hari. Sedangkan sore hari merupakan aktifitas dalam mengumpulkan

sejumlah energi untuk persiapan menjelang istirahat. Kondisi seperti ini cukup

ideal untuk dilakukannya pengamatan karena burung mulai aktif beraktifitas saat

pagi hari dan sore hari dengan kondisi fisik yang normal.

4.2. Komposisi dan Kekayaan Jenis Burung

Jumlah jenis burung yang didapatkan dengan menggunakan metode IPA

adalah 29 jenis burung dari 19 famili (Lampiran 5), sedangkan dengan

menggunakan metode daftar jenis Mackinnon didapatkan 31 jenis burung dari 20

famili. Total daftar jenis yang didapatkan dengan metode kekayaan jenis

Mackinnon adalah sebanyak 23 daftar jenis (Gambar 4).

Gambar 4. Kekayaan jenis dengan menggunakan daftar jenis MacKinnon

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Jum

lah

jen

is

Daftar ke-

Page 39: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

25

Daftar kekayaan jenis MacKinnon didapatkan hingga mencapai data yang

stabil dan tidak meningkat lagi. Pada daftar ke satu sampai daftar ke-21

mengalami penambahan jumlah jenis, tetapi pada daftar ke 21, 22 dan 23 tidak

ada penambahan jenis baru yang ditemui. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

jenis burung yang ditemukan telah konstan (stabil). Peningkatan jumlah

pertemuan burung dapat dilihat pada Gambar 4.

Jenis-jenis yang dijumpai dengan metode daftar jenis MacKinnon tetapi

tidak dijumpai dengan metode IPA yaitu trinil ekor kelabu (Heteroscelus brevipe)

yang tergolong pada famili Scolopacidae dan cici merah (Cisticola exilis) famili

dari Cisticolidae. Hal ini disebabkan trinil ekor kelabu (Heteroscelus brevipe) dan

cici merah (Cisticola exilis) hanya dapat dijumpai di waktu tertentu dan dalam

populasi yang kecil.

Trinil ekor kelabu hanya dapat ditemukan sore hari saat air laut surut dan

hanya dalam populasi kecil diantara koloni cerek kernyut (Pluvialis fulva). Hal ini

didukung oleh pernyataan MacKinnon et al. (2010) bahwa trinil ekor kelabu

biasanya hidup menyendiri atau dalam kelompok kecil, tidak berbaur dengan jenis

lain. Cici merah yang teramati hanya satu individu sedang bertengger pada ranting

kering di padang ilalang setelah pengamatan pagi dengan metode IPA. Burung ini

merupakan burung yang sulit diamati karena sering bersembunyi di daerah padang

alang-alang dan rerumputan tinggi, kadang-kadang terlihat bertengger pada batang

rumput yang tinggi atau semak-semak (MacKinnon et al., 2010).

Berdasarkan asal jenisnya, jenis burung yang ditemukan di Pulau Tidung

Kecil terdiri dari 24 jenis burung penetap dan 7 jenis burung migran. Burung

migran yang ditemukan diantaranya berasal dari famili Charadriidae yaitu cerek

Page 40: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

26

tilil (Charadrius alexandrinus) dan cerek kernyut (Pluvialis fulva), famili

Scolopacidae yaitu trinil ekor kelabu (Heteroscelus brevipes), trinil pantai (Actitis

hypoleucos), gajahan pengala (Numenius phaeopus), famili Cuculidae yaitu

kangkok besar (Cuculus sparverioides), dan famili Hirundinidae yaitu layang-

layang api (Hirundo rustica) (MacKinnon et al., 2010). Selain burung-burung

migran tersebut merupakan burung penetap.

Berdasarkan jumlah individu, nilai persentase tertinggi adalah bondol

peking (Lonchura punctulata) sebesar 37,63%. Selain itu, terdapat empat jenis

yang menempati persentase terendah (0,15%) yaitu kareo padi (Amaurornis

phoenicurus), gajahan pengala (Numenius phaeopus), cerek tilil (Charadrius

alexandrinus) dan bubut pacar jambul (Clamator coromandus). Persentase jumlah

individu setiap jenis burung dapat dilihat pada Tabel 1.

Burung penetap seperti bondol peking (Lonchura punctulata) merupakan

jenis yang paling banyak ditemui saat pengamatan. Hal ini dikarenakan terdapat

habitat yang menunjang kehidupan bondol peking. Habitat yang disukai burung

ini adalah semak dan padang ilalang. Bondol peking merupakan burung pemakan

biji, sehingga vegetasi semak dan padang ilalang merupakan vegetasi yang

memenuhi kebutuhan pakannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Mackinnon et

al. (2010) yang menyatakan bahwa bondol peking sering mengunjungi padang

rumput terbuka di lahan pertanian, sawah, kebun, dan semak sekunder. Selain itu

bondol peking juga memiliki kebiasaan hidup berpasangan atau dalam kelompok

kecil, segera bergabung dengan kelompok bondol lainnya. Oleh sebab itu burung

ini sering ditemukan dalam jumlah banyak.

Page 41: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

27

Tabel 1. Persentase jumlah individu setiap jenis yang ditemukan di Pulau Tidung Kecil

No Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Persentase

(%)

1 Ardeidae

Cangak abu Ardea cinerea 0.46

Kokokan laut Butorides striatus 1.67

Kuntul karang Egretta sacra 0.30

2 Rallidae Kareo padi Amaurornis phoenicurus 0.15

3 Charadriidae Cerek kernyut* Pluvialis fulva 10.02

Cerek tilil* Charadrius alexandrinus 0.15

4 Scolopacidae Gajahan pengala* Numenius phaeopus 0.15

Trinil pantai* Acitis hypoleucos 0.30

5 Columbidae Tekukur biasa Streptopelia chinensis 4.25

6 Cuculidae

Bubut Pacar jambul Clamator coromandus 0.15

Kangkok besar* Cuculus sparverioides 0.61

Bubut alang-alang Centropus bengalensis 0.30

7 Apodidae Walet sarang putih Callocalia fuciphaga 2.43

8 Alcedinidae Cekakak sungai Halcyon chloris 6.22

9 Hirundinidae Layang-layang api* Hirundo rustica 1.82

Layang-layang batu Hirundo tahitica 2.88

10 Pycnonotidae Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 5.16

Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 2.28

11 Oriolidae Kepodang kuduk hitam Oriolus chinensis 0.76

12 Corvidae Gagak hutan Corvus enca 2.58

13 Acanthizidae Remetuk laut Gerygone sulphurea 3.64

14 Rhipiduridae Kipasan belang Rhipidura javanica 0.46

15 Pachycephalidae Kancilan bakau Pachycephala grisola 0.46

16 Artamidae Kekep babi Artamus leucorynchus 5.61

17 Nectarinidae Burung madu kelapa Antrhreptes malacensis 6.83

Burung madu sriganti Cyniris jugularis 1.82

18 Passeridae Burung gereja erasia Passer montanus 0.46

19 Estrildidae Bondol peking Lonchura punctulata 37.63

Bondol haji Lonchura maja 0.46

Keterangan : (*)Burung migran

Burung penetap dengan jumlah individu paling sedikit adalah kareo padi

(Amaurornis phoenicurus) dan bubut pacar jambul (Clamator coromandus) yaitu

sebanyak 0,15%. Kedua jenis burung tersebut sangat sensitif terhadap keberadaan

manusia, sehingga jarang sekali terlihat. Selain itu kedua jenis burung tersebut

menyukai habitat semak yang sulit ditemukan langsung dan lebih sering

Page 42: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

28

diidentifikasi melalui suara. Hal ini didukung oleh pernyataan Mackinnon et al.

(2010) bahwa bubut alang-alang memilih belukar, payau, dan daerah berumput

terbuka termasuk padang alang-alang. Sedangkan kareo padi umumnya hidup

sendirian, kadang-kadang berdua atau bertiga, mengendap-endap dalam semak

yang lembab dan tinggal di tempat yang cukup rapat untuk bersembunyi.

Selain burung penetap, ditemukan juga jenis burung-burung migran.

Burung migran dapat menempati habitat yang dianggap cukup memadai

kehidupannya. Ditemukannya burung migran di Pulau Tidung Kecil,

menunjukkan bahwa habitat yang terdapat di Pulau Tidung Kecil mampu

menyediakan sumberdaya pakan bagi burung migran tersebut. Sumberdaya yang

tersedia umumnya cocok disinggahi oleh burung pantai. Oleh sebab itu burung

migran yang ditemukan beberapa diantaranya adalah burung pantai.

Gambar 5. Cerek tilil (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Famili Charadriidae merupakan salah satu famili burung pantai

(Shorebird). Cerek tilil (Charadrius alexandrinus) yang merupakan burung

migran hanya ditemukan sebanyak 0,15% dengan aktifitas mencari makan dan

bergabung bersama kelompok cerek kernyut. Pada umumnya cerek tilil

Page 43: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

29

(Charadrius alexandrinus) mencari makan sendiri atau dalam kelompok kecil dan

sering berbaur dengan perancah lain (MacKinnon et al., 2010) (Gambar 5).

Berbeda dengan cerek tilil, cerek kernyut (Pluvialis fulva) memiliki

ukuran tubuh lebih besar dan terdapat motif pada bulu sayapnya (Gambar 7).

Cerek kernyut ditemukan sebanyak 10,02%. Cerek kernyut ditemukan sedang

mencari makan sebanyak 3 kali yaitu sedang menyendiri dan sedang berkoloni

sebanyak 40 ekor dan bersamaan dengan cerek tilil. Menurut MacKinnon, et al.

(2010), cerek kernyut memiliki kebiasaan mencari makan sendirian atau dalam

kelompok, di gosong lumpur, gosong pasir, padang rumput terbuka, lapangan,

lapangan golf, atau lapangan terbang dekat pantai.

Gambar 6. Cerek kernyut (atas) dan Trinil ekor kelabu (bawah)

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Salah satu famili Scolopacidae yang ditemukan yaitu trinil pantai (Actitis

hypoleucos) termasuk kedalam famili burung pantai (Shorebirds). Trinil pantai

ditemukan sebanyak 0,30%. Trinil pantai yang ditemukan melakukan aktifitas

berjemur dan mencari makan sambil menghentakkan kakinya berulang-ulang.

Kebiasaan dari burung migran ini yaitu sering mengunjungi habitat yang sangat

Page 44: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

30

luas, dari gosong lumpur pantai dan beting pasir sampai ke sawah di dataran

tinggi (sampai ketinggian 1.500 m), sepanjang aliran, dan pinggir sungai.

Berjalan dengan cara menyentak tanpa berhenti. Terbang dengan pola yang khas,

melayang dengan sayap yang kaku (MacKinnon et al., 2010).

Famili Scolopacidae lainnya yang ditemukan adalah trinil ekor kelabu

(Heteroscelus brevipes). Berbeda dengan trinil pantai, trinil ekor kelabu memiliki

ukuran tubuh yang lebih besar. Trinil ekor kelabu ditemukan sebanyak 1 individu

digosong pantai bersamaan dengan 1 individu cerek kernyut. Menurut

MacKinnon,et al. (2010), trinil ekor kelabu merupakan pengunjung yang tidak

umum sampai jarang ke pesisir di Sunda Besar dan di Pulau Jawa lebih banyak

ditemukan di pesisir selatan. Burung ini memiliki cara berlari yang khas, yaitu

mengendap-endap dengan ekor agak tinggi.

Trinil ekor kelabu pada umumnya lebih menyukai beraktifitas di pantai

berbatu daripada gosong lumpur, beting koral, dan pantai berpasir atau

berkerikil (MacKinnon et al., 2010). Namun pada pengamatan kali ini ditemukan

di gosong lumpur yang diduga bahwa burung ini sedang melakukan aktifitas

mencari makan dan berjemur di bawah terik matahari pada sore hari pukul 15.33

WIB. Waktu tersebut merupakan waktu surut air laut sehingga lebih mudah bagi

burung tersebut mencari makan.

Famili Scolopacidae lainnya yang ditemukan yaitu gajahan pengala

(Numenius phaeopus) dengan jumlah individu sebanyak 0,15%. Gajahan pengala

ditemukan di pantai berbatu bersama dengan cerek kernyut (Gambar 7). Gajahan

pengala merupakan burung pantai yang suka melakukan kebiasaan melakukan

aktifitas di gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai,

Page 45: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

31

payau, dan pantai berbatu. Biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar,

dan sering berbaur dengan burung perancah lain (MacKinnon et al., 2010).

Gambar 7. Gajahan pengala (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Jenis burung dari famili Cuculidae yang tergolong burung migran yaitu

kangkok besar (Cuculus sparverioides). Kangkok besar dijumpai sebanyak

0,61%. Kangkok besar (Cuculus sparverioides) menetap di Himalaya, Cina

selatan, Filipina, Kalimantan, dan Sumatera, sehingga dapat dikatakan bahwa

kangkok besar ini sedang bermigrasi dari daerah asalnya ke Pulau Tidung Kecil.

Pada musim dingin kangkok besar juga mengunjungi Sulawesi, Jawa barat, dan

Bali (MacKinnon et al., 2010).

Gambar 8. Kangkok besar (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Page 46: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

32

Burung migran terakhir yang ditemukan adalah Layang-layang api

(Hirundo rustica) sebanyak 1,82%. Burung ini termasuk kosmopolitan ditemukan

di seluruh dunia. Dibandingkan dengan marga layang-layang lainnya, layang-

layang api merupakan jenis yang paling luas penyebarannya (Pramanayuda,

2013). Oleh sebab itu sangat mungkin burung ini juga terlihat di Kepulauan

Seribu termasuk di Pulau Tidung Kecil. Sub jenis yang ditemukan di Indonesia

adalah H.rustica gutturalis yang pada musim dingin berbiak di Jepang, Korea dan

Himalaya bagian tengah.

4.3. Keanekaragaman Jenis Burung

Nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di Pulau

Tidung Kecil, Kepulauan Seribu adalah sebesar 2,39. Nilai keanekargaman jenis

burung (H’) di Pulau Tidung Kecil, Kepualauan Seribu masuk ke dalam ketegori

sedang (medium). Nilai tersebut menunjukkan ekosistem di tempat tersebut

cukup memadai dalam memberi daya dukung terhadap kehidupan burung. Hal

ini dapat terlihat dengan ditemukannya berbagai komunitas burung seperti

kelompok burung pantai, burung air dan juga burung teresterial yang menempati

Pulau Tidung Kecil.

Nilai medium untuk indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa terdapat

sebuah keseimbangan di ekosistem di Pulau Tidung Kecil. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Kurnia et al. (2005) bahwa keanekaragaman berhubungan dengan

banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai penyusun komunitas.

Keanekaragaman juga berhubungan dengan keseimbangan jenis dalam komunitas

Page 47: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

33

artinya apabila nilai keanekaragaman tinggi, maka keseimbangan dalam

komunitas tersebut juga tinggi, begitu juga sebaliknya

Habitat yang beranekaragam dapat mempengaruhi sumber pakan bagi

burung. Hal ini didukung oleh pernyataan Kapisa (2011) bahwa nilai

keanekaragaman jenis dapat mengindikasikan daya dukung suatu habitat terhadap

kehidupan burung. Semakin tinggi nilai keanekaragaman menunjukkan kondisi

habitat yang baik dalam mendukung kehidupan burung secara alami. Pernyataan

ini juga didukung oleh Mulyani dan Pakpahan (1993) bahwa nilai

keanekaragaman jenis burung dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luas

wilayah, keanekaragman habitat dan kualitas lingkungan secara umum. Suatu

komunitas disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan yang relatif sama, maka

keanekaragaman jenisnya akan tinggi (van Helvort, 1981).

Kemerataan jenis burung dalam suatu habitat dapat ditandai dengan tidak

adanya jenis-jenis yang dominan. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu

yang sama, maka kemerataan jenis pada komunitas tersebut memiliki nilai

maksimum, tetapi apabila jumlah individu pada masing-masing jenis berbeda jauh

maka menyebabkan kemerataan jenis memiliki nilai minimum (Santosa, 1995).

Nilai kemerataan (E) jenis burung yang didapatkan di Pulau Tidung Kecil sebesar

0,7. Nilai kemerataan tersebut mendekati angka 1 yang menunjukan bahwa

kemerataan tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Odum (1993), nilai indeks

kemerataan dapat dikatakan tinggi jika >0,60. Meskipun bondol peking

merupakan jenis dengan populasi yang dominan, namun nilai kemerataan jenis

burung di Pulau Tidung Kecil yang tinggi menunjukkan bahwa populasi jenis

burung di Pulau Tidung Kecil tergolong merata.

Page 48: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

34

Nilai kekayaan jenis burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu

adalah sebesar 4,31. Nilai kekayaan jenis burung di Pulau Tidung Kecil termasuk

kedalam kriteria baik yaitu nilai berkisar >4,0 (Jorgensen et al., 2015). Hal

tersebut menunjukkan banyaknya jenis yang ditemukan. Semakin baik nilai

kekayaan jenis burung menunjukkan tingkat keragaman habitat yang ada di Pulau

Tidung Kecil. Nilai kekayaan yang tinggi menandakan terdapat habitat yang

beragam di suatu lokasi Menurut Dewi et al. (2007) Semakin beranekaragam

struktur habitat (keanekaragaman jenis tumbuhan dan struktur vegetasi) maka

akan semakin besar keanekaragaman jenis satwa yang menempati suatu

ekosistem.

4.4. Penggunaan Vegetasi Sebagai Habitat Burung

Tegakan pohon di Pulau Tidung Kecil terdiri dari berbagai jenis tegakan.

Tipe tegakan pohon di Pulau Tidung Kecil termasuk pada tipe tegakan campuran.

Vegetasi yang mengisi Pulau Tidung Kecil yaitu vegetasi perkebunan, vegetasi

padang ilalang dan vegetasi hutan sekunder campuran. Lahan perkebunan terdapat

di bagian Barat Pulau Tidung Kecil yang didominasi oleh tumbuhan sekunder

seperti pohon sukun (Artocarpus communis), pohon jambu air (Eugenia aquea)

dan pohon kelapa (Cocos nucifera) (Lampiran 4). Tanaman perkebunan tersebut

ditanam dan dikelola oleh Kementrian Pertanian.

Vegetasi ilalang terdapat di bagian tengah hingga timur Pulau Tidung

Kecil (Lampiran 2 dan 3). Vegetasi hutan berada dibagian timur Pulau Tidung

Kecil yang diisi beberapa tegakan yang merupakan tegakan campuran seperti

Page 49: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

35

cemara laut (Casuarina equisetifolia), waru laut (Thespesia populnea), pandan

laut (Pandanus tectorius) dan rogo-rogo (Premna serratifolia).

Terdapat 17 jenis burung yang memanfaatkan 17 jenis tegakan pohon yang

ada di Pulau Tidung Kecil (Lampiran 6). Jenis burung yang memanfaatkan

tegakan tersebut antara lain burung madu kelapa, tekukur biasa, remetuk laut,

merbah cerukcuk, cucak kutilang, bondol peking, gagak hutan, kekep babi, bondol

haji, kipasan belang, cekakak sungai, kangkok besar, burung madu sriganti,

kancilan bakau, kokokan laut, bubut pacar jambul dan burung gereja erasia. Tujuh

belas jenis tegakan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Jenis tegakan pohon yang dimanfaatkan burung

Tiga jenis tegakan pohon yang paling sering dimanfaatkan di Pulau

Tidung Kecil yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), ketapang (Terminalia

catappa), dan petai cina (Leucaena leucocephala). Cemara laut (Casuarina

equisetifolia) merupakan jenis pohon yang paling sering dimanfaatkan oleh

11.76

41.18

76.47

23.53 23.53

11.76

41.18

11.76

17.65

35.29

17.65

35.29

5.88 5.88 5.88 5.88 5.88

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

pem

anfa

atan

veg

etas

i ole

h b

uru

ng

(%

)

Jenis vegetasi

Page 50: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

36

burung yaitu sebanyak 76,47% untuk berbagai aktifitas (Gambar 9). Selain itu

pohon ketapang (Terminalia catappa) dan petai cina (Leucaena leucocephala)

merupakan tegakan yang banyak dimanfaatkan oleh burung yang ada di Pulau

Tidung Kecil dengan persentase sebanyak 41,18%.

Cemara laut memiliki struktur pohon yang ideal bagi kebutuhan burung-

burung di Pulau Tidung Kecil. Cemara laut memiliki ukuran pohon yang tinggi

sehingga memudahkan burung pemakan serangga sambil terbang melayang

(aerial feeding) untuk mendapatkan pakannya. Cemara laut juga memiliki tajuk

yang lebar dan kokoh sehingga beberapa burung memanfaatkannya untuk

beristirahat. Struktur daun yang dimiliki cemara laut berbentuk jarum sehingga

jarak pandang dan pergerakan burung tidak terbatas. Oleh karena itu cemara laut

paling sering dimanfaatkan oleh jenis burung di Pulau Tidung Kecil.

Pohon ketapang (Terminalia cattapa) memiliki tajuk yang rindang dengan

cabang yang mendatar dan bertingkat. Tajuk yang lebar dan rapat serta daun yang

besar dimanfaatkan burung untuk beristirahat. Struktur daun yang besar dan tajuk

yang rapat membatasi pandangan bagi beberapa jenis burung yang mencari

mangsa. Oleh karena itu hanya burung-burung tertentu saja yang memanfaatkan

pohon tersebut. Jenis-jenis burung yang memanfaatkan pohon ketapang adalah

burung madu kelapa, tekukur biasa, cucak kutilang, gagak hutan, kekep babi dan

cekakak sungai.

Pohon petai cina merupakan tegakan yang dimanfaatkan oleh beberapa

jenis burung, seperti remetuk laut, merbah cerukcuk, cucak kutilang, bondol

peking, bondol haji, cekakak sungai dan kokokan laut. Hal ini dikarenakan

tumbuhan ini memiliki biji di dalam polong yang dijadikan sumber pakan bagi

Page 51: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

37

burung-burung pemakan biji, serta batang yang kuat dan elastik yang disukai

berbagai jenis burung untuk bertengger.

Keberadaan tegakan–tegakan tersebut berperan penting bagi keberadaan

burung. Oleh sebab itu, tegakan-tegakan pohon tersebut harus dipertahankan

keberadaannya agar burung- burung yang memanfaatkannya tetap ada dan lestari.

Vegetasi di Pulau Tidung Kecil dimanfaatkan oleh burung untuk

melakukan aktifitas. Aktifitas yang dilakukan burung di Pulau Tidung Kecil dapat

dilihat pada Gambar 10. Aktifitas burung yang dicatat berdasarkan penjumpaan

saat pengamatan. Setiap jenis burung yang teramati dicatat segala aktifitasnya,

oleh karena itu dimungkinkan bagi satu jenis untuk melakukan lebih dari 1

aktifitas. Sebagai contoh suatu jenis burung melakukan aktifitas terbang dan

bersuara secara bersamaan, maka kedua aktifitas tersebut dicatat secara terpisah

(Lampiran 7).

Gambar 10. Aktifitas burung di Pulau Tidung Kecil

9.84

43.03 44.26

9.84

3.69 1.23

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

suara Istirahat Terbang Makan Sosial Bersarang

per

sen

tase

(%

)

Aktifitas

Page 52: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

38

Vegetasi di Pulau tidung kecil sebagian besar dimanfaatkan oleh burung

untuk terbang dan bertengger. Sebanyak 44,26% melakukan aktifitas terbang dan

sebanyak 43,03% melakukan aktifitas istirahat (resting) (Gambar 10). Hal ini

disebabkan terdapat beberapa jenis burung yang mengganggu maupun terganggu

karena persaingan dalam mendapatkan sumberdaya, sehingga banyak burung

yang terbang dan berpindah untuk bertengger di pohon lain. Selain itu habitat di

Pulau Tidung Kecil cocok untuk tempat beristirahat bagi burung karena terdapat

beberapa tegakan khas pantai yang kuat dan memiliki tajuk yang lebar.

Adapun aktifitas lain yang dilakukan oleh burung-burung yang ada di

Pulau Tidung Kecil yaitu sebanyak 9,84% mencari makan (feeding) dan bersuara,

sebanyak 3,69% melakukan aktifitas sosial (social) dan sebanyak 1,23%

bersarang (nesting). Hal ini disebabkan Pulau Tidung Kecil memiliki luasan yang

relatif kecil dibandingkan pulau-pulau lain di kepulauan seribu sehingga rentan

terhadap gangguan.

a b

Gambar 11. Pemanfaatan vegetasi sebagai aktifitas bersarang (a.lingkar merah:

sarang bondol peking; lingkar biru : induk bondol peking yang sedang membuat

sarang di pohon Spondias sp; b. peletakan sarang) (Sumber: dokumentasi pribadi).

10 Cm

Page 53: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

39

Ketersedian bahan-bahan pembuatan sarang yang terbatas bagi burung

tertentu juga merupakan penyebab akifitas bersarang sedikit. Diduga burung-

burung memilih pulau lain sebagai tempat bersarang, sehingga hanya sebagian

kecil burung yang bersarang di pulau ini seperti bondol peking (Lonchura

punctulata ), teramati bersarang di pohon kedondong kambing (Spondias sp) dan

pandan laut (Pandanus tectorius) (Gambar 11).

Rendahnya nilai aktifitas bersuara dipengaruhi oleh komposisi jenis

burung. Ekosistem Pulau tidung kecil hanya dapat mendukung kehidupan

beberapa jenis burung pengicau di pulau tersebut. Selebihnya, berung-burung di

Pulau Tidung Kecil dihuni oleh kelompok burung air dan burung pantai yang

cenderung lebih jarang bersuara.

4.5. Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung

Jenis-jenis burung di tegakan pohon Pulau Tidung Kecil menyebar pada

tajuk atas sampai lantai hutan. Strata vertikal tegakan pohon yang paling banyak

dimanfaatkan oleh beberapa jenis burung di Pulau Tidung Kecil adalah strata tiga

yaitu sebanyak 14 jenis burung. Sedangkan strata vertikal tegakan pohon yang

paling sedikit dimanfaatkan oleh suatu jenis burung adalah strata satu (lantai

hutan) yaitu 4 jenis burung. Tajuk bawah (strata 2) dimanfaatkan oleh 9 jenis

burung. Tajuk paling atas dimanfaatkan oleh 11 jenis burung (Tabel 2). Jenis

burung yang diamati pada strata tersebut dapat terbagi dalam beberapa aktifitas

diantaranya mencari makan, bertengger, dan besarang.

Page 54: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

40

Tabel 2. Jenis burung berdasarkan strata vertikal tegakan pohon

Stratifikasi Jenis Burung

Strata 1

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis)

Bubut alang-alang (Centropus bengalensis)

Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)

Bondol peking (Lonchura punctulata)

Strata 2

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis)

Kangkok besar (Cuculus sparverioides)

Cekakak sungai (Halcyon chloris)

Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Remetuk laut (Gerygone sulphurea)

Kipasan belang (Rhipidura javanica)

Kancilan bakau (Pachycephala grisola)

Burung madu kelapa (Antrhreptes malacensis)

Burung madu sriganti (Cyniris jugularis)

Strata 3

Kokokan laut (Butorides striatus)

Tekukur biasa(Streptopelia chinensis)

Bubut pacar jambul (Clamator coromandus)

Cekakak sungai (Halcyon chloris)

Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)

Gagak hutan(Corvus enca)

Remetuk laut (Gerygone sulphurea)

Kipasan belang (Rhipidura javanica)

Kancilan bakau (Pachycephala grisola)

Burung madu kelapa (Antrhreptes malacensis)

Burung madu sriganti (Cyniris jugularis)

Burung gereja erasia (Passer montanus)

Bondol peking (Lonchura punctulata)

Strata 4

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis)

Cekakak sungai (Halcyon chloris)

Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier)

Gagak hutan(Corvus enca)

Remetuk laut (Gerygone sulphurea)

Kekep babi (Artamus leucorynchus)

Burung madu kelapa (Antrhreptes malacensis)

Burung madu sriganti (Cyniris jugularis)

Bondol peking (Lonchura punctulata)

Bondol haji (Lonchura maja)

Pakan merupakan faktor yang paling penting dan menentukan persebaran

vertikal dan jumlah burung pada suatu strata vegetasi. Kemampuan suatu jenis

burung untuk terus hidup dan bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan

Page 55: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

41

dapat dilihat pada pola persebarannya secara vertikal (Sihotang et al., 2013).

Menurut Wisnubudi (2009) juga menyatakan bahwa, berdasarkan pada pola

stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara

horizontal pada berbagai tipe habitat di alam, menunjukkan adanya kaitan yang

sangat erat antara burung dengan lingkungan hidupnya, terutama dalam pola

adaptasi dan strategi untuk mendapatkan sumberdaya.

Tidak semua jenis burung yang ditemukan menyebar merata pada semua

strata seperti tekukur biasa (Streptopelia chinensis). Jenis burung yang hanya

ditemui pada satu strata yaitu bubut alang-alang (Centropus bengalensis) hanya di

temukan di strata 1, kangkok besar (Cuculus sparverioides) hanya ditemukan di

strata 2, bubut pacar jambul (Clamator coromandus) kokokan laut (Butorides

Striatus ) dan burung gereja erasia (Passer montanus) yang hanya ditemukan di

strata 3, serta kekep babi (Artamus leucorynchus) yang hanya ditemukan di strata

4. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan burung tersebut dalam mencari makan.

Jenis burung yang biasa memanfaatkan hanya satu strata, belum tentu

dapat beradaptasi dan menyukai strata lainnya dan demikian pula sebaliknya.

Namun tidak menutup kemungkinan terdapat jenis burung yang bersifat generalis

dapat memanfaatkan beberapa tingkatan strata vertikal. Penyebaran vertikal pada

jenis-jenis burung dapat dilihat dari stratifikasi ruang pada profil hutan.

Penyebaran jenis-jenis burung sangat dipengaruhi oleh kesesuaian tempat hidup

burung, meliputi adaptasi burung terhadap lingkungan, kompetisi, strata vegetasi,

ketersediaan pakan dan seleksi alam (Wisnubudi, 2009).

Menurut (MacKinnon et al., 1993) kokokan laut tergolong dalam famili

Ardeidae pemakan ikan ataupun vertebrata air. Kokokan laut akan bertengger

Page 56: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

42

pada daerah yang dekat dengan air untuk dapat mengawasi mangsanya. Meskipun

strata 3 merupakan strata vertikal yang cukup tinggi dan keberadaan tegakan yang

ditempatinya tidak berdekatan dengan sumber air, maka diduga bahwa burung ini

memanfaatkan strata 3 untuk beristirahat dan bersarang.

Kerapatan suatu tegakan juga berpengaruh terhadap keberadaan burung.

Meskipun kerapatan jenis tumbuhan tinggi belum tentu memiliki kepadatan dan

keanekaragaman jenis burung yang tinggi apabila ketersediaan sumber pakan

cukup rendah. Bentuk tajuk pada tipe habitat hutan cenderung lebih lebar dengan

rata-rata tajuk 8 hingga 9 m. Perbedaan antar jenis tumbuhan terkadang akan

memberikan ketersediaan dan pilihan nilai gizi yang lebih bervariasi, berbeda

halnya dengan jenis tumbuhan yang sama meskipun jumlahnya banyak, terkadang

pilihan pakan yang tersedia terbatas (Moen,1973).

Gambar 12. Kekep babi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kekep babi (Artamus leucorynchus) hanya memanfaatkan strata atas

(strata 4). Burung ini lebih sering ditemukan bertengger di cemara laut. Kekep

babi merupakan burung pemakan serangga dan memakan mangsanya sambil

Page 57: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

43

terbang melayang (aerial feeding) diatas tajuk. Sehingga dapat dikatakan bahwa

burung ini bertengger di tajuk paling atas sedang mencari mangsanya dengan

jarak pandang yang luas dan vegetasi yang tidak rapat. Cemara laut memiliki

tajuk yang tinggi, oleh sebab itu burung ini lebih sering bertengger di tegakan

pohon tersebut (Gambar 12).

Burung bondol peking biasa ditemukan di padang ilalang sedang mencari

pakan, namun dalam peletakan sarang burung bondol peking ditemukan distrata 3

pada tegakan pohon kedondong kambing (Spondias sp.). Hal ini menunjukkan

bahwa pemanfaatan tumbuhan tergantung pada kebutuhan burung itu sendiri.

Suatu jenis burung dapat melimpah pada suatu habitat tertentu karena bergantung

pada sekelompok jenis tumbuhan tertentu (Hadiprayitno, 1999). Sedangkan

menurut Collias (1984), suatu jenis burung sangat dipengaruhi oleh faktor

keamanan dari predator dalam pemilihan lokasi bersarang.

Faktor yang juga berpengaruh terhadap penggunaan strata oleh burung

adalah sumber pakan maupun ruang serta karakteristik biologi burung. Burung

juga membutuhkan ruang yang cukup untuk melakukan aktifitas karena memiliki

sensor baik secara visual maupun audio. Jika vegetasi terlalu rapat akan membuat

pergerakan burung menjadi terbatas sehingga mengganggu jarak pandang burung

untuk mencari makanan ataupun waspada dalam menghindari predator yang ada

seperti ular (Martin, 1986). Jika terdapat gangguan manusia maupun gangguan

predator maka dapat mengganggu burung tersebut dalam melakukan aktifitas.

Secara visual, burung memiliki mata yang peka terutama burung pemangsa dan

beberapa burung sangat sensitif terhadap suara (Gall, 2009).

Page 58: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

44

4.6. Status Perlindungan Jenis Burung

Berdasarkan komposisi jenis burung yang ada di Pulau Tidung Kecil,

status perlindungan jenis burung dikelompokan kedalam 3 acuan, yaitu IUCN Red

Data Book, PP No.7 tahun 1999 dan CITES. Status perlindungan jenis burung

berdasarkan IUCN di Pulau Tidung Kecil 100% masuk kedalam kriteia Least

concern atau beresiko rendah. Selain itu, terdapat 7 jenis burung yang dilindungi

oleh Undang-Undang yaitu berdasarkan PP No.7 tahun 1999. Namun tidak

terdapat jenis burung yang dilindungi oleh CITES di Pulau Tidung Kecil (Tabel

3).

Perlindungan burung berdasarkan IUCN Red Data Book merupakan

perlindungan jenis burung yang berupa status keterancaman. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa status keterancaman jenis burung yang terdapat di Pulau

Tidung Kecil yaitu 100% masuk kedalam kriteria Least Concern. Jenis burung

yang terdapat di pulau tidung kecil secara IUCN Red Data Book seluruhnya

masuk kedalam kriteria Least concern yang artinya memiliki resiko yang rendah

terhadap kepunahan secara global. Namun demikian burung di Pulau Tidung kecil

tetap berpotensi mengalami kepunahan secara lokal.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, keberadaan burung di pulau tidung

kecil berpotensi mengalami gangguan habitat oleh manusia yang dapat

menurunkan jumlah individu dan mengancam populasinya. Hal tersebut sesuai

pernyataan Sukmantoro et al. (2007) bahwa keterancaman burung di suatu lokasi

dikarenakan mempunyai populasi yang kecil dan terdapat penurunan yang tajam

pada jumlah individu di alam.

Page 59: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

45

Tabel 3. Komposisi dan status perlindungan

Famili & No Nama Lokal Nama Ilmiah Status Perlindungan

IUCN PP CITES

Ardeidae

1 Cangak abu Ardea cinerea LC DL -

2 Kuntul karang Egretta sacra LC DL -

3 Kokokan laut Butorides striatus LC TDL -

Rallidae 4 Kareo Padi Amaurornis phoenicurus LC TDL -

Charadriidae 5 Cerek kernyut Pluvialis fulva LC TDL -

6 Cerek tilil Charadrius alexandrines LC TDL -

Scolopacidae 7 Gajahan pengala Numenius phaeopus LC DL -

8 Trinil pantai Actitis hypoleucos LC TDL -

9 Trinil ekor kelabu Heteroscelus brevipes LC TDL -

Columbidae 10 Tekukur biasa Streptopelia chinensis LC TDL -

Cuculidae 11 Bubut Pacar jambul Clamator coromandus LC TDL -

12 Bubut alang-alang Centropus bengalensis LC TDL -

13 Kangkok besar Cuculus sparverioides LC TDL -

Apodidae

14 Walet sarang putih Collocolia fuciphaga LC TDL -

Alcedinidae

15 Cekakak sungai Halcyon chloris LC DL -

Hirundinidae 16 Layang-layang api Hirundo rustica LC TDL -

17 Layang-layang batu Hirundo tahitica LC TDL -

Pycnonotidae 18 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier LC TDL -

19 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster LC TDL -

Oriolidae 20 Kepodang kuduk hitam Oriolus chinensis LC TDL -

Corvidae

21 Gagak hutan Corvus enca LC TDL -

Acanthizidae 22 Remetuk laut Gerygone sulphurea LC TDL -

Cisticolidae 23 Cici merah Cisticola exilis LC TDL -

Rhipiduridae 24 Kipasan belang Rhipidura javanica LC DL -

Pachycephalidae 25 Kancilan bakau Pachycephala grisola LC TDL -

Artamidae 26 Kekep babi Artamus leucorynchus LC TDL -

Nectariniidae 27 Burung Madu kelapa Antrhreptes malacensis LC DL -

28 Burung madu sriganti Cyniris jugularis LC DL -

Passeridae 29 Burung Gereja Erasia Passer montanus LC TDL -

Estrildidae 30 Bondol peking Lonchura punctulata LC TDL -

31 Bondol haji Lonchura maja LC TDL -

Keterangan : LC= Least concern (beresiko rendah); DL= Dilindungi; TDL= Tidak dilindungi.

Page 60: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

46

Jenis burung yang masuk ke dalam status perlindungan berdasarkan PP

No.7 tahun 1999 yaitu terdapat 7 jenis yang merupakan jenis dari famili Ardeidae,

Nectarinidae, Alcediniidae, Rhipiduridae dan Scolopacidae. Hal ini menunjukkan

bahwa Pulau Tidung merupakan ekosistem penting yang harus dilindungi agar

keberadaan burung tersebut dapat dipertahankan.

Pemerintah Republik Indonesia menyusun PP No. 7 tahun 1999 tentang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya mengatur status

perlindungan flora dan fauna di Indonesia. Tujuh jenis yang termasuk jenis

burung wajib ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi karena berdasarkan

catatan pemerintah termasuk ke dalam salah satu kriteria satwa dilindungi seperti

mengalami penurunan populasi, ukuran populasinya yang kecil, dan memiliki

sebaran yang terbatas atau endemik.

Jenis burung dari famili Ardeidae yang dilindungi dan ditemukan di Pulau

Tidung Kecil adalah Ardea cinerea atau cangak abu dan Egretta sacra atau kuntul

karang. Burung tersebut dilindungi karena penyebarannya terbatas dan hanya di

tempat-tempat tertentu. Penyebaran global cangak abu yaitu di Afrika, Erasia,

sampai Filipina dan Sunda, sedangkan penyebaran global kuntul karang

dikawasan pesisir Asia timur, Pasifik barat, dan Indonesia sampai Pulau Irian,

Australia, dan Selandia Baru. Penyebaran lokal cangak abu umumnya tersebar di

dekat laut, tetapi kadang-kadang ditemukan juga di danau-danau di pedalaman

sampai ketinggian 900 m sedangkan di Kalimantan diduga hanya sebagai

pengunjung, sedangkan penyebaran lokal kuntul karang hanya terdapat di terdapat

di seluruh Sunda Besar (Mackinnon et al., 2010).

Page 61: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

47

Terdapat dua jenis burung yang berasal dari famili Nectarinidae yang

ditemukan di Pulau Tidung kecil yaitu Antrhreptes malacensis dan Cyniris

jugularis. Kedua jenis burung yang berasal dari famili Nectarinidae tersebut

dilindungi undang-undang yaitu pada PP No.7 tahun 1999. Menurut Syaputra

(2012), Nectariniidae termasuk dilindungi pada tingkat suku. Suku ini memiliki

manfaat yang tinggi untuk membantu penyerbukan bunga, sehinga sangat penting

untuk regenerasi vegetasi berbunga.

Cekakak sungai atau Halcyon chloris yang berasal dari famili Alcedinidae

merupakan jenis burung yang dilindungi oleh Undang-Undang yaitu PP No.7

tahun 1999. Cekakak sungai hidup di dekat perairan. Burung ini dilindungi karena

dapat digunakan sebagai indikator habitat perairan. Didukung oleh pernyataan

Sozer et al. (1999) bahwa suku Alcedinidae merupakan indikator habitat karena

memiliki kepekaan tertentu terhadap kesehatan lingkungan dalam habitatnya.

Jenis burung lainnya yang diilindungi oleh undang-undang PP No.7 tahun

1999 dan terdapat di Pulau Tidung Kecil adalah kipasan belang atau Rhipidura

javanica yang berasal dari famili Rhipidurudae. Hal ini dikarenakan jenis burung

tersebut memiliki potensi diperdagangkan. Kipasan belang memiliki ekor yang

indah dan suara yang merdu sehingga memiliki potensi perdagangan yang tinggi.

Perdagangan yang tinggi akan mengancam populasinya sehingga populasi di alam

sedikit, penyebarannya terbatas serta memiliki manfaat terhadap keseimbangan

dan kelestarian lingkungan (Sozer et al., 1999).

Selain burung-burung tersebut terdapat pula burung air yang juga

dilindungi oleh undang-undang seperti gajahan pengala atau Numenius phaeopus

yang berasal dari Famili Scolopacidae. Burung ini dilindungi karena burung ini

Page 62: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

48

merupakan burung migran dan terdapat kebanggaan tersendiri bagi pemilik

burung migran sehingga dapat berpotensi menimbulkan kelangkaan.

Menurut status perlindungan perdagangan burung yaitu CITES

(Convention on International Trade of Endangered Jenis of Wild Fauna and

Flora), burung-burung yang ditemukan termasuk burung yang tidak dilindungi

oleh CITES. Perlindungan CITES mengelmpokan kategori-kategori jenis dalam 3

Appendix (Lampiran) yang bertujuan untuk mengontrol perdagangan agar

terhindar dari eksploitasi berlebihan dan mencegah kepunahan. Meskipun tidak

ada jenis burung yang masuk ke dalam kriteria CITES, namun keberadaan burung

di Pulau Tidung Kecil tetap harus dipertahankan. Hal ini dikarenakan burung

memiliki manfaat lain meskipun tidak bernilai konservasi yaitu burung juga

bernilai estetika. Seperti halnya Nectarinidae berperan sebagai penyerbuk dan

bondol peking penyebar biji. Sehingga bermanfaat juga dalam ekosistem

tumbuhan.

Pulau Tidung Kecil bukan merupakan wilayah konservasi yang memiliki

status perlindungan. Namun, tetap perlu dilestarikan dan dipertahankan agar

ekosistem tetap seimbang dan tetap dapat memiliki nilai estetika. Pelestarian

burung di Pulau Tidung Kecil dapat dilakukan dengan pengelolaan kawasan yang

tepat seperti membatasi ekploitasi lahan dan pembangunan di wilayah tersebut.

Page 63: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

49

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Keanekaragaman jenis burung di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu,

Jakarta masuk kedalam kategori sedang, kemerataan tinggi dan kekayaan

jenis burung masuk kedalam kategori baik.

2. Tegakan pohon yang paling banyak dimanfaatkan oleh burung di Pulau

Tidung Kecil adalah Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Strata vertikal

vegetasi pohon yang paling banyak dimanfaatkan oleh burung adalah

strata 3.

5.2. Saran

Untuk menjaga keberadaan jenis-jenis burung yang ada di Pulau Tidung

Kecil maka perlu dijaga ketersediaan habitat dan tegakan pohon serta perlu

dilakukan pengamatan secara berkala.

Page 64: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

50

DAFTAR PUSTAKA

Ajie, H.B. 2009. Burung-Burung di Kawasan Pegunungan Arjuna-Welirang

Taman Hutan Raya Raden Suryo, Jawa Timur Indonesia. Skripsi. Institut

Teknlogi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor.

Andam, D. 2012. Pulau Tidung Bermasalah? Ini Solusinya. internet. Tersedia

pada: www.republika.co.id. Diunduh pada: 26 November 2014, pukul

14.15 WIB.

Ayat, A. 2002. Perilaku Berbiak Burung Bluwok (Mycteria cinerea Raffles) di

Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 2002. Riset Unggulan

Strategis Nasional Pengembangan Teknologi Kelautan (Rusnas Kerapu).

Lembaga Pengelola Rusnas Kerapu. Pusat Kajian dan Penerapan

Teknologi Budidaya Pertanian. Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT). Jakarta

Barbour, M .G., J. H. Burk dan W. P. Pitts. 1987. Terrestrial plant ecology. The

Benjamin/Cumming Publishing Pompany Inc. California

Begon, M., J. L. Harper dan C. R. Town-send. 2006. Ecology: From Individuals

to Ecosystems (4TH

Ed). Blackwell Scientific Publications, Boston.

Bibby, C. J., N. D. Burges dan D. A. Hill. 2000. Birdcencus techniques. Academic

Press. London.

Collias, EN. dan E. C. Collias. 1984. Nest Building and Bird Behaviour.

Pricenton University Press, USA.

Convention On International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and

Flora. 2011. Appendices I, II and III. UNEP. http://www.cites.org/

eng/app/E-Apr27.pdf. Diakses tanggal 11 Mei 2014.

Dinas Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta. 2001. Studi Penataan Lokasi

Budidaya Laut. Laporan Akhir. Kerjasama Dinas Perikanan DKI Jakarta

dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Gall, M. D. dan E. F. Juricic. 2009 . Visual Fields, Eye Movements, and Scanning

Behavior of a Sit and Wait Predator, the Black Phoebe ( Sayornis

nigricans). Department of Biological Sciences. Purdue University, USA.

Page 65: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

51

Hadiprayitno, G. 1999. Penggunaan Habitat oleh Berbagai Jenis Burung yang Berada di Kawasan Hutan Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat.

Program Pascasarjana ITB. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Harris, E. dan J. Harris. 1997. Wildlife Conservation in Managed Woodlands and

Forest. 2nd

. Taunton, Somerest, England.

VanHelvoort, B. 1981. A Study of Bird Population in The Rural Ecosystem

of West Java, Indonesia a Semi Quantitative Approach. Nature

Conservation Dept. Agriculture University Wageningan. Wageningen-

The Netherland.

Hernowo, J. B. dan L.B. Prasetyo. 1989. Konsep ruang terbuka hijau di kota

sebagai pendukung pelestarian burung. Media Konservasi. 2 (4): 61-71.

Hernowo, J. B. 1985. Studi Pengaruh Tamanan Pekarangan Terhadap

Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk

Perkampungan di Wilayah Tingkat II Bogor. Skripsi. Bogor: Jurusan

Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

Howes, J., D. Bakewell, dan Y. R. Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai.

Wetlands International - Indonesia Programme. Bogor.

Hunter, D. M., T. Oguchi dan P. W. Price. 1992. Effect of Sesource Distribution

on Animal-plant Interaction. Academic Press.

Idaman, D. W. 2007. Komunitas burung terrestrial di Suaka Margasatwa Pulau

Rambut. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

International Union for Conservation of Nature and Natural Resources,

Conservation International, and Nature Serve. 2001. Categories & Criteria.

http://www.iucnredlist.org/static/categories_criteria_3_1 . diakses tanggal:

11 Mei 2014.

Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana

Alam Gunung Meletus. http://www.irwantoshut.com/2008/04/14/

perencanaan perbaikan habitat -satwa liar burung pasca bencana al am

gunung meletus. Diakses tanggal: 05 Juli 2011.

Jorgensen, S. E., R. Constanza dan F. L. Xu. 2005. Handbook of Ecological

Indicators for Assesment of Ecosystem Health. CRC Press.

www.crepress.com.

Kaban, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di

Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

Kapisa, H. A. 2011. Keanekaragaman jenis Burung Pada Areal HutaKonsesi PT

Manokwari Mandiri Lestari (MML) Kabupaten Teluk Bintuni. Skripsi.

Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Page 66: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

52

Krebs, C. J. 2013. Ecological Methodology. Harper & Row Publisher. New York

Krebs, J. R., dan N. B. Davies,. 1993. An Introduction to Behavioural Ecology.

Blackwell Scientific Publications, London.

Kurnia, I., H. Fadly, U. Kusdinar, W. G. Gunawan, D.W. Idaman, R. S. Dewi, D.

Yandhi, G. S. Saragih, G. F. Ramdhan, T. D. Djuanda, R. Risnawati, M.

Firdaus. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Nasional Betung

Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Media

Konservasi. 10(2): 37-46.

Kusmana, C. 2002. Ekologi mangrove. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Kuswanda, W. 2010. Pengaruh Komposisi Tumbuhan Terhadap Populasi Burung

di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam. 2 (7): 193-213.

Ludwig, J. A. dan J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology : A Primer in Methods

and Computing . John Wiley & Sons, New York.

MacKinnon, J. 1990. Burung-burung di Jawa-Bali. LIPI – Birdlife International

Indonesia Programme. Bogor.

Mackinnon, J., B. PhillipsKand, dan B. vanBalen. 2010. Burung– burung di

Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI/

BirdLife Indonesia.

Magguran, A. E. 1988. Ecological Diversity and its Measurment. Pricenton

University Press. New Jersey.

Mahmud, A. 1991. Kelimpahan dan Pola Penyebaran Burung-burung Merandai

di Cagar Alam Pulau Rambut. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Mardiastuti, A. 1992. Habitat and Nest-site Characteristics of Waterbirds

Indonesia Pulau Rambut Nature Reserve, Jakarta Bay, Indonesia. Ph.D.

Dissertation, Michigan State University.

Martin, G. R. 1986. The Eye Of A Passeriform Bird, The European Starling

(SturnusVulgaris): Eye Movement Amplitude, Visual Fields And

Schematic Optics. J Comp Physiol A. Vol.199: 545–557.

Moen, A. N. 1973. Wildlife Ecology and Analytical Approach. W.H. Freeman

And Company. San Francisco.

Mulyani, Y. M. dan A. M. Pakpahan. 1993. Studi Pendahuluan Tentang

Keanekaragaman Burung di Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta. Media

konservasi. 4 (2): 59-63.

Page 67: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

53

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Onrizal. 2004. Ancaman Kelestarian Suaka Margasatwa Pulau Rambut Dan

Alternatif Rehabilitasinya. Buletin Konservasi Alam. 4 (1): 21-24

Pemprov DKI Jakarta Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan. 2010.

Pulau tidung besar. www.jakarta.go.id/web/encyclopedia. Diakses tanggal

26 juni 2015.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan

Dan Satwa

Perrins, C. M. dan T. R. Birkhead. 1983. Avian Ecology: Teritiary level Biology.

New York.

Pramanayuda, I. 2013. Dari Manakah Layang-layang Api Berasal?.

www.blogs.uajy.ac.id. diakses tanggal: 13 juni 2015.

Rahayuningsih, M., A. Mardiastuti, L. B. Prasetyo dan Y. A. Mulyani. 2007. Bird

Community in Burung Island, Karimunjawa National Park, Central Java.

Biodiversitas. 8 (3): 183-187

Rombang, W. M. dan Rudyanto. 1999. Daerah Penting Bagi Burung Jawa dan

Bali. PKA/Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor.

Sihotang, D. F, P. Patana, J. Jumilawaty. 2013. Identifikasi Keanekaragaman

Jenis Burung di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung, Taman Nasional

Gunung Leuser. Universitas Sumatera Utara.

Santosa, Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Jurusan

Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian

Bogor, Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Sayogo, A. P. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat

di Taman Nasional Lore Rindu Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi.

Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. Panduan Identifikasi Elang Jawa

Spizaetus bartelsi. Biodiversity Conservation Project. Bogor.

Sukmantoro,W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasadungan, N. Kemp dan M.

Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia No.2. Indonesian Ornithologists

Union. Bogor.

Susila, D., T. R. Utami, A. N. Firdausi, H. Kurniawan dan D. S. Utami. 2011.

Ekowisata Birdwatching di Kawasan Cibodas Kabupaten Cianjur Jawa

Barat. Program Kreativitas Mahasiswa. IPB. Bogor.

Page 68: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

54

Sutopo. 2008. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Lindung KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur. skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Swastikaningrum, H., S. Hariyanto dan B. Irawan. 2012. Keanekaragaman jenis

burung pada berbagai tipe pemanfaatan lahan di kawasan muara kali

lamong, perbatasan surabaya – gresik. Berk. Penel. Hayati. 17: 131–138.

Syaputra, M. A. 2012. Biodiversitas Dan Status Konservasi Burung Di Suaka

Margasatwa Sungai Lamandau, Kalimantan Tengah. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Utari, W. D. 2000. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat

Di Areal Hutan Taman Industri Pt. Riau Adalat Pulp Dan Paper Dan

Perkebunan Sawit Pt. Duta Palma Nusantara Grup. IPB. Bogor

Welty, J. C. and L. Baptista. 1988. The Live of Bird. Sounders College Publishing.

New York.

Wiens, J. A. 1989. The Ecology of Bird Communities, Volume 2 : Processes and

Variation. Cambride University Press, Cambridge.

Wisnubudi, G . 2009. Penggunaan Strata Vegetasi Oleh Burung di Kawasan

Wisata Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Vis Vitalis. 2(2): 41-49.

Page 69: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

55

Lampiran 1. Titik kordinat pengamatan

Titik ke- Koordinat

1 05°48’ 11.2” LS

106° 31’ 01.7” BT

2 05°48’ 12.0” LS

106° 31’ 06.5” BT

3 05°48’ 12.9” LS

106° 31’ 12.9” BT

4 05°48’ 14.2” LS

106° 31’ 19.1” BT

5 05°48’ 09.9” LS

106° 31’ 20.8” BT

6 05°48’ 10.1” LS

106° 31’ 27.1” BT

7 05°48’ 11.4” LS

106° 31’ 32.5” BT

8 05°48’ 13.1” LS

106° 31’ 38.8” BT

9 05°48’ 13.5” LS

106° 31’ 43.3” BT

Page 70: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

56

Lampiran 2. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian timur

Kumpulan vegetasi yang rapat Vegetasi padang ilalang

Ujung pantai bagaian timur Beberapa vegetasi tampak kering

Pesisir pantai bagian utara Pohon mati di pesisir pantai

Page 71: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

57

Lampiran 3. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian tengah

Beberapa tegakan tampak kering Padang ilalang

Jalan conblock di bagian utara akses

dari barat menuju timur Semak belukar

Bagian tengah Pulau Tidung Kecil, tampak dari sebelah selatan

Page 72: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

58

Lampiran 4. Kondisi habitat burung di Pulau Tidung Kecil bagian barat

Perkebunan yang dikelola oleh

Suku Dinas Pertanian

Gapura Argo wisata di tengah bagian

selatan Pulau Tidung Kecil

Dermaga Argo wisata di tengah

bagian selatan Pulau Tidung Kecil Dermaga bagian barat

Bagian ujung barat Pulau Tidung Jembatan Penghubung antara P.

Tidung Kecil dengan P. Tidung Besar

Page 73: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

59

Lampiran 5. Rekapitulasi jumlah individu burung pada setiap pengamatan

No Nama jenis P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total Pi Lnpi Pi lnpi

1 Gagak hutan 7 3 6 0 0 1 17 0.025797 -3.65751 -0.09435

2

Walet sarang

putih 5 0 5 0 5 1 16 0.024279 -3.71813 -0.09027

3

Layang-

layang api 4 3 0 0 5 0 12 0.018209 -4.00582 -0.07294

4

Cekakak

sungai 9 4 9 8 5 6 41 0.062215 -2.77715 -0.17278

5

Burung Madu

kelapa 16 8 10 0 5 6 45 0.068285 -2.68406 -0.18328

6 Remetuk laut 7 2 9 3 2 1 24 0.036419 -3.31267 -0.12064

7 Kokokan laut 3 4 1 1 1 1 11 0.016692 -4.09283 -0.06832

8 Kekep babi 11 2 4 11 6 3 37 0.056146 -2.87981 -0.16169

9 Tekukur biasa 6 4 7 2 2 7 28 0.042489 -3.15852 -0.1342

10

Merbah

cerukcuk 6 0 4 5 0 0 15 0.022762 -3.78267 -0.0861

11

Cucak

kutilang 7 5 8 0 11 3 34 0.051593 -2.96436 -0.15294

12

Bondol

peking 170 0 52 1 13 12 248 0.376328 -0.97729 -0.36778

13 Cangak abu 2 1 0 0 0 0 3 0.004552 -5.39211 -0.02455

14 Kepodang 1 0 0 1 2 1 5 0.007587 -4.88129 -0.03704

15 Bondol haji 3 0 0 0 0 0 3 0.004552 -5.39211 -0.02455

16 Kuntul karang 1 1 0 0 0 0 2 0.003035 -5.79758 -0.0176

17

Kipasan

belang 1 0 0 0 0 2 3 0.004552 -5.39211 -0.02455

18

Burung gereja

erasia 0 3 0 0 0 0 3 0.004552 -5.39211 -0.02455

19

Layang-

layang batu 0 2 6 6 4 1 19 0.028832 -3.54628 -0.10224

20

Kangkok

besar 0 2 0 2 0 0 4 0.00607 -5.10443 -0.03098

21

Burung madu

sriganti 0 4 3 1 3 1 12 0.018209 -4.00582 -0.07294

22

Kancilan

bakau 0 1 0 0 0 2 3 0.004552 -5.39211 -0.02455

23 Kareo padi 0 0 1 0 0 0 1 0.001517 -6.49072 -0.00985

24 Cerek kernyut 0 0 25 0 41 0 66 0.100152 -2.30107 -0.23046

25

Gajahan

pengala 0 0 1 0 0 0 1 0.001517 -6.49072 -0.00985

26 Trinil pantai 0 0 2 0 0 0 2 0.003035 -5.79758 -0.0176

27 Cerek tilil 0 0 0 0 1 0 1 0.001517 -6.49072 -0.00985

28

Bubut alang-

alang 0 0 0 0 1 1 2 0.003035 -5.79758 -0.0176

29

Bubut Pacar

jambul 0 0 0 0 0 1 1 0.001517 -6.49072 -0.00985

659

-2.39389

Page 74: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

60

Lampiran 6. Data pemanfaatan vegetasi oleh burung

Jenis pohon

Jumlah burung

yang

memanfaatkan

Jenis burung yang memanfaatkan

Waru laut 2 Tekukur biasa, remetuk laut

Ketapang 7

Burung madu kelapa, tekukur biasa,

merbah cerukcuk,cucak kutilang, gagak

hutan, kekep babi, cekakak sungai

Cemara laut 13

Burung madu kelapa, tekukur biasa,

remetuk laut, cucak kutilang, bondol

peking, gagak hutan, kekep babi, kipasan

belang,cekakak sungai, burung madu

sriganti, kancilan bakau, bubut pacar

jambul, burung gereja erasia

Kelapa 4 Burung madu kelapa, tekukur biasa,

cekakak sungai, gagak hutan

Akasia 4 Tekukur biasa, cucak kutilang, burung

madu sriganti, kokokan laut

Spesies 1 2 Tekukur biasa,cucak kutilang

Petai cina 7

Remetuk laut, merbah cerukcuk, cucak

kutilang, bondol haji, bondol peking

cekakak sungai, kokokan laut

Jambu air 2 Burung madu kelapa, kangkok besar

Sukun 3 Burung madu kelapa, cekakak sungai,

tekukur biasa

Kedongdongan

kambing 2 Cucak kutilang, bondol peking

Waru 3 Tekukur biasa, remetuk laut, kancilan

bakau

Rogorogo 6

Burung madu kelapa, remetuk laut,

cucak kutilang, burung madu sriganti,

kancilan bakau, bubut pacar jambul

Mengkudu 1 Burung madu sriganti

Pembabe 1 Kipasan belang

Pandan sp 1 Bondol peking

Nyamplung 1 Cucak kutilang

Rhizopora sp 1 Cekakak sungai

60

Page 75: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

61

Lampiran 7. Data aktifitas burung

Aktifitas Jumlah Individu Persentase

(%)

Terbang 108 44,26

Istirahat 105 43,03

Makan 24 9,84

Bersarang 3 1,23

Sosial 9 3,69

Suara 24 9,84

TOTAL 244

Page 76: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

62

Lampiran 8. Jenis- jenis burung yang ditemukan di Pulau Tidung

Kuntul karang

(Egretta sacra)

Kokokan laut

(Butorides striata)

Cangak Abu

(Ardea cinerea)

Cici merah

( Cisticola exilis)

Bondol haji

(Lonchura maja)

Bondol peking

( Lonchura punctulata)

Trinil ekor-kelabu

(Heteroscelus brevipes)

Cerek kernyut

(Pluvialis fulva)

Trinil pantai

(Actitis hypoleucos)

Gajahan pengala

(Numenius phaeopus)

Cerek tilil

(Charadrius alexandrines)

Cekakak sungai

( Halcyon chloris)

Page 77: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

63

Burung-madu kelapa

( Anthreptes malacensis)

Burung-madu sriganti

(Cyniris jugularis)

Remetuk laut

(Gerygone sulphurea)

Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster)

Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier)

Kipasan belang

(Rhipidura javanica)

Layang-layang api

(Hirundo rustica)

Layang-layang batu

(Hirundo tahitica)

Kekep babi

( Artamus leucorhynchus)

Bubut alang-alang

( Centropus bengalensis)

Bubut pacar-jambul

(Clamator coromandus)

Kangkok Besar

(Cuculus sparverioides)

Page 78: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

64

Walet sarang-putih

(Colocalia fuciphaga)

Kancilan bakau

(Pachycephala grisola)

Burung-gereja erasia

(Passer montanus)

Kepudang kuduk-hitam

(Oriolus chinensis)

Gagak hutan

(Covus enca)

Tekukur biasa

( Streptopelia chinensis)

Kareo padi

(Amaurornis phoenicurus)

Page 79: KOMUNITAS BURUNG DI PULAU TIDUNG KECIL, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30191/1/AL... · Data burung dikumpulkan dengan metode kombinasi IPA (Index Point of

65

Lampiran 9. Data jenis pohon di Pulau Tidung Kecil

No Jenis Jumlah Pi Di

1 Cemara laut 7 0.039548 3.95

2 Rogo-rogo 1 0.005650 0.56

3 Pohon Kelapa 77 0.435028 43.50

4 Nyamplung 3 0.016949 1.69

5 Belimbing wuluh 3 0.016949 1.69

6 Sukun 20 0.112994 11.30

7 Jambu air 9 0.050847 5.08

8 Ketapang 15 0.084746 8.47

9 Saga 1 0.005650 0.56

10 Kedondong kambing 32 0.180791 18.08

11 Melinjo 2 0.011299 1.13

12 Nangka 1 0.005650 0.56

13 Jati 2 0.011299 1.13

14 Waru 1 0.005650 0.56

15 Acacia mangium 1 0.00565 0.56

16 Waru laut 2 0.011299 1.13

177