capaian pembangunan manusia tana tidung

85

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG
Page 2: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

i

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN TANA TIDUNG 2019

Ukuran Buku: 21x29,7 cm

Jumlah Halaman : vi+77 halaman

Naskah dan gambar kulit:

Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung

BPS Kabupaten Tana Tidung

Diterbitkan oleh:

© Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung

Page 3: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

ii

BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG

KATA SAMBUTAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa, akhirnya publikasi penyusunan Analisis Pembangunan Manusia (APM)

Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 ini bisa diselesaikan. Publikasi ini dibutuhkan

oleh Pemerintah Kabupaten Tana Tidung sebagai bahan evaluasi dan

penyusunan perencanaan pembangunan khususnya di bidang pembangunan

manusia secara utuh.

Analisis Pembangunan Manusia (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019

ini disusun dengan menggunakan pendekatan model adaptasi dari The United

Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung Human

Development Index (HDI) dengan metodologi yang disempurnakan pada tahun

2011 dan 2014. Berbagai indikator dalam publikasi ini disajikan pada tingkat

kabupaten.

Selain itu beberapa indikator input yang diduga sangat signifikan

pengaruhnya terhadap perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) yakni indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli juga disajikan guna

mendukung tujuan dari diterbitkannya publikasi ini.

Demikian semoga bermanfaat.

Tideng Pale, September 2020

BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG

H. UNDUNSYAH

Page 4: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

iii

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 2

1.2. Pengertian IPM ............................................................................. 4

1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan ................................... 5

BAB II METODOLOGI

2.1. Dasar Perubahan Metodologi ....................................................... 7

2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM .......................................... 9

2.3. Pengukuran Kecepatan IPM ......................................................... 13

BAB III POTENSI SUMBER DAYA

3.1. Geografis ....................................................................................... 16

3.2. Tren Demografi ............................................................................. 17

3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan ............................ 25

3.4. Sumber Daya Pendidikan ............................................................. 28

BAB IV CAPAIAN PEMBANGUNAN

4.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten ...

Tana Tidung .................................................................................. 32

4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung

dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara ...... 39

BAB V PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA

5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan ............................... 47

5.2. Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan ................................ 57

5.3. Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi ............................... 64

BAB VI PENUTUP

6.1. Kinerja Bidang Pendidikan ........................................................... 71

6.2. Kinerja Bidang Kesehatan ............................................................ 73

6.3. Kinerja Bidang Ekonomi (Daya Beli) ............................................ 64

INFOGRAFIS ..................................................................................................... 76

Page 5: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

iv

DAFTAR TABEL

BAB II

2.1 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru ......................................... 8

2.2 Perhitungan Nilai Minimum dan Maksimum ............................................... 13

BAB III

3.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (RJK),

2015-2019 ................................................................................................... 19

3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2017-2019 . 21

3.3 Struktur Umur Penduduk (%), 2017-2019 .................................................. 23

3.4 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban

Tanggungan (%), 2017-2019 ...................................................................... 23

3.5 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kecamatan,

2019 ............................................................................................................. 26

3.6 Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah

Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019 ........................... 27

3.7 Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua

Tahun Terakhir Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang

Pernah Kawin menurut Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,

2017-2019 ................................................................................................... 27

3.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan ..................................... 29

BAB IV

4.1 IPM Provinsi Kalimantan Utara menurut Kabupaten/ Kota, 2014-2019 ..... 40

4.2 Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara Dirinci

menurut Komponen Kabupaten/ Kota Tahun 2019 ................................... 43

BAB V

5.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca

Tulis di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ...................................................... 55

5.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah/STTB

tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ............................ 56

5.3 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Fasilitas Tempat Buang Air

Besar di Kabupaten Tana Tidung, 2019 .................................................... 59

Page 6: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

v

5.4 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di

Kabupaten Tana Tidung, 2019 ................................................................... 59

5.5 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Utama di

Kabupaten Tana Tidung, 2019 ................................................................... 60

5.6 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2019 ........................................ 64

5.7 Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Tana

Tidung menurut Golongan Pengeluaran, 2019 .......................................... 65

5.8 Rata-rata Pengeluaran Per-kapita dan Per-Rumah Tangga selama

Sebulan Penduduk Kabupaten Tana Tidung menurut Jenis Komoditas,

2018-2019 ................................................................................................... 66

5.9 Perkiraan Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita

Kabupaten Tana Tidung, 2016-2019 ......................................................... 68

Page 7: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

vi

DAFTAR GAMBAR

BAB III

3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tana Tidung, 2015-2019 ......... 20

3.2 Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (jiwa/km2), 2019 .................... 22

BAB IV

4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ....................... 33

4.2 Perkembangan AHH Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ....................... 35

4.3 Perkembangan RLS dan HLS Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ........ 36

4.4 Skema Penghitungan Pengeluaran Perkapita ........................................... 37

4.5 Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana

Tidung (juta), 2013-2019 ............................................................................ 38

4.6 Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ..................... 41

4.7 Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ................ 42

BAB V

5.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia

Sekolah, 2017-2019 ................................................................................... 50

5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 53

5.3 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 54

5.4 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan

menurut Tempat Melahirkan Anak Hidup yang Terakhir di Kabupaten

Tana Tidung, 2017-2019 ............................................................................ 62

5.5 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan

menurut Penolong Proses Kelahiran Terakhir di Kabupaten Tana Tidung,

2018-2019 ................................................................................................... 63

5.6 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Kalimantan Utara, 2015-2019 ....... 67

Page 8: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

DAFTAR GAMBAR

Page 9: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan

manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan

hanya alat dari pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memang

tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan

kualitas manusianya. Jauh sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata

dipandang sebagai fenomena ekonomi semata. Pengalaman pada dekade tersebut

menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal

memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Konsep pembangunan

manusia mulai diperkenalkan untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan

ekonomi. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional.

Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama

yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada

tahun 1990 secara jelas menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat

pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan,

dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.

Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan

manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki

Page 10: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk

berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai

akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Konsep pembangunan dan pembangunan manusia cukup berbeda. Dalam

sudut konvensinal, pembangunan memiliki fokus utama pada pertumbuhan ekonomi,

pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan

rakyat dan pemenuhan kebutuhan dasar. Model ’pertumbuhan ekonomi’ lebih

menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki

kualitas hidup manusia. ’Pembangunan sumber daya manusia’ cenderung untuk

memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi (sebagai alat, bukan

sebagai tujuan akhir). Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai

penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan.

Adapun pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barang-barang dan

jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang

dimiliki manusia di segala bidang.

Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan

pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Pembangunan

manusia (baik dari segi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan,

kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural) melihat secara bersamaan semua isu

dalam masyarakat dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga

mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan

manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan

yang komprehensif dari semua sektor.

Page 11: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

Agar konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam

pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau

dengan mudah. Selama bertahun-tahun, HDR global telah mengembangkan dan

menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Meskipun

demikian, masih terdapat berbagai kesulitan dalam penyederhanaan konsep holistik

pembangunan manusia menjadi satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari

bahwa konsep pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kaya dari

ukurannya. Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan ukuran yang komprehensif

atau bahkan suatu kumpulan indikator yang komprehensif karena banyak dimensi

penting dari pembangunan manusia yang tidak terukur.

1.2. Pengertian IPM

Pada Tahun 1990, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan

pertama kali oleh United Nation Development Programme (UNDP) dan

dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report

(HDR). Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya

perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus

sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. “Perluasan pilihan” hanya mungkin

dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang

dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk

merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan

kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan,

secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah. Indeks

Page 12: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses

hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan

sebagainya.

IPM menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih memadai dan

lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB perkapita. IPM

menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam

memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh

tiga dimensi dasar yakni:

1. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)

2. Pengetahuan (knowledge)

3. Standar hidup layak (decent standard of living)

1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan Manusia

Publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM

dan komponen IPM pada tahun 2013-2019. Secara umum, publikasi ini akan

menyajikan data dan analisis IPM selama tahun 2013-2019. Secara khusus, publikasi

ini menyajikan:

1. Potensi Sumber Daya di Kabupaten Tana Tidung;

2. Ukuran Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Tana Tidung;

3. Analisis peningkatan kapabilitas dasar manusia Kabupaten Tana Tidung Tahun

2019;

4. Analisis disparitas IPM antara wilayah kabupaten dan kota berdasarkan

perspektif kinerja dalam Provinsi Kalimantan Utara.

Page 13: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

Page 14: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

METODOLOGI

Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun

sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan

manusia yang representatif pada level kabupaten. Bedanya, telah terjadi

perkembangan metodologi penghitungan IPM mengikuti apa yang telah dilakukan

oleh UNDP yang telah memperkenalkan penghitungan IPM metode baru di tahun

2010 dan kemudian melakukan penyempurnaan metodologi pada tahun 2011 dan

2014.

2.1. Dasar Perubahan Metodologi

Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu:

1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan

IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur

pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas

pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi,

sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan

baik. AMH pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama

Sekolah (HLS). Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka

Harapan Lama Sekolah bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam

pendidikan dan perubahan yang terjadi.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan

pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. PDB per kapita pada metode

lama diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Hal ini dilakukan

karena PNB dianggap lebih dapat menggambarkan pendapatan masyarakat

pada suatu wilayah.

Page 15: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 8

3. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM

menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi

oleh capaian tinggi dimensi lain. Metode agregasi diubah dari rata-rata

aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Tabel 2.1. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru

DIMENSI

METODE LAMA METODE BARU

UNDP BPS UNDP BPS

Kesehatan

Angka Harapan

Hidup saat Lahir (AHH)

Angka

Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Angka Harapan

Hidup saat Lahir (AHH)

Angka Harapan

Hidup saat Lahir (AHH)

Pengetahuan

1. Angka Melek Huruf (AMH)

1. Angka Melek Huruf (AMH)

1. Harapan Lama Sekolah

(HLS)

1. Harapan Lama Sekolah

(HLS)

2. Kombinasi Angka Partisipasi

Kasar (APK)

2. Rata-rata Lama Sekolah

(RLS)

2. Rata-rata Lama Sekolah

(RLS)

2. Rata-rata Lama Sekolah

(RLS)

Standar Hidup Layak

PDB per kapita Pengeluaran per kapita

PNB per kapita Pengeluaran per kapita

Agregasi

Rata-rata Hitung

𝑰𝑷𝑴 =𝟏

𝟑(𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏

+ 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏+ 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏)

Rata-rata Ukur

𝑰𝑷𝑴 = √𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 × 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 ×

𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏

𝟑

Page 16: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 9

2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM

Tahap pertama dari penghitungan IPM ialah menghitung indeks masing-

masing komponen IPM (𝑒(0) kesehatan, pendidikan dan standar hidup layak) dengan

formula sebagai berikut :

1. Dimensi Kesehatan

Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo

• Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo didefinisikan

sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang

sejak lahir

• AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari

hasil proyeksi SP2010.

2. Dimensi Pendidikan

𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛= 𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛

𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛

• 𝐼𝐻𝐿𝑆= 𝐻𝐿𝑆 −𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

• 𝐼𝑅𝐿𝑆=𝑅𝐿𝑆 −𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 =𝐼𝐻𝐿𝑆 + 𝐼𝑅𝐿𝑆

2

Page 17: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

0

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Mean Years of Schooling (MYS)

• Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Mean Years of Schooling (MYS) didefinisikan

sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani

pendidikan formal.

• Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu

wilayah tidak akan turun.

• Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke

atas.

• RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun

proses pendidikan telah berakhir.

• Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standar

internasional yang digunakan oleh UNDP.

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Expected Years of Schooling (EYS)

• Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah

(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu

di masa mendatang.

• HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem

pendidikan di berbagai jenjang.

• HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah

yaitu program wajib belajar.

• Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS

dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren.

• Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.

Page 18: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

1

• Penghitungan EYS:

3. Dimensi Pengeluaran

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

• Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per

kapita dan paritas daya beli.

• Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul,

dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per

kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.

• Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas

dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas

nonmakanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao.

𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛= ln (𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)

ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)

Formula → 𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 = 𝐹𝐾 ×∑

𝐸𝑖𝑡

𝑃𝑖𝑡

𝑛

𝑖=𝑎

Keterangan:

Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t

Jumlah penduduk usia i pada tahun t

Usia (a, a + 1, ..., n)

FK Faktor koreksi pesantren

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 7 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠+ 1

t

aHLSt

iEt

iP

i

Page 19: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

2

Paket Komoditas Penghitungan Paritas Daya Beli

• Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam

menghitung PPP.

• Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan

pertimbangan:

• Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52

persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun

2012

Tahap kedua, ialah dengan menghitung rata-rata sederhana dari masing-

masing indek 𝐼(𝑖) Formula untuk menghitung rata-rata ini adalah sebagai berikut:

Makanan: 66

Komoditas (39,8 %)

Nonmakan: 30

Komoditas (36,9 %)

96 Komoditas

(76,7 %)

Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)

𝑃𝑃𝑃𝑗 =ෑ൬𝑝𝑖𝑗𝑝𝑖𝑘

1𝑚ൗ

𝑚

𝑖=1

pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan

pij : harga komoditas i di kab/kota j

m : jumlah komoditas

Sumber : Measuring The Real Size of The World Economy, The World Bank

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks

pengeluaran.

𝐼𝑃𝑀 = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛3

Page 20: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

3

Tabel 2.2. Penghitungan Nilai Minimum dan Maksimum

Indikator Satuan Minimum Maksimum

UNDP BPS UNDP BPS

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Tahun 20 20 85 85

Harapan Lama Sekolah

(HLS) Tahun 0 0 18 18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Tahun 0 0 15 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

100 (PPP U$)

1.007.436* (Rp)

107.721 (PPP U$)

26.572.352** (Rp)

2.3. Pengukuran Kecepatan IPM

▪ Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu

digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun.

▪ Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah

ditempuh dengan capaian sebelumnya.

▪ Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah

untuk mencapai nilai maksimalnya.

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑃𝑀 =(𝐼𝑃𝑀𝑡 − 𝐼𝑃𝑀𝑡−1)

𝐼𝑃𝑀𝑡−1× 100

Keterangan:

IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t

IPMt-1

: IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli

Keterangan: * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-

Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu

perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

Page 21: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

4

▪ Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk

mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang

sama dalam hal pembangunan manusia.

▪ Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:

Dampak Perubahan Metodologi

•Secara umum level IPM dengan metode baru lebih rendah dibanding

dengan IPM metode lamaLevel IPM

•Terjadi perubahan peringkat IPM.

•Peringkat tidak bisadiperbandingkan akibat adanya

perbedaan indikator dan metodologi

Peringkat IPM

Klasifikasi Capaian IPM

•IPM ≥ 80Sangat Tinggi

•70 ≤ IPM < 80Tinggi

•60 ≤ IPM < 70Sedang

•IPM < 60Rendah

Page 22: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

5

Page 23: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

6

Potensi Sumber Daya

3.1. Geografis

Dengan luas sekitar 4.058,70 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Tana

Tidung masih merupakan daerah kawasan hutan. Secara geografis Tana Tidung

terletak di Utara Pulau Kalimantan. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang

merupakan daerah penghasil berbagai produksi kehutanan dan dataran rendah

dengan berbagai potensi berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar

pinggir sungai yang membujur dari arah Barat ke Timur yang merupakan daerah

penghasil berbagai biota sungai.

Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Tana Tidung terletak

membujur pada posisi 1160 42’ 50’’ - 1170 49’ 50’’ Bujur Timur dan 30 12’ 02’’ - 30 46’

41’’ Lintang Utara. Secara administratif, wilayah Kabupaten Tana Tidung sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau, sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Nunukan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi, Kabupaten

Bulungan (P. Bunyu), dan Kota Tarakan, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Bulungan.

Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Tana

Tidung merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi

besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta

mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya yang terkait dengan peningkatan

Page 24: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

7

potensi perikanan dan kelautan. Terlebih lagi di sepanjang garis pantai dan pinggir

sungai, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain yang masih belum

dikelola secara optimal.

3.2. Tren Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat

dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai sasaran pembangunan tetapi juga

menjadi pelaksana pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus

diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan

mobilitasnya yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu

meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan

penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU), jumlah penduduk telah digunakan sebagai

salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah

daerah Provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi Sumber Daya Manusia

(SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai

konsumen dalam pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi SDM,

mengandung arti bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam pengelolaan

Sumber Daya Alam (SDA). Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil

apabila memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan dalam

pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya alam maupun sebagai

pengguna/konsumen sumber daya alam.

Page 25: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

8

Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam pelaksanaan

pembangunan di segala sektor, dengan harapan produktifitas dan efektifitas yang

terjadi ditunjang pula dengan sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia

merupakan tujuan dan pelaksana pembangunan. Keluasan pilihan bagi usia produktif

untuk meningkatkan kualitas dirinya tentu akan mendorong naiknya angka IPM.

Kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas

manusianya. Untuk itu pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari pembangunan manusia. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan

adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu

unsur kesejahteraan umum.

Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, dan

mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Target grup

program pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada masyarakat berpenghasilan

rendah dan kelompok masyarakat tertinggal. Peran serta masyarakat terus

ditingkatkan melalui pengelolaan kesehatan terpadu, termasuk dunia usaha. Secara

kuantitas dan kualitas penyediaan berbagai sarana kesehatan, tenaga kesehatan,

penyediaan obat juga terus ditingkatkan. Salah satu unsur penting yang menentukan

keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas

kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup

memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.

Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan

adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain mengenai jumlah,

Page 26: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 1

9

komposisi dan distribusi penduduk. Data kependudukan yang tepat sangat

dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan. Dalam proses dan kegiatan

pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena posisi

mereka bukan hanya berperan sebagai pelaksana tapi juga menjadi sasaran dalam

pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar misalnya dapat menjadi

modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban

dalam pembangunan jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu permasalahan

penduduk tidak saja diarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tapi juga

dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Masalah kependudukan memiliki posisi yang strategis bagi pembangunan

daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai penentu kebijakan

maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data kependudukan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan yang sedang berjalan, bahkan dapat

memperkirakan bentuk dan volume kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan

datang.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Jenis Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Laki-laki 12 092 12 884 13 800 14 775 15 800

Perempuan 9 799 10 613 11 284 12 117 13 126

Jumlah 21 891 23 497 25 084 26 892 28 926

RJK 123,40 121,40 122,30 121,94 120,37

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin

(RJK), 2015-2019

Page 27: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

0

Jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk sebanyak 21.891 jiwa,

bertambah menjadi 28.926 jiwa pada Tahun 2019.

Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa dari Tahun 2015 sampai Tahun 2019

jumlah penduduk laki-laki selalu lebih banyak dibanding jumlah penduduk

perempuan. Tetapi jika dilihat dari Rasio Jenis Kelamin (RJK) Kabupaten Tana Tidung

5 (lima) tahun terakhir memiliki tren yang fluktuatif cenderung sedikit menurun. Dilihat

dari Tabel 3.1 RJK Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 adalah 123,40 sedangkan

Tahun 2019 menjadi 120,37. Artinya, terdapat 120 orang penduduk laki-laki diantara

100 orang penduduk perempuan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 3.1

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tana Tidung, 2015 – 2019

Page 28: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

1

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tana Tidung berfluktuatif tiap

tahunnya namun cenderung melambat pada Tahun 2019. Pada Gambar 3.1 dapat

dilihat dari Tahun 2015 sampai 2016 pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung

mengalami perlambatan cukup tajam dari 7,34 persen di Tahun 2015 menjadi 6,75

persen di Tahun 2016. Namun dari Tahun 2016 sampai 2018 laju pertumbuhan

mengalami peningkatan. Diketahui laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana

Tidung Tahun 2019 sebesar 6,81 persen.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (revisi data menggunakan luas dari Bappeda)

Kecamatan Persebaran (%) Kepadatan (jiwa/km2)

2017 2018 2019 2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

Muruk Rian 6,892 6,894 6,90 3,93 4,22 4,54

Sesayap 40,336 40,335 40,34 25,69 27,54 29,63

Betayau 10,907 10,91 10,91 4,73 5,07 5,46

Sesayap Hilir 27,816 27,822 27,80 3,71 3,98 4,28

Tana Lia 14,04 14,041 14,04 4,59 4,92 5,29

Tana Tidung 100 100 100 6,18 6,63 7,13

Tabel 3.2

Persebaran dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2017 – 2019

Page 29: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

2

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tana

Tidung tidak merata. Pada Tahun 2017-2019, 40,34 persen penduduk di Kabupaten

Tana Tidung menetap di Kecamatan Sesayap, 27,80 persen di Kecamatan Sesayap

Hilir, 14,04 persen Kecamatan Tana Lia, 10,91 persen di Kecamatan Betayau dan

6,90 persen di Kecamatan Muruk Rian.

Salah satu indikator pertumbuhan wilayah tercermin pula dari tingginya

kepadatan penduduk di suatu wilayah. Pada Tahun 2019, Kepadatan penduduk

Kabupaten Tana Tidung sebesar 7,13 jiwa/km2.

Gambar 3.2

Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (jiwa/km2), 2019

Page 30: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

3

Umur

2017 2018 2019

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

0 - 14 26,82 31,12 26,50 30,73 26,23 30,33

15 - 64 70,18 65,87 70,29 66,08 70,39 66,29

65+ 3,00 3,00 3,20 3,19 3,38 3,38

Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)

Selama kurun waktu 2017-2019, persentase penduduk berumur 0-14 tahun

cenderung mengalami peningkatan. Dalam periode yang sama mereka yang

Umur 2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4]

0 - 14 7 213 7 639 8 126

15 - 64 17 118 18 393 19 822

65+ 753 860 978

Jumlah 25 084 26 892 28 926

ABT 46,54 46,21 45,93

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban

Tanggungan (%), 2017 - 2019

Tabel 3.3

Struktur Umur Penduduk (%), 2017 - 2019

Page 31: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

4

tergolong penduduk usia kerja/usia produktif 15-64 tahun juga memiliki pola yang

sama. Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan diantaranya

terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan

semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (0-14 tahun dan 65+).

Tingginya persentase penduduk usia produktif di Kabupaten Tana Tidung merupakan

potensi besar untuk kemajuan Kabupaten Tana Tidung, jika diimbangin dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017-2019, pada

Tahun 2019 komposisi penduduk intermediate (15-64) tetap menunjukkan persentase

tertinggi (Tabel 3.3) Komposisi penduduk ini menggambarkan bahwa penduduk

Kabupaten Tana Tidung sedang dalam transisi dari kategori penduduk intermediate

ke penduduk tua. Komposisi seperti ini tidak terlepas dari sifat kependudukan di

daerah ini, dimana sebagai daerah terbuka dengan potensi sumber daya alamnya,

menyebabkan pengaruh mobilitas penduduk yang tinggi. Dengan kondisi yang

demikian angka beban tanggungan juga akan semakin rendah. Secara rata-rata

tanggungan setiap 100 penduduk produktif pada Tahun 2019 sekitar 45 penduduk

tidak produktif dan angka ini menurun bila dibandingkan Tahun sebelumnya (Tabel

3.4).

Page 32: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

5

3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan

Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan

mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk

mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan

kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat.

Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah

penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan

imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi serta

berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan

bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan beserta tenaga

kesehatannya. Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada

Tahun 2019 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang

ada. Seperti lembaga Puskesmas yang sudah menyebar di setiap kecamatan.

Sedangkan Puskesmas Pembantu (Pustu) sudah menyebar hampir disetiap desa.

Page 33: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Peningkatan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari pelayanan kesehatan

ibu hamil dan balita. Hal ini dapat membantu pemerintah daerah untuk memberantas

stunting. Dimana pemberantasan stunting saat ini menjadi fokus dari pemerintah

daerah hingga pusat. Salah satu faktor yang menjadi akar masalah stunting adalah

usia ibu saat melahirkan. Usia kawin perempuan jika terlalu muda atau belum matang

dapat mempengaruhi kondisi saat hamil. Pada Tabel 3.6 dapat dilihat, Tahun 2019 di

Kabupaten Tana Tidung persentase perempuan yang menikah di bawah usia 17

tahun mengalami kenaikan sangat signifikan, yaitu sebesar 20,26 persen sedangkan

pada Tahun 2018 hanya 12,45 persen.

Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu

[1] [2] [3]

Muruk Rian 1 4

Sesayap 1 2

Betayau 1 4

Sesayap Hilir 1 4

Tana Lia 1 3

Jumlah 5 17

Tabel 3.5

Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kecamatan, 2019

Page 34: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

7

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Tahun

Umur Kawin Pertama

≤ 16 17 - 18 19 - 20 21+ Total

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

2017 13,72 26,71 21,95 37,62 100

2018 12,45 20,69 25,19 41,67 100

2019 20,26 24,92 12,38 42,44 100

Tahun

Berat Badan Bayi

< 2,5 Kg ≥ 2,5 Kg Tidak Ditimbang/

Tidak Tahu Total

[1] [2] [3] [4] [5]

2017 18,8 79,32 1,88 100

2018 23,12 83,3 2,9 100

2019 5,61 92,48 1,92 100

Tabel 3.6

Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019

Tabel 3.7

Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua Tahun Terakhir menurut Karakteristik Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,

2017-2019

Page 35: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

8

Stunting dapat terdeteksi dari berat badan bayi saat dilahirkan kurang dari 2,5

kg. Pada Tabel 3.7 dilihat bahwa persentase bayi yang dilahirkan dengan berat badan

kurang dari 2,5 kg mengalami penurunan. Pada Tahun 2016 sebesar 16,7 persen

menjadi 5,61 persen di Tahun 2019. Penurunan persentase berat badan bayi kurang

dari 2,5 kg menunjukkan perkembangan positif dalam pelaksanaan program

pemerintah dalam memberantas stunting.

3.4. Sumber Daya Pendidikan

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan suatu daerah, perlu ditunjang

dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Dalam menunjang Program

Wajib Belajar 9 Tahun, Kabupaten Tana Tidung telah memiliki fasilitas pendidikan

yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa pada Tahun

2018 Kabupaten Tana Tidung memiliki 31 SD/MI, 9 SMP/MTS dan 3 SMA.

Salah satu langkah pemerintah daerah dalam hal pemerataan fasilitas

pendidikan, seperti dibangunnya kelas tambahan SMP Negeri 2 Tana Tidung di Desa

Menjelutung, yang mana secara administrasi berpusat di Desa Bandan Bikis.

Sehingga warga Desa Menjelutung setelah lulus SD dapat langsung melanjutkan

pendidikan ke tingkat SMP tanpa perlu menyeberangi sungai.

Page 36: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 2

9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Kecamatan

Fasilitas Sekolah (Negeri/Swasta)

SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK

[1] [2] [3] [4] [5]

Muruk Rian 4 2 - -

Sesayap 9 2 1 -

Betayau 5 1 - -

Sesayap Hilir 10 2 1 1

Tana Lia 3 2 1 -

Jumlah 31 9 3 -

Tabel 3.8

Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan, 2019

Page 37: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

0

Page 38: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

1

Capaian Pembangunan Manusia

Manusia merupakan unsur utama dari seluruh kepentingan pembangunan

yang menempatkan posisinya pada dua peran yaitu sebagai subyek dan sekaligus

juga sebagai obyek pembangunan. Oleh karenanya tuntutan kearah terciptanya

manusia yang berkualitas sebagai modal pembangunan semakin besar.

Meningkatnya kepedulian terhadap upaya pembangunan manusia Indonesia

yang berkualitas dimulai sejak tahun delapan puluhan, yaitu dengan munculnya

paradigma yang berorientasi pada kebutuhan dasar masyarakat (basic need

development) untuk mengukur keberhasilan pembangunan melalui Indeks Mutu

Hidup (Physical Quality of Life Index).

Pada tahun sembilan puluhan muncul suatu paradigma baru yaitu

pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development). UNDP

kependekan dari United Nation Development Programme telah menyusun Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai pengukur keberhasilan pembangunan

manusia.

Pembangunan manusia merupakan proses memperluas pilihan-pilihan

penduduk (enlarging the choices of people).

Page 39: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

2

Untuk mengukur pilihan-pilihan tersebut digunakan indeks komposit

berdasarkan 3 dimensi parameter, yaitu:

1. Derajat kesehatan dan usia hidup (longetivity) yang diukur dengan angka harapan

hidup (life expectancy rate).

2. Derajat Pendidikan atau pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kombinasi

antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.

3. Derajat Daya Beli atau Standar hidup layak (decent living) penduduk dilihat dari

daya beli masyarakat (purchasing power parity), dimana dalam penghitungannya

menggunakan ukuran Gross National Product (GNP) riil per kapita yang telah

disesuaikan (adjusted GNP real per capita).

4.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten

Tana Tidung

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran yang

digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah.

Meskipun tidak mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun IPM

dinilai mampu mengukur dimensi pokok dari pembangunan manusia.

“IPM Terus Meningkat dari Tahun 2013 – 2019”

Pembangunan Manusia di Kabupaten Tana Tidung terus mengalami

perbaikan, terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia yang terus meningkat

dari Tahun 2013 – 2019. IPM Kabupaten Tana Tidung naik 3,16 poin dalam jangka

waktu 7 (tujuh) tahun (Gambar 4.1). Capaian peningkatan IPM ini menunjukkan

Page 40: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

3

indikasi positif bahwa kualitas manusia di Kabupaten

Tana Tidung yang dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi juga

semakin baik.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Berdasarkan skala internasional, capaian Pembangunan Manusia

dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi (IPM ≥ 80), kategori tinggi

(70 ≤ IPM < 80), kategori sedang (60 ≤ IPM < 70), dan kategori rendah (IPM < 60).

Sejak Tahun 2013, IPM Kabupaten Tana Tidung telah mencapai level sedang dengan

angka 63,79. Angka ini terus meningkat hingga di Tahun 2019 mencapai 67,79. Meski

Gambar 4.1

Perkembangan IPM Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019

Page 41: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

4

belum ada perubahan level pada capaian IPM, namun angka IPM yang terus

meningkat menunjukkan adanya peningkatan pencapaian kualitas manusia di

Kabupaten Tana Tidung.

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek

esensial, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh

karena itu, peningkatan capaian IPM tidak lepas dari peningkatan dari setiap

komponen penyusunnya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, komponen

penyusun IPM juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

4.1.1 Derajat Kesehatan

Angka Harapan Hidup menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Angka

ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang diidentifikasi sangat erat kaitannya

dengan masalah kesehatan penduduk. Agar tercipta derajat kesehatan yang lebih

baik, maka beberapa variabel yang memiliki hubungan terhadap angka harapan hidup

perlu lebih diperhatikan.

“Angka Harapan Hidup Semakin Baik di Tahun 2019”

Indikator Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Tana Tidung yang

merepresentasikan aspek kesehatan terus meningkat sejak Tahun 2013. AHH

Kabupaten Tana Tidung Tahun 2018 adalah 71,35 dan pada Tahun 2019 naik hingga

71,38. Hal ini berarti selama 2019 AHH naik 0,03 poin (Gambar 4.2). Semakin

meningkatnya AHH di Kabupaten Tana Tidung mengindikasikan bahwa derajat

Page 42: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

5

kesehatan masyarakat di Kabupaten ini semakin membaik karena AHH merupakan

salah satu tolok ukur derajat kesehatan masyarakat.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

4.1.2 Derajat Pendidikan

Tinggi rendahnya pendidikan merupakan cerminan dari kualitas penduduk,

oleh karena itu pendidikan dapat dijadikan ciri kualitas suatu bangsa dan kualitas

pembangunan serta merupakan ukuran dari derajat kepekaan penduduk terhadap

pembangunan baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai objek

pembangunan

Gambar 4.2

Perkembangan AHH Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019

Page 43: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

6

“Rata-rata Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas Telah Menempuh Pendidikan

Setara Kelas 2 - 3 SMP”

Aspek pendidikan pada IPM dicerminkan oleh Indikator Rata-rata Lama

Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Capaian RLS meningkat dari

7,79 tahun pada Tahun 2013 menjadi 8,53 tahun di Tahun 2019 (Gambar 4.3). Hal

ini mengindikasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019, jumlah tahun

yang digunakan oleh penduduk berusia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan

formal berkisar antara 8 sampai dengan 9 tahun atau setara dengan kelas 2 - 3 SMP.

Jadi dapat dilihat pula bahwa rata – rata penduduk berusia 25 tahun ke atas

mayoritas adalah berijazah Sekolah Dasar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.3

Perkembangan RLS dan HLS Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019

Page 44: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

7

Sementara capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat dari 11,54 tahun

pada Tahun 2013 menjadi 12,20 tahun pada Tahun 2019. Angka ini

mempresentasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2019, lama sekolah

yang diharapkan dapat dicapai oleh penduduk usia 7 tahun ke atas berkisar antara

12 sampai dengan 13 tahun ke depan.

4.1.3 Derajat Standar Hidup Layak

Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar

hidup layak yang direpresentasikan melalui indikator pengeluaran per kapita per tahun

yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dapat

dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian.

Rata-rata pengeluaran perkapita setahun diperoleh dari Susenas Modul Kabupaten

Tana Tidung yang dikonstankan dengan tahun dasar 2012=100. Selanjutnya rata-rata

pengeluaran perkapita konstan disesuaikan dengan cara dibagi dengan paritas daya

beli Purchasing Power Parity (PPP). Pengeluaran yang telah dibagi dengan PPP ini

disebut dengan pengeluaran per kapita yang disesuaikan.

.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.4

Skema Penghitungan Pengeluaran Perkapita

Page 45: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

8

“Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Terus Bergerak Naik”

Pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Tana Tidung terus meningkat

dari 6,59 juta rupiah pada Tahun 2013 menjadi 7,98 juta rupiah pada Tahun 2019

(Gambar 4.5). Sehingga secara komponen, rata-rata seluruh komponen pembentuk

IPM di Kabupaten Tana Tidung meningkat secara perlahan, hal ini memberikan

dampak pada angka IPM yang terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.5

Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana Tidung (juta),

2013 – 2019

Page 46: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 3

9

4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung

dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara

Keberagaman potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antar

daerah menyebabkan capaian pembangunan manusia berbeda pada setiap wilayah.

Keberhasilan program-program pembangunan yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah juga menentukan tinggi rendahnya capaian pembangunan

manusia dalam suatu wilayah. Selain itu, diperlukan juga upaya pengawasan dan

evaluasi terhadap program-program pembangunan untuk mempercepat peningkatan

pembangunan manusia. Nilai IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks

kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga

indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan

maksimum masing-masing komponen indeks.

Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia adalah hal baru untuk Provinsi

Kalimantan Utara. Provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur ini resmi

terbentuk pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2012. Provinsi ini terbentuk dari lima kabupaten/kota yakni Kabupaten

Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan Kabupaten

Tana Tidung. Roda pemerintahan baru berjalan secara aktif sejak Tahun 2013,

sehingga penghitungan IPM Kalimantan Utara baru dimulai pada Tahun 2013.

Perkembangan IPM pada level kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara

menunjukkan peningkatan dari Tahun 2014-2019 (Tabel 4.1). Selama periode 2014-

2019, kabupaten/kota yang bertahan menduduki peringkat 1 dan 2 dalam capaian

IPM secara berturut-turut adalah Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau. Selama

Page 47: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

0

periode tersebut tidak terjadi pergeseran peringkat pada kabupaten/kota. Peringkat 3

dan 5 diduduki oleh Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Berdasarkan informasi Gambar 4.6 terlihat bahwa posisi IPM Kabupaten Tana

Tidung terletak pada peringkat ke-4 di antara kabupaten/kota di Kalimantan Utara.

Angka IPM Tana Tidung pun jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Kabupaten/kota

di Kalimantan Utara masih lebih rendah 3,36 poin.

Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Tana Tidung masih tertinggal

dalam pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli jika

dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Artinya jalan untuk

menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai

Kabupaten/ Kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

Malinau 70,00 70,15 70,71 71,23 71,74 72,06

Bulungan 69,25 69,37 69,88 70,74 71,23 71,66

Tana Tidung 64,70 64,92 65,64 66,26 67,05 67,79

Nunukan 63,13 63,35 64,35 65,10 65,67 66,32

Kota Tarakan 74,60 74,70 74,88 75,27 75,69 76,09

KALIMANTAN UTARA 68,64 68,76 69,20 69,84 70,56 71,15

Tabel 4.1

IPM Provinsi Kalimantan Utara menurut Kabupaten/Kota, 2014 – 2019

Page 48: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

1

dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan

berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya

secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten

Tana Tidung untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek

yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum,

pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Utara terus mengalami kemajuan

selama periode 2013 hingga 2019. IPM Provinsi Kalimantan Utara meningkat dari

67,99 pada Tahun 2013 menjadi 71,15 pada Tahun 2019.

Kota Tarakan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan merupakan

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai IPM di atas nilai IPM

Gambar 4.6

Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013 – 2019

Page 49: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

2

Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung berada di peringkat

ke-4.

Pada periode 2018-2019, IPM Provinsi Kalimantan Utara tumbuh sebesar

0,84 poin. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan

dengan kenaikan pada perode 2017-2018 yang tumbuh sebesar 1,03 poin. Jika

dihitung, maka selama periode 2013-2019, rata rata pertumbuhan IPM Provinsi

Kalimantan Utara adalah 0,76 poin.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Laju pertumbuhan IPM kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada

Tahun 2018-2019 sangat bervariasi berkisar antara 0,45 sampai 1,10. Kabupaten

Tana Tidung menjadi kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan IPM tertinggi di

Provinsi Kalimantan Utara yaitu dengan nilai 1,10. Laju pertumbuhan Kabupaten Tana

Tidung juga berada di atas pertumbuhan Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai 0,84.

Kenaikan nilai IPM Kabupaten Tana Tidung yang cukup signifikan di Tahun 2019

terutama dikarenakan meningkatnya nilai pengeluaran perkapita penduduk

Gambar 4.7

Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013 – 2019

Page 50: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

3

Kabupaten Tana Tidung. Dengan kata lain daya beli masyarakat di Kabupaten Tana

Tidung mengalami peningkatan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Angka Harapan Hidup (AHH) yang menunjukkan derajat kesehatan

suatu masyarakat, di Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 menunjukkan

nilai terendah yakni 71,38 tahun atau lebih rendah 1,16 poin jika dibandingkan dengan

AHH Provinsi Kalimantan Utara. AHH tertinggi berada di Kota Tarakan (73,92 tahun).

AHH daerah yang lebih maju memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan AHH daerah non perkotaan seperti halnya di Kabupaten Tana Tidung. Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti halnya kecukupan fasilitas kesehatan yang

memadai, pemenuhan tenaga kesehatan, kemudahan akses memperoleh obat-

Kabupaten/ Kota

Angka Harapan

Hidup

Harapan Lama

Sekolah

Rata-rata Lama

Sekolah

Pengeluaran Perkapita

disesuaikan

(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp. 000)

[1] [2] [3] [4] [5]

Malinau 71,42 13,29 9,05 10 121

Bulungan 72,60 12,99 8,93 9 648

Tana Tidung 71,38 12,20 8,53 7 981

Nunukan 71,30 12,63 7,81 7 290

Kota Tarakan 73,92 13,73 9,96 11 509

KALIMANTAN UTARA 72,54 12,84 8,94 9 343

Tabel 4.2

Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara

Dirinci menurut Komponen Kabupaten/Kota, 2019

Page 51: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

4

obatan, asupan gizi dan makanan, pola hidup masyarakat dan tingkat pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan. Kesemua hal tersebut akan sangat berpengaruh

terhadap keadaan Anak Lahir Hidup (ALH) maupun Anak Masih Hidup (AMH)

yang merupakan variabel penting pembentuk Angka Harapan Hidup.

Indikator pendidikan adalah indikator yang menggambarkan mutu sumber

daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan, yaitu dilihat dari Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Angka RLS Kabupaten

Tana Tidung pada Tahun 2019 menempati posisi ke-4 di Provinsi Kalimantan Utara

yakni 8,53 tahun. Posisi teratas ditempati oleh Kota Tarakan (9,96 tahun). Rata-rata

lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Tarakan adalah berada

pada jenjang kelas 1 SMA. Sementara di Kabupaten Tana Tidung masih berada

setara dengan kelas 2 sampai kelas 3 SMP.

Selain angka RLS, indikator lain yang menggambarkan mutu sumber daya

manusia adalah Harapan Lama Sekolah. Indikator ini menunjukkan berapa tahun

lama sekolah yang dapat diharapkan terpenuhi oleh penduduk usia 7 tahun ke atas.

Berbeda dengan RLS, HLS Kabupaten Tana Tidung menempati posisi terakhir jika

dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Secara rata-

rata, HLS di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara berada di rentang

12 sampai dengan 13 tahun, yakni setara dengan lulus SMA sederajat atau Diploma1

(D1).

Standar hidup layak diproksi dengan indikator daya beli/pengeluaran perkapita

pertahun yang disesuaikan yakni besaran pengeluaran perkapita dibagi PPP. Pada

penghitungan metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam

Page 52: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

5

menghitung PPP, sedangkan pada metode baru terpilih 96 komoditas dalam

penghitungan PPP dengan pertimbangan share 27 komoditas (metode lama) terus

menurun dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012.

Pengeluaran perkapita setahun yang disesuaikan tertinggi ditempati oleh Kota

Tarakan yakni sebesar Rp. 11.509.000,- kemudian Kabupaten Malinau sebesar

Rp 10.121.000,- dan posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Bulungan sebesar

Rp 9.648.000,-. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung sebesar Rp 7.981.000,- berada

di peringkat ke-4. Sementara itu Kabupaten Nunukan berada di posisi terbawah

dengan besaran sebesar Rp 7.290.000,-.

Page 53: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

6

Page 54: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

7

Peningkatan Kapabilitas Dasar Manusia

Pembangunan manusia merupakan suatu upaya untuk memperluas pilihan-

pilhan yang dimiliki manusia yang dapat terealisasi apabila manusia berumur panjang

dan sehat, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta dapat memanfaatkan

kemampuan yang dimilikinya dalam kegiatan yang produktif. Hal tersebut sekaligus

merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset

kekayaan bangsa sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pendidikan dan

kesehatan merupakan modal utama yang harus dimiliki manusia agar mampu

meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki

suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu.

5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan

Salah satu upaya peningkatan kapabilitas dasar penduduk di bidang

pendidikan adalah dengan memperluas cakupan pendidikan formal. Berbagai

program di bidang pendidikan telah diupayakan pemerintah dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diantaranya yaitu program untuk

memberantas buta aksara, menekan angka putus sekolah melalui pemberian bantuan

operasional sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bantuan Operasional

Page 55: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

8

Sekolah (BOS), serta menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui

program-program pendidikan lainnya.

Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya

manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan

kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus

diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada

penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan

kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak

penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase

penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu

wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka

Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi

Murni (APM). Partisipasi penduduk usia sekolah ini dapat menggambarkan tingkat

ketersediaan kualitas sumber daya manusia dan aktivitas pendidikan di suatu daerah.

“Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Pertama Meningkat”

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan

terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan

untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk

usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah

penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian

Page 56: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 4

9

meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan

kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) dalam prakteknya dibedakan menurut tiga

kelompok umur. Pertama kelompok umur usia Sekolah Dasar (SD) sederajat yaitu

umur 7­12 tahun. Kedua pada kelompok umur Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sederajat yaitu 13­15 tahun Ketiga pada kelompok umur Sekolah Menengah Atas

(SMA) sederajat yaitu 16­18 tahun. Arti dari angka APS menggambarkan peran serta

atau partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan.

Indikasi dari angka APS ini, apabila semakin tinggi angkanya maka semakin berhasil

program pendidikan yang diselenggarakan. Besarnya angka APS maksimal 100

persen yang mempunyai arti bahwa seluruh anak pada kelompok umur tertentu

semuanya sedang bersekolah.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang mengukur

pemerataan akses terhadap pendidikan. Gambar 5.1 menunjukkan capaian APS

pada kelompok umur sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun fluktuatif di atas 95 persen

dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tahun 2019 capaian APS pada kelompok umur sekolah

16-18 tahun mengalami peningkatan, setelah 3 tahun sebelumnya (2016-2018) selalu

mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa adanya perbaikan sektor

pendidikan di Kabupaten Tana Tidung.

Page 57: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

0

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

“APS kelompok umur 16-18 tahun mengalami peningkatan di Tahun 2019”

Salah satu permasalahan yang dapat menghambat peningkatan kapabilitas

dasar penduduk adalah perekonomian masyarakat. Ketidakmampuan untuk

membayar biaya sekolah baik itu merupakan biaya untuk perlengkapan sekolah

maupun biaya lainnya akan berdampak pada pilihan untuk tidak melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak menamatkan jenjang pendidikan

yang sedang dijalani (putus sekolah).

Gambar 5.1

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia Sekolah,

2017-2019

Page 58: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

1

Pada Tahun 2019, APS untuk kelompok umur 7­12 tahun sebesar 98,17

persen artinya dari setiap 100 anak yang berumur 7­12 tahun yang ada di Kabupaten

Tana Tidung 1 hingga 2 anak di antaranya akan ditemukan tidak/belum pernah

sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 13­15 tahun dengan APS

sebesar 97,94 persen, artinya dari setiap 100 anak yang berumur 13­15 tahun yang

ada di Kabupaten Tana Tidung terdapat 1 hingga 2 anak yang ditemukan tidak/belum

pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 16­18 tahun

dengan APS sebesar 54,50 persen, artinya dari setiap 100 anak yang berumur 16­18

tahun yang ada di Kabupaten Tana Tidung 45 hingga 46 anak di antaranya akan

ditemukan tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out).

Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkan partisipasi penduduk yang

sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka

Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang

bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah

penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.

APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan

pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi

penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling

sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah dimasing-masing

jenjang pendidikan.

Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang

bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia

sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-

Page 59: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

2

anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-

anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD.

Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang

pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk

sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di

suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang

lebih muda.

Dari Gambar 5.2 diketahui bahwa pada Tahun 2019, APK Kabupaten Tana

Tidung untuk jenjang pendidikan SD sebesar 99,59, artinya 99 persen anak yang

berusia 7-12 tahun bersekolah di SD (sesuai dengan usia sekolah). APK jenjang

pendidikan SMP sebesar 115,82 persen, berarti terdapat 15 persen anak yang tidak

berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMP. APK jenjang pendidikan SMA sebesar

66,35 persen artinya dari 100 anak yang berusia 16-18 tahun ada 33 anak tidak/belum

pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out) SMA.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok

usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai

dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang

bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk

usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang

pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni

(APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.

Page 60: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

3

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data 2016 tidak tersedia)

Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan

mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK

karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang

bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang

terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan

adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di

tingkat pendidikan tertentu.

Gambar 5.2

Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019

Page 61: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

4

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Dari Gambar 5.3 diketahui pada Tahun 2019 Kabupaten Tana Tidung APM

untuk jenjang pendidikan SD sebesar 86,68 persen (ada 86,68 persen anak yang

berusia 7-12 tahun yang bersekolah di SD). APM jenjang pendidikan SMP sebesar

76,83 persen (ada 76,83 persen anak yang berusia 13-15 tahun yang bersekolah di

SMP). APM jenjang pendidikan SMA sebesar 40,73 persen (ada 40,73 persen anak

yang berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMA).

Melihat cukup tingginya angka putus sekolah anak usia 16-18 tahun atau

setara SMA sederajat, kemungkinan terbesar karena jarak fasilitas pendidikan SMA

aksesnya masih belum terjangkau dengan mudah dari sebagian desa-desa di

Kabupaten Tana Tidung. Penyediaan boarding school untuk tingkat SMA sangat

dibutuhkan.

Gambar 5.3

Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019

Page 62: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

5

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Meskipun tidak lagi dijadikan sebagai indikator komponen pembentuk IPM,

angka melek huruf masih relevan dalam mengukur capaian keberhasilan di bidang

pendidikan. Angka ini untuk melihat seberapa besar kemampuan masyarakat dalam

membaca dan menulis. Angka melek huruf ini diukur dengan menggunakan

pendekatan penduduk berumur ≥ 15 tahun. Pada Tahun 2019 angka melek huruf di

Kabupaten Tana Tidung tercatat sekitar 96,92 persen, atau bila diukur angka buta

hurufnya sebesar 3,08 persen. Artinya dari setiap 100 penduduk Kabupaten Tana

Tidung yang berumur ≥ 15 tahun, akan ditemukan setidaknya 3 (tiga) orang di

antaranya belum bisa baca tulis atau buta huruf, sebagaimana disajikan pada Tabel

5.1. Secara total, dari angka buta huruf penduduk usia di atas 15 tahun sebesar 3,08

persen, terdapat 1,94 persen penduduk laki-laki dan 4,53 persen penduduk

perempuan yang buta huruf.

“Ada 3.08% Penduduk Kabupaten Tana Tidung yang Buta Huruf”

Kemampuan Baca Tulis Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Huruf Latin 97,78 93,68 95,98

Huruf Arab 32,89 32,72 32,81

Huruf Lainnya 7,84 8,59 8,18

Angka Melek Huruf 98,06 95,47 96,92

Angka Buta Huruf 1,94 4,53 3,08

Tabel 5.1

Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca Tulis di

Kabupaten Tana Tidung, 2019

Page 63: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

6

Capaian berikutnya adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Variabel ini

mengukur sampai seberapa tinggi pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten

Tana Tidung. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah persentase jumlah

penduduk, baik yang tidak/belum sekolah, masih sekolah ataupun tidak bersekolah

lagi, menurut ijazah/STTB yang dimiliki. Umur penduduk yang diukur pendidikannya

menggunakan pendekatan penduduk berumur ≥ 15 tahun. Pada Tahun 2019,

persentase penduduk Kabupaten Tana Tidung yang berumur 15 tahun ke atas

tidak/belum pernah sekolah/tidak/belum tamat SD/tidak punya ijazah SD jumlahnya

mencapai 17,67 persen. Posisi pertama terdapat pada mereka yang menamatkan

pendidikannya di jenjang SD/sederajat dengan jumlah 24,34 persen. Urutan kedua

pada mereka yang tamat SMA/sederajat sebesar 23,49 persen. Secara rinci disajikan

pada Tabel 5.2

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Ijazah Persentase

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Punya Ijazah SD 15,32 20,66 17,67

SD/MI 24,33 24,35 24,34

SMP/MTs 16,15 19,21 17,50

SMA/MA 24,61 22,06 23,49

SMK/MAK 8,69 3,13 6,24

Diploma I dan Diploma II 0,47 1,02 0,71

Akademi/Diploma III 1,09 2,07 1,52

Diploma IV/ S1/S2/S3 9,34 7,51 8,53

Jumlah 100 100 100

Tabel 5.2

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah/STTB

Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tana Tidung, 2019

Page 64: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

7

5.2. Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak dilakukan pemerintah

untuk meningkatkan pembangunan manusia. Derajat kesehatan menjadi salah satu

pilar penentu kualitas hidup manusia selain pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan

kepedulian tinggi dari pemerintah dan seluruh masyarakat untuk senantiasa peduli

pada peningkatan derajat kesehatan.

Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya status

kesehatan yang optimal untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan

sejahtera. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur status

kesehatan adalah angka morbiditas. Penduduk yang mengalami morbiditas adalah

penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya

kegiatan sehari-hari.

Menurut Henrik L. Blum (www.depkes.go.id) peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk

dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu: faktor-faktor lingkungan (45 persen),

perilaku kesehatan (30 persen), pelayanan kesehatan (20 persen), dan

kependudukan/keturunan (5 persen). Oleh karena itu, analisis mengenai derajat

kesehatan penduduk dapat dilihat melalui empat aspek tersebut. Berdasarkan konsep

derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Blum, faktor terbesar yang memengaruhi

derajat kesehatan seseorang yaitu faktor lingkungan. Konsep ini menegaskan bahwa

lingkungan yang baik akan mendorong secara langsung peningkatan derajat

kesehatan. Tidak hanya itu, lingkungan yang baik juga secara tidak langsung

berhubungan dengan keturunan dan pelayanan kesehatan.

Page 65: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

8

Data Susenas Tahun 2019 (Tabel 5.3) menunjukkan bahwa 8,17 persen

rumah tangga di Kabupaten Tana Tidung yang tidak memiliki tempat buang air besar.

Dibandingkan data Tahun 2018 terjadi penambahan yang sangat signifikan, yang

sebelumnya hanya 0,90 persen. Sedangkan data rumah tangga yang menggunakan

MCK umum pada Tahun 2019 sebesar 1,98 persen, dan data Tahun 2018 sebesar

8,08 persen.

Jika dibandingkan data 2018-2019 terjadi pergeseran rumah tangga terhadap

2 (dua) variabel tersebut. Berdasarkan fenomena di lapangan (saat pendataan

Susenas) pada Tahun 2017-2018 beberapa desa membangunkan MCK

Umum/Komunal untuk penduduknya yang tempat buang air besar masih di sungai.

Akan tetapi, pada Tahun 2019 banyak penduduk kembali menggunakan sungai

sebagai tempat buang air besar (tidak memiliki fasilitas), karena faktor kebiasaan

yang belum bisa diubah dalam waktu singkat. Diperlukan edukasi yang

berkesinambungan dari pemerintah daerah kepada masyarakat tentang kesehatan.

Selain itu, dalam pembangunan MCK Umum/Komunal perlu diperhatikan ukuran,

lokasi, akses jalan maupun akses air serta perawatan berkala agar fasilitas yang

sudah disediakan oleh pemerintah daerah tetap bermanfaat dalam waktu yang lama.

“8,17 persen rumah tangga di Kabupaten Tana Tidung yang tidak memiliki

tempat buang air besar”

Page 66: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 5

9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Jika dilihat dari akses sanitasi layak (Tangki Septik) pada Tahun 2019 sebesar

74,28 persen. Sedangkan, 22,39 persen masih di lubang tanah dan 2,95 persen di

kolam/sawah/sungai/danau/laut terakhir 0,38 persen di Pantai/Tanah

Lapang/Kebun/Lainnya (Tabel 5.4).

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Fasilitas BAB Persentase

[1] [2]

Ada, digunakan hanya ART sendiri 84,12

Ada digunakan bersama ART rumah tangga lain tertentu

5,48

Ada, di MCK Komunal 0,27

Ada, di MCK Umum/ siapapun menggunakan

1,96

Tidak Ada fasilitas 8,17

Jumlah 100

Tempat Pembuangan Akhir Tinja Persentase

[1] [2]

Tangki Septik/SPAL 74,28

Kolam/Sawah/Sungai/Danau/Laut 2,95

Lubang Tanah 22,39

Pantai/Tanah Lapang/Kebun/Lainnya

0,38

Lainnya 0

Jumlah 100

Tabel 5.3

Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Fasilitas Tempat Buang Air Besar

di Kabupaten Tana Tidung, 2019

Tabel 5.4

Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja

di Kabupaten Tana Tidung, 2019

Page 67: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

0

Sumber Air Minum Utama Persentase

[1] [2]

Air Kemasan Bermerk/Isi Ulang 50,62

Ledeng Meteran/Eceran 2,84

Sumur Bor/Pompa 3,17

Sumur Terlindung 0,64

Sumur Tak Terlindung 1,00

Mata Air Terlindung/ Tak Terlindung 0,61

Air Permukaan 4,43

Air Hujan 36,69

Lainnya 0,00

Jumlah 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Selain akses terhadap sanitasi layak, indikator lingkungan lain yang tercantum

dalam target MDG’s adalah akses terhadap air bersih. Pada Tahun 2019 sebanyak

50,62 persen rumah tangga menggunakan air kemasan/air isi ulang untuk minum dan

yang perlu perhatian khusus adalah tingginya rumah tangga yang menggunakan air

hujan sebagai sumber utama air minum yakni sebesar 36,69 (Tabel 5.5).

Tabel 5.5

Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Utama

di Kabupaten Tana Tidung, 2019

Page 68: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

1

“36,69% Rumah Tangga di Kabupaten Tana Tidung Sumber Air Minum

Utamanya adalah Air Hujan”

Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang

diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga

kesehatan lainnya). Praktek persalinan yang aman menjadi salah satu faktor penentu

keselamatan ibu dan bayi hingga pada akhirnya akan menurunkan resiko kematian

keduanya.

Berdasarkan Gambar 5.4, pada Tahun 2019 diketahui bahwa 62,49 persen

perempuan di Kabupaten Tana Tidung melakukan persalinan di Rumah Sakit, 19,16

persen melahirkan di rumah, 6,45 persen di Klinik/praktek bidan dan 11,9 persen

melahirkan di Puskesmas. Melihat cukup tingginya angka melahirkan di rumah

dibandingkan dengan puskesmas/polindes/pustu, dapat menjadi perhatian

pemerintah. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan terdekat di sekitar lingkungan

tempat tinggal, sebaiknya pemerintah ke depannya dapat meningkatkan status

puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap.

“ Persentase Penolong Persalinan oleh Dukun Turun Signifikan”

Berdasarkan Gambar 5.5 pada Tahun 2019 di Kabupaten Tana Tidung,

persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh bidan sebesar 47,55 persen, dokter

sebesar 46,42 persen dan paraji (dukun beranak) sebesar 3,69 persen. Terjadi

pergeseran yang positif dari data Tahun 2018. Persentase penolong persalinan

Page 69: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

2

dibantu paraji (dukun beranak) mengalami penurunan drastis dari 12,93 persen

menjadi 3,69 persen. Selain pemahaman masyarakat mengenai kesehatan yang

terus membaik, tentunya ada peran aktif pemerintah daerah yang terus meningkatkan

kemudahan akses ke fasilitas kesehatan dan penyediaan tenaga kesehatan yang

profesional.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 5.4

Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut

Tempat Melahirkan Anak Hidup yang Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2017-2019

Page 70: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

3

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

“Angka Kesakitan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 Sebesar 17,58 %”

Tingkat kesehatan di suatu daerah juga bisa dilihat dari Angka Kesakitan.

Angka Kesakitan merupakan persentase penduduk yang mengalami keluhan

kesehatan. Pada Tahun 2019 angka kesakitan Kabupaten Tana Tidung sebesar

17,58 persen, seperti pada Tabel 5.6.

Gambar 5.5

Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut

Penolong Proses Kelahiran Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2018-2019

Page 71: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

4

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

5.3. Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi

Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para pengambil

kebijakan salah satunya bisa berupa pendekatan melalui pengeluaran per kapita.

Dilihat dari aspek pengeluaran per kapitanya, rata-rata pengeluaran per kapita

sebulan penduduk di Kabupaten Tana Tidung sebesar 87,6 persen telah berada pada

angka di atas Rp. 750.000,- (Tabel 5.7). Terdiri dari 19,7 persen (Rp. 750.000,- – Rp.

999.999,-), 31,0 persen (Rp. 1.000.000,- – Rp. 1.499.999,-) dan 36,9 persen (≥ Rp.

1.500.000,-).

“87,6 % Penduduk Kabupaten Tana Tidung memiliki pengeluaran perkapita rata-

rata di atas Rp. 750.000,- /bulan”

Jenis Kelamin

Angka Kesakitan

2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4]

Laki-laki 15,84 17,47 17,81

Perempuan 20,92 16,93 17,31

Total 16,98 17,23 17,58

Tabel 5.6

Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin, 2017-2019

Page 72: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

5

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Dari Tabel 5.8 diketahui pada Tahun 2019 rata-rata pengeluaran per kapita

makanan sebesar Rp. 812.950,- dan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk

non makanan sebesar Rp. 764.885,-. Diketahui data Tahun 2019 pengeluaran

makanan lebih tinggi dari non makanan, berbanding terbalik dari data Tahun 2018.

Golongan Pengeluaran

(Rp. )

Persen

(%)

[1] [2]

≤ 299 999 0

300 000 – 499 999 0,9

500 000 – 749 999 11,5

750 000 – 999 999 19,7

1 000 000 – 1 499 999 31,0

≥ 1 500 000 36,9

Jumlah 100,0

Tabel 5.7

Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Tana Tidung

menurut Golongan Pengeluaran, 2019

Page 73: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pembagian pendapatan, beberapa

ukuran dan metode telah dikembangkan oleh beberapa peneliti dan masing-masing

mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sungguhpun demikian, ukuran yang paling

sering digunakan adalah Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia.

Secara teoritis, penghitungan angka Gini Ratio dengan menggunakan data

pendapatan akan memberikan hasil yang lebih baik, karena bisa memberikan hasil

yang lebih baik, selain itu dapat juga memberikan informasi tentang kondisi

pembagian pendapatan yang sebenarnya. Tetapi karena data pendapatan sukar

diperoleh, maka biasanya digunakan data pengeluaran sebagai proksi atau

pendekatan terhadap data pendapatan.

Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila Gini Ratio bernilai

0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan

sempurna.

Komoditas

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita (Rp.)

2018 2019

[1] [2] [3]

Makanan 744 155 812 950

Non Makanan 781 136 764 885

Tabel 5.8

Rata-rata Pengeluaran Per-kapita selama Sebulan Penduduk Kabupaten

Tana Tidung menurut Jenis Komoditas, 2018-2019

Page 74: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

7

Kategori nilai Gini Ratio dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

➢ Nilai Gini Ratio < 0,4 berarti Tingkat Ketimpangan Rendah

➢ Nilai Gin Ratio 0,4 – 0,5 berarti Tingkat Ketimpangan Sedang

➢ Nilai Gini Ratio > 0,5 berarti Tingkat Ketimpangan Tinggi

“Tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di Kalimantan Utara mengalami

penurunan 2 tahun terakhir”

Penghitungan Gini Ratio hingga level kabupaten/kota tidak dapat dihitung

kembali karena tidak relevannya jumlah sampel. Gini Ratio Kabupaten Tana Tidung

dapat didekatkan dengan angka Gini Ratio Provinsi Kalimantan Utara. Tahun 2019,

Gini Ratio di Kalimantan Utara tercatat 0,295 yang mana dapat diartikan bahwa

distribusi pendapatan (distribusi pengeluaran) di Provinsi Kalimantan Utara relatif

cukup merata (rendah).

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 5.6

Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Kalimantan Utara, 2015 – 2019

Page 75: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

8

Cara lain yang juga bisa digunakan untuk menunjukkan tingkat pembagian

pendapatan diantara berbagai golongan penduduk adalah dengan menggunakan

kriteria Bank Dunia yang berpatokan pada persentase pendapatan yang diterima oleh

40 persen penduduk termiskin. Menurut kriteria Bank Dunia, ketimpangan

pendapatan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut serius jika 40 persen penduduk

termiskin menerima kurang dari 12 persen pendapatan.

b. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut menengah jika 40 persen

penduduk termiskin menerima 12-17 persen pendapatan.

c. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut rendah jika 40 persen penduduk

termiskin menerima lebih dari 17 persen pendapatan.

Ukuran ini bukan merupakan ukuran distribusi pendapatan yang bersifat

menyeluruh, karena hanya memperhatikan perkembangan pendapatan yang diterima

oleh 40 persen penduduk termiskin yang diperoleh dari desil ke 4.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)

Distribusi Pembagian Pendapatan 2016 2017 2018 2019

[1] [2] [3] [4] [5]

40% Rendah 24,40 23,82 17,10 14,84

40% Sedang 38,70 39,27 26,55 27,31

20% Tinggi 36,89 36,90 56,35 57,85

Jumlah 100 100 100 100

Tabel 5.9

Perkiraan Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita

Kabupaten Tana Tidung, 2016 – 2019

Page 76: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 6

9

Kendala yang menghambat tingkat pendapatan penduduk antara lain adalah

kebijaksanaan upah sektoral. Kesenjangan upah sektoral yang tinggi dan kurang

menguntungkan dapat mengakibatkan tidak meratanya distribusi pendapatan

penduduk, dan seringkali dianggap kurang adil. Konsekuensi kurang terkendalinya

upah sektoral mengakibatkan meningkatnya fokus dari pada penduduk terhadap

suatu sektor tertentu yang dapat memberikan kompensasi pendapatan yang lebih

baik dan menguntungkan, seperti: sektor industri, perdagangan dan jasa.

Page 77: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

0

Page 78: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

1

Penutup

Bab ini menyajikan hasil kinerja, rekomendasi dan intervensi yang disusun

dalam bentuk berjenjang. Jenjang pertama mengkaji tingkat capaian serta

perkembangan dari bidang pendidikan, jenjang kedua di bidang kesehatan dan ketiga

di bidang daya beli. Tingkat capaian yang dimaksud diambil dari situasi pembangunan

manusia yang terukur berdasarkan indikator yang bersesuaian. Khusus untuk

percepatan dari kinerja pembangunan manusia diambil dari shortfall reduction.

6.1. Kinerja Bidang Pendidikan

Melambatnya perkembangan tingkat capaian pembangunan bidang

pendidikan di Kabupaten Tana Tidung, telah mengakibatkan program kerja yang

diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan penduduk Kabupaten Tana Tidung agar

mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas masih membutuhkan waktu yang

relatif lama untuk bisa terwujud. Akibatnya pembangunan manusia di bidang

pendidikan menjadi tertinggal, ketertinggalan ini diukur dengan menggunakan

perbandingan terhadap perkembangan tingkat capaian yang diperoleh Provinsi

Kalimantan Utara dari setiap kabupaten/kota.

Rekomendasi Agar tidak tertinggal dengan kabupaten/kota lain yang

ada di Provinsi Kalimantan Utara, seyogyanya

kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah

Page 79: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

2

Kabupaten Tana Tidung berupa peningkatan sumber

daya pengajar dan fasilitas infrastruktur tempat belajar

ditingkatkan. Hal itu dimaksudkan agar para siswa

menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan tidak

memilih untuk putus sekolah. Penyediaan fasilitas

boarding school hingga tingkat SMA sederajat oleh

pemerintah daerah kemungkinan dapat mengurangi

tingkat putus sekolah di Kabupaten Tana Tidung.

Intervensi Mengoptimalkan pemanfaatan dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS). Dana khusus dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang dialokasikan terhadap pembangunan bidang

pendidikan secara bertahap harus ada peningkatan.

Dibutuhkan upaya penyuluhan agar anak – anak mau

terus sekolah hingga tamat SMA sederajat, utamanya

terhadap keluarga tidak mampu yang belum pernah

sekolah agar memperoleh haknya untuk menjalani

pendidikan, serta bagi mereka yang putus sekolah agar

dapat kembali ke bangku sekolah.

Page 80: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

3

6.2. Kinerja Bidang Kesehatan

Untuk dapat mengidentifikasi tercapainya hidup sehat dan berumur panjang

yang menjadi ukuran dalam menentukan seberapa jauh tingkat capaian

pembangunan di bidang kesehatan, kiranya perlu dukungan beberapa program kerja

yang terkait dengan Angka Harapan Hidup. Pembangunan kualitas kesehatan yang

bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah

penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, mencegah stunting pada anak yang

dimulai dari pemenuhan gizi ibu hamil.

Rekomendasi Instrumen kesehatan berupa fasilitas dan tenaga

kesehatan harus ditingkatkan, hingga tingkat desa.

Selain itu perlu tersedianya sarana sanitasi layak yang

diikuti dengan kesadaran masyarakat untuk hidup

sehat. Peningkatan tenaga ahli dan fasilitas

kesehatan/laboratorium di rumah sakit umum daerah

sehingga masyarakat yang terganggu kesehatannya

tidak perlu merujuk pada rumah sakit yang berada di

Kabupaten/Kota lain. Memaksimalkan Program Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas),

untuk menyediakan air minum layak di setiap desa.

Intervensi Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan terdekat di

sekitar lingkungan tempat tinggal, sebaiknya

pemerintah ke depannya dapat meningkatkan status

puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat

Page 81: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

4

inap. Dalam penyediaan sanitasi layak seperti,

pembangunan MCK Umum/Komunal perlu

diperhatikan ukuran,lokasi,akses jalan maupun akses

air serta perawatan berkala agar fasilitas yang sudah

disediakan oleh pemerintah daerah tetap bermanfaat

dalam waktu yang lama.

6.3. Kinerja Bidang Ekonomi (Daya Beli)

Tingkat capaian situasi pembangunan manusia di bidang ekonomi (daya beli)

ini perkembangannya dapat dikategorikan sama tertinggalnya bila dibandingkan

dengan kemajuan yang diperoleh di bidang pendidikan dan kesehatan. Daya beli

penduduk Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 masih berada di bawah angka

daya beli rata-rata penduduk Provinsi Kalimantan Utara.

Rekomendasi

Tingkatkan profesionalisme dari calon tenaga kerja,

agar mempunyai daya saing tinggi serta dengan upah

yang lebih baik. Selain perluasan berusaha dan

kesempatan kerja yang harus tetap dibangun, ada

baiknya konsentrasi tidak terpusat di satu atau dua

daerah saja. Selain itu perlu diadakan standarisasi

harga sehingga terjadi kestabilan harga jual berbagai

macam komoditi. Adanya program pemerintah daerah

dalam pembinaan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang

mulai tumbuh di Kabupaten Tana Tidung.

Page 82: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2019

HA

LA

MA

N 7

5

Intervensi Undang investor agar mau menanamkan modalnya di

Kabupaten Tana Tidung. Apabila ini bisa tercipta maka

penyerapan tenaga kerja akan tertata dengan baik,

yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan

penduduk Kabupaten Tana Tidung. Serta dibutuhkan

adanya perbaikan infrastruktur jalan dan pelabuhan

untuk memperlancar arus barang masuk, terutama

yang berasal dari kapal – kapal besar, sehingga biaya

transportasi barang bisa ditekan.

Page 83: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2018

HA

LA

MA

N 7

6

Page 84: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2018

HA

LA

MA

N 7

7

Page 85: CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG

Analisis Pembangunan Manusia 2018

HA

LA

MA

N 7

8