komunikasi interpersonal orang tua dengan …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari...

35
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN SISWA TUNA DAKSA DALAM MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA (Studi kasus proses komunikasi orang tua dengan siswa tuna daksa dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa tuna daksa di SLB Tunas kasih Kel. Donoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta) INTERPERSONAL COMMUNICATION OF PARENTS WITH TUNA DAKSA STUDENTS IN ORDER TO EAGER SELF CONFIDENT OF THE STUDENTS (Study case of parents communication proses with tuna daksa students in order to eager up self confident of tuna daksa students at SLB Tunas kasih Kel. Donoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (strata 1) pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh: NOVI ANGGRAINI 20040530157 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2008

Upload: ledieu

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN SISWA TUNA DAKSA DALAM MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI

SISWA (Studi kasus proses komunikasi orang tua dengan siswa tuna daksa dalam

menumbuhkan rasa percaya diri siswa tuna daksa di SLB Tunas kasih Kel. Donoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta)

INTERPERSONAL COMMUNICATION OF PARENTS WITH TUNA

DAKSA STUDENTS IN ORDER TO EAGER SELF CONFIDENT OF THE STUDENTS

(Study case of parents communication proses with tuna daksa students in order to eager up self confident of tuna daksa students at SLB Tunas kasih

Kel. Donoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (strata 1) pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

NOVI ANGGRAINI 20040530157

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2008

Page 2: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

ii

KATA PENGANTAR

Assalamua'laikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobil'alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang

melimpahkan karunia dan rezeki kepada hamba-hambanya, sehingga penulis

mampu menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN SISWA

TUNA DAKSA DALAM MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI

SISWA”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa umat manusia dari kegelapan menuju kehidupan yang

terang benderang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Bapak dan Kakakku Dannie tercinta yang senantiasa mendoakan dan

memberikan dukungan dalam segala hal.

2. Ibu Suciati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing pertama dan Ibu Sovia Sitta Sari

selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan arahan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan KTI ini.

3. Bapak Fajar Iqbal, S.Sos, M,Si. sebagai penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan saran.

4. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tenaga pendidik dalam memberikan

pengalaman dan ilmu demi masa depan bagi anak didikmu.

Penulis menyadari bahwa kekurangan dan kesalahan tidak lepas dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, maka saran dan kritik sangat diharapkan

penulis. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan agar Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah Khasanah

ilmu pengetahuan terutama Ilmu Komunikasi.

Amin. Wassalamu'alaikum, Wr.Wb

Yogyakarta, Jumat 14 November 2008

Penulis

iii

Page 3: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

iii

Motto

Yesterday is a history, tomorrow is still mystery, but today is a gift, so… trying to be happy for now and for always

Happiness not depent on another person hands , but it was

depent on our own hands.

Tertawalah maka seluruh dunia akan tertawa bersamamu, bersedihlah maka kau hanya akan bersedih sendirian.

Kehidupan ini dipenuhi dengan seribu macam kebahagiaan,

namun untuk mencapainya akan ada seribu macam pengorbanan yang harus dilewati.

Masa itu tiada lain adalah kesulitan, lalu kemudahan datang

mengiringinya

Tekad dan keyakinan itu cukup untuk mengubah diri sendiri dan orang lain.

Manusia hanya hidup sekali saja didunia ini, tetapi jika

mausia itu hidup dengan benar maka manusia tersebut akan sudah merasa cukup meskipun hanya hidup sekali

Page 4: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk : Rabbku yang senantiasa menyelimuti hatiku dengan cinta dan kasih sayang-Nya, terima kasih atas cahaya yang selalu Engkau berikan untuk menuntun

hidupku

Bapak & kakak tercinta Terima kasih atas kekuatan cintamu hingga memberikanku rasa aman dan

hangatnya kasih sayang yang mengiringiku beranjak dewasa. Tanpamu aku takkan mungkin sanggup melangkahkan kaki sejauh ini

Almarhumah Ibundaku tercinta

yang kini hanya dapat menyaksikanku dari dimensi yang berbeda, kau adalah semangat dalam jiwaku, air matakenangan akan kecintaanmu yang selalu membasuh luka batin dan memberikanku kekuatan baru untuk bertahan

Siska, Rahma dan Delima

Meski pertemuan dibatasi oleh waktu dan sulit untuk terulang kembali, Namun ia itu telah terpaut kuat dalam hati

Saat tersenyum dan duka selalu kita jalani bersama Saudariku, jangan berjalan di belakangku belum tentu aku bisa memimpinmu

Jangan pula di depanku, mungkin aku tak akan mengikutimu Jalanlah di sampingku dan jadilah sahabatku

Keluargaku yang senantiasa memberi kasih sayang, dukungan, serta perhatian

untukku : Keluarga lor

Mbah kung, Mbah puteri, Le’ Yanto, Mba’ Yuni, Le’ Iin, De’ Andre, De’ Farel, De’ Hanna, De’ Fikra

Keluarga Kidul Mbah kung, Mbah puteri, De’ Lita, De’ Rhara

Saudara seperjuangan

Bang Anto, Mifta, Lia, Ainul, Diamond, Siti, Jaka , Dadang, Diana, yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetaplah berjuang demi kemanusiaan

Terima kasih untuk semuanya

I love you all…….

Page 5: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

v

ABSTRAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKRTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI PUBLIC RELATION NOVI ANGGRAINI KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN SISWA TUNA DAKSA DALAM MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA (Undergraduate thesis:2008:Xi + 145 + Lampiran + 10 tabel ) Reference=18 buku + 1 laporan skripsi + 6 online (2008) Studi ini berusaha menganalisis tentang komunikasi interpersonal orang tua antara orang tua dengan siswa tuna daksa dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa di SLB Tunas Kasih Donohrajo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta. Adapun hal yang melatar belakangi penelitian ini yakni berdasarkan pada karakteristik yang dimiliki oleh anak tuna daksa yang cenderung untuk bersikap pasif, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang muncul pula sikap egois terhadap lingkungannya. Hal tersebut dapat mempengaruhi penyesuaian diri dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa kondisi fisiknya berbeda dengan fisik orang normal, menjadi salah satu pemicu timbulnya kecenderungan anak tuna daksa menjadi kurang percaya diri. Sikap orang tua sebagai bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah penting dalam mempengaruhi keperibadian anak. Studi ini menggunakan pendekatan hubungan interpesonal oleh Jalaluddin Rakhmat yang mencakup percaya, sikap suportif dan sikap terbuka yang menggambarkan kualitas hubungan orang tua dengan siswa tuna daksa. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini terdiri dari dua pasang yakni orang tua yang memiliki anak tuna daksa dan subyek tersebut berdomisili di kecamatan Turi, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan siswa tuna daksa dan menggambarkan hambatan yang dihadapi orang tua dengan siswa tuna daksa dalam upaya menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Metodologi yang digunakan dalam studi ini bersifat deskriftif kualitatif yang mengandalkan sumber dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka. Isi dari studi ini berupa uraian data dan analisis kritis penulis berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh. Kesimpulan dari studi ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah keyakinan informan terhadap kemampuan yang dimiliki anaknya, dukungan moril maupun materiil serta penanaman nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan pada anak. Sedangkan hambatan yang ditemui oleh orang tua yakni sifat yang cenderung sensitif dalam menghadapi masalah dan ketertutupan anak mengenai masalah yang tengah dihadapi.

Page 6: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

vi

ABSTRAC MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF YOGYAKARTA FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE CONCENRTRATION PUBLIC RELATION NOVI ANGGRAINI INTERPERSONAL COMMUNICATION OF PARENTS WITH TUNA DAKSA STUDENTS IN ORDER TO EAGER SELF CONFIDENCE OF STUDENTS (Undergraduate thesis:2008:Xi + 145 + Enclosure + 10 tables ) Reference=18 bool + 1 skripsi report + 6 online (2008) This study is trying to analize about interpersonal communicaton of parents with tuna daksa students in order to eager self confident of students in SLB Tunas Kasih Donohrajo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Meanwhile, background of this reserch is based on the characteristic of tuna daksa students what tend to behave passif, shy, less of self confident, sensitive and sometime emerge the egoist attitude to its environment. That matter could influence self adjustment with its environment. The awareness about its physical condition which is different with normal people physical condition, become one of the factor incidence tendency of tuna daksa students become less of self confidence. Parents attitude as form react for helping and assisting students are very important to influence students personality. This study used interpersonal relationship approach by Jalaluddin Rakhmat including trust, supportive attitude and openness attitude which depicted parents with tuna daksa students quality of relationship. As for subject in this research is consisted of two couple that is parents who has childs with physical handicap called tuna daksa and this subject living in kecamatan Turi, Yogyakarta. The target of this reaserch is for described interpersonal communication between parents and tuna daksa students and the other target is for depicted resistance faced by parents with tuna daksa students in the effort in order to eager self confidents of the students. This reaserch used qualitative descriptive methodologies reliing on source from indepth interview with the informan, observation and document books. Content of this study in the form of description and critical analysis based on the result of observation and obtained data. The conclusion from this study showing factor that influence interpersonal communication is informan confidence to their child abilities, supports of morale and materil, cultivation assess sincerity and openness to the child. While the resistance faced by parents are the child characteristic of which tend to be sensitive in facing problem and intropert child characteristic concerning problem which is being faced.

Page 7: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................... iii

Halaman Persembahan ....................................................................................... iv

Abstraksi ............................................................................................................ vi

Daftar isi ............................................................................................................. vii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

E. Kerangka Teori ............................................................................................ 9

1. Komunkasi Interpersonal ...................................................................... 9

2. Batasan Komunikasi ............................................................................. 13

3. Hubungan Interpersonal ........................................................................ 14

4. Percaya Diri ........................................................................................... 17

5. Tuna Daksa ........................................................................................... 20

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 21

1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 21

2. Lokasi Penelitian ................................................................................... 22

3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 22

4. Teknik Pengambilan Informan .............................................................. 23

5. Teknik analisis Data .............................................................................. 24

6. Validitas Data ........................................................................................ 26

BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ..................................................... 27

A. Gambaran Lingkungan Sekolah ................................................................ 27

1. Profil eksternal Sekolah ........................................................................ 27

2. Profil Internal Sekolah .......................................................................... 29

Page 8: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

viii

B. Sejarah Berdirinya Sekolah ....................................................................... 30

C. Dasar, Visi dan Misi Sekolah ................................................................... 33

D. Metode dan Konsepsi Pengajaran ............................................................ 35

E. Sarana dan Fasilitas Sekolah ..................................................................... 37

F. Pendanaan dan Hubungan dengan Instansi Lain ....................................... 41

G. Stuktur Organisasi Sekolah ...................................................................... 43

H. Dafatar Siswa menurut Kelainannya ......................................................... 48

BAB III. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 49

A. Penyajian Data ......................................................................................... 49

B. Pembahasan ............................................................................................... 89

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 138

A. Kesimpulan ............................................................................................... 138

B. Saran .......................................................................................................... 140

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka
Page 10: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tuna daksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya.

Kesamaan tersebut dapat dilihat dari fisik dan kebutuhannya secara sosial.

Dilihat dari fisik anak tuna daksa dapat makan, minum, dan juga membutuhkan

hal yang tidak dapat ditunda dalam beberapa detik yakni bernafas. Sedangkan

dari aspek sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam bermobilisasi, butuh

kasih sayang, dorongan, motivasi, perhatian, diterima sebagaimana ia apa

adanya tanpa memandang semata hanya pada penampilan fisiknya. Disamping

itu, anak tuna daksa juga perlu pendidikan layaknya anak normal pada

umumnya. Meskipun harus diakui bahwa anak yang mengalami ketunaan

memiliki berbagai hambatan dan kelainan dalam kondisi fisik dan psikisnya,

sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perilaku dan

kehidupannya. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi kemampuan anak

dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau

dalam pergaulan sehari-harinya.

Tuna Daksa berasal dari kata ”Tuna” yang berarti rugi, kurang, dan ”Daksa” tubuh. Penyandang cacat menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 didefinisikan sebagai “setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayak orang yang normal” Yang termasuk penyandang cacat dalam hal ini adalah penyandang cacat fisik (www.ditplb.or.id/ artikel definisi tuna daksa, Oleh Direktorat Pembina Sekolah Luar Biasa / akses 22 mei 2008).

Page 11: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

2

Jadi, tuna daksa dapat diartikan sebagai orang yang mengalami

kekurangan pada tubuhnya. Tuna daksa juga biasa diartikan sebagai cacat fisik.

Kekurangan pada tubuhnya tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya

hambatan bagi penyandang untuk dapat melakukan kegiatan layaknya orang

normal pada umumnya. terlebih lagi jika kegiatan tesebut berkaitan dengan

kemampuan fisik untuk pemenuhannya.

Karakteristik anak tuna daksa mempengaruhi penyesuaian diri dengan

lingkungannya dan kecenderungan untuk bersikap pasif, malu, rendah diri,

sensitif dan kadang-kadang muncul pula sikap egois terhadap lingkungannya.

(www.gemari.co.id/ anak tuna daksa perlu perhatian lebih, Oleh Carolina, S.Pd

/akses 22 mei 2008). Karakteristik tersebut sangat beralasan dapat muncul pada

anak tuna daksa karena pada dasarnya, saat kita berinteraksi dengan orang lain

hal-hal yang nampaklah yang menjadi perhatian utama orang seperti fisik.

Kesadaran bahwa kondisi fisiknya berbeda dengan fisik orang normal, menjadi

salah satu pemicu timbulnya kecenderungan anak tuna daksa menjadi kurang

percaya diri.

Anak tuna daksa memang agak cenderung tidak ″pede″ dan pemalu juga, terlebih lagi pada orang yang baru mereka kenal. Pada awalnya mereka lebih suka sendiri, jarang mau bicara, tapi kalo diajak ngomong dia bisa menjawab dengan baik. Saya rasa kalau ditanya problem terbesar anak tuna daksa adalah percaya diri yang kurang. Jika masalah percaya diri ini bisa teratasi dengan baik, saya rasa hambatan-hambatan lain akan bisa diminimalkan (wawancara dengan Rismiyati, Guru SLB ABCD Tunas Kasih, Rabu 23 April 2008).

Jika hal itu terus dibiarkan maka akan mendorong anak untuk

memisahkan diri dari lingkungannya. Pandangan yang melihat anak tuna daksa

Page 12: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

3

dan anak normal dari sudut kesamaan akan lebih banyak memberikan layanan

optimal untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak. Hal itu tentu

lebih baik, ketimbang pandangan yang semata-mata memandang anak hanya

dari segi kekurangannya saja.

Mengenai pandangan negatif orang tehadap kondisi fisik anak tuna daksa

sebagian besar penyandang cacat khususnya tuna daksa pernah mengalaminya.

Berikut pengalaman yang datang dari Sapto. Sapto adalah seorang penyandang

tuna daksa. Kedua kakinya mengecil sejak bayi akibat digerogoti virus polio.

Meski demikian ia tetap tegar dan semangat bekerja keras untuk menjalani

hidupnya. Masyarakat seringkali memandang para penyandang cacat secara

diskriminatif. Contohnya waktu dia masuk kedalam hotel bagian keamanan

langsung curiga. Dia dikira akan mengemis atau dapat melakukan tindakan yang

dapat mempermalukan tamu hotel yang lain. Hal itu tentu saja membuat Sapto

merasa sangat malu, marah, kesal dan merasa sangat direndahkan

(www.pikiran-rakyat.com/ Kapan kita ramah pada kaum difabel ?, Oleh Sapto

Nugroho / akses 22 mei 2008).

Melalui cerita Sapto, dapat diketahui bahwa masih ada orang yang sering

kali hanya memandang orang lain berdasarkan kelemahanya, sehingga yang

muncul adalah kritik dan cemoohan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan terkikisnya rasa percaya diri anak tuna daksa. Melalui

pengalaman Sapto dapat diketahui tingkat kesadaran masyarakat dalam

mengapresiasi masalah difabilitas (kecacatan) masih tergolong rendah.

Masyarakat pada umumnya belum menempatkan kaum tuna daksa adil dan

Page 13: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

4

setara. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih enggan

menerima kaum tuna daksa dalam lingkungan sosial mereka.

Pengalaman lain datang dari seorang gadis Korea bernama Hee Ah Lee.

Dimasa kecilnya Ah lee pernah dihadapkan pada situasi, dimana ayahnya tidak

menginginkan keberadaannya sebagai anggota keluarga. Ah Lee terlahir dengan

keadaan fisik yang tidak sempurna. Kakinya tidak tumbuh normal dan kedua

tangannya hanya memiliki masing-masing dua jari. Ayah Ah Lee pernah

meminta sang Ibu untuk menyingkirkan Ah Lee bahkan jika perlu mengirim Ah

Lee keluar negeri agar tidak dapat bertemu lagi. Hal itu dilakukan oleh ayahnya

karena tidak tahan menanggung malu atas ketidaknormalan fisik Ah Lee.

Namun, dengan keteguhan hati Ibunya Ah Lee tetap dipertahankan. Meskipun

Ah Lee tidak jadi dipisahkan dari keluarganya, penderitaannya tidak berhenti

sampai disitu saja. Dikehidupan kesehariannya, menjadi bahan cemoohan

teman-temannya seperti sudah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, berkat

dorongan dari ibunya Ah Lee tetap tegar menghadapinya dan berusaha

membangun rasa percaya dirinya untuk terus melanjutkan hidupnya. Perjuangan

Ah Lee tidak sia-sia kini ia berhasil menjadi seorang pianis profesional

(www.kickandy.com/ Mereka adalah orang-orang spesial, Oleh Tim Penulis

Kick Andy /akses 22 mei 2008 ).

Melalui pengalaman Ah Lee dapat diketahui bahwa keluarga khususnya

orang tua begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan sikap percaya diri

dan ketegaran anak yang dilahirkan dalam kondisi fisik yang tidak sempurna.

Anak tuna daksa banyak yang merasa kemampuan dirinya terbatas bahkan tidak

Page 14: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

5

sedikit pula yang merasa bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan kurang

percaya diri karena keterbatasaan yang dimilikinya itu. Sikap orang tua sebagai

bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah penting

dalam mempengaruhi kualitas watak dan keperibadian.

Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor interaksi/komunikasi merupakan faktor yang sangat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri (www.e- psikologi.com/dewasa/ artikel Memupuk rasa percaya diri oleh Jacinta F. Rini / akses 13 Maret 2008).

Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth Hurlock mengenai keluarga yang

merupakan bagian paling penting dari jaringan sosial anak. Keluarga merupakan

lingkungan pertama anak dan keluarga adalah orang-orang paling penting pada

tahun-tahun formatif awal (Hurlock,1978:200). Hubungan interpersonal yang

terjalin dengan orang tua dan anggota keluarganya yang lain menjadi dasar atau

landasan sikap bagi anak terhadap orang lain, lingkungan serta kehidupannya

secara umum. Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak.

Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya,

mengekspresikan sesuatu yang mereka rasakan pada keluarga. Oleh sebab itu,

dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan sumber kekuatan yang dimiliki

anak tuna daksa, dimana dia dapat merasa nyaman, tenang, dicintai,

diperhatikan, diberi dukungan, dan dapat menolongnya memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Hal ini didukung pernyataan dari salah seorang guru SLB Tunas

Kasih Donoharjo beliau menyatakan,

Peran orang tua tentu saja sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak tuna daksa, termasuk juga rasa percaya dirinya, yang sering kali menjadi hambatan bagi anak dalam bergaul. Waktu anak itukan banyak dihabiskan di lingkungan

Page 15: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

6

rumahnya dari pada disekolah, itu sebabnya peran keluarga atau orang tua sangat besar pengaruhnya dalam sikap dan juga perilaku anak dalam kesehariannya (wawancara dengan Drs. Surtarman, Guru SLB ABCD Tunas Kasih, Jumat 14 Maret 2008).

Oleh sebab itu, suasana dalam keluarga sangatlah penting dagi keperibadian

anak. Terlebih lagi setiap anak tuna daksa memiliki kebutuhan-kebutuhan

emosional khusus anak tuna daksa sangat bergantung pada kasih sayang,

perlindungan dan perhatian orang tua.

Ketersendirian sebagai akibat rasa rendah diri merupakan tantangan dalam

melakukan sosialisasi dan penerimaan diri akan kelainan yang dimilikinya. Hal

tersebut merupakan rintangan utama dalam melakukan kepuasan hubungan

interpersonal bagi anak penyandang cacat termasuk didalamnya anak tuna

daksa. (www.gemari.or.id./artikel/ Anak tuna daksa perlu perhatian lebih, Oleh

Carolina, S.Pd /akses 22 mei 2008). Orang tua yang merupakan orang terdekat

anak menjadi sangat besar pengaruhnya dalam upaya melakukan kepuasan

hubungan interpersonal diantara kedua belah pihak (orang tua dan anak) dan

selanjutnya menumbuhkan rasa percaya diri anak. Dukungan, penerimaan, serta

kasih sayang ang diberikan oleh orang tua akan memberikan rasa nyaman

kemudian hal tersebut juga dapat membuat anak merasa berharga. Jika, anak

sudah mulai merasa dirinya berharga maka anak akan mulai tumbuh rasa

percara dirinya.

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi

hubungan interpersonal barang kali yang paling penting (Rakhmat, 1999:119).

Hal itu dapat terjadi karena tidak adanya faktor-faktor yang dapat

menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik pada saat berkomunikasi

Page 16: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

7

seperti percaya, sikap suportif dan sikap saling terbuka satu dengan yang

lainnya. Jika hubungan interpersonal sudah tercipta maka pada saat proses

komunikasi, diharapkan komunikator mampu menguasai situasi komunikasi

yang tengah terjadi. Maka dengan demikian, semakin baik hubungan

interpersonal antara komunikan maka komunikasi interpersonal yang dilakukan

dapat berjalan lebih efektif. Jika hubungan ini dapat dipertahankan maka

komunikan akan jauh lebih terbuka terhadap pesan-pesan/informasi yang

disampaikan oleh komunikator dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

Komunikasi interpersonal adalah hubungan penuh makna orang per orang

yang terjadi secara diadik. Ketika orang saling melakukan (share) hubungan

interpersonal dengan orang lain, maka seseorang akan mengalami

ketergantungan dengan orang lain (Gamble&Gamble,2005:233). Melalui

komunikasi interpersonal tanpa disadari bisa mempengaruhi sikap, pandangan

dan perilaku komunikan saat berinteraksi. Karena melalui komunikasi

interpersonal komunikator berusaha untuk mengenal lawan komunikasinya

bukan melalui atribut yang ada pada masing-masing komunikator melainkan

mengenal lawannya itu berbasarkan individu dan kemudian akan akan

mengetahui apa yang menjadi keinginannya, sehingga selanjutnya akan tercipta

kecocokan diantara komunikan tersebut.

Para orang tua harus mampu membangkitkan hubungan interpersonal yang

baik lebih dahulu sebelum melakukan komunikasi interpersonal lebih lanjut.

Dengan mulai dibinanya pendekatan interpersonal dengan membangun

hubungan interpersonal yang baik maka awal dari keberhasilan komunikasi.

Page 17: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

8

Apabila hubungan baik telah tercipta maka orang tua dapat melanjutkan

upayanya untuk membangkitkan rasa percaya diri pada anaknya. Karena pada

dasarnya keterbukaan dan kemauan anak untuk menumbuhkan percaya dirinya

merupakan titik tolak bagi komunikator untuk mencapai tujuannya.

Alasan peneliti tertarik meneliti komunikasi interpersonal orang tua siswa

tuna daksa yang disekolahkan di SLB karena dengan menyekolahkan anak di

SLB berarti orang tua sudah berupaya membangun kepercayaan diri anak

dengan memberinya ruang agar dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Disamping itu, SLB sendiri memiliki program yang terfokus pada pembinaan

kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan dan membina anak agar

lebih mandiri. Namun, pada kenyataannya masih terdapat anak yang kurang

percaya diri. Hal tersebut merupakan sebuah indikasi adanya masalah dalam diri

anak. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor yang mendasari peneliti memilih

judul penelitiannya. Sedangkan pemilihan lokasi penelitian yakni, di SLB

ABCD Tunas Kasih Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakrta

didasari pada adanya siswa tuna daksa yang memiliki masalah dengan rasa

percaya diri disekolah. Hal tersebut ditandai dengan siswa yang kurang

memiliki kemauan dan kemampuan bergaul secara wajar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dengan siswa tuna daksa

dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa tuna daksa SLB ABCD

Tunas Kasih di Desa Donoharjo,Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta ?

Page 18: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

9

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh orang

tua dengan siswa tuna daksa dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa tuna

daksa di SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman,

Yogyakarta.

2. Untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh orang tua dengan siswa

tuna daksa dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa tuna daksa SLB

ABCD Tunas Kasih Donoharjo,Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk kajian-

kajian komunikasi khususnya dalam bidang komunikasi interpersonal.

2. Akademis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

tambahan dan dapat dijadikan sebuah masukan dalam evaluasi tentang

komunikasi interpesonal pada orang tua dengan siswa tuna daksa terhadap

upayanya dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa di SLB ABCD

Tunas Kasih Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta.

D. Kerangka Teori

1. Komunikasi Interpersonal

Berkomunikasi secara interpersonal merupakan sebuah kebutuhan sosial

tidak bisa dipisahkan dari manusia. Manusia sebagai makhluk sosial

Page 19: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

10

membutuhkan dan senantiasa berusaha menjalin komunikasi atau hubungan

dengan sesamanya. Karena ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang

hanya bisa dipenuhi lewat komunikasi dengan sesamanya.

Saat ini terdapat beberapa definisi komunikasi interpersonal yang

dikemukakan oleh para pakar komunikasi.

Menurut Dean C. Barnlund mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak terstuktur (dalam Skripsi Eko Pujiastutik,2005:9). Adapun pengertian komunikasi interpersonal menurut Gamble & Gamble

(2005:233) yakni:

An interpersonal relationship is a meaningful dyadic person to person connection when we share interpersonal relationship with another person, we become interdependent with that person. (Gamble&Gamble, 2005:233 ). Komunikasi interpersonal adalah sebuah hubungan penuh makna orang perorang yang terjadi secara diadik. Ketika orang saling melakukan (share) hubungan interpersonal dengan orang lain, maka seseorang akan saling mengalami ketergantungan dengan orang lain.

Pendapat lain dari Josheph A. Devito, ia mengemukakan pengertian

komunikasi interpersonal ialah:

The process of sending and receiving massages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback. Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa umpan balik seketika(dalam Effendi, 1993:60).

Secara humanistik efektivitas komunikasi interpersonal dapat dicapai jika

ada kemauan untuk membuka diri pada orang lain secara jujur, ada perasaan

memiliki dan pada akhirnya tercipta dukungan untuk memberikan respon terhadap

komunikasi yang tengah berlangsung. Sedangkan secara pragmatis, sebuah

Page 20: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

11

efektivitas komunikasi interpersonal dapat dicapai jika ada keyakinan akan

potensi yang ada pada diri secara relaks dan fleksibel, ada suasana kebersamaan,

ada manajemen interaksi pesan, ekspresif terlebih pada bahasa verbal dalam

pengungkapannya dan juga memiliki orientasi lain yang dapat memudahkan

adaptasi dengan lawan bicaranya ( Devito,2001:259).

Pengungkapan dii mengacu pada pengungkapan diri secara sadar oleh

lawan dicara. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri

seseorang menurut DeVito (1997:62-63) adalah:

1. Besar Kelompok, pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam

kelompok kecil ketimbang dalam kelompok besar.

2. Perasaan menyukai, menurut Darlega dkk kita membuka diri pada

orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka

diri pada orang yang kita tidak sukai.

3. Efek Diadik, kita akan mengungkapkan diri bila orang yang bersama

kita juga mengungkapkan diri. Menurut Berg dan Archer

pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila itu dilakukan sebagai

tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.

4. Kompetensi, menurut James McCroskey dan Lawrence Wheelees orang

yang berkompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri

ketimbang orang yang kurang berkompeten.

5. Keperibadian, orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan

ekstropert (terbuka) melakukan pengungkapan diri lebih banyak

Page 21: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

12

ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih intropert

(tertutup).

6. Topik, kita cenderung lebih membuka diri tentang topik tertentu

ketimbang topik yang lain. Kita juga mengungkapkan informasi yang

bagus lebih cepat ketimbang informasi yang kurang baik.

7. Jenis kelamin, umumnya pria lebih kurang terbuka dibandingkan

dengan wanita.

Melalui faktor-faktor diatas dapat diketahui bahwa pengungkapan diri

hendaknya didorong oleh rasa berkepentingan atau keterikatan terhadap

hubungan interpesonal dengan orang-orang yang terlibat dalam pengungkapan

diri tersebut dan juga diri sendiri. Keterikatan hubungan interpersonal akan

membantu membuka peluang pengungkapan diri seseorang. Adanya hubungan

interpersonal yang baik akan memungkinkan seseorang untuk dapat

memahami kebutuhan satu sama lain. Sehingga, seseorang akan tidak merasa

canggung dalam mengungkapkan dirinya pada orang yang dekat dan

dipercaya.

Sedangkan menurut sifatnya pengertian komunikasi interpersonal dapat

dibagi kedalam dua jenis klasifikasi yakni:

a. Komunikasi Diadik ( Dyadic communication ).

Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung

antara dua orang yakni seorang adalah kominikator yang menyampaikan

pesan dan seoarang lagi bertindak sebagai komunikan yang menerima

pesan.

Page 22: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

13

b. Komunikasi Triadik ( triadic Communication ).

Komunikasi triadik adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya

terdiri dari tiga orang yakni, seorang komunikator dan yang dua orang

bertindak sebagai komunikan. Jika A menjadi komunikator, maka A yang

pertama menyampaikan pesan kepada komunikan B, kemudian dijawab

atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C secara dialogis (Effendy,

1993:62-64).

Adapun jenis klasifikasi komunikasi interpesonal yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis komunikasi diadik. Komunikasi yang terjadi

yakni, antara orang tua dengan anak yang terjadi secara berkelanjutan. Orang

tua dapat bertindak sebagai komunikator saat berinteraksi dengan anak,

sekaligus pada saat yang dibutuhkan oleh anak orang tua juga dapat menjadi

pendengar atau komunikan. Hal yang sama juga terjadi pada anak, pada saat

yang diinginkan anak dapat menjadi komunikator saat berinteraksi dengan orang

tua, sekaligus menjadi komunikan bagi orang tuanya.

3. Batasan komunikasi interpersonal

Komunikasi memiliki jenis dan batasannya sendiri sehingga dapat mudah

membedakannya dengan jenis komunikasi lainya. Batasan komunikasi yang ada

memberikan perbedaan dan karakter dari keseluruhan proses komunikasi

sehingga, dapat memudahkan untuk membedakan jenis komunikasi yang satu

dengan jenis komunikasi yang lain. selain itu, batasan komunikasi interpersonal

disini berguna bagi peneliti agar dapat tetap fokus pada kajian komunikasi

interpersonal yang akan diteliti. Adapun beberapa elemen batasan komunikasi

Page 23: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

14

dalam menguraikan komunikasi interpersonal menurut De Vito (dalam

pratikno,1987:42-43) antara lain:

1. Adanya pesan-pesan baik verbal maupun non verbal. Adapun yang dimaksud

verbal ialah pesan yang disampaikan secara lisan. Sedangkan non verbal,

disampaikan melalui simbol, isyarat, perasaan dan penciuman.

2. Adanya orang atau sekelompok kecil orang, yang dimaksud disini apabila

orang berkomunikasi, paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi

mungkin juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.

3. Adanya penerimaan pesan-pesan, yang dimaksud adalah dalam situasi

komunikasi interpersonal, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang

harus dapat diterima oleh orang lain.

4. Adanya efek. Efek disini mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau

ketidaksetujuan mutlak, mungkin berupa pengertian mutlak atau

ketidakmengertian mutlak.

5. Adanya umpan balik, yang dimaksud adalah balikan atau pesan-pesan yang

dikirim kembali oleh si penerima, baik secara sengaja atau tidak sengaja.

4. Hubungan interpersonal

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi

hubungan interpersonal barang kali yang paling penting (Anita Tylor dalam

Rakhmat,1999:119). Oleh sebab itu, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab

dari rintangan komunikasi interpersonal yang dapat terjadi diantara komunikan

yakni, hubungan interpersonal yang kurang baik. Sebaliknya, komunikasi

interpersonal yang terjadi antar komunikan akan efektif jika, diantara

Page 24: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

15

komunikan tersebut tercipta hubungan interpersonal yang baik satu sama lain.

Hal tersebut dapat terjadi karena setiap kita melakukan komunikasi, kita bukan

hanya menyampaikan pesan tetapi juga menentukan hubungan interpersonal itu

sendiri.

Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan makin baik

hubungan hubungan interpersonal, maka makin terbuka orang untuk

mengungkapkan dirinya, makin cermat pula persepsinya tentang orang lain dan

persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara

komunikan (Rakhmat,1999:119).

Adapun faktor-faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal

menurut Jalaluddin Rakhmat (1999: 129:136) yakni:

a. Percaya

Percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki. Hal tersebut dikarenakan percaya

meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi,

memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang

komunikan untuk mencapai maksudnya (Rakhmat,1999:129). Menurut

Jalaluddin Rakhmat sikap percaya ini dibentuk oleh tiga faktor utama yakni

menerima, empati dan kejujuran.

1). Menerima

Menurut Anita Tylor (dalam Rakhmat,1999:131) menerima adalah

kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa

berusaha mengendalikan.

Page 25: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

16

2). Empati

Menurut Jalaluddin Rakhmat (1999:132), berempati artinya

membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain. Melalui

empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan

seperti orang lain merasakannya.

3). Kejujuran

Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga. Hal ini dapat

mendorong orang lain untuk percaya pada kita (Rakhmat,1999:133).

Orang akan cendeung menaruh kepercayaan pada orang yang jujur,

orang akan cencerung tidak mempercayai orang yang tidak jujur.

b. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang akan bersikap defensif dalam komunikasi, bila ia tidak

jujur dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi

interpersonal akan gagal (Rakhmat, 1999:133)

c. Sikap terbuka.

Sikap terbuka (open-mindednes) menurut Rakhmat (1999:136) amat

besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang

efektif. Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan

hubungan interpersonal yang efektif maka komunikasi yang dilakukan harus

terbuka.

Page 26: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

17

5. Percaya Diri

Hampir semua orang sebenarnya memiliki masalah dengan istilah percaya

diri. Ada orang yang merasa belum percaya diri hampir dikeseluruhan wilayah

hidupnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai permasalahan seperti,

depresi, hilang kendali, merasa tidak berdaya menatap kehidupan, dan masih

banyak permasalahan yang lain (Rakhmat,2005:109). Orang yang merasa

belum percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang

ditekuninya. Kemudian, ketika menghadapi situasi atau keadaan tertentu.

Menumbuhkan rasa percaya diri bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi

jika memiliki kekurangan yang sangat disadari atau begitu tampak seperti

kelainan pada fisik. Individu terkadang merasa belum percaya diri dengan apa

yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya serta ketika menghadapi

situasi atau keadaan tertentu. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkannya harus

dimulai dari diri sendiri. Hal ini menjadi penting artinya mengingat percaya diri

merupakan masalah individu. Oleh sebab itu, hanya individu yang

bersangkutanlah yang dapat mengatasi rasa kurang pecaya diri dalam dirinya.

Namun, dalam upaya perwujudannya individu juga membutuhkan dukungan,

motivasi maupun perhatian dari orang-orang yang dekat dengannya atau

keluarga. Keluarga yang menunjukan dukungan, kasih sayang serta perhatian,

akan turut menumbuhkan rasa percaya diri individu. Sikap-sikap tersebut

menjadikan individu merasa dirinya berharga bagi keluarganya.

Menurut oleh De Vito (1997:264) komunikator yang efektif memiliki

kepercayaan diri sosial, perasaan cemas tidak mudah dilihat oleh orang lain.

Page 27: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

18

komunikator yang efektif selalu merasa nyaman dengan orang lain dan merasa

nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya. Kualitas ini juga

memungkinkan pembicara berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang

yang gelisah, pemalu, atau khawatir dan membuat mereka merasa lebih

nyaman. Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap

santai, tidak kaku dan fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada

nada suara tertentu dan gerak tubuh tertentu, terkendali, tidak gugup atau

canggung. Pendapat mengenai percaya diri juga datang dari Ubaydillah

(www.e-psikologi.com/dewasa/ Artikel Bagaimana Menjadi Percaya diri, Oleh

Ubaydillah/ akses 22 mei 2008) ia mengatakan, orang yang memiliki

kepercayaan diri tinggi memiliki perasaan positif terhadap dirinya dan memiliki

keyakinan kuat atas dirinya. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan

cenderung berkesimpulan bahwa dirinya mampu menghadapi masalah dan

yakin akan mampu menyelesaikannya dengan baik.

Melalui pernyataan De Vito dan Ubaydillah diatas dapat diketahui bahwa

komunikator yang efektif atau memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung

lebih terkendali dalam banyak hal seperti, mampu mengontrol perasaan cemas

saat berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang percaya diri akan lebih

mudah beradaptasi dalam pergaulan karena merasa nyaman, sehingga dapat

membawa suasana menjadi tidak tegang, tidak kaku, tetapi justru menjadi lebih

santai, hangat dan bersahabat dalam berkomunikasi. Orang yang memiliki rasa

percaya diri tinggi juga diketahui cenderung lebih optimis dalam menghadapi

Page 28: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

19

suatu masalah karena yakin akan kemampuan yang dimilikinya untuk

menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.

Menurut De vito (1997:264) ketegangan, ketakutan, kecanggungan,

mengisyaratkan ketiadaan kendali, yang selanjutnya mengisyaratkan

ketidakmampuan mengendalikan lingkungan atau orang lain serta

mengisyaratkan orang itu berada dalam kekuasaan atau kendali pihak luar.

Pendapat mengenai percaya diri juga datang dari Ubaydillah (www.e-

psikologi.com/dewasa/ Artikel Bagaimana Menjadi Percaya diri, Oleh

Ubaydillah/ akses 22 mei 2008) ia mengatakan, orang yang memiliki

kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan

negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan yang

dimilikinya.

Melalui pernyataan De Vito dan Ubaydillah diatas dapat diketahui bahwa

percaya diri yang negatif merupakan keinginan untuk menutup diri, selain

karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan terhadap

kemampuan diri sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa

dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri

akan sebisa mungkin untuk menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain

akan mengejeknya atau menyalahkannya. Orang yang memiliki kepercayaan

diri rendah akan cenderung merasa tidak memiliki daya atau kemampuan yang

memadai untuk melakukan berbagai hal. Orang yang kurang percaya diri juga

cenderung tidak berani mencoba hal-hal baru, karena takut akan resiko yang

akan diterima. Oleh sebab itu, orang yang kurang memiliki rasa percaya diri

Page 29: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

20

akan cenderung berupaya menghindari resiko, dengan berupaya sebisa mungkin

menghindari komunikasi dengan orang lain karena rasa ketakutan akan diejek

oleh lawan komunikasinya.

Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication

apprehension orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari

pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasa dan hanya akan bicara

bila terdesak saja. orang-orang yang aprehensif dalam berkomunikasi

cenderung dianggap tidak menarik. Disekolah mereka cenderung malas, karena

itu cenderung gagal secara akademis (Rakhmat,2005:109).

6. Tuna Daksa

Tuna Daksa berasal dari kata ”Tuna” yang berarti rugi, kurang, dan ”Daksa” tubuh. Penyandang cacat menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 didefinisikan sebagai “setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya” Yang termasuk penyandang cacat dalam hal ini adalah penyandang cacat fisik (www.ditplb.or.id/ artikel definsi tuna daksa, Oleh Direktorat Pembina Sekolah Luar Biasa /akses 22 mei 2008).

Jadi, tuna daksa dapat diartikan sebagai orang yang mengalami

kekurangan pada tubuhnya. Tuna daksa juga biasa diartikan sebagai cacat fisik.

Kekurangan pada tubuhnya tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya

hambatan bagi penyandang untuk dapat melakukan kegiatan layaknya orang

normal pada umumnya. Terlebih lagi, jika kegiatan tesebutberkaitan dengan

kemampuan fisik untuk pemenuhannya. Menurut Hidayat (1988:8) walaupun

dalam kondisi tuna daksa yang berat tapi anak-anak tuna daksa dapat

mengembangkan kemampuan kognisinya, serta mampu memahami benda-

benda dan orang yang ada di sekitarnya, namun untuk dapat berkembang

Page 30: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

21

seperti itu anak tuna daksa harus selalu diberi kesempatan berinteraksi dengan

orang lain dan lingkungannya.

Kekhususan atau ketunaan yang dimiliki oleh anak tuna daksa tentunya

memerlukan perhatian dari orang tua sebagai orang terdekat anak. Karena pada

dasarnya anak tuna daksa memerlukan perhatian, kasih sayang, penerimaan,

serta ketenangan berasa dilingkungannya.

Penggolongan anak tuna daksa dapat dibagi kedalam dua kelompok

berdasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang dialami oleh

penderita tuna daksa. Adapun kelompok tersebut menurut Prof. DR. R.

Soeharto(1993 : 163) yakni, kelompok system otot dan rangka didasarkan pada

letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki,

tangan dan sendi, dan tulang belakang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yakni prosedur penelitian masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/obyek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya (Nawawi,2007:35&67). Menurut Moleong (2001:6) dalam

jenis penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka-angka. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen

resmi lainnya, kemudian dianalisis sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.

Page 31: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

22

2. Lokasi Penelitian

Di dalam tulisan ini, penulis lebih menyoroti komunikasi interpersonl orang

tua dengan siswa tuna daksa. Oleh sebab itu, peneliti mengambil lokasi

penelitian di SLB Tunas ABCD Kasih Donoharjo,Kecamatan Ngaglik, Sleman,

Yogyakarta. Adapun pemilihan lokasi tersebut dikarenakan disekolah tersebut

terdapat siswa Tuna Daksa yang memiliki masalah dengan rasa percaya dirinya.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi.

Observasi yaitu, melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian

yang berhubungan dengan intensitas komunikasi interpersonal orang tua

siswa tuna daksa dalam menumbuhkan rasa percaya diri. Untuk memperolah

data-data yang berkaitan dengan objek penelitian serta gambaran umum objek

penelitian. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan

dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula sebagai peneliti

menjadi sumber data, pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan

yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun pihak subjek

(Moleong,2001:126). Observasi yang dilakukan oleh peneliti ini untuk

memperoleh data mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

orang tua terhadap anaknya yang merupakan penyandang tuna daksa dalam

upaya menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak.

b. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

Page 32: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

23

pertanyaan dan yang diwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu (Moleong,2001:135). Melalui wawancara peneliti berupaya

mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan bahasan penelitian

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada informan yang dilakukan

secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Adapun yang diwawancarai

dalam penelitian ini yakni, dua pasang informan yang telah dipilih terdiri dari

orang tua dengan siswa tuna daksa dan guru sebagai pelengkap informasi.

c. Studi Dokumentasi.

Teknik ini adalah cara mengumpulkan data penunjang penelitian. Data-

data yang dimaksud adalah yang bekaitan dengan data sekunder maupun data

primer. Data primer dapat diperoleh secara langsung, sedangkan data-data

yang sifatnya sekunder diperoleh melalui peninggalan tertulis, yang dapat

diperoleh melalui beberapa jenis media. Terutama berupa arsip-arsip termasuk

juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum, selain melalui buku

dapat juga diperoleh melalui media internet dan media informasi lainnya

(Nawawi,2007:141).

4. Teknik Pengambilan Informan

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu, sampel yang ditetapkan sengaja oleh peneliti tidak melalui

proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan pada teknik random. Anggota

sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Usman &

Setiyadi, 2003 :186).

Page 33: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

24

Pada penelitian ini ada 2 (dua) orang siswa tuna daksa dengan orang tua

masing-masing anak yang dijadikan sampel. Sampel tersebut yakni, Irfan Hadi

Nugroho,10 tahun, dengan kelainan terletak pada tangan. Irfan adalah putra dari

pasangan Sumaryono.HS dan Dwi Antari, keduanya bekerja sebagai Petani.

Sampel yang satunya lagi bernama Dimas Aulia Romadon, 10 tahun, dengan

kelainan terletak pada tangan dan kakinya. Dimas merupakan putra dari

pasangan Baryadi dan Nur Alimah. Sama dengan orang tua Irfan, orang tua

Dimas juga bekerja sebagai Petani. Penetapan sampel ini selain dilihat dari

siswa yang masuk kedalam kategori tuna daksa, penetapan sampel juga didasari

pada sikap anak yang menunjukan adanya rasa kurang percaya diri. Sehingga

dengan demikian diharapkan maksud dan tujuan penelitian dapat tercapai.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

yaitu, analisis yang dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Sugiyono,1999:78). Metode analisis datanya adalah analisis data kualitatif,

dimana dalam analisis kualitatif ini tidak menjelaskan suatu korelasi antara

variabel. Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Page 34: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

25

Adapun langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman

(1992:15-21) adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

didapat dari catatan tertulis yang didapat langsung dari lapangan.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat

ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian Data

Kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian

data, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan lebih jauh, menganalisis ataukah mengambil tindakan

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data

tersebut.

c. Menarik kesimpulan

Pada proses penelitian peneliti mulai mencari makna dari data-data

yang terkumpul. Selanjutnya peneliti mulai mencari arti dan

penjelasannya, kemudian menyususun pola-pola hubungan tertentu

kedalam suatu satuan informasi yang mudah dipahami dan ditafsirkan.

Data-data yang terkumpul disusun kedalam satuan-satuan, kemudian

Page 35: KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8814.pdf · dari wawancara mendalam dengan informan, observasi pada obyek penelitian dan dokumen pustaka

26

dikategorikan sesuai dengan masalah-masalahnya. Data tersebut

dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah

disimpulkan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.

6. Validitas Data

Trianggulasi merupakan sumber data untuk mengecek data yang telah

dikemukakan. Selain itu, trianggulasi data adalah upaya untuk mengecek

kebenaran data tertentu dangan data yang diperoleh dari sumber lain

(Moleong,2001:178 ).

Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan menggunakan

metode trianggulasi dengan mempertinggi validitas, akan memberi hasil

penelitian sebagai pelengkap apabila data yang diperoleh dari sumber pertama

masih ada kekurangan. Hal ini akan membuat data yang diperoleh ini semakin

dapat dipercaya. Oleh sebab itu, data yang dibutuhkan tidak hanya dari satu

sumber saja tetapi berasal dari sumber-sumber lain yang terkait dengan subyek

penelitian. Disisi lain, trianggulasi data adalah cara memperoleh data dengan

jalan membandingkan data dengan hasil wawancara dan hasil pengamatan

maupun dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.