komunikasi antar budaya study pada pola komunikasi...

89
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Study Pada Pola Komunikasi Masyarakat Muhammadiyah Dan NU Di Desa Pringapus, Semarang, Jawa Tengah) Oleh : MUCHAMMAD ARIEF SIGIT MUTTAQIEN NIM. 105051001976 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M

Upload: phungbao

Post on 21-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

(Study Pada Pola Komunikasi Masyarakat Muhammadiyah

Dan NU Di Desa Pringapus, Semarang, Jawa Tengah)

Oleh :

MUCHAMMAD ARIEF SIGIT MUTTAQIEN

NIM. 105051001976

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 2: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

(Study Pada Pola Komunikasi Masyarakat Muhammadiyah

Dan NU Di Desa Pringapus, Semarang, Jawa Tengah)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh :

MUHAMMAD ARIEF SIGIT MUTTAQIEN

NIM. 105051001976

Pembimbing :

Drs. Jumroni, M.Si

NIP : 19630515 1992031 006

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 3: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang memiliki judul “Komunikasi Antar Budaya (Study Pada

pola Komunikasi Masyarakat Muhammadiyah dan NU di Desa Pringapus,

Semarang, Jawa Tengah” telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 9

Desember 2009.Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Desember 2009

PANITIA SIDANG MUNAQOSAH

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap

Anggota,

Drs. Mahmud Jalal, Ma Dra. Halimah SM M. Ag

NIP. 19520422 198103 1002 NIP. 19590413 199603 2001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs.Masran, M. Ag Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 150275384 NIP.197108161997032002

Pembimbing,

Drs. Jumroni, M.Si

NIP. 19630515 199203 1006

Page 4: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat,16 September 2009

M. Arief Sigit. Muttaqien

Page 5: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

ABSTRAKSI

JUDUL : KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (STUDY PADA POLA

KOMUNIKASI MASYARAKAT MUHAMMADIYAH DAN NU

DI DESA PRINGAPUS, SEMARANG, JAWA TENGAH)

NAMA : MUCHAMMAD ARIEF SIGIT. M

Komunikasi antar budaya pada dasarnya adalah komunikasi biasa. Hanya

yang membedakanya adalah latar belakang budaya yang berbeda dari orang-orang

yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-aspek budaya dalam

komunikasi seperti bahasa, isyarat, non verbal, sikap kepercayaan, watak, nilai

dan orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan sebagai perbedaan besar yang

sering kali menyebabkan distorsi dalam komunikasi. Namun, dalam masyarakat

yang bagaimanapun berbedanya kebudayaan. Tetaplah akan terdapat kepentingan-

kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi

Muhammadiyah dan NU adalah organisasi Islam, Muhammadiyah dan NU

adalah mewakili 2 golongan besar umat Islam secara fiqh. Muhammadiyah

mewakili kelompok "modernis" Sedang NU (Nahdhatul Ulama) mewakili

kelompok "tradisional", selain Nahdhatul Wathan, Jami'atul Washliyah, Perti, dll

Dari hal di atas timbulah pertanyaan dalam benak penulis tentang

bagaimana pola komunikasi antara masyarakat Muhammadiyah dan Nu di sana serta apa faktor pendukung dan penghambat dalam mereka berkomunikasi?

kehidupan keagamaan cara masyarakat NU dengan Muhammadiyah di desa Pringapus tidak ada perbedaan yang tajam, akan tetapi pada tataran realitas

social, sering terjadi adanya perbedaan pendapat yang mendatar, terutama dalam hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam). Bagi

masyarakat NU setempat, ziarah kubur tidak dilarang bahkan dianjurkan Karena tidak dianggap menyalahi syariat Islam. Akan tetapi, bagi warga Muhammadiyah,

ziarah kubur tidak benar dan merupakan bid’ah (segala sesuatu yang tidak ada

pada zaman Nabi Muhammad). Contoh lain adalah pada saat perayaan hari raya

Islam yang kaitannya dengan sholat sunat Ied. Biasanya warga Muhammadiyah

cenderung menjalankan sholat Ied di tanah lapang, sementara warga NU

melaksanakan sholat Ied di masjid Sebagai warga masyarakat yang bersifat heterogen, hendaknya

setiap warga harus memiliki sikap saling menghormati dan saling

menghargai pada setiap perbedaan-perbedaan yang ada. Jangan

menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai tembok pembatas untuk

dapat saling berkomunikasi. Karena indahnya kebersamaan jika bisa

dapat saling berdampingan dengan adanya perbedaan.

Page 6: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah dari lisan

manusia yang taat kepadaNya. yang masih memberikan kesempatan kepada

penulis untuk beribadah kepadaNya dan untuk ber Sholawat kepada kekasihnya,

serta dengan izinnya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang

bagus ucapannya, yang luhur bedi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk

mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan

umatNya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyiudina Muhammad bin

Abdillah

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi,

baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam

diri penulis. Sungguh sesuatu yang sangat anugrah terindah yang diberikan Allah

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini

terwujud yang telah mendukung serta memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis persembahkan segalanya kepada bapak (Much. Thamrin) yang

dengan ketegaran hidupnya telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup

bagi penulis dan kepada ibu (Hartini) yang air susunya telah menjadi daging

dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa

penulis. Kakakku Muchammad Choirul Khamsani dan kak Purwa Ningsih serta

keponakan ku Nada Thifalya Azzahra dan adik Nur Rahmawati Handayani yang

Page 7: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

selalu mendoakan penulis serta menghibur penulis dikala kesedihan datang

kepada penulis.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis uapkan kepada:

1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi dan bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA selaku Pudek II dan

bapak Drs Study Rizal LK, MA selaku Pudek III.

2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah

dan Komunikasi bapak Drs. Wahidin Saputra, MA dan juga Bapak Drs.

Jumroni. M.si sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kepada para dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai

pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam

masa perkuliahan.

4. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan

dalam mengerjakan skripsi ini.

5. Keluarga besar penulis di Pringapus kepada Pakde Ud, mas pipit dan mbak

Yuli, serta keluarga Mbah Sukinah, mbak Umi, Om Yon, Intan dan elok,

yang telah membantu mengumpulkan data hingga akhirnya selesainya

skripsi ini.

Page 8: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

6. Sahabat-sahabat yang ada dikampus, Ahmad Fawzi yang senantiasa

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, Pahlevi, Zulvikar dan

Rahmat Hidayat

7. kepada Nurhasanah yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada

penulis serta teman-teman keluarga besar dari Yayasan Al-Istiqomah

Nugraha Sumaryadi Ramadhan S.sos.i, Maulana Sukarya, Wahyu Pratama

Putra, Ahmad Rifa’i, Sendi Prabowo dan Rohiman Sunandar yang selalu

mewarnai hari-hari penulis dengan indahnya persahabatan yang telah kalian

berikan..

8. Keluarga Besar KPI D angkatan 2005, kk Farah, Kikim, Shella, Shofi,

Geary, Novi, Irma Iztarizkizra, Zaini yang sudah membantu penulis serta

telah menjadi keluarga bagi penulis.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang besar-

besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang

akan membalas semua kebaikan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal

Alamin

Ciputat,16 September 2009

Muchammad Arief Sigit Muttaqien

DAFTAR ISI

Page 9: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii

ABSTRAKSI ............................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................... 6

D. Metodologi Penelitian ...................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka.............................................................. 9

F. Sistematika Penulisan....................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi Antar Budaya.............................. 12

B. Pengertian Pola Komunikasi ............................................ 15

1. Proses Komunikasi..................................................... 16

2. Bentuk-bentuk Komunikasi ........................................ 20

C. Pengertian Masyarakat ..................................................... 22

1. Etika dan Budaya Masyarakat Desa............................ 23

2. Karakteristik Masyarakat Desa ................................... 23

D. Komunikasi Organisasi .................................................... 27

Page 10: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

1. Pengertian Komunikasi Organisasi ............................. 27

2. Teori Komunikasi Organisasi ..................................... 30

E. Prasangka dan Stereotip ................................................... 35

1. Pengertian Prasangka ................................................. 35

2. Pengertian Stereotip ................................................... 37

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA

PRINGAPUS, SEMARANG, JAWA TENGAH

A. Keadaan Geografis Desa Pringapus, Kec. Pringapus,

Semarang, Jawa Tengah ................................................... 38

B. Kondisi Demografis ......................................................... 40

C. Gambaran Umum Masyarakat Muhammadiyah dan NU

Setempat .......................................................................... 46

BAB IV POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT DARI KALANGAN

MUHAMMADIYAH DAN MASYARAKAT NU DI DESA

PRINGAPUS

A. Pola Komunikasi Antar Pribadi ........................................ 50

B. Pola Komunikasi Antar Kelompok................................... 55

C. Faktor-faktor Pendukung Komunikasi Antar Budaya

Masyarakat Muhammadiyah dengan Masyarakat NU....... 57

1. Faktor Pendukung Komunikasi Antar Budaya ............ 57

2. Faktor Penghambat Komunikasi Antar Budaya .......... 60

BAB V PENUTUP

Page 11: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

A. Kesimpulan...................................................................... 70

B. Saran................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 74

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 12: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Tabel 01 Data Penduduk Desa Pringapus Berdasarkan Usia .................... 41

Tabel 02 Mata Pencaharian masyarakat Pringapus................................... 43

Tabel 03 Tingkat Pendidikan Warga Desa Pringapus............................... 44

Tabel 04 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama....................... 45

Tabel 05 Tabel Keagamaan ..................................................................... 45

Page 13: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam

hidup, yaitu sebagai makhluk pribadi dan sosial. Sebagai makhluk pribadi,

manusia mempunyai beberapa tujuan dan cita-cita yang ingin di capai, di

mana masing-masing individu memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda

dengan individu lainnya. Sedangkan sebagai mahluk sosial, individu selalu

ingin berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain.

���������� �� ������

����������� �� �� �!"

���#$%&'�� (� )*!☺���

����-�.��� /� ��0☺12��

!☺3�����4 5���6$)�89 :�

)5 – 1 : ا�����(Artinya: ”(1). (Tuhan) yang Maha pemurah (2)Yang Telah mengajarkan Al

Quran.(3)Dia menciptakan manusia (4) Mengajarnya pandai

berbicara (5) Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”

Dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Individu

memiliki tujuan, kepentingan, cara bergaul, pengetahuan ataupun sutau

kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya dan semua itu

harus dicapai untuk dapat melangsungkan kehidupan.

Komunikasi memiliki fungsi tidak hanya sebagai pertukaran informasi

dan pesan tapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar

Page 14: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan

informasi yang disampaikan oleh seorang komunikan dapat diterima dan

dipahami dengan baik oleh seorang komunikator, maka seorang komunikan

perlu menetapkan pola komunikasi yang baik pula.1

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak perduli di mana kita berada, kita

selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang–orang tertentu yang

berasal dari kelompok, ras, etnik atau budaya lain. Berinteraksi atau

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan merupakan

pengalaman baru yang selalu kita hadapi. Berkomunikasi merupakan kegiatan

sehari-hari yang sangat popular dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia.

Aksioma komunikasi mengatakan:”manusia selalu berkomunikasi, manusia

tidak dapat menghindari komunikasi.”2

Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar dari seluruh waktu kita

dipakai untuk berkomunikasi, untuk itu kita akan merasa betapa pentingnya

komunikasi untuk dipelajari. Agar kita dapat berkomunikasi dengan efektif,

sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.

Berikut beberapa contoh kasus yang disebabkan komunikasi yang

tidak efektif adalah adanya kasus perceraian, permusuhan, bunuh diri,

keretakan hubungan antara orang tua dan anak, bahkan sampai konflik antar

suku budaya.

Sebuah fakta sosial yang harus kita terima adalah tentang

kemajemukan yang ada pada kehidupan manusia. Yaitu bahwa manusia dapat

1 Asnawir dan Basyirudin Ustman, media pembelajaran (Jakarta; Ciputat Press, 2002)

2 Alo Liliweri, “dasar-dasar komunikasi antar budaya”, (Jogjakarta: Pustaka {Pelajar

Press, 2000)

Page 15: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

dibedakan berdasarkan suku, agama dan ras. Bahkan terhadap individu pun

dapat pula dibedakan dalam hal pemikiran atau dalam persepsi tertentu.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat

kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku

komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak

kegiatan sosial manusia3. Jika mengenai kebudayaan, hingga kini telah

ditemukan lebih dari 500 definisi. Perbedaan penekanan dalam pemberian

definisi ditentukan oleh lingkup materi budaya yang tercakup maupun

pendekatan analisisnya.

Hubungan antara budaya dam komunikasi sangat penting dipahami

untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena itu melalui pengaruh

budayalah orang-orang belajar berkomunikasi4. Misalnya seorang yang

berasal dari Jawa, Jakarta atau dari Medan belajar berkomunikasi. Seperti

orang–orang Jawa, orang–orang betawi dan orang-orang Medan lainnya.

Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku mereka tersebut

dipelajari dan diketahui dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang

memandang mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep dan label-label

yang dihasilkan budaya mereka.

Komunikasi antar budaya pada dasarnya adalah komunikasi biasa.

Hanya yang membedakannya adalah latar belakang budaya yang berbeda dari

orang-orang yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-aspek

budaya dalam komunikasi seperti bahasa, isyarat, non verbal, sikap

3 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, “komunikasi antar budaya”. (PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung). Cet-9, 2005.Hlm 24 4 Ibid. hlm. 25

Page 16: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

kepercayaan, watak, nilai dan orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan

sebagai perbedaan besar yang sering kali menyebabkan distorsi dalam

komunikasi. Namun, dalam masyarakat yang bagaimanapun berbedanya

kebudayaan. Tetaplah akan terdapat kepentingan-kepentingan bersama untuk

melakukan komunikasi.5

Dalam perspektif Islam. Dasar-dasar untuk hidup bersama di tengah-

tengah masyarakat yang pluralistik secara religius sejak semula memang telah

di bangun atas landasan normatif dan historis. Seiring dengan berjalannya

waktu kemudian membawa masyarakat Islam untuk berinteraksi dan

beradaptasi dengan kelompok-kelompok masyarakat yang lainnya. Pertemuan

budaya dengan masyarakat lain melahirkan tarik menarik serta perkawinan

masyarakat yang lainnya.

Seperti halnya di dalam masyarakat Islam di Indonesia. Setidaknya

telah mengalami dua macam simbolisasi. Perkembangannya bisa digambarkan

sebagai berikut:

I II

Integrasi luar dalam

Tempat Desa Kota

Pelaku Petani Pedagang , Profesional

Ekonomi Agraris Industrial

Simbol agama memerlukan Integrasi, yaitu kekuatan yang menjadi

pusat pusaran untuk bermakna. Dalam budaya I integrasi itu terletak di luar

5 Alex. H. Rumondor dkk, komunikasi antar Budaya, (Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka, 2001), h. 117

Page 17: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

pelaku, dalam satuan yang lebih besar, yaitu komunitas. Seorang budaya I

mengadakan selamatan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh komunitas

(misalnya Ruwah, Mulud) sesuai dengan kepentingan komunitas (misalnya

Ruwahan, Muludan), di tempat yang juga ditentukan oleh komunitas

(misalnya di makam atau di masjid), dan undangannya pun ditentukan oleh

komunitas (misalnya lurah, kyai dan warga).

Dalam budaya II integrasi simbolis itu terletak di dalam, yaitu dalam

kesadaran individual pelakunya. Seseorang dari Budaya II mengadakan

selamatan (namanya berubah menjadi syukuran) sesuai dengan tanggal, jam

dan hari yang ditentukan sendiri (misalnya pernikahan), tidak harus bersamaan

dengan kepentingan komunitas, di tempat yang ditentukan sendiri (misalnya

rumah), dan dengan undangan yang ditentukan sendiri (misalnya teman-

teman). Dalam budaya II ini peran komunitas tidak penting lagi.

Dari uraian di atas yang singkat ini dengan mudah kita ketahui bahwa

masyarakat NU sebagai gerakan tradisonalis mewakili budaya I dan

Muhammadiyah sebagai gerakan modernis mewakili Budaya II. Kita dapat

melihat ada bias desa, masyarakat agraris, dan masa lalu dalam NU.

Sebaliknya kita dapat melihat ada bias kota, masyarakat industrial dan masa

kini dalam Muhamadiyah. Kata kunci dari kebudayaan masyarakat

tradisionalis adalah kelestarian dan pewarisan, sedangkan dalam masyarakat

modernis adalah kemajuan dan penyesuaian.

Melihat fenomena-fenomena di atas penulis tertarik untuk menulis

proposal skripsi dengan judul Komunikasi Antar Budaya (study pada pola

Page 18: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

komunikasi antara masyarakat Muhammadiyah dan masyarakat NU di

Desa Pringapus, Semarang, Jawa tengah).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Mengingat luasnya bahasan mengenai masyarakat Muhammadiyah dan

masyarakat NU ini, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada pola

komunikasi masyarakat Muhammadiyah terhadap masyarakat NU dalam

bermasyarakat di wilayah desa Pringapus, Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis

merumuskan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan masyarakat dari kalangan

Muhammadiyah dengan masyarakat dari kalangan NU dalam kehidupan

sehari-hari?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung

komunikasi yang terjadi antara masyarakat Muhammadiyah dengan

masyarakat NU ?

Adapun pola yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan

dari proses penyampaian pesan baik secara verbal maupun non verbal dalam

suatu komunikasi.

C. Tujuan dan Kegunaan Masalah

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 19: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

a. Ingin mengetahui pola komunikasi masyarakat Muhammadiyah

dengan masyarakat NU.

b. ingin menemukan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

komunikasi antar budaya antara masyarakat Muhammadiyah dengan

masyarakat NU.

c. ingin menemukan faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung

komunikasi antar masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat NU.

2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam

memperkaya kajian ilmu komunikasi antar agama dan budaya.

b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pola

komunikasi antara masyarakat dari kalangan Muhammadiyah dengan

masyarakat NU di Desa Pringapus, Semarang, Jawa Tengah.

D. Metodologi Penelitian

Karena penelitian ini dilandasi dari rasa keingintahuan penulis,

sebagaimana dijelaskan dalam rumusan masalah, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan

pendekatan sosiologis dan antropologis.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat. Situasi-situasi tertentu.

Termasuk dalam hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-

pandangan serta dan pengaruhnya dalam suatu fenomena.

Page 20: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Subjek dari penelitian ini adalah masyarakat Muhammadiyah dan

masyarakat NU yang secara geografis tinggal di Desa Pringapus, Semarang

Jawa Tengah. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pola dari komunikasi

antara masyarakat Muhammadiyah dan masyarakat NU.

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data yang di perlukan dalam menyusun proposal

penelitian ini penulis melalui observasi dan wawancara.

a. Observasi, dalam penelitian ini penulis mendatangi langsung ke lokasi

yang menjadi tempat penelitian, kemudian meneliti, mengamati dan

mencatat komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang termasuk

masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat NU.

b. Untuk memperoleh data yang diinginkan peneliti menggunakan teknik

wawancara. Karena dengan wawancara peneliti dapat memperoleh

data secara langsung dari sumber, sehingga memudahkan dalam

memperoleh data. Wawancara akan dilakukan secara bebas, tetapi

tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah

2. Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini ,maka penulis akan mengolah dan menganalisa data dengan

menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu data yang sudah terkumpul,

penulis menjabarkannya dengan memberikan analisa-analisa untuk

kemudian penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui

bagaimana pola atau bentuk komunikasi yang terjadi antara masyarakat

Muhammadiyah dengan masyarakat NU di Desa Pringapus Semarang

Page 21: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Jawa Tengah, kemudian menemukan apa saja faktor penghambat dan

pendukung komunikasi antara kedua masyarakat tersebut.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti dengan objek pada pola

komunikasi antara masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat NU di

desa Pringapus dan penulis telah melakukan tinjauan Pustaka, penulis melihat

judul yang ada di perpustakaan, penulis melihat ada satu mahasiswa yang

pembahasannya sama dengan yang peneliti kaji. Dengan judul ”Komunikasi

Antar Budaya (Study pada pola komunikasi masyarakat Betawi dengan

Masyarakat Madura di Kelurahan Condet, Batu Ampar).

Oleh sebab itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

seperti menjiplak atau mengambil dari hasil karya orang lain, maka penulis

perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dengan masalah

yang sedang di bahas.

Adapun perbedaannya adalah dari skripsi tersebut dengan skripsi

peneliti adalah pada subjek penelitiannya, pada penelitian terdahulu

membahas bagaimana pola komunikasi antar budaya antara dua suku yang

berbeda, yaitu masyarakat Betawi dengan masyarakat Madura. Dalam

penelitian ini subjek penelitian penulis adalah masyarakat Muhammadiyah

dengan masyarakat NU yang tinggal di desa Pringapus, Semarang, Jawa

Tengah.

F. Sistematika Penulisan

Page 22: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan

dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam

lima bab. Di mana masing-masing bab di bagi ke dalam sub-sub dengan

penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Terdiri dari pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi dan

bentuk-bentuk komunikasi, pengertian pola komunikasi,

pengertian komunikasi antar budaya, Pengertian komunikasi

Organisasi, pengertian masyarakat.

BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA

PRINGAPUS, SEMARANG, JAWA TENGAH

Adalah gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari

keadaan geografis desa Pringapus, Semarang ,Jawa Tengah, serta

gambaran umum tentang masyarakat Muhammadiyah dan NU

setempat.

BAB IV : POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT DARI KALANGAN

MUHAMMADIYAH DAN MASYARAKAT NU DI DESA

PRINGAPUS

Page 23: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Adalah penyajian data-data yang diperoleh dari hasil Penelitian,

berikut analisanya. Yaitu tantan pola komunikasi antara

masyarakat Muhammadiyah dan NU di Desa Pringapus,

Semarang , Jawa Tengah

BAB V : PENUTUP

Adalah merupakan bab penutup dari tulisan ini yang berisi

tentang kesimpulan dan saran.

Page 24: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan ekspektasi,

persepsi, tindakan dan penafsiran.6 Maksudnya adalah ketika kita

berkomunikasi dengan orang lain maka kita dan orang yang menjadi

komunikan kita akan menafsirkan pesan yang diterima baik berupa pesan

verbal maupun non verbal dengan standar penafsiran dari budayanya sendiri.

Kita pun dalam memaknai dan menyandikan tanda atau lambang yang akan

kita jadikan pesan menggunakan standar budaya yang kita punyai. Pada

dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi biasa, yang menjadi

perbedaannya adalah orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut

berbeda dalam hal latar belakang budayanya. Ada banyak pengertian yang

diberikan para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi antar budaya,

di antaranya adalah :

1. Menurut Aloweri, Andrea L. Rich dab Dennis M. Ogawa sebagaimana

dikutip oleh Armawati Arbi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi

antara orang-orang yang berbeda kebudayaanya. Misalnya antara suku

bangsa, etnik, ras dan kelas sosial.7

2. Menurut Guo-Ming Chen dan Willian J. Starosta sebagaimana dikutip oleh

Deddy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi antar budaya adalah

6 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 7 7 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 182

Page 25: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing

perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya

sebagai kelompok.8

3. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural

Communication) adalah proses pertukaran fikiran dan makna antara orang-

orang yang berbeda budayanya.9

4. Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi antar budaya

sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbdea budaya (baik dalam

arti ras, etnik atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).10

Dari beberapa definisi yang penulis kutipkan tadi. Penulis

berkesimpulan bahwa komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai

komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memilki latar belakang

budaya yang berbeda. Ada beberapa istilah yang sering disepadankan dengan

istilah komunikasi antar budaya, diantaranya adalah komunikasi antar etnik

(Inter ethnic communication), komunikasi antar ras, komunikasi lintas budaya

(Cross Cultural Communication), dan komunikasi Internasional.11

1. Komunikasi antar etnik adalah komunikasi antar anggota etnik yang

berbeda atau dapat saja komunikasi antar etnik terjadi di antara anggota

etnik yang sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau

sub kultur yang berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang

ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Komunikasi antar etnik

8 Ibid. 2.

9 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. xi

10 Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication konteks-konteks komunikasi

antar budaya, (Bandung:PT. Remaja Rosda karya buku ke-2, 2001),h. 182 11

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003)., h.16

Page 26: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

juga merupakan bagian dari komunikasi antar budaya, namun komunikasi

antar budaya belum tentu merupakan komunikasi antar etnik.12

2. Komunikasi antar ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan arti-

arti biologis yang sama. Dapat saja orang yang berasal dari ras yang

berbeda memiliki kebudayaan yang sama, terutama dalam hal bahasa dan

agama. Komunikasi antar ras dapat juga dimasukan dalam komunikasi

antar budaya, karena secara umum ras yang berbeda memiliki bahasa dan

asal-usul yang berbeda juga. Komunikasi antar budaya dalam konteks

komunikasi antar ras sangat berpotensi terhadap konflik, karena orang

yang berbeda ras biasanya memiliki prasangka-prasangka atau stereotip

terhadap orang yang berbeda ras dengannya. Dalam hal ini tentunya

mempengaruhi orang-orang yang berbeda ras tersebut di dalam

berkomunikasi.

3. Komunikasi Lintas Budaya adalah studi tentang perbandingan gagasan

atau konsep dalam berbagai kebudayaan. Perbandingan antara aspek atau

minat tertentu dalam suatu kebudayaan atau perbandingan antar suatu

aspek atau umat tertentu dengan satu atau kebudayaan lain.13

4. Komunikasi Internasional, dapat diartikan sebagai komunikasi yang

dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk

menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan

12

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, 2003). h. xii 13

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 186

Page 27: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan

untuk memperoleh dukungan yang lebih luas.14

B. Pengertian Pola komunikasi

Bahwasanya pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata.

Karena keduanya mempunyai keterkaitan makna sehingga mendukung dengan

makna lainnya. Maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang

penjelasannya masing-masing.

Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia15 artinya bentuk atau

sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap, yang mana pola dapat dikatakan

contoh atau cetakan.

Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk

menunjukkan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses

didalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.16

.Menurut Little

Jhon model dapat diterapkan pada setiap representasi simbolik dari suatu

benda.17

Secara etimologis, menurut Onong Uchjana Effendi, istilah

komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “Communication” yang

bersumber dari bahasa latin “Communicatio” yang berarti “pemberitahuan”

14

Bakrie Abbas, Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya, (Jakarta;

Yayasan Kampus Tercinta- ISIIP), h. 2 15

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1996), h. 778 16

Dikutip dari Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Gramedia

Widiasavina:2004), h.9 17

Ibid.

Page 28: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

atau pertukaran pikiran. Maka hakiki dari communicatio ini adalah Communis

yang berarti “sama” atau “kesamaan arti.”18

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Astrid susanto, beliau

berpendapat bahwa “perkataan komunikasi berasal dari kata “Communicare”

yang dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau

“memberitahukan”. Kata Communis berarti milik bersama atau berlaku

dimana-mana.”19

Sedangkan ditinjau dari segi terminologis, para ahli komunikasi

mendefinisikan komunikasi antara lain, sebagai berikut:

Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa sebenarnya,

“definisi komunikasi berasal dari bahasa latin “communis”. Bilamana kita

melakukan komunikasi itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide

atau sikap. Jadi, esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim

dapat berhubungan bersama denngan si penerima guna menyampaikan isi

pesan.20

1. Proses Komunikasi

Sebelum kita mengetahui bentuk sebuah pola komunikasi apa yang

diterapkan dalam sebuah komunitas baik secara individu maupun

organisasi, maka kita perlu melihat proses komunikasinya, karena pola

komunikasi tersebut terlahir dari berbagai proses komunikasi sehingga

18

Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju, 1992), cet

ke-1, h-4 19

Phill Astrid Susanto, Komunikasi dalam teori dan Praktek, (Bandung, Bina Cipta,

1998)cet ke-3, h-1 20 Onong Uchjana Effendi, Dinamika komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1992), cet ke-22, h. 6

Page 29: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

keduanya tidak dapat dipisahkan, karena menjadi sebuah kesatuan. Tanpa

kita melihat proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah aktifitas

komunikasi maka kita tida dapat mengetahui pola komunikasi apa yang

digunakannya,

Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi terbagi

menjadi dua tahap, yaitu primer dan sekunder.21

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai

media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa yang secara

langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator

kepada komunikan. Pertama-tama komunikator menyandi (encode)

pesan yang disampaikan kepada komunikan, ini berarti ia

memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam bahasa yang

diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi

giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator

itu. Itu berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau

perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya.

Yang penting dalam proses penyandiannya (coding) itu bahwa

komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi

(decoding) hanya kedalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam

21 Onong Uchjana Efendi,Imu Komunikasi Teori dan Praktek, ,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1990), h.11-13.

Page 30: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

pengalamannya masing-masing, karena komunikasi berlangsung

apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh

komunikan, dengan kata lain komunikasi adalah proses membuat

sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

Dalam pada itu sudah terbiasa pula kita memperoleh umpan

balik baik dari perasaan kita sendiri maupun dari seorang komunikan

yang menjadi penerima pesan kita. Komunikator yang baik adalah

orang yang selalu memperhatikan umpan balik, sehingga ia dapat

dengan segera mengubah gaya komunikasinya diakal ia mengetahui

bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah mamakai lambang sebagai media

penama. Seperti yang telah diterangkan di atas pada umumnya bahasa

yang banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai

lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat dan

sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkrit.

Namun pada akhirnya sejalan dengan berkembangnya

masyarakat beserta peradaban dan kebudayaan. Komunikasi

mengalami kemajuan dengan memadukan berlambang bahasa dengan

komunikasi berlambang gambar dan warna. Akan tetapi oleh para ahli

komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi

Page 31: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat

informatif. Menurut mereka yang efektif dan efisien dalam

menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena

kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator,

sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung

seketika dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau

reaksi komunikan pada saat itu juga.

Proses Komunikasi22

Gambar 01

Bagan/ skema proses komunikasi

Unsur komunikasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sender; Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

2. Encoding: Penyandian, yaitu proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk

lambang.

3. Massage: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), Cet ke-19. hal 18

Sender

Noise

Response Feed Back

Massage Receiver

enkoding

Decoding

Page 32: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

4. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

5. Decoding: pengawasandian, yaitu proses di mana komunikasi menetapkan

makan pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Feedback: Umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan

atau disampaikan kepada komunikator.

8. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Dari penjelasan tentang proses komunikasi di atas, peneliti merasa juga

harus memperhatikan unsur-unsur yang ada di dalamnya, karena unsur-unsur

tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

2. Bentuk-bentuk Komunikasi

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pola komunikasi yang

sesuai dengan arti pola di atas lebih tepat untuk mengambil kesimpulan adalah

bentuk-bentuk komunikasi terdapat empat macam, yaitu:

a. Komunikasi Intra Pribadi (Interpersonal Communication). Adalah proses

komunikasi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi

melalui panca indera dan sistem saraf. 23

23 Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1998),

h. 39

Page 33: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

b. Komunikasi Antar Pribadi (Antarpersonal Communication) adalah proses

penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang

lain agar mengetahui, mengerti dan melakukan kegiatan tertentu.24

c. Komunikasi Kelompok (Group Communication) adalah penyampaian

pesan oleh seorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk

mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.25

d. komunikasi Massa (mass Communication) menurut Zulkarnaen Nasution

di dalam bukunya Sosiologi Komunikasi Massa, bahwa yang dimaksud

dengan komunikasi massa adalah “suatu proses penyampaian informasi

atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan

karakteristik tertentu”. Sedangkan media massa hanya salah satu

komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya prose sang di

maksud.26

Adapun proses komunikasi yang melibatkan antara masyarakat

Muhammadiyah dengan masyarakat Nu yang memiliki dua kebudayaan yang

berbeda ini dalam kehidupan sehari-hari, maka penyampaian pesan nya pun

berlangsung secara lisan dan melalui tatap muka.

24

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,

(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6 h. 60 25

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,

(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6, h-62 26 Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,

1993), h-5

Page 34: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

C. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki

tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam

lingkungannya.27

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa masyarakat

adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yang mereka anggap sama.28

Selain itu banyak pula para tokoh yang mengemukakan beberapa

definisi mengenai masyarakat, diantaranya :

1. R. Linton: seorang tokoh Antropologi mengemukakan bahwa masyarakat

adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja

sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya, berpikir

tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2. Hasan Shadily mendefinisikan, masyarakat adalah golongan besar atau

kecil dari beberapa manusia yang dengan pengaruh bertalian secara

golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.29

Dari definisi-definisi masyarakat di atas dapat diambil beberapa

kesimpulan bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1. harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak.

2. telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama.

3. adanya peraturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk

menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

27

Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h-85 28

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 485 29 Harwantiyoko dan Neljte F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gundar,

1992) h. 146

Page 35: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

1. Pengertian, Etika dan Budaya Masyarakat Desa

Masyarakat Desa Dalam Tinjauan Sosial Budaya

Menurut Bintarto yang dimaksud desa adalah perwujudan atau

kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ

(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik

dengan daerah lain.30

Sedangkan menurut Sutardjo Kartohadikusuma, desa adalah suatu

kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahannya

sendiri.

Adapun masyarakat desa ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan

batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota

masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana dia

hidu, dicintainya serta memiliki perasaan bersedia untuk berkorban setiap

waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena

beranggapan sama-sama sebagai warga masyarakat yang saling mencintai dan

saling menghormati.

Definisi tersebut mengandung makna bahwa yang dimaksud dengan

masyarakat kecil adalah masyarakat di daerah masyarakat pedesaan.

Masyarakat kecil disebut juga rural community yang diartikan sebagai

masyarakat yang anggota-anggotanya hidup bersama di suatu lokalitas

tertentu, yang seorang merasa dirinya bagian dari kelompok, kehidupan

30

Ibid, h. 159

Page 36: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

mereka meliputi urusan-urusan yang merupakan tanggungjawab bersama dan

masing-masing merasa terikat pada norma-norma tertentu yang mereka taati

bersama.

2. Karakreristik Masyarakat Desa31

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.

Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat

digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian,

dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan

teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.

Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait

dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih

sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan

bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan

a. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan.

Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:

1) Secara ekonomi memang tidak mampu

2) Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

b. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:

1) Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya

31

http://prayudi.staff.uii.ac.id/2008/09/22/karakteristik-masyarakat-desa/

Page 37: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

2) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

c. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan

atau “unggah-ungguh” apabila:

1) Bertemu dengan tetangga

2) Berhadapan dengan pejabat

3) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

4) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi

5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

d. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana

kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati

sanubari mereka.

e. Lugas

“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat

desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi

orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang

lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.

f. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang

bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang

tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang

Page 38: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi

tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

g. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara

langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang

kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka

cenderung untuk diam/tidak banyak omong.

h. Menghargai (“ngajeni”) orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang

pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-

besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga

dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut

dengan “ngajeni”.

i. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas

tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan

kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama

ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan

program pembangunan di daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka

dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh

kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan

Page 39: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam

20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

j. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh

kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat

Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus

dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-

membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe”

atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang

dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak,

bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi

tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.

k. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan

keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui

mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan

Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input

dari warga.

l. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian

mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga

mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa

keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

Page 40: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

D. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Bahwasanya komunikasi organisasi merupakan serangkaian dua

kata yang tergabung dan memiliki makna yang saling terkait, sehingga

mendukung dengan makna yang lainnya. Sumber konflik yang terjadi

antar individu dalam organisasi yang mungkin paling sering dikemukakan

adalah buruknya komunikasi.

Dalam pembahasan komunikasi organisasi lebih tepatnya adalah

kajian pada komunikasi insani yang terjadi dalam organisasi, karena

manusialah yang berkomunikasi, bukan organisasi.32

Hal pertama yang

kita perlukan dalam studi tentang organisasi adalah definisi eksplisit

tenang apa yang dimaksud dengan sesuatu organisasi, James L. Gibson

menyatakan bahwa:

“….. organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan

masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu yang tidak mungkin dilaksanakan

sendiri”.

Menjelaskan organisasi sebagai sebuah kelompok individu yang

diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi

bervariasi dari tiga atau empat, sampai dengan ribuan anggota. Organisasi

juga memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi memiliki

tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memliki

tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi itu.

32 Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication

KOnteks-konteks Komunikasi, (Bandung; Remaja Risdakarya, 2005) h. 164

Page 41: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Dan untuk mencapai tujuan,organisasi membuat norma aturan yang

dipatuhi oleh semua anggota organisasi.33

Organisasi didefinisikan sebagai “suatu kumpulan (sistem)

individu yang bersama-sama, melalui suatu hirarki pangkat dan

pembagiain kerja, berusaha mencapai tujuan tertentu.”34seorang objektivis,

menganggap organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-

orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha

mencapai tujuan bersama.35

Kaum subjektif mendefinisikan organisasi sebagai perilakku

pengorganisasian (organizing behaviour) berdasarkan definisi ini,

pengetahuan mengenai organisasi harus di peroleh dengan melihat

perilaku-perilaku khusus tersebut dan apa makan perilaku-perilaku itu bagi

mereka yang melakukan.36

Kaum objektivitas secara khas memandang organisasi sebagai

suatu entitas besar dengan struktur kendali yang terdiri dari prosedur dan

kebijakan. Sistem tersebut ditata berdasarkan logika untuk mencapai suatu

tujuan dan mengandung derajat-derajat otoritas (kewenangan), berbeda

pada berbagai tingkat dan juga kegiatan-kegiatan ternetu yang dilakukan

oleh individu-individu.37

Sebaliknya kaum subjektifitas menganut sutau

33

H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta; KENCANA, 2006), h. 272 34

Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication

KOnteks-konteks Komunikasi, (Bandung; Remaja Risdakarya, 2005) h. 164 35

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan

Kinerja Perusahaan, (Bandung; Rosda Karya, 2006), h. 17 36 Ibid, h 17 37

Ibid, h 18

Page 42: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

pandangan lebih luas mengani orgnisasi. Misalnya, mendefinisikan

organisasi sebagai “tindakan-tindakan yang bertautan (Interlocked) suatu

kolektifitas”. Suatu kolektifitas mungkin kecil atau besar; aspek penting

definisi tersebut adalah “tindakan-tindakan bertautan” dan makan yang

diberikan pada tindakan tindakan-tindakan tersebut.38

Dalam konteks organisasi, pemahaman mengnai peristiwa-

peristiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya,seperti apakah instruksi

pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun

bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan pada atasan,

memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai

sesuai dengan hasil yang diharapkan, merupakan contoh sederhana untuk

memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek yang penting dalam

organisasi, baik organisasi profit maupun non profit.39

2. Teori Komunikasi Organisasi

a. Organisasi Sosial

Istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi

sosial (Frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang;

kecenderungan mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang,

derajat kerja sama, perasaan tertarik, hormat dan permusuhan serta

perbedaan status) dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial

38

Ibid 39 H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta; KENCANA, 2006), h. 255

Page 43: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka, alih-alih oleh

karakteristik fisiologis atau psikologis mereka sebagai individu.40

Adanya pola atau regularitas dalam interaksi sosial

mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara orang-orang yang

mentransformasikan mereka dari suatu kumpulan individu menjadi

sekelompok orang atau dari sejumlah kelompok menjadi suatu sistem

sosial yang lebih besar.41

Berlo (1960) menyarankan bahwa komunikasi berhubungan

dengan organisasi sosial melalui tiga cara:

Pertama, sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi.

Keteranagan perilaku dan tekanan menyesuaikan diri dengan norma-

norma dihasilkan lewat komunikasi di antara angoota-anggota

kelompok.

Kedua, sistem sosial mempengaruhi bagaimana, ke, dan, dari

siapa dan dengan pengaruh bagaimana komunikasi terjadi di antara

anggota-anggota sistem. Status sosial dalam sistem, misalnya,

meningkatkan kemungkinan berbicara kepada orang-orang yang punya

status setara dan mengurangi kemungkinan komunikasi dengan orang-

orang yang berstatus jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah.

Ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat

membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang

tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan yang mereka

40 R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 41 41

Ibid, h. 42

Page 44: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

duduki dalam sistem. Seperti yang diringkas Berlo, “meskipun kita

tidak mengenal seseorang sebagai seorang individu, meskipun kita

belum berkomunikasi dengannya untuk memastikan sikapnya,

pengetahuannya, keterampilan komunikasinya, kita masih dapat

membuat prediksi yang cukup akurat berdasarkan pengetahuan

mengenai jabatannya dalam satu atau lebih sistem sosial”.42 Sistem

sosial mempunyai aneka macam bentuk, struktur dan hasil. Ada

elemen-elemen tertentu pada sebuah sistem sosial, diantaranya adalah

motivasi, nilai-nilai, norma-norma, komunikasi dan kepemimpinan

yang mencapai bentuk tertentu dan yang selaras satu sama lain, hingga

sistem sosial yang bersangkutan mendapatkan kualitas tertentu.43

b. Organisasi Formal

Sebuah organisasi formal memiliki suatu struktur yang

terumuskan dengan baik. Struktur ini menerangkan hubungan-

hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung

jawabnya. Organisasi-organisasi formal menunjukkan tugas-tugas

terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran-

sasaran organisasi formal dinyatakan eksplisit. Status, prestise,

imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasyarat-prasyarat lainnya

terurutkan dengan baik dan terkendali. Organisasi-organisasi formal

tahan lama, dan terencana.44

42

Ibid, h. 43 43

J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (Jakarta: Rajawali Pers,

2006), h. 34 44

Ibid, h, 9

Page 45: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Istilah komunikasi formal dapat kita gunakan dalam arti bahwa

pola-pola kerja dan hubungan-hubungan pribadi disusun secara sadar

dan diakui secara resmi.45

Pendapat bahawa, “….organisasi formal sesuatu perusahaan

mempengaruhi kondisi-kondisi sosial pekerjaan, yang sebaliknya

memegang peranan penting dalam hal memotivasi para karyawan

untuk menghasilkan kinerja yang bertambah baik, atau bertambah

buruk. Apakah yang kiranya dimaksud dengan organisasi formal?

Organisasi formal adalah apa yang tercantum di atas kertas (hubungan

logical yang dinyatakan oleh peraturan-peraturan dan kebijakan-

kebijakan perusahaan yang bersangkutan)..”46

Organisasi formal yang secara popular disebut birokrasi. Untuk

memperoleh suatu persfektif yang tepat mengenai analisis Max

Webber mengenai birokrasi atau organisasi formal, kita perlu

menyadari bahwa ia mengembangkan teori tentang organisasi sebagai

suatu tipe ideal.47

Karakteristik Birokrasi Weberian.

1) Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan

antara jabatan-jabatan.

2) Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas,tugas-

tugas organisasi disalurkan diantara berbagai jabatan sebagai

45

Ibid, h. 80 46 Ibid, h. 77 47

R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 44

Page 46: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

kewajiban resmi. Ketentuan kewajiban dan tanggung jawab

melekat pada jabatan.

3) Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada

jabatan. Yaitu, satu-satunya saat bahwa seseorang diberi

kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan adalah ketika ia

secara sah menduduki wewenang disahkan oleh kepercayaan akan

supermasi hukum.

4) Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan

hierarki. Ruang lingkup kewenangan atasan atas bawahan secara

tegas dibatasi. Konsep-konsep komunikasi ke atas (upward

communication) dan komunikasi ke bawah (downward

comuunication) mencerminkan konsep kewenangan ini, dengan

informasi mengalir ke bawah dari jabatan yang memiliki

kewenangan lebih luas ke jabatan yang memiliki kewenangan yang

sempit.

5) Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang

ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-

fungsi jabatan dalam organisasi.

6) Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal, yaitu

peraturan-peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang.

7) Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu system disiplin

merupakan bagian dari organisasi.

Page 47: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

8) Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan

kehidupan organisasi.

9) Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan

kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau

koneksi lainnya.

10) Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis,

kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi

kerja. Pekerjaan dalam organisasi merupakan karier seumur hidup,

memberikan kenyamanan dalam jabatan.48

Ciri-ciri ini menghasilkan pengambilan keputusan yang rasional dan

efisensi administrative. Ahli-ahli berpengalaman adalah orang-orang yang

paling cakap untuk membuat keputusan-keputusan teknis. Kinerja berdisiplin

yang diatur dengan aturan-aturan, regulasi dan kebijakan-kebijakan yang

abstrak dan dikoordinasiksan oleh kewenangan hierarkis merupakan usaha

yang rasional dan konsisten untuk mencapai tujuan organisasi.49

E. Prasangka dan Stereotip

1. Prasangka Sosial

Prasangka berasal dari bahasa Latin. Pracjudicium yang berarti

preseden atau suatu penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman

terdahulu. Richard W. Brislin mengartikan prasangka sosial sebagai suatu

sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok

48 Ibid, h. 44-47 49

Ibid, h. 48

Page 48: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

orang. Prasangka itu sendiri bremacam-macam. Dan yang paling populer

adalah prasangka sosial kesukuan, agama dan gender.50

Gerungan

mengartikan prasangka sosial sebagai sikap perasaan orang-prang terhadap

golongan masnusia tertentu. Golongan ras atau golongan kebudayaan yang

berlainan dengan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial itu tertadri

atas sikap-sikap sosial yang negatif terhadap golongan lain dan

mempengaruhi tingkah laku golongan manusia tadi.51

Tindakan

diskriminatif dalam prasangka sosial dapat saja berupa tindakan-tindakan

bercorak menghambat-hambat, merugikan perkembangan orang yang

diprasangkai, bahkan mengancam kehidupan pribadi orang –orang yang

hanya karena kebetulan mereka berasal dari golongan orang yang

diprasangkai.52

Faktor-faktor yang menumbuhkan prasangka :

a. Kepentingan. Jika terjadi benturan kepentingan antara satu orang

dengan orang lain terlebih orang yang berbenturan kepentingan itu

berasal dari kelompok atau golongan yang berbeda.53

b. Faktor Kepribadian dari Orang yang Berprasangka. Orang yang

berprasangka biasanya memiliki kepribadian yang tidak toleran,

kurang mengenal diri sendiri, kurang berdaya cipta, tidak merasa

aman, memupuk hayalan dan lain-lain.54

50

Deddy Mulyana, Ilmu KOmunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja

Rosadakarya, 2000)h. 224 51

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung. PT. ERESCO, 1996) cet ke-13. h. 167 52

Ibid 53 Ibid, 124 54

Ibid, 176-177

Page 49: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

c. Faktor Frustasi dan Agresi. Prasangka sosial dapat menjelma ke dalam

tindakan-tindakan diskriminatif, agresif terhadap orang yang

diprasangkai. Teori frustasi yang menimbulkan agresi, di mana orang-

orang akan mengalami frustasi apabila maksd-maksud dan keinginan

yang diperjuangkan dengan intensif mengalami kegagalan atau

hambatan, akibatnya timbul perasaan jengkel atau perasaan-perasaan

agresif yang akan ditumpahkan kepada orang lain. Hal ini yang

dinamakan denagn teori Seapegatisme :teori kambing hitam.55

2. Stereotip

Stereotip adalah gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-

sifat dan watak pribadi orang-orang atau golongan lain yang negatif.

Stereotip sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia

memiliki kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang lain yang

dikenakan prasangka itu. Biasanya stereotip terbentuk berdasarkan

keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.

Menurut Deddy Mulyana stereotip adalah menggeneralisasikan

orang-orang berdasarkan sedikit informasi yang dan membentuk asumsi

terhadap mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.

Penstereotipan adalah proses menempatkan orang-prang dan subjek ke

dalam kategori yang mapan atau penilain mengenai orang-orang atau

55 Deddy Mulyana, Ilmu KOmunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja

Rosadakarya, 2000)h.218

Page 50: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

objek-objek berdasarkan kategori yang dianggap sesuai, alih-alih

berdasarkan karakteristik individual mereka.56

56

Ibid, h 218

Page 51: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PRINGAPUS,

SEMARANG, JAWA TENGAH

A. Kondisi Geografis

Desa Pringapus terletak di wilayah Kabupaten Semarang. Wilayah

Kabupaten Semarang merupakan wilayah Pembantu Gubernur Wilayah

Semarang dengan Ibukota Ungaran. Jarak Pringapus dari pusat pemerintahan

kabupaten adalah 9 km kearah selatan menuju Solo atau Jogjakarta.

Menurut keterangan masyarakat setempat, bahwa kata-kata pringapus

itu berasal dari perang apus yang berarti “perang apus-apusan” atau dalam

bahasa Indonesianya adu argumen, dahulu ada dua orang pengembara yang

menetap di suatu wilayah yang belum ada penduduknya, kedua pengembara

itu bernama Kyai Kalang dan Pangeran Benowoyang. Akhirnya pada suatu

ketika kedua pengambara ini bertemu, karena mereka masing-masing sudah

merasa cukup lama tinggal di daerah tersebut, keduanya pun memutuskan

untuk memberi nama wilayah yang telah mereka singgahi itu. Karena

keduanya sama-sama ingin memberi nama wilayah tersebut, akhirnya

keduanya pun terlibat perselisihan, namun perselisihan ini tidak berlanjut

sampai perang fisik, keduanya hanya terlibat adu argumen yang pada akhirnya

di menangkan oleh Pangeran Benowo. setelah pangeran Benowo

memenangkan persaingan ini, Kiyai Kalang pun pergi meninggalkan daerah

yang saat itu menjadi daerah kekuasaan pangeran Benowo. Peristiwa tersebut

Page 52: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

di abadikan oleh masyarakat setempat sebagai nama desa Pringapus yang

berasal dari kata Perang Apus atau adu argumen.

Pada tahun 2001, desa Pringapus menjadi kecamatan, sebelumnya

wilayah Desa Pringapus termasuk dalam Kecamatan Klepu. Dalam penelitian

ini objek penelitian lebih dimaksudkan kepada Pringapus dalam lingkup desa

bukan kecamatan. Pada pertengahan tahun 2005 bentuk pemerintahan desa

Pringapus berubah statusnya menjadi kelurahan. Akan tetapi, dalam penelitian

ini penulis tetap menggunakan istilah desa karena perubahan status tersebut

hanya bersifat administratif semata tanpa ada pengaruh terhadap data pada

objek penelitian. Dalam artian perubahan status tersebut tidak berpengaruh

pada keberadaan cerita yang ada dalam masyarakat.

Luas wilayah Desa Pringapus 509.380 Ha atau 5.093,8 km2. Desa

Pringapus adalah pusat pemerintahan Kecamatan Pringapus. Dengan luas

terbesar sebagai lahan pemukiman penduduk yaitu 642 km2 atau 64.202 km2

Ha sedangkan lainnya merupakan lahan pertanian baik sawah maupun ladang

serta kawasan industri. Dengan batas wilayahnya :

1. Sebelah Barat : Desa Derekan, Desa Klepu

2. Sebelah Timur : Desa Pringsari

3. Sebelah Utara : Desa Klepu, Desa Sambeng

4. Sebelah Selatan : Desa Jatirunggo

Desa Pringapus termasuk daerah dataran tinggi karena letaknya berada

di sekitar kaki gunung Ungaran dengan ketinggian tanah 600 meter dari

permukaan laut. Selain itu, wilayahnya terdiri dari 7 dusun yaitu Krajan Barat,

Page 53: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Krajan Timur, Ngabean, Tangkil, Ngetuk dan Wahyurejo atau Trembel yang

letaknya terpencar dan sebagian besar di kelilingi bukit-bukit kecil.Berikut

adalah tabel pemanfaatan lahan Desa Pringapus :

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa tanah sawah dan ladang di Desa

Pringapus sangat luas, namun meskipun demikian mayoritas masyarakat desa

Pringapus berprofesi sebagai pegawai negeri, dan tanah ladang dan sawah

mereka di garap oleh orang lain dengan system bagi hasil saat musim panen

tiba.

B. Kondisi Demografis

1. Penduduk

Berdasarkan data pada tahun 2007, penduduk desa Pringapus

adalah 7.386 jiwa dengan pebandingan penduduk pria sebanyak 3.099

orang, sedangkan penduduk wanita sebanyak 4.287 orang. Akan tetapi

terjadi pertambahan penduduk dalam jumlah besar akibat dari banyak ya

Tanah Bengkok 25,61 Ha

Sawah dan Ladang 238,947 Ha

Pemukiman/ Perumahan 56,48 Ha

Perkantoran 3,125 Ha

Tanah Wakaf 6,0 Ha

Irigasi Teknis 186,64 Ha

Irigasi Sederhana 59,5 Ha

Pekarangan 54,48 Ha

Tegalan 53,12 Ha

Lain-Lain 0,451 Ha

Page 54: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

perantau yang bekerja di pabrik-pabrik yang berada di wilayah desa

Pringapus yang kemudian menjadi penduduk sementara. Jumlah penduduk

asli desa Pringapus berdasarkan data Monografi 2007.

Tabel 01

Data Penduduk Desa Pringapus Berdasarkan Usia

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-14 716 855 1.581

15-20 447 651 1.098

21-25 527 596 1.123

26-30 205 401 606

31-35 178 375 553

36-40 127 379 506

41-45 217 253 470

46-50 162 596 758

51-55 69 142 211

56 ke atas 318 446 764

Jumlah 3.099 4.287 7.386

Kehidupan masyarakat Pringapus walaupun dalam kenyataan

sudah terjadi interaksi antara masyarakat pertanian dan masyarakat

industri, tetapi masih dapat dikategorikan tradisional. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan masih eratnya hubungan antara masyarakat sebagai

contoh warga dusun Krajan Barat tetap tahu dalam artian mengenal warga

dusun Wahyurejo walaupun jaraknya termasuk jauh. Solidaritas

masyarakat desa Pringapus satu sama lain masih tinggi, sebagai contoh

ketika salah satu warga memiliki hajat seperti menikahkan anak,

melahirkan atau bahkan kematian, tanpa adanya undangan hampir semua

warga lainnya akan dating dan memberikan sumbangan. Dengan kata lain

Page 55: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

pola kekerabatan masyarakat tidak terpengaruh oleh pola masyarakat

industri yang biasanya lebih cenderung hidup secara individu.

Sepintas memang tidak nampak adanya perbedaan dalam hal status

sosial pada masyarakat desa Pringapus. Akan tetapi dalam kenyataannya

masih terdapat perbedaan perlakuan kepada beberapa orang karena

dianggap lebih terhormat dibanding dengan masyarakat biasa, yaitu tokoh

agama, pejabat, pengusaha dan orang-orang yang dianggap mampu dalam

hal ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas dalam setiap acara

yang diadakan di lingkup desa maupun kecamatan. Selalu terdapat

perlakuan istimewa kepada orang-orang dengan kategori mampu tersebut

dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

2. Mata Pencaharian

Berdasarkan data pemerintah desa tercatat bahwa mata pencaharian

masyarakat desa Pringapus sebagian besar adalah sebagai karyawan

perusahaan swasta. Disebutkan bahwa mata pencaharian pokok penduduk

sesuai usia kerja, yaitu 15-60 tahun adalah buruh atau swasta (659 orang

hampir 50%). Sedangkan sisanya sebagai pegawai negeri, petani, PNS,

pedagang dan lain sebagainya. Hal itu sesuai dengan data yang disebutkan

dalam monografi Desa Tahun 2008 yang dicatat pada semester I periode

Juni 2007, sebagai berikut.

Data mata pencaharian (bagi umur 10 tahun ke atas):

Page 56: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Tabel 02

Mata Pencaharian masyarakat Pringapus

No. Mata Pencaharian Pokok Jumlah

1 Petani Sendiri 123 orang

2 Buruh Tani 194 orang

3 Nelayan - orang

4 Pengusaha 35 orang

5 Buruh Industri 659 orang

6 Buruh Bangunan 175 orang

7 Montir 15 orang

8 Pedagang 375 orang

9 Dokter 3 orang

10 Supir 193 orang

11 Pegawai Negeri (Sipil/ ABRI) 83 orang

12 Pensiunan 64 orang

13 Ibu Rumah Tangga 329 orang

14 Masih sekolah 729 orang

Jumlah 2.977 orang

Berdasarkan tabel di atas terlihat meskipun desa Pringapus itu masih di

kelilingi area persawahan, namun sangat sedikit sekali warga desa Pringapus

yang mengolah lahannya sendiri, mereka lebih memilih sawahnya di kelola

orang lain dengan sistem bagi hasil panen, menurut mereka dengan

mempekerjakan orang lain untuk mengurus sawahnya, mereka dapat

membantu tetangga mereka atau bahkan saudara mereka yang tidak memiliki

pekerjaan tatap.

3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Pringapus

tingkat pendidikan masyarakat desa Pringapus secara umum tergolong

baik, karena sudah banyak penduduk yang berpendidikan tinggi, yaitu

mencapai 109 orang. Namun demikian, masih banyak penduduk yang hanya

lulusan SD, sebagian lulusan SLTA. Di luar itu, berdasarkan data monografi

Page 57: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

desa, masih juga ada penduduk yang tidak tamat SD, sebagaimana gambaran

pada tabel berikut:

Data monografi Pendidikan tahun 2007:

Tabel 03

Tingkat Pendidikan Warga Desa Pringapus

No Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 890 orang

2 Tamat SD 2.672 orang

3 Tamat SLTP / sederajat 1.877 orang

4 Tamat SLTA /sederajat 1.817 orang

5 D1 /D2 / D3 81 orang

6 S1 28 orang

7 S2 - orang

8 S3 - orang

Jumlah 7.365 orang

Dari tabel di atas penulis dapat melihat bahwasanya tingkat pendidikan

warga desa Pringapus masih dapat dikatakan rendah. Terbukti masih

banyaknya warga desa Pringapus yang tidak dapat meneyekolahkan anaknya

hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Biasanya hal ini disebabkan karena faktor

ekonomi. Para orang tua menyuruh anak-anaknya untuk membantu pekerjaan

mereka, seperti berdagang menjadi petani dan lain sebagainya.

4. Agama

Jumlah penduduk dari segi pemeluk agama dan sarana peribadatan

masyarakat desa Pringapus adalah sebagai berikut:

Page 58: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

TABEL 04

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

No Pemeluk Agama Jumlah

1 Islam 7360 Orang

2 Kristen Protestan 16 Orang

3 Kristen Khatolik 10 Orang

4 Hindu - Orang

5 Budha - Orang

Jumlah 7.386 Orang

Mayoritas penduduk Pringapus adalah Muslim. Karena agama Islam

telah di anut oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Hal ini dapat

terlihat dari tidak adanya bangunan atau rumah ibadat agama lain. Sepertu

gereja atau biara atau kuil atau pura atau bahkan klenteng. Yang ada hanya

Masjid dan Mushola. Hal terbukti seperti tabel berikut ini:

TABEL 05 Tabel Keagamaan

No Tempat Peribadatan Jumlah

1 Masjid 9 Buah

2 Mushola 28 Buah

3 Gereja, Pura atau klenteng - Buah

Dari beberapa masjid yang ada di desa Pringapus, terdapat satu buah

masjid yang menjadi peninggalan sejarah, yaitu Masjid Jami Syaikh

Basyaruddin yang terletak di RW II. Selain menjadi peninggalan sejarah, di

masjdi ini tempat menyimpan satu pusaka yaitu Qur’an Blawong, bentuknya

memang seperti Al-Qur’an pada umumnya, namun berdasarkan cerita yang

berkembang di masyarakat, tidak semua orang dapat membaca kitab tersebut.

Page 59: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

C. Gambaran Umum Masyarakat Muhammadiyah Dan NU Setempat

Sesuai dengan data tabel di atas bahwa sebagian besar penduduk desa

Pringapus yaitu 7.360 orang dari jumlah penduduk keseluruhan yang

berjumlah 7.386 orang adalah Muslim. Oleh karena itu, sudah dapat dipahami

kalau dalam keseharian pola hidup mayarakat desa Pringapus menunjukkan

corak kehidupan yang islami. Keislaman menurut faham yang dilakukan oleh

warga NU dan Muhammadiyah.

Sekilas, memang kehidupan keagamaan cara NU dengan

Muhammadiyah tidak ada perbedaan yang tajam, akan tetapi pada tataran

realitas social, sering terjadi adanya perbedaan pendapat yang mendatar,

terutama dalam hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur

(makam). Bagi masyarakat NU setempat, ziarah kubur tidak dilarang bahkan

dianjurkan Karena tidak dianggap menyalahi syariat Islam. Akan tetapi, bagi

warga Muhammadiyah, ziarah kubur tidak benar dan merupakan bid’ah

(segala sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad). Contoh lain

adalah pada saat perayaan hari raya Islam yang kaitannya dengan sholat sunat

Ied. Biasanya wrga Muhammadiyah cenderung menjalankan sholat Ied di

tanah lapang, sementara warga NU melaksanakan sholat Ied di masjid.

Kenyataan tersebut sedikit banyak berpengaruh pada tradisi yang biasa

dilaksanakan oleh masyarakat desa Pringapus. Secara keseluruhan, dalam

kesehariannya warga NU cenderung lebih banyak melakukan aktivitas yang

mentradisi.

Page 60: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Tradisi dalam Masyarakat Pringapus

1. Yasinan

Yasinan adalah kegiataan keagamaan berupa pembacaan surat

Yasin dan Tahlil serta doa yang biasanya dilaksanakan setiap malam

Jum’at, setelah Sholat Maghrib, yang diadakan di Mushola-mushola.

Peserta Yasinan biasanya adalah jama’ah Sholat Maghrib di Mushola.

Selain dilaksanakan secara rutin pada malam jum’at, kegiatan

Yasinan sering dilaksanakan pada saat-saat memperingati meninggalnya

seseorang, istilahnya kurmat yang dilaksanakan pada hari ke-3 kematian

(nelung dina), hari ke-7 (mitung dina), hari ke-40 (matang puluh), hari ke-

100 (nyaus), setahun atau sependak, istilahnya mendak. Hitungan mendak

ada tiga, yaitu mendak 1, mendak 2 dan mendak 3. Tahun pertama

hitungannya 365 hari disebut mendak pisan (1), tahun kedua disebut

mendak pindho (2), dan tahun ketiga hitungannya hari ke-1000 disebut

mendak ketelu (3) atau disebut dengan istila ngentek.

2. Nariyahan

Nariyahan adalah komunitas sekaligus kegiatan keagamaan

berupapembacaan Sholawat. Istilah nariyahan diperluas dari sebutan

Sholawat Nariyah. Kegiatan ini biasanya diikuti oleh pada ibu maupun

remaja puteri dan diadakan setiap malam selasa, tempatnya biasanya

bergilir dari rumah ke rumah para jamaahnya.

Page 61: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

3. Selapanan

Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35

ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari

Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu

Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon,

Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan

masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu

angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai

makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton

bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan

utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan

bayi.

4. Punggahan

Punggahan adalah istilah untuk acara keagamaan yang diadakan

guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Dilaksanakan pada

akhir bulan Ruwah (Sya’ban) bersamaan dengan acara Haul Syekh

Basyaruddin (beliau merupakan tokoh agama yang tinggal di desa

Pringapus, yang sampai sekarang namanya diabadikan sebagai sebuah

nama salah satu Masjid di desa Pringapus, yaitu masjid Jami’Syekh

Basyaruddin) acara ini dilaksanakan di makam Syekh

Tradisi keagamaan sebagaimana di atas, merupakan bentuk dari

kohesitas masyarakat yang tengah mengalami perubahan. Perubahan dari

masyarakat yang bercorak agraris ke dalam masyarakat industri.

Page 62: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Perubahan itu dapat terlihat dari pelaksanaannya, sudah banyak

dipengaruhi budaya luar. Dalam hal jamuan makanan misalnya, pada

zaman dahulu setiap kegiatan selalu menyajikan hidangan nasi klubanan

atau ambengan (berupa nasi dengan sayur-sayuran, lauk telur rebus, ikan

asin,dll), akan tetapi menu tersebut saat ini, diganti dengan makanan

berupa makanan kudapan dengan alasan agar lebih praktis dan diangap

lebih modern.

Page 63: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

BAB IV

POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT MUHAMMADIYAH DENGAN

MASYARAKAT NU

A. Pola Komunikasi Antar Pribadi

Setelah penulis melakukan penelitian di desa Pringapus, terkadang

penulis menemukan interaksi berupa komunikasi yang kurang intensif baik

dari kalangan masyarakat Muhammadiyah maupun masyarakat NU pada

generasi tua mereka. Namun hal ini sangat berbeda sekali saat penulis melihat

generasi setelahnya atau pada anak-anak mereka. Penulis sering sekali

menemukan interaksi berupa komunikasi yang terjalin sangat intensif. Bahkan

banyak diantara mereka yang tergabung dalam suatu lembaga social

masyarakat yang bernama BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). BKM itu

sendiri bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa Pringapus. Di dalam

lembaga tersebut tidak ada diskriminasi antara warga dari golongan

Muhammdiyah ataupun dari NU.

Dulu sangat ekstrim sekali terlihat perbedaan antara masyarakat

Muhammadiyah dan NU dan seolah ada jurang pemisah antara keduanya.

Salah satu contohnya adalah ada beberapa warga Muhammadiyah yang

enggan menyekolahkan anaknya kalau bukan di sekolah Muhammadiyah,

pernah juga ada keluarga dari NU yang tidak jadi menikahkan anaknya setelah

tahu calon menantunya itu dari keluarga Muhammadiyah. Namun saat ini

keadaan masyarakat Muhammadiyah dan Nu sudah jauh lebih baik, kendati

Page 64: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

kedua masyarakat ini sudah bisa dikatakan dapat membaur bersama, namun

penulis masih dapat menemukan perbedaan yang mencolok di antara

keduanya, dan biasanya perbedaan tersebut terlihat dalam konteks keagamaan.

Contohnya dalam perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, kedua

masyarakat tersebut melaksanakan sholat Ied tidak di satu tempat, melainkan

di tempat yang terpisah, masyarakat Muhammdiyah biasanya melaksanakan

Sholat Ied di tanah lapang sedangkan masyarakat NU di dalam masjid.

Pernah juga pada perayaan hari raya Idul Fitri dua tahun yang lalu

mereka merayakan hari raya pada hari yang berbeda, masyarakat

Muhammadiyah merayakan hari raya Idul Fitri pada tanggal tiga puluh pada

bulan Ramadhan sedangkan masyarakat NU merayakannya seperti biasa, yaitu

pada tanggal satu Syawal. Namun hal ini rupanya sudah tidak menjadi suatu

hal yang menyebabkan mereka terpecah, baik masyarakat Muhammadiyah

maupun NU saat ini sudah bisa menerima perbedaan masing-masing dan

saling menghormati satu sama lain. Masyarakat Muhammadiyah yang pada

saat itu merayakan hari raya Idul fitri lebih dulu memlilih untuk menunda

untuk merayakannya, meskipun ada beberapa yang merayakannya namun

mereka merayakannya hanya di dalam rumah saja, atau masih dalam konteks

satu keluarga. Jadi setelah mereka melaksanakan sholat Ied mereka kembali

pulang dan kemudian melakukan aktivitas seperti biasanya baru kemudian

besoknya mereka merayakan hari raya Idul Fitri bersama dengan masyarakat

Pringapus yang lain.57

57

Wawancara dengan bapak Saeri 1 Juli 2009

Page 65: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Meskipun demikian, seperti apa yang sudah penulis katakan di atas,

saat ini memang keadaan masyarakat desa Pringapus sudah jauh lebih baik,

namun penulis masih menemukan beberapa orang dari generasi tua yang

berasal baik dari Muhammadiyah maupun dari NU yang menjalin komunikasi

hanya dari beberapa konteks tertentu saja, biasanya dari konteks ekonomi dan

konteks sosial:

1. Konteks Ekonomi

Desa Pringapus adalah sebuah daerah yang cukup strategis dan

lokasi tanahnya bisa dibilang sangat baik sekali digunakan untuk lahan

pertanian, karena desa Pringapus terletak di sekitar kaki gunung pertanian,

terbukti desa Pringapus masih dikelilingi dengan area persawahan,

meskipun saat ini sudah banyak pabrik-pabrik yang didirikan di sekitar

desa, namun luas lahan untuk pertanian masih sangat luas. Kendati

masyarakat desa Pringapus memiliki lahan persawahan yang luas, sedikit

dari mereka yang berprofesi sebagai petani sendiri, atau mereka mengolah

lahan persawahan mereka sendiri.

Kebanyakan dari mereka menyerahkan lahan persawahan mereka

untuk dikelola oleh orang lain, dengan sistem bagi hasil. Yaitu mereka

membagi hasil panen dari lahan yang dikelola saat musim panen nanti.

Pada konteks inilah terjadi interaksi berupa komunikasi yang intensif

antara masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat Nu setempat, di

mana kebanyakan orang NU sebagai pemilik lahan karena bisa dikatakan

mayoritas masyarakat NU di desa Pringapus merupakan masyarakat asli

Page 66: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

desa Pringapus dan orang dari Muhammadiyah yang kebanyakan sebagai

warga pendatang yang menjadi buruh tani.

Bentuk lain dari konteks ekonomi yang terjadi dalam komunikasi

antara masyarakat dari kalangan Muhamadiyah dan Nu adalah di pasar

Pringapus. Pasar Pringapus ini merupakan satu-satunya pasar yang ada di

desa Pringapus. dan banyak masyarakat setempat yang berprofesi sebagai

pedagang di pasar tersebut. Para pedagang di pasar Pringapus ini

mayoritas masyarakat dari kalangan Muhammadiyah. Dalam konteks ini

komunikasi yang terjadi adalah hanyalah sebatas sebagai penjual dan

pembeli, di mana orang-orang dari Muhammadiyah kebanyakan sebagai

penjual dan orang dari NU kebanyakan sebagai pembeli, dan dalam hal ini

merupakan kebalikan dari konteks yang pertama yaitu di mana masyarakat

NU mayoritas sebagai pemilik tanah dan Masyarakat Muhammadiyah

sebagai buruh tani.

Komunikasi yang penulis lihat dari kedua konteks ekonomi di atas,

menurut penulis bukanlah komunikasi yang dapat mendekatkan hubungan

antara orang-orang dari kalangan Muhammadiyah dengan orang-orang

dari kalangan NU. Namun karena komunikasi yang terjadi sangatlah

singkat dan hanya dalam konteks jual beli, di mana jika telah tercapai

kesepakatan harga, maka komunikasi pun terhneti dan selesai. Tidak ada

efek yang lebih mendalam dari komunikasi tersebut. padahal menurut

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, ada lima indikasi dari komunikasi yang

Page 67: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan

yang makin baik dan tindakan.

Pemahaman berarti dalam proses komunikasi orang-orang yang

terlibat di dalamnya saling memahami apa yang diinginkan atau dimaksud

oleh lawan bicaranya. Kesenangan yaitu bagaimana komunikasi yang baik

dapat memberikan kesenangan pada orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Pengaruh pada sikap, yaitu bagaimana komunikasi itu tidak saja

memberikan suatu informasi, tetapi juga dapat mempengaruhi sikap dari

komunikannya. Hubungan yang makin baik dapat berarti komunikasi

efektif dapat merekatkan tali silaturahmi atau merekatkan hubungan yang

mulai merenggang. Dan yang terakhir adalah tindakan yaitu bagaimana

komunikasi yang efektif dapat berpengaruh pada tindakan para

komunikannya.

2. Konteks Sosial

Salah satu ciri khas masyarakat desa pada umunya yang juga

terlihat pada masyarakat desa Pringapus adalah gotong-royong atau kalau

dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”.

Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan

“nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang

sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan

kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip

mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik

kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.

Page 68: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Maksud penulis di sini adalah warga setempat tidak hanya

bergotong royong jika salah satu warga memiliki hajat atau musibah saja,

tetapi dalam semua konteks sosial, di antaranya adalah di saat ada program

kerja bakti seperti pembenahan jalan-jalan yang rusak serta pembuatan

sarana dan prasana untuk umum, bahkan sekarang BKM Mandiri yang ada

di desa Pringapus bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk

membenahi rumah-rumah warga yang sudah tidak layak huni, agar

masyarakat desa Pringapus dapat sejahtera secara keseluruhan.

Dalam komunikasi dengan konteks kegiatan sosial ini masyarakat

dari Muhammadiyah dengan masyarakat Nu akan bertemu dan

berinteraksi. Dalam konteks ini terlihat juga karakteristik masyarakat desa,

yaitu Guyub atau kekeluargaan di mana sudah menjadi karakteristik khas

bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah

“mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.

B. Pola Komunikasi Antar Kelompok

Jika berbicara mengenai komunikasi kelompok yang terjalin antara

kedua masyarakat Muhammadiyah dan NU, penulis hanya menemukan hanya

pada konteks keagamaan saja, biasanya masyarakat pedesaan dikenal sangat

religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah

agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam

kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban,

Jumat Kliwonan, dll.

Page 69: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Konteks keagamaan di sini adalah acara-acara keagamaan berupa

ceramah atau tabligh akbar dalam memperingati maulid nabi Muhammad

SAW dan acara punggahan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam kegiatan keagamaan yang menurut penulis adalah merupakan salah

satu dari pola komunikasi kelompok yang lebih tepatnya adalah kelompok

kecil, di mana bertindak sebagai penyampai pesan atau komunikan adalah

seorang ustadz atau kiyai. Pada umumnya yang bertindak sebagai ustadz atau

kiyai adalah tokoh-tokoh masyarakat atau para sesepuh desa Pringapus.

Kegiatan komunikasi kelompok kecil yang mempertemukan

masyarakat dari kalangan Muhammadiyah dengan masyarakat NU ini paling

sering penulis temukan di wilayah RW 01 dan RW 02, biasanya mereka

melakukan acara keagamaan ini di Masjid Jami Syekh Basyaruddin. Pola

komunikasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok ini adalah pola Linear,

seperti yang penulis gambarkan pada gambar 02 yang menjelaskan pola

komunikasi kelompok kecil.

Gambar 02 Model komunikasi Masyarakat daei kalangan Muhammadiyah dengan

Masyarakat NU dalam konteks keagamaan

Pesan Jamaah

(terdiri dari

semua

kalangan

masyarakat)

efek Komunikator

(kyai/Ustadz)

Page 70: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Meskipun berjalan satu arah dan ada sebagian warga dari kalangan

Muhammadiyah yang tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan seperti ini

namun menurut penulis komunikasi dengan model seperti ini jauh lebih

memiliki efek pada komunikan daripada proses komunikasi yang terjadi dalam

konteks ekonomi. Karena penyampai pesan atau komunikator adalah sebagai

orang yang dianggap memiliki kredibilitas, dipercaya dan dapat diterima oleh

warga masyarakat. Maka apa yang disampaikan lebih didengar dan dipatuhi

oleh komunikannya, dalam hal ini komunikannya adalah warga masyarakat

desa Prigapus.

C. Faktor-faktor Pendukung Komunikasi Antar Budaya Masyarakat

Muhammadiyah dengan Masyarakat NU

1. Faktor Pendukung Komunikasi Antar Budaya

Ada beberapa karakteristik masyarakat desa Pringapus yang

menjadi faktor pendukung dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:

a. Sikap kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa

suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging”

dalam hati sanubari mereka. Hal ini pun terlihat dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat desa Pringapus yang memperlihatkan sikap

kekeluargaan, seperti contohnya apabila salah satu warga tertimpa

musibah atau mengadakan suatu hajat seperti akan menikahkan

anaknya atau sekedar acara tasyakuran, biasanya para tetangga di

Page 71: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

lingkungan sekitar warga yang memiliki hajat akan segera datang

untuk memberi bantuan tanpa diminta terlebih dahulu oleh si pemilik

hajat tersebut seolah mereka merasa sepereti saudara sendiri.

b. Menjunjung tinggi sikap sopan santun

Hal ini sangat terlihat sekali pada masyarakat desa Pringapus

dalam kehidupan sehari-hari, dimana mereka bisa menempatkan sikap

mereka. Contohnya Seperti, mereka membedakan logat bahasa yang

digunakan saat mereka berbicara dengan orang yang lebih tua dari

mereka dengan saat mereka berbicara dengan teman sebayanya, selain

itu jika mereka berpapasan dengan orang yang lebih tua, biasanya

orang yang lebih muda lah yang menegur terlebuh dahulu.

c. Sikap saling menghargai orang lain

Sesuai dengan sikap masyarakat desa pada umumnya,

masyarakat desa Pringapus sangat menghargai orang lain, mereka

benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah

diterimanya sebagai patokan untuk membalas kebaikan orang tersebut

di kemudian hari.

d. Sikap Gotong-royong

Dalam konteks ini penulis melihat sikap gotong royong

masyarakat desa Pringapus dalam kehidupan sehari-hari, contohnya

mereka saling bergotong royong dan bekerja sama apabila tetangganya

ada yang terkena musibah, seperti halnya sikap kekeluargaan mereka

Page 72: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

akan dengan sendirinya bersama-sama meringankan beban

tetangganya yang memang sedang membutuhkan bantuan.

e. Sikap Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa,

pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu

dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam

kehidupan sehari-hari apabila masyarakat desa Pringapus berselisih

paham akan sesuatu masalah maka cara yang ditempuh adalah dengan

cara musyawarah untuk mufakat, hal ini sangat efektif dalam

menyelesaikan masalah antara kedua orang atau kelompok yang

berselisih, biasanya mereka memanggil tokoh masyarakat sebagai

penengah.

f. Religius

Mayoritas masyarakat desa Pringapus adalah Muslim dan

dalam agama Islam di anjurkan untuk saling menjaga dan

menyambung tali silaturahmi atau tali persaudaraan antar sesama umat

Islam. Dan juga haram hukumnya menumpahkan darah sesama muslim

tanpa adanya alasan yang dibenarkan secara hukum Syar’i ataupun

hukum positif dari suatu negara. Hal ini terlihat dalam kegiatan

perayaan hari raya. Misalnya pada saat merayakan hari raya idul fitri,

meskipun mereka pernah melaksanakannya pada hari dan tempat yang

berbeda, namun itu bukanlah suatu halangan bagi mereka untuk tetap

menyambung silaturahmi.

Page 73: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari adalah pada saat

mereka mengadakan acara-acara keagamaan, bagi masyarakat

Muhammadiyah mereka tidak pernah melaksanakan acara-acara

keagamaan seperti Yasinan, Selapanan, Ruwahan, Nariyahan dan lain

sebagainya. Yang biasa melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini adalah

masyarakat dari kalangan NU, namun saat ini tidak sedikit masyarakat

dari kalangan Muhammadiyah yang ikut serta dalam kegiatan-kegiatan

tersebut meskipun ada sebagian warga Muhammadiyah yang tidak

mengikuti acara-acara seperti ini, namun mereka tidak merasa

terganggu dan tidak mengganggu acara tersebut. Biasanya mereka

datang selain untuk bersilaturahmi, karena kegiatan-kegiatan tersebut

memang sudah menjadi kebudayaan umum bagi masyarakat Jawa.

2. Faktor Penghambat Komunikasi Antar Budaya

a. Sikap Mudah Curiga

Pada umumnya masyarakat desa memiliki sikap yang mudah

menaruh curiga kepada orang lain tentang sesuatu hal dan sesuatu hal

itu di anggap asing bagi mereka, bagi masyarakat di sana segala

sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh mereka pada umumnya

dianggap asing. Hal ini adalah salah satu faktor yang menjadikan

terhambatnya proses komunikasi antar budaya antara masyarakat

Muhammadiyah dengan masyarakat NU. Mereka memiliki pandangan

yang berbeda dalam segi beribadah. Misalnya dalam masyarakat

Muhammadiyah itu tidak ada yang namanya acara ziarah kubur,

Page 74: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Yasinan, Nariyahan, Selapanan, Punggahan dan lain sebagainya. Hal

ini berbeda sekali dengan masyarakat NU di Desa Pringapus yang

selalu mengadakan kegiatan-kegiatan tersebut dalam acara-acara

tertentu.

Akibat adanya sikap mudah curiga ini pernah terjadi gesekan-

gesekan yang menyebabkan terhambatnya proses komunikasi antara

Masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat desa Kali Kidang

yang sampai sekarang masih terlihat seolah ada pembatas antara

masyarakat Muhammdiyah dengan masyarakat NU, hal itu di tandai

dengan mereka memiliki masjid masing-masing, masyarakat

Muhammadiyah memiliki masjid sendiri dan masyarakat NU juga

memiliki masjid sendiri. Awal masalahnya sebenarnya hanya masalah

kecil, yaitu masjid yang di bangun oleh masyarakat Muhammadiyah di

sana digunakan untuk kegiatan “rebanaan” oleh masyarakat kali

kidang, pada masa itu kondisi masyarakat Kali kidang bisa dikatakan

minim dalam pengetahuan dan belum adanya tokoh masyarakat atau

tokoh agama yang menonjol. Selain itu banyak masyarakat kali kidang

pada umumnya tidak ingin dikatakan bahwa mereka itu dari kalangan

Muhammadiyah dan juga dari kalangan masyarakat NU, intinya

mereka menganggap diri mereka itu netral, namun meskipun mereka

menganggap diri mereka itu netral, namun tanpa mereka sadari

amaliah-amaliah masyarakat di sana dalam kehidupan sehari-hari

mencerminkan bahwa mereka itu seperti orang NU, seperti salah satu

Page 75: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

contohnya dengan adanya kegiatan rebanaan tersebut. Dengan adanya

kegiatan rebanaan tersebut beberapa orang dari kalangan

Muhammadiyah memberikan reaksi secara tidak langsung, mereka

kurang setuju jika masjid yang di bangun mereka itu digunakan selain

untuk ibadah, apalagi mereka melakukan kegiatan yang tidak pernah

dilakukan oleh orang-orang Muhammadiyah, sedangkan masyarakat

Kali Kidang sendiri beranggapan bahwa masjid yang sudah di bangun

itu bersifat amal, dan mereka boleh melakukan kegiatan-kegiatan di

masjid selama tidak sampai mengganggu orang yang beribadah.58

Akhirnya dampak dari peristiwa tersebut masyarakat di sana

beribadah di tempat yang berbeda, masyarakat Muhammadiyah

memiliki masjid sendiri dan masyarakat Kali kidang yang di luar

Muhammadiyah pun memiliki masjid sendiri.

b. Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi Islam yang berbeda

pandangan dalam beribadah.

Muhammadiyah dan NU adalah organisasi Islam,

Muhammadiyah dan NU adalah mewakili 2 golongan besar umat Islam

secara fiqh. Muhammadiyah mewakili kelompok "modernis" (begitu

ilmuwan menyebut), yang sebenarnya ada beberapa organisasi yang

memiliki pandangan mirip seperti Persis (Persatuan Islam), Al-Irsyad,

Sumatra Tawalib. Sedang NU (Nahdhatul Ulama) mewakili kelompok

"tradisional", selain Nahdhatul Wathan, Jami'atul Washliyah, Perti, dll.

58

Wawancara deengan bapak Umar (beliau adalah warga sepuh dari kalangan NU)

Page 76: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Kedua organisasi ini memiliki berbagai perbedaan pandangan.

Dalam masyarakat, perbedaan paling nyata adalah dalam berbagai

masalah furu' (cabang). Misalnya Muhamadiyah melarang (bahkan

membid'ahkan) bacaan Qunut di waktu Shubuh, sedang NU

mensunahkan, bahkan masuk dalam ab'ad yang kalau tidak dilakukan

harus melakukan sujud syahwi.

Perkembangan Muhammadiyah di desa Pringapus tidak seperti

perkembangan NU, perkembangan masyarakat NU jauh lebih cepat

karena pada dasarnya amalan-amalan masyarakat NU itu sesuai

dengan kebudayaan-kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya,

contohnya adalah ritual Yasinan. Awalnya ritual Yasinan ini adalah

ketika dahulu pada masanya Wali Songo, tepatnya pada masa Sunan

Kali jaga, masyarakat Jawa itu mayoritas adalah masyarakat Hindu,

apabila ada salah satu warga mereka yang meninggal maka mereka

berkumpul di rumah keluarga yang terkena musibah itu, namun

mereka berkumpul itu hanya sekedar kumpul-kumpul biasa, melihat

fenomena tersebut Sunan Kali Jaga mengubah kebiasaan mereka,

Sunan Kali Jaga menganjurkan agar mereka mambacakan surat Yasin

agar dalam kumpulnya mereka itu ada manfaatnya.

Karena pada awalnya masyarakat Jawa itu adalah masyarakat

Hindu, maka di dalam kegiatan ibadah itu apabila masih ada kaitannya

dengan kehinduan maka masyarakat itu akan cenderung lebih mudah

mengikuti. Kebudayaan yang masih banyak di lakukan oleh

Page 77: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

kebanyakan warga desa Pringapus ini adalah mereka meminta berkah

kepada alim ulama yang sudah meninggal dan mengirimkan doa

kepada orang-orang yang sudah meninggal, yang bagi masyarakat

Muhammadiyah itu tidak pernah mereka lakukan. Bagi masyarakat

Muhammadiyah sendiri, apabila seseorang itu telah meninggal dunia

maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu amal yang

sholih, shodaqoh zariyah dan anak yang sholih, meskipun tidak sedikit

juga masyarakat dari kalangan Muhammadiyah yang mengikuti

bahkan mengadakan acara-acara sepereti Yasinan dan kendurian, hal

ini di sebabkan karena mereka belum bisa melepaskan kebudayaan asal

mereka, yaitu budaya Kehinduan.

c. Prasangka sosial

Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari antara masyarakat

Muhammadyah dengan masyarakat NU terdapat juga prasangka sosial,

yang beberapa sebabnya adalah sebagai berikut:

1) Perbedaan dalam beribadah. Masyarakat Muhammadiyah di desa

Pringapus termasuk masyarakat minoritas, namun meskipun

mereka termasuk masyarakat minoritas, hal itu sama sekali tidak

mempengaruhi apa yang sudah menjadi kegiatan kaum

Muhammadiyah itu sendiri. Di dalam melaksanakan ibadah itu

kaum Muhammadiyyin hanya berfokus memandang apa yang

dicontohkan oleh rasul, apa yang dituntunkan oleh Muhammad,

apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad dan apa yang telah di

Page 78: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

lakukan oleh nabi Muhammad SAW. Menurut mereka yang

namanya ibadah itu adalah hanya mengikuti atau Ittiba pada

Rasulullah SAW, sebab yang tahu betul masalah ibadah itu hanya

Rasulullah sebab hal tersebut dibimbing oleh wahyu. Maka

Rasulullah membimbing umatnya secara sempurna umatnya dalam

beribadah lewat hadist-hadistnya yang shohih. Maka dari kaum

Muhammadiyyin itu kalo ada bentuk-bentuk ibadah yang tidak ada

contohnya, tidak ada perintahnya oleh Rasulullah SAW itu

cenderung mayoritas mereka meninggalkan. Hal ini yang

membedakan antara masyarakat Muhammadiyah dengan

masyarakat NU. Meskipun saat ini ada sebagian masyarakat

Muhammadiyah yang masih mengikuti karena memang sebagian

masyarakat Muhammadiyah di sana itu memiliki pengetahuan yang

kurang, dan juga masih kentalnya kebudayaan mayoritas

masyarakat Jawa dalam melaksanakan acara-acara keagamaan

meskipun itu di luar yang telah di perintahkan oleh rasulullah.

Bagi kaum Muhammadiyyin, mereka berpegang teguh pada

hadist Nabi yang menerangkan bahwa “telah aku (Muhammad)

tinggalkan kepadamu dua perkara, dimana jika kalian berpegang

teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat, keduanya itu

adalah Kitaballah dan Sunnah Rasul. Berangkat dari hadist tersebut

kaum Muhammadiyyin beranggapan bahwasanya segala sesuatu

yang bukan dari Kitabullah dan bukan dari Sunnah Rasul, maka

Page 79: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

mereka cenderung tidak mengerjakan atau bahkan meninggalkan,

hal ini lah yang membedakan antara kaum Muhammadiyyin dengan

kaum Nahdiyyin, yang menurut masyarakat NU sendiri dalam

melakukan seuatu hal apalagi yang menyangkut ibadah, selain dari

Al-Qur’an dan Hadist mereka mengikuti Ijma dan Qiyas.

Contoh lainnya adalah bagi kaum Muhammadiyyin segala

sesuatu yang telah diperbuat itu akan di kembalikan pada diri

pribadi masing-masing, contoh yang di maksud di sini adalah bagi

orang yang masih hidup tidak dapat melakukan ritual kirim doa

untuk sanak family atau kerabatnya yang telah meninggal dunia hal

ini sangat berbeda dengan kaum Nahdiyyin, di mana mereka biasa

melakukan ritual- ritual kirim doa seperti Yasinan, Tahlilan dan

Ziarah kubur. Di sinilah perbedaan antara kedua masyarakat

tersebut yang biasa penulis temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa contoh di atas maka prasangka sosial akan

mudah timbul dalam pikiran orang-orang yang memiliki perbedaan

apalagi perbedaan tersebut menyangkut ibadah. Dalam konteks ini

terkadang penulis menemukan ketidak serasian antara kedua

masyarakat tersebut, yaitu biasanya penulis menemukan adanya

konflik batin,

2) Kepentingan. Jika terjadi benturan kepentingan antara satu orang

dengan orang lain terlebih orang yang berbenturan kepentingan itu

berasal dari kelompok atau golongan yang berbeda. Maka

Page 80: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

prasangka sosial akan mudah tertanam dalam pikiran orang yang

berbenturan kepentingan tadi. Dalam hal ini penulis melihat saat

ada sanak famili atau kerabat dari kalangan Muhammadiyah yang

meninggal dunia, dan dari pihak keluarga tidak melakukan

kegiatan yasinan seperti yang biasa masyarakat sekitar lakukan,

maka hal ini akan menimbulkan prasangka-prasangka sosial seperti

adanya omongan-omongan miring dari beberapa warga sekitar

tentang keluarga yang di tinggalkan, misalnya ada yang

mengatakan keluarga tersebut pelit karena tidak mau mengadakan

ritual yang biasa masyarakat desa Pringapus lakukan. Meskipun

hanya sebatas konflik batin namun tetap saja hal ini merugikan

bagi pihak keluarga.

3) faktor kurangnya pengetahuan dalam masyarakat. Dalam

penjelasan di atas tadi telah penulis jelaskan bahwa prasangka

sosial dapat menimbulkan konflik batin dalam bermasyarakat,

meski pun demikian seharusnya perbedaan yang terjadi antara

kedua masyarakat tersebut tidak akan menjadi masalah bagi orang-

orang yang memiliki pengetahuan.

Dari hasil pengamatan penulis, tidak terlalu banyak perbedaan

antara masyarakat Muhammadiyyin dengan Nahdiyyin, perbedaannya

hanya kebanyakan dari kalangan Nahdiyyin itu menganggap bahwa

perkataan dan kesepakatan para alim ulama itu dijadikan pegangan

pokok setelah Al-Qur’an dan Hadist, jika dari masyarakat

Page 81: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Muhammadiyyin ucapan dan kesepakatan para ulama itu dijadikan

hanya sebagai refensi dalam beribadah, jka ucapan, perkataan dan

kesepakatan para ulama ini terdapat pada salah satu hadist nabi, maka

mereka akan melaksanakan, namun apabila tidak terdapat pada salah

satu hadist nabi dan apabila perkataan ulama tersebut ada dalam hadist

nabi tapi hadist tersebut dinilai Dhaif atau lemah, maka cenderung

mereka tinggalkan.

Dalam kesehariannya, antara masyarakat Muhammadiyah

dengan masyarakat NU itu memiliki pandangan yang berbeda

mengenai ibadah, namun dengan adanya perbedaan tersebut penulis

tidak pernah menemukan adanya konflik besar secara massa, yang

penulis temukan hanyalah sebatas konflik batin. Namun seiring

perkembangan pengetahuan masyarakat, konflik ini sedikit demi

sedikit mulai tidak terlihat, meskipun terkadang masih terjadi namun

tidak seperti dulu.

d. Stereotip

Dari hasil pengamatan penulis, ada beberapa stereotip yan

dilekatkan baik itu kepada masyarakat Muhammadiyah maupun

masyarakat NU. Pada masyarakat Muhammadiyah ada stereotip yang

berkembang dan menyatakan bahwa orang-orang dari kalangan

Muhammadiyah itu cenderung kurang khusyu dalam beribadah dan

pelit. Memang dalam beberapa kasus, penulis menemukan beberapa

orang dari kalangan Muhammadiyah itu setelah selesai melaksanakan

Page 82: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

sholat mereka tidak berzikir terlebih dahulu, tidak seperti masyarakat

dari kalangan NU yang mayoritas dari kalangan NU setelah solat

terutama apabila sholat berjamaah di masjid selalu melaksanakan

dzikir terlebih dahulu.

Masyarakat Muhammadiyah di sana juga dikatakan pelit karena

mereka tidak pernah mengadakan acara-acara tasyakuran, dan apabila

di undang untuk hadir dalam acara-acara tasyakuran berupa yasinan

dan lain sebagainya mereka jarang hadir dan kalaupun mereka ikut

hadir mereka tidak ikut serta membaca yasin , mereka hanya sekedar

datang untuk menghormati warga yang lain.

Pada masyarakat di kalangan NU juga di kenakan stereotip, di

mana menurut warga dari kalangan Muhammadiyah itu, warga NU itu

berlebih-lebihan dalam melakukan ibadah, menurut mereka dzikir

dsetelah sholat itu tidak di anjurkan hingga berlama-lama. selain itu

juga mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak pernah

dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW.

Page 83: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

BAB V

PENUTUP

A.A.A.A. KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

1. Pola Komunikasi Masyarakat Muhammadiyah dengan Masyarakat

NU

Pola komunikasi yang terjadi antara masyarakat dari kalangan

Muhamnmadiyah dengan masyarakat NU mengambil bentuk hanya

pada komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Dalam

komunikasi antar pribadi yang terjadi antara orang-orang dari

masyaarakat Muhammadiyah dengan orang-orang dari masyarakat

NU lebih sering terjadi pada dua konteks saja, yaitu konteks

ekonomi dan konteks sosial. Dalam konteks ekonomi komunikasi itu

terjadi biasanya di pasar Pringapus, di mana banyak orang yang

berasal dari kalangan Muhammadiyah dengan masyarakat NU

bertransaksi bisnis di sana. Bentuk lain dari konteks ekonomi

dalam komunikasi yang terjadi antara masyarakat Muhammadiyah

dengan masyarakat NU adalah di mana kebanyakan dari warga NU

sebagai pemilik sawah dan warga Muhammadiyah sebagai buruh

tani. Konteks lain dari komunikasi antar budaya masyarakat

Muhammadiyah dengan masyarakat NU adalah dalam konteks

sosial, contohnya mereka bersama-sama dalam upaya

mensejahterakan warga desa Pringapus dengan mengadakan

kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti dan bakti sosial.

Page 84: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Pola lain dari komunikasi antar budaya masyarakat

Muhammadiyah dengan masyarakat NU adalah mengambil pola

komunikasi kelompok kecil, di mana hal ini terjadi dalam konteks

keagamaan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya

masyarakat pedesaan itu memiliki sifat yang religius. Namun dalam

hal ini tidak semua kegiataan keagamaan dapat menjadikan

komunikasi yang terjadi antara masyarakat Muhammadiyah dengan

masyarakat NU berjalan efektif, hal ini disebabkan adanya

perbedaan dalam pengamalan ibadah mereka dalam kehidupan

sehari-hari, masyarakat Muhammadiyah dalam ibadahnya hanya

berpedoman pada Al-Qu’an dan Hadist sedangkan masyarakat NU

berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist serta Ijma dan Qiyas.

Karena adanya perbedaan itulah terkadang komunikasi yang

terjadi kurang efektif.

2. Faktor Penghambat dan Pendukung

Perbedaan pandangan dalam beribadah lebih dirasakan

sebagai faktor yang membuat terhambatnya komunikasi antar

budaya. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan

pada sebagian warga masyarakat desa dan sikap curiga yang

mudah timbul dalam diri masyarakat desa. Kedua masyarakat ini

menganggap apa yang mereka kerjakan dalam beribadah itu

adalah yang benar, bagi kaum Muhammadiyyin mereka merasa

benar karena mereka mengerjakan segala sesuatunya

berdasarkan AL-Qur’an dan hadist Nabi, segala sesuatu yang tidak

ada dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi, cenderung mereka

Page 85: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

tinggalkan. Namun bagi kaum Nahdiyyin selain Al-Qur’an dan

hadist mereka juga berpegang pada Ijma dan Qiyas.

Sedangkan yang menjadi salah satu faktor pendukung dari

komunikasi antar budaya antara masyarakat Muhammadiyah

dengan masyarakat NU di desa Pringapus adalah sikap

kekeluargaan yang terjalin antar sesama warga desa. Di mana

biasanya interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat yang

tinggal di desa itu jauh lebih baik daripada masyarakat yang tinggal

di kota.

B.B.B.B. SaranSaranSaranSaran----saransaransaransaran

Memperhatikan dari faktor penghambat dan faktor pendukung

komunikasi yang terjadi antara masyarakat dari kalangan

Muhammadiyah dengan masyarakat dari kalangan NU, maka penulis

berkeinginan memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebagai warga masyarakat yang bersifat heterogen, hendaknya

setiap warga harus memiliki sikap saling menghormati dan saling

menghargai pada setiap perbedaan-perbedaan yang ada. Jangan

menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai tembok pembatas

untuk dapat saling berkomunikasi. Karena indahnya kebersamaan

jika bisa dapat saling berdampingan dengan adanya perbedaan.

2. Sebagai sesama muslim hendaknya dapat menumbuhkan rasa

toleransi dalam beribadah, tidak perlu berlarut-larut dalam

membicarakan perbedaan-perbedaan yang ada karena jika itu

Page 86: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

terus di perbincangkan maka aperbedaan itu tidak akan ada

habisnya. Biarkanlah perbedaan itu tetap ada selama perbedaan itu

tidak menyimpang dari Syari’ah.

3. Hendaknya bagi setiap masyarakat, lebih ditekankan lagi rasa ingin

tahu, agar tidak adanya lagi sikap mudah curiga dan konflik-konflik

yang memicu pada perpecahan antar sesama muslim. Karena di

dalam Al-Qur’an pun dijelaskan bahwa jangan lah kamu menghina

suatu kaum karena boleh jadi kaum yang kamu hina itu lebih baik

dari kamu.

Page 87: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

DAFTAR PUSTAKA

Alex. H. Rumondor dkk, komunikasi antar Budaya, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001),

Alo Liliweri, “dasar-dasar komunikasi antar budaya”, (Jogjakarta: Pustaka {Pelajar Press, 2000

Asnawir dan Basyirudin Ustman, media pembelajaran (Jakarta; Ciputat Press, 2002)

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003)

Astrid S. Susanto, Komunnikasi Dalam Teori dan Praktek,(Bandung, Bina Cipta,

1942)

Bakrie Abbas, Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya, (Jakarta;

Yayasan Kampus Tercinta- ISIIP),

Deddy Mulyana, ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003),

Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, “komunikasi antar budaya”. (PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung). Cet-9, 2005)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahaa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1996)

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung. PT. ERESCO, 1996) cet ke-13

H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta; KENCANA,

2006)

J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (Jakarta: Rajawali Pers,

2006),

Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication konteks-konteks

komunikasi antar budaya, (Bandung:PT. Remaja Rosda karya buku ke-2, 2001),

Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human

Communication KOnteks-konteks Komunikasi, (Bandung; Remaja

Risdakarya, 2005)

Page 88: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)

Harwantiyoko dan Neljte F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gundar,

1992)

Onong Uchyana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju, 1992),

cet ke-1

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung;PT> Remaja

Rosdakarya, 2000), cet ke-4,

Onong Uchjana Efendi,Imu Komunikasi Teori dan Praktek, ,(Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1990),

Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta, Universitas Terbuka,

1998),

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Phill Astrid Susanto, Komunikasi dalam teori dan Praktek, (Bandung, Bina Cipta,

1998)cet ke-3,

Puis A. Partanto dan M. Fahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer,

(Surabaya:Arkola, 19941)

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan

Kinerja Perusahaan, (Bandung; Rosda Karya, 2006),

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 1993)

Page 89: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Study Pada Pola Komunikasi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18907/1... · hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur (makam)