komplikasi omsk intrakranial by karina

8
Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis Penyebaran penyakit Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barier) pertahanan telinga tengah dilewati sehingga infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya. a. Pertahanan pertama Yaitu mukosa kavum timpani yang mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar pertahanan ini runtuh masih ada sawar pertahanan yang kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. b. Pertahanan kedua Yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal (tidak berbahaya). Apabila infeksi mengarah kedalam yaitu ke tulang temporal akan menyebabkan paresis n.VII atau labirinitis. Bila kearah kranial akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis, dan abses otak. c. Pertahanan ketiga Yaitu terbentuknya jaringan granulasi. Ini terjadi jika sawar tulang terlampaui. Pada otitis media supuratif akut penyebaran melalui hematogen atau osteotromboflebitis, sedangkan pada otitis media supuratif kronis penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya yaitu toksin masuk melalui jalan yang sudah ada misalnya melalui fenestra rotondum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik. Dari gejala dan tanda yang ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga tengah ke intra kranial.

Upload: karina-maharani-pramudya

Post on 05-Dec-2014

58 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

OMSK

TRANSCRIPT

Page 1: Komplikasi OMSK Intrakranial by Karina

Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis

Penyebaran penyakit

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barier) pertahanan telinga tengah dilewati

sehingga infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.

a. Pertahanan pertama

Yaitu mukosa kavum timpani yang mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar pertahanan ini

runtuh masih ada sawar pertahanan yang kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel

mastoid.

b. Pertahanan kedua

Yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan

terjadinya abses subperiosteal (tidak berbahaya). Apabila infeksi mengarah kedalam yaitu ke

tulang temporal akan menyebabkan paresis n.VII atau labirinitis. Bila kearah kranial akan

menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis, dan abses otak.

c. Pertahanan ketiga

Yaitu terbentuknya jaringan granulasi. Ini terjadi jika sawar tulang terlampaui. Pada otitis media

supuratif akut penyebaran melalui hematogen atau osteotromboflebitis, sedangkan pada otitis

media supuratif kronis penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya yaitu

toksin masuk melalui jalan yang sudah ada misalnya melalui fenestra rotondum, meatus

akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik.

Dari gejala dan tanda yang ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga

tengah ke intra kranial.

Penyebaran secara hematogen

Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya :

- Komplikasi terjadi pada awal infeksi, dapat terjadi pada hari pertama atau kedua sampai

hari kesepuluh.

- Gejala prodromal tidak jelas seperti pada gejala meningitis lokal

- Pada operasi didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh dan tulang serta lapisan

mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah sehingga disebut juga mastoiditis

hemoragika.

Penyebaran melalui erosi tulang

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila :

Page 2: Komplikasi OMSK Intrakranial by Karina

- Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit.

- Gejala prodromal infeksi lokal mendahului gejala infeksi yang luas misalnya paresis

n.VII ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.VII total atau gejala meningitis

lokal mendahului meningitis purulen.

- Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus supurasi dengan

struktur sekitarnya .

Penyebaran melalui jalan yang sudah ada

Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila :

- Komplikasi terjadi pada awal penyakit .

- Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin ditemukan fraktur tengkorak,

riwayat operasi tulang, riwayat otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi intra kranial

mengikuti komplikasi labirinitis supuratif.

- Pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan karena erosi.

Diagnosis komplikasi yang mengancam

Bila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak

berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi

inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai komplikasi.

Pada stadium akut naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise,

somnolen, gelisah yang menetap dapat merupakan tanda bahaya. Timbulnya nyeri kepala di

parietal atau oksipital dan mual muntah proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap

selama terapi diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.

Pada OMSK tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret berhenti keluar, hal ini

menandakan adanya sekret purulen yang terbendung

Komplikasi Intrakranial

- Abses ekstradural

Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah di antara duramater dan tulang. Pada OMSK

keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatoma yang menyebabkan

erosi tegmen timpani atau mastoid. Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri

kepala.

Page 3: Komplikasi OMSK Intrakranial by Karina

- Abses subdural

Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses ekstradural. Gejalanya

dapat berupa demam, nyeri kepala, penurunan kesadaran, kejang, hemiplegia, tanda kernig

positif.

Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Pada abses

subdural, LCS mempunyai kadar protein yang normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau

pada abses ekstradural nanah keluar pada operasi mastoidektomi, pada abses subdural nanah

harus dikeluarkan secara bedah saraf sebelum dilakukan operasi mastoidektomi.

Abses subdural merupakan komplikasi berat dan mengancam jiwa yang pengobatannya

merupakan tindakan gawat darurat bedah saraf. Dibuat lubang dengan bor di atas dan di

bawah tempat yang terkena, dan pus yang terkumpul dihisap. Kemudian, dilakukan irigasi

dengan cairan fisiologik serta dengan larutan antibiotika dan dipasang salir karet agar dapat

dilakukan irigasi berkali-kali. Seringkali tindakan mastoidektomi ditunda sampai pus tersebut

habis.

- Meningitis

Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering ialah meningitis.

Meningitis dapat terjadi pada otitis media akut maupun kronis serta dapat terlokalisasi atau

umum. Pada pemeriksaan likuor serebrospinal terdapat bakteri pada meningitis bentuk yang

umum sedangkan pada meningitis bentuk yang terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.

Gambaran klinik :

Kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual muntah, nyeri kepala hebat, kesadaran menurun

Pemeriksaan klinik :

Terdapat kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif, pada LCS kadar

gula menurun dan kadar protein meninggi.

Pengobatan :

a) obati meningitisnya dengan antibiotik

b) mastoidektomi untuk infeksi di telinganya.

Meningitis otogenik yang berulang sering terjadi dan pada keadaan begini harus dilakukan

mastoidektomi dengan tidak mengindahkan tipe penyakit telinganya. Pada kasus begini

biasanya terdapat suatu daerah nekrosis tulang kadang-kadang ditemukan abses ekstradural.

- Hidrosefalus otitis

Page 4: Komplikasi OMSK Intrakranial by Karina

Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal yang hebat tanpa

adanya kelainan kimiawi. Pada pemeriksaan terdapat edema papil. Gejala berupa nyeri

kepala yang menetap, diplopia, kabur, mual, muntah. Keadaan ini karena tertekannya sinus

lateralis yang mengakibatkan kegagalan absorbs likuor serebrospinal oleh lapisan arachnoid.

Terjadinya hidrosefalus otitik memerlukan aspirasi berulang cairan otak, terutama bila ada

ancaman atrofi optik. Biasanya tindakan operasi trombosis sinus menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan serebrospinal secara bertahap.

Penatalaksanaan Komplikasi Intrakranial

Secara umum, pengobatan komplikasi penyakit telinga harus mencakup dua hal. Tidak hanya

penanganan yang efektif terhadap komplikasinya yang harus diperhatikan, tetapi juga usaha

untuk penyembuhan infeksi primernya. Seringkali beratnya komplikasi mengharuskan kita

menunda mastoidektomi sampai keadaan umum pasien mengizinkan. Di samping itu bila ada

ancaman terhadap terjadinya komplikasi atau bila ditemukan komplikais pada stadium dini dapat

dikontrol dengan cara pengobatan, seperti pengobatan untuk penyakit primernya. Singkatnya,

pengobatan terdiri dari pemberian antibiotika dosis tinggi secepatnya, penatalaksanaan operasi

infeksi primer dimastoid pada saat yang optimum, dan bedah saraf bila diperlukan. Karena

kerjasama bedah saraf dan ototlogi telah dijalin pada saat pemeriksaan pasien, hal tersebut harus

dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Pengobatan antibiotika pada komplikasi intrakranial sulit karena adanya sawar darah otak yang

menghalangi banyak jenis antibiotika untuk mencapai konsentrasi yang tinggi di cairan

serebrospinal. Dulu sering dipakai cara pemberian penisilin intratekal untuk mempertinggi

konsentrasi penisilin, tetapi ternyata terlalu mengiritasi sehingga sekarang biasanya diberikan

derivat penisilin dosis tinggi secara intravena. Pasien harus dirawat dan diberikan antibiotika

dosis secara intravena. Pemberian antibiotika dimulai dengan ampisilin 4x200-400 mg/kg

BB/hari, kloramfenikol 4x1/2-1 g/hari untuk orang dewasa atau 60-100 mg/kgBB/hari untuk

anak. Pemberian metronidazol 3x400-600 mg/hari juga dapat dipertimbangkan.

Antibiotika yang diberikan disesuaikan dengan kemajuan klinis dan hasil biakan dari sekret

telinga ataupun likuor serebrospinal. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto

mastoid, tomografi komputer kepala yang terutama untuk melihat kemungkinan terdapat abses

otak, serta konsultasi ke bagian saraf. Bila pada tomografi komputer terlihat tanda-tanda

Page 5: Komplikasi OMSK Intrakranial by Karina

ensefalitis atau abses intrakranial maka pasien dikonsulkan ke bedah saraf untuk melakukan

tindakan bedah otak untuk drainase dengan segera. Mastoidektomi dapat dilakukan bersama-

sama atau kemudian. Bila bagian bedah saraf tidak melakukan bedah segera maka pengobatan

medikamentosa dilanjutkan sampai dua minggu kemudian dikonsulkan kembali. Mastoidektomi

dilakukan sebelum atau sesudah bedah saraf melakukan operasi otak. Bila pada saat itu keadaan

umum pasien buruk atau suhu tinggi maka mastoidektomi dilakukan dengan analgesia lokal.

Bila pada tomografi komputer tidak terlihat abses otak dan keadaan umum pasien baik maka

segera dilakukan mastoidektomi dengan anestesia umum atau analgesia lokal. Bila keadaan

umum pasien buruk atau suhu tetap tinggi, pengobatan medikamentosa dilakukan sampai dua

minggu kemudian segera dilanjutkan dengan mastoidektomi yang dilakukan dalam analgesia

lokal.

Bila pemeriksaan tomografi komputer tidak dapat dibuat, pengobatan medikamentosa diteruskan

sampai dua minggu untuk kemudian dilakukan mastoidektomi. Bila keadaan umum tetap buruk

atau suhu tetap tinggi maka mastoidektomi dilakukan dengan analgesia lokal.

Terapi bedah idealnya dilakukan pada stadium dini. Dalam prakteknya hal tersebut merupakan

masalah untuk menentukan saat yg optimum. Hal yang ikut menentukan keputusan diambil

tindakan bedah atau tidak adalah diagnosis, kondisi pasien, dan respons pasien terhadap

pengobatan antibiotika. Rangsangan yg kontinu dari kolesteatoma di mastoid dapat

menyebabkan meningitis berulang atau progresivitas abses otak. Oleh karena itu, kontrol

terhadap penyakit primernya merupakan keharusan untuk penyembuhan yang lengkap.

Seringkali drainase empiema subdural atau abses otak harus didahulukan, tetapi mastoidektomi

harus segera dilakukan setelah kondisi pasien mengizinkan.

Pendekatan bedah mastoidektomi harus dapat menjamin eradikasi seluruh jaringan patologik di

mastoid maka sering diperlukan mastoidektomi modifikasi radikal, walaupun kadang

mastoidektomi simpel dapat dipakai. Tujuan operasi ini adalah memaparkan dan mengeksplorasi

seluruh jalan yang mungkin digunakan oleh invasi infeksi. Tulang yang melapisi sinus sigmoid

harus ditipiskan dan tegmen mastoid harus dikupas pada setiap kasus.