komodifikasi kain tenun songket bali di tengah perkembangan
TRANSCRIPT
iii
TESIS
KOMODIFIKASI KAIN TENUN SONGKET BALI
DI TENGAH PERKEMBANGAN
INDUSTRI KREATIF FESYEN DI DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana
A.A. NGR ANOM MAYUN K. TENAYA
NIM: 1190261006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 28 JANUARI 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Emiliana Mariyah, M.S Dr. A.A.I.N.Marhaeni, SE.,MS
NIP.194305211983032001 NIP. 19621231198601
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Direktur Program Pascasarjana
Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Dr. I.Gst.Kt.Gde Arsana, M.Si Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K)
NIP. 195208151981031004 NIP. 195902151985102001
v
Lembar Penetapan Panitia Penguji
TESIS TELAH DIUJI
PADA TANGGAL 28 JANUARI 2014
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No. 0127/UN.14.4/HK/2014
tanggal 24 Januari 2014
Ketua :
Ketua : Prof.Dr. Emiliana Mariyah, M.S
Anggota :
1. Dr. A.A.I.N.Marhaeni, SE.,MS
2. Prof.Dr.A.A.Bagus Wirawan, S.U
3. Dr. I Nyoman Dhana, M.A
4. Dr.Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : A.A. NGR. ANOM MAYUN K. TENAYA
NIM : 1190261006
PROGRAM STUDI : S2 Kajian Budaya
JUDUL TESIS : Komodifikasi Kain Tenun Songket Bali di tengah
Perkembangan Industri Kreatif Fesyen di Denpasar.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 5 Februari 2014
( A.A.Ngr. Anom Mayun Konta )
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
OM SUASTYASTU
Dengan rasa syukur peneliti akhirnya menyelesaikan tesis yang berjudul
”Komodifikasi Kain Tenun di Tengah Perkembangan Industri Kreatif Fesyen di
Denpasar”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkenan mendukung dan membantu selama proses penelitian
dan penulisan tesis ini, baik dalam bentuk bimbingan, partisipasi, dukungan moral
dan material. Secara khusus ucapan terimakasih ditujukan kepada:
1. Rektor Universitas Udayana dan Direktur Program Pascasarjana atas
kesempatan belajar di Program Pascasarjana di Universitas Udayana.
2. Ketua Program Studi Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana
Universitas Udayana atas bimbingan selama peneliti mengikuti perkuliahan
di Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya, di Universitas Udayana
3. Prof.Dr. Emiliana Mariyah, M.S sebagai Pembimbing I dan Dr.
A.A.I.N.Marhaeni, SE.,MS sebagai Pembimbing II, atas saran dan masukan
serta dengan sabar memberikan bimbingan kepada peneliti.
4. Dosen penguji atas sumbang saran, koreksi, masukan dan kritik yang
konstruktif.
5. Prof.Dr.Wayan Rai S, MA, Rektor ISI Denpasar yang telah memberikan ijin
dan penugasan untuk mengikuti studi di Program Studi Magister (S2) Kajian
Budaya Universitas Udayana.
viii
6. Dosen pengampu yang telah membimbing peneliti bersama teman-teman
angkatan 2011 dengan berbagai teoritis yang memperluas khazanah ilmu
pengetahuan peneliti.
7. Staf sekretariat Program Studi Magister Kajian Budaya Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dan
kemudahan dalam proses administrasi selama perkuliahan dan berjalanya
penulisan.
8. Terimakasih juga kepada rekan-rekan di Citra Tenun Indonesia (CTI), dan
Mobas Bali yang memberikan informasi dan merelakan waktunya untuk
melakukan wawancara.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Denpasar, Desember 2013
Peneliti
ix
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah gejala komoditisasi terhadap
artefak budaya Bali, salah satunya adalah kain tenun tradisional songket Bali.
Dahulu, hak produksi dan konsumsi songket Bali secara terbatas dimiliki oleh
keluarga bangsawan dan para pendeta Hindu Bali. Sebagai artefak budaya yang
eksklusif, songket Bali ditenun secara khusus dengan menggunakan bahan-bahan
berkualitas seperti benang emas, benang perak dan sutra. Namun seiring
meningkatnya sektor pariwisata dan industri kreatif di Bali, songket Bali menjadi
objek komodifikasi. Unsur estetika songket Bali yang dilatarbelakangi oleh budaya Bali
yang adiluhung mengalami pedangkalan makna, daur ulang, parodi, kekacauan tanda dan
seterusnya. Proses ini menjadikan songket Bali sebagai komoditi dan proses
demokrasi menjadikanya milik semua lapisan masyarakat.
Penelitian memfokuskan pada pembahasan mengenai (1) bentuk
komodifikasi kain tenun songket Bali (2) faktor-faktor yang menyebabkan
komodifikasi kain tenun songket Bali dan (3) dampak dan makna komodifikasi
kain tenun songket Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, dengan alat analisis teori-teori kritis yaitu 1) Teori Komodifikasi, 2)
Teori Perubahan Sosial dan Budaya, 3) Teori Simeotika dan 4) Teori Estetika Post
Modern. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara
terhadap informan. Data sekunder didapatkan melalui studi referensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komodifikasi songket Bali terjadi
sejak proses produksi sampai konsumsi. Bentuk-bentuk persuasi dan eksplotasi
hasrat terlihat jelas pada proses distribusi. Komodifikasi songket Bali terjadi
karena faktor perubahan struktur sosial masyarakat, peningkatan kesejahteraan,
pendidikan, pengaruh media dan globalisasi, serta berkembangnya pariwisata dan
industri kreatif fesyen di Bali. Dampak komodifikasi songket Bali secara sosial
budaya adalah memperkuat kecenderungan “masyarakat komoditi” dan erosi
budaya, serta secara ekonomi adalah peluang bagi peningkatan pendapatan
masyarakat melalui multiplier effect yang diciptakan oleh industri kreatif fesyen.
Komodifikasi songket Bali juga mengandung makna-makna lain seperti makna
sakral ke profan, egalitarian, kesejahteraan, kreativitas, pelestarian, identitas, dan
estetika.
Kata Kunci : Komodifikasi, Songket Bali, Industri Kreatif, Fesyen, Multiplier
Effect
x
ABSTRACT
This thesis is based on commoditization phenomenon over Bali’s cultural
artifacts, one of which is a traditional woven clothe, namely songket Bali.
Formerly, the right of production and consumption of songket Bali was limited
owned by the royal family and the Balinese Hindu priests. As an exclusive
cultural artifact, it was specially woven by using fine materials such as gold, silver
and silk threads. Given tourism expansive growth and creative industry in Bali,
songket Bali subsequently encountered commodification. The esthetic elements of songket Bali supported by Bali’s high culture suffered meaning trivialization, recycling,
parody, chaotic, and so on.This process made songket Bali as a commodity, whereas democratization as times zeitgeist having transformed it into public asset.
The focus of this study was to discuss (1) the structures of commodification
songket Bali? (2) the factors why the commodification of songket Bali occurred,
and (3) the impact and the meaning of commodification songket Bali. This study
used qualitative interpretative methods, in which it was applying critical theories,
namely: 1) Commodification Theory, 2) Social Change Theory, 3) Semiotic
Theory and 4) Post Modern Aesthetic Theory. Primary data obtained through
field observations and in-depth interview, as for secondary data derived from
references study.
The results showed that the commodification of songket Bali occurred since
the beginning of production process until its consumption. The persuasive and
libido economic took place during the distribution process. Commodification of
songket Bali occurred in Bali implicated by several factors such as social
structure, economic leverage, education, the influence of media and globalization,
and the development of tourism and creative fashion industry in Bali. Socio-
culturally, commodification of songket Bali strengthen the tendency of
“commodity society” created in the Bali social structure . While economically, it
was an opportunity to increase income for communities through the multiplier
effect created by the creative fashion industry. Commodification of songket Bali
expanded the meaning included sacred to profane, egalitarian, wellfare, creativity,
sustainability, identity, and aesthetics meaning.
Keywords: Commodification, Songket Bali, Creative Industries, Fashion,
Multiplier Effect
xi
RINGKASAN
Komodifikasi songket Bali merupakan proses yang berkaitan dengan
masuknya modernisasi melalui sektor pariwisata di Bali (Picard, 2006 dan
Griya,1996). Pengaruh unsur asing yang datang ke Bali seiring mengglobalnya
dunia (Wolf,1994 dan Giddens, 1990). Bali kemudian mengalami perubahan
menjadi lebih modern dimana struktur masyarakatnya yang dahulu agraris
menjadi industrialis (Vickers, 1989 dan Howe, 2005). Menurut Appadurai (2001)
globalisasi membawa perubahan-perubahan melalui ideologi, modernisasi melalui
teknologi dan media, serta kapitalisasi dalam berbagai sektor kehidupan. Wujud
dari kapitalisasi sektor kehidupan di Bali adalah berupa upaya menjadikan artefak
budaya Bali sebagai komoditi. Budaya Bali termasuk songket Bali sebagai sebuah
kapital menurut Hobart (dalam Johnson, 2002) menjadi basis yang mendorong
kreativitas orang Bali untuk memproduksi karya-karya seni yang dinikmati oleh
konsumen. Ini karena songket Bali memiliki keistimewaan dalam berbagai hal
antara lain terlihat pada motif ragam hiasnya yang merupakan refleksi budaya
Bali yang kaya akan makna dan inheren dengan filsafat Hindu, teknik pembuatan
yang khas, pewarnaan yang istimewa seperti; warna kuning, marun, dan ungu
memberi pencirian yang khusus bagi songket Bali.
Realitas perkembangan industri songket dan proses komodifikasi songket
Bali di Denpasar sendiri tidak terlepas dari fakta adanya perkembangan industri
kreatif fesyen dan peningkatan jumlah kelas menengah Bali yang berkorelasi
positif dengan kenaikan konsumsi masyarakat. Kecenderungannya terlihat dengan
semaraknya sektor fesyen dan menjamurnya butik atau rumah busana serta
kemunculan perancang-perancang Bali yang tertarik dengan kain tradisional.
Frekuensi pagelaran-pagelaran adibusana di Denpasar pun juga cukup
menunjukkan peningkatan, misalnya terselenggaranya pagelaran Bali Fashion
Week atau BFW dan agenda kegiatan APPMI Bali tiap tahunnya.
Menggejalanya industri kreatif fesyen di Bali menyebabkan kain-kain tenun
tradisional seperti songket Bali menjadi objek kreativitas yang terus digali oleh
para desainer. Songket Bali oleh kreativitas desainer dan daya tarik pasar
xii
mengalami perubahan atau komodifikasi dalam bentuk, fungsi dan makna. Untuk
mengungkap proses komodifikasi tersebut, maka disusun rumusan permasalahan
penelitian yakni 1) Bagaimanakah bentuk komodifikasi kain tenun songket Bali?
2) Mengapa terjadi komodifikasi kain tenun songket Bali? dan 3) Apakah dampak
dan makna komodifikasi kain tenun songket Bali? Untuk menganalisis
permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa teori kritis anatara
lain 1) Teori Komodifikasi, 2) Teori Perubahan Sosial, 3 Teori Estetika
Postmodern dan 4) Teori Simeotika. Data penelitian ini diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan narasumber yang memliki latar belakang
pengetahuan dan kemampuan kompetensi tentang kain tenun songket Bali seperti
pengrajin songket Bali, desainer, pemerhati busana, aktivis Citra Tenun Indonesia
(CTI) dan beberapa informan sambil lalu. Selain itu data diperkaya dengan
informasi dari berbagai sumber kepustakaan.
Hasil temuan di lapangan yang melalui observasi terhadap proses
komodifikasi secara keseluruhan dari mulai hilir (proses produksi) berlanjut pada
proses distribusi dan sampai ke hulu dimana songket Bali dikonsumsi oleh
masyarakat, menunjukkan adanya perubahan seperti yang dikemukakan oleh
Fairclough (1995: 207). Kain–kain tenun yang dahulu diproduksi dalam bentuk
helaian digunakan sebagai wastra laki-laki dan perempuan yang membalut tubuh,
tetapi saat ini digunakan sebagai bahan atau material bagi industri kreatif fesyen
untuk busana-busana yang berkesan modern dan mutahir serta sekaligus sebagai
pelengkap busana atau asesoris. Songket tidak lagi diproduksi sebagai sebuah
kegiatan yang khidmat, sebagai perwujudan pengabdian kepada Sang Hyang
Widhi, tetapi menjadi sebuah kegiatan ekonomi-produksi semata. Teknik–teknik
menyongket lebih berfokus pada efisiensi dengan tujuan produksi dengan biaya
yang semurah mungkin. Penggunaan bahan berkualitas kedua dan sisir yang
jarang bertujuan menekan biaya produksi.
Trend busana dan permintaan pasar menjadi faktor determinan dalam
perubahan warna, desain dan motif songket. Motif-motif sakral mengalami
fragmentasi dan simplifikasi sesuai dengan tujuan produksi busana. Unsur estetika
songket Bali yang dilatarbelakangi oleh budaya Bali yang adiluhung mengalami
xiii
pedangkalan makna, daur ulang, parodi, kekacauan tanda dan seterusnya yang
merupakan unsur-unsur estetika postmodern. Dalam proses distribusi,
komodifikasi terjadi pada proses pemasaran, dimana tataniaga tradisonal yang
sederhana berkembang menjadi modern dan lebih kompleks. Proses distribusi
modern ini ditandai dengan intesifikasi pemasaran yang bersifat persuasif,
memanjakan pembeli dan menghasut hasrat untuk membeli lebih banyak.
Penggunaan etalase, mannequin, kenyamanan toko, butik dan panggung fesyen
merupakan strategi yang mengacu pada upaya peningkatan volume penjualan. Di
Bali sendiri, keberadaan aktivitas fashion show mulai ramai sejak tahun 2000.
Salah satu pagelaran fashion show yang memiliki gaung luas adalah Bali Fashion
Week. Dalam penyelenggaraan fesyen seperti BFW, desainer memacu pembelian
melalui komodifikasi hasrat; melalui eksplorasi dan visualisasi tubuh pria dan
wanita (model atau peraga busana) untuk manipulasi indera-indera yang
menggugah alam bawah sadar.
Dalam proses konsumsi, terlihat kecenderungan pergeseran motif konsumsi
instrumental yang berdasar pada kebutuhan (need) menjadi keinginan (want)
dimana kebutuhan simbolik atau prestige lebih diutamakan dari fungsi songket
Bali. Status songket Bali sebagai kain atau wastra triwangsa mengangkat citra
pemakainya, demikian pula setelah produk songket ini mendapat polesan para
desainer yang bersifat eksklusif. Akibatnya songket Bali menjadi objek
komodifikasi bagi pengguna yang ingin mendapatkan karya-karya desainer yang
terbatas sebagai pelambang status mereka.
Fenomena komodifikasi artefak budaya termasuk komodifikasi songket Bali
tidak serta merta terjadi. Proses ini diawali oleh perubahan struktur sosial
masyarakat Bali yang kian industrialis (jasa). Struktur masyarakat agraris Bali
mewariskan kearifan lokal berupa keahlian menenun kepada masyarakat. Nilai-
nilai baru masuk dan berkembang ketika terjadi transformasi masyarakt Bali yang
tradisional agraris menjadi non agraris. Ide-ide baru yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Bali modern relevan dengan prinsip-prinsip
ekonomi (Weber, 1996). Ini yang mendorong masyarakat Bali menjadi kian
bussines oriented dalam membina hubungan sosial kemasyarakatan. Bali yang
xiv
kian terkenal sebagai tujuan pariwisata menarik investor dari berbagai penjuru
dunia. Hal ini diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali dengan
jumlah kelas menengah yang kian bertumbuh dari waktu ke waktu. Meningkatnya
income masyarakat Bali memacu tingkat konsumsi, secara khusus ini terjadi pada
barang-barang yang bersifat simbolik yang dianggap dapat meningkatkan status
bagi pemakainya seperti produk-produk fesyen.
Tingkat pendidikan merupakan syarat mutlak terhadap proses modernisasi
di Bali. Angka melek hurup telah mencapai di atas 90 persen dari seluruh
masyarakat Bali. Masyarakat Bali yang lebih berpendidikan relatif lebih terbuka
dan peka terhadap hal-hal yang baru. Menurut Huntington dan Rostow (1995)
pendidikan adalah sebuah medium homogenisasi budaya dan penyebaran budaya
konsumerisme. Selain itu peranan media sebagai agen globalisasi menyediakan
dan mendistribusikan informasi yang mengedukasi masyarakat tentang realitas
dunia. Masyarakat Bali menjadi kian terbuka dengan perubahan dan ide-ide baru,
terutama faham-faham kapitalistik yang sudah mencengkram dunia. Dari
perspektif ini komodofikasi artefak seni budaya Bali mendapatkan pintu masuk.
Salah satu yang menyebabkan cepatnya trasformasi struktur sosial
masyarakat Bali adalah mencuatnya sektor pariwisata yang menjadi penggerak
utama ekonomi Bali. Pariwisata tidak saja membawa orang-orang dari seluruh
dunia, bahkan juga ideologi dan faham-faham dunia. Melalui pariwisata
komersialisasi seni budaya Bali pertama kali terjadi. Komodifikasi menjadi cara
lihai menarik perhatian tamu (Ardika: 2007). Industri kreatif pun tumbuh subur
mengkomodifikasi artefak budaya Bali sebagai barang dagangan. Salah satu yang
ikut menggeliat adalah industri kreatif fesyen. Industri kreatif fesyen Bali
merespon dengan baik perhatian dan ketertarikan khalayak luas terhadap kain
tenun tradisional Bali. Sebagai sebuah artefak budaya, songket Bali juga menjadi
objek komoditi oleh ekonomi pariwisata untuk dieksplorasi (Ramsayer, 1997).
Bisnis pariwisata yang baik merupakan lahan subur bagi tumbuhnya industri
kreatif fesyen. Komodifikasi songket Bali pun dapat ditemukan melalui ajang
fashion show seperti BFW. Bagi para disainer, BFW I tahun 2000 adalah
momentum pertama melakukan modifikasi songket Bali.
xv
Komodifikasi songket Bali memberi dampak secara sosial dan ekonomi.
Salah satunya adalah adanya sebuah realitas baru yang terbentuk dalam
masyarakat yaitu kecenderungan “masyarakat komoditi” dimana citra atau
penampilan dan gaya hidup (life styles) menjadi fokus perhatian masyarakat.
Dalam realitas baru ini ditunjukkan bagaimana berbusana menjadi signifikansi
atau pembeda dalam masyarakat. Kemampuan mengkonsumsi produk fesyen dari
bahan songket ini dianggap sebuah “kelas” baru dalam stratifikasi sosial. Busana-
busana songket Bali dalam sentuhan fesyen adalah penanda bagi status kalangan
the have. Selain itu terjadi erosi budaya yakni melunturnya simpul-simpul budaya
akibat komodifikasi artefak budaya termasuk songket Bali. Secara ekonomi
komodifikasi membawa dampak multiplier efek bagi industri disekitar kain tenun
dan fesyen.
Kompleksitas relasi dan interaksi di dalam masyarakat Bali yang kian
modern memunculkan perubahan dan perluasan makna terhadap komodifikasi
songket Bali. Makna ekonomi tidak lagi mendominasi, komodifikasi songket Bali
kini dimaknai sebagai perubahan makna sakral ke profan, makna egalitarian atau
peluruhan stratifikasi sosial dalam hak produksi dan konsumsi songket Bali.
makna kesejahteraan, makna kreativitas, makna pelestarian, makna identitas dan
makna estetika.
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............... iv
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
RINGKASAN ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xxii
GLOSARIUM ............................................................................................... xxiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxvi
BAB I.PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 12
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 12
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 12
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 13
xvii
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITITIAN ............................................................. 14
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................ 14
2.2 Konsep Yang Digunakan ............................................................... 19
2.2.1 Komodifikasi Kain Tenun Songket Bali .............................. 19
2.2.2 Industri Kreatif Fesyen ......................................................... 21
2.2.3 Globalisasi ............................................................................ 24
2.3 Landasan Teori ................................................................................ 26
2.3.1 Teori Komodifikasi .............................................................. 26
2.3.2 Teori Perubahan Sosial dan Budaya .................................... 28
2.3.3 Teori Estetika Post Modern .................................................. 30
2.3.4 Teori Semiotika .................................................................... 32
2.4 Model Penelitian ............................................................................. 35
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 37
3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 37
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................ 38
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 39
3.3.1 Jenis data ............................................................................... 39
3.3.2 Sumber data ........................................................................... 40
3.4 Penentuan Informan ........................................................................ 41
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 42
3.7 Teknik Analisis Data ....................................................................... 44
3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian .................................................. 45
xviii
BAB IV. GAMBARAN UMUM PENGGUNAAN SONGKET
BALI ............................................................................................ 46
4.1 Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Songket Bali .................... 46
4.2. Ritual dan Penggunaan Songket Dalam Budaya Tradisional
Bali ................................................................................................... 53
4.3 Motif Ragam Hias Songket Bali ...................................................... 60
4.3.1 Kekayaan Makna Motif Ragam Hias Songket Bali ................. 60
4.3.2 Jenis-jenis Motif Kain Songket Bali ........................................ 61
4.4 Industri Songket Bali Dewasa Ini .................................................... 69
4.5 Songket Bali dan Fesyen dalam Sudut Pandang Estetika Klasik ..... 73
BAB V. BENTUK KOMODIFIKASI KAIN TENUN SONGKET
BALI .............................................................................................. 76
5.1 Komodifikasi Produksi ................................................................... 76
5.1.1 Komodifikasi Motif dan Warna ............................................. 81
5.1.2 Komodifikasi Desain .............................................................. 85
5.1.3 Komodifikasi Pakem .............................................................. 96
5.2 Komodifikasi Distribusi .................................................................. 102
5.2.1 Tataniaga Songket Bali secara Tradisional dan Pemasaran
Modern ................................................................................... 103
5.2.2 Komodifikasi Hasrat dalam Pagelaran Fashion Show .......... 109
5.3 Komodifikasi Konsumsi.................................................................. 116
BAB VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KOMODIFIKASI KAIN
TENUN SONGKET BALI .......................................................... 121
6.1 Perubahan Struktur Sosial Masyarakat ............................................. 121
6.1.1. Struktur Masyarakat Agraris ke Masyarakat Non Agraris ...... 122
xix
6.1.2. Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat ................................... 132
6.2. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 136
6.3. Media dan Globalisasi ..................................................................... 139
6.4 Pariwisata dan Industri Kreatif........................................................ 144
6.4.1 Perkembangan Pariwisata dan Industri Kreatif ...................... 147
6.4.2 Industri Kreatif Fesyen Bali ................................................... 150
BABVII. DAMPAK DAN MAKNA KOMODIFIKASI KAIN TENUN
SONGKET BALI ........................................................................... 156
7.1. Dampak Sosial Budaya ................................................................... 156
7.1.1 Menuju “Masyararat Komoditas”…………………………... 157
7.1.2 Erosi Budaya……………………………………………….. 161
7.2. Dampak Sosial Ekonomi ................................................................. 163
7.3. Makna Komodifikasi Kain Tenun Songket Bali ............................. 165
7.3.1 Makna Sakral ke Profan ........................................................ 166
7.3.2 Makna Egalitarian ................................................................. 168
7.3.3 Makna Kesejahteraan ............................................................ 171
7.3.4 Makna Kreativitas ................................................................. 172
7.3.5 Makna Pelestarian ................................................................. 176
7.3.6 Makna Identitas ..................................................................... 178
7.3.7 Makna Estetika ...................................................................... 182
7.4 Refleksi…………………………………………………………… ....... 184
xx
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 186
8.1 Simpulan .......................................................................................... 186
8.2 Saran ................................................................................................. 189
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 191
LAMPIRAN .................................................................................................. 201
xxi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keterlibatan Berbagai Industri Pendukung Dalam Bali Fesyen
Week V, Mei 2004 ................................................................. 7
Matriks 4.1 Jenis, Motif dan Fungsi Songket Bali ....................................... 63
Tabel 4.2 Sentra Industri Songket di Bali ................................................. 70
Tabel 5.1 Model Tataniaga Tradisional Songket Bali .............................. 104
Tabel 5.2 Model Tataniaga Songket Bali Secara Modern ........................ 106
Tabel 6.1 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Periode 1995-1999 ............................................................... 124
Tabel 6.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Bali Tahun 2005 s.d.2007 ..... 137
xxii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Alat Tenun Tradisional Cagcag.............................................. 47
Gambar 4.2 Pemakaian Songket Bali di Kalangan Puri ............................ 52
Gambar 4.3 Songket dan Prada Sebagai Penghias Pelinggih .................... 55
Gambar 4.4 Payas Agung Busana Tradisional Bali ................................... 57
Gambar 4.5 Motif Patra Sari ...................................................................... 64
Gambar 4.6 Motif Singa Makampid sebagai motif Rarajahan ................. 65
Gambar 4.7 Motif Wayang Epos Ramayana.............................................. 67
Gambar 4.8 Motif Tumpal ......................................................................... 68
Gambar 4.9 Motif Barong .......................................................................... 68
Gambar 4.10 Kolom Oase Pada Koran Kompas .......................................... 72
Gambar 5.1 Tahap-tahapan dalam menenun pada struktur mendatar
horizontal............................................................................... 77
Gambar 5.2 Motif Komodifikasi Geometri ................................................ 82
Gambar 5.3. Warna-Warna yang Umum pada Songket Bali ...................... 83
Gambar 5.4 Warna-Warna Songket Bali yang Mengikuti Trend Fesyen
dan Pasar ............................................................................... 83
Gambar 5.5 Warna-Warna Lembut Songket Bal Pesanan Desainer .......... 84
Gambar 5.6 Cheongsam Modern Rancangan Pryo Oktaviano .................. 86
Gambar 5.7 Gaun Songket Bali dengan linen, katun dan chiffon ............. 87
Gambar 5.8 Rok Mini Berbahan Songket Bali Karya Tjok Abi ............... 89
Gambar 5.9 Clutch Berbahan Songket Bali Karya Pengrajin Bali ............ 89
xxiii
Gambar 5.10 Tumpang Tindih Gaya Songket Bali ...................................... 94
Gambar 5.11 Etalase Tradisional Pasar Songket Bali ................................. 105
Gambar 5.12 Etalase Modern dengan Manikin........................................... 107
Gambar 5.13 Dramatisasi Gaya di BFW 2008............................................ 110
Gambar 5.14 Explorasi Tubuh pada BFW 2008 ......................................... 114
Gambar 5.15 Pemasaran Songket Melalui Media Online Facebook .......... 115
Gambar 5.16 Songket Bali Sebagai Taplak Meja ....................................... 120
Gambar 5.17 Songket Bali Sebagai Karpet ................................................ 120
Gambar 5.18 Songket Bali Sebagai Unsur Dekorasi Dinding .................... 120
Gambar 6.1 Kesederhanaan Masyarakat Agraris Bali dalam Berbusana 123
Gambar 6.2 Wanita Bali Pasca Agraris dengan Busana Kebaya Modern 128
Gambar 6.3 Songket Bali dalam Pagelaran Busana Karya Priyo
Octaviano pada APEC 2013 Nusa Dua ............................... 148
Gambar 6.4 Ika Mardiana Inisiator Bali Fashion Week ........................... 152
Gambar 6.5 Logo Bali Fashion Week IV ................................................ 153
Gambar 7.1 Lomba Pakaian Anteng ke Pura tahun 1980 ........................ 169
xxiv
GLOSARIUM
awig-awig : peraturan-peraturan yang diterapkan pada tingkat
banjar.
basmasesa : kearifan lokal dalam masyarakat Bali berupa
propaganda untuk bekerja keras dan persaingan.
bebali : benda-benda sakral yang digunakan oleh manusia
atau kain yang digunakan untuk menghias pratima.
bebintangan : kelompok motif berbentuk bintang.
cagcag : alat tenun tradisional.
daksina : penghias bale atau pelinggih.
dastar : atau udeng, merupakan kain penutup kepala pria.
gigin barong : motif gigi dari binatang magis.
kamben : kain penutup tubuh bawah pria (sarung).
lungsi : benang yang ditempatkan secara horizontal.
mamukur : upacara yang dilakukan setelah upacara membakar
mayat atau ngaben .
nganyih : kegiatan mengatur benang dengan jumlah lidi diikuti
memutar benang keliling pada ulakan.
ngeliying : kegiatan membentangtkan benang dan melepaskan tali
pusarnya agar benang dapat terbuka.
nyuntik : kegiatan memasukkan lipatan benang pada serat
menggunakan lidi atau ijuk.
pakan : benang yang ditempatkan secara vertikal.
pangider bhuwana : konsep filsafat tentang kedekatan manusia dengan alam
khusunya dengan hewan.
payes agung : busana tradisional Bali unttuk upacara agung.
pelinggih : tempat pemujaan atau tempat stana Hyang Widhi dengan
segala manifestasinya.
xxv
poleng : kain tenun tradisional Bali dengan motif kotak-kotak
dipakai sebagai penghias patung dan sanggah.
pratima : medium pemujaan yang berbentuk tidak teratur seperti
batu.
prada : teknik mendekorasi kain dengan menempel hiasan emas
berbentuk pola pola sulur-suluran atau floral.
prembon : ragam hias kombinasi.
rwa bineda : konsep harmoni dari dua element berbeda dalam sendi-
sendi kehidupan.
taksu : kekuatan spiritual yang membuat seseorang memiliki
kemampuan, keahlian, atau watak tertentu.
tapih : kain yang dijahit pada kedua ujungnya sehingga
berbentuk kurung atau pipa.
triwangsa : tiga kasta utama dalam masyarakat Hindu Bali yakni
Kesatria, Brahmana dan Waisya.
triangga : konsep yang membagi setiap makhluk hidup terbagi
kedalam tiga tingkatan (kepala, badan, kaki).
tumpal : motif segitiga rebung yang menghiasi tepian kain
songket.
wastra : kain penutup tubuh bagian atas pria maupun wanita.
yadnya : persembahan, upacara.
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Informan ...................................................................... 201
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ............................................................. 202
Lampiran 3 Peta Penyebaran Budaya Tenun Dong-son ke Nusantara ..... 204
Lampiran 4 Karya-Karya Fesyen Songket Bali……………………...…… 205