komisi pengawas persaingan usaha dalam...

101
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN ISLAM (Kajian Terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) Oleh: Mohammad Fadloly NIM: 105045201525 KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/ 2011 M

Upload: duonglien

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN ISLAM

(Kajian Terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

Mohammad Fadloly

NIM: 105045201525

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H/ 2011 M

Page 2: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha
Page 3: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha
Page 4: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha
Page 5: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

KATA PENGANTAR

Hamdan Lillah, penulis panjatkan, karena hanya atas rahmat dan inayah

Allah SWT penulisan skripsi yang berjudul: “Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam (Kajian Terhadap Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat)” dapat penulis selesaikan.

Shalawat beserta salam, semoga Allah SWT senantiasa limpahkan kepada

Baginda Rasul Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta sampai kepada kita semua

selaku umatnya. Amiin.

Melalui sebuah proses panjang dan pergulatan bathin yang multidimensi,

penulisan skripsi ini dapat selesai. Tentu dalam proses tersebut banyak pihak yang

senatiasa memberikan direct motivation and indirect motivation. Secara spesial

penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Nahrowi, SH, MH, dan Ibu Sri

Hidayati, M.Ag. selaku pembimbing skripsi ini atas segala waktu dan kesabarannya

dalam membimbing penulis .

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih, dedikasi, apresiasi

positif dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

bersedia membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga selesai pada waktunya.

Sungguh bantuan semua pihak bagi penulis merupakan sebuah amal jariyah, jazaa

kumullah ahsanal jazaa. Secara khusus penulis sampaikan kepada :

Page 6: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Dr. Asmawi, M.Ag selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

3. Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Bapak Afwan Faizin, MA.

4. Prof. Dr. Hj. Amany B. Umar Lubis, Lc, MA selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada Penulis

dalam pengajuan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatulah

Jakarta yang telah mendidik penulis selama menempuh pendidikan strata

satu.

6. Seluruh Pegawai dan Karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatulah Jakarta, atas segala pelayanan kemahasiswaan yang

diberikan.

7. KH. Moh. Yasin Husen yang mengajari penulis dari alif- ba- ta sampai

sekarang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat.

8. Kedua orang tuaku Ayahanda Taslim dan Ibunda Watinih yang selalu

sabar, ikhlas dan disetiap hembusan nafasnya adalah ketulusan

menyayangi dan mendoa’akan penulis sehingga dapat menyelesaikan

pendidikan Strata Satu. Satu hal yang tak pernah Penulis lupakan dari

beliau adalah kesabaran dalam setiap tempaan kehidupan. Insya Allah itu

yang melandasi penulis dalam mewarnai hidup ini.

Page 7: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

9. Mahbubah Yayah Komariyah, AMd OT. yang telah memberikan

dukungan sepenuh hati, mendampingi penulis saat suka maupun duka, tak

pernah lelah memberikan support sehingga penulis menemukan inspirasi

dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Syukur pada-Mu ya Allah

SWT, atas angugerah “bidadari” sebaik dirinya.

10. Adikku tersayang Siti Romlah, Kakaku tercinta ( Aminah, Absori,

Sumaeni, & Sunifah) Keponakanku ( Ros, Alup, Uli, azki, Darul, Yasib,

Marhamah, Maflihatuzzakiyah, Badruzzaman & Fahd ), Kakak ipar ku

(Suja’I, Anita K, Carsan & Munawwir) dan Saudara Sepupu Fauzan

M.Ag, Teh Umi Kulsum SAg, Ayip, Aghni, Bilqis & Nyai yang slalu

memberikan dukungan.

11. The big family of Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD)

Jakarta Raya dan Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU) DKI

Jakarta.

12. Teman-teman Jurusan Siyasyah Syar’iyyah angkatan 2005 atas

kebersamaan yang terjalin selama ini, khsusnya Afnanul Huda,

Fathunniam, Usman Ibnu Yusuf, Dinnur dll.

13. My best friends ; kg Ade, Mahbub, Amar, Mujahidin, Rudiyanto, Basir

dan semua yang telah memberikan support dan mau mendengarkan

keluhan penulis baik suka maupun duka selama penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan dalam

penyempurnaan penulisan skripsi ini. Tentu harapan terbesar penulis adalah

penulisan skripsi ini bermanfaat untuk siapa pun khususnya bagi civitas akademika

Page 8: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU )

Jakarta, 19 Mei 2011

Penulis

Page 9: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESHAN………………………………………………………………

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ............................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka..................................................................................... 8

E. Metode penelitian ................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11

BAB II KELEMBAGAAN NEGARA MENURUT UUD 1945 DAN

KETATANEGARAAN ISLAM

A. Lembaga Negara Menurut UUD 1945 ................................................... 13

1. Pengertian dan Kategorisasi Lembaga Negara ................................. 13

2. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945.............................. 16

3. Keberadaan KPPU Dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat ........................................................ 22

Page 10: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

B. Lembaga Negara Menurut Konsep Ketatanegaraan Islam...................... 23

1. Shulthan Tanfiziyyah (Kekuasaan Eksekutif) .................................... 24

2. Shulthan Tasri’iyyah (Kekuasaan Legislatif) ..................................... 25

3. Shulthan Qadhaiyyah (Kekuasaan Yudikatif) .................................... 27

BAB III KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA MENURUT UNDANG-

UNDANG NO 5 TAHUN 1999

A. Pengertian dan Tujuan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU)......................................................................................... 37

B. Sejarah Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha................... 39

C. Kedudukan, Susunan, Kewenangan dan Fungsi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha ..................................................... 43

D. Kedudukan KPPU dalam Sistem Ketatanegaraan

(teori trias politika).................................................................................. 49

E. Perbedaan Tugas dan Fungsi KPPU dengan Kementerian

Hukum dan HAM, Kementerian Perindustrian dan

Kementerian Perdagangan .................................................................. 52

Page 11: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

BAB IV KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM

KETATANEGARAAN ISLAM (ANALISIS PASAL 35 DAN PASAL 36

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT)

A. Analisis Pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat ........................................................... 56

B. Kegiatan Pengawasan Persaingan Usaha Dalam

Prespektif Ketatanegaraan Islam.................................................. 63

1. Wilayah Hisbah Dalam Prespektif Ketatanegaraan

Islam...................................................................................................63

2. Tugas dan Wewenang Wilayah Hisbah..............................................75

C. Bentuk Persamaan dan Perbedaan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) Dengan Konsep Wilayah

Hisbah Dalam Prespektif Ketatanegaraan Islam.........................77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 81

B. Saran-saran ......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 85

Page 12: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha
Page 13: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sangat potensial untuk dikembangkan oleh

para pelaku bisnis karena potensi alam yang melimpah dan letak geografis yang

strategis. Berdasarkan kondisi tersebut tidak heran jika banyak bangsa lain yang

berkeinginan menjadi penguasa di Indonesia, sejak zaman penjajahan hingga era

kemerdekaan ini.

Kebijakan pemerintah orde baru di bidang ekonomi telah menumbuhkan

korporasi raksasa dan konglomerasi yang menguasai dan memonopoli perekonomian

Indonesia. Dunia perekonomian dimonopoli oleh beberapa segelintir pengusaha yang

mempunyai ikatan romantis dengan penguasa. Namun di sisi lain tidak ada instrumen

hukum yang secara tegas dapat diterapkan untuk menindak pelaku praktik monopoli.

Pengaturan tentang anti monopoli masih tersebar di beberapa peraturan perundang-

undangan dan bersifat sektoral, akibatnya penegakan hukum di bidang ini menjadi

sangat tidak efektif.

Melihat kondisi tersebut, tidak heran jika sudah sejak lama masyarakat

Indonesia, khususnya para pelaku bisnis menginginkan undang-undang yang secara

komprehensif mengatur persaingan sehat. Keinginan itu didorong oleh munculnya

praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat, terutama karena penguasa sering

memberikan perlindungan berupa previlege atau perlakuan khusus kepada pelaku

bisnis tertentu.

Page 14: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

2

Terjadinya krisis ekonomi menyadarkan dan mendorong bagi diundangkannya

undang-undang yang secara khusus mengatur larangan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Hal ini sejalan dengan prinsip demokrasi ekonomi yang

menghendaki adanya kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi

di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha yang sehat,

efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya

ekonomi pasar yang wajar.

Untuk itu, maka pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkanlah sebuah undang-

undang yang mengatur persoalan antimonopoli, yaitu UU No. 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.1

Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat yang dalam pelaksanaannya dipraktekkan oleh Undang-

undang Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Undang-undang persaingan usaha (UU

No. 5 Tahun 1999) merupakan implementasi dari UU yang diserahkan kepada

Komisi Pengawas Persaingan Usaha jenis lembaga independen yang terlepas dari

pengaruh pemerintah dan pihak lain,2 berwenang melakukan pengawasan persaingan

usaha dan menjatuhkan sanksi. Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam penegakan

hukum persaingan usaha Indonesia mempunyai posisi sentral tetapi bukan menjadi

1 KPPU di Garda Depan Edukasi Hukum Persaingan Usaha, artikel diakses pada tanggal 1 juli 2010 pada: http://www.kppu.go.id/baru/favicon.ico

2 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ,(KPPU-RI), h. 17.

Page 15: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

3

back bone (tulang punggung) dalam pengembangan hukum persaingan usaha. Posisi

sentral tersebut berkaitan dengan kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

yang diamanatkan oleh Bab IV UU Persaingan Usaha yaitu tentang kegiatan yang

dilarang. Komisi Pengawas Persaingan Usaha dinyatakan sebagai lembaga

pengawas. Pelaksanaan UU oleh para pelaku usaha yang bersifat independen tetapi

UU persaingan usaha membagi pengawasan tersebut ke dalam tugas dan wewenang.3

Tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha ditafsirkan

memberikan multifungsi dalam melakukan pengawasan pelaksanaan UU persaingan

usaha yaitu UU No. 5 Tahun 1999 telah memberikan KPPU kewenangan yang sangat

besar, sehingga menyerupai kewenangan lembaga peradilan (quasi judicial) yaitu

diatur dalam pasal 35 dan pasal 36 yang memberikan kewenangan yang sangat luas

kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai penyidik, penuntut umum,

maupun sebagai pemutus terhadap tugas-tugas persaingan usaha.

Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai lembaga peradilan

yang bersifat quasi atau semu menjadi penentu bahwa Komisi Pengawas Persaingan

Usaha bukan merupakan back bone (tulang punggung) dalam melaksanakan UU No.

5 Tahun 1999.

Kewenangan yang dimiliki Komisi Pengawas Persaingan Usaha begitu besar

tetapi UU No. 5 Tahun 1999 menempatkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

3 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, artikel diakses pada tanggal 1 juli 2010 pada: http://id.wikipedia.org/apple-touch-icon.png

Page 16: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

4

hanya sebagai lembaga yang pertama kali memeriksa kasus-kasus pelanggaran UU

Persaingan Usaha. Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam sistem hukum

Indonesia ditempatkan sebagai lembaga peradilan di tingkat awal, sehingga

memungkinkan dilakukan upaya hukum bagi para pelaku usaha. Keberatan terhadap

putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan upaya hukum bagi para

pelaku usaha. Upaya inilah yang memungkinkan bahwa dalam pengembangan hukum

persaingan usaha Indonesia ada pada lembaga peradilan yaitu Pengadilan Negeri

(PN) di tingkat pertama dan Mahkamah Agung (MA) di tingkat akhir. Kedua

lembaga peradilan inilah yang mempunyai peran penting dalam pengembangan

hukum persaingan usaha dengan melakukan pemeriksaan “keberatan“ yang diajukan

pelaku usaha atas keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.4

Implementasi dari UU persaingan usaha penegakannya diserahkan pada

Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai salah satu organ penegakan hukum

persaingan usaha tingkat awal, yang selanjutnya bila ada keberatan dilanjutkan pada

Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung.

Persoalan monopoli sesungguhnya merupakan persoalan yang sangat menarik

untuk dibahas. Bahkan permasalahan ini telah mendapat perhatian yang sangat serius

dari ajaran Islam, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT:

4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 43 dan pasal 44.

Page 17: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

5

$ ygïÉr'» tÉ â¨$Z9$# (#q è= ä. $ £J ÏB í Îû ÇÚ öëF{$# Wx» n= ym $ Y7Í hã sÛ üwur (#q ãè Î6 ®K s? ÏNºuq äÜ äz Ç`» sÜ ø㤱9$# 4 ¼çm ¯RÎ) öNä3 s9 Arßâ tã

îûü Î7ïB ÇÊÏÑÈ

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah:168)

Selain riba, monopoli adalah komponen utama yang akan membuat kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi.

Kepemilikan dan penguasaan aset kekayaan di tangan individu adalah sesuatu

yang diperbolehkan dalam Islam. Namun demikian, ketika kebebasan tersebut

dimanfaatkan untuk menciptakan praktik-praktik monopolistik yang merugikan,

maka adalah tugas dan kewajiban negara untuk melakukan intervensi dan koreksi.5

Merujuk pada uraian singkat di atas maka penulis melakukan penelitian

skripsi yang berjudul “KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM

PERSPEKTIF KETATANEGARAAN ISLAM (Kajian Terhadap Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat)”.

5 Hisbah dan Peranannya dalam Ekonomi, artkel diakses pada tanggal 1 juli 2010 pada: http://ekisonline.com/images/favicon.ico

Page 18: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Persaingan usaha di Indonesia sangat maju sehingga dimanfaatkan

sebagian orang melakukan tindakan monopoli atau persaingan tidak sehat dan

perlu di bentuk adanya lembaga Komisi Pengawas Persaingan Usaha, maka

pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkanlah sebuah undang-undang yang

mengatur persoalan antimonopoli,6 yaitu UU No. 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Supaya pembahasan masalah dalam skripsi ini tidak meluas, maka

pembahasan skripsi ini dibatasi pada dua hal yaitu analisis Pasal 35 dan Pasal

36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan prinsip-prinsip larangan

praktek monopoli serta persaingan usaha tidak sehat dalam prespektif

ketatanegaraan Islam.

2. Rumusan Masalah

Dari Pembatasan Masalah tersebut di atas, Penulis merumuskan

masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam

Kelembagaan Negara menurut Undang-Undang Dasar 1945.

6 Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, (Jakarta, KPPU-RI, 2009), h. 13.

Page 19: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

7

2. Bagaimana Tugas, Wewenang dan Kedudukan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha menurut Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 dalam

Ketatanegaraan Islam.

3. Bagaimana Bentuk Persamaan dan Perbedaan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) Dengan Konsep Wilayah Hisbah Dalam

Perspektif Ketatanegaraan Islam.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang Komisi

Pengawas Persaingan Usaha.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang aktivitas kegiatan

usaha yang sehat.

Sedangkan manfaat penelitian ini antara lain adalah :

1. Memberikan gambaran mengenai kedudukan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha dalam Kelembagaan Negara menurut Undang-Undang Dasar 1945.

2. Menambah Wawasan Tentang Bagaimana Tugas, Wewenang dan

Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha menurut Undang-Undang

nomor 5 Tahun 1999 dan Ketatanegaraan Islam.

Page 20: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

8

D. Tinjauan Pustaka

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun penulisan proposal skripsi ini,

penulis ingin memberikan rujukan terhadap tema-tema yang membahas dan tema-

tema yang hampir sama terhadap pembahasan judul proposal, hanya saja yang secara

spesifik merupakan tinjauan wilayatul hisbah,

Karya Listiana Dwi Nusanti dari Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2009,

dalam skripsinya yang berjudul lembaga kepolisian dalam perspektif Hukum Islam

(kajian posisi wilayatul hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam) dalam literatur ini di

jelaskan apa yang menjadi tugas dan wewenang Wilayatul hisbah dalam pertahanan

(kepolisian), bagaimana lembaga kepolisian dalam hukum Islam, bagaimana

perbandingan hukum islam tentang posisi wilayatul Hisbah di Aceh dan lembaga

kepolisian di Indonesia.

Karya Abdul Rosid dari Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2006, dalam

skripsinya yang berjudul Perbandingan mekanisme ijtihad dewan hisbah persis dan

majlis syuriyah NU dan aplikasinya dalam permasalahan kontemporer, skripsi ini

mejelaskan mekanisme ijtihad dewan hisbah, dan majlis syuriyah NU serta

membandingkan keduanya dalam berijtihad menentukan masalah yang kontemporer.

Berbeda dengan skripsi terdahulu, skripsi yang penulis buat ini membahasa

tentang bagaimana tugas dan wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang

tertuang dalam pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan apa

hubungannnya dengan hisbah.

Page 21: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

9

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah jenis

penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian dengan cara

mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku-buku, artikel-artikel, makalah,

majalah, koran serta bahan-bahan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang

di angkat.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik

kepustakaan, yaitu dengan membaca buku atau literatur yang relevan dengan topik

masalah dalam penelitian ini

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer antara lain: Undang-undang Dasar 1945, dan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta buku-buku lain yang berkaitan

dengan bahasan penulis.

b. Data Skunder

Data skunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini

yaitu artikel-artikel dan makalah-makalah, serta mengkaji literatur-

Page 22: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

10

literatur lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dalam

penulisan skripsi ini.

4. Tehnik Analisa Data

Pada tahap analisa data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian

rupa secara kualitatif sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran

yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam

penelitian. Adapun data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif

analisis, yaitu suatu metode menganalisis dan menjelaskan suatu

permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas hingga

menemukan jawaban yang diharapkan.

5. Tehnik Penulisan

Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

“pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Dalam Skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab, dimana

masing-masing mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-topik tertentu,

yaitu:

Dalam Proposal Skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab,

dimana masing-masing mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-topik

tertentu, yaitu:

Page 23: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

11

Bab Pertama, yaitu: Pendahuluan, Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab Kedua, Kelembagaan Negara menurut UUD 1945 dan Ketatanegraan

Islam; Menjelaskan tentang, Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Pengertian dan

Kategorisasi Lembaga Negara, Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945,

Keberadaan KPPU Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Lembaga Negara Menurut

Konsep Ketatanegaraan Islam, Shulthan Tanfiziyyah (Kekuasaan Eksekutif), Shulthan

Tasri’iyyah (Kekuasaan Legislatif) dan Shulthan Qadhaiyyah (Kekuasaan Yudikatif).

Bab Ketiga, Membahas secara umum mengenai Komisi Pengawas Persaingan

Usaha menurut Undang-undang No 5 tahun 1999 yang berisi: Pengertian dan Tujuan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kedudukan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha, Sejarah Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha,

Kedudukan, Susunan, Kewenangan dan Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha,

serta perbedaan Tugas dan Fungsi KPPU dengan Kementerian Hukum dan Ham,

Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

Bab Empat, Pada bab ini penulis melakukan analisis mengenai Komisi

Pengawas Persaingan Usaha dalam Ketatanegaraan Islam kajian pasal 35 dan pasal

36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha tidak sehat yang berisi : Analisis Pasal 35 dan 36 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Page 24: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

12

Persaingan Usaha Tidak Sehat, Kegiatan Pengawasan Persaingan Usaha Dalam

Prespektif Ketatanegaraan Islam, Wilayah Hisbah Dalam Prespektif Ketatanegaraan

Islam, Tugas dan Wewenang Wilayah Hisbah Serta Bentuk Persamaan dan Perbedaan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dengan Konsep Wilayah Hisbah Dalam

Prespektif Ketatanegaraan Islam.

Bab Lima, Penutup: tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 25: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

13

BAB II

KELEMBAGAAN NEGARA MENURUT UUD 1945 DAN

KETATANEGARAAN ISLAM

A. Lembaga Negara Menurut UUD 1945

1. Pengertian dan Kategorisasi Lembaga Negara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia lembaga adalah badan (organisasi)

yang tujuannya melakukan penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha,1

sedangkan kata negara diartikan sebagai organisasi dalam suatu wilayah yang

mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.2

Secara sederhana istilah lembaga Negara atau organ Negara dapat dibedakan

dari perkataan lembaga atau organ swasta, lembaga masyarakat atau yang biasa

dikenal dengan sebutan Organisasi Non Politik (OrNoP), lembaga apapun yang

dibentuk bukan sebagai lembaga masyarakat dapat disebut sebagai lembaga Negara

baik berada dalam eksekutif, legislatif, yudikatif atau bersifat campuran.3

Berbicara mengenai lembaga negara berarti berbicara mengenai alat

kelengkapan yang ada dalam sebuah negara. Penyelenggaraan pemerintahan suatu

negara akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh lembaga-lembaga negara

1 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka

2007), h. 655. 2 Depertemen Pendidikan Nasional, h. 777. 3 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h.

30-31.

Page 26: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

14

yang saling berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan dalam

mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan negara sesuai dengan kedudukan,

peran, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ

konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang memiliki

kedudukan dibawah lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD, sementara yang

dibentuk karena Keputusan Presiden tentunya lebih rendah lagi. Demikian pula jika

lembaga dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah,

tentu lebih rendah lagi tingkatannya.4

Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara, ada dua unsur pokok

yang saling berkaitan, yaitu organ dan fungsi. Organ adalah bentuk atau wadahnya,

sedangkan fungsi adalah isinya; organ adalah status bentuknya (Inggris: form,

Jerman: vorm), sedangkan fungsi adalah gerakan wadah itu sesuai maksud

pembentukannya. Dalam UUD 1945, organ-organ yang dimaksud ada yang disebut

secara eksplisit namanya, adapula lembaga atau organ yang nama, fungsi atau

kewenangannya diatur dengan peraturan yang lebih rendah.5

Jenis lembaga Negara berdasarkan kedudukannya,6 adalah:

4 Ibid, h. 42. 5 Jimly Asshiddiqie, Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara, h. 45-46. 6 Achmad Roestandi, Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab (Jakarta: Sekretariat Jenderal

dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), h. 107-109.

Page 27: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

15

1) Lembaga legislatif, yaitu lembaga Negara yang berfungsi melaksanakan

cabang kekuasaan membuat undang-undang. Lembaga yang masuk

dalam golongan ini ada empat lembaga, yaitu: Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Majelis

permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK).

2) Lembaga eksekutif, yaitu lembaga Negara yang berfungsi melaksanakan

cabang kekuasaan melaksanakan undang-undang. Dalam lembaga ini

ada presiden dan wakil presiden yang merupakan satu kesatuan institusi

kepresidenan.

3) Lembaga yudikatif, yaitu lembaga Negara yang berfungsi melaksanakan

cabang kekuasaan mengadili tehadap pelanggaran undang-undang.

dikenal adanya tiga lembaga, yaitu Mahkamah Konstitusi, Mahkamah

Agung, dan Komisi Yudisial. Yang menjalankan fungsi kehakiman

hanya dua, yaitu Mahkamah Konstitusi, dan Mahkamah Agung. Tetapi,

dalam rangka pengawasan terhadap kinerja hakim dan sebagai lembaga

pengusul pengangkatan hakim agung, dibentuk lembaga tersendiri yang

bemama Komisi Yudisial. Komisi ini bersifat independen dan berada di

luar kekuasaan Mahkamah Konstitusi ataupun Mahkamah Agung, dan

karena itu kedudukannya bersifat independen dan tidak tunduk kepada

pengaruh keduanya. Akan tetapi, fungsinya tetap bersifat penunjang

Page 28: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

16

(auxiliary)7 terhadap fungsi kehakiman yang terdapat pada Mahkamah

Konstitusi dan Mahkamah Agung. Meskipun Komisi Yudisial

ditentukan kekuasaannya dalam UUD 1945, tidak berarti ia mempunyai

kedudukan yang sederajat dengan Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi. Komisi Yudisial bukanlah lembaga penegak hukum (the

enforcer of the rule of law), tetapi merupakan lembaga penegak etika

kehakiman (the enforcer of the rule of judicial ethics).

2. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945

Jika dikaitkan dengan hal tersebut terdapat tidak kurang dari 34 organ yang

disebut keberadaannya dalam UUD 1945.8 Organ atau lembaga tersebut diurutkan

menurut pasal yang mengaturnya yang disebutkan dalam UUD 1945, adalah:

1. Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR)

2. Presiden

7 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h.

112. 8 Dari 34 Lembaga tidak ditentukan dengan jelas keberadaannya dan kewenangannya dalam

UUD 1945, hanya 28 Lembaga yang keberadaan dan kewenangannya ditentukan oleh UUD 1945, yaitu: 1). MPR, 2). Presiden. 3). Wakil Presiden, 4). Dewan Pertimbangan Presiden, 5). Kementerian Negar, 6). Menteri Luar Negeri, 7). Menteri Dalam Negeri, 8). Menteri Pertahanan, 9). Pemerintahan Daerah Propinsi, 10). Gubernur, 11). DPRD Propinsi, 12). Pemerintah Daerah Kabupaten, 13). Bupati, 14). DPRD Kabupaten, 15). Pemerintah Daerah Kota, 16). Walikota, 17). DPRD Kota, 18). DPR, 19). DPD, 20). Komisi Penyelenggara Pemilu (Komisi Pemilihan Umum), 21). Bank Sentral/ Bank Indonesia, 22). BPK, 23). MA, 24). MK, 25). Komisi Yudisial, 26). TNI, 27). POLRI, dan 28) Satuan pemerintah derah bersifat khusus.

Sedangkan 5 Lembaga lainnya tidak ditentukan dengan tegas dalam UUD 1945, yaitu: Duta, Konsul, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU dan badan-badan lain yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. Lihat; Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h. 66.

Page 29: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

17

3. Wakil Presiden

4. Dewan Pertimbangan Presiden

5. Kementerian Negara

6. Menteri Luar Negeri

7. Menteri Dalam Negeri

8. Menteri Pertahanan

9. Duta

10. Konsul

11. Pemerintahan Daerah Provinsi

12. Gubemur

13. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

14. Pemerintahan Daerah Kabupaten

15. Bupati

16. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

17. Pemerintah Daerah Kota

18. Walikota

19. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

20. Dewan Perwakilan Rakyat

21. Dewan Perwakilan Daerah

22. Komisi Penyelenggara Pemilihan Umum

23. Bank Sentral: Bank Indonesia

24. Badan Pemeriksa Keuangan

Page 30: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

18

25. Mahkamah Agung

26. Mahkamah Konstitusi

27. Komisi Yudisial

28. Tentara Nasional Indonesia

29. Kepolisian Negara Republik Indonesia

30. Angkatan Darat (TNI AD)

31. Angkatan Laut (TNI AL)

32. Angkatan Udara (TNI AU)

33. Satuan Pemerintah Daerah yang Bersifat Khusus atau Istimewa

34. Badan-Badan lain yang Fungsinya Terkait dengan Fungsi Kekuasaan

Kehakiman.

Lembaga-lembaga Negara diatas dapat di bedakan lagi berdasarkan fungsi dan

Hierarki

Dari segi fungsinya, lembaga-lembaga tersebut, ada yang bersifat utama atau

primer, dan ada pula yang bersifat sekunder atau penunjang (auxiliary) yakni:9

1. Lembaga negara utama atau lembaga Negara primer (main state’s

organs atau primary constitusional organs), yaitu lembaga Negara yang

dibentuk untuk menjalankan salah satu cabang kekuasaan Negara

(eksekutif, legislatif, atau yudikatif).

9 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h.

111.

Page 31: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

19

2. Lembaga Negara penunjang atau lembaga Negara pendukung (auxiliary

organs), yaitu lembaga Negara yang dibentuk untuk memperkuat

lembaga Negara utama dalam menjalankan kekuasaannya, seperi Komisi

Yudisial (KY) yang meskipun dibuat berdasarkan amanat UUD pada

wilayah yudikatif, tetapi Komisi Yudisial secara fungsional tetap

bersifat lembaga penunjang (auxiliary) terhadap fungsi lembaga primer

kehakiman. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibuat

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat.

Sedangkan dari segi hirarkinya, lembaga-lembaga tersebut dapat dibedakan ke

dalam tiga lapis. Organ lapis pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi Negara,

yaitu:10

a) Presiden dan Wakil Presiden;

b) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

c) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

d) Mahkamah Konstitusi (MK);

e) Mahkamah Agung (MA);

f) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

10Ibid, h. 106-110.

Page 32: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

20

Organ lapis kedua dapat disebut lembaga negara saja. Ada yang mendapatkan

kewenangannya dari UUD, dan ada pula yang mendapatkan kewenangannya dari

undang-undang. Lembaga negara kedua itu adalah:

a) Menteri Negara;

b) Tentara Nasional lndonesia;

c) Kepolisian Negara;

d) Komisi Yudisial;

e) Komisi pemilihan umum;

f) Bank sentral.

Organ lapis kedua ini dapat disejajarkan dengan posisi lembaga-lembaga

negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang, seperti Komisi Nasional Hak

Asasi Manusia (KOMNAS HAM),11 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),12

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),13 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),14

11 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 No. 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3889). 12 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4250).

13 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4252). 14 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817), Keppres No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingah Usaha.

Page 33: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

21

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR),15 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI)16, dan lain sebagainya.

Kelompok ketiga adalah lembaga negara yang sumber kewenangannya

berasal dari regulator atau pembentuk peraturan di bawah undang-undang. Misalnya

Komisi Hukum Nasional dan Komisi Ombudsman Nasional dibentuk berdasarkan

Keputusan Presiden belaka. Di samping itu, ada pula lembaga-lembaga daerah yang

diatur dalam Bab VI UUD 1945 tentang Pemerintah Daerah. Lembaga-lembaga

daerah tersebut adalah:

a) Pemerintahan Daerah Provinsi;

b) Gubemur;

c) DPRD provinsi;

d) Pemerintahan Daerah Kabupaten;

e) Bupati;

f) DPRD Kabupaten;

g) Pemerintahan Daerah Kota;

h) Walikota;

i) DPRD Kota

15 Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4429). 16 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 34: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

22

3. Keberadaan KPPU Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

Dalam Pasal 30 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disebutkan

:”Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang ini dibentuk Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut komisi”.

Keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan

lembaga yang berfungsi sebagai pengawas pelaksanaan dari Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. Dengan kata lain KPPU dapat dikatakan sebagai “wasit”

yang mengawasi sekaligus dapat memberikan eksekusi bagi pelaku usaha

yang melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

tersebut.

Sesuai dengan pasal 34 UU Nomor 5 tahun 1999, selanjutnya pembentukan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) secara kelembagaan ditetapkan

berdasarkan Keputusan Presiden. Sebagai tindak lanjut UU Nomor 5 Tahun

1999 tersebut, dikeluarkanlah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 75

Tahun 1999 tentang pembentukan sebuah komisi yang diberi nama Komisi

Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU.

Page 35: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

23

B. Lembaga Negara Menurut Ketatanegaraan Islam

Pada masa Rasulullah lembaga-lembaga belum dipisahkan dari wilayah

kekuasaan yang ada tetapi masih berada pada satu tangan yaitu penguasa atau kepala

Negara. Pada masa berikutnya, ketiga badan kekuasaan negara tersebut masing-

masing melembaga dan mandiri.17 Pembagian tiga macam kekuasaan ini disebutkan

dengan jelas pada masa khalifah Umar bin Khatab.18

Kondisi kelembagaan Islam pada awal perkembangan Islam di masa

Rasulullah SAW masih berpusat kepada beliau langsung. Keadaan ini dimaklumi

mengingat Rasulullah SAW merupakan figur central dalam seluruh sendi kehidupan

masyarakat. Meski demikian, pondasi-pondasi sebagai cikal bakal kelembagaan

dalam pemerintahan Islam telah diletakkan sejak awal oleh beliau. Seperti pengaturan

adanya baitul mall, sistem kehakiman (pengadilan) Islam, pedoman pembagian harta

rampasan perang (ghonimah) dll.

Pada perkembangan lebih lanjut, dalam sejarah ketatanegaraan Islam, terdapat

tiga badan kekuasaan, yakni Sulthan Tanfiziyyah (kekuasaan eksekutif), Sulthan

Tasyri’iyyah (kekuasaan legislatif), dan Sulthan Qadhaiyyah (kekuasaan kehakiman).

Pemisahan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif baru mulai dilakukan di

zaman para khalifah Nabi, dengan pengangkatan para hakim (Qadhi) serta

pengangkatan kelompok sahabat senior yang memiliki kemampuan dalam

17 Salim Ali Al-Bahansawi, Wawasan Sistem Politik Islam (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 1996). 18 Abdul Qadir Djaelani, Negara Islam Menurut Konsepsi Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1995), h. 148.

Page 36: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

24

memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi, yang kemudian disebut ahl al-hall wa

al-’aqd dan kini identifikasikan sebagai lembaga legislatif, seperti telah dilakukan

Khalifah Umar yang dikenal sebagai negarawan, adminitrator serta seorang pembaru

yang membuat berbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah kekuasaan.19

Dengan demikian, untuk beberapa provinsi, Umar telah memisahkan jabatan

peradilan dari jabatan eksekutif.

1. Sulthan Tanfiziyyah (Kekuasaan Eksekutif)

Dalam sistem tatanegara modern, kekuasaan Eksekutif mencakup Kepala

Negara (Presiden dan wakil presiden dan atau Raja dan Ratu), Perdana Menteri,

Menteri-menteri, serta Kepala-kepala Daerah. Kepala Negara adalah penghubung

antara dua kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif.20

Sedangkan dalam sistem ketatanegaraan Islam kekuasaan eksekutif jika

dikategorikan berdasarkan fungsi, bentuk dan ruang lingkup tugasnya menurut Al-

Mawardi, mencakup: kepala negara (khalifah atau imam), lembaga kementerian

(wizarah) dan pemerintah daerah (imarat ‘ala al-bilad).

Sulthan Tanfiziyyah (Kekuasaan Eksekutif) merupakan pelaksana kegiatan

pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah. Keberadaan pemerintah daerah

19 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h.73 20 Muhammad Al-Mubarak, Sistem Pemerintahan Dalam Perspektif Islam. Penerjemah

Firman Hariyanto, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995), h. 95.

Page 37: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

25

(imarat ‘ala al-bilad) dan kementerian (wizarah) merupakan kepanjangan tangan

(wakil) dari pemerintah pusat dalam hal ini adalah khalifah atau imam karena

keduanya diangkat dan diberhentikan oleh khalifah atau imam.

2. Sulthan Tasyri’iyyah (Kekuasaan Legislatif)

Secara terminologi fiqh, Sulthan Tasyri’iyyah (Kekuasaan Legislatif) disebut

sebagai “lembaga penengah dan pemberi fatwa” (ahl al-hall wa al-‘aqd).21 Cukup

jelas bahwa suatu negara yang didirikan dengan dasar kedaulatan de jure Allah, tidak

dapat melakukan legislasi yang bertolak belakang dengan A-Qur’an dan As-sunnah,

meskipun konsensus rakyat menuntutnya.

Allah berfirman:

$tB ur tb% x. 9 ÏB ÷s ßJ Ï9 üwur >puZ ÏB ÷s ãB #såÎ) Ó|Ós% ª! $# ÿ¼ ã&è!qßôuë ur # ·çøB r& br& tbqä3tÉ ãNßgs9 äoué zç ÏÉø:$# ô ÏB öN Ïd ÌçøB r& 3 tB ur ÄÈ÷ètÉ

©! $# ¼ ã&s!qßôuë ur ôâs) sù ¨@ |Ê Wx» n= |Ê $YZè Î7 ïB ÇÌÏÈ

Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi

perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu

ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan

barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat,

sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36)

21 Abdul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik Islam. Cet III, Penerjemah

Asep Hikmat, (Bandung, Mizan, 1993), h. 245.

Page 38: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

26

Dari perintah-perintah ini, maka timbul prinsip bahwa Majlis Tasyri’iyyah

(lembaga legislatif) dalam negara Islam sama sekali tidak berhak membuat

perundang-undangan yang bertentangan dengan tuntunan-tuntunan Allah SWT dan

Rasul-Nya, dan semua cabang legislasi, meskipun telah disahkan oleh Majlis

Tasri’iyyah (lembaga legislatif) harus secara ipso facto dianggap ultra vires dari

undang-undang dasar.22

Dalam sebuah negara Islam yang berwenang dalam hal ini adalah Majlis

Tanfidz, yang mana didalamnya diduduki oleh para mujtahid dan ulama fatwa. Dalam

masalah ini kewenangannya tidak lepas dari dua perkara, yaitu: satu, jika perkara

yang dinisbatkan ada nash nya, maka tugas mereka adalah memahami nash dan

menjelaskan hukum yang ditunjukannya; dua, jika suatu perkara tidak ada nashnya,

maka tugas mereka adalah menganalogikan dengan perkara yang ada nashnya, dan

mengistinbath-kan (menetapkan) hukum dengan jalan ijtihad serta mencari sebab dan

menelitinya.

Dengan demikian, dua pokok sumber hukum dan ajaran Islam yakni al-Qur’an

dan as-Sunnah merupakan referensi utama pengambilan keputusan yang diambil oleh

Majlis Tasyri’iyyah (lembaga legislatif). Dengan kata lain setiap produk hukum yang

dihasilkan Majlis Tasyri’iyyah (lembaga legislatif) tidak boleh bertentangan dengan

al-Qur’an dan as-Sunnah.

22 Abdul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi, h. 245

Page 39: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

27

3. Sulthan Qadhaiyyah (kekuasaan kehakiman)

Kata Sulthatun sebuah kata yang berasal dari bahasa arab yang berarti

pemerintahan. Dalam kamus Munawir sama dengan al-Qudrah yang berarti

kekuasaan, kerajaan, pemerintahan.23 Menurut Louis Ma’luf, Shulthan berarti al-

malik al-qudrah, yakni kekuasaan pemerintahan.24 Sedangkan al-Qadhaiyyah yaitu

kekuasaan yang berkaitan dengan peradilan atau kehakiman.

Sedangkan secara etimologi, sulthatun bima’na alqudrah yakni: kekuasaan

atas sesuatu yang kokoh dari bentuk perbuatan yang dilaksanakan atas bentuk

perbuatan yang ditinggalkan.

Dengan kata lain bahwa kekuasaan untuk mengawasi atau menjamin jalannya

proses perundang-undangan sejak penyusunan sampai pelaksanaan serta mengadili

perkara perselisihan, baik yang menyangkut perkara perdata maupun pidana. Dalam

bahasa Indonesia istilah ini dikenal dengan kekuasaan yudikatif.25

Kehadiran lembaga peradilan (Sulthan Qadhaiyyah) dalam sistem

ketatanegaraan Islam adalah mutlak dibutuhkan sebagai lembaga pengawas dan

penegak dijalankannya aturan seuai denagan peraturan perundangan yang berlaku.

23 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia Terlengkap

(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 650. 24 Louis Ma,luf, Kamus Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam (Beirut: Daar al- Mashriq,

1973), h. 1095. 25 Rahman Ritonga, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), h. 1657.lihat juga Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 146.

Page 40: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

28

Petugas yang menjalankan fungsi lembaga peradilan (Sulthan Qadhaiyyah) dalam

ketatanegaraan Islam disebut sebagai Qadhi (hakim).

Syarat-syarat menjadi Qadhi,26 yaitu: muslim, merdeka, baligh, berakal, adil,

ahli fiqh (yang bisa mengetahui hukum serta aplikasinya), dikhususkan bagi qadhi

madzalim ada syarat tambahan yaitu laki-laki dan mujtahid.

Dalam ketatanegaraan Islam, Shulthan Al-Qadhaiyyah dibedakan menjadi

empat wilayat atau golongan, yaitu: Wilayat Al-Qadha, Wilayat Al-Hisbah, Wilayat

madzalim dan Wilayat Al-Mahkamah al-Asykariyyah.

a. Wilayat Al-Qadha ( القضاء والية )

Wilayat Al-Qadha adalah lembaga yang bertugas berwenang dan memberi

penerangan dan pembinaan hukum, menyelesaikan perkara sengketa, perselisihan.27

Menurut Salam Madzkur, Wilayat Al-Qadha adalah lembaga yang bertugas memutus

sengketa antara dua pihak yang bertikai dengan hukum yang ditetapkan oleh Allah

SWT dengan benar dan adil tanpa memihak kepada salah satunya, menempatkan

mereka sama dihadapan Allah.28

26 Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, Penerjemah: M. Maghfur W, (Bangil

jawa timur: Al-Izzah, 2002), h. 232. 27 Jaenal Aripin, Peradilan Agama Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di

Indonesia, h.166. 28 Muhammad Salam Madzkur, Peradilan dalam Islam, Penerjemah AM, Imron (Surabaya:

PT. Bina Ilmu, 1993), h. 65.

Page 41: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

29

Taqiyyudin an-Nabhani menyebut lembaga ini sebagai peradilan (qadha)

biasa, yang mengurusi penyelesaian perkara ditengah masyarakat dalam hal

muamalah (transaksi yang dilakukan satu orang dengan yang lainnya) dan ‘uqubat

(sanksi hukum).29 Dengan demikian lembaga ini mirip dengan lembaga peradilan

perdata.

Lembaga qadha dibentuk untuk menangani kasus-kasus (kehidupan sosial dan

keagamaan masyarakat muslim dan atau non muslim yang dzimmi) yang

membutuhkan keputusan berdasarkan hukum syariah.30

b. Wilayat Al-Hisbah ( احلسبة والية )

1. Pengertian Wilayah Hisbah

Wilayah hisbah terdiri dari dua kata, yaitu kata wilayah dan hisbah, yang

secara harfiah diartikan dengan kewenangan melakukan sesuatu perbuatan baik

dengan penuh perhitungan.

Wilayat Al-Hisbah adalah salah satu badan pelaksana kekuasaan kehakiman

dalam Islam yang bertugas untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kezaliman.

Al-Mawardi mendefinisikan al-hisbah dengan;

29 Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam: Doktrin, Sejarah, dan

RealitasEmpirik, Penerjemeh Moh. Maghfur Wachid (Bangil: Penerbit Al-Izzah, 1997), h. 248. 30 Nur Mufid dan Nur Fuad, Bedah Al-Akhmamussulthaniyyah: Mencermati Konsep

Kelembagaan Politik Era Abasiyah (Surabaya: Pustaka Prosessif, 2000), h. 115.

Page 42: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

30

فعله أظهر إذا المنكر عن ونهي تركه ظهر إذا بالمعروف أمر هي الحسبة

Artinya: “Menyuruh kepada kebaikan jika terbukti kebaikan itu ditinggalkan (tidak diamalkan), dan melarang dari kemungkaran jika terbukti kemungkaran dikerjakan.31

Allah berfirman:

كنلتو كمة منن أموعدر إلى يين الخورأميف وورعن بالموهنين وكر عنالم أولئكو

من هوفلح١٠٤ : عمران آل. (الم(

Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104).

Hisbah dipandang meluas bisa mencakup semua anggota masyarakat yang

mampu memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, baik mereka itu

ditugasi oleh Negara atau tidak diwajibkan secara resmi, sebagaimana ruang lingkup

hisbah yang mencakup hak-hak Allah dan hak-hak manusia, artinya bahwa hisbah

mencakup semua sisi kehidupan.32

31 Al-Mawardi, Al-Akhkam A-Shuthaniyyah wal-wilaadatud-diniyyah. Penerjemah Fadli Bahri (Jakarta: PT. Darul Falah, 2006), h. 398.

32 Jariban bin Ahmad Al-Haritsi, Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibn Al-

Khaththab. Penerjemeh H. Asmuni Solihan Zamakhsyari (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 588.

Page 43: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

31

2. Tugas dan wewenang Wilayah Hisbah

Kewenangan wilayah hisbah sesungguhnya merupakan kewenangan untuk

menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat munkar, serta menjadikan

kemaslahatan dalam masyarakat. Wilayah Hisbah mempunyai tugas yang sangat

banyak dan luas, tak heran kalau Ibnu Khaldun menyetarakan fungsi wilayatul hisbah

dengan fungsi Khilafah (pemerintahan). Semua yang diperintahkan dan dilarang oleh

syara’ adalah tugas Muhtasib.33

Seorang petugas hisbah (Muhtasib) memasuki seluruh sendi kehidupan

masyarakat. Kewajibannya tidak terbatas dalam hal perintah memakai jilbab, perintah

melaksanakan orang yang lalai shalat jumat, melarang berbagai maksiat dan

kemungkaran, tetapi juga dalam bidang ekonomi, seperti mengawasi praktik jual beli

dari riba, gharar, serta kecurangan, mengawasi standar timbangan dan ukuran yang

biasa digunakan, memastikan tidak ada penimbunan barang yang merugikan

masyarakat, mengawasi makanan halal,34 juga aspek sosial-budaya, seperti melarang

kegiatan hiburan yang bertentangan dengan Islam, memberantas judi buntut,

minuman keras, praktik asusila dan lain-lain.

Wilayah Hisbah memasuki lorong-lorong kecil di kampung-kampung, setiap

hari kerjanya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perkara syariat yang luput

dari perhatiannya. Wilayah Hisbah adalah lembaga yang setiap hari berkampanye

33 Jaenal Aripin, Peradilan Agama .. .…., h. 168. 34 Rohadi abd. Fatah, Islam and Good Governance, ijtihad politik umar bin Abdul Aziz

(Jakarta: Lekdis, 2007), h. 225.

Page 44: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

32

menumbuhkan kesadaran syariat Islam dan mengawasi pelaksanaannya dalam

masyarakat. Sebab itu, Muhtasib yang baik adalah yang lebih sering berada di

jalanan, di pasar, di kampung-kampung memantau pelaksanaan syariat oleh

masyarakat, daripada hanya sekedar berada di kantor.

Namun demikian Wilayah Hisbah hanya bertugas mengawasi hal-hal yang

tampak (zahir) dan sudah ma’ruf di kalangan masyarakat. Yaitu perkara-perkara

umum yang tidak ada perselisihan ulama tentang kewajiban melaksanakannya

ataupun meninggalkannya, atau sering juga disebut perkara-perkara yang sudah

menjadi ‘uruf (adat) dalam keseharian masyarakat. Adapun perkara-perkara detail

yang masih berupa was-was, dugaan, dan memerlukan investigasi secara mendalam,

pembuktian, kesaksian dan sumpah adalah bukan wewenang Wilayah Hisbah, tetapi

menjadi wewenang lembaga lainnya yaitu wilayatul qadha’ atau wilayatul madzalim.

Secara umum tugas dan dan fungsi muhtasib adalah:35

1) Menjalankan tugas amar maruf nahi munkar.

2) Melakukan supervise (pengawasan) pelaksanaan perdagangan dan pasar.

3) Supervise bidang pertanian dan lapangan kehidupan sosial.

4) Memberikan hukuman.

35 Ibid, h. 225.

Page 45: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

33

Seorang muhtasib memiliki hak-hak untuk melaksanakan hukuman apabila

ada pelanggaran secara langsung tanpa harus menunggu dilaksanakannya hukuman

melalui proses pengadilan.36

Di samping itu, Wilayah Hisbah juga mempunyai wewenang menjatuhkan

hukuman kepada orang-orang yang terbukti melanggar syari’at. Tentu hukuman itu

berbentuk ta’zir,37 yaitu hukuman yang diputuskan berdasarkan kearifan sang hakim

diluar bentuk hukuman yang ditetapkan syara’. Hukuman yang dijatuhkan Wilayah

Hisbah juga tidak seberat hukuman yang dijatuhkan melalui lembaga peradilan.

Tentu ketika menjatuhi hukuman Wilayah Hisbah harus sudah mempunyai

cukup bukti dan memang tampak jelas (terbukti) bahwa seseorang betul-betul

melanggar syari’at, atau tampak jelas seseorang meninggalkan perkara syari’at.

Karena itu Wilayah Hisbah tidak boleh sewenang-wenang, apalagi kalau hanya

berdasarkan prasangka-prasangka yang belum tentu benar. Ini penting karena

masyarakat tentu sangat sensitif terhadap segala macam bentuk hukuman, apalagi

kalau ternyata ia tidak melanggar syari’at atau hanya berdasarkan prasangka Wilayah

Hisbah saja. Kesalahan menjatuhi hukuman akan membuat masyarakat apatis

terhadap syariat. Dan menganggap syari’at mengganggu kebebasan privasi mereka.

36 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, h. 168. 37 Rohadi abd. Fatah, Islam and Good Governance, …(Jakarta: Lekdis, 2007), h. 225.

Page 46: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

34

c. Wilayat Al-Madzalim ( املظامل والية )

Wilayat Al-Madzalim adalah suatu kekuasaan dalam bidang pengadilan, yang

lebih tinggi dari kekuasaan hakim dan kekuasaan muhtasib.38 Jika dibandingkan

dengan lembaga-lembaga kehakiman sekarang, boleh disamakan dengan Pengadilan

Tinggi atau Mahkamah Agung, sebagai tempat bagi orang yang kalah tak puas

membandingkan perkaranya.39 Lembaga ini mengurusi penyelesaian perkara

perselisihan yang terjadi antara rakyat dan negara.40

Pejabat lembaga ini disebut sebagai Qadhi Mazhalim, yaitu Qadhi yang

diangkat oleh khalifah atau bisa juga diangkat oleh kepala Qadhi.41 Sedangkan yang

berwenang untuk memberhentikan, mengoreksi, mendisiplinkan serta memutasinya

dilakukan oleh khalifah atau mahkamah Mazhalim.42

Secara keseluruhan, menurut Muhammad Asad, Wilayat Al-Madzalim

mempunyai hak atau wewenang:43

38 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, h. 92. 39 A. Hajmy, Dimana Letaknya Negara Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), h. 258. 40 Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam…, h. 248. 41 Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, Penerjemah: M. Maghfur W, (Bangil

jawa timur: Al-Izzah, 2002), h. 246. 42 Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam, h. 265. 43 Muhammad Asad (Leopoldweiss), Masalah Kenegaraan Dalam Islam. Penerjemah Oemar

Amn Hoesin dan Amiruddin Djamil (Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Bersama, t.th), h. 63-64.

Page 47: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

35

1) Menengahi segala perkara pertikaian antara Amir (Kepala Negara) dan

Majelis Syura berdasarkan peraturan nash Al-qur’an dan Sunnah, yang

mana pertikaian itu diajukan ke mahkamah ini oleh salah satu diantara

kedua belah pihak.

2) Memveto salah satu perundang-undangan yang telah diputuskan oleh

Majelis Syura atau salah satu pekerjaan administratif dari pihak Amir

(Kepala Negara) dengan persetujuan Mahkamah, yangmana pendapat

Mahkamah bertentangan dengan nash Al-qur’an dan Sunnah.

3) Mengadakan referendum untuk menurunkan Amir (Kepala Negara) dari

jabatannya, dimana Majelis Syura dengan duapertiga golongan yang

mengajukan pengaduan bahwa dalam pemerintahannya sudah melanggar

syari’at.

d. Wilayat Al-Mahkamah al-‘askariyyah ( العشكرية احملكمة والية )

Al-Mahkamah al-‘askariyyah merupakan salah satu lembaga kekuasaan

kehakiman yang secara khusus menangani perkara-perkara yang terkait dengan

militer. Lembaga ini dibentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas dengan Qadhi Al-

Asykar atau Qadhi Al-Jund sebagai sebutan pejabat hakim. Posisi ini sudah ada sejak

Sultan Salahuddin Yusuf bin Ayyub.44 Tugasnya adalah untuk menghadiri sidang-

44 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia.., h. 169.

Page 48: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

36

didang di Dar al-‘Adl, terutama persidangan tersebut menyangkut tentang anggota

militer/ tentara. 45

Lembaga ini mirip dengan lembaga Mahkamah Militer yang ada di indonesia.

Keberadaan Al-Mahkamah al-‘askariyyah dalam system ketatanegaraan Islam

merupakan salah satu bukti bahwa keadilan merupakan harga mati yang harus

ditegakkan oleh siapapun dan dimanapun. Dengan kata lain semua warga Negara

tanpa kecuali termasuk anggota militer/ tentara harus taat dan tunduk pada hukum

yang berlaku.

45Muna ‘Abd al-Ghani Hasan, Al-Qadha fi al-Hayah as-Siyasiyyah wa al-Ijtima’iyyah fi Misr

fi al-‘Asr al-Mamluki, h. 77.

Page 49: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

37

BAB III

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR. 5 TAHUN 1999

A. Pengertian dan Tujuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 disebutkan bahwa : ”Komisi

Pengawas Persaingan Usaha adalah Komisi yang dibentuk untuk mengawasi

pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.1 Meski keanggotaan KPPU

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab langsung

kepada presiden, tetapi dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya, KPPU

bersifat independen. Indenpendensi KPPU yang bebas dari intervensi semua

pihak termasuk pemerintah merupakan sebuah keniscayaan yang dimiliki KPPU

sehingga dapat menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya secara obyektif

sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 pasal 2

berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara

kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.

1 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia , Undang-Undang Nomormor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek MoNomorpoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ,(KPPU-RI), h. 8.

Page 50: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

38

Adapun tujuan dari Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1999 sebagaimana

diatur pada Pasal 3 adalah untuk:2

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efsiensi ekonomi

nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat;

b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan

persaingan usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha

menengah dan pelaku usaha kecil;

c. Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan

d. Terciptanya efektivitas dan efsiensi dalam kegiatan usaha.

Pasal 2 dan 3 tersebut di atas menyebutkan asas dan tujuan-tujuan utama

Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1999. Diharapkan bahwa peraturan

mengenai persaingan akan membantu dalam mewujudkan demokrasi ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945

(Pasal 2) dan menjamin sistem persaingan usaha yang bebas dan adil untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menciptakan sistem perekonomian yang

efsien (Pasal 3). Oleh karena itu, mereka mengambil bagian pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 yang sesuai dengan Pasal 3 Huruf a dan b Undang-

Undang Nomor. 5 Tahun 1999 dari struktur ekonomi untuk tujuan

2 Undang-Undang Nomormor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek MoNomorpoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat , h. 8

Page 51: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

39

perealisasian kesejahteraan nasional menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan

demokrasi ekonomi, dan yang menuju pada sistem persaingan bebas dan adil

dalam pasal 3 Huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Hal ini

menandakan adanya pemberian kesempatan yang sama kepada setiap pelaku

usaha dan ketiadaan pembatasan persaingan usaha, khususnya

penyalahgunaan wewenang di sektor ekonomi.3

B. Sejarah Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran

atas barang dan atau jasa tertetntu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak

sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.4

Monopolisme dalam kegiatan ekonomi khususnya di Indonesia telah

mencatatkan sejarah yang kelam. Praktek monopoli telah diterapkan sejak lama

oleh para penjajah yang pada akhirnya hanya menguntungkan satu pihak dan

merugikan bahkan menyengsarakan perekonomian rakyat kecil. Selepas

kemerdekaan Indonesia, praktek monopoli ala kolonialisme sudah tidak

diterapkan lagi. Meskipun demikian pada tataran praktis, kegiatan perekonomian

secara makro tetap dikuasai oleh sekelompok orang yang dekat dengan lingkaran

3 Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,(Jakarta,

KPPU-RI,2009 ), h. 15. 4 Undang-Undang Nomormor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat Bab I Pasal I ayat 2,(KPPU-RI), h. 6.

Page 52: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

40

kekuasaan. Wacana mereformasi sistem perekonomian yang monopolistik

sebenarnya sudah ramai dibicarakan jauh sebelum meletusnya reformasi tahun

1998 meski wacana tersebut tidak sampai terejawantahkan pada tataran praktis.

Kondisi seperti ini berjalan sampai terjadinya reformasi tahun 1998.

Sejak 1989, telah terjadi diskusi intensif di Indonesia mengenai perlunya

perundang-undangan antimonopoli. Reformasi sistem ekonomi yang luas dan

khususnya kebijakan regulasi yang dilakukan sejak tahun 1980, dalam jangka

waktu 10 tahun telah menimbulkan situasi yang dianggap sangat kritis. Timbul

konglomerat pelaku suaha yang dikuasai oleh keluarga atau partai tertentu,

dan konglomerat tersebut dikatakan menyingkirkan pelaku usaha kecil dan

menengah malalui praktek usaha yang kasar serta berusaha untuk mempengaruhi

semaksimal mungkin penyusunan undang-undang serta pasar keuangan.

Tahun-tahun awal reformasi di Indonesia memunculkan rasa keprihatinan

rakyat terhadap fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar yang disebut

konglomerat menikmati pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional

Indonesia. Dengan berbagai cara mereka berusaha mempengaruhi berbagai

kebijakan ekonomi pemerintah sehingga mereka dapat mengatur pasokan atau

supply barang dan jasa serta menetapkan harga-harga secara sepihak yang

tentu saja menguntungkan mereka. Koneksi yang dibangun dengan birokrasi

Negara membuka kesempatan luas untuk menjadikan mereka sebagai pemburu

rente. Apa yang mereka lakukan sebenarnya hanyalah mencari peluang untuk

menjadi penerima rente (rent seeking) dari pemerintah yang diberikan dalam

Page 53: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

41

bentuk lisensi, konsesi, dan hak-hak istimewa lainnya. Kegiatan pemburuan rente

tersebut, oleh pakar ekonomi William J. Baumol dan Alan S. Blinder dikatakan

sebagai salah satu sumber utama penyebab inefsiensi dalam perekonomian

dan berakibat pada ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Latar belakang penyusunan undang-undang antimonopoli adalah

perjanjian yang dilakukan antara Dana Moneter Internasional (IMF) dengan

pemerintah Republik Indonesia, pada tanggal 15 Januari 1998. Dalam perjanjian

tersebut, IMF menyetujui pemberian bantuan keuangan kepada Negara Republik

Indonesia sebesar US$ 43 miliar yang bertujuan untuk mengatasai krisis

ekonomi, akan tetapi dengan syarat Indonesia melaksanakan reformasi

ekonomi dan hukum ekonomi tertentu. Hal ini menyebabkan diperlukannya

undang-undang antimonopoli.5

Meskipun demikian, Momerandum of Understanding (MoU) antara

Pemerintah Indonesia dengan IMF bukan satu-satunya alasan lahirnya Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan kata lain, kelahiran Undang-Undang

tersebut bukan merupakan intervensi dalam bentuk “pesanan” pihak luar (IMF).

Sejatinya kelahiran Undang-Undang tersebut merupakan cita-cita pemerataan

pembangunan ekonomi yang berbasis keadilan dan kesejahteraan masyarakat

Indonesia.

5 Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,(Jakarta, KPPU-RI,2009 ), h. 12.

Page 54: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

42

Dengan latar belakang demikian, maka disadari bahwa pembubaran

ekonomi yang dikuasai Negara dan perusahaan monopoli saja tidak cukup

untuk membangun suatu perekonomian yang bersaing. Disadari juga hal-hal

yang merupakan dasar pembentukan setiap perundang-undangan antimonopoli,

yaitu justru pelaku usaha itu sendiri yang cepat atau lambat melumpuhkan dan

menghindarkan dari tekanan persaingan usaha dengan melakukan perjanjian atau

penggabungan perusahaan yang menghambat persaingan serta penyalahgunaan

posisi kekuasaan ekonomi untuk merugikan pelaku usaha yang lebih kecil.

Disadari adanya keperluan bahwa Negara menjamin keutuhan proses persaingan

usaha terhadap gangguan dari pelaku usaha terhadap gangguan dari pelaku

usaha dengan menyusun undang-undang, yang melarang pelaku usaha mengganti

hambatan perdagangan oleh Negara yang baru saja ditiadakan dengan hambatan

persaingan swasta.

Indonesia sendiri baru memiliki aturan hukum dalam bidang persaingan

usaha, setelah atas inisiatif DPR disusun rancangan Undang-Undang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Rancangan Undang-

Undang tersebut akhirnya disetujui dalam Sidang Paripurna DPR pada tanggal 18

Februari 1999, dalam hal ini pemerintah diwakili oleh Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Rahardi Ramelan. Setelah seluruh prosedur legislasi terpenuhi,

akhirnya Undang-undang tentang larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Page 55: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

43

Usaha Tidak Sehat ditandatangani oleh Presiden B.J. Habibie dan diundangkan

pada tanggal 5 Maret 1999 serta berlaku satu tahun setelah diundangkan.6

Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai tindak lanjut hasil

Sidang Istimewa MPR-RI yang digariskan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor.

X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka

Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional, maka Indonesia

memasuki babak baru pengorganisasian ekonomi yang berorientasi pasar.7

C. Kedudukan, Susunan, Kewenangan dan Tugas Komisi Pengawas

Persaingan Usaha

1. Kedudukan KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga

negara komplementer (state auxiliary organ)8 yang mempunyai wewenang

berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan

hukum persaingan usaha. Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga

negara yang dibentuk diluar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu

6 Ibid., h. 13.

7 Ibid., h. 14. 8 Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU Nomor 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, Jurnal Ilmu

Hukum Yustisia 2007: h. 2.

Page 56: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

44

pelaksanaan tugas lembaga negara pokok (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif)9

yang sering juga disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi).

Peran sebuah lembaga independen semu negara (quasi) menjadi penting sebagai

upaya responsif bagi negara-negara yang tengah transisi dari otoriterisme ke

demokrasi.10

Lembaga quasi tersebut menjalankan kewenangan yang sebenarnya

sudah diakomodir oleh lembaga negara yang sudah ada, tetapi dengan

keadaan ketidakpercayaan publik (public distrust) kepada eksekutif, maka

dipandang perlu dibentuk lembaga yang sifatnya independen, dalam arti tidak

merupakan bagian dari tiga pilar kekuasaan. Lembaga-lembaga ini biasanya

dibentuk pada sektor-sektor cabang kekuasaan seperti yudikatif (quasi-judicial),

eksekutif (quasi-public) yang fungsinya bisa berupa pengawasan terhadap

lembaga negara yang berada di sektor yang sama atau mengambil alih beberapa

kewenangan lembaga negara di sektor yang sama.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga

independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang11. Selanjutnya, KPPU

merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas ganda selain

9 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Konpress, 2006), h. 24. 10 6 Juli 2009 http:// www.reformasihukum.org 11 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Konpress, 2006), h. 24.

Page 57: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

45

menciptakan ketertiban dalam persaingan usaha juga berperan untuk menciptakan

dan memelihara iklim persaingan usaha yang kondusif. Meskipun KPPU

mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya Hukum Persaingan Usaha,

namun KPPU bukanlah lembaga peradilan khusus persaingan usaha. Dengan

demikian KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi baik pidana maupun

perdata. Kedudukan KPPU lebih merupakan lembaga administratif karena

kewenangan yang melekat padanya adalah kewenangan administratif, sehingga

sanksi yang dijatuhkan merupakan sanksi administratif (pasal 36). KPPU

diberi status sebagai pengawas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Status hukumnya adalah sebagai lembaga yang independen

yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah dan pihak lain (pasal

30).

Implementasi dari Undang-Undang persaingan usaha penegakannya

diserahkan pada KPPU sebagai salah satu organ penegakan hukum persaingan

usaha tingkat awal, yang selanjutnya bila ada keberatan dilanjutkan pada

Pengadilan Negeri (pasal 44 ayat2) dan Mahkamah Agung (pasal 45 ayat 3).

Walaupun pada awalnya banyak yang mempertanyakan mengenai

kontroversi kedudukan lembaga KPPU, tetapi sejalan dengan waktu, dunia usaha

dan masyarakat telah mengenal dengan mempercayakan pengaduannya kepada

KPPU. Awal dari kelahiran KPPU sebagai lembaga pemutus persaingan usaha

menimbulkan kekhawatiran terjadinya penumpukan kekuasaan dalam satu tangan.

Page 58: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

46

Hal ini tidak akan terjadi karena kewenangan KPPU dibatasi oleh Pasal 47

Undang-Undang Persaingan Usaha.

2. Susunan KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha mempunyai sekurang-kurangnya 7

(tujuh) orang anggota, yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Susunan

Komisi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap

angota dan 5 (lima) anggota Komisi (pasal 31 ayat 1).

Anggota Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan bertanggung jawab kepada Presiden

(pasal 30 ayat 3).

Masa jabatannya 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan berikutnya, apabila terjadi kekosongan pada berakhirnya masa

jabatan dalam keanggotaan Komisi, maka masa jabatan anggota dapat

diperpanjang sampai pengangkatan anggota baru (pasal 31 ayat 3 dan 4).

3. Tugas KPPU

Sesuai dengan ketentuan undang-undang Nomor. 5 tahun 1999 pasal 35,

Komisi pengawas Persaingan Usaha mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Malakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16;

Page 59: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

47

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 17 dengan

pasal 24;

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25

sampai dengan 28;

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagai mana

diatur dalam pasal 36;

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persangan usaha tidak sehat;

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-

undang ini;

g. Memberi laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden

dan Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Kewenangan KPPU

Dalam pasal 36, undang-undang Nomor. 5 tahun 1999. Komisi

Pengawas Persaingan Usaha mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat;

Page 60: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

48

b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang

ditemukan oleh komisi sebagai hasil penelitiannya;

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada

atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat;

e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini;

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang

ini;

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan hurug

f, yang tidak berdedia memenuhi panggilan Komisi;

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini;

Page 61: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

49

i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat

bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak

pelaku usaha lain atau masyarakat;

k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku

usaha yang melanggar ketentuan undang-undan g ini.

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku

usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

D. Kedudukan KPPU dalam Sistem Ketatanegaraan (teori trias politika)

Dalam konteks ketatanegaraan, KPPU merupakan lembaga negara

komplementer (state auxiliary organ) yang mempunyai wewenang berdasarkan

UU No 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha.

Secara sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk di

luar konstitusi dan merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas

lembaga negara pokok (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif) yang sering juga

disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi). Peran sebuah lembaga

independen semu negara (quasi) menjadi penting sebagai upaya responsif bagi

negara-negara yang tengah mengalami transisi dari otoriterisme ke demokrasi.

Page 62: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

50

Lembaga quasi tersebut menjalankan kewenangan yang sebenarnya

sudah diakomodasi oleh lembaga negara yang sudah ada, tetapi dengan

keadaan ketidakpercayaan publik (public distrust) kepada eksekutif, maka

dipandang perlu dibentuk lembaga yang sifatnya independen, dalam arti tidak

merupakan bagian dari tiga pilar kekuasaan. Lembaga-lembaga ini biasanya

dibentuk pada sektor-sektor cabang kekuasaan seperti yudikatif (quasi-judicial),

eksekutif (quasi-public) yang fungsinya bisa berupa pengawasan terhadap

lembaga negara yang berada di sektor yang sama atau mengambil alih beberapa

kewenangan lembaga negara di sektor yang sama.

Jika dibandingkan dengan state auxiliary organ lainnya seperti KPK maka

terdapat persamaan dan perbedaan antara KPK dengan KPPU. Beberapa

persamaan antara keduanya adalah: kedua komisi ini dibentuk berdasarkan

ketentuan Undang-Undang. KPK dibentuk dengan UU No.30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sedangkan KPPU dibentuk

dengan UU No 5 tahun 1999. Namun demikian sejalan dengan pemikiran Jimly

Asshiddigie, kedua komisi ini berbeda dalam hal kedudukan. KPK disebut

sebagai komisi Negara yang independen berdasarkan konstitusi atau yang

memiliki constitutional importance. Hal ini dikarenakan walaupun pembentukan

KPK dengan UU, namun keberadaan KPK memiliki sifat constitutional

importance berdasarkan Pasal 24 ayat (3) UUD NKRI 1945. SedangkanKPPU

Page 63: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

51

merupakan lembaga independen lain yang dibentuk berdasarkan undang-

undang.12

Perbedaan yang lain berkaitan dengan latar belakang pembentukan kedua

komisi ini. KPK dibentuk sebagai respon tidak efektifnya Kepolisian dan

Kejaksaan dalam memberantas korupsi yang semakin merajalela. Diharapkan

dengan adanya KPK dapat mendorong penyelenggaraan Good Governance.

Sehingga keberadaan komisi sangat penting, hanya saja perlu ada koordinasi

dengan instansi yang memiliki kewenangan yang serupa. Sedangkan

pembentukan KPPU bertujuan untuk menjamin iklim usaha yang kondusif,

dengan adanya persaingan yang sehat, sehingga ada kesempatan berusaha yang

sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.

Selain itu, komisi ini dibentuk juga untuk mendorong terciptanya efisiensi dan

efektivitas dalam kegiatan usaha.

Selanjutnya, KPPU merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas

ganda selain menciptakan ketertiban dalam persaingan usaha juga berperan untuk

menciptakan dan memelihara iklim persaingan usaha yang kondusif. Meskipun

KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya Hukum Persaingan

Usaha, namun KPPU bukanlah lembaga peradilan khusus persaingan usaha.

Dengan demikian KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi baik pidana

maupun perdata. Kedudukan KPPU lebih merupakan lembaga administratif

12 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Konpress, 2006) h.24.

Page 64: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

52

karena kewenangan yang melekat padanya adalah kewenangan administratif,

sehingga sanksi yang dijatuhkan merupakan sanksi administratif. KPPU diberi

status sebagai pengawas pelaksanaan UU No 5 Tahun 1999. Status hukumnya

adalah sebagai lembaga yang independen yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan Pemerintah dan pihak lain. Anggota KPPU diangkat dan diberhentikan

oleh Presiden atas persetujuan DPR. Anggota KPPU dalam menjalankan tugasnya

bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini sejalan dengan praktek di Amerika

dimana FTC (the Federal Trade Commission) bertanggung jawab kepada

Presiden. Ketentuan ini wajar karena KPPU melaksanakan sebagian dari tugas

tugas pemerintah, sedangkan kekuasaan tertinggi pemerintahan ada dibawah

Presiden. Walaupun demikian, tidak berarti KPPU dalam menjalankan tugasnya

dapat tidak bebas dari campur tangan pemerintah. Independensi tetap dijaga

dengan keterlibatan DPR untuk turut serta menentukan dan mengontrol

pengangkatan dan pemberhentian anggota KPPU.13

E. Perbedaan Tugas dan Fungsi KPPU dengan Kementerian Hukum dan

HAM, Kementerian Perindudtrian dan Kementerian Perdagangan

Secara umum, tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah

melakukan pegawasan terhadap kegiatan pelaku usaha di Indonesia berkaiatan

13 Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,(Jakarta,

KPPU-RI,2009 ), h. 313.

Page 65: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

53

dengan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Selain itu KPPU juga

memiliki kewenangan melakukan investigasi terhadap pelaku usaha yang patut

diduga melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sekaligus berwenang

menjatuhkan sanksi terhadap pelaku usaha yang terbukti melanggar Undang-

Undang tersebut.

Berkaitan dengan aktifitas dunia usaha di Indonesia, KPPU menjalin

hubungan yang baik dengan semua pihak khususnya lembaga-lembaga terkait.

Pola hubungan yang dibangun adalah koordinatif mengingat KPPU merupakan

lembaga independent. Dalam hal pendirian badan usaha bukan merupakan

domain KPPU. Kegiatan usaha baik dilakukan secara perseorangan maupun

kelembagaan (badan usaha) tidak terlepas dari peraturan-peraturan kegiatan usaha

dan atau pendirian badan usaha yang berlaku di Indonesia. Secara tehnis izin

legalitas dan izin pelaksanaan kegiatan usaha di Indonesia sudah diatur oleh

Pemerintah melalui kemeterian-kementerian yang terkait seperti Kementerian

Hukum dan HAM RI, Kementerian Perindustrian RI maupun Kementerian

Perdagangan RI.

Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Direktorat Jenderal

Administrasi Hukum memiliki salah satu tugas dan kewenangan memberikan

Page 66: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

54

legalitas pendirian badan hukum termasuk pendirian badan usaha.14 Selanjutnya

berkaitan dalam kegiatan dunia usaha, Kementerian Perindustrian RI memiliki

salah satu kewenangan pokok yaitu; Perumusan kebijakan nasional, kebijakan

pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang perindustrian.15 Kemudian pada

persoalan perdagangan usaha, Kementerian Perdagangan RI melalui Direktorat

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri memiliki tugas pokok merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perdagangan dalam

negeri.16 Termasuk juga kewenangan Kementerian Perdagangan RI adalah

menerbitkan berbagai macam perizinan dan non perizinan dalam kegiatan usaha

perdagangan barang dan jasa seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat

Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing (SIUP3A), Surat Ijin

Usaha Jasa Survey (SIUJS) dll.

Dalam kaitan aktifitas dunia usaha di Indonesia, keempat lembaga tersebut

(KPPU, Kementerian Hukum dan HAM RI, Kementerian Perindustrian RI dan

Kementerian Perdagangan RI) memiliki tugas dan fungsi yang saling terkait.

Persoalan pengesahan badan hukum, perizinan usaha perdagangan dan ketentuan

perindustrian merupakan kewenangan dari Kementerian Hukum dan HAM RI,

Kementerian Perindustrian RI dan Kementerian Perdagangan RI. Sedangkan

14 http://www.kemenkumham.go.id/unit/ditjen-ahu/home, diakses pada tanggal 20 mei 2011

15 http://www.kemenperin.go.id/Content102.aspx?kd_unit=000000, diakses pada tanggal 20 mei 2011

16 http://www.kemendag.go.id/tupoksi_direktorat_jenderal_perdagangan_dalam_negeri/, diakses pada tanggal 20 mei 2011

Page 67: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

55

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan pengawasan terhadap

kegaiatan usaha yang sudah berdiri dan atau berjalan berkaiatan dengan larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Dengan demikian wilayah KPPU tidak masuk kedalam ranah mengenai

legalitas pendirian dan segala sesuatu yang berkaiatan dengan izin operasional

suatu kegiatan usaha. Persoalan legalitas usaha badan hukum merupakan

kewenangan dari Kementerian Hukum dan HAM RI. Selanjutnya mengenai

kegiatan operasional pelaku usaha diatur sesuai ketentuan yang berlaku baik di

Kementerian Perindustrian RI maupun Kementerian Perdagangan RI. Dengan

kata lain KPPU melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha perorangan

maupun badan yang sudah berjalan (disahkan) kegiatan usahanya oleh peraturan

yang berlaku.

Page 68: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

56

BAB IV

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM

KETATANEGARAAN ISLAM (ANALISIS PASAL 35 DAN 36 UNDANG-

UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK

MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT)

A. Analisis Pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang no. 5 tahun 1999 pasal 35, Komisi

pengawas Persaingan Usaha mempunyai tugas sebagai berikut:1

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16;

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 17 dengan

pasal 24;

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

1 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ,(KPPU-RI), h.19

Page 69: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

57

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai

dengan 28;

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagai mana diatur

dalam pasal 36;

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persangan usaha tidak sehat;

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-

undang ini;

g. Memberi laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden

dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berkaitan dengan pasal 35 UU Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, secara umum

tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1) Monitoring

Salah satu tugas pokok Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) adalah melakukan monitoring (pengawasan) bagi setiap pelaku

usaha di Indonesia untuk tidak mempraktekan segala bentuk tidakan

monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Monitoring terhadap pelaku usaha berkaitan juga dengan penilaian

suatu terhadap perjanjian usaha dan kegiatan usaha untuk memastikan ada

Page 70: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

58

atau tidaknya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek-praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

2) Publikasi

Sebagai salah satu langkah prefentif sekaligus memberikan edukasi

kepada masyarakat dalam hal ini adalah pelaku usaha, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi

mengenai penyusuanan pedoman regulasi dan publikasi Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

3) Konsultatif

Dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki

tugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah

berkaitan dengan kegiatan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat. Saran dan pertimbangan KPPU diperlukan untuk mengawal setiap

kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian agar

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

4) Pelaporan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) secara intensif dan

periodik bertugas memberikan laporan tertulis berkaitan dengan capaian

hasil kerja kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI).

Sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat 3 Undang-Undang Nomor 5

Page 71: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

59

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, KPPU bertanggung jawab kepada Presiden.

Selanjutnya, mengenai kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU), lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 36 Undang-Undang Nomor. 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai

berikut:2

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan

oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh komisi

sebagai hasil penelitiannya;

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau

tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini;

2 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ,(KPPU-RI), h.19-20

Page 72: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

60

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi

ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan hurug f, yang

tidak berdedia memenuhi panggilan Komisi;

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan undang-undang ini;

i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak

pelaku usaha lain atau masyarakat;

k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha

yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Secara umum, dari sekian banyak wewenang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) dapat diklasifikasikan dalam beberapa

kewenangan sebagai berikut:

:

Page 73: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

61

1. Menerima Pengaduan Masyarakat

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berwenang menerima

dan menindaklanjuti berbagai pengaduan masyarakat berkaitan dengan

dugaan adanya kegiatan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Kewenangan ini lebih bersifat pasif karena KPPU merespon adanya dugaan

terjadinya kegiatan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

berdasarkan pengaduan masyarakat. Meski demikian kewenangan tersebut

pada dasarnya manifestasi dari terjalinnya hubungan yang baik antara KPPU

sebagai sebuah institusi dengan berbagai steakholder baik masyarakat secara

personal individual maupun secara komunal.

2. Investigatif

Selain “menunggu” pengaduaan dari masyarakat, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) juga memiliki kewenangan aktif yaitu melakukan

langkah-langkah investigasi terhadap adanya dugaan dan atau patut diduga

berkaiatan kegiatan yang mengarah terjadinya praktek-praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Langkah-langkah investigatif bisa dilakukan

dengan penelitian, pemeriksaan dan penyelidikan.

Melalui kewenangan investigasi ini, KPPU juga berwenang untuk

meneliti, mendapatkan atau meminta dokumen dan alat bukti lain yang

berkaitan dengan peneylidikan dan pemeriksaan suatu kasus.

Page 74: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

62

3. Eksekutor

Dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), memiliki

kewenanangan untuk mengajukan tuntutan melaui pemanggilan terhadap

pelaku usaha yang diduga melanggar, pemanggilan saksi-saksi yang

diperlukan serta menjatuhkan sanksi administratif bagi pelaku usaha yang

terbukti melanggar Undang-Undang anti monopoli.

Meski KPPU memiliki kewenangan memberikan putusan sanksi dalam

perkara tindak praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, pelaku

usaha dapat mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU kepada

Pengadilan Negeri (PN) dan Mahkamah Agung (MA). Dengan kata lain

KPPU merupakan pemutus perkara ditingkat awal.

4. Koordinatif

Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) berwenang berkoordinasi (bekerjasama dengan

pihak-pihak yang dibutuhkan termasuk dengan pihak penyidik. Kewenangan

ini mutlak diperlukan sehingga KPPU dapat lebih efektif dan efisien dalam

melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya.

Page 75: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

63

B. Kegiatan Pengawasan Persaingan Usaha Dalam Prespektif Ketatanegaraan

Islam.

1. Wilayah Hisbah Dalam Sistem Ketatanegaraan Islam

Struktur kelembagaan yang digunakan di seluruh ketatanegaraan dunia

termasuk Indonesia dewasa ini, tentu tidak mudah menemukan persamaan

lembaga dari segi tugas, wewenang dan kedudukan dalam sejarah ketatanegaraan

Islam. Lembaga Negara seperti Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif memang bisa

di analogikan dengan sulthan Tanfiziyyah, Tasri’iyah dan Qadhaiyyah akan

tetapi hubungan ini tidak bisa disamakan karena perbedaan yang begitu besar

antara masa lalu dan modern seperti sekarang ini. Apalagi dengan lembaga-

lembaga seperti kepala Negara, Wizarat, imarat ‘ala al-bilad, Qadha, hisbah,

madzalim, dan lain sebagainya.

Dalam konsep Islam segala bentuk tindakan dan kegiatan yang

merugikan orang lain adalah sesuatu yang dilarang. Termasuk dalam kegiatan

perekonomian (mu’amalah). Meskipun dalam sejarah sistem ketatanegaraan

Islam tidak dijelaskan secara eksplisit lembaga yang secara spesifik khusus

menangani persoalan kegiatan monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,

tetapi secara subtantif, fungsi pelarangan, pengawasan dan penetapan sanksi

terhadap pelaku usaha yang merugikan orang lain sudah ada dan melekat pada

sebuah institusi yang disebut wilayah hisbah. Dikatakan tidak spesifik

mengawasi kegiatan perekonomian karena institusi ini menjalankan fungsinya

Page 76: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

64

lebih luas yakni amar ma’ruf nahi munkar dalam semua sendi kehidupan

masyarakat.

Apabila dikaitkan dengan tiga pilar sistem kelembagaan negara yang

lazim berlaku yakni wilayah legislatif, eksekutif dan yudikatif, maka dalam

sistem ketataneraan Islam juga mengenal istilah Sulthan Tanfiziyyah (legislatif),

Tasri’iyah (eksekutif) dan Qadhaiyyah (yudikatif). Jika dilihat dari fungsinya

sebagai lembaga yang mengawasi tegaknya amar ma’ruf nahi munkar dalam

semua sendi kehidupan masyarakat termasuk sektor kegiatan perekonomian,

maka lembaga wilayah hisbah termasuk kedalam institusi Qadhaiyyah

(yudikatif) karena juga dapat memberikan sanksi bagi setiap pelanggaran aturan

syariat yang terjadi.

Secara prinsipil, konsep hisbah yang berkaitan dengan pengaturan

kegiatan perekonomian telah dipraktekan sejak awal periode Islam di zaman

Rasulullah SAW. Pada perkembangan selanjutnya terutama di zaman para

sahabat dan periode setelahnya, kegiatan hisbah mengalami banyak kemajuan

dan keberadaannya menjadi barometer terciptanya tatatan kehidupan masyarakat

terutama dalam kegiatan mu’ammalah (perekonomian) yang sesuai dengan

prinsip-prinsip syari’at Islam.

Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan lembaga hisbah dalam

pengaturan kegiatan perekonomian masyarakat dan negara:

Page 77: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

65

1) Masa Nabi Muhammad SAW

Kondisi peradilan mulai berkembang setelah Rasulullah hijrah dari Makkah

ke Madinah. Pada waktu itu Rasulullah SAW mempererat persaudaraan antara kaum

Muhajirin dan Anshar. Peradilan pada masa ini sudah terlihat dengan adanya sahabat

yang diutus oleh Rasulullah SAW untuk menjadi qadhi, seperti Ali bin Abi Thalib di

Yaman dan Muadz Ibn Jabbal sebagai qadhi di Janad.3

Pada waktu itu, kewenangan untuk menyelesaikan persoalan diberikan kepada

shahabat (qadhi), tetapi, apabila terjadi ketidakpuasan terhadap putusan tersebut,

boleh mengajukan keputusan kembali kepada Rasulullah SAW.

Meski secara kelembagaan Wilayah Hisbah pada masa Rasulullah SAW ini

belum terbentuk, akan tetapi praktik-praktik yang mengarah pada kewenangan hisbah

sudah dilakukan sendiri oleh beliau langsung. Sebagai salah satu contoh prektek

wilayah hisbah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terdapat dalam sebuah hadits

berikut:

أصابعه فنالت فيها يده فأدخل طعام برةص على مر وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول أن فوق جعلته أفال قال اهللا رسول يا السماء أصابته قال الطعام صاحب يا هذا ما فقال بلال

)هريرة أبو عن مسلم واهر. (مني فليس غش من الناس يراه كي الطعام Artinya : “Bahwa Rasulullah SAW berjalan (melihat-lihat) tumpukan

makanan, lalu beliau memasukan tangannya kedalam makanan tersebut. Jari beliau menemukan bahwa bagian bawah tumpukan makanan itu basah. Lalu beliau bertanya: “Ini apa, wahai pemilik makanan?” Dia menjawab: “Terkena hujan, ya

3 Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, Penerjemah: M. Maghfur W, (Bangil jawa timur: Al-Izzah, 2002), H. 226-227.

Page 78: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

66

Rasulullah.” Beliau bersabda: “Tidakkah seharusnya yang terkena hujan diletakkan dibagian atas makanan ini, sehingga orang-orang bisa mengetahuinya. Siapa yang menipu maka bukan termasuk golongan (umat) ku”.

Dari hadits diatas secara tegas dijelaskan bahwa segala unsur penipuan yang

berujung pada kerugian salah satu pihak dalam kegiatan perekonomian adalah suatu

tindakan yang terlarang. Pada periode ini Rasulullah SAW telah meletakkan pondasi

dasar sistem perekonomian yang sesuai prinsip-prinsp syari’at Islam.

2) Masa Sahabat (al-Khulafa al-Rasyidin)

Setelah Rasulullah SAW wafat kewenangan sebagai pemimpin masyarakat

(negara) digantikan oleh Abu Bakar, Umar Ibn al Khaththab, Utsman Ibn Affan, dan

Ali Ibn Ali Thalib. Secara umum kondisi peradilan pada masa ini tidak banyak

mengalami perubahan. Tetapi pada masa Umar Ibn al-Khaththab dan Ali Ibn Abi

Thalib diberikan bimbingan dan petunjuk kepada qadhi hisbah yang diangkat. Namun

pada masa ini tidak banyak mengalami perubahan, artinya muhtasib dipegang sendiri

oleh khalifah.

Sahabat Umar Ibn al Khaththab merupakan salah satu al-Khulafa al-Rasyidin

yang konsen didalam praktek dan pengembangan konsep hisbah. Wilayah Hisbah

difokuskan juga pada kegiatan perekonomian masyarakat dan Negara. Melalui

keberadaan Wilayah Hisbah ini, kegiatan pasar dapat dimonitoring dengan baik.

Praktek-praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat dicegah,

pelanggaran terhadap peraturan kegiatan perekonomian dapat ditindak tegas sehingga

geliat perekonomian dapat berkembang pesat sesuai dengan aturan syari’at Islam.

Page 79: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

67

Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan wilayah hisbah dalam kegiatan

perekonomian pada masa sahabat Umar Ibn al Khaththab :

a) Memerangi Segala Bentuk Penipuan Dalam Perdagangan

Umar Ibn al Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu mempunyai perhatian

yang kuat untuk melawan penipuan dan melarangnya. Misalnya

diriwayatkan bahwa beliau melarang mencampur susu dengan air dalam

hal ini beliau memerintahkan penyerunya dan menyerukan : “Jangan

campur susu dengan air.” Umar Ibn al Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu

juga melawan segala penyimpangan terhadap larangan tersebut dengan

sungguh-sungguh dan tegas. Buktinya adalah diriwayatkan bahwa Umar

Radhiyallahu ‘Anhu melihat seorang laki-laki yang mencampur susu

dengan air untuk dijual, maka beliau meyiramkan susu itu kepadanya.”4

Persoalan yang ada bukan terletak pada dicampurnya susu dengan air

tersebut, tetapi unsur penipuan yang dilakukan oknum padagang tersebut

yang menyatakan bahwa susu tersebut adalah murni. Hal ini berbeda jika

disebutkan bahwa susu tersebut sudah dicampur dengan air dengan

disebutkannya jumlah kadar air tersebut. Dengan demikian segala

tindakan yang mengandung unsur penipuan termasuk dalam kegiatan

perekonomian adalah sesuatu yang sangat dilarang.

4 Jaribah bin Ahmad Al-Harisi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khatab. Penerjemah Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta, 2006), h.594

Page 80: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

68

Dari keterangan diatas, terlihat secara jelas dan tegas Sahabat Umar

Radhiyallahu ‘Anhu melakukan “intervensi” kegiatan pasar dengan tujuan

memastikan bahwa tidak ada unsur penipuan dalam bentuk apapun pada

kegiatan usaha masyarakat.

b) Melarang Penimbunan dan Monopoli Pasar

Umar sangat mendorong para pedagang untuk mengimpor barang agar

terpenuhi kebutuhan pasar umat Islam, sebaliknya sikapnya keras dalam

menghadapi para penimbun yang buru-buru membeli barang-barang

tersebut, kemudian menimbunnya dari umat Islam, dan mengeluarkan

perintahnya untuk melarang para penimbun barang untuk berjual beli

dipasar umat Islam. Diantara perkataan umar dalam hal ini, : “Barang

siapa yang datang ke tanah kami dengan barang dagangan, hendaklah dia

menjualnya sebagaimana yang diinginkannya, dia adalah tamuku sampai

dia keluar, dia adalah teladan kami, dan janganlah menjual di pasar kami

seorang penimbun barang.” Umar juga berkata, “Tidak boleh ada

penimbun barang dipasar kami, dan jangalah dipercaya orang-orang yang

ditangannya ada kelebihan harta dari rizki Allah yang turun ditanah kami,

maka mereka menimbunnya dari kami, akan tetapi siapa saja yang

mengimpor dengan hartanya pada musim dingin dan panas, maka dia

adalah tamu Umar, maka silahkan dia menjual sebagaimana Allah

kehendaki, dan silahkan menahan sebagaimana Allah kehendaki.” Dalam

riwayat lain disebutkan bahawa umar bin khatab keluar pasar, maka dia

Page 81: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

69

melihat orang-orang menimbun sisa barangnya, maka umar berkata,

“janganlah bersenang-senang! Allah Azza Wajalla memberikan kami

rizki, sehingga ketika sampai kepasar kami beberapa kaum menimbun sisa

barang mereka dari para janda dan orang-orang miskin, maka apabila para

pengimpor datang mereka menjual sesuai apa yang mereka inginkan

dengan sewenang-wenang.5

Pada kegiatan ini, wilayah hisbah yang diterapkan oleh Sahabat Umar

memiliki peranan yang sangat besar dalam menegakan aturan pasar.

Kegaiatan monopoli termasuk kegiatan penimbunan merupakan tindakan

yang dapat merugikan salah satu pihak. Pada sisi lain, beliau juga

memeberikan perhatian khusus dalam pengembangan kegiatan

perekonomian dengan cara mendorong kegiatan distribusi ekspor impor

barang yang dibutuhkan masyarakat.

c) Menjaga Kepentingan Umum

Kepentingan umum yang dimaksud adalah pengaturan jalur sarana dan

prasarana yang menunjang distribusi perdagangan seperti jalan, pasar,

pelabuhan dll. Dalam hal ini konsep wilayah hisbah mengatur sekaliguis

memberi jaminan bahwa sarana-sarana tersebut berfungsi untuk

kepentingan umum dan mencegah penyalahgunaan dengan dikuasainya

oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi dan golongan.

5 Ibid, h.604

Page 82: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

70

d) Pengawasan Harga Pasar

Umar memiliki perhatian yang besar dalam mengikuti perkembangan

harga dan mengawasinya. Ketika datang utusan kepadanya, maka dia

bertanya tentang keadaan mereka dan harga-harga kepada mereka; “Tidak

diragukan bahwa tingkat harga dianggap sebagai indikasi terbesar tingkat

mata pencaharian, karena dia mempunyai pengaruh terhadap nilai mata

uang. Bahkan naiknya harga merupakan indikasi tersbesar inflasi, dimana

ketika terjadi inflasi, harga-harga naik tajam, dan hal tersebut

menyebabkan berkurangnya nilai mata uang. Infalasi merupakan penyakit

ekonomi yang berbahaya yang bisa menghalangi langkah pertumbuhan

ekonomi atau memberhentikan sama sekali langkah tersebut.6

Mengenai persoalan harga pasar, konsep wilayah hisbah yang

diterapkan oleh sahabat Umar mendapatkan perhatian serius. Menurukan

harga dibawah pasar dengan maksud menjatuhkan pedagang lain adalah

sesuatu tindakan yang dilarang karena dapat mengakibatkan persaingan

usaha yang tidak sehat.

Terdapat beberapa riwayat yang shahih mengenai sahabat Umar dalam

memperhatiakan persoalan harga diantaranya; Abdul Razzaq

meriwayatkan dari Ma’mar bahwa sampai kepadanya berita bahwa Umar

Radhiyallahu ‘Anhu bertemu seseorang yang menjual makanan, dia telah

6 Ibid, h.611

Page 83: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

71

menurunkan harga, maka Umar berkata kepadanya: “Keluarlah dari pasar

kami dan juallah sesuai kehendakmu!”. Selain itu, ada riwayat yang

menunjukan bahwa Umar Radhiyallahu ‘Anhu meminta pada beberapa

penjual untuk menjual dengan harga pasar. Riwayat tersebut tidak

menjelaskan harga yang diberlakukan oleh para penjual, apakah lebih

rendah atau lebih tinggi dari harga pasar. Diriwayatkan bahwa seseorang

laki-laki datang membawa kismis dan menaruhnya di pasar, atau kamu

pergi dari pasar kami. Sesungguhnya kami tidak memaksamu dengan satu

harga. “Lalu diriwayatkan bahwa dia menyingkir dari mereka.”7

Dengan demikian keberadaan konsep wilayah hisbah dalam kegiatan

perekomian yang dipraktekan sahabat Umar Ibn Al-Khattab pada

dasarnya adalah usaha untuk menciptakan iklim usaha dan perekonomian

yang sehat dan dinamis, melindungi kepentingan bersama, mewujudkan

kesejahteraan masyarakata sesuai dengan aturan syari’at Islam.

3) Masa Daulah Umayyah

Setelah Ali Ibn Abi Thalib wafat, kekhalifahan digantikan oleh

Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib. Melihat adanya perdebatan dan kurangnya

dukungan masyarakat terhadap kepemimpinannya, akhirnya ia serahkan

7 Ibid, h.613

Page 84: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

72

kekhalifahan kepada Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, maka dimulailah masa

imperium Daulah Umayyah dari 661 – 750 M.

Peradilan pada masa ini memiliki keistimewaan yaitu berada

terpisah dengan kekuasaan pemerintah. Terbukti dengan adanya

penentuan qadhi yang dipilih khalifah, dengan memiliki kewenangan

memutus perkara kecuali dalam bidang hudud dan jinayat.8karena dua

perkara tersebut bukan termasuk hisbah melainkan pada dasarnya

merupakan sengketa yang selalu ada dalam kehidupan manusia.

Pelaksanaan peradilan itu sendiri sesungguhnya masih sama dengan

peradilan pada masa al-khalifah al-rasyidin.

Dengan demikian, wilayah hisbah pada periode ini sudah menjadi

satu lembaga khusus dari lembaga peradilan yang ada dengan

kewenangan mengatur dan mengontrol pasar dari perbuatan-perbuatan

yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

4) Masa Daulah Abbasiyah

Setelah Daulah Umayyah runtuh dan digantikan oleh Daulah

Abbasiyah dari kurun waktu 750 M-1225 M (132 H-656 H), umat Islam

banyak mengalami kemajuan dalam segala bidang termasuk dalam

lembaga peradilan, pada periode ini telah terjadi pemisahan kekuasaan,

8 Abdul Qadim Zallum, Sistem Pemerintahan Islam, Penerjemah: M. Maghfur W, (Bangil jawa timur: Al-Izzah, 2002), h. 241.

Page 85: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

73

lembaga peradilan dikepalai oleh qadhi al-qudhah yang berkedudukan di

ibukota, dengan kewenangan mengawasi para qadhi yang berkedudukan

di daerah kekuasaan Islam. Begitu juga dengan lembaga hisbah sudah

terlaksana dengan baik, lembaga ini berada di bawah lembaga peradilan

dan berfungsi untuk memperkecil perkara-perkara yang harus

diselesaikan oleh wilayah qadha.

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, kelembagaan hisbah masih

sama dengan kelembagaan hisbah pada periode Umayyah, Namun

kewenangan mengangkat muhtasib sudah tidak lagi dalam kekuasaan

khalifah, tetapi diserahkan kepada qadhi al-qudhah, baik mengangkat

maupun memberhentikannya.

Sistem penerapan wilayah hisbah, muhtasib tidak berhak untuk

memutuskan hukum sebagaimana halnya pada wilayah qadha, muhtasib

hanya dapat bertindak dalam hal-hal skala kecil dan pelanggaran moral,

yang jika dianggap perlu muhtasib dapat memberikan hukuman ta’zir

terhadap pelanggaran moral (kesusilaan) dan atau keselamatan

masyarakat umum. Sedangkan untuk melaksanakan penangkapan,

penahanan, dan penyitaan tidak termasuk dalam kewenangannya. Di

samping itu, muhtasib juga berwenang melakukan pencegahan terhadap

kejahatan perdagangan dalam kedudukannya sebagai pengawas pasar,

termasuk mencegah gangguan dan hambatan, pelanggaran di jalan,

Page 86: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

74

memakmurkan masjid, dan mencegah kemungkaran seperti minum-

minuman keras, perjudian, dan lain-lain.

5) Pendapat Ulama Tentang Konsep Wilayah Hisbah Dalam Kegiatan

Perkenomian

Konsep mu’amalah (kegiatan perekonomian) dalam Islam harus

sejalan dengan aturan yang ditetapkan syari’at. Untuk terciptanya iklim

usaha yang kondusif, maka diperlukan sebuah lembaga Hisbah yang

melakukan monitoring pasar sekaligus menjamin kegiatan usaha yang

ditetapkan syari’at.

Kegiatan monopili dan bentuk persaingan usaha tidak sehat adalah

praktek yang dilarang karena dapat menimbulkan iklim uasaha yang tidak

sehat dan merugikan salah satu pihak. Sebagai salah satu contoh pada

kasus penimbunan yang dapat merugikan masyarakat. Imam an-Nawawi

bahkan mengatakan: “Para Ulama berijma’ bahwa apabila seseorang

memiliki makanan, dan orang-orang sangat membutuhkannya, dan tidak

mendapatkan yang lainnya, maka dia harus dipaksa untuk menjualnya

untuk mencegah bahaya dari orang-orang.”9

Dengan demikian, secara subsatntif, keberadaan wilayah hisbah

khsususnya pada pengaturan kegiatan perekonomian baik secara

9 Jaribah bin Ahmad Al-Harisi, Fikih Ekonomi Umar …. ……. h.606

Page 87: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

75

konseptual terlebih secara kelembagaan merupakan sebuah kebutuhan

mutlak untuk menjamin terciptanya kegaiatan usaha dinamis dan sehat

yang berioreintasi pada kesejahteraan masyarakat sesuyai dengan aturan

syari’at Islam.

2. Tugas dan Wewenang Wilayah Hisbah

Wilayah Hisbah mempunyai tugas melaksanakan Amar ma’ruf jika

tampak nyata orang melalaikannya dan melakukan nahi mungkar jika tampak

nyata orang mengerjakannya. Kewenangan Wilayah Hisbah sesungguhnya

merupakan kewenangan untuk menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat

munkar, serta menjadikan kemaslahatan dalam masyarakat. Wilayah Hisbah

mempunyai tugas yang sangat banyak dan luas, maka fungsi wilayatul hisbah

dengan fungsi Khilafah (pemerintahan) disetarakan. Semua yang diperintahkan

dan dilarang oleh syara’ adalah tugas muhtasib (fungsionaris pada lembaga

hisbah).

Seorang muhtasib memasuki seluruh sendi kehidupan masyarakat.

Kewajibannya tidak terbatas dalam hal perintah memakai jilbab, perintah

melaksanakan orang yang lalai shalat jumat, melarang berbagai maksiat dan

kemungkaran, tetapi juga dalam bidang ekonomi, seperti mengawasi praktik jual

beli dari riba, gharar (manipulatif) serta kecurangan, mengawasi standar

timbangan dan ukuran yang biasa digunakan, memastikan tidak ada penimbunan

barang yang merugikan masyarakat, mengawasi makanan halal, juga aspek

Page 88: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

76

sosial-budaya, seperti melarang kegiatan hiburan yang bertentangan dengan

Islam, memberantas judi buntut, minuman keras, praktik asusila dan lain-lain.

Namun demikian Wilayah Hisbah hanya bertugas mengawasi hal-hal

yang tampak (zahir) dan sudah ma’ruf di kalangan masyarakat. Yaitu perkara-

perkara umum yang tidak ada perselisihan ulama tentang kewajiban

melaksanakannya ataupun meninggalkannya, atau sering juga disebut perkara-

perkara yang sudah menjadi ‘uruf (adat) dalam keseharian masyarakat

Seorang muhtasib memiliki hak-hak untuk melaksanakan hukuman

apabila ada pelanggaran secara langsung tanpa harus menunggu dilaksanakannya

hukuman melalui proses pengadilan.

Di samping itu, Wilayah Hisbah juga mempunyai wewenang

menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang terbukti melanggar syari’at.

Tentu hukuman itu berbentuk ta’zir, yaitu hukuman yang diputuskan

berdasarkan kearifan sang hakim diluar bentuk hukuman yang ditetapkan syara’.

Hukuman yang dijatuhkan Wilayah Hisbah juga tidak seberat hukuman yang

dijatuhkan melalui lembaga peradilan.

Tentu ketika menjatuhi hukuman, Wilayah Hisbah harus sudah

mempunyai cukup bukti dan memang tampak jelas (terbukti) bahwa seseorang

betul-betul melanggar syari’at (dzahara fi’luhu), atau tampak jelas seseorang

meninggalkan perkara syari’at (dzahara tarkuhu). Karena itu Wilayah Hisbah

tidak boleh sewenang-wenang, apalagi kalau hanya berdasarkan prasangka-

prasangka yang belum tentu benar. Ini penting karena masyarakat tentu sangat

Page 89: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

77

sensitif terhadap segala macam bentuk hukuman, apalagi kalau ternyata ia tidak

melanggar syari’at atau hanya berdasarkan prasangka Wilayah Hisbah saja.

Kesalahan menjatuhi hukuman akan membuat masyarakat apatis terhadap

syariat. Dan menganggap syari’at mengganggu kebebasan privasi mereka.

Sebab itulah, untuk tahap awal yang paling penting dilakukan sebenarnya

adalah menumbuhkan kesadaran yang sempurna di kalangan masyarakat, baik

dengan ceramah ataupun yang lebih bagus tingkah laku kongkrit para penguasa

yang akan menjadi contoh rakyat. Petugas Hisbah yang menjalankan tugas amar

ma’ruf nahi mungkar wajib menjadikan dirinya orang yang pertama melakukan

perkara-perkara ma’ruf dan orang yang pertama meninggalkan perkara-perkara

yang mungkar.

C. Bentuk Persamaan dan Perbedaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) Dengan Konsep Wilayah Hisbah Dalam Prespektif Ketatanegaraan

Islam

Dalam pengujian tugas dan wewenang penyelenggaraan pengawasan terhadap

tindak monopoli dan persaingan usaha di atur dalam peraturan perundang-undangan

yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 yaitu larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Tugas dan wewenang KPPU selaku regulator terhadap

pengawasan kegiatan usaha lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 35 dan 36 Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1999 sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.

Page 90: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

78

Selanjutnya konsep wilayah hisbah dalam Islam merupakan institusi

pengawas praktek penerapan nilai-nilai syari’at disemua sendi kehidupan masyarakat

termasuk kegiatan perekonomian. Wilayah Hisbah dalam sistem ketatanegaraan Islam

masuk kedalam ranah lembaga Qadhaiyyah (yudikatif).

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga negara

komplementer (state auxiliary organ) yang mempunyai wewenang berdasarkan UU

No 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha. Sedangkan

kewenangan pengawasan terhadap kegiatan pelaku usaha dalam sistem

ketatanegaraan Islam diserahkan kepada institusi yang bernama wilayah hisbah.

Meskipun secara subtansi tugas dan wewenang diantara kedauanya (KPPU dan

Wilayah Hisbah) memiliki persamaan, terdapat juga beberapa hal perbedaan. Berikut

adalah beberapa hal yang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan diantara

keduanya :

1. Institusi Negara

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan lembaga Wilayah

Hisbah, kedua-duanya merupakan institusi yang dibentuk oleh Negara

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. KPPU merupakan produk

konstitusi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan

terbentuk secara kelembagaan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres)

Nomor 75 Tahun 1999 tentang pembentukan sebuah komisi yang diberi nama

Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU.

Page 91: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

79

Sedangkan Wilayah Hisbah secara substantif sudah ada pada

awal periode Islam (masa Rasulullah SAW) meskipun secara

kelembagaan belum terbentuk. Dalam prespektif ketatanegaraan Islam,

Wilayah Hisbah dibentuk sebagai institusi Negara dimulai ketika masa

khulafaur rasyidin.

2. Fungsi Pengawasan dan Penindakan

Secara prinsip dalam hal Pengawasan dan penindakan terhadap pelaku

usaha yang melanggar aturan, KPPU dan Wilayah Hisbah memiliki fungsi

yang sama. Dalam prakteknya keduanya memiliki perananan yang berbeda.

KPPU dapat menjatuhkan sanksi sesuai peraturan perundangan yang

berlaku dan pelaku usaha yang dikenakan sanksi dapat mengajukan keberatan

pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi (Pengadilan Negeri dan Mahkamah

Agung). Sedangkan kewenangan menjatuhkan sanksi pada Wilayah Hisbah

hanya sebatas pada persoalan dzahir (yang sudah jelas pelanggarannya) dan

bentuk sanksi yang diberikan adalah berupa ta’zir atau bentuk hukuman yang

berdasarkan pertimbangan muhtasib (petugas hisbah). Pada kasus yang

memerlukan investigasi lebih lanjut, Wilayah Hisbah menyerahkan

peersoalan tersebut kepada lembaga Qadhi (kehakiman).

3. Cakupan Kewenangan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki kewenangan

secara khusus mengawasi pelaku usaha dari tindak monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat. Sedangkan Wilayah Hisbah memiliki cakupan yang lebih

Page 92: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

80

luas tidak hanya kepada persoalan kegiatan perekonomian saja tetapi juga

seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam kerangka amar ma’ruf nahi

munkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah keburukan).

4. Sumber Hukum

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berdasarkan Undang-Undang

yang berlaku di Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Selain itu wilayah kegiatan usaha yang diawasi adalah segala bentuk usaha

yang legal secara hukum di Indonesia. Sedangkan dalam konsep Wilayah

Hisbah sumber-sumber hukum berdasarkan syari’at Islam sehingga kegiatan

usaha yang diawasi dalam praktek usaha yang halal atau dibenarkan dalam

ajaran Islam. Sebagai contoh kegiatan usaha industri minuman keras atau

perbankan yang mengandung unsur riba, maka kegiatan ini jelas-jelas dilarang

bukan karena persoalan karena ada praktek monopoli, tetapi karena secara

substansi kegiatan usaha ini dilarang dalam syari’at Islam.

Page 93: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

81

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Secara sederhana praktek monopoli merupakan pemusatan kekuatan ekonomi

oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau

pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha

tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sebagai mahluk yang

egosentris, naluri manusia adalah ingin menguasai orang lain dalam berbagai hal

termasuk dalam kegiatan perekonomian. Sifat inilah yang dikemudian hari mengarah

pada bentuk-bentuk monopolistik.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, merupakan angin segar untuk

terciptanya iklim usaha yang kondusif. Iklim usaha yang kondusif dan sehat

merupakan keadaan yang sejalan dengan salah satu cita-cita kemerdekaan Negara

Republik Indonesia, mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Negara menjamin terbangunnya sebuah tatanan kegiatan perekonomian yang sehat.

Oleh karenanya, kehadiran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan

amanat konstitusi untuk menjamin terciptanya kondisi perekonomian yang sehat di

Indonesia.

Dalam prespektif Islam segala bentuk tindakan dan kegiatan yang merugikan

orang lain adalah sesuatu yang dilarang. Termasuk dalam kegiatan perekonomian

Page 94: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

82

(mu’amalah). Meskipun dalam sejarah sistem ketatanegaraan Islam tidak dijelaskan

secara eksplisit lembaga yang secara spesifik khusus menangani persoalan kegiatan

monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, tetapi secara subtantif, fungsi

pelarangan, pengawasan dan penetapan sanksi terhadap pelaku usaha yang merugikan

orang lain sudah ada dan melekat pada sebuah institusi yang disebut wilayah hisbah.

Dikatakan tidak spesifik mengawasi kegiatan perekonomian karena institusi ini

menjalankan fungsinya lebih luas yakni amar ma’ruf nahi munkar dalam semua sendi

kehidupan masyarakat.

Berkaitan dengan keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

sebagai regulator pengawas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diperlukan

penguatan tugas dan wewenang sebagaimana yang diatur dalam pasal 35 dan 36

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Penguatan tugas dan wewenang ini mutlak

dilakukan agar KPPU dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik lagi.

Selanjutnya mengenai keberadaan Wilayah Hisbah dalam prespektif

ketanegaraan Islam memiliki tugas dan fungsi yang hamper sama dengan KPPU.

Tugas dan wewenang Wilayah Hisbah secara umum adalah sebagai berikut :

1. Melakukan tugas amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks luas.

2. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan perekonomian dan perdagangan

3. Pengawasan bidang pertanian dan kehidupan social

4. Memberikan sanksi (ta’zir) yaitu hukuman yang diputuskan berdasarkan

kearifan sang hakim diluar bentuk hukuman yang ditetapkan syara’.

Page 95: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

83

Meski terdapat beberapa perbedaan secara prinsipil, pada dasarnya

keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam sistem kelembagaan

di Indonesia dan konsep Wilayah Hisbah dalam prespektif ketatanegaraan Islam

memiliki benang merah yang sama yaitu terciptanya iklim usaha yang kondusif dan

sehat yang pada gilirannya akan menciptakan pemerataan dan kemajuan sektor

ekonomi berdasarkan kepentingan bersama yang bermuara pada kesejahteraan

masyarakat luas.

B. Saran

Berkaitan dengan hasil analisi terhadap pasal 35 dan 36 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat yang megatur tugas dan kewenangan KPPU, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Meski dalam kewenangannya KPPU untuk melakukan penelitian dan

penyelidikan terhadap pelaku dan atau kegiatan usaha yang diduga melanggar UU

No. 5 Tahun 1999, tetapi lebih jauh KPPU tidak berwenang melakukan

penggeledahan. Oleh karena itu dalam rangka penguatan wewenang KPPU

diperlukan regulasi yang memungkinkan KPPU memiliki kewenanangan

melakukan penyidikan terhadap pelaku dan atau kegiatan usaha yang diduga

melanggar UU No. 5 Tahun 1999 sehingga tugas dan wewenang KPPU lebih

efektif.

Page 96: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

84

2. Diperlukan kerjasama yang lebih baik antara KPPU dengan semua element

masyarakat dan lembaga-lembaga negara lainnya sehingga lebih efektif dalam

mencegah dan menindaklanjuti dugaan pelanggaran terhadap pelaku dan atau

kegiatan usaha yang diduga melanggar UU No. 5 Tahun 1999.

3. Perlunya sosialisasi dan publikasi yang lebih intensif mengenai keberadaan KPPU

dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, kepada semua pelaku usaha terutama

kalangan pelaku usaha kecil.

Melalui penguatan tugas dan kewenangan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU) dan dukungan kerjasama yang baik dengan semua pihak, diharapkan

KPPU lebih dapat menciptakan kondisi kegiatan usaha yang sehat dan kondusif. Jika

kondisi ini tercapai pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan iklim

perekonomian nasional yang dinamis berasaskan keadilan dan kesejahteraan ekonomi

bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Page 97: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

85

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Al-Bahansawi, Salim Ali. Wawasan Sistem Politik Islam. Jakarta: Pustaka Alkautsar,

1996.

Al-Haritsi, Jariban bin Ahmad. Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibn

Al-Khaththab. Penerjemeh H. Asmuni Solihan Zamakhsyari. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2006.

Al-Maududi, Abu Al-A’la. Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik Islam. Cet III.

Penerjemah Asep Hikmat. Bandung: Mizan, 1993.

Al-Mawardi. Al-Akhkam A-Shuthaniyyah wal-wilaadatud-diniyyah. Penerjemah

Fadli Bahri. Jakarta: PT. Darul Falah, 2006.

Al-Mubarak, Muhammad. Sistem Pemerintahan Dalam Perspektif Islam.

Penerjemah Firman Hariyanto. Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995.

An-Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Pemerintahan Islam: Doktrin, Sejarah, dan

RealitasEmpirik, Penerjemeh Moh. Maghfur Wachid. Bangil: Penerbit Al-

Izzah, 1997.

Aripin, Jaenal. Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Asad, Muhammad. (Leopoldweiss). Masalah Kenegaraan Dalam Islam. Penerjemah

Hoesin, Oemar Amin dan Djamil, Amiruddin. Jakarta: Yayasan

Kesejahteraan Bersama, t.th.

Page 98: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

86

Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi, cet.II. Jakarta: Konstitusi Press, 2006.

------------------------. Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara. Cet.

III. Jakarta: Konstitusi Press. 2006.

Asshiddieqy, T. M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Cet.II. Edisi.II.

Semarang: pt. Pustaka Rizki Putra, 2001.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka 1982.

Djaelani, Abdul Qadir. Negara Islam Menurut Konsepsi Islam. Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1995.

Hajmy, A. Dimana Letaknya Negara Islam. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984.

Hasan, Muna ‘Abd al-Ghani. Al-Qadha fi al-Hayah as-Siyasiyyah wa al-Ijtima’iyyah

fi Misr fi al-‘Asr al-Mamluki. Kairo. Universitas Al-Azhar, 1415 H/ 1994 M.

Iqbal, Hakim Javid. Dalam Masalah-masalah Teori Politik Islam, cet. III. Bandung:

Mizan, 1996.

Lubis, Andi Fahmi, Dkk. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.

Jakarta: KPPU-RI,2009.

Mufid, Nur dan Fuad, Nur. Bedah Al-Akhmamussulthaniyyah: Mencermati Konsep

Kelembagaan Politik Era Abasiyah. Surabaya: Pustaka Prosessif, 2000.

Ma’luf, Louis. Kamus Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam. Beirut: Daar al-

Mashriq, 1973.

Page 99: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

87

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia Terlengkap.

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Madzkur, Muhammad Salam. Peradilan dalam Islam. Penerjemah AM, Imron.

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.

Ritonga, Rahman. Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V. Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996

Roestandi, Achmad. Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab. Jakarta: Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006.

Rohadi, abd. Fatah. Islam and Good Governance, ijtihad politik umar bin Abdul Aziz.

Jakarta: Lekdis, 2007.

Zallum, Abdul Qadim. Sistem Pemerintahan Islam. Penerjemah: M. Maghfur W.

Bangil jawa timur: Al-Izzah, 2002.

Per-Undang-undangan

Repubik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817.

Repubik Indonesia. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi

Kebenaran dan Rekonsiliasi. Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 114,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4429.

Repubik Indonesia. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 100: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

88

Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4250.

Repubik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139. Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252.

Repubik Indonesia. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 39.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889.

Repubik Indonesia. Keppres Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingah Usaha.

Data website

KPPU di Garda Depan Edukasi Hukum Persaingan Usaha, artikel diakses pada

tanggal 1 juli 2010 pada: http://www.kppu.go.id/baru/favicon.ico

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, artikel diakses pada tanggal 1 juli 2010 pada:

http://id.wikipedia.org/apple-touch-icon.png

Hisbah dan Peranannya dalam Ekonomi, artkel diakses pada tanggal 1 juli 2010 pada:

http://ekisonline.com/images/favicon.ico

Budi L. Kagramanto, “Implementasi UU No 5 Tahun 1999 Oleh KPPU”, Jurnal Ilmu

Hukum Yustisia 2007.

6 Juli 2009 http:// www.reformasihukum.org

http://www.kemenkumham.go.id/unit/ditjen-ahu/home, diakses pada tanggal

20 mei 2011

Page 101: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2954/1/MUHAMMAD... · di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, iklim usaha

89

http://www.kemenperin.go.id/Content102.aspx?kd_unit=000000, diakses

pada tanggal 20 mei 2011

http://www.kemendag.go.id/tupoksi_direktorat_jenderal_perdagangan_dalam

_negeri/, diakses pada tanggal 20 mei 2011

www.kppu.go.id

www.jimly.com