kokain

13
KOKAIN I. DEFINISI Kokain adalah senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka atau Erythroxylon coca atau sintesis dari ergonin. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”. Garam hidroklorit merupakan anestesi lokal yang efektif yang digunakan pada konsentrasi 10-200 g/L, tetapi secara wajar hanya digunakan secara topikal karena resiko toksisitas sistemik jika diberikan melalui jalur pemberian lain. Saat ini kokaina masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokaina diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfina dan heroina karena efek adiktif. 1 II. Bentuk kokain 1. Garam Kokain adalah senyawa basa lemah (sebuah "alkaloid"), dan karena itu dapat menggabungkan dengan senyawa asam untuk membentuk berbagai garam. Para hidroklorida (HCl) garam kokain yang paling sering ditemui, meskipun sulfat (SO 4 ) dan nitrat (NO 3 ) kadang-kadang terlihat. Melarutkan garam yang berbeda untuk sebagian besar atau lebih kecil dalam berbagai pelarut - garam hidroklorida adalah polar dalam karakter dan cukup larut dalam air. 1. Dasar

Upload: delariyani

Post on 25-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

............

TRANSCRIPT

KOKAINI. DEFINISI

Kokain adalah senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka atau Erythroxylon coca atau sintesis dari ergonin. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan. Garam hidroklorit merupakan anestesi lokal yang efektif yang digunakan pada konsentrasi 10-200 g/L, tetapi secara wajar hanya digunakan secara topikal karena resiko toksisitas sistemik jika diberikan melalui jalur pemberian lain. Saat ini kokaina masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga membantu. Kokaina diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfina dan heroina karena efek adiktif.1II. Bentuk kokain

1. Garam

Kokain adalah senyawa basa lemah (sebuah "alkaloid"), dan karena itu dapat menggabungkan dengan senyawa asam untuk membentuk berbagai garam. Para hidroklorida (HCl) garam kokain yang paling sering ditemui, meskipun sulfat (SO4) dan nitrat (NO3) kadang-kadang terlihat. Melarutkan garam yang berbeda untuk sebagian besar atau lebih kecil dalam berbagai pelarut - garam hidroklorida adalah polar dalam karakter dan cukup larut dalam air.

2. Dasar

Seperti namanya, freebase adalah dasar bentuk kokain, yang bertentangan dengan bentuk garam. Hal ini praktis tidak larut dalam air sedangkan garam hidroklorida larut dalam air.

Merokok kokain freebase memiliki efek tambahan melepaskan methylecgonidine ke dalam sistem pengguna karena pirolisis zat (efek samping yang insufflating atau menyuntikkan kokain bubuk tidak menciptakan). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok kokain freebase bahkan bisa lebih kardiotoksik daripada yang lain rute administrasi karena efek methylecgonidine pada jaringan paru-paru dan jaringan hati.

Kokain murni dibuat dengan menetralkan garam peracikan dengan larutan alkali yang akan menjadi endapan untuk non-polar kokain dasar. Hal ini lebih lanjut disempurnakan melalui berair-pelarut ekstraksi cair-cair.

3. Kokain (Crack)Crack adalah bentuk kemurnian rendah bebas-dasar kokain yang biasanya diproduksi oleh netralisasi kokain hidroklorida dengan larutan baking soda (natrium bikarbonat, NaHCO3) dan air, menghasilkan sangat keras atau rapuh, off-white-to-coklat bahan berwarna, amorf yang mengandung natrium karbonat, air terperangkap, dan lain oleh-produk sebagai pengotor utama.

Kokain murni dasar atau retak mudah mengeluarkan asap karena menguap lancar, dengan sedikit atau tidak ada dekomposisi di sekitar 98oC, yang berada di bawah titik didih air. Asap yang dihasilkan dari dasar kokain biasanya digambarkan sebagai memiliki rasa, sangat khas menyenangkan.

Sebaliknya, kokain hidroklorida tidak menguap sampai dipanaskan sampai suhu lebih tinggi (sekitar 197oC), dan dekomposisi cukup atau pembakaran terjadi pada temperatur tinggi. Ini secara efektif menghancurkan beberapa kokain, dan menghasilkan asap yang tajam, tajam, dan berbau-mencicipi.

Merokok atau penguapan menghirup kokain dan ke dalam paru-paru menghasilkan hampir segera "tinggi" yang dapat sangat kuat (dan addicting) cukup cepat - ini crescendo awal stimulasi dikenal sebagai "buru-buru". 4. Infus daun koka

Coca herbal infus (juga disebut sebagai Coca teh ) digunakan dalam daun koka-negara penghasil sebanyak apapun infus obat herbal akan tempat lain di dunia. Komersialisasi gratis dan legal dari daun koka kering dalam bentuk tas filtrasi yang akan digunakan sebagai "teh koka" telah secara aktif dipromosikan oleh pemerintah Peru dan Bolivia selama bertahun-tahun sebagai minuman memiliki kekuatan obat. Pengunjung ke kota Cuzco di Peru, dan La Paz di Bolivia akan disambut dengan persembahan infus daun koka (disiapkan dalam pot teh dengan daun coca keseluruhan) konon untuk membantu para pelancong yang baru tiba mengatasi malaise penyakit ketinggian tinggi. Efek minum teh koka adalah stimulasi ringan dan mengangkat suasana hati. Ini tidak menghasilkan apapun mematikan signifikan mulut juga tidak terburu-buru seperti memberikan mendengus kokain. Dalam rangka untuk mencegah demonisasi produk ini, promotor yang mempublikasikan konsep terbukti bahwa banyak dari efek dari konsumsi infus daun koka akan datang dari alkaloid sekunder, sebagai tidak hanya kuantitatif berbeda dari kokain murni tetapi juga berbeda secara kualitatif.

Dalam satu studi kontroversial, infus daun koka digunakan-selain konseling untuk mengobati kecanduan koka 23-paste perokok di Lima , Peru. Relaps turun dari rata-rata empat kali per bulan sebelum pengobatan dengan teh koka satu selama perawatan. Durasi pantang meningkat dari rata-rata 32 hari sebelum pengobatan untuk 217 hari selama pengobatan. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian infus daun koka ditambah konseling akan menjadi metode yang efektif untuk mencegah kambuh selama pengobatan untuk kecanduan kokain. Yang penting, hasil ini juga menunjukkan kuat bahwa metabolit aktif utama farmakologi di infus daun koka sebenarnya kokain dan bukan alkaloid sekunder.

Metabolit kokain benzoylecgonine dapat dideteksi dalam urin orang beberapa jam setelah minum satu cangkir infus daun koka.III. Biosintesis dan Mekanisme Aksi Kokain dalam Tubuh1. Biosintesis kokainAtom karbon tambahan diperlukan untuk sintesis kokain berasal dari asetil-KoA, dengan penambahan dua unit asetil-KoA untuk kation N-metil-1-pyrrolinium.

Gambar 2. Biosintetis Kokain

Sumber : http://moko31.wordpress.com/2011/05/01/cocaine-biang-ketagihan/Addisi pertama adalah reaksi Mannich, yaitu anion enolat dari asetil-KoA bertindak sebagai nukleofil terhadap kation pyrrolinium. Addisi kedua terjadi melalui kondensasi Claisen menghasilkan campuran rasemat dari 2-substituted pyrrolidine.

Pada pembentukan tropinone dari rasemat etil [2,3-13C2] 4 (Nmethyl-2-pyrrolidinyl)-3-oxobutanoate tidak ada kespesifikan stereoisomer tertentu. Namun, pada biosintesis kokain, hanya (S)-enantiomer yang dapat melakukan siklisasi untuk membentuk sistem cincin tropan kokain. Lalu terjadi reaksi oksidasi, yang meregenerasi kation pyrrolinium dan pembentukan anion enolat, dan reaksi Mannich intramolekul. Cincin sistem tropan mengalami hidrolisis, SAM-dependent methylation, dan reduksi NADPH untuk pembentukan methylecgonine. Gugus benzoil diperlukan untuk pembentukan diester kokain disintesis dari fenilalanin melalui asam sinamat. Benzoil-KoA kemudian menggabungkan dua unit membentuk kokain.

2. Mekanisme aksi kokain dalam tubuh

Kokain memodifikasi aksi dopamin pada otak. Area kaya dopamin adalah pada area ventral tegmental, nucleus accumbens dan pada caudate nucleus area ini secara kolektif dinamakan brains reward pathway. Kokain berikatan pada transporter dopamine re-uptake pada membran pre-sinaptik pada neuron dopaminergik. Ikatan ini menghambat penghilangan dopamin dari celah sinaptik dan berikutnya adalah degradasi oleh monoamine oxidase (MAO) pada terminal saraf. Dopamin masih tertinggal pada celah sinaptik dan bentuk bebas berikatan pada reseptor pada membran post sinaptik, menimbulkan impuls saraf lebih lanjut. Kenaikan aktivasi dopaminergik reward pathway memicu perasaan euforia.

Gambar 3. Mekanisme aksi kokainSumber : http://moko31.wordpress.com/2011/05/01/cocaine-biang-ketagihan/Kokain beraksi pada sirkuit kesenangan untuk mencegah reabsorpsi neurotranmitter dopamin setelah dilepaskan dari sel saraf. Normalnya, neuron melepaskan pada sirkuit kesenangan merilis dopamin, kemudian melewati sinaps untuk menstimulasi neuron lain pada sirkuit kesenangan. Jika proses ini selesai, dopamin akan diambil lagi oleh molekul transporter dan membawa balik pada neuron asalnya.

Kokain ternyata mengikat transpoter tersebut sehingga mencegah reabsorpsi dopamin. Hal ini menyebabkan meningkatnya dopamin pada sinaps, hasilnya adalah muncul perasaan kuat dan bahkan euforia.

Gambar 4. Mekanisme Aksi Saat Dopamine Transporter dihambat oleh Kokain

Sumber : http://moko31.wordpress.com/2011/05/01/cocaine-biang-ketagihan/Kelebihan dopamin yang terakumulasi pada sinaps menyebabkan neuron yang memiliki reseptor dopamin menurun sejumlah reseptor yang mereka buat. Hal ini dinamakan down-regulasi. Ketika kokain tidak diberikan dan jumlahna menurun sampai pada kondisi normal (konsentrasi rendah), maka sejumlah kecil reseptor dopamin yang tersedia untuk neurotransmitter menjadi tidak cukup lagi untuk mengaktifkan sel saraf. Selama craving, pengalaman addict akan sangat kuat dan memerlukan obat untuk mencapai level dopamin kembali. Kokain dapat juga berikatan dengan neurotransmitter yang lain, termasuk serotonin dan norepinephrine, dan mengeblok reuptakenya.

Kokain ditemukan secara spesifik berpengaruh pada prefrontal cortex dan amygdala, yang terlibat pada aspek memori dan belajar. Amygdala telah dikaitkan dengan aspek emosional dari memori. Para ahli percaya bahwa jaringan neural terlibat pada bagian otak ini yang bereaksi terhadap lingkungan dan mengaktifkan memori, dan memicu perubahan biokimia dalam menghasilkan cocaine craving.2IV. TANDA-TANDA DAN GEJALA KLINISKokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif. 41. Intoksikasi kokainIntoksikasi kokain adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit sampai satu jam setelah menggunakan kokain. Sindrom tersebut dapat menyebabkan gangguan fisik dan perilaku. Lamanya kerja kokain dalam tubuh sangat singkat, eliminasi waktu paruh kokain hanya satu jam. Kecuali pada kasus-kasus overdosis, sebagian besar kokain sudah hilang dari tubuh pada saat pasien masuk ke ruang gawat darurat atau kamar praktek dokter. Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi memerlukan tindakan segera. 1Tanda-tanda klinis: 1,3,4 Takhikardia

Dilatasi pupil, midriasis

Meningkatnya tekanan darah

Berkeringat, panas dingin

Tremor

Mual, muntah Meningkatnya suhu badan, nadi aritmia

Halusinasi visual atau taktil

Sinkope

Nyeri dada

Dan bila overdosis maka dapat terjadi kejang, tertekannya pernapasan, koma dan meninggal.

Gejala gejala klinis meliputi: 1,3,4 Euforia, disforia

Agitasi psikomotor

Agresif dan menantang berkelahi

Waham paranoid Halusinasi

Delirium

Eksitasi

Penilaian realita yang kurang wajar (poor judgement), gangguan fungsi sosial dan okupasional

Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas bergerak terus menerus, memaksakan keinginan, banyak berbicara

Mulut kering

Meningkatnya kepercayaan diri

Selera makan kurang

Grandiositas

Perilaku repetitif dan stereotipik

Panik

2. Keadaan putus kokainUmumnya tidak ada tanda-tanda klinis keadaan putus kokain yang tepat untuk menggambarkan perubahan fisiologis yang terjadi setelah penghentian penggunaan berat kokain. Gejala-gejala klinis keadaan putus kokain ditandai dengan adanya perasaan disforik yang menetap selama lebih dari 24 jam setelah menurunnya konsumsi kokain dan diikuti gejala-gejala berikut: 1,3,4 Keletihan (fatigue)

Insomnia atau hipersomnia

Agitasi psikomotor

Ide-ide bunuh diri dan paranoid

Mudah tersinggung atau iritabel

Perasaan depresif

Keadaan putus kokain adalah satu-satunya indikasi yang menunjukkan adanya ketergantungan kokain. Gejala utama keadaan putus kokain adalah menagih kokain (craving). Beratnya kondisi keadaan putus kokain berkaitan dengan jumlah, lama dan cara penggunaan kokain. Snorting menyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain ringan, penggunaan intravena dan merokok crack (freebase) menyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain berat. 1Gejala-gejala putus kokain mencapai puncaknya setelah beberapa hari, dan berakhir setelah beberapa minggu. Bila gejala-gejala tetap ada setelah lebih beberapa minggu, maka ini menunjukkan adanya indikasi depresi sekunder. Gangguan psikiatris lainnya yang sering menyertai ketergantungan kokain adalah gangguan kepribadian, ketergantungan alkohol dan ketergantungan sedativa-hipnotika. 1,4Perasaan disforia dan depresi berat merupakan dua gejala yang sering terdapat pada keadaan putus kokain. Dengan ditemukannya dua gejala tersebut perlu dipertimbangkan pula adanya gangguan psikiatris lainnya sebagai diagnosis banding. Pasien sering menderita gangguan kepribadian yang mendasarinya (gangguan kepribadian ambang atau antisosial), sehingga berperilaku manipulatif. Akibatnya pasien sering mengobati keadaan putus kokain pada dirinya sendiri dengan menggunakan kembali kokain. Angka relaps tetap tinggi meskipun ia telah dirawat berkali-kali. 1DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Terapi Pasien Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya. DEPKES RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2000. Penerbit Bakti Husada2. Admin. 2011. Cocaine. Available at: http://moko31.wordpress.com/2011/05/01/cocaine-biang-ketagihan/. Access at February 27th, 2014.3. Holstege, Christopher P, MD. 2015. Cocain-Related Psychiatric Disorders. Available at: http://www.emedicine.com. Access at February 27th, 2014.4. Kaplan Harold MD et al. Sinopsis Psikiatri. Gangguan berhubungan dengan kokain. 7th Ed. p. 638-41.