koalisi selamatkan teluk jakarta(kstj)

190
STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES) KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Isma Aida Putri 11141110000040 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

Upload: others

Post on 24-Jan-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES)

KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Isma Aida Putri

11141110000040

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

Page 2: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES) KOALISI

SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri(UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri(UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, Maret 2021

Isma Aida Putri

Page 3: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Isma Aida Putri

NIM : 11141110000040

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES) KOALISI

SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Tangerang Selatan, Maret 2021

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si M. Hasan Ansori, Ph.D

NIP. 197609182003122003 NIP.

Page 4: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES) KOALISI

SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

Oleh

Isma Aida Putri

11141110000040

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juli

2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharotul Jamilah, M.Si

NIP. 197609182003122003 NIP. 1960808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Saifuddin Asrori, M.Si Kasyfiyullah, M.Si

NIP. 197701192009121001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Juli 2021.

Ketua Program Studi Sosiologi,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122003

Page 5: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

v

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) dengan

menggunakan perspektif gerakan sosial. Penelitian ini berusaha menunjukkan

bahwa ekses keberpihakan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah

Pusat terhadap pihak pengembang dalam pembangunan pulau reklamasi di Teluk

Jakarta yang abai terhadap kepentingan publik dapat memunculkan satu gerakan

sosial sebagai bentuk perlawanan. Penelitian ini merupakan tipe penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode pengambilan data observasi partisipan dan

wawancara. Dengan menggunakan kerangka teoritis gerakan sosial yang

memfokuskan pada pendekatan strategi pembingkaian atau framing strategies,

lebih jauh lagi dalam strategi pembingkaian ini ditekankan pada proses

penyelarasan bingkai atau frame alignment process. Dalam proses penyelarasan

bingkai terdapat beberapa proses yang bisa ditemukan dalam gerakan sosial, yakni

penjembatanan bingkai(frame bridging) yaitu upaya untuk menyampaikan bingkai

ke publik, penguatan bingkai(frame amplification) yaitu upaya untuk menguatkan

bingkai yang sudah tersebar guna lebih meyakinkan publik, perluasan

bingkai(frame extension) yaitu proses memperluas bingkai yang sudah ada

sehingga bisa merengkuh lebih banyak massa, dan perubahan bingkai(frame

transformation) yaitu perubahan yang dilakukan pada bingkai yang dianggap

gagal memenuhi ekspektasi gerakan. Hasil penelitian yang ditemukan dalam

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) didapati ada dua proses strategi

pembingkaian. Pertama, proses penjembatanan bingkai(frame bridging), KSTJ

berupaya menyampaikan ide-ide mengenai keadilan bagi pemenuhan hak dasar

seluruh entitas di Teluk Jakarta yang disampaikan melalui banyak kanal media.

Kedua, proses penguatan bingkai(frame amplification), KSTJ berupaya

menguatkan ide-ide yang diusung melalui nilai-nilai keadilan lingkungan Teluk

Jakarta dan keberpihakan penyelenggara negara.

Kata kunci: reklamasi Teluk Jakarta, gerakan sosial, strategi pembingkaian.

Page 6: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

yang berjudul “Strategi Pembingkaian(Framing Strategies) Koalisi Selamatkan

Teluk Jakarta(KSTJ)”. Selawat dan salam penulis selalu curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi penerang bagi seluruh alam semesta dan

tauladan yang paling baik bagi umat manusia.

Dengan setulus hati penulis sampaikan rasa terima kasih yang dalam untuk pihak-

pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berharga bagi penulis sehingga

mampu menyelesaikan skripsi ini.

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prof. Dr. Ali Munhanif, MA

dan wakil dekan serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pelajaran selama masa studi penulis.

2. Ketua Program Studi Sosiologi, Dr. Cucu Nurhayati, M.Si dan Sekretaris

Program Studi Sosiologi, Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.

3. M. Hasan Ansori, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan

telaten membimbing penulis melalui masukan, saran dan kritik serta

memberikan nasihat dan motivasi untuk penulis agar bisa menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Saifuddin Asrori, M.Si sebagai Penguji I dan Bapak Kasyfiyullah,

M.Si sebagai Penguji II yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran

dan masukan demi perbaikan sistematika penulisan untuk menjadi karya

tulis yang memenuhi kaidah sebuah karya penelitian.

5. Untuk kedua orangtua penulis tercinta juga mamas dan adik penulis yang

dengan kesabaran luar biasa terus memberikan dukungan tidak terbatas

bagi penulis. Terima kasih.

6. Terima kasih kepada teman-teman Koalisi Selamatkan Teluk

Jakarta(KSTJ) yang telah meluangkan waktu dan tenaganya membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada seluruh teman-teman di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 terkhusus

Sosiologi B, terima kasih atas pengalaman menyenangkan selama masa

perkuliahan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah dengan kebaikan untuk

kalian.

Tangerang Selatan, Maret 2021

Page 7: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………….. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………………….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ……………….. iv

ABSTRAK…………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1

B. Perumusan Masalah ……………………………………… 21

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………….. 22

D. Tinjauan Pustaka ………………………………………… 22

E. Kerangka Teoritis ………………………………………… 34

F. Metode Penelitian ………………………………………… 41

G. Sistematika Penulisan …………………………………….. 50

BAB II GAMBARAN UMUM KOALISI SELAMATKAN TELUK

JAKARTA(KSTJ)

A. Sejarah Reklamasi Teluk Jakarta …………………..……. .. 51

Page 8: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

viii

B. Awal Mula Terbentuknya KSTJ ……………………...…… 62

C. Kegiatan KSTJ Era Kepemimpinan

Basuki T. Purnama ………………………………………. . 69

D. Kegiatan KSTJ Era Kepemimpinan

Anies R. Baswedan ……………………………………… 74

BAB III STRATEGI PEMBINGKAIAN KOALISI SELAMATKAN

TELUK JAKARTA(KSTJ)

A. KSTJ sebagai Gerakan Sosial ……………………………. 80

B. Strategi Pembingkaian Gerakan Sosial

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) ………………… 85

C. Ragam Media Penyampaian Bingkai Ideologis KSTJ …… 107

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………… 122

B. Saran …………………………………………………….. 124

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Perbandingan Dampak Sosial-Ekonomi Sebelum dan Sesudah

Reklamasi Teluk Jakarta pada Nelayan di Muara Angke ……….. 10

Tabel 1.2 Data Perempuan dan Pemenuhan Kebutuhan Anak Sebelum dan Paska

Reklamasi Teluk Jakarta ………………………………………… 12

Tabel 1.3 Daftar Nama-nama Informan Partisipan KSTJ …………………. 42

Tabel 3.1 Daftar akun twitter yang ikut menyebarkan ide soal penolakan

reklamasi Teluk Jakarta dengan menggunakan tagar

JakartaTolakReklamasi ………………………………………….. 112

Page 10: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Lampiran I Keppres No. 52 Tahun 1995

Gambar 2.1 Halaman Situs Resmi Walhi Eknas dan Kiara memuat laman terkait

Reklamasi Teluk Jakarta

Gambar 2.2 Halaman Situs Resmi LBH Jakarta memuat laman Tolak Reklamasi

Gambar 2.3 Foto dari feed instagram BEM Seluruh Indonesia memuat laman

Tolak Reklamasi

Gambar 2.4 Logo Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ)

Gambar 2.5 Aksi Nelayan Tolak Reklamasi Teluk Jakarta

Gambar 2.6 Tim Advokasi KSTJ menemui DPRD DKI JAKARTA

Gambar 2.7 Aksi Damai Aliansi Mahasiswa dan Nelayan yang tergabung dalam

KSTJ di depan PTUN Jakarta

Gambar 2.8 Aksi Simbolis Penyegelan Pulau G

Gambar 2.9 Aksi Simbolis Penyegelan Pulau G

Gambar 2.10 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

Jakarta, Den Haag dan London

Page 11: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xi

Gambar 2.11 Foto Undangan Diskusi& Peluncuran Laporan Selamatkan Teluk

Jakarta

Gambar 2.12 Aksi KSTJ menuntut Gubernur Anies mencabut IMB 932 bangunan

di Pulau C dan D

Gambar 3.1 Aksi teatrikal dan simbolik KSTJ beserta nelayan, aktivis lingkungan

dan mahasiswa menyegel Pulau G di Teluk Jakarta

Gambar 3.2 KSTJ melakukan konferensi pers terkait kemenangan Gubernur Ahok

atas Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G di PTUN tahun 2016

Gambar 3.3 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

Jakarta, Den Haag dan London

Gambar 3.4 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

kampung-kampung nelayan di berbagai daerah

Gambar 3.5 Potongan kanal youtube Watchdoc Documentary yang memuat film

Rayuan Pulau Palsu – The Fake Islands

Gambar 3.6 Beberapa komentan warganet di bagian kolom komentar youtube

Watchdoc Documentary dalam film Rayuan Pulau Palsu

Gambar 3.7 Contoh twit/cuitan akun-akun twitter yang ikut menolak reklamasi

Teluk Jakarta dengan menggunakan tagar #JakartaTolakReklamasi

Page 12: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xii

Gambar 3.8 Makalah Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta yang dikeluarkan

Koalisi Pakar Interdisiplin

Gambar 3.9 Tim Advokasi KSTJ menemui DPRD DKI JAKARTA

Gambar 3.10 Koordinator KSTJ Ahmad Marthin Hadiwinata saat diwawancara

jurnalis dalam sebuah acara televisi perihal Reklamasi Teluk Jakarta

Page 13: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah yang akan menjadi studi dalam skripsi ini adalah strategi

pembingkaian (Framing Strategy) yang dibangun oleh Gerakan Sosial Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ), sebuah aksi solidaritas yang lahir dari rasa

ketidakadilan yang dirasakan masyarakat terdampak proyek reklamasi Teluk

Jakarta khususnya, dan yang peduli akan keberlangsungan kehidupan sosial,

ekonomi serta lingkungan di Pesisir Pantai Utara Jakarta. Proyek yang digadang-

gadang akan bisa menata wajah laut utara Jakarta ini telah menempuh jalan

panjang yang tak lepas dari pro dan kontra.

Sebagai salah satu kota besar sekaligus ibu kota negara Republik

Indonesia, DKI Jakarta tidak lepas dari berbagai permasalahan yang selalu

melingkupinya. Secara umum permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini masih terkait pada permasalahan

pembangunan manusia yang didukung melalui penyediaan infrastruktur,

pembangunan moda transportasi, penyeimbangan daya dukung lingkungan dan

sumber daya alam, peningkatan ketahanan sosial dan budaya, peningkatan

kapasitas dan kualitas pemerintahan dan pengembangan kerjasama regional

(https://rkpd.jakarta.go.id diakses pada 28 Agustus 2018).

Page 14: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

2

Dari beberapa masalah tersebut, penyediaan inftrastruktur kemudian

menjadi permasalahan yang memberikan efek bola salju dikarenakan pengaruhnya

yang dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks karena tidak hanya

menyasar aspek ekonomi dan bisnis namun bisa berdampak pada sosial, politik

dan lingkungan. Salah satu contoh penyediaan infrastruktur yang kemudian

menjadi bahan perdebatan di berbagai kalangan adalah Proyek Reklamasi Teluk

Jakarta. Proyek yang diharapkan mampu menjadi jawaban atas beberapa

permasalahan klasik khas kota metropolitan seperti kemiskinan, pengangguran,

keterbatasan lahan serta banjir di DKI Jakarta ini menjadi bola salju panas yang

sarat akan konflik kepentingan banyak pihak.

Pengertian reklamasi sendiri tertuang dalam pasal 1 butir 23 Undang-

undang Nomor 27 Tahun 2007, adalah:

“…kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan

manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial

ekonomi dengan cara pengurukan, pengeringan lahan atau drainase.”

(bnpb.go.id diakses pada 4 April 2018)

Untuk itu reklamasi adalah kegiatan pengurukan, pengeringan lahan atau

drainase guna memperoleh daratan baru untuk meningkatkan manfaat sumber

daya lahan yang bisa dilihat dari aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Reklamasi Teluk Jakarta berarti kegiatan pengurukan, pengeringan lahan atau

drainase di Teluk Jakarta guna memperoleh daratan baru untuk meningkatkan

manfaat dari segi lingkungan, sosial dan ekonomi.

Page 15: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

3

Sebenarnya reklamasi bukanlah hal baru bagi Jakarta, sebab sejak tahun

1980an kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber daya dengan melakukan

pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase sudah dilakukan(Wijayanto,

2016 https://megapolitan.kompas.com diakses 12 September 2018). Saat itu

perusahaan yang pertama kali menguruk laut di Teluk Jakarta adalah PT. Harapan

Indah. Kemudian di tahun 1981, PT Pembangunan Jaya mereklamasi kawasan

yang sudah sangat familiar dikenal yaitu Pantai Impian Jaya Ancol.

Reklamasi Teluk Jakarta yang kemudian diperluas pembangunannya

memiliki fondasi hukum yang tertuang pada Keputusan Presiden No. 52 Tahun

1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang dikeluarkan oleh Presiden

Soeharto serta Perda No. 1/2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah

(RTRW) 2010-2030.

Dalam bagian konsiderasi Keppres tersebut disebutkan hal-hal yang

menjadi alasan mengapa dilakukan reklamasi, yakni untuk mewujudkan Kawasan

Pantai Utara sebagai Kawasan Andalan yaitu kawasan yang dinilai mempunyai

nilai strategis dipandang dari sudut ekonomi dan perkembangan kota maka

diperlukan upaya penataan dan pengembangan Kawasan Pantai Utara melalui

reklamasi pantai utara serta sekaligus menata ulang daratan pantai yang ada secara

terarah dan terpadu(Keppres No. 52 Tahun 1995).

Dengan kata lain tujuan dari diadakannya reklamasi menurut Keppres

52/1995 adalah untuk mencegah pengikisan daratan Jakarta oleh air laut, serta

membangun beberapa fasilitas kota lainnya. Reklamasi ini juga bertujuan untuk

menata kembali kawasan Pantai Utara(Pantura) Jawa dengan cara membangun

Page 16: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

4

kawasan pantai dan menjadikan Jakarta sebagai kota pantai (waterfront city)

karena ruang Jakarta sudah tidak mungkin diperluas.

Memang pengembangan ke arah utara Jakarta ini dilakukan karena

wilayah selatan Jakarta sudah difungsikan sebagai kawasan konservasi, sementara

wilayah timur dan barat sudah dipadati penduduk sehingga tidak lagi

memungkinkan untuk dilakukan pengembangan(Koalisi Pakar Intrerdisiplin,

2017).

Bukanlah hal baru juga perdebatan tentang reklamasi di Teluk Jakarta

terjadi. Pasalnya di era Orde Baru adu argumen tentang perlu tidaknya diadakan

reklamasi pun sudah terjadi antar berbagai pihak. Di tahun 1977 Menteri

Pertanian Thoyyib Hadiwidjaya mengeluarkan SK(Surat Keputusan) No.

16/Um/6/1977 berisi jaminan hutan Angke Kapuk sebagai kawasan hutan lindung.

Namun di tahun 1984 Gubernur DKI Jakarta pada saat itu Wiyogo

Atmodarminto(1987-1992) mengeluarkan SK(Surat Keputusan) yang berisi

tentang penetapan areal pengembangan hutan Angke-Kapuk sebagai Zona

Ekonomi. Ia menganggap bahwa kawasan Angke patut dikembangkan karena

memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila menjadi zona ekonomi, seperti

wilayah perumahan dibandingkan dengan hanya sebagai hutan, rawa-rawa, dan

tambak nelayan(Amalinda Savirani, 2017). Hal ini tentu bertolak belakang dengan

keputusan menteri pertanian Thoyib Hadiwidjaya sebelumnya pada tahun 1977.

Pokok dari pertentangan pendapat yang terjadi dalam proyek reklamasi

Teluk Jakarta ini terletak pada kepentingan akan perlindungan lingkungan hidup,

sosial dan ekonomi masyarakat menengah ke bawah dengan kepentingan akan

Page 17: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

5

ekonomi yang diharapkan akan meningkat dari kondisi perekonomian DKI Jakarta

sebelumnya. Lebih lanjut inti dari pro kontra yang tercipta terkait proyek

reklamasi Teluk Jakarta ialah perlindungan kepentingan lingkungan hidup dan

sosial jangka panjang melawan perlindungan kepentingan ekonomi jangka

pendek—yang diwakili oleh pemda DKI Jakarta dan pihak pengembang

(Amalinda Savirani, 2017).

Adu kepentingan mengenai perlu tidaknya dilakukan reklamasi, masih

terus terjadi seiring dengan pergantian pemerintahan pusat maupun daerah DKI

Jakarta. Proyek ini tidak kurang telah melahirkan 39 produk hukum terkait

reklamasi yang terdiri dari 13(tiga belas) produk hukum berupa undang-undang,

9(Sembilan) Peraturan Presiden(PP), 1(satu) Keputusan Presiden(Keppres),

1(satu) Instruksi Presiden(Inpres), 3(tiga) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,

1(satu) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 1(satu) Peraturan

Menteri Dalam Negeri, dan 6(enam) produk Peraturan Pemerintah Daerah DKI

Jakarta (Amalinda Savirani, 2017).

Pada tahun 2003, Kementerian Lingkungan Hidup mengemukakan bahwa

proyek reklamasi Teluk Jakarta tidak layak untuk dilanjutkan karena berpotensi

menimbulkan beragam hal negative bagi lingkungan hidup maupun sosial. Hal ini

dituangkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003

tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai

Utara Jakarta. SK ini dikeluarkan berdasarkan kajian AMDAL Kementerian

Lingkungan Hidup, yang menyebutkan ada tujuh dampak negative terkait

lingkungan dan sosial jika reklamasi tetap dilakukan, yakni (a) potensi banjir; (b)

Page 18: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

6

ketersediaan tanah urukan; (c) ketersediaan air bersih; (d) pengaruh terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah ada; (e) perubahan pemanfaatan lahan; (f)

pengelolaan sistem transportasi; dan (d) system pengelolaan sampah (Amalinda

Savirani, 2017).

Di tahun yang sama ke-enam pengembang/kontraktor melayangkan

gugatan atas Surat Keputusan itu ke Pengadilan Tata Usaha Negara(PTUN). Tarik

ulur kasus ini berlangsung cukup lama, hingga akhirnya di tahun 2011 Mahkamah

Agung(MA) memenangkan ke-enam pengembang/kontraktor atas PK(Peninjauan

Kembali) yang diajukan terkait keputusan Mahkamah Agung(MA) yang

memenangkan Kementerian Lingkungan Hidup yang menyatakan reklamasi

melanggar hukum dan mengabaikan AMDAL.

Sebelumnya di tahun 2007-2008, ada dua peraturan yang dikeluarkan

terkait dengan reklamasi. Pertama adalah Surat Gubernur Nomor 1571/-1/711

yang terbit tahun 2007 oleh Sutiyoso, berisi pemberian izin prinsip kepada PT.

Kapuk Naga Indah untuk melakukan reklamasi Pulau 2A yang selanjutnya

menjadi Pulau D. Kemudian ada Perpres No. 54/2008 tentang Rencana Tata

Ruang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur. Kedua

peraturan ini memperkuat tujuan reklamasi yang tertuang dalam Keppres No. 52

Tahun 1995, yakni kelangkaan lahan bagi warga ibu kota.

Di tengah-tengah kegaduhan soal reklamasi, tahun 2007 Jakarta dikepung

banjir. Fauzi Bowo yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta meminta

pertolongan pada Pemerintah Belanda untuk membantu mengatasi banjir di

Jakarta. Belanda dipilih karena dianggap memiliki sejarah penanganan banjir yang

Page 19: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

7

baik. Kesepakatan tersebut menghasilkan program yang dinamakan Jakarta

Coastal Defence System yang kemudian berubah nama menjadi National Capital

Integrated Coastal Development (NCICD) di tahun 2013.

NCICD adalah proyek raksasa yang bertujuan melindungi Jakarta dari

banjir rob dengan memfasilitasi perkembangan sosio-ekonomi. Pengerjaannya

dilakukan dalam tiga fase, fase A dimulai dari perbaikan drainase perkotaan dan

upaya memperlambat penurunan muka tanah(land subsidence), fase B

pembangunan dinding besar (Giant Sea Wall), dan fase C pembangunan danau

resapan air di sebelah timur Teluk Jakarta yang terhubung dengan proyek

garuda(Koalisi Intra Disiplin, 2017).

Awalnya proyek ini terpisah dari proyek reklamasi, namun dalam

dokumen yang dilansir Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat(PUPR) kemudian menjadi satu. Penyatuan ini didasari dengan

wacana “Jakarta akan tenggelam pada 2030”(Koalisi Intra Disiplin, 2017).

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2012 Gubernur Fauzi Bowo

mengesahkan tiga dokumen yang seluruhnya menyokong terselenggaranya

reklamasi di Teluk Jakarta. Ketiga dokumen tersebut yang pertama, Perda No.

1/2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) 2010-2030. Dalam

bagian lampirannya dimasukkan reklamasi 14 pulau di Teluk Jakarta. Kedua,

Pergub No. 121/2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara

Jakarta. Dalam dokumen ini terjadi perubahan dalam jumlah pulau yang akan

direklamasi, menjadi 17 pulau yang diberi nama Pulau A sampai Pulau Q dengan

Page 20: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

8

luas total wilayah 5.155 hektar. Ketiga, Ia mengeluarkan izin prinsip untuk Pulau

F, G, I dan K.

Tidak berhenti di situ, setelah pergantian gubernur DKI Jakarta berturut-

turut setelah Fauzi Bowo yakni Joko Widodo (2012-2014) yang kemudian

dilanjutkan oleh Basuki Tjahaja Purnama, gaung reklamasi di Teluk Jakarta masih

dan lebih nyaring terdengar. Dengan dikeluarkannya perpanjangan izin prinsip

yang sudah kadaluarsa yang sebelumnya dikeluarkan oleh Fauzi Bowo untuk

Pulau F, G,I dan K pada tahun 2014. Bukan hanya itu, Basuki Tjahaja Purnama

pun menerbitkan izin pelaksanaan Pulau G kepada PT. Muara Wisesa Samudra,

anak perusahaan Agung Podomoro Land. Semua peraturan yang terbit terkait

dengan reklamasi pulau-pulau di Teluk Jakarta, masih terhubung dengan amanat

Keppres 52/1995 yakni pemenuhan lahan baru bagi warga ibu kota yang masih

terus meningkat (Amalinda Savirani, 2017).

Adanya kegiatan reklamasi di Teluk Jakarta selama kurun waktu beberapa

dekade nyatanya sangat mempengaruhi pelbagai bentuk kehidupan yang ada di

sepanjang pesisir Teluk Jakarta. Pelbagai entitas yang ada di pesisir Teluk Jakarta

mengalami ketidakseimbangan seiring laut mereka yang diuruk untuk dijadikan

pulau buatan. Dampak buruk reklamasi terhadap lingkungan, sosial, ekonomi,

budaya tak ayal menjadi bencana yang tak terelakkan kehadirannya.

Dalam catatan Pusat Data dan Informasi KIARA (Koalisi Rakyat untuk

Keadilan Perikanan), setidaknya ada 10 (sepuluh) dampak buruk reklamasi bagi

keberlangsungan lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir Pantai Utara. Di

antaranya (1) proyek ini menggusur 56.309 rumah tangga nelayan yang hidup di

Page 21: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

9

wilayah pesisir Jakarta, Jawa Barat dan Banten; (2) nelayan-nelayan pesisir Pantai

Utara yang mayoritasnya masih nelayan tradisional kehilangan akses melaut dan

tergusur dari sumber-sumber penghidupannya; (3) reklamasi Teluk Jakarta serta

merta memperburuk kondisi perempuan nelayan di wilayah pesisir Jakarta, Jawa

Barat, dan Banten; (4) tidak hanya manusia, reklamasi Teluk Jakarta pun ikut

menghancurkan ekosistem pesisir akibat menurunnya daya dukung lingkungan

dan meningkatnya ancaman banjir; (5) reklamasi Teluk Jakarta kemudian

“memaksa” nelayan untuk beralih profesi, dalam sehari ada dua orang nelayan

yang beralih profesi menjadi kuli di kota-kota besar; (6) hal tersebut kemudian

menyebabkan meningkatnya kantong-kantong kemiskinan di wilayah pesisir; (7)

reklamasi mengubah bentang alam dan aliran air di kawasan reklamasi dan

kawasan asal material reklamasi; (8) menyebabkan rusaknya sumber daya air di

kawasan penyangga kabupaten/kota pantai yang direklamasi; (9) serta

menghancurkan alam dan (10) meningkatkan ancaman longsor dan banjir di

wilayah asal material urukan reklamasi(Pusat Data dan Informasi KIARA, 2016).

Dampak reklamasi terhadap lingkungan hidup yang cukup massif di Teluk

Jakarta tak ayal berpengaruh pada keadaan sosial-ekonomi masyarakat yang hidup

di pesisir Utara Jakarta. Mereka yang menggantungkan hidupnya pada laut,

kemudian yang paling merasakan bagaimana sulitnya hidup mereka saat laut yang

menjadi harapan diuruk untuk dijadikan pulau-pulau baru, yang serta merta

menguruk harapan mereka.

Page 22: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

10

Tabel 1.1 Data Perbandingan Dampak Sosial-Ekonomi Sebelum dan

Sesudah Reklamasi Teluk Jakarta pada Nelayan di Muara Angke

Sumber: Pusat Data dan Informasi KIARA, 2016

Dari table 1.1 dapat dilihat, bahwa selain dampaknya terhadap lingkungan

adanya pulau-pulau reklamasi di Utara Jakarta juga berdampak pada kehidupan

sosial, dan ekonomi masyarakat pesisir yang mayoritas bermata pencaharian

sebagai nelayan. Pulau-pulau buatan ini memengaruhi daya jangkauan tangkapan

ikan nelayan. Sejak proyek ini mulai bergulir kembali nelayan membutuhkan

modal yang lebih besar untuk melaut, dua kali lipat dari biaya yang harus

dikeluarkan sebelum adanya reklamasi serta membutuhkan waktu yang lebih lama

di lautan karena kelangkaan ikan akibat laut yang tercemar. Hal senada dikatakan

oleh ahli Oceanografi dari IPB, Alan Koropitan menyebut bahwa proyek

reklamasi akan memberikan dampak sedimentasi, penurunan kualitas air akibat

logam berat dan bahan organik serta terjadinya penurunan arus laut sehingga

JENIS TANGKAPAN/KEBUTUHAN SEBELUM REKLAMASI SETELAH REKLAMASI

Solar 5 liter 10 liter

Lama melaut 10 jam 18-20 jam

Hasil tangkapan ikan 25 kg –3 kwintal/hari

Kurang dari 5 kg/hari

Hasil tangkapan rajungan/kepiting 10 kg

1 kg

Hasil budidaya/ tangkapan kerang

5 kg

Dengan harga per kilo

Rp. 25.000

7 ons

Dengan harga per kilo

Rp. 20.000

Rata-rata pendapatan/penghasilan nelayan

5 juta/ hari

300 ribu/hari

Page 23: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

11

material yang masuk dari sungai cenderung tertahan(hilangnya flushing system)

yang kemudian menyebabkan kematian ikan di Teluk Jakarta(Koalisi Intra

Disiplin, 2017).

Biaya lebih yang dikeluarkan oleh nelayan tidak serta merta jua

membuahkan hasil yang maksimal dalam hal perolehan ikan, rajungan/kepiting

dan kerang. Hal yang tentunya berpengaruh pada pendapatan mereka per-harinya

yang turun secara signifikan dari yang biasanya rata-rata pendapatan nelayan ada

di angka Rp. 5.000.000/hari, pasca reklamasi berlangsung mereka hanya mampu

membawa uang Rp.300.000/hari. Hasil yang tidak seberapa karena nelayan harus

menutupi biaya mereka untuk melaut serta membaginya dengan nelayan yang

lain. Dari berkurangnya pendapatan ini, kemudian berpengaruh pada urusan dapur

yang dikelola oleh perempuan yakni istri nelayan dan anak perempuan nelayan.

Pendapatan keluarga yang terus berkurang, diiringi dengan kebutuhan

hidup yang semakin tinggi juga kebutuhan anak untuk sekolah, membuat

perempuan nelayan harus bisa memutar otak lebih agar bisa membuat dapur tetap

mengepul. Sebelum adanya reklamasi perempuan dan anak perempuan nelayan di

pesisir Utara Jakarta memang sudah menjadi bagian dari aktivitas pengelolaan

hasil tangkapan laut yang dibawa oleh suami-suami dan ayah-ayah mereka.

Namun pasca reklamasi, beban perempuan dan anak nelayan bertambah. Tak

jarang untuk menutupi biaya hidup sehari-hari perempuan nelayan harus

meminjam uang pada rentenir keliling dengan adanya biaya tambahan berupa

bunga pinjaman (Observasi di lapangan, 29 November 2018).

Page 24: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

12

Keterlibatan perempuan dalam sektor perikanan dan laut biasanya pada

kegiatan pengolahan dan perdagangan ikan, seperti pengeringan ikan,

perdagangan ikan segar, dan pengupasan kerang (Kiara, 2009). Pasca reklamasi

bergulir, selain mengurus pekerjaan rumah tangga perempuan juga dibebankan

untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup akibat dari berkurangnya pendapatan

suami yang seorang nelayan.

Tabel 1.2 Data Perempuan dan Pemenuhan Kebutuhan Anak Sebelum dan

Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

Sumber: Pusat Data dan Informasi KIARA, 2009

Page 25: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

13

Dari data yang dihimpun oleh Kiara di tahun 2009, dampak reklamasi bagi

perempuan nelayan dan anak sudah cukup signifikan bahkan jauh sebelum isu

reklamasi di Teluk Jakarta kembali bergulir di tahun 2013.

Di tahun 2009, marjinalisasi terhadap kaum perempuan nelayan dan anak

perempuan nelayan sudah terjadi. Pasca reklamasi perempuan nelayan dan anak

nelayan tidak dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan yang mendasar bagi

manusia. Mereka terbatas dalam memenuhi kebutuhan sosialnya karena lebih

dituntut untuk bekerja demi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu

kebutuhan akan jasmani (pangan dan papan), rohani, informasi, kesehatan dan

pendidikan menjadi sangat terbatas karena sumber mata pencaharian mereka

yakni laut, terbatas juga dalam menghasilkan komoditas.

Meskipun dampaknya sudah dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat

nelayan, namun rencana untuk kembali membuat pulau-pulau baru di Teluk

Jakarta tidak juga berhenti. Setelah beberapa waktu proyek ini seakan luput dari

perhatian masyarakat, hadirnya kembali menyeruak di tahun 2013 dimulai dari

diperpanjangnya izin prinsip untuk beberapa pulau oleh Plt. Gubernur DKI

Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Tidak hanya itu, setelah memperpanjang izin prinsip Basuki juga

menerbitkan izin pelaksanaan untuk pulau G di tahun 2014 yang diberikan kepada

PT. Muara Wisesa Samudra. Aktivitas di laut utara Jakarta pun kembali

menggeliat.

Proyek pengurukan lahan ini kemudian menjadi perbincangan di

masyarakat khususnya masyarakat nelayan yang hidupnya berdekatan dengan laut

Page 26: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

14

di utara Jakarta. Mereka merasa ada yang aneh dengan keadaan laut yang diuruk,

terlebih dengan tidak tahu menahunya mereka dengan “aktivitas” ini. Mulai

timbul juga rasa khawatir akan nasib laut yang merupakan tempat mereka untuk

mencari nafkah.

“Waktu itu sih tahun 2013 yah, eh kita belum tau apa itu reklamasi taunya

urukan aja. Dulu tuh kita-kita nelayan cuma ngomong-ngomong aja gitu,

itu ngapain di laut diuruk-uruk gitu. Mulai resah kan kita, orang laut

diaduk-aduk gitu yaa ikan-ikan bisa pada mati dong.” (Wawancara

dengan Iwan, partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Ketidaktahuan masyarakat nelayan akan adanya reklamasi di Teluk Jakarta

juga menimbulkan berbagai pertanyaan. Mengapa mereka tidak pernah dilibatkan

dalam setiap proses yang menyangkut hal yang paling mendasar bagi kehidupan

nelayan di pesisir utara Jakarta, yakni laut. Lalu apa sebenarnya yang menjadi

urgensi dilakukannya reklamasi di Teluk Jakarta, hingga kemudian menimbulkan

pertanyaan besar bagi sebagian masyarakat terlebih masyarakat nelayan yang

sebenarnya sudah merasakan dampak dari reklamasi terdahulu. Berdasarkan data

yang penulis himpun dari beberapa berita online, ada beberapa alasan mendasar

mengapa dilakukan reklamasi di Teluk Jakarta.

Pertama, Jakarta membutuhkan reklamasi karena dapat mencegah banjir

rob. Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute Firdaus Ali menyatakan bahwa

reklamasi merupakan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan di Jakarta

tentang land subsidence atau penurunan muka tanah. Ia bahkan mendorong agar

reklamasi di Teluk Jakarta segera direalisasikan.

Page 27: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

15

“penurunan muka tanah terus terjadi di wilayah Jakarta setiap tahun.

Yang paling parah memang di utara Jakarta. Kalau laju ekstraksi air

tanah yang merupakan penyebabnya tidak ditangani serius, maka Jakarta

40 tahun ke depan akan tenggelam. Sangat disayangkan kekhawatiran

yang berlebihan terhadap dampak reklamasi. Sebab, banyak solusi untuk

mengatasi dampak negative di Jakarta jika reklamasi dilakukan.”

(Putra, 2015 http://news.liputan6.com/ di akses 1 April 2019)

Kedua, Reklamasi dibutuhkan Jakarta karena berdampak positif untuk

ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini menjadi perhatian khusus terutama untuk

pemerintah DKI Jakarta yang akan mendapatkan keuntungan dari pajak

penghasilan serta tanah dan sertifikat yang langsung didapatkan pemerintah DKI

Jakarta. Dikatakan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama:

“DKI Jakarta akan mendapatkan pajak penghasilan dan kami dapat

tanahnya 45 persen yang tidak bisa dijual, untuk jalur hijau. Lalu 5 persen

tanah DKI yang bisa dijual akan dipakai Pemprov. Untung.”(Rahadian,

2015 http://www.cnnindonesia.com/ diakses pada 1 April 2019)

Wacana ini pun mengalami amplifikasi makna bahwa reklamasi sangat

penting untuk ekonomi, didukung oleh pendapat konsultan dan para ahli. Salah

satunya adalah pendapat dari ahli tata ruang Hendricus Andy Simarmata dikutip

dari Liputan6.com, Ia mengatakan bahwa “…dengan adanya reklamasi berarti

akan tercipta lahan baru di sebuah wilayah. Dengan munculnya lahan baru ini,

Page 28: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

16

maka berbagai aktivitas ekonomi bisa masuk ke situ. Bisa menambah pendapatan

daerah.” (Deny, 2016 http://bisnis.liputan6.com/ diakses pada 1 April 2019)

Ketiga, Jakarta membutuhkan reklamasi karena adanya keterbatasan lahan.

Argumentasi ini yang paling sering dipaparkan oleh Pemprov DKI Jakarta serta

pengembang bahkan sejak awal proyek ini digulirkan di tahun 1995. Bahwa

dengan adanya reklamasi maka akan ada lahan baru yang memang dibutuhkan

oleh Jakarta. Deddy S Priatna selaku Deputi Bidang Sarana dan Prasarana

Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan, hasil reklamasi seluas 5.500 hektar

akan mampu menampung sekitar 1,8 juta penduduk baru dan dapat menyerap 2,6

juta orang tenaga kerja. Dari luas tanah baru tersebut, sebesar 45% akan dibangun

lokasi perumahan dengan luas 14,1 juta meter persegi. (Rimadi, 2014

http://news.liputan6.com/ diakses pada 1 April 2019 ).

Ketiga alasan mendasar mengapa penting untuk dilakukan reklamasi di

Teluk Jakarta tersebut, kemudian mendapat berbagai tanggapan dari berbagai

kalangan. Bantahan terhadap pernyataan-pernyataan tersebut di atas dilontarkan

balik oleh para ahli. Yang pertama bantahan mengenai reklamasi dapat mencegah

banjir rob, bahwa penyebab dominan penurunan muka tanah(land subsidence)

yang diambil oleh NCICD adalah ekstraksi air tanah, tetapi belum ada data kuat

yang mendukung argumentasi ini. Sementara data pembanding menunjukkan

bahwa penyebab dominan land subsidence adalah pembebanan dari gedung-

gedung terutama pencakar langit. Implikasinya jika disepakati yang menjadi

penyebab utama land subsidence adalah pembebanan dari gedung-gedung, maka

Page 29: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

17

pembangunan berbagai infrastruktur hidrologi menjadi bertentangan dengan usaha

penanggulangan banjir di DKI Jakarta ( Koalisi Intradisiplin, 2017).

Kedua, bantahan mengenai reklamasi yang akan membawa dampak positif

untuk ekonomi, sosial dan lingkungan. Reklamasi Teluk Jakarta memang bisa

diasumsikan dapat membuka lapangan pekerjaan. Namun lapangan pekerjaan

tersebut tidak sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh

masyarakat pesisir Teluk Jakarta yang umumnya merupakan nelayan. Jadi

reklamasi hanya akan memberikan manfaat untuk Pemprov DKI Jakarta melalui

pajak penghasilan yang diperoleh pemda dari pihak swasta yang memanfaatkan

tanah urukan di pulau reklamasi (Koalisi Intradisiplin, 2017).

Ketiga, bantahan mengenai Jakarta membutuhkan reklamasi karena adanya

keterbatasan lahan. Argumen yang sering kali menjadi dasar dilakukannya

reklamasi ini mendapat bantahan bahwa permasalahan spasial Jakarta terletak

pada kesenjangan antara kepadatan manusia atau luas-lahan di satu pihak dan

kepadatan lantai-terbangun serta kepadatan infrastruktur pelayanan yang sesuai.

Kepadatan Jakarta ialah 150 jiwa/ha tidak serta merta bisa dikatakan “terlalu padat

atau penyebab permasalahan Jakarta”. Yang kemudian menjadi masalah adalah

bahwa kepadatan jiwa/ha lahan di Jakarta itu tidak didukung oleh kepadatan

lantai-terbangun dan infrastruktur atau pelayanan yang memadai.

Di Singapura kepadatan lantai-terbangun adalah 4(empat) kali kepadatan

lantai-terbangun di Jakarta. Dengan kata lain, setiap orang di Singapura

menikmati luas-lantai terbangun rata-rata 8(delapan) kali lebih luas daripada yang

dinikmati rata-rata setiap orang di Jakarta. Oleh karena itu, tidak tepat bila

Page 30: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

18

dikatakan Jakarta memerlukan penambahan lahan. Jakarta memerlukan

penambahan lahan-terbangun dan infrastruktur pendukung. Penambahan lahan

melalui praktik murah dan dimudahkan oleh kebijakan diskresi yang diskriminatif

seperti reklamasi hanya akan menimbulkan konflik yang tidak perlu dan tidak

menjawab kebutuhan nyata masyarakat (Koalisi Intradisipli, 2017).

Selain itu reaksi serupa dikeluarkan oleh kementerian-kementerian terkait

yang ikut mengambil sikap atas proyek ini. Pada tahun 2016 Menteri Koordinator

bidang Kemaritiman sebagai Rizal Ramli yang menjadi ketua hasil kajian Komite

Gabungan yang terdiri dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman,

Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan serta Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan SK

penghentian sementara(moratorium) berturut-turut melalui SK Kementerian

Lingkungan Hidup No. 354/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016;SK Kementerian

Lingkungan Hidup No. 355/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016 dan melalui SK

Kementerian Lingkungan Hidup No. 356/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016. Tindakan

ini dilakukan karena kegiatan reklamasi Pantai Utara Jakarta telah memenuhi

unsur kerusakan lingkungan hidup dan keresahan masyarakat. Penghentian

sementara kegiatan reklamasi ini merupakan sanksi administrative paksaan

pemerintah pada 2(dua) perusahaan yakni PT Kapuk Naga Indah dan PT Muara

Wisesa. Untuk itu segala bentuk pembangunan proyek Reklamasi Teluk Jakarta

dihentikan sementara sampai semua persyaratan perundang-undangan dan

peraturan dipenuhi oleh penyelenggara maupun pengembang.

Page 31: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

19

Tidak lama berselang setelah Presiden Joko Widodo melakukan reshuffle

kabinet, Luhut Binsar Pandjaitan yang dipilih untuk menggantikan Rizal Ramli

menjadi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, mencabut moratorium yang

ditandatangani pendahulunya. Dikutip dari detik.com, Ia mengatakan alasan

pencabutan moratorium reklamasi Teluk Jakarta “…karena semua ketentuan yang

berlaku dari semua kementerian dan lembaga yang terlibat itu tidak ada

masalah,” (Idris, 2017 https://news.detik.com/ diakses pada 2 April 2019).

Para ahli dari berbagai disiplin ilmu (lingkungan, sosial dan ekonomi),

kelompok masyarakat sipil, aktivis lingkungan, mahasiswa hingga nelayan

menentang keras pencabutan moratorium ini, karena semua hal yang berkaitan

dengan reklamasi masih dilingkupi persoalan yang bertentangan dengan hukum

hingga perlindungan lingkungan hidup, sosial dan ekonomi di Teluk Jakarta.

Mereka bereaksi atas upaya pemerintah dan pengembang mengubah laut Teluk

Jakarta. Dari reaksi-reaksi ini selanjutnya mereka, menyatukan visi misi untuk

membatalkan reklamasi di Teluk Jakarta dengan menggabungkan diri menjadi

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta.

Di antara mereka adalah Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ).

Gerakan sosial ini muncul untuk memperkuat gerakan penolakan reklamasi di

Teluk Jakarta, yang sebelumnya masih belum terorganisir dengan baik. Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) terdiri dari organisasi non profit seperti

KIARA(Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan), Eknas WALHI(Eksekutif

Nasional Wahana Lingkungan Indonesia, KNTI(Kesatuan Nelayan Tradisional

Indoneisa), LBH Jakarta(Lembaga Bantuan Hukum), Solidaritas Perempuan,

Page 32: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

20

ICEL(Indonesian Center for Environmental Law), Rujak Center for Urban

Studies, mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI( Badan Eksekutif Mahasiswa

Seluruh Indonesia), BEM FH UI(Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Indonesia) serta masyarakat nelayan yang merupakan kelompok

terdampak langsung dari adanya proyek reklamasi di Teluk Jakarta (Hermawan,

2017 http://www.portalindonesianews.com diakses pada 30 April 2019)

Keikutsertaan nelayan dalam gerakan ini berakar dari rasa kekecewaan

mereka karena tidak pernah dilibatkan dalam proyek reklamasi. Sedangkan

mereka adalah pihak yang paling merasakan dampak dari reklamasi, terutama

pada mata pencaharian nelayan tradisional serta masyarakat yang berpenghasilan

di pesisir Teluk Jakarta. Melalui KSTJ, gerakan penolakan reklamasi Teluk

Jakarta diharapkan semakin massif untuk menyebarkan ide-ide bahwa reklamasi

tidak akan membawa manfaat untuk laut Jakarta dan masyarakat nelayan di

sekitarnya. Untuk itu permasalahan-permasalahan tersebut di atas menjadi dasar

bagi penulis untuk melakukan kajian atas gerakan sosial yang dilakukan oleh

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) sebagai subjek penelitian penulis.

Sejak tahun 2014 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) telah

melakukan advokasi untuk menolak reklamasi Teluk Jakarta dengan berbagai

cara, mulai dari aksi turun langsung ke jalan, diskusi-diskusi untuk menyebarkan

ide-ide tentang dampak dari reklamasi, hingga pembuatan film yang mengisahkan

tentang persoalan kehidupan nelayan pasca adanya reklamasi. Hal-hal ini

dilakukan untuk menarik perhatian dari pemerintah serta masyarakat dan tidak

jarang sering kali menjadi pembahasan berbagai media di Indonesia. Untuk itu

Page 33: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

21

penulis merasa tertarik meneliti Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ)

terutama dari aspek pembingkaian aksi ini.

Penulis tertarik untuk mengkaji gerakan sosial yang dilakukan oleh Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) dari perspektif Strategi Pembingkaian(Framing

Strategy) mengingat tidak banyak upaya dilakukan untuk mengkaji gerakan sosial

yang berfokus pada upaya perlindungan lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya

masyarakat setempat dengan melihat aspek strategi pembingkaian(framing

strategies), yang menekankan pada “kerja penandaan” (signifying work) atau

“pada konstruksi makna” (meaning constructions) yang dilakukan oleh aksi

kolektif. Melalui penelitian ini maka akan dapat dijelaskan bagaimana dinamika

yang terjadi dalam upaya advokasi KSTJ, proses-proses aksi yang ada, beragam

cara yang digunakan untuk menarik perhatian dan simpati massa pada KSTJ, serta

hasil yang didapatkan dari gerakan sosial ini akan dijabarkan dengan penjelasan

yang menarik dalam skripsi ini.

Dengan demikian, penelitian ini mengambil judul “Strategi

Pembingkaian (Framing Strategies) Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta

(KSTJ)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pokok masalah di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab

beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana KSTJ berperan sebagai gerakan sosial?

2. Strategi frame alignment apa saja yang digunakan oleh KSTJ sebagai

sebuah gerakan sosial?

Page 34: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

22

3. Apa saja metode penyampaian strategi pembingkaian yang dilakukan

oleh KSTJ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menjelaskan KSTJ sebagai gerakan sosial.

2. Menjelaskan strategi frame alignment yang digunakan oleh KSTJ.

3. Menjelaskan metode penyampaian strategi pembingkaian yang

dilakukan oleh KSTJ.

Sedangkan manfaat penelitian ini yaitu antara lain :

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan

penjelasan mengenai strategi pembingkaian atau framing strategies

yang terdapat dalam upaya-upaya yang dilakukan gerakan KSTJ.

2. Secara praktis, penelitian ini penting dan diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan pemerintah untuk membuat kebijakan mengenai

pembangunan yang lebih baik di lihat dari berbagai aspek baik sosial,

lingkungan dan ekonomi secara holistis.

D. Tinjauan Pustaka

Kita dapat melihat beberapa penelitian gerakan sosial yang menggunakan

framing, diantaranya adalah skripsi Ikhsan Pratama Wicaksono Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (2010),

Analisis Framing (Pembingkaian) dalam Gerakan Lingkungan Hidup (Studi

Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia,

Page 35: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

23

Jakarta) studi ini mengungkapkan bagaimana LSM sebagai organisasi gerakan

sosial membangun identitas kolektif pada anggotanya.

Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi frame gerakan sosial berupa

content yang terdapat pada media komunikasi LSM Greenpeace Asia Tenggara

Indonesia berupa aksi, buku booklet dan movement document yang terdapat pada

situs resmi LSM tersebut dan identitas kolektif yang melekat pada anggota LSM

tersebut.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada tiga jenis frame yang digunakan

oleh gerakan sosial anti-batubara yang dilakukan oleh LSM Greenpeace Asia

Tenggara Indonesia, yakni aggregate frame, consensus frame, dan collective

action frame yang dapat diidentifikasi melalui media komunikasi organisasi.

Melalui interaksi anggota dengan media komunikasi serta pemaknaan

yang dilakukan terhadap frame gerakan sosial, identitas kolektif anti-batubara ini

melekat pada anggota Greenpeace Asia Tenggara Indonesia. Identitas kolektif ini

dapat dilihat melalui tigas jenis identitas yang melekat yaitu identitas aktivis,

identitas organisasi, dan identitas taktik. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa

dengan melalui media komunikasi organisasi Greenpeace Asia Tenggara

Indonesia dapat menyebarkan maupun mengkontruksi gagasan anggotanya

dengan frame gerakan sosial, yang juga memengaruhi ataupun membentuk

identitas kolektif anggotanya.

Selanjutnya skripsi Ahmad Sufyan jurusan Sosiologi Universitas

Airlangga (2014), Gerakan Sosial Masyarakat Pegunungan Kendeng Utara

Melawan Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Rembang. Skripsi ini

Page 36: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

24

membahas mengenai pengaruh dari neoliberalisme di Indonesia yang membuat

pihak swasta bahkan asing dengan mudah menggunakan atau memanfaatkan

sumber daya alam di Indonesia salah satunya dengan mendirikan pabrik semen di

Rembang, Jawa Tengah.

Berdirinya pabrik semen ini tidak serta merta berjalan mulus, muncullah

gerakan reclaiming yang dilakukan oleh masyarakat Pegunungan Kendeng Utara

atas proses industrialisasi pabrik semen di Kabupaten Rembang. Dari isu tersebut

kemudian menjadi tonggak awal dari lahirnya gerakan ini, gerakan reclaiming ini

masuk dalam gerakan sosial baru. Gerakan Sosial Baru menjelasan “mengapa‟

gerakan sosial terbentuk. Penjelasan mengenai teori gerakan sosial baru

dikonsepkan dengan elaborasi teoritik antara teori mobilisasi sumber daya dan

teori gerakan sosial berorientasi identitas.

Munculnya gerakan sosial masyarakat Pegunungan Kendeng Utara

didasari atas kondisi masyarakat yang berada dalam situasi structural staint yang

diawali dari praktek pembebasan lahan yang menyebabkan adanya perbedaan

interpretasi warga dengan pihak pabrik semen, kondisi ini disebut dengan

deprivasi relative. Selain itu ada aspek kontijensi dari munculnya gerakan ini yaitu

gerakan sosial di Kabupaten Pati.Gerakan ini menularkan sikap menolak di

Kabupaten Rembang, hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya aktor gerakan yang

juga ikut dalam gerakan di Kabupaten Rembang.

Adanya aktor gerakan yang juga ikut masuk dalam gerakan ini, didukung

pula dengan situasi politik di kabupaten Rembang yang mengalami transisi

sehingga menciptakan peluang (political opportunity) untuk mengakomodir pihak

Page 37: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

25

yang kontra terhadap pabrik semen.Kondisi ini yang kemudian dimanfaatkan oleh

aktor-aktor gerakan dengan mendesain strategi gerakan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dea Rizki Kapriani dan

Djuana P. Departemen Sains dan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

IPB (2015) Efektivitas Media Sosial untuk Gerakan Sosial Pelestarian

Lingkungan. Penelitian ini menggunakan followers @KeSeMat sebagai subjek

penelitiannya. KeSeMat(Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur)

sendiri adalah organisasi unit kegiatan mahasiswa Universitas Diponegoro yang

memiliki gerakan sosial pelestarian mangrove.

Sebagai organisasi yang dimotori mahasiswa, KeSEMat banyak

menggunakan media sosial sebagai saluran kampanye pelestarian

mangrove.KeSEMat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi melalui aktivitas

online maupun aktivitas offline. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam media sosial dan analisis faktor-

faktor yang memengaruhinya, untuk mendeskripsikan efektivitas akun

@KeSEMaT dalam menyebabkan perubahan perilaku followers dan analisis

hubungannya dengan keterlibatan dalam media sosial, serta menganalisis

keterlibatan followers akun @KeSEMaT dalam kegiatan offline dan analisis

hubungannya dengan perubahan perilaku.

Penelitian ini berpusat pada pemanfaatan media sosial sebagai sarana

kampanye gerakan sosial pelestarian mangrove. Berdasarkan hasil penelitian

ditemukan bahwa akses terhadap akun twitter @KeSEMaT efektif dalam

mengubah perilaku dan sikap followers terhadap pelestarian mangrove.

Page 38: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

26

Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Aghniya Halim jurusan

Sosiologi Universitas Sebelas Maret (2016) Gerakan Sosial Baru (Studi Kasus

Pola Jaringan Gerakan Sosial Cinta Lingkungan WALHI Yogyakarta) . Dengan

menggunakan teori jaringan yang dikemukakan oleh Barry Wellman dan Ronald

Burt disimpulkan bahwa WALHI Yogyakarta memiliki tiga pola jaringan utama,

pertama pola jaringan internal yang terdiri dari anggota, Sha-Link dan Warga

Berdaya. Pola internal ini memastikan ada hubungan dua arah dari anggota

langsung ke masyarakat, dan dari masyarakat langsung ke WALHI Yogyakarta

melalui Warga Berdaya, agar terjadi hubungan.Pola kedua adalah pola jaringan

By Case, pada pola jaringan ini setiap unsur seperti anggota dan Warga Berdaya

berperan sebagai penjaring laporan sehingga setiap jenis kasus dapat langsung

terdeteksi oleh WALHI Yogyakarta. Pola terakhir adalah berdasarkan pada Empat

Isu Strategis, isu ini digodok pada saat PDLH ( Pertemuan Daerah Lingkungan

Hidup) dengan tujuan untuk terus mengawasi dan memberikan pencegahan agar

suatu kasus pencemaran lingkungan tidak terjadi.

Setiap pola jaringan ini terus berputar hingga menjadi siklus yang

menguatkan gerakan sosial cinta lingkungan WALHI Yogyakarta.

Tesis David Karlstrӧm dari jurusan Magister Political Science UMEȦ

University, Swedia dengan judul Frames in a Social Movement for Safe Public

Spaces Problems Meeting New Solutions(2017). Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di New Delhi, India. Peneliti

menggunakan studi literature dan wawancara semi struktur dalam pengumpulan

data. Dengan menggunakan teori framing David A. Snow dan Robert D. Benford

Page 39: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

27

peneliti mencoba menjelaskan frame(Diagnostic framing, Prognostic Framing,

Motivational Framing) yang digunakan oleh ketiga actor(NGO Jagori; SafetiPin;

IWillGoOut) yang aktif dalam memperjuangan ruang publik yang aman bagi

perempuan di New Delhi.

Studi ini menjelaskan bagaimana gerakan sosial muncul dan

diformulasikan oleh masyarakat sipil di tengah kebutuhan yang mendesak akan

keamanan dan keselamatan bagi perempuan di ruang-ruang public di New Delhi,

India. Banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di ruang-ruang

public di New Delhi hingga menjadi sorotan media nasional dan internasional

memicu munculnya gerakan-gerakan ini untuk melakukan perubahan.

Melalui diagnostic framing, ketiga aktor memiliki kesamaan dalam

mengidentifikasi masalah yakni ada tiga masalah yang menyebabkan tidak

terciptanya ruang public yang aman bagi perempuan di India di antaranya adanya

rasa takut; patriarki yang mengakar kuat; dan kurangnya pengakuan terhadap

sifat-sifat urbanisasi gender seperti remaja, perempuan, transgender, orangtua.

Ketiga hal ini yang ingin coba diubah untuk menciptakan ruang public yang lebih

aman untuk perempuan dan kelompok lemah lainnya.

Dalam prognostic framing, ketiga actor memiliki meteode dan solusi kerja

yang berbeda meskipun tujuan dari gerakannya sama. Jagori sebagai NGO lebih

menekankan pada kampanye dan aksi protes melalui music ataupun slogan,

sedangkan SafetiPin dan IWillGoOut lebih memanfaatkan internet sebagai media

untuk menyebarkan kepedulian akan keamanan perempuan di ruang-ruang public

di New Delhi, India. SafetiPin melakukannya dengan membuat aplikasi mobile

Page 40: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

28

yang membantu memberikan informasi perihal tempat aman untuk perempuan

sedangkan IWillGoOut menyebarkan ide agar perempuan tidak takut untuk keluar

rumah melalui media sosial dengan tagar IWillGoOut secara massif hingga

menjadi trending topic di jagat maya.

Dalam motivational framing yang merupakan factor ketiga suksesnya

sebuah gerakan sosial, menyediakan “triggered”/pemicu/panggilan untuk

bergerak, bisa melalui symbol-simbol atau nilai-nilai yang membuat massa

merasa perlu untuk bergerak. Ketiganya memiliki slogan yang menargetkan

kelompok-kelompok rentan, tantangan dan kesempatan untuk perempuan di

ruang-ruang public di India. Slogan-slogan ini tidak hanya berupa kalimat yang

tertera pada pamphlet-pamphlet yang disebar pada saat aksi protes, melainkan

juga tertera di dalam nama gerakan itu sendiri seperti SafetiPin dan IWillGoOut

yang memiliki pesan kuat untuk dapat merengkuh massa.

Dari beberapa penelitian di atas, melalui proses tinjauan pustaka penulis

menemukan adanya perbedaan di antara penelitian-penelitian tersebut. Ada dua

penelitian yang menggunakan framing untuk menganalisis, di antaranya

Wicaksono (2010) dalam penelitiannya menekankan pada analisis

framing(pembingkaian) yang terdapat dalam LSM Greenpeace yang nantinya

akan memperkuat identitas kolektif di antara anggotanya. Karlstrom (2017)

menggunakan teori framing dalam menganalisis tiga kelompok yang melakukan

gerakan sosial yang memperjuangkan ruang public yang aman bagi perempuan di

New Delhi, India.

Page 41: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

29

Ketiga penelitian lainnya berfokus pada, Kapriani dan Djuana (2015)

dalam penelitiannya menganalisis mengenai keefektivan penggunaan media sosial

melalui akun gerakan sosial perlindungan mangrove(KeSeMat), dalam

memengaruhi followersnya untuk menerima ide-ide yang mereka tawarkan.

Halim (2016) dalam studinya menganalisis mengenai pola jaringan yang

terdapat dalam gerakan sosial cinta lingkungan Walhi Yogyakarta.Sufyan (2014)

dalam studinya memiliki kemiripan dengan studi penulis, yakni gerakan sosial

yang merupakan bentuk penolakan dari adanya suatu pembangunan namun

berbeda pada alat analisisnya. Ia menggunakan teori gerakan sosial baru yang

dielaborasi dengan teori sumberdaya dalam menganalisis gerakan sosial menolak

tambang di Kabupaten Rembang.

Maka dari itu penelitian ini ingin mengisi kekosongan dari penelitian-

penelitian tersebut di atas, dengan menggunakan teori framing strategy, dan

secara khusus lebih lanjut memberikan fokus pada frame alignment process untuk

mengidentifikasi gerakan sosial Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ).

Matriks

Nama Penulis &

Judul Teori Metode Hasil Penelitian

Persamaan &

Perbedaan

Ikhsan Pratama

Wicaksono,

“Analisis

Framing(Pembingk

aian) dalam

Gerakan

Lingkungan

Hidup(Studi Kasus

Gerakan Anti

- Budaya

Organisasi

- Framing

Strategies

- Identitas

Kolektif

Penelitian

ini

menggunak

an metode

kualitatif

dengan

jenis

penelitian

studi kasus

Penelitian ini

mengungkapkan

bahwa ada tiga jenis

frame yang

digunakan oleh

gerakan sosial anti-

batubara yang

dilakukan oleh LSM

Greenpeace Asia

Membahas

framing

namun dalam

ranah

organisasi

yang

kemudian

menciptakan

identitas

Page 42: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

30

Batubara oleh LSM

Greenpeace Asia

Tenggara

Indonesia,

Jakarta)”

Tenggara Indonesia,

yakni aggregate

frame, consensus

frame, dan collective

action frame yang

dapat diidentifikasi

melalui media

komunikasi

organisasi.

- Identitas kolektif

anti-batubara

melekat pada

anggota melalui

interaksi dengan

media komunikasi

organisasi.

- Dari penellitian ini

dapat diketahui

bahwa dengan

melalui media

komunikasi

organisasi

Greenpeace Asia

Tenggara

Indonesia dapat

menyebarkan

maupun

mengkonstruksi

gagasan

anggotanya

dengan frame

gerakan sosial,

yang juga

memengaruhi

ataupun

membentuk

identitas kolektif

anggotanya.

kolektif

anggotanya.

Namun dalam

penelitian saya

akan

membahas

mengenai

framing yang

dilakukan oleh

kelompok aksi

kolektif untuk

menjaring

massa.

Ahmad Sufyan,

“Gerakan Sosial

Masyarakat

- Gerakan

Sosial Baru

- Political

Kualitatif - Gerakan ini muncul

akibat kondisi

struktural staint

Kesamaan

gerakan

masyarakat

Page 43: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

31

Pegunungan

Kendeng Utara

Melawan

Pembangunan

Pabrik Semen di

Kabupaten

Rembang”

Opportunity yang dialami

masyarakat, yang

diawali dengan

deprivasi relative

serta kontijensi

gerakan di

Kabupaten Pati

yang juga

dipengaruhi oleh

aktor gerakan

sosial.

- Situasi politik yang

sedang dalam masa

trasisi(political

opportunity) juga

dimanfaatkan oleh

aktor gerakan sosial

untuk semakin

menjaring massa

serta memperjelas

identitas gerakan.

pegunungan

Kendeng dan

KSTJ terletak

pada kondisi

structural

staint. Namun

yang

membedakann

ya adalah

analisis yang

digunakan.

Dea Rizki Kapriani

dan Djuana P,

“Efektivitas Media

Sosial untuk

Gerakan Sosial

Pelestarian

Lingkungan.”

- Media Sosial

- Gerakan

Sosial

Kuantitatif - Penelitian ini

berpusat pada

pemanfaatan media

sosial sebagai

sarana kampanye

gerakan sosial

pelestarian

mangrove.

- Berdasarkan hasil

penelitian

ditemukan bahwa

akses terhadap

akun twitter

@KeSeMaT efektif

dalam mengubah

perilaku dan sikap

followers terhadap

usaha untuk

pelestarian

mangrove.

Persamaannya

terletak pada

subjek

penelitian

yakni gerakan

sosial untuk

pelestarian

lingkungan,

namun

berbeda dalam

hal metode

serta teori

yang

digunakan.

Page 44: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

32

Aghniya Halim,

“Gerakan Sosial

Baru(Studi Kasus

Pola Jaringan

Gerakan Sosial

Cinta Lingkungan

WALHI

Yogyakarta)”

Teori Jaringan

Barry Wellman

dan Ronald

Burt.

Kualitatif

dengan

jenis

penelitian

studi kasus.

- WALHI Yogyakarta

memiliki tiga pola

jaringan utama,

pertama pola

jaringan internal

yang terdiri dari

angggota, Sha-Link

dan Warga

Berdaya, yang

memastikan adanya

hubugan dua arah

dari anggota ke

masyarakat, dan

dari masyarakat

langsung ke WALHI

Yogyakarta melalui

Warga Berdaya

- Pola kedua adalah

pola jaringan By

Case, pada pola

jaringan ini setiap

unsur seperti

anggota dan Warga

Berdaya berperan

sebagai penjaring

laporan sehingga

setiap jenis kasus

dapat langsung

terdeteksi oleh

WALHI Yogyakarta.

- Pola terakhir adalah

berdasarkan pada

empat isu strategis,

isu ini digodok pada

saat

PDLH(Pertemuan

Daerah Lingkungan

Hidup) dengan

tujuan untuk terus

mengawasi dan

memberikan

Persamaan

penelitian ini

terletak pada

subjek yang

diteliti namun

perbedaannya

terletak pada

teori yang

digunakan.

Page 45: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

33

pencegahan agar

suatu kasus

lingkungan tidak

terjadi. Setiap pola

jaringan ini terus

berputar hingga

menjadi siklus yang

menguatkan

gerakan sosial cinta

lingkungan WALHI

Yogyakarta.

David Karlstrӧm,

Frames in a Social

Movement for Safe

Public Spaces

Problems Meeting

New

Solutions(2017)

Teori

framing(Diagn

ostic framing,

Prognostic

Framing,

Motivational

Framing)

David A. Snow

dan Robert D.

Benford.

Kualitatif

dengan

jenis

penelitian

studi kasus

serta

menggunak

an studi

literature

dan

wawancara

semi

struktur

dalam

pengumpul

an data.

- Melalui diagnostic

framing, ketiga

actor memiliki

kesamaan dalam

mengidentifikasi

masalah yakni ada

tiga masalah yang

menyebabkan

tidak terciptanya

ruang public yang

aman bagi

perempuan di

India.

- Dalam prognostic

framing, ketiga

actor memiliki

meteode dan

solusi kerja yang

berbeda

meskipun tujuan

dari gerakannya

sama.

- Dalam

motivational

framing,

ketiganya

memiliki slogan

yang menargetkan

kelompok-

kelompok rentan,

Perbedaannya

terletak pada

teori yang

digunakan

dalam

mengidentifika

si subjek

penelitian.

Page 46: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

34

tantangan dan

kesempatan

untuk perempuan

di ruang-ruang

publik di India.

Mencoba

merengkuh massa

dengan simbol-

simbol dan nilai-

nilai yang

menempel pada

jargon-jargon

yang diusung

seperti slogan

IwillGoOut, yang

memiliki pesan

untuk kelompok-

kelompok rentan

agar tidak takut

untuk keluar

rumah.

E. Kerangka Teoritis

1. Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan sebuah fenomena sosial yang dapat kita

temukan di masyarakat. Gerakan sosial biasanya mendapat perhatian dari

masyarakat karena membawa isu-isu yang sedang hangat berkembang dan

diperbincangkan. Gerakan sosial sudah menjadi bagian dari sejarah masyarakat

dunia. Banyak perubahan dramatis yang terjadi di masyarakat karena adanya

gerakan sosial (The Civil Rights Movement tahun 1950-an 1960-an di Amerika

Serikat; Nirbhaya Movement tahun 2012 di India)

Namun menjelaskan dengan pasti apa itu gerakan sosial bukanlah satu hal

yang mudah. Gerakan sosial bukanlah partai politik atau kelompok kepentingan,

Page 47: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

35

yang merupakan entitas politik stabil yang memiliki akses reguler ke kekuatan

politik atau elit politik; juga bukan tren atau tingkah iseng masyarakat, yang tidak

teratur, singkat dan tanpa tujuan.Sebaliknya, gerakan sosial ada di antara

keduanya. (Freeman & Johnson, 1999 dalam Jonathan Chritiansen, 2009)

Beberapa karakteristik gerakan sosial adalah bahwa mereka “terlibat dalam

hubungan konflik dengan lawan yang diidentifikasi secara jelas; dihubungkan

oleh jaringan informal yang padat; [dan mereka] berbagi identitas kolektif yang

berbeda ”(De la Porta & Diani, 2006, hlm. 20).

Gerakan sosial tidak terjadi begitu saja; melainkan memerlukan banyak

sumber daya dan beberapa tahapan yang harus dilalui untuk membangun sebuah

gerakan. Gerakan sosial tumbuh melalui empat tahapan: (1) Kemunculan

(Emergence); (2) Peleburan (Coalescence); (3)Birokratisasi (Bureaucratization) ;

and (4) Penurunan (Decline) (Jonathan Christiansen, 2009: 2)

Setidaknya ada beberapa elemen dari sebuah gerakan sosial yakni (1) ada

keinginan untuk berpartisipasi/merupakan aksi kolektif; (2) memiliki tujuan; (3)

terorganisir; (4) keberlangsungannya bersifat temporal namun berkelanjutan; dan

(5) bersifat ekstrainstitusional (McAdam and Snow, 1997: xviii)

Selain itu gerakan sosial adalah proses sosial yang nyata, para aktor di

dalamnya melalui beberapa mekanisme (a) terlibat relasi konflik, atau meminjam

istilah Tarrow, “aksi mengacau” (disruptive); (b) memiliki hubungan jaringan

informal; dan (c) memiliki identitas kolektif. (Della Porta dan Mario Diani, 2006:

20).

Page 48: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

36

2. Strategi Pembingkaian ( Framing Strategy)

Framing merupakan salah satu perspektif penting dalam menganalisis

gerakan sosial selain perspektif struktur kesempatan politik (Political Opportunity

Structure) dan teori mobilisasi sumber daya (Resources Mobilization

Theory).Teori framing telah mendapatkan popularitas di kalangan ilmuwan sosial

terutama peneliti gerakan sosial.

Teori framing (frame theory) diperkenalkan oleh David A. Snow dan

Robert D. Denford pada tahun 1988. Sebelumnya teori ini berakar pada studi

interaksi komunikatif dalam psikologi kognitif yang dibawa oleh Gregory

Bateson, dalam artikelnya Framing the French Riots: A Comparative Study of

Frame Variation David A. Snow menulis, bahwa konsep frame diperkenalkan ke

dalam ilmu sosial oleh Bateson pada 1955 sebagai suatu perangkat komunikatif

yang menjadi aturan untuk mengukur sebuah pertanyaan,”apa yang sedang

terjadi”. Bateson menjelaskan bahwa “..interaction always involves interpretative

frameworks by which participants define how other’s actions and words should be

understood”.

Dua dekade kemudian frame analysis diperkenalkan oleh Erving Goffman

dalam In Frame(1974), Goffman menggunakan istilah “frame” untuk

menunjukkan “schemata of interpretation” yang memungkinkan individu ‘to

locate, perceive, indentify, and label” occurances within their life space and the

world at large” (1974:21 dalam David A. Snow, dkk 1986).

Frame(Bingkai) dan Framing Process(proses pembingkaian) merupakan

konsep yang kuat. Teori framing menekankan pada cara-cara yang disengaja

Page 49: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

37

untuk membangun presentasi para aktivis gerakan, sehingga mereka dapat

menarik dukungan dari orang lain. Tujuan dari framing theory sendiri adalah

untuk menjelaskan kemunculan serta cara kerja gerakan sosial (Benford and

Snow, 1988).

Perspektif framing berfokus pada “kerja penandaan” atau “pembentukan

makna” yang dilakukan oleh para aktivis dan para partisipan dari gerakan sosial.

Dari perspektif ini, gerakan sosial tidak hanya dipandang sebagai pembawa

gagasan dan makna yang ada tumbuh secara otomatis dari struktur pengaturan,

serta keadaan yang tidak diantisipasi. Sebaliknya aktor gerakan sosial dianggap

sebagai agen penanda yang secara aktif terlibat dalam produksi dan pemeliharaan

makna bagi konstituen, antagonis, ataupun pengamat (David A. Snow, 2004: 384;

Benford and Snow, 2000:613). Dengan berlandaskan perspektif ini, dapat diuji

bagaimana elit-elit Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) serta mereka yang

terlibat dalam perjuangan memperebutkan, memproduksi dan memelihara makna.

Dalam menjelaskan lebih jauh tentang framing, Benford dan Snow (2000)

menyebutkan bahwa ada tiga unsur utama dalam teori framing yakni diagnostic

framing, prognostic framing dan motivational framing. Dalam diagnostic framing

diidentifikasi masalah, sumber penyebab, dan juga target yang patut untuk

dipersalahkan. Dalam framing ini biasanya akan muncul frame(kerangka)

ketidakadilan atau ketidakpatuhan kolektif, protes atau pemberontakan. Sementara

dalam prognostic framing terdapat artikulasi solusi yang ditawarkan bagi

persoalan yang ada dan identifikasi strategi, taktik dan target. Terkadang ada hal

yang menghubungkan langsung antara diagnostic frame dengan prognostic frame.

Page 50: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

38

Dan yang terakhir adalah motivational framing yakni menyediakan panggilan

untuk bergerak atau penjelasan rasional yang memungkinkan orang terlibat aksi

(h.616-617).

3. Proses Penyejajaran Bingkai (Frame Alignment Process)

Penelitian ini juga ingin menjelaskan apa yang disebut oleh David A.

Snow sebagai ‘proses penyejajaran bingkai’. Dijelaskan oleh David Snow dalam

artikelnya yang ditulis bersama-sama (E Burke Rochfor, Jr., Steven K. Worden,

dan Robert D. Benford) dalam jurnal American Sociological Association(ASA),

bahwa Frame alignment sendiri sangat penting dalam sebuah gerakan, karena

menjadi penghubung seperangkat nilai, keyakinan, kepentingan mereka dengan

individu, tujuan dan kegiatan organisasi gerakan sosial sehingga berada dalam

posisi yang sebangun, sejajar dan saling melengkapi(David A. Snow, dkk,

1986:464).

Menurut David A. Snow, dkk,(1986) identifikasi atas proses penyejajaran

bingkai terdiri dari empat variasi proses yakni frame bridging (penyembatan

bingkai), frame amplification(penguatan bingkai), frame

transformation(transformasi bingkai),frame extension(perluasan/ekstensi bingkai)

dan frame transformation(perubahan bingkai). Untuk itu dalam penelitian ini,

peneliti akan mengkaji frame(bingkai) apa saja yang digunakan oleh Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) dalam upaya untuk menampakkan wajahnya

pada masyarakat guna terpenuhi apa yang menjadi tujuannya yakni menghentikan

proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Page 51: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

39

Frame bridging atau penjembatanan bingkai merujuk pada hubungan dua

bingkai atau lebih yang sebenarnya sejajar secara ideologis tetapi tidak saling

terhubung secara struktural terkait isu atau masalah tertentu(David A. Snow, dkk,

1986: 467). Hubungan ini tidak hanya terjadi di level organisasi, semisal diantara

dua organisasi gerakan sosial, tetapi juga di level individu, yakni hubungan

organisasi gerakan sosial dengan individu. Frame bridging juga meliputi

hubungan organisasi gerakan sosial dengan apa yang disebut McCarthy sebagai

‘kelompok-kelompok sentimen’ yang belum termobilisasi, yakni sekumpulan

orang-orang yang mengalami penderitaan yang sama tetapi mereka tidak memiliki

kendaraan atau wadah berupa organisasi untuk mengungkapkan kekecewaan dan

untuk mengejar kepentingannya.

Kepiawaian organisasi dalam mempergunakan saluran seperti media

massa, telepon, email akan dapat mengukur sampai sejauh mana sebuah aksi

kolektif mampu merekrut kelompok-kelompok sentiment yang belum

termobilisasi tersebut (1986:468).

Kedua, frame amplification atau amplifikasi bingkai, yakni

klarifikasi/penjelasan atau penyegaran bingkai tafsiran atas isu, masalah atau

seperangkat peristiwa tertentu.Amplifikasi bingkai terbagi dua yakni amplifikasi

nilai (value amplification) dan amplifikasi keyakinan (belief amplification). Snow

menjelaskan, sementara nilai-nilai (values) merujuk pada tujuan atau kondisi akhir

yang ingin dicapai, keyakinan (beliefs) dapat dianggap sebagai elemen ideasional

yang secara kognitif mendukung atau menghalangi tindakan mengejar nilai-nilai

yang diinginkan (1986:468).

Page 52: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

40

Amplifikasi keyakinan terbagi lima: (1) keyakinan mengenai derajat

keseriusan isu, penderitaan atau masalah yang dipersoalkan; (2) keyakinan tentang

lokus sebab-akibat atau kesalahan; (3) keyakinan stereotip mengenai lawan-lawan

atau target-target pengaruh; (4) keyakinan soal kemungkinan (peluang) perubahan

atau efektivitas aksi kolektif; (5) keyakinan mengenai pentingnya dan kewajiban

untuk “ambil bagian”. (David A. Snow, dkk, 1986:470)

Dengan amplifikasi bingkai beserta dengan bagian-bagiannya, membantu

peneliti dalam mencermati proses-proses permainan bahasa yang digunakan oleh

KSTJ: mulai dari strategi pengembangan keseriusan masalah, membimbing

pembaca ke lokus masalah dan target-target yang patut dimintai

pertanggungjawaban, penguatan kualitas dan rasionalitas slogan-slogan yang

membangkitkan kewajiban moral, dan bahasa yang menguatkan bahwa aksi

kolektif ini berpotensi melahirkan perubahan.

Ketiga, frame extension atau ekstensi/perluasan batasan-batasan yang

berguna untuk memungkinkan tingkat keterlibatan dan partisipan kian besar. Hal

ini bisa terjadi dalam kondisi di mana isu atau persoalan yang diperjuangkan oleh

aksi kolektif dilihat tidak berakar dalam atau tidak menjadi bagian dari

permasalahan orang-orang atau pengikut potensial.Tugas elit-elit aksi kolektif,

semisal KSTJ, untuk menyadari beragamnya nilai dan kepentingan di dalamnya.

Sehingga mereka, para penggiat utama aksi kolektif, perlu mengidentifikasi nilai-

nilai dan kepentingan-kepentingan mereka baik di tingkat individu atau kumpulan

dan kesejajarannya dengan partisipasi di dalam gerakan.

Page 53: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

41

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Untuk menelaah gerakan sosial Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ)

penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Creswell (1994)

penelitian kualitatif dapat dikonstruksi sebagai satu strategi penelitian yang

biasanya menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan

analisis data, serta menekankan pendekatan induktif.

Penelitian kualitatif didasari oleh upaya untuk membangun pandangan

subjek penelitian yang rinci, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lainnya, serta dibentuk secara holistis dalam kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai ragam

metode ilmiah (Moleong,2012:6).

Penulis memilih menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk

mendapatkan hasil yang terbaik dan tepat dalam memahami hal apa saja yang

dilakukan, dirasakan, dan dipahami oleh mereka yang terlibat dalam gerakan

sosial Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ).

Maka penting untuk menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam

penelitian ini, agar upaya untuk mengkaji gerakan sosial Koalisi Selamatkan

Teluk Jakarta(KSTJ) sebagai subjek penelitian dapat tergambarkan dengan baik.

Untuk dapat memahami hal apa saja yang dilakukan, dirasakan, dan dipahami

oleh mereka yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam gerakan Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ).

Page 54: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

42

Dengan demikian penelitian ini berusaha menjelaskan lebih rinci dan

mendalam mengenai framing starategies yang dilakukan oleh Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ).

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Dengan studi kasus memungkinkan peneliti mengeksplorasi fenomena

dalam satu konteks dengan menggunakan beragam sumber data (Pamela Baxter

dan Susan Jack, 2008: 544).

Penelitian studi kasus juga merupakan strategi riset yang bersandarkan

pada investigasi empiris secara mendalam terhadap satu atau sejumlah kecil

fenomena untuk menguraikan konfigurasi dari tiap kasus (Charles Ragin, 2000:

68-87).

Creswell (2010: 20) mengatakan bahwa studi kasus merupakan strategi

penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Alasan

digunakannya studi kasus adalah karena riset ini ingin menggali, mengeksplorasi

lebih dalam dan lebih jauh mengenai framing strategies yang digunakan oleh

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ).

2. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini penulis sekurang-kurangnya menggunakan dua

sumber data yakni data primer dan data sekunder. Dikarenakan penelitian ini

menggunakan metode kualitatif, maka penulis menggunakan metode

pengumpulan data yang lebih dominan diisi oleh sumber data primer yakni

Page 55: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

43

berupa wawancara dan observasi. Namun penulis juga akan menggunakan

sumber data sekunder untuk saling menguatkan dan menjelaskan penelitian ini.

2.1 Wawancara,

Wawancara yakni suatu percakapan dengan tujuan tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan atau

interviewer dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

atau interviewee (Moleong, 2007).

Tujuan dari diadakannya wawancara ditegaskan oleh Lincoln dan Guba

dalam Moleong(2007:186) di antaranya adalah mengkonstruksi mengenai

orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-

lain; merekonstruksi berbagai hal tersebut sebagai peristiwa yang dialami di

masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai hal yang diharapkan

untuk dialami pada masa depan; memverifikasi, mengubah, dan memperluas

informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan

manusia(triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi

yang dikembangkan oleh peneliti sebagai bentuk validasi.

Untuk memperoleh informasi-informasi tersebut, penulis melakukan

wawancara dengan format semi struktur yakni penulis menetapkan sendiri

beberapa topik inti yang akan dipertanyakan namun dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan itu keluwesan tetap ada.

Sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan, penulis sebagai

pewawancara memberi penjelasan kepada informan tentang maksud dan tujuan

dari penelitian agar aspek-aspek kerahasiaan dalam memperoleh data informasi

Page 56: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

44

dari informan tetap terjaga. Untuk mendapatkan data yang komprehensif dan

tervalidasi dari sumbernya, penulis melakukan wawancara terhadap beberapa

informan yang mengikuti aktivitas KSTJ sejak 2013-2019.

Tabel 1.3. Daftar Nama Partisipan KSTJ

Dalam perjalanannya aktivitas KSTJ mengalami pasang surut seiring

dengan bergulirnya reklamasi Teluk Jakarta yang juga mengalami beberapa waktu

naik ke permukaan dan beberapa waktu surut. Tahun 2015-2017 merupakan tahun

di mana aktivitas KSTJ begitu massif dilakukan, mulai dari turun aksi ke jalan

No. Nama Jenis

Kelamin Asal organisasi Profesi

1. Parid Ridwanuddin

Laki-laki KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan)

-Dosen -Deputi Pengelolaan dan Pengetahuan KIARA -Koordinator KSTJ

2. Bagus Tito Wibisono

Laki-laki Koor. Pusat BEM SI 2016-2017

- Mahasiswa UNJ - Partisipan KSTJ

3. Iwan Laki-laki Ketua KNT(Kesatuan Nelayan Tradisional) Muara Angke

- Nelayan - Partisipan KSTJ

4. Khalil Laki-laki Wakil Ketua KNT (Kesatuan Nelayan Tradisional) Muara Angke

- Nelayan - Partisipan KSTJ

5. Ibu Asmaniah Perempuan Masyarakat Pulau Pari - Ibu Rumah Tangga - Partisipan KSTJ

6. Andika Perkasa Laki-laki Masyarakat Sipil - Karyawan Swasta - Aktivis HAM - Partisipan KSTJ

7. Muhammad Roosman, SM

Laki-laki KNTI - Divisi Pengorganisasian KNTI

- Partisipan KSTJ

8. Buyung Laki-laki Masyarakat Nelayan Pulau Pari

- Nelayan - Partisipan KSTJ

Page 57: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

45

hingga acara-acara diskusi terkait dengan reklamasi Teluk Jakarta. Kemudian di

tahun 2018 aktivitas KSTJ sedikit menurun dikarenakan adanya Pilkada DKI

Jakarta yang juga membawa isu reklamasi ke permukaan. Babak baru reklamasi

Teluk Jakarta terjadi di tahun 2019 saat gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

mengeluarkan IMB untuk 932 bangunan yang ada di atas pulau D.

Maka dari 8 orang yang terlibat dalam aktivitas KSTJ yang penulis

wawancarai di antaranya terdiri dari 3 orang yang aktif mengkoordinasikan aksi-

aksi KSTJ serta melakukan kajian mengenai dampak reklamasi Teluk Jakarta. 2

orang yang merupakan nelayan terdampak langsung reklamasi Teluk Jakarta

yang bermukim di Muara Angke dan 2 orang dari Pulau Pari Kepulauan Seribu

yang bersolidaritas. 1 orang yang merupakan masyarakat sipil yang juga

merupakan aktivis HAM.

Penulis pertama kali mewawancarai Koordinator KSTJ, Parid

Ridwanuddin di Kantor Sekretariat Nasional KIARA di bilangan Tebet, Jakarta

Selatan setelah sebelumnya membuat appointment terlebih dahulu karena beliau

mesti keluar kota terkait dengan advokasi soal reklamasi di Wilayah Makassar.

Parid sangat terbuka menerima kedatangan penulis, karena ini bukanlah yang

pertama kalinya ada pihak yang datang untuk menanyakan perihal reklamasi di

Teluk Jakarta. Beliau dengan sangat rinci menjelaskan seluk beluk perkara yang

menyelimuti proyek ini, juga memberikan data-data tertulis yang sangat berguna

bagi penulis. Selanjutnya penulis menemui dan mewawancarai Bagus Tito

Wibisono di sebuah restoran yang terletak di Cililitan, Jakarta Timur. Bagus

adalah Ketua BEM SI Tahun 2016-2017, tahun di mana polemik mengenai

Page 58: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

46

reklamasi di Teluk Jakarta mulai panas bergulir kembali. Bagus menceritakan

pengalaman-pengalamannya ketika bersama dengan BEM SI menolak reklamasi

Teluk Jakarta hingga bergabung dengan KSTJ.

Selanjutnya penulis menemui dua orang nelayan yang tergabung dalam

KSTJ di Muara Angke yakni Khalil dan Iwan. Bersama dengan Iwan, penulis

berkunjung ke rumah Khalil yang terletak di pinggiran jalur anak sungai menuju

ke laut lepas Utara Jakarta. Terlihat aktivitas Khalil yang mulai kembali berjalan

dengan panci-panci besar yang digunakan untuk merebus kerang hijau berjejer di

atas perapian, dibantu oleh istri dan anak perempuannya yang mulai melepas

daging kerang dari cangkangnya. Iwan dan Khalil sangat terbuka menceritakan

bagaimana proyek reklamasi Teluk Jakarta benar-benar merubah kehidupan

mereka. Pada saat Khalil membagi kisahnya pada penulis, tak jarang suaranya

terdengar bergetar seperti menahan marah dan sedih bersamaan dengan sesekali

tangannya menyeka ujung matanya yang mulai basah.

Lalu penulis menemui Roosman, Asmaniah dan Buyung pada saat KSTJ

melakukan aksi di Balai Kota DKI Jakarta pada Juni 2019, menuntut Gubernur

Anies untuk membatalkan IMB atas ratusan bangunan yang ada di atas Pulau C

dan D yang sudah direklamasi. Roosman merupakan anggota KNTI yang baru 2

tahun mulai ikut dalam upaya menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta. Dengan

kalimat yang tegas Ia menceritakan bagaimana proyek ini tidak memberikan

manfaat apapun untuk masyarakat dan laut Utara Jakarta.

Page 59: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

47

Penulis juga mewawancari Asmaniah dan Buyung yang berasal dari

Kepulauan Seribu, aksi ini bukanlah aksi pertama yang mereka ikuti dalam upaya

menolak adanya reklamasi di Teluk Jakarta. Mereka mengklaim bahwa kesediaan

mereka untuk hadir bersama masyarakat nelayan dan KSTJ di Balai Kota DKI

Jakarta merupakan bentuk dari solidaritas mereka terhadap kawan-kawan di

Muara Angke.

Terakhir, penulis mewawancarai satu orang masyarakat sipil yang

memiliki concern khusus terkait dengan isu-isu HAM yakni Andhika Prakasa.

Penulis mengenal Andhika melalui pesan langsung(direct message) di Twitter,

setelah sebelumnya penulis menelusuri laman twitter Andhika yang banyak

memuat cuita-cuitan penolakan terhadap reklamas di Teluk Jakarta. Karena

keterbatasan waktu, penulis hanya bisa mewawancarai Andhika melalu surat

elektronik.

Dengan begitu penulis meyakini bahwa data yang dihimpun dari ke 8 orang

yang aktif mengikuti aktivitas KSTJ ini mampu menjadi jawaban atas pertanyaan

penelitian.

2.2 Observasi

Observasi merupakan suatu upaya pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek

penelitian (Widoyoko, 2014). Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi

partisipan di mana penulis ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

Page 60: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

48

subjek yang diteliti atau yang sedang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari

mereka.

Namun dengan adanya keterbatasan dalam rentang waktu kegiatan

aktivitas KSTJ yang massif dilakukan di tahun 2015-2017, penulis hanya mampu

menghadiri 3 aktivitas yang dilakukan KSTJ dalam kurun waktu 2017,2018, dan

2019. Di tahun 2017, penulis menghadiri acara yang diselenggarakan oleh KSTJ

bekerjasama dengan LIPI bertajuk Diskusi dan Peluncuran Laporan Selamatkan

Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada 26 Oktober 2017 di Gedung LIPI. Diskusi

ini dihadiri oleh banyak kalangan dimulai dari para peneliti bidang ilmu alam, tata

perkotaan, hukum, juga dihadiri oleh mahasiswa, nelayan, hingga warga biasa. Di

tahun 2018 penulis mengunjungi Muara Angke di mana terdapat nelayan-nelayan

yang tinggal di sana dan tergabung dalam KSTJ untuk menggali lebih dalam

tentang kegiatan mereka selama KSTJ aktif hingga saat reklamasi Teluk Jakarta

ditangguhkan pengerjaannya. Setelah proyek reklamasi Teluk Jakarta sempat

meredup karena Pilkada DKI Jakarta, selanjutnya mulai naik kembali pada bulan

Juni 2019 ketika Anies mengeluarkan IMB(Izin Mendirikan Bangunan) atas 932

bangunan di kawasan Pantai Maju yang sebelumnya Pulau D. KSTJ turun kembali

bersama ke jalan pada 24 Juni 2019, KSTJ melakukan Jalan Mundur sebagai aksi

simbolis yang menggambarkan mundurnya sikap Gubernur DKI Jakarta terhadap

reklamasi di Utara Jakarta. Penulis mengikuti kegiatan ini, mulai dari berjalan

mundur dari Patung Kuda hingga ke Balai Kota DKI Jakarta.

Page 61: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

49

2.3. Data Sekunder

Selain dua metode di atas, penulis juga menggunakan data sekunder

sebagai data pendukung penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan

biasanya sudah dalam bentuk publikasi. (Suryani dan Hendriyadi, 2015: 171).

Penulis melakukan penelusuran dan pengumpulan dokumentasi terkait dengan

KSTJ, berupa gambar-gambar aksi, rekaman video, dokumen-dokumen penting

untuk mendukung hasil penelitian yang dilakukan. Tidak hanya itu dalam

penelitian ini penulis juga mengambil beragam data sekunder yang bersumber

buku, jurnal, skripsi, tesis serta penulis menggunakan sumber elektronik lain yang

terpercaya seperti artikel daring, jurnal daring, buku daring juga website yang

terkait dengan aksi-aksi KSTJ. Seluruh dokumen-dokumen ini menjadi sangat

penting untuk memperkuat dan menjelaskan proses-proses pembingkaian aksi ini.

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode penulis menggunakan metode analisis data

kualitatif. Seperti yang dikatakan Bogdan & Bilken(1982, dalam Moleong,

2012:248) analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Untuk itu dengan menggunakan analisis kualitatif, penulis dalam penelitian

ini bekerja menggunakan data-data yang bersumber dari hasil wawancara,

Page 62: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

50

observasi, data-data tinjauan pustaka, kajian-kajian yang bersumber dari

penelitian-penelitian ilmiah dan sosial, data-data tinjauan pustaka maupun dari

internet. Selanjutnya penulis melakukan pengorganisasian data yakni mencatat

data-data yang penulis peroleh dari teknik pengumpulan data di atas. Setelah

pengorganisasian data, penulis melakukan pilahan untuk memilih data-data untuk

dikelola sehingga menghasilkan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari empat bab

sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Penulis menjabarkan mengenai pernyataan masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, dan metode penelitian.

BAB II GAMBARAN UMUM KOALISI SELAMATKAN TELUK

JAKARTA(KSTJ). Penulis menjabarkan berbagai inti sari yang perlu diketahui

mengenai KSTJ seperti awal mula terbentuk, kegiatan dan lainnya.

BAB III STRATEGI FRAMING DALAM GERAKAN SOSIAL KOALISI

SELAMATKAN TELUK JAKARTA. Bab ini adalah bab pembahasan. Penulis

menjabarkan strategi framing dan frame alignment atau penyelarasan bingkai

yang digunakan oleh KSTJ sebagai suatu gerakan sosial.

BAB IV PENUTUP. Dalam bab penutup ini penulis menjabarkan kesimpulan

dari hasil penelitian beserta saran.

Page 63: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

51

BAB II

GAMBARAN UMUM KOALISI SELAMATKAN TELUK

JAKARTA(KSTJ)

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan hal-hal terkait mengenai Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta atau yang selanjutnya disebut KSTJ seperti sejarah

reklamasi di Teluk Jakarta yang menjadi; cikal bakal terbentuknya KSTJ; struktur

KSTJ; dan kegiatan-kegiatan KSTJ.

A. Sejarah Reklamasi Teluk Jakarta

Reklamasi di Teluk Jakarta bukanlah barang baru dalam khasanah

perbincangan nasional. Proyek berusia lebih dari dua dekade ini nampaknya masih

sulit untuk menemukan titik terang pemberhentiannya. Dalam perjalanan

panjangnya, reklamasi Teluk Jakarta banyak melalui pasang surut dalam proses

pengerjaannya. Hal ini tidak terlepas dari berbagai peraturan yang dikeluarkan

oleh beberapa presiden dan gubernur yang saling tumpang tindih, kemudian

menjadikan proyek di ujung utara Jakarta ini banyak menuai kontroversi.

Di awali dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun

1995 oleh Presiden Soeharto tentang Pengembangan Pantai Utara Jakarta dan

Perda Nomor 8 tahun 1995 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta menjadi langkah awal dari perjalanan panjang reklamasi di Teluk Jakarta.

Keppres Nomor 52 Tahun 1995 juga merupakan tindak lanjut dari

Keputusan Presiden No 17 tahun 1994 tentang Repelita(Rencana Pembangunan

Lima Tahun) yang ke-6, Kawasan Pantai Utara adalah termasuk kategori

Page 64: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

52

Kawasan Andalan, yaitu kawasan yang mempunyai nilai strategis dipandang dari

sudut ekonomi dan perkembangan kota; maka untuk mewujudkan fungsi Kawasan

Pantai Utara sebagai Kawasan Andalan, diperlukan upaya penataan dan

pengembangan Kawasan Pantai Utara melalui reklamasi pantai utara dan

sekaligus menata ulang daratan pantai yang ada secara terarah dan terpadu. Dalam

Keppres Nomor 52 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan

“Reklamasi Pantai Utara Jakarta, selanjutnya disebut Reklamasi Pantura,

adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut di bagian perairan

laut Jakarta.”

Dalam Keppres ini juga diatur mengenai wewenang dan tanggung jawab

Reklamasi Pantura berada pada Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

yang membentuk dan menjadi kepala Badan Pengendali dan akan bertanggung

jawab langsung pada presiden.

Dalam lampiran Keppres menunjukkan gambar di mana reklamasi tidak

berupa pulau-pulau terpisah dari garis pantai utara melainkan perluasan Pantura.

Gambar 2.1 Lampiran I Keppres No. 52 Tahun 1995

(Sumber:perpustakaan.bappenas.go.id)

Dari keppres tersebut kemudian diturunkan Perda No. 8 Tahun1995

Tentang Penyelenggaraan Reklamasi & Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura

Page 65: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

53

Jakarta. Namun kemudian pada tahun 1997 proyek ini tertunda karena terjadinya

krisis moneter yang melanda Asia.

Pada tahun 1999 wacana mengenai reklamasi Teluk Jakarta kembali

bergulir. Hal ini ditandai dengan DPRD DKI Jakarta yang mengeluarkan Perda

Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang

mengubah reklamasi menjadi Rencana Tata Ruang dari sebelumnya yakni

Penataaan & Pengembangan Ruang Daratan dan Pantai.

Dalam perda tersebut disebutkan bahwa tujuan reklamasi adalah untuk

perdagangan dan jasa internasional, perumahan, pelabuhan dan pariwisata.

Reklamasi juga akan diperuntukkan bagi perumahan kelas menengah atas dengan

luas wilayah reklamasi mencapai 2700 hektar.

Dalam perda ini juga terjadi perubahan karakteristik fisik reklamasi, yang

semula hanya perluasan dari pantai utara berubah menjadi area terpisah secara

fisik dari pantai lama(Perda Nomor 6 Tahun 1999 tentang RTRW DKI Jakarta).

Pro dan kontra mengenai reklamasi di Teluk Jakarta dimulai di tahun 2003

saat Kementerian Lingkungan Hidup yang pada saat itu dipimpin oleh Menteri

Nabiel Makarim mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 14 Tahun 2003 tentang

Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara

Jakarta. Dikeluarkannya Kepmen berdasarkan hasil studi analisis dampak

lingkungan hidup(AMDAL) terhadap rencana Reklamasi Pantura Jakarta, yang

menyatakan bahwa reklamasi akan meningkatkan risiko banjir terutama di

wilayah utara, merusak ekosistem laut, dan menyebabkan pendapatan nelayan

menurun. Proyek ini akan membutuhkan 330 juta meter kubik pasir untuk wilayah

Page 66: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

54

seluas 2700 hektar yang dengannya akan disertai kerusakan lingkungan lainnya

serta akan mengganggu PLTU Muara Karang yang menyuplai kebutuhan listrik

untuk wilayah Jakarta(Koalisi Intradisiplin, 2017).

Surat Keputusan ini kemudian digugat oleh enam pengembang dan Badan

Pengelola Pantai Utara. Hasilnya gugatan tersebut dikabulkan oleh majelis hakim.

Namun di tingkat kasasi, majelis hakim memenangkan Menter Lingkungan Hidup

dan penggugat intervensi lainnya. Kemudian di tingkat peninjauan kembali (PK),

Mahkamah Agung kembali memenangkan gugatan pengembang dan Badan

Pengelola Pantai Utara serta mencabut putusan kasasi, sehingga status hukum

keberlakuan SK Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003 dapat dicabut dan

proyek reklamasi tetap dapat dilanjutkan. Proses ini memakan waktu lama hingga

berakhir di tahun 2011.

Pada tahun 2009 Pemerintah Belanda mendatangi Pemerintah Indonesia

dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menindaklanjuti permohonan Fauzi

Bowo kepada Walikota Rotterdam di tahun 2007 untuk membantu melakukan

kajian mengenai banjir Jakarta yang pada saat itu melahirkan skema Jakarta

Coastal Defense Strategy(JCDS). Tindak lanjut Pemerintah Belanda atas

permohonan tersebut adalah merancang system pertahanan laut yang akan

dilakukan di tahun 2009-2012. Rancangan ini kemudian dikenal dengan Giant Sea

Wall atau Great Garuda.

Dalam masterplan Jakarta Coastal Defense Strategy(JCDS) yang

kemudian pada tahun 2013 berganti nama menjadi “National Capital Integrated

Coastal Development (NCICD),” Fauzi Bowo memasukkan rencana reklamasi

Page 67: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

55

pulau ke dalam NCICD. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah sebagai

bentuk kemitraan antara pemerintah dan pengembang, di mana nantinya

pengembang akan dimintai sokongan guna memperbaiki tanggul laut yang sudah

ada yang disebut sebagai NCICD Fase A.

Dengan masuknya rencana reklamasi pulau-pulau tersebut telah

menghidupkan kembali rencana reklamasi yang selama ini seakan nyaris mati

suri. Disatukannya proyek reklamasi dan tembok raksasa kemudian membangun

anggapan di masyarakat bahwa reklamasi pulau-pulau DKI bermanfaat untuk

melindungi Jakarta dari banjir rob air laut Teluk Jakarta.

Di tengah-tengah tarik ulur soal pelaksanaan reklamasi dan NCICD di

Teluk Jakarta selama kurun waktu hampir tiga dekade sejak tahun 1995 hingga

tahun 2018, berbagai peraturan-peraturan dikeluarkan untuk melegalkan reklamasi

maupun menganulir pelaksanaannya, yang membuatnya menjadi saling tumpang

tindih dan terkesan dipaksakan.

Di antara peraturan-peraturan yang mendukung jalannya reklamasi adalah

di tahun 2007 Gubernur Jakarta pada saat itu Sutiyoso menerbitkan izin prinsip

untuk pulau 2A yang kemudian menjadi pulau D untuk PT. Kapuk Naga Indah

melalui Surat Gubernur Nomor 1571/1.711, yang kemudian di tahun 2010

Gubernur Jakarta Fauzi Bowo menerbitkan izin pelaksanaan sebagai tindak lanjut

dari izin prinsip yang dikeluarkan oleh Sutiyoso.

Tidak hanya itu pada tahun 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

juga melakukan hal serupa, dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi

Page 68: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

56

Puncak dan Cianjur. Dalam Perpres ini ada dua pasal yang diperdebatkan untuk

menjadi dasar hukum utama reklamasi Teluk Jakarta oleh Pemda DKI Jakarta,

karena kedua pasal mengenai Keppres Nomor 52 Tahun 1995 saling bertolak

belakang. Dalam pasal 70 disebutkan bahwa

“… Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai

Utara Jakarta tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum

diganti dengan peraturan pelaksanaan baru sesuai dengan Peraturan

Presiden ini.” (Pasal 70)

Sementara pada Pasal 72 disebutkan

“…Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai

Utara Jakarta, sepanjang yang terkait dengan penataan ruang dinyatakan

tidak berlaku.”(Pasal 72)

Proyek ini kemudian mulai bergeliat kembali di tahun 2012 diawali

dengan pengesahan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah(RTRW) 2010-2030 oleh DPRD DKI Jakarta, yang memasukkan

reklamasi pulau-pulau yang pada saat itu masih berjumlah 14 sesuai dengan

lampiran RTRW. Di tahun ini juga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

menandatangani addendum Perjanjian Kerja Sama dengan PT Kapuk Naga Indah

di mana mengatur perizinan Pulau C, D dan E menjadi satu.

Tidak lama berselang Fauzi Bowo kembali menerbitkan Peraturan

Gubernur No. 121/2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

Utara Jakarta. Untuk pertama kalinya Pemda DKI Jakarta mengungkap bahwa ada

17 pulau yang dinamai Pulau A sampai dengan Pulau Q dengan total wilayah

Page 69: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

57

bertambah dua kali lipat dari rencana sebelumnya menjadi 5.155 hektar dan

diproyeksikan akan ada 750.000 penduduk baru di ke-17 pulau tersebut.

Tidak sampai di situ, Fauzi Bowo juga mengeluarkan izin prinsip untuk

Pulau F, G, I dan K tepat sehari sebelum pengumuman hasil hitung cepat

pemilihan kepala daerah yang dimenangkan oleh Joko Widodo atau biasa disebut

Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Di penghujung tahun 2012

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun menerbitkan Peraturan Presiden

Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil Indonesia.

Setali tiga uang dengan gubernur-gubernur sebelumnya, di bawah

kepemimpinan Gubernur Jokowi reklamasi Teluk Jakarta masih memiliki tanda-

tanda akan diteruskan. Meski pada masa awal kepemimpinannya saat rapat

dengan Komisi IV DPR RI yang memiliki lingkup tugas di bidang

pertanian,pangan, maritime dan kehutanan, Beliau sempat menyatakan bahwa

tidak akan memperpanjang izin pelaksanaan seperti yang sudah dikeluarkan oleh

pendahulunya karena baginya reklamasi harus menguntungkan masyarakyat

bukan pengembang.

Namun dalam perjalanannya aturan-aturan yang dikeluarkan terkait

reklamasi malah jauh dari pernyataan reklamasi harus menguntungkan

masyarakat. Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta justru

semakin giat mengeluarkan ketentuan-ketentuan terkait pelaksanaan reklamasi di

Teluk Jakarta. Dimulai dari diterbitkannya Peraturan Gubernur 15/2014 tentang

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Page 70: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

58

Tidak lama berselang, Joko Widodo yang saat itu masih menjabat sebagai

Gubernur DKI Jakarta mengikuti kontestasi pilpres 2014-2019 untuk menjadi

calon presiden dan mengharuskannya mengambil cuti untuk kampanye presiden.

Untuk itu ditunjuklah Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menjadi

Pelaksana Tugas atau Plt Gubernur DKI Jakarta.

Sejak Basuki Tjahaja Purnama menjadi Plt. Gubernur DKI Jakarta, mesin

perjalanan reklamasi seakan berjalan kembali. Hanya berselang 9 hari pasca Joko

Widodo mengambil cuti kampanye presiden, 10 Juni 2014 Basuki Tjahaja

Purnama mengeluarkan perpanjangan izin prinsip atas empat pulau yakni Pulau F,

G, I dan K yang dikeluarkan oleh Fauzi Bowo dan sudah kadaluarsa pada

September 2013.

Setelah masa cutinya berakhir, Gubernur Joko Widodo kembali dengan

menerbitkan Peraturan Gubernur 146/2014 tentang Pedoman Teknis Membangun

dan Pelayanan Perizinan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta. Pergub ini kemudian menjadi dasar penerbitan SK Pemberian Izin

Pelaksanaan Reklamasi Pulau F, I dan K.

Di penghujung tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu sudah

dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, menerbitkan izin pelaksanaan untuk

Pulau G yang diberikan pada anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Muara

Wisesa Samudra. Pasca penerbitan izin pelaksanaan untuk Pulau G, Gubernur

Basuki banyak menerima kecaman, baik dari kalangan menteri hingga LSM-LSM,

nelayan juga aktivis mahasiswa.

Page 71: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

59

Di bulan April 2015, Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan

meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menghentikan reklamasi dengan

pertimbangan bahwa wewenang atas reklamasi ada pada pemerintah pusat. Hal ini

kemudian ditanggapi oleh Pemda DKI yang mengatakan bahwa proyek reklamasi

17 pulau bukanlah bagian dari NCICD, maka dengan itu Pemda DKI berwenang

melakukan reklamasi sesuai dengan Keppres 52/1995 mengenai reklamasi Teluk

Jakarta.

Penolakan terhadap upaya reklamasi di Teluk Jakarta kian memanas saat

perwakilan dari LSM-LSM juga nelayan Muara Angke menggugat pemda DKI

karena telah menerbitkan izin pelaksanaan untuk Pulau G ke Pengadilan Tata

Usaha Negara(PTUN). Nelayan merasakan ancaman nyata dari adanya reklamasi

di wilayah mereka mencari nafkah.

Tidak terpengaruh dengan berbagai penolakan serta gugatan yang

dilayangkan oleh berbagai kalangan kepadanya, Gubernur Basuki justru kembali

menerbitkan izin pelaksanaan untuk pulau F, H, I dan K. Menjelang akhir 2015,

Pemprov DKI mengirimkan dua rancangan peraturan daerah tentang zonasi

reklamasi dan pulau-pulau kecil di utara Jakarta serta rencana tata ruang kawasan

strategis reklamasi ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) DKI Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta menyebutkan bahwa reklamasi sangat penting untuk

membangun utara Jakarta sebagai waterfront city.

Hingga di tahun 2017 ketika Pilkada DKI Jakarta dimulai Anies Rasyid

Baswedan datang dengan janji-janji politiknya bahwa jika kelak Ia menjadi

Gubernur DKI Jakarta yang baru tentu beliau tidak akan membiarkan reklamasi di

Page 72: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

60

Teluk Jakarta tetap berjalan. Menurutnya reklamasi tidak akan membawa dampak

yang baik untuk masyarakat pesisir Jakarta dalam sebuah “Debat Public

Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta Tahun 2017” yang diselenggarakan oleh

KPUD DKI Jakarta Ia menyebutkan bahwa persoalan reklamasi Teluk Jakarta

adalah persoalan keberpihakan, bahwa Ia tentu akan berpihak pada nelayan-

nelayan di Teluk Jakarta yang ekonominya terganggu akibat adanya reklamasi.

Dalam janji kampanye ke-6 dari pasangan nomor 3 tersebut, “Menghentikan

Reklamasi Teluk Jakarta untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan hidup serta

perlindungan terhadap nelayan, masyarakat pesisir dan segenap warga

Jakarta”(Dariyanto, 2016).

Namun di lain pihak Basuki Tjahaja Purnama pun memberikan

tanggapannya atas pernyataan lawan berkontestasinya tersebut dengan

meyakinkan bahwa dalam rencananya Ia tidak pernah ingin mengusir nelayan,

bahkan Ia berencana untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang lebih baik untuk

nelayan kelak seperti penyediaan lahan untuk kapal nelayan bersandar serta

meninggikan beberapa tanggul agar masyarakat nelayan tidak terkena banjir rob.

Pada akhirnya Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno

yang memenangkan kontestasi pucuk pimpinan di DKI Jakarta. Setelah gubernur

dan wakil gubernur baru menjabat reklamasi Teluk Jakarta mulai redup tidak

terdengar meski memang pembangunannya untuk sementara dihentikan

berdasarkan keputusan-keputusan dari PTUN.

Terobosan pertama yang dilakukan Gubernur Anies terkait dengan

reklamasi di Teluk Jakarta adalah dengan melakukan penutupan dan

Page 73: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

61

menghentikan kegiatan Pulau C dan D serta penyegelan 932 bangunan di atas

Pulau D. Penyegelan ini dilakukan lantaran tidak adanya Izin Mendirikan

Bangunan(IMB) di atas pulau tersebut dan melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2014

tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.

Setelahnya di September 2018 Gubernur Anies Baswedan mencabut 13

Izin Persetujuan Prinsip dan Pembatalan Surat Perjanjian Kerjasama atas Pulau-

Pulau Reklamasi yang telah diterbitkan, menyisakan 4 (empat) pulau, yakni Pulau

C, Pulau D, Pulau G, dan Pulau N yang belum dicabut. Pemprov DKI Jakarta

berdalih 4(empat) pulau tersebut belum dicabut izinnya dikarenakan pada

4(empat) pulau tersebut sudah terdapat bangunan yang berdiri di atasnya.

Kemudian Gubernur Anies Baswedan memberikan tugas pada PT Jakarta

Propertindo untuk mengelola tiga pulau(Pulau C, Pulau D, dan Pulau G) di Pantai

Utara Jakarta yang sudah kadung didirikan. Penugasan ini tertuang dalam

Peraturan Gubernur Nomor 120 Tahun 2018 yang disahkan pada 16 November

2018 yang dibarengi dengan memberikan Izin Mendirikan Bangunan(IMB) untuk

bangunan-bangunan yang sudah berdiri yang terdapat di Pulau C, Pulau D dan

Pulau E. Gubernur Anies Baswedan menyebut bahwa penerbitan IMB tersebut

telah sesuai dengan Pergub Nomor 206 Tahun 2016 tentang Panduan Rancang

Kota Pulau C, Pulau D, dan Pulau E Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai

Utara Jakarta.

Dari serangkaian kebijakan yang dianggap memihak terhadap masyarakat

Teluk Jakarta, dengan penerbitan IMB untuk 932 bangunan di atas Pulau C dan

Pulau D Rekalamasi Teluk Jakarta maka KSTJ menganggap bahwa ini merupakan

Page 74: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

62

langkah mundur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan itu pada tanggal 24

Juni 2019, KSTJ beserta nelayan, mahasiswa dan aktivis lingkungan melakukan

aksi di depan Balai Kota DKI Jakarta sebagai wujud kekecewaan terhadap

Gubernur DKI Jakarta dan Pemprov DKI Jakarta.

B. Awal Mula Terbentuknya Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ)

Proyek reklamasi Teluk Jakarta nyatanya melahirkan pelbagai persoalan

yang tidak serta merta dapat kita menutup mata darinya. Pelbagai dampak buruk

baik secara ekologis maupun sosial ekonomis yang nampak jelas dirasakan oleh

para nelayan di Utara Jakarta juga segala entitas di laut Utara Jakarta yang

terpengaruh dari pengurukan laut ini menimbulkan banyak reaksi keras di

masyarakat.

Berbagai aksi mulai dilancarkan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung

dalam aliansi Bem Seluruh Indonesia(BemSI) sebagai bentuk sikap penolakan

terhadap keberadan proyek di ujung Utara Jakarta itu. Koalisi Selamatkan Teluk

Jakarta (KSTJ) terbentuk atas dasar inisiasi dua lembaga swadaya masyarakat

(LSM) yakni Koalisi Keadilan untuk Rakyat Perikanan (KIARA) dan Wahana

Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Nasional (WALHI Eknas) yang sama-

sama memiliki sejarah panjang dalam persoalan penolakan reklamasi di Teluk

Jakarta.

Sebelumnya kedua organisasi non-profit ini bergerak pada jalur yang

berbeda dalam melakukan advokasi penolakan reklamasi khususnya di pantai

utara Jakarta, meski masih dalam satu nafas yang sama yakni menolak reklamasi

Page 75: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

63

di Teluk Jakarta. Gerakan yang dilakukan KIARA lebih fokus terhadap isu-isu

yang berkaitan langsung dengan masyarakat, dengan persoalan keadilan

masyarakat pesisir yang terdampak akibat adanya reklamasi. Sedangkan WALHI

sebagai organisasi lingkungan hidup lebih memfokuskan gerakannya pada

persoalan perlindungan lingkungan hidup serta keberlanjutan lingkungan.

Dalam perjalanannya menolak reklamasi teluk Jakarta, KIARA dan Walhi

kemudian melakukan dialog untuk menyatukan visi misi mereka dalam penolakan

reklamasi di Teluk Jakarta menjadi satu langkah yang padu dalam melakukan

pembelaan terhadap hak hidup masyarakat pesisir serta entitas kehidupan yang

ada di Teluk Jakarta.

“... kami bersepakat untuk mendorong advokasi Teluk Jakarta menjadi

lebih luas, isunya juga tidak bisa dipisahkan antara alam dan manusia.

Jadi dampak reklamasi tidak dilihat terhadap alamnya saja atau

terhadap manusianya saja, jadi dua-duanya. Karena manusia dan alam

tidak bisa dipisahkan.”(Wawancara dengan Parid Ridwanuddin,

Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Maka pada tahun 2014 kedua organisasi ini menginisiasikan dibentuknya

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (Selanjutnya disingkat KSTJ) dengan tujuan

untuk mengawal dan mengadvokasi kasus reklamasi di Teluk Jakarta. Kemudian

sebagai langkah awal dalam melakukan gerakan penolakan reklamasi ini, mereka

mendatangi wilayah terdampak langsung reklamasi Teluk Jakarta guna

menjelaskan duduk perkara yang sedang dihadapi oleh para nelayan di pesisir

Utara Jakarta.

Page 76: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

64

Seiring berjalannya waktu serta semakin massifnya pemberitaan soal

reklamasi di Teluk Jakarta di berbagai media yang kemudian menjadi isu

nasional, penolakan-penolakan terhadap keberadaan proyek ini tidak hanya datang

dari kalangan organisasi-organisasi non profit saja, melainkan mahasiswa yang

tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) pun

ikut andil menolak reklamasi di Teluk Jakarta.

“…Jadi awalan kita aksi tolak penggusuran, itu depan Balai Kota Jakarta

dari situ eh kita lupa saya dulu koneksinya gimana ya intinya kita kenalan

sama banyak orang ketika aksi, kemudian mereka bikin aksi kita gabung,

kita bikin aksi mereka gabung gitu gitu. Sampe kita sepakat waktu itu

kumpul di LBH sama di organisasi perempuan, Solidaritas Perempuan

kita ngumpul di sana sepakat bikin Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta.”

(Wawancara dengan Bagus Tito Wibisono, Koordinator Pusat BEM

Seluruh Indonesia Tahun 2016-2017, Restoran Yoshinoya, 8 Desember

2018)

Jadilah Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) terdiri dari berbagai

elemen-elemen masyarakat baik mereka yang terdampak langsung dengan mega

proyek reklamasi di Teluk Jakarta seperti para nelayan maupun mereka yang

secara sukarela menyisihkan sebagian waktu dan tenaga demi satu tujuan yaitu

menghentikan proyek reklamasi di Teluk Jakarta serta mengembalikan Teluk

Jakarta pada fungsinya bagi biota laut dan manusia yang menggantungkan asanya

pada laut di Teluk Jakarta.

Page 77: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

65

KSTJ tidak memiliki rentetan struktur organisasi yang kaku. Seperti

gerakan sosial pada umumnya, KSTJ merupakan gerakan sosial yang dinamis

meskipun tetap terstruktur dalam pembagian tugas pelaksanaannya. Seperti

diketahui KSTJ terdiri dari berbagai elemen-elemen masyarakat mulai dari

organisasi non profit seperti WALHI Eknas(Wahana Lingkungan Hidup Eksekutif

Nasional); KIARA(Koalisi Keadilan Rakyat Untuk Perikanan); LBH(Lembaga

Bantuan Hukum) Jakarta; KNTI(Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia);

ICEL(Indonesian Center for Environmental Law); Solidaritas Perempuan; Rujak

Center for Urban Studies, nelayan yang tergabung dalam KNTI, hingga

mahasiswa BEM SI dan BEM UI. Dalam prosesnya KSTJ kemudian bekerja

sesuai dengan kacamata keorganisasian masing-masing dari mereka.

Di antaranya KIARA dan Walhi Eknas yang bekerja melalui jaringan-

jaringan yang mereka miliki di berbagai wilayah di Indonesia untuk menyebarkan

berbagai hasil temuan mereka terkait dengan dampak reklamasi khususnya

terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Hal ini dilakukan sebagai tambahan

wawasan bagi nelayan mengenai apa itu reklamasi serta dampak-dampaknya

terhadap laut dan lingkungan.

Page 78: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

66

Gambar 2.2 Halaman Situs Resmi Walhi Eknas dan Kiara memuat laman terkait

Reklamasi Teluk Jakarta (Sumber: www.walhi.or.id dan www.kiara.or.id)

Selanjutnya ada LBH Jakarta yang kita ketahui sebagai satu lembaga non

profit di Indonesia yang biasa mengadvokasi masyarakat awam yang terlibat

dalam situasi hukum tertentu. Peran LBH Jakarta di KSTJ cukup signifikan

karena lembaga ini membantu KSTJ khususnya masyarakat nelayan untuk

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Sebagai yang diberikan wewenang oleh KSTJ dan masyarakat nelayan

Utara Jakarta sebagai penasihat hukum, LBH Jakarta berkontribusi dalam

mengawal perjuangan KSTJ untuk menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta

melalui jalur legalitas di depan hukum negara.

Tidak berhenti di situ, LBH Jakarta melalui situs resmi yang dimiliki juga

kerap mengunggah hal-hal berkaitan dengan segala upaya KSTJ untuk

menghentikan reklamasi. Di dalam situs LBH Jakarta yakni

www.bantuanhukum.or.id , termuat berbagai hal-hal seperti pernyataan sikap

KSTJ atas segala kebijakan yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta maupun

pemerintah pusat terkait reklamasi Teluk Jakarta, kegiatan-kegiatan KSTJ terkait

Page 79: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

67

dengan penolakan reklamasi Teluk Jakarta, serta perkembangan kasus hukum

KSTJ melawan para pengembang dan Pemprov DKI Jakarta di PTUN.

Gambar 2.3 Halaman Situs Resmi LBH Jakarta memuat laman Tolak Reklamasi

(Sumber: bantuanhukum.or.id)

Selanjutnya ada perwakilan dari mahasiswa BEM SI(Seluruh Indonesia)

KORWIL 1 (Banten; DKI Jakarta; Jawa Barat) periode 2016-2017; BEM UI;

BEM FH UI. Mereka aktif membela dan memperjuangkan hak-hak lingkungan,

sosial dan ekonomi masyarakat Teluk Jakarta yang diduga lalai diperhatikan oleh

pemerintah daerahnya.

Page 80: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

68

Gambar 2.4 Foto dari feed instagram BEM Seluruh Indonesia dan BEM UI

memuat laman Tolak Reklamasi (Sumber:akun instagram @bem_si dan

@bemui_official )

Selanjutnya setelah mereka bersepakat membentuk Koalisi Selamatkan

Teluk Jakarta(KSTJ), kemudian mereka membuat logo yang memuat gambar

seorang nelayan di atas perahunya yang merupakan perlambangan bahwa Teluk

Jakarta harus tetap menjadi rumah sekaligus tempat mencari nafkah bagi nelayan-

nelayan yang sudah puluhan tahun tinggal di sana.

Gambar 2.5 Logo Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ)

(Sumber:bantuanhukum.or.id)

Page 81: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

69

C. Kegiatan KSTJ era Kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di

DKI Jakarta Tahun 2015 - 2017

Proyek reklamasi Teluk Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki

Tjahaja Purnama(Ahok) seperti menemukan jalan bebas hambatannya, hal ini

dikarenakan beberapa izin pembangunan pulau-pulau tersebut dapat dengan

mudah diterbitkan. Hal yang kemudian mendapat tanggapan keras dari mereka-

mereka yang selama ini menolak adanya pulau-pulau baru di Teluk Jakarta, tak

terkecuali Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ). Beberapa aksi, advokasi dan

diskusi perihal penolakan reklamasi Teluk Jakarta sangat subur tumbuh di era

kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama di DKI Jakarta.

Aksi pertama yang dilakukan KSTJ adalah aksi bersama turun ke jalan

pada tanggal 2 Desember 2015 di Muara Angke. Ratusan nelayan serta aktivis

melakukan longmarch dari Muara Angke menuju Green Bay. Aksi ini merupakan

aksi awal dan pernyataan sikap dari KSTJ bahwa mereka menolak keras reklamasi

Teluk Jakarta dengan dasar bahwa mereka khususnya nelayan sama sekali tidak

pernah dilibatkan sedangkan proyek besar ini sangat berdampak pada mata

pencaharian nelayan tradisional serta masyarakat yang pada umumnya

berpenghasilan di pesisir Teluk Jakarta.

Gambar 2.6 Aksi Nelayan

Tolak Reklamasi Teluk Jakarta

(Sumber:bantuanhukum.or.id)

Page 82: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

70

Selain aksi-aksi yang dilakukan, KSTJ pun melakukan advokasi-advokasi

pendampingan hukum terhadap nelayan-nelayan khususnya mereka yang

terdampak langsung dari reklamasi Teluk Jakarta. Bentuk-bentuk advokasi

perlindungan hak-hak nelayan tersebut di antaranya seperti melakukan audiensi

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta di tahun 2016.

Tim advokasi KSTJ yang diwakilkan oleh LBH Jakarta, KNTI dan Solidaritas

Perempuan melakukan audiensi bersama dengan Pimpinan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) DPRD DKI H. Maman Firmansyah.

Gambar 2.7 Tim Advokasi KSTJ menemui DPRD DKI JAKARTA

(Sumber:bantuanhukum.or.id)

Mereka menyampaikan aspirasi dari nelayan yang mengalami dampak

langsung akibat adanya mega proyek ini. Tidak hanya itu, Solidaritas Perempuan

pun menyampaikan pandangannya tentang aktivitas reklamasi di Teluk Jakarta.

Sebagai organisasi yang berkonsentrasi pada isu-isu terkait perempuan, Solidaritas

Perempuan mengkritik kebijakan pemerintah yang masih belum melibatkan

perempuan dalam perumusan kebijakan. Padahal hasil dari kebijakan itu tentunya

akan berdampak secara signifikan pula terhadap kehidupan perempuan.

Page 83: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

71

Selain organisasi-organisasi non profit, mahasiswa yang tergabung dalam

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta juga hadir untuk memberi dukungan pada

nelayan dalam menolak reklamasi Teluk Jakarta. Mereka turut hadir dalam aksi

damai mengawal persidangan gugatan KSTJ terhadap Pemerintah DKI Jakarta

terhadap Izin pelaksanaan reklamasi yang dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta

Basuki Tjahaja Purnama kepada Direktur PT Muara Wisesa selaku pengembang

reklamasi Pulau G, di PTUN(Pengadilan Tata Usaha Negara).

Gambar 2.8 Aksi Damai Aliansi Mahasiswa dan Nelayan yang tergabung dalam

KSTJ di depan PTUN(Sumber:tirto.id)

Namun aksi yang mungkin paling dikenang dan diingat adalah saat ratusan

nelayan Muara Angke serta aktivis dan mahasiswa turun serempak melakukan

penyegelan terhadap salah satu pulau hasil reklamasi Teluk Jakarta yaitu Pulau G.

Ini merupakan aksi simbolis sebagai bentuk penolakan kebijakan reklamasi

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan menancapkan gembok yang terbuat

dari styrofoam bertuliskan “Disegel Nelayan” dan juga aksi timbun badan dengan

pasir oleh seorang perempuan paruh baya, nelayan berupaya mengungkapkan

Page 84: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

72

kekecewaan yang mereka rasakan terhadap Pemprov DKI Jakarta yang dianggap

nekat untuk mereklamasi Teluk Jakarta.

Gambar 2.9 Aksi Simbolis Penyegelan Pulau G (Tino Oktaviano,

Sumber:aktual.com)

Gambar 2.10 Aksi Simbolis Penyegelan Pulau G (Rio Tuasikal, Sumber:

m.kbr.id)

Tidak hanya melakukan aksi turun ke jalan, mahasiswa pun melakukan

diskusi-diskusi terkait dengan reklamasi Teluk Jakarta.mereka melakukan kajian-

kajian mengenai dampak dari adanya mega proyek di ujung Utara Jakarta serta --

menjadikannya sebagai kajian online yang bisa diakses semua orang melalui web

bemsi (Wawancara dengan Bagus Tito Wibisono, Koordinator Pusat BEM

Seluruh Indonesia Tahun 2016-2017, Restoran Yoshinoya, 8 Desember 2018).

Page 85: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

73

Tak berhenti hanya di aksi-aksi atau diskusi-diskusi saja, penolakan

terhadap reklamasi Teluk Jakarta juga datang melalui sebuah film dokumenter

keluaran Watchdoc, sebuah rumah produksi audio visual yang bergerak pada

bidang jurnalisme advokasi. Melalui film dokumenter berjudul “Rayuan Pulau

Palsu”, gaung penolakan reklamasi Teluk Jakarta semakin terdengar di dalam

negeri bahkan hingga ke luar negeri melalui diskusi-diskusi screening film.

Gambar 2.11 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

Jakarta, Den Haag dan London (Sumber: twitter.com/watchdoc_ID)

Ketiga aktivitas KSTJ yakni aksi, adovokasi dan diskusi banyak mewarnai

kepemimpinan Ahok yang santer mendukung diadakannya reklamasi di Utara

Jakarta. Namun kemudian terpilihnya gubernur yang baru, Anies Baswedan yang

janji politiknya akan menghentikan reklamasi menyebabkan aktivitas-aktivitas

KSTJ yang sebelumnya massif dilaksanakan, kemudian menurun intensitasnya.

Page 86: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

74

D. Kegiatan KSTJ era Kepimpinan Anies R. Baswedan di DKI Jakarta

Tahun 2017-2019

Memang di era pemerintahan Gubernur Anies Baswedan aksi atau

kegiatan turun ke jalan KSTJ tidak banyak terjadi dikarenakan adanya upaya dari

beliau yang sekiranya dapat menghentikan reklamasi Teluk Jakarta sesuai dengan

janji dalam kampanyenya.

Upaya Anies Baswedan untuk menghentikan reklamasi Teluk Jakarta

memang sedikit banyak memberikan harap terkhusus bagi nelayan terdampak

langsung meskipun masih menjadi sangsi bagi beberapa aktivis yang tergabung

dalam KSTJ.

Perbedaan dalam menanggapi penolakan terhadap reklamasi Teluk Jakarta

antara Ahok dan Anies juga menjadi jawaban dari berkurangnya aksi.

“Sekarang kondisi berbeda dengan terpilihnya Anies, dia menampung

nelayan-nelayan masuk ke balai kota jadi diajak diskusi. Jadi sekarang

aksinya itu bukan di jalan, tapi masuk ke balai kota”

(Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor

SekNas KIARA, 12 November 2018)

Aksi KSTJ pun mereda seiring dengan mulai “didengarnya” aspirasi

nelayan oleh Pemprov DKI Jakarta. Bagi para nelayan adanya gubernur baru

memberikan harapan baru untuk mereka dalam memperjuangkan kembali laut

yang menjadi sumber dari penghidupan mereka.

Meskipun aksi turun ke jalan sudah tidak sering dilakukan seperti

sebelumnya, KSTJ tetap mengawal reklamasi Teluk Jakarta agar tetap pada apa

Page 87: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

75

yang menjadi tujuan mereka yakni menghentikan reklamasi Teluk Jakarta. KSTJ

melakukan diskusi terkait dengan dampak reklamasi di Teluk Jakarta yang

memang sudah dirasakan oleh nelayan di sekitaran pulau-pulau reklamasi dengan

mengeluarkan Laporan “Selamatkan Teluk Jakarta” yang disusun oleh Tim

Koalisi Pakar Independen yang terdiri atas gabungan para ahli dari LIPI, Rujak

Center for Urban Studies, KNTI, LBH Jakarta, Institut Pertanian Bogor,

Universitas Indonesia.

Gambar 2.12 Foto Undangan Diskusi & Peluncuran Laporan Selamatkan Teluk

Jakarta(Sumber: twitter.com/Dandhy_Laksono)

Melalui peluncuran laporan ini diharapkan gaung akan penolakan terhadap

reklamasi Teluk Jakarta tetap hidup dan tidak menghilang begitu saja seiring

dengan pergantian gubernur baru yang dianggap mengakomodir aspirasi nelayan.

Pasca terpilihnya Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang

baru, pelaksanaan aktivitas reklamasi di Teluk Jakarta sedikit meredup

pemberitaannya di media. Namun Anies kembali ditagih perihal janjinya untuk

menghentikan reklamasi ke 17 pulau di Teluk Jakarta. Langkah pertama yang

dilakukan Anies dalam upaya pemenuhan janjinya adalah dengan melakukan

Page 88: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

76

penyegelan terhadap bangunan di Pulau D hasil reklamasi yang setelahnya diikuti

dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 58 Tahun 2018

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi Pengelolaan

Reklamasi Pantai Utara Jakarta tepat beberapa hari sebelum lebaran.

Kebijakan ini langsung menuai protes keras dari KSTJ yang mengecam

keras tindakan Gubernur Anies dengan mengeluarkan siaran pers bersama yang

termuat dalam https://www.bantuanhukum.or.id/web/parcel-lebaran-untuk-

nelayan-anies-sandi-lanjutkan-reklamasi/ . KSTJ berketetapan bahwa peraturan

yang dikeluarkan oleh Gubernur Anies cacat hukum serta dianggap tidak dalam

upaya pemenuhan terhadap janji yang diutarakan kepada pemilihnya.

Setelahnya Anies Baswedan muncul dengan mencabut 13 Izin Persetujuan

Prinsip dan Pembatalan Surat Perjanjian Kerjasama atas Pulau-pulau Reklamasi

yang telah diterbitkan. Namun dengan pencabutan izin prinsip ke 13 pulau

tersebut tidak serta merta membuat KSTJ terlena. Ada 4 catatan yang diminta

oleh KSTJ kepada Gubernur DKI Jakarta melalui siaran pers yang termuat di

laman https://www/bantuanhukum.or.id/web/respon-atas-pencabutan-izin-

reklamasi-pulau-pulau-buatan/ di antaranya adalah (1) Mencabut seluruh izin

reklamasi 17 pulau tanpa terkecuali termasuk 4 pulau yang sudah terbangun, (2)

Pencabutan izin sampai dengan izin usaha pelaksanaan reklamasi, (3)

Pembongkaran terhadap 4 pulau yang terbangun, (4) Pemulihan ekosistem pesisir

dan Teluk Jakarta dengan membentuk tim yang terdiri dari unsur masyarakat,

pakar dan pemerintah.

Page 89: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

77

Setelah beberapa kebijakan terkait dengan pemenuhan janjinya untuk

menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta, Anies Baswedan kemudian membawa

kabar berita yang mencengangkan dengan mengeluarkan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) kepada 932 bangunan yang berada di atas Pulau C dan Pulau D.

Sontak hal ini menimbulkan reaksi yang sangat reaktif dari KSTJ.

Dalam siaran persnya KSTJ menilai bahwa penerbitan IMB pada ratusan

bangunan tersebut adalah langkah mundur Gubernur Anies serta menunjukkan

lemahnya komitmen Anies untuk menghentikan reklamasi secara keseluruhan.

Kali ini KSTJ tidak hanya melakukan siaran pers, melainkan untuk pertama

kalinya turun kembali ke jalan untuk menuntut Anies membatalkan penerbitan

IMB atas ratusan bangunan tersebut.

Pada tanggal 24 Juni 2019 merespon penerbitan IMB atas 932 bangunan di

Pulau C dan Pulau D, KSTJ yang terdiri dari nelayan, BEM UI, BEM UNJ serta

aktivis lain melakukan gerakan jalan mundur dari patung kuda Arjuna Wiwaha di

silang monas menuju Balai Kota DKI Jakarta. Aksi ini merupakan bentuk

simbolis dari mundurnya pemerintahan Anies Baswedan dalam menghentikan

reklamasi di Teluk Jakarta.

Page 90: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

78

Gambar 2.13 Aksi KSTJ menuntut Gubernur Anies mencabut IMB 932 bangunan

di Pulau C dan D(Sumber: dokumentasi pribadi)

Aksi ini merupakan aksi turun ke jalan pertama yang dilakukan KSTJ

di pemerintahan Anies Baswedan. Dengan menggunakan baju hitam sembagai

lambang duka, peserta aksi memulai jalan mundur dengan membawa segala

atribut yang berkaitan seperti selebaran-selebaran berisi kalimat-kalimat

pertanyaan, juga membawa spanduk hingga membawa replica kapal nelayan juga

jaring yang digunakan nelayan melaut. Melalui aksi ini juga KSTJ menyerahkan

kajian mengenai Reklamasi Teluk Jakarta kepada Gubernur Anies di Balai Kota

DKI Jakarta(Catatan observasi 24 Juni 2019)

Berdasarkan penjelasan di atas, KSTJ tetap berusaha untuk menyuarakan

penolakan terhadap segala bentuk upaya untuk tetap melegalkan aktivitas di pulau

reklamasi kepada masyarakat serta pemerintah DKI Jakarta, serta tidak luput juga

untuk menuntut kepada Gubernur DKI Jakarta agar menepati janji-janjinya untuk

Page 91: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

79

menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta serta keinginan KSTJ untuk

membongkar ke 4 pulau yang sudah kadung jadi agar ekosistem lingkungan serta

perekonomian dan sosial di Teluk Jakarta dapat diselamatkan sebelum nantinya

menjadi lebih buruk.

Page 92: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

80

BAB III

STRATEGI PEMBINGKAIAN(FRAMING STRATEGIES) KOALISI

SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

Setelah di bab sebelumnya penulis menjelaskan gambaran umum

mengenai Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta yang selanjutnya akan disebut KSTJ

dan reklamasi Teluk Jakarta yang menjadi cikal bakal lahirnya gerakan sosial ini,

maka di bab ini penulis akan menelaah lebih jauh dan jelas lagi tentang frame

atau bingkai yang digunakan oleh Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) dalam

upayanya untuk menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta.

A. Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta(KSTJ) sebagai Gerakan Sosial

Pada bagian ini sebagai pembuka penulis menjelaskan bagaimana KSTJ

dapat dikategorikan sebagai suatu gerakan sosial, dengan menggunakan konsep

gerakan sosial dari Mc Adam dan Snow.

Dalam konsepnya mengenai gerakan sosial Mc Adam dan Snow

mengemukakan bahwa untuk dapat dikatakan sebagai gerakan sosial, suatu

tindakan mestilah memiliki elemen-elemen, yakni (1) ada keinginan untuk

berpartisipasi/merupakan aksi kolektif; (2) memiliki tujuan yang berorientasi

perubahan; (3) terorganisir atau adanya organisasi; (4) keberlangsungannya

bersifat temporal namun berkelanjutan; dan (5) bersifat ekstrainstitusional atau

berada di luar kelembagaan dan ataupun campuran dari ekstrainstitusional(aksi

Page 93: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

81

protes ke jalan) dan institusional seperti lobi-lobi politik. (McAdam and Snow,

1997: xviii)

Untuk menjelaskan KSTJ sebagai satu gerakan sosial, maka seperti

elemen-elemen yang disampaikan Mc Adam dan Snow, pertama ada keinginan

untuk berpartisipasi atau merupakan aksi kolektif. KSTJ sendiri merupakan satu

bentuk solidaritas yang terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki kesamaan

rasa kepedulian terhadap kebaikan segala bentuk entitas yang ada di Teluk

Jakarta. Segala kegiatan yang dilakukan KSTJ merupakan bentuk aksi kolektif

yang dilakukan bukan hanya karena alasan individual, melainkan dilakukan

karena alasan bersama demi kepentingan bersama-sama Teluk Jakarta.

Kedua, memiliki tujuan yang berorientasi perubahan. Dalam

perjalanannya menolak terjadinya reklamasi di Teluk Jakarta, KSTJ memiliki

tujuan yang berorientasi perubahan, yang berbeda dalam dua kepemimpinan

pemerintahan DKI Jakarta yakni di era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama di

tahun 2015-2017 dan Anies Rasyid Baswedan di tahun 2017-2019. Di saat

kepemimpinan Basuki Thahaja Purnama di DKI Jakarta, KSTJ memfokuskan

tujuannya pada upaya untuk menghentikan proyek reklamasi di Teluk Jakarta

yang pada saat itu besar kemungkinan akan segera dilaksanakan mengingat

beberapa izin pelaksanaan untuk beberapa pulau dari 17 pulau reklamasi yang

direncanakan sudah diterbitkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Keinginan KSTJ

untuk meminta dihentikannya segala bentuk aktivitas reklamasi di Teluk Jakarta

pun memiliki dasar-dasar hingga pada kesimpulan bahwa reklamasi harus

dihentikan.

Page 94: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

82

Sementara di saat gubernur baru terpilih yakni Anies Rasyid Baswedan

tujuannya menjadi sedikit berubah seiring dengan perubahan kebijakan yang

diambil oleh Anies terkait dengan reklamasi Teluk Jakarta. Tujuan KSTJ yang

sebelumnya ingin menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta, di era Anies

memang sempat mendapatkan angin segar dengan dibatalkannya izin pelaksanaan

dan kerja sama ke-13 dari 17 pulau yang direncanakan dan 4 pulau yang sudah

jadi 2 di antaranya sudah memiliki bangunan di atasnya yakni pulau C dan D yang

disebut akan dimanfaaatkan untuk kepentingan masyarakat seluas-luasnya. Yang

kemudian malah menjadi masalah saat Anies mengeluarkan IMB untuk ratusan

bangunan tersebut yang kemudian kembali menimbulkan polemik di masyarakat.

Dari sini KSTJ menyoroti jalan mundur Anies atas kebijakannya perihal

reklamasi di Teluk Jakarta. Tujuan yang sebelumnya sudah mulai terpenuhi, kini

sedikit berubah dikarenakan keluarnya IMB bangunan-bangunan tersebut

dianggap sarat akan kepentingan bisnis semata dan jauh dari kepentingan

masyarakat seluas-luasnya. Maka pembongkaran atas ke 4 pulau yang “kadung

jadi” tersebut merupakan tujuan KSTJ dengan berdasarkan pertimbangan bahwa

jika untuk memulihkan Teluk Jakarta yang tercemar lebih parah karena adanya

reklamasi adalah dengan membongkar bangunan dan pulau tersebut maka itu

adalah nilai yang harus dibayar untuk mengembalikan Teluk Jakarta (Martin

Hadiwinata, Koordinator KSTJ dalam wawancara bersama Aiman di Youtube

KompasTV tanggal 4 Juli 2019). Selain itu orientasi perubahan juga dimiliki

KSTJ yang terwujud dalam upayanya dalam menyuarakan penolakan reklamasi

Teluk Jakarta serta mengadvokasi pemerintah DKI Jakarta dan pemerintah pusat

Page 95: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

83

agar peraturan dan regulasi terkait dengan reklamasi di Teluk Jakarta dapat lebih

mengutamakan kepentingan masyarakat terdampak serta lingkungan hidup di

Teluk Jakarta dan bukan hanya demi keuntungan ekonomi saja.

Ketiga, adanya organisasi. KSTJ merupakan gerakan sosial yang terdiri

dari elemen-elemen organisasi yang disatukan oleh kesamaan visi dan misi untuk

menyelamatkan ekosistem di Teluk Jakarta. Meskipun begitu, seperti gerakan

sosial pada umumnya KSTJ tidak memiliki keorganisasian yang kaku atau ketat,

melainkan lebih fleksibel. Seperti yang disebut oleh Turner dan Killian(1987,

dalam Diani 1992:4), bahwa gerakan sosial berbeda dengan organisasi atau

lembaga karena memiliki tingkatan lebih longgar dari organisasi biasa. Sebagai

bentuk kolektivitas, gerakan sosial menurut Turner dan Killian merupakan

kelompok yang tidak membatasi dalam jumlah keanggotaannya, serta lebih

fleksibel untuk menentukan posisi kepimimpinannya berdasarkan kesepakatan

anggota dan tidak terlalu terikat dengan legitimasi kekuasaan.

Dalam hal ini KSTJ memilih dua koordinator yang berasal dari dua LSM

yang berbeda yakni Martin Hadinata dari KNTI(Kesatuan Nelayan Tradisional

Indonesia) dan Parid Ridwanuddin dari KIARA(Koalisi Rakyat untuk Keadilan

Perikanan) sebagai wakil KSTJ guna menyampaikan hal-hal terkait dengan

segala keputusan yang diambil oleh KSTJ serta menyampaikannya kepada

masyarakat maupun pihak-pihak lain terkait dengan reklamasi Teluk Jakarta.

Keempat, keberlangsungannya bersifat temporal namun berkelanjutan.

KSTJ dibentuk pada tahun 2014 di saat proses pengerjaan proyek reklamasi sudah

Page 96: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

84

mulai berlangsung di Teluk Jakarta. Dalam perjalanannya, gerakan KSTJ

mengalami pasang surut seiring dengan tarik ulurnya perihal kelanjutan proyek

reklamasi di Utara Jakarta. Gerakan ini belum akan berhenti hingga apa yang

menjadi tujuan mereka dapat terpenuhi yakni menghentikan sepenuhnya proyek

reklamasi di Teluk Jakarta, membongkar bangunan dan pulau yang sudah kadung

jadi, serta meminta pemerintah daerah DKI Jakarta untuk merevisi undang-

undang RZWP3K berdasarkan kesepakatan bersama dengan masyarakat pesisir

Teluk Jakarta. (Wawancara dengan Oman, Partisipan KSTJ, Balai Kota DKI

Jakarta, 24 Juni 2019)

Kelima, bersifat ekstrainstitusional atau berada di luar kelembagaan dan

ataupun campuran dari ekstrainstitusional(aksi protes ke jalan) dan institusional

seperti lobi-lobi politik. Gerakan KSTJ memiliki kedua sifat yakni

ekstrainstitusional dan juga institusional. Bersifat ekstrainstitusional karena

gerakan KSTJ melakukan aktivitas-aktivitas seperti turun ke jalan hingga diskusi

untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang dampak buruk yang akan

terjadi jika reklamasi tetap dilakukan. Dari aksi-aksi ini juga, KSTJ kembali ingin

menekankan pada pemerintah dan masyarakat bahwa mereka tetap akan

melakukan penolakan terhadap bentuk apapun dari reklamasi di Teluk Jakarta.

“Kstj itu kan dua, satu advokasi kebijakan artinya kebijakan ini di tingkat

eksekutif di tingkat legislative di DPRD atau di yudikatif aparat penegak

hukum itu ketiganya yang kita sasar maka yang kami lakukan adalah tidak

hanya ke gubernur tapi ke DPRD ke pengadilan. Yang ke dua ya advokasi

Page 97: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

85

membangun kesadaran itu, jadi dua itu kami melihat tidak boleh

dipisahkan, kita hanya membedakan saja tapi dalam prakteknya tidak bisa

dipisahkan.”( Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ,

Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Bersifat institusional karena KSTJ selain melakukan aksi-aksi turun ke

jalan hingga diskusi, juga melakukan beberapa pertemuan dengan DPRD DKI

Jakarta juga Pemprov DKI Jakarta untuk memberikan saran dan masukan terkait

dengan reklamasi di Teluk Jakarta. Tidak hanya itu, KSTJ juga memberikan hasil

dari kajian-kajian tentang reklamasi Teluk Jakarta beserta peraturan perundangan

yang terkait dengan proyek ini(Catatan Observasi tanggal 24 Juni 2019).

B. Strategi Pembingkaian dalam Gerakan Koalisi Selamatkan Teluk

Jakarta(KSTJ)

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana berbagai aktivitas yang

dilakukan gerakan KSTJ dengan menggunakan perspektif framing yang lebih

memfokuskan pada proses penyejajaran bingkai atau frame alignment process

yang dikemukakan oleh David A. Snow, Robert D. Benford dan kolega. Dalam

frame alignment process terdapat beberapa proses yaitu penjembatanan(Bridging),

amplifikasi atau perluasan/penguatan(Amplification), Perluasan (Extention) dan

Perubahan(Transformation). Dalam penelitian ini penulis menemukan dua proses

dari proses-proses tersebut yakni proses penjembatanan(frame bridging) dan

amplifikasi atau perluasan/penguatan bingkai( frame amplification).

Page 98: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

86

1. Penjembatanan Bingkai Ideologis sebagai Penguat Jaringan

Penjembatanan bingkai atau frame bridging merujuk pada suatu proses

yang menghubungkan dua atau lebih suatu bingkai yang saling terkait secara

ideology namun masih belum terhubung secara struktural berkenaan dengan isu-

isu atau masalah-masalah tertentu. Ideologis yang dimaksud dalam proses ini

merujuk pada apa yang disebut oleh Earving Goffman sebagai “skema

interpretasi” yakni memberikan interpretasi atau pemahaman dan memberikan

lebel terhadap suatu peristiwa (Snow et.al, 1986 dalam McAdam 1997). Dengan

kata lain, proses penjembatanan bingkai adalah suatu usaha yang dilakukan

gerakan dalam memperkenalkan hal yang menjadi perhatian serta diangkat dan

digemakannya ke publik. Dalam proses penjembatanan bingkai yang ditemukan

dalam gerakan KSTJ, penulis menemukan beberapa bingkai ideologis yang

dicanangkan KSTJ yakni keadilan bagi segala jenis kehidupan di Pesisir Utara

Jakarta seperti manusia, hewan dan tumbuhan, keberpihakan dan pemenuhan hak-

hak dasar(sosial, ekonomi, budaya) bagi masyarakat pesisir Teluk Jakarta beserta

entitas lainnya yang ada, dan kerusakan lingkungan .

Bingkai ideologis ini didasari oleh beberapa penemuan KSTJ melalui

penelitian-penelitian yang dilakukan, yang menemukan bahwa sejak awal proses

reklamasi di Teluk Jakarta sudah cacat secara hukum serta menciderai keadilan

bagi masyarakat dan seluruh aspek hidup yang ada di lingkungan Teluk Jakarta.

Dimulai dari persoalan tumpang tindih peraturan perizinan yang mendasari proyek

ini, serta tidak terpenuhinya hak-hak masyarakat nelayan Teluk Jakarta untuk

mengetahui segala jenis aktivitas yang terjadi di lingkungannya yang sudah

Page 99: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

87

dijamin di dalam konstitusi. – “Kami melihat ada persoalan izin dari yang

dikeluarkan oleh gubernur Jakarta sebelum Pak Anis ini, Pak Ahok itu melanggar

banyak aturan, tidak melibatkan public, melanggar asas-asas pemerintahan yang

baik”(Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas

KIARA, 12 November 2018).

Pelanggaran aturan yang terang-terangan dilakukan oleh pemprov DKI

Jakarta dalam rencananya untuk melanjutkan reklamasi, memberikan dampak

yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Teluk Jakarta. Seiring dengan

proyek reklamasi yang berlanjut di Teluk Jakarta, lambat laun mengubah keadaan

ekonomi masyarakat nelayan Teluk Jakarta, kesulitan mencari ikan, kerang, dan

hasil laut lainnya karena laut mereka yang “diganggu” dengan segala aktivitas

proyek reklamasi yang dilakukan diam-diam pada malam hari membuat

penghasilan mereka jauh menurun. Secara garis besar, proyek ini memperburuk

keadaan laut Utara Jakarta sekaligus keadaan ekonomi masyarakat nelayan di

Teluk Jakarta yang kemudian mendasari KSTJ untuk melakukan perlawanan

terhadap proyek ini. -“bilamana akses jalan hidup saya ini tertutup maka akan

tertindas kehidupan anak istri di masa depan”(Wawancara dengan Khalil,

partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Frame ideologis ini kemudian digemakan oleh KSTJ ke publik guna

mendapatkan simpati dari apa yang disebut oleh McCarthy(1986 dalam McAdam

1997) sebagai “unmobilized sentiment pools”yakni mereka yang terkelompok

sebagai orang-orang yang memiliki sentimen yang sama namun belum

termobilisasi. Proses menyebarkan frame ini biasanya dilakukan melalui berbagai

Page 100: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

88

jaringan yang menjangkau jaringan antar personal maupun jaringan antar

kelompok, media massa, telepon, pesan langsung (Snow et.al, 1986 dalam

McAdam 1997).

KSTJ menggunakan berbagai jalur untuk menarik massa melalui beberapa

jaringan yang dimiliki. Di antaranya melalui jaringan antar organisasi yang ada

pada KSTJ itu sendiri, melalui beberapa LSM yang tergabung KSTJ mencoba

menyebarkan frame ini untuk menjaring mereka yang memiliki sentimen namun

belum termobilisasi dengan baik dengan menggunakan jaringan-jaringan yang

dimiliki oleh LSM-LSM tersebut.

“lupa saya dulu koneksinya gimana ya intinya kita kenalan sama banyak

orang ketika aksi, kemudian mereka bikin aksi kita gabung, kita bikin aksi

mereka gabung gitu gitu. Sampe kita sepakat waktu itu kumpul di LBH

sama di organisasi perempuan, Solidaritas Perempuan kita ngumpul di

sana sepakat bikin Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta.” (Wawancara

dengan Bagus Tito Wibisono, Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia

Tahun 2016-2017, Restoran Yoshinoya, 8 Desember 2018)

Selain itu KSTJ menggunakan berbagai kanal media untuk semakin

merengkuh massa yang belum termobilisasi. Media-media yang sering kali

digunakan oleh KSTJ di antaranya media televisi, media cetak, hingga media

sosial.

“Banyak yaa medianya, yang paling penting apapun yang ada saluran

media kita gunakan untuk advokasi. Misalnya saya ini waktu 2016 orang

yang paling sering diundang diminta untuk jadi narasumber perwakilan

Page 101: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

89

dari KSTJ untuk bahas isu reklamasi, bahkan dalam debat dengan para

pendukung reklamasi itu salah satunya kita manfaatkan media televisi.

Media cetak atau online atau apapun lah, saya dulu kirim tulisan

misalnya, bikin satu argumentasi bahwa ini ngga diperlukan ini

inkonstitusional dan sebagainya.” (Wawancara dengan Parid

Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November

2018).

Upaya yang sama pun dilakukan oleh KSTJ melalui surat-surat yang

dikirimkan ke presiden dan gubernur sebagai pernyataan tertulis untuk meminta

penghentian segala aktivitas reklamasi di Teluk Jakarta. “Termasuk juga misalnya

surat menyurat kita suratin ke presiden ke gubernur sebagainya jadi seluruh

media yang memungkinkan waktu itu kita gunakan di 2015, 2016 termasuk awal-

awal 2017.” (Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12

November 2018).

Berbagai media yang digunakan KSTJ ini diharapkan menjadi kanal untuk

mereka bisa meraih lebih banyak massa guna mencapai tujuannya yaitu

menghentikan reklamasi di Teluk Jakarta.

2. Amplifikasi Bingkai(Amplification Frame) Permasalahan dan

Ideologis Jaringan

Dalam pengertian sederhana, amplifikasi bingkai adalah usaha sebuah

gerakan sosial untuk kembali memperjelas apa yang menjadi permasalahan

Page 102: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

90

ataupun ideologi yang diusung dan diperjuangkan oleh suatu gerakan, karena

terkadang hal-hal ini diselimuti oleh ketidakpedulian masyarakat atau bahkan

perubahan makna yang sebenarnya diusung. Untuk itu diperlukanlah amplifikasi

untuk kembali menjelaskan dan menguatkan bingkai yang sebelumnya sudah

ada(Snow et.al, 1986 dalam McAdam, 1997). Amplifikasi bingkai terbagi dalam

dua bentuk, yakni amplifikasi nilai (Value Amplification) dan amplifikasi

kepercayaan (Belief Amplification).

2.1 Amplifikasi nilai (value amplification)

Amplifikasi nilai merujuk pada identifikasi, idealisasi dan elevasi dari satu

atau lebih nilai-nilai yang dianggap menjadi dasar bagi calon konstituen tetapi

masih belum mengilhami tindakan kolektif karena sejumlah alasan, seperti

berhenti berkembang karena kurangnya kesempatan untuk berekspresi; dianggap

remeh atau klise; atau relevansinya pada suatu peristiwa tertentu menjadi ambigu

(Snow et.al,1986 dalam McAdam,1997). Proses amplifikasi nilai ini untuk

menguatkan kembali jangkauan bingkai dengan mengusung isu yang lebih relevan

dan kuat agar “kelompok sentimen yang belum termobilisasi” bisa memiliki dasar

untuk mengikuti gerakan tersebut. Dalam KSTJ penulis menemukan amplifikasi

nilai yang menjadi penguat gerakan yang meliputi nilai keadilan(sosial, ekonomi,

lingkungan) dan keberpihakan penyelenggara negara terhadap masyarakat kecil

dan penegakan konstitusionalisme.

Pertama, nilai keadilan. Dalam hal ini KSTJ menekankan bahwa keadilan

akan kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan seluruh entitas di Teluk Jakarta

merupakan hal yang penting karena semuanya saling berkaitan, dengan adanya

Page 103: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

91

reklamasi maka seluruh kehidupan itu akan terancam keberadaannya. Maka dari

itu KSTJ menekankan untuk reklamasi di Teluk Jakarta dihentikan seluruhnya

agar segala jenis kehidupan yang ada di sana dapat terus terjaga sehingga bencana

ekologis dan ekonomi tidak akan dirasakan oleh masyarakat pesisir Teluk Jakarta

khususnya serta masyarakat lain yang wilayahnya beririsan dengan reklamasi

Teluk Jakarta.

KSTJ menilai proyek reklamasi Teluk Jakarta sangat membelakangi

kepentingan masyarakat pesisir Teluk Jakarta. Hal ini terbukti dari banyaknya

kajian yang sudah dilakukan LSM-LSM yang tergabung dalam KSTJ dengan

menggandeng para ahli terkait yang menemukan bahwa reklamasi Teluk Jakarta

akan mendatangkan bencana ekologis dan ekonomi yang nilainya jauh lebih besar

dibandingkan dengan nilai keuntungan yang coba ditawarkan oleh Pemprov DKI

Jakarta dan pengembang reklamasi.

“Satu hal yang kami lakukan juga, kami menggandeng akademisi biar kita

punya justifikasi ilmiah tentu kami juga ilmiah karena reset lapangan.

Tapi itu kalau dibunyikan oleh ilmuwan orang yang paham isunya itu

lebih kuat. Kami menggandeng para akademisi yang punya keberpihakan

terhadap masyarakat dan keilmuwannya jelas gitu.” (Wawancara dengan

Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12

November 2018)

Proyek reklamasi di Teluk Jakarta adalah bentuk lain dan paling buruk dari

urban sprawl yakni pengembangan lahan/kawasan perkotaan yang tak terkontrol

yang menyebabkan degradasi lingkungan, sebab reklamasi menambah tanah

Page 104: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

92

namun mengurangi laut. Selain itu ia mengubah apa yang tadinya milik

bersama(common) menjadi milik pribadi(privat). Ia juga memiskinkan lingkungan

melalui dampaknya, juga menyebabkan beban tinggi bagi publik berupa biaya

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang lebih tinggi dibanding dengan

kota yang kompak dengan peningkatan lahan terbangun di dalam kawasan

perkotaan yang sudah terbangun bukan lahan baru di pinggiran kota, termasuk

reklamasi.

Bukti bahwa reklamasi hanya akan membawa bencana lingkungan di

Teluk Jakarta juga dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tata Usaha Negara(PTUN)

Jakarta di tahun 2016 yang memenangkan gugatan nelayan Jakarta Utara melawan

PT Muara Wisesa Samudra dan Pemprov DKI Jakarta yang mengeluarkan Izin

Pelaksanaan Pulau G. Dalam pertimbangannya hakim menyatakan bahwa

reklamasi menimbulkan kerusakan lingkungan dan berdampak kerugian bagi para

penggugat (Koalisi Intra Disiplin, 2017).

Hal ini juga disampaikan oleh Khalil, nelayan kerang hijau di Teluk

Jakarta yang mengalami dampak ekonomi dari adanya proyek reklamasi di sekitar

tempat tinggalnya. Khalil menambahkan, “sangat parahnya lagi kondisi apa

muara itu jalur aktivitasnya nelayan itu dangkal tidak diperbaiki oleh pemerintah

karena itu kerjaannya orang pengembang terus dampak buruk di air keruh ngga

dipikirkan oleh menteri perairan, ikan-ikan jadi banyak yang korban mati

membusuk ngga dipikirkan itu kan dampak-dampak dari semua reklamasi.”

(Wawancara dengan Khalil, partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Page 105: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

93

Selain itu nilai manfaat ekonomi yang selalu digadang-gadang oleh

pengembang dan Pemprov DKI Jakarta dalam proyek reklamasi inipun bisa

dimentahkan perhitungannya. Nilai manfaat ekonomi kegiatan perikanan tangkap

di Teluk Jakarta yang akan terkena dampak reklamasi diperkirakan mencapai Rp.

314,5 M sementara nilai manfaat langsung dari kegiatan reklamasi Teluk Jakarta

hanya Rp. 198 M, perhitungan ini menyimpulkan bahwa proyek reklamasi tidak

membawa nilai tambah dan cenderung merugi (Koalisi Intra Disiplin, 2017).

Kedua, nilai penegakan konstitusionalisme dan keberpihakan

penyelenggara negara. Pasca lengsernya Presiden Soeharto di tahun 1998, proses

hukum yang digunakan untuk menjadi dasar dilanjutkannya reklamasi di Teluk

Jakarta banyak mengalami pertentangan antar-kementerian. Dasar dari

pertentangan ini terletak pada perlindungan kepentingan lingkungan hidup untuk

jangka waktu yang panjang dan perlindungan akan kepentingan ekonomi untuk

jangka waktu pendek. Praktek hukum yang dilakukan dalam penyelenggaraan

proyek reklamasi Teluk Jakarta dianggap melanggar administrasi negara

sebagaimana diatur dalam konstitusi.

Pada saat itu Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, dituding telah melanggar

prosedur hukum yang berlaku tekait dengan pemberian izin-izin reklamasi untuk 4

pulau reklamasi di Teluk Jakarta, yang tertuang dalam Keputusan Gubernur

No.2238 Tahun 2014 Tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G

Kepada PT Muara Wisesa Samudra, Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No. 2268 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau F

Kepada PT Jakarta Propertindo, Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.

Page 106: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

94

2269 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau I kepada

PT Jaladri Kartika Ekapaksi, Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2485

Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau K kepada PT

Pembangunan Jaya Ancol.

Kecacatan prosedural hukum pada proyek ini juga dituding dilakukan di

era kepemimpinan Gubernur Anies yang mengeluarkan IMB atas 932 bangunan

yang ada di atas pulau-pulau buatan yang sudah jadi. Disampaikan oleh Roosman,

dikeluarkan IMB ini merupakan suatu kesalahan karena dianggap memotong

kompas prosedur pembangunan, lebih lanjut Ia mengatakan “Padahal tidak

semudah itu hanya dengan membayar denda. Karena mengeluarkan IMB itu ada

12 step, step pertamanya itu yg RZWP3K yang sampai hari ini belum disahkan.”

(Wawancara dengan Roosman, Partisipan KSTJ, Balai Kota DKI Jakarta, 24 Juni

2019)

Keluarnya keputusan dari dua gubernur ini dianggap sangat fatal karena

dengan jelas dan terang melanggar aturan yang sudah tertuang dalam undang-

undang. Dasar pertentangan hukum ini yang membuat KSTJ mengajukan gugatan

ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) Jakarta. Hal ini yang turut disebarkan

oleh KSTJ bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta memang tidak pernah

menempatkan kepentingan masyarakat Teluk Jakarta sebagai kepentingan yang

utama di atas kepentingan para pengembang. Setiap kali diadakan sidang atas

gugatan tersebut, perwakilan KSTJ yang lain seperti nelayan dan mahasiswa

selalu mengawal menunggu di depan PTUN dengan membawa spanduk-spanduk,

poster-poster, hingga peralatan nelayan melaut juga hasil tangkapan dari laut

Page 107: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

95

sebagai simbol pernyataan bahwa di laut Utara Jakarta masih terdapat sumber

pangan dan tidak seperti yang diklaim Gubernur Ahok dalam statemennya.

Dalam argumennya melawan Pemprov DKI Jakarta, KSTJ menekankan

bahwa reklamasi Teluk Jakarta telah melanggar konstitusi, seperti yang dijelaskan

oleh Parid Ridwanuddin, “MK mengeluarkan putusan no 3 tahun 2010 isinya

adalah bahwa pembangunan di kawasan pesisir itu atau masyarakat pesisir itu

punya hak punya 4 hak konstitusional. Satu hak untuk melintas dan mengakses

laut. Kedua hak untuk mendapatkan perairan laut yang sehat dan bersih. Ketiga,

hak untuk terlibat dalam pembangunan. Keempat, yang paling penting adalah

nelayan di Indonesia kalo punya kearifan lokal mengelola sumber daya alam itu

ga boleh dihilangkan.” (Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator

KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Reklamasi Teluk Jakarta dianggap telah melanggar hak-hak konstitusi

warga di Teluk Jakarta. Oleh karena itu tuntutan KSTJ agar reklamasi Teluk

Jakarta dihentikan dari segala bentuk aktivitasnya bukanlah permintaan yang tidak

memiliki dasar. Proyek reklamasi Teluk Jakarta terbukti melanggar ke-4 hak

konstitusi yang dimiliki oleh masyarakat pesisir di Teluk Jakarta. Maka sudah

semestinya segala proyek yang melanggar konstitusi negara harus dihentikan.

Pada akhirnya ada pertanyaan mendasar dari mengapa proyek reklamasi di

Teluk Jakarta tetap dilanjutkan meski banyak pertentangan yang menyertainya,

adalah REKLAMASI UNTUK SIAPA? Sebelumnya ditekankan oleh Gubernur

Basuki Tjahaja Purnama bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta adalah upaya

yang dilakukan untuk menata wajah laut Utara Jakarta yang kondisinya dianggap

Page 108: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

96

sudah tidak layak untuk dihuni serta keadaan laut Jakarta yang diklaim sudah

tidak memiliki sumber pangan.

Argumen yang kemudian ditentang oleh banyak pihak melalui berbagai

kajian lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Seperti yang dikatakan Bagus,

Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia tahun 2016-2017 yang berdasarkan

kajian BEM SI mengatakan,

“dari awal yang jadi pertanyaan kita tuh reklamasi ini buat siapa? Apa

buat masyarakat pesisir Jakarta, buat nelayan, buat mereka yang tinggal

di pinggiran? Coba kalau diliat harga per meter tanah di sana aja tuh

udah 10 juta permeter, sekarang siapa coba yang mampu beli tanah yang

semeternya 10 juta, ya jelas kan? Kita mah ngga akan mampu beli tanah

harga segitu, jadi jelas lah reklamasi tuh buat siapa.” (Wawancara

dengan Bagus Tito Wibisono, Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia

Tahun 2016-2017, Restoran Yoshinoya, 8 Desember 2018)

Jadi dalam hal amplifikasi nilai, KSTJ menggunakan dua nilai utama

untuk memperkuat kembali narasi ideology yang sudah digunakan sebelumnya

yakni pada tuntutan untuk memenuhi keadilan sosial, ekonomi, dan lingkungan

masyarakat Teluk Jakarta serta mengenai pelanggaran hak-hak konstitusi yang

dilakukan oleh penyelenggara negara dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta juga

keberpihakan terhadap masyarakat kecil di Teluk Jakarta. Dalam prosesnya

amplifikasi nilai ini cukup mampu untuk merengkuh mereka yang memiliki

sentimen yang sama namun belum termobilisasi dengan baik.

2.2 Amplifikasi Keyakinan (Belief Amplification)

Page 109: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

97

Sementara amplifikasi nilai merujuk pada tujuan akhir yang ingin dicapai

oleh suatu gerakan, amplifikasi keyakinan dapat ditafsirkan sebagai elemen

ideasional yang secara kognitif mendukung atau menghambat tindakan dalam

mengejar nilai-nilai yang diinginkan (Snow et.al,1986 dalam McAdam,1997).

Terdapat lima jenis amplifikasi keyakinan yang dapat dilihat dalam

literatur gerakan yang sangat relevan dalam kaitannya dengan proses partisipasi

dan mobilisasi. Penulis menemukan adanya lima jenis amplifikasi keyakinan ini

pada gerakan KSTJ.

Amplifikasi keyakinan yang pertama adalah, keyakinan mengenai derajat

keseriusan isu, penderitaan atau masalah yang dipersoalkan. KSTJ menekankan

bahwa reklamasi Teluk Jakarta merupakan persoalan serius yang akan

berimplikasi pada banyak hal dan membawa kebencanaan tidak hanya di Teluk

Jakarta saja, melainkan bisa seperti efek domino yang akan memberikan efek

serupa pada daerah-daerah lain yang beririsan dengan proyek reklamasi Teluk

Jakarta. Seperti yang dijabarkan oleh Parid Ridwanuddin,“Jadi seberapa serius,

yaa sangat serius karena ini tidak hanya akan berdampak pada orang-orang di

sekitar pesisir tapi juga terhadap Jakarta secara keseluruhan. Jakarta akan

tenggelam kalau ada reklamasi. Artinya musibah yang akan dialami pasca

reklamasi itu akan lebih gawat.”(Wawancara dengan Parid Ridwanuddin,

Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Lebih lanjut disampaikan oleh nelayan Teluk Jakarta yakni Khalil bahwa

reklamasi hanya akan membawa kesengsaraan dan penderitaan yang tiada terkira

untuknya dan keluarga serta nelayan pesisir Teluk Jakarta pada umumnya,

Page 110: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

98

“bilamana akses jalan hidup saya ini tertutup maka akan tertindas

kehidupan anak istri di masa depan jadi di situ saya sambil merenung

artinya tidak inginlah kesengsaraan anak cucu saya di kemudian hari atau

tiga puluh tahun lagi atau lima puluh tahun lagi akan terdampak jika

terjadi reklamasi sangat merugikan dan sangat menyengsarakan bagi

nelayan kecil.”( Wawancara dengan Khalil, partisipan KSTJ, Muara Angke,

29 November 2018)

Ditambahkan oleh Andika Prakasa, warga DKI Jakarta yang ikut aktif

dalam mendukung isu-isu hak asasi manusia, bahwa reklamasi Teluk Jakarta

bukanlah solusi atas segala macam permasalahan yang selama ini menyelimuti

pesisir Teluk Jakarta, “karena kan ya gimana ya proyek ini tuh kan ngawur dari

segi legalitasnya segala macem istilahnya mau bikin Jakarta tambah bermasalah

lah.” (Wawancara dengan Andika Prakasa 31 Oktober 2018)

Dalam hal ini jelas KSTJ coba memperkuat bahwa reklamasi Teluk Jakarta

bukanlah solusi yang bijak dan dibutuhkan dari segala persoalan yang selama ini

sudah ada di sana, melainkan hanya akan menambah beban lebih untuk Teluk

Jakarta termasuk segala aspek yang ada di sana seperti sosial, ekonomi dan

lingkungan di Teluk Jakarta juga daerah-daerah yang beririsan dengannya.

Selanjutnya amplifikasi keyakinan yang kedua yakni keyakinan akan

kemungkinan lokus sebab akibat atau kesalahan. Setelah keyakinan akan derajat

keseriusan masalah diungkapkan untuk kemudian memperkuat ideology yang

sudah diusung, selanjutnya KSTJ berusaha menggiring publik pada apa yang

dapat menyebabkan bencana di Teluk Jakarta terjadi, atau bahkan akan semakin

Page 111: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

99

buruk. KSTJ menekankan bahwa reklamasi Teluk Jakarta terjadi karena adanya

beberapa hal yang disalahpahami sebagai sebuah solusi, di antaranya adalah

adanya kesalahpahaman tentang pembangunan di DKI Jakarta yang terlalu

berorientasi pada daratan dan tiadanya visi serta paradigma Jakarta kota air. Selain

itu masih kuat dan mengakarnya mindset pemburu rente dalam spekulan lahan di

ruang kota, juga pembangunan sektor property yang massif tanpa mengindahkan

kaidah-kaidah inklusifitas secara sosial dan lingkungan(pembangunan

berkelanjutan) (Koalisi Intra Disiplin, 2017).

Amplifikasi keyakinan yang ketiga yaitu, keyakinan stereotype mengenai

(siapa) lawan-lawan atau target-target pengaruh. Biasanya kita akan mudah

menemukan siapa yang menjadi lawan-lawan atau antagonis dan target-target

pengaruh dalam sebuah gerakan, terutama karena kepercayaan seperti ini sering

berfungsi sebagai symbol koordinasi yang tidak ambigu dan bisa membangkitkan

gerakan serta memfokuskan sentimen (Snow et.al,1986 dalam McAdam,1997).

Dalam keyakinan KSTJ ada beberapa pihak yang patut menjadi target

untuk dipersalahkan karena tetap ingin menghadirkan reklamasi di Teluk Jakarta.

Sejak awal reklamasi Teluk Jakarta dianggap sebagai bentuk kesewenang-

wenangan Pemerintahan Orde Baru terhadap masyarakat dan lingkungan Teluk

Jakarta. Atas nama pembangunan, rela mengorbankan masyarakat dan lingkungan

yang akibatnya hingga sekarang Teluk Jakarta terus mengalami pendangkalan dan

pencemaran tanpa ada usaha riil untuk memulihkannya(Koordinator KSTJ Ahmad

Marthin Hadiwinata dalam acara AIMAN di Kompas TV 4 Juli 2019).

Page 112: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

100

Memasuki era reformasi, geliat proyek pengurukan laut di Teluk Jakarta

kembali menemukan jalannya. Meskipun ada sedikit perselisihan tentang

beberapa aturan yang dikeluarkan oleh beberapa kementerian terkait yang

membolehkan dan tidak membolehkan diteruskannya reklamasi di Teluk Jakarta,

namun biasanya akan berakhir dengan pencabutan aturan yang melarang.

Misalnya saat di tahun 2016 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang

dipimpin oleh Rizal Ramli mengeluarkan Moratorium Proyek Reklamasi Pulau C,

D dan G tentang penghentian sementara segala aktivitas reklamasi di Teluk

Jakarta karena tidak adanya izin-izin terkait yang dipenuhi oleh pihak

pengembang.

Tidak lama kemudian Luhut Binsar Pandjaitan menggantikan Rizal Ramli

sebagai menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dan mencabut moratorium

yang sebelumnya dikeluarkan pendahulunya dengan alasan segala kekurangan

yang sebelumnya ada sudah dipenuhi oleh pengembang dan memenuhi segala

kajian-kajian yang dilakukan oleh stakeholder. KSTJ menganggap pencabutan ini

tidak lain merupakan bentuk keberpihakan pada pengembang karena izin-izin

terkait dinilai terlalu dipaksakan untuk terbit dan tidak berdasar pada kajian ilmiah

yang ada di lapangan, “mereka ngga punya data. Jadi data-data yang

dikatakanlah yang diapa yaa dipegang atau dipahami oleh orang-orang

pendukung reklamasi itu data-data keliru yang tidak berfakta di lapangan.”

(Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas

KIARA, 12 November 2018)

Page 113: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

101

Dalam Keppres No. 52 Tahun 1995 Tentang Reklamasi Teluk Jakarta,

dikatakan bahwa Gubernur DKI Jakarta merupakan penanggung jawab utama

kegiatan reklamasi. Maka dari itu, peran sentral gubernur DKI Jakarta terkait

dengan proyek Reklamasi Teluk Jakarta tidak lepas dari sorotan.

Dimulai pada era Gubernur Sutiyoso bersama dengan DPRD DKI Jakarta

mengeluarkan Peraturan Daerah RTRW(Rencana Tata Ruang dan Wilayah) yang

mengubah reklamasi dari sebelumnya sebagai penataan dan pengembangan ruang

daratan, menjadi rencana tata ruang. Hingga di era Gubernur Basuki Tjahaja

Purnama, reklamasi Teluk Jakarta kembali menjadi sorotan. Disampaikan oleh

Parid Ridwanuddin, “Pak Ahok itu melanggar banyak aturan, tidak melibatkan

publik, melanggar asas-asas pemerintahan yang baik.”(Wawancara dengan Parid

Ridwanuddin. Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Selanjutnya di era Gubernur Anies Baswedan juga ditemukan

keberpihakan terhadap pengembang dengan dikeluarkannya IMB(Izin Mendirikan

Bangunan) untuk 932 bangunan yang sudah terbangun di atas Pulau C dan Pulau

D. KSTJ menilai langkah yang diambil Anies merupakan langkah mundur, dan

jauh dari pemenuhan janji-janji kampanyenya. Dikatakan Roosman, partisipan

KSTJ yang berasal dari KNTI tentang IMB yang dikeluarkan Anies Baswedan

“gedung banyak yang ngga punya IMB ngga digusur karena mereka

punya uang, hari ini gedung-gedung di pinggiran jalan di bantaran kali

mereka ngga punya IMB kenapa langsung gusur. Di reklamasi Pulau C

Pulau D, 900 IMB coy ngga diancurin disegel doang karena mereka bayar

dan Anies statemennya adalah karena mereka sesuai prosedur, mereka

Page 114: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

102

ngga punya IMB mereka bayar denda akhirnya itu gedung ditahan dan

dikeluarinlah IMB padahal kan itu motong kompas tuh. Padahal tidak

semudah itu hanya dengan membayar denda. Karena mengeluarkan IMB

itu ada 12 step, step pertamanya itu yg RZWP3K yang sampai hari ini

belum disahkan.”(Wawancara dengan Roosman 24 Juni 2019)

Selain pemerintah pusat dan daerah DKI Jakarta, KSTJ juga turut

menyalahkan pengembang yang tetap pada pendiriannya untuk mendirikan pulau-

pulau baru di Teluk Jakarta. Pengalaman yang cukup mengancam keselamatan

pernah dirasakan oleh Khalil dan kawan-kawan saat mendekat ke salah satu pulau

yang sudah jadi di Teluk Jakarta untuk mencari ikan, disampaikan oleh Khalil,

“artinya tidak mengusir secara gubernurnya tapi yang mengusir staf-staf atau

antek-antek atau bawahannya yang bekerja di perusahaan reklamasi paling tidak

diperbolehkan mendekat ke sini pak alasannya begini nanti takut banyak

kehilangan ini juga milik perusahaan, saya juga pernah di pulau itu hampir

ditembak oleh aparat perusahaan bahwasanya tidak boleh masuk mengambil ikan

di situ alasannya nanti rusaklah.” (Wawancara dengan Khalil, partisipan KSTJ,

Muara Angke, 29 November 2018)

Dengan demikian mengenai belief amplification atau amplifikasi

keyakinan (siapa) yang menjadi lawan atau antagonis dan target-target pengaruh,

secara gamblang KSTJ meyakini bahwa Pemerintah Pusat yang diwakili oleh

kementerian-kementerian terkait, Pemprov DKI Jakarta, dan pengembang

merupakan pihak-pihak yang patut untuk dipersalahkan.

Page 115: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

103

Selanjutnya amplifikasi keyakinan yang keempat adalah keyakinan

mengenai kemungkinan perubahan atau keberhasilan dari aksi kolektif (beliefs

about the probability of change or the efficacy of collective action). Bagian ini

menjadi bagian penting yang mengintegrasikan pertimbangan psikologis sosial

dengan perspektif mobilisasi sumber daya. Amplifikasi keyakinan ini didasari

oleh proposisi yang berakar pada ekspektasi nilai-hasil yang dituju. Dengan

argumen bahwa, jika orang ingin bertindak secara kolektif, maka mereka harus

meyakini bahwa tindakan ini akan manjur, bahwa perubahan itu mungkin terjadi

tapi tidak akan terjadi secara otomatis tanpa tindakan kolektif. Dalam hal ini,

optimisme akan membawa hasil dan meningkatkan partisipasi, sedangkan

pesimisme sebaliknya (Snow et.al,1986 dalamMcAdam,1997).

Perihal manjurnya gerakan, sejak awal KSTJ sudah meyakini dan optimis

bahwa gerakan yang diusungnya akan melahirkan perubahan yakni dihentikannya

reklamasi di Teluk Jakarta serta dipulihkannya kembali lingkungan Teluk Jakarta.

Bahwa semua hal yang dilakukan, seperti melakukan kajian-kajian terkait keadaan

sosial, ekonomi, lingkungan di Teluk Jakarta, aksi turun ke jalan dengan

membawa atribut-atribut penolakan, diskusi di berbagai universitas dan tempat

dapat setidaknya memberikan pemahaman pada publik bahwa reklamasi Teluk

Jakarta memanglah bukan proyek yang layak untuk kembali dijalankan.

“Satu barangkali yang perlu disampaikan adalah sekarang ini isu

reklamasi Teluk Jakarta sudah menjadi kesadaran kolektif, kalau dulu

memang masih diskusi elit jadi obrolan segelintir orang tapi sekarang

sudah banyak orang yang sadar tentang bahayanya reklamasi teluk

Page 116: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

104

Jakarta. Kesadaran akan pentingnya penolakan terhadap reklamasi

Jakarta sudah tertransformasi dengan baik ke masyarakat bahkan orang-

orang di warung kopi sudah berani bahas reklamasi teluk Jakarta. Dan

yang kedua ditingkatan pengambilan kebijakan atau di pengadilan

dihentikan itu bagi kami satu kemenangan lah, kemenangan kecil tapi

harus tetap bisa didorong.” (Wawancara dengan Parid Ridwanuddin,

Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

KSTJ tidak hanya melakukan perlawanan lewat aksi-aksi turun ke jalan

ataupun diskusi-diskusi berbagi pengetahuan soal reklamasi Teluk Jakarta, namun

juga melawan lewat jalur hukum. Bagi KSTJ, penting untuk menyusuri semua

kemungkinan yang ada agar tujuan untuk menghentikan reklamasi di Teluk

Jakarta dapat terwujudkan, “Tapi kita memang ga bisa melawan hanya lewat

jalur hukum aja, jadi memang penting untuk kita aksi turun ke jalan dan terus

menebar informasi-informasi tentang reklamasi teluk Jakarta yang benar ya

sampai nanti reklamasi ini ngga jalan lagi.”(Wawancara dengan Parid

Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Meskipun jalan KSTJ untuk sampai pada keputusan bahwa reklamasi

dihentikan tidak mudah, namun KSTJ tetap optimis bahwa gerakan yang

dibawanya akan membawa perubahaan “kalo ngga yakin ngapain kan kita ke

sana-ke sini nuntut untuk reklamasi agar dibatalkan.” (Wawancara dengan Iwan,

partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Amplifikasi keyakinan yang kelima adalah keyakinan akan pentingnya dan

merupakan suatu kewajiban untuk “berdiri ambil bagian”(beliefs about the

Page 117: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

105

necessity and propriety of “standing up)(David A. Snow, dkk, 1986:470).

Fireman dan Gamson dalam (David A. Snow, dkk, 1986:471)

mengkonseptualisasikan “propriety” sebagai panggilan loyalitas dan sebuah

kewajiban. Keyakinan ini biasanya berangkat dari “If-I-don’t-do-it-no-one-will”

bahwa jika bukan mereka yang ikut ambil bagian maka tidak akan ada yang mau

untuk ambil bagian. Untuk itu amplifikasi ini bekerja untuk meyakinkan publik

bahwa aksi ini adalah kewajiban moral untuk semua orang yang peduli akan

keadilan bagi masyarakat kecil yang tertindas dengan kebijakan pemerintah di

Teluk Jakarta. Sehingga hal ini merangsang mereka untuk ikut terlibat dalam

gerakan.

Dalam gerakan KSTJ, penulis menemukan beberapa alasan moral tentang

mengapa partisipan mau ikut terlibat dalam gerakan ini. Meskipun ditemukan

kesamaan secara umum, namun ada beberapa hal yang secara spesifik memiliki

perbedaan. Andhika Prakasa misalnya seorang karyawan swasta dan mahasiswa

yang juga aktif mengikuti kegiatan Aksi Kamisan, familiar dengan isu-isu HAM

dan seorang supporter dari klub sepakbola asal DKI Jakarta yakni Persija, merasa

memiliki kewajiban moral sebagai warga DKI Jakarta untuk mengikuti gerakan

penolakan Reklamasi Teluk Jakarta ini, “karena juga saya merasa jadi bagian

dari warga DKI Jakarta yang harus aware lah kalo ada yang kurang benar dari

kinerja pemerintah DKI Jakarta.” (Wawancara dengan Andhika Prakasa, melalui

Surat Elektronik/email, 20 Oktober 2018)

Sementara Buyung dan Asmaniah yang berasal dari Pulau Pari,

mengatakan bahwa mereka rela mengikuti gerakan Tolak Reklamasi Jakarta ini

Page 118: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

106

karena memiliki rasa solidaritas terhadap teman-teman nelayan di Muara Angke

yang terkena dampak reklamasi. Lebih jauh mereka mengatakan bahwa teman-

teman nelayan dan mereka sama-sama merupakan korban dari kesewenang-

wenangan pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya yang tidak berpihak pada

rakyat kecil, “…ya solidaritas neng, nasib saya juga sama, sama seperti nelayan-

nelayan Muara Angke. kalau kita ngga berjuang kaya gini pasti aja kita diinjek-

injek neng. Jadi sama aja saya sama temen-temen di muara angke, kita juga di

Pulau Pari juga soalnya ngerasain kesewenang-wenangan pemerintah.”

(Wawancara dengan Asmaniah, Partisipan KSTJ, Balai Kota DKI Jakarta, 24 Juni

2019)

Ditambahkan oleh Buyung, Ia merasa bersolidaritas dengan teman-teman

nelayan di Muara Angke karena jika bukan mereka yang membantu maka tidak

akan ada yang mau berdiri berjuang untuk hidup mereka, “kalau ditanya kenapa

mau ikut ya solidaritas. Teluk Jakarta masih jadi bagian dari kita-kita orang,

dari kita-kita nelayan. Kalau bukan kita yang ngelawan siapa lagi kan mbak.

Yang ngerasain dampaknya kita ya yang mau berjuang gini kita dengan kawan-

kawan mahasiswa LSM yang peduli lah atas nasib kita.”( Wawancara dengan

Buyung, Partisipan KSTJ, Balai Kota DKI Jakarta, 24 Juni 2019)

Sementara Khalil menegaskan bahwa Ia akan terus berjuang demi

kehidupan keluarga dan teman-teman nelayan yang lain. Karena baginya

reklamasi tidak lain hanya akan mendatangkan kesengsaraan untuk hidup mereka,

“selama saya masih hidup masih sehat saya akan terus memperjuangkan

apa semua buat anak cucu di sini buat semua nelayan yang merasa

Page 119: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

107

terugikan dengan adanya reklamasi di laut Jakarta saya akan terus

memperjuangkan hak martabat saya sebagai seorang nelayan untuk tetap

bisa melaut di laut Jakarta ini sampai bilamana apa yang menjadi

tuntutan kita semua terpenuhi.”( Wawancara dengan Khalil, partisipan

KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018).

Dengan demikian amplifikasi keyakinan akan pentingnya untuk turun

ambil bagian dalam gerakan yang penulis temukan dalam KSTJ, didasari oleh

kebutuhan pemenuhan moral sebagai manusia, solidaritas antar sesama serta

kebutuhan untuk tetap bertahan hidup bagi nelayan di Teluk Jakarta.

C. Ragam Media Penyampaian Bingkai Ideologis KSTJ

KSTJ memiliki beberapa metode penyampaian strategi pembingkaian

melalui berbagai ragam media dalam usahanya untuk menyebarluaskan frame

ideologis yang diyakini untuk mendapatkan simpati dari publik. Terbentuknya

KSTJ sendiri seperti yang sudah dijelaskan penulis dalam bab sebelumnya,

merupakan inisiasi dari dua LSM yang sama-sama memiliki sejarah panjang

dalam usaha advokasi di Teluk Jakarta. Yang kemudian mengawali

bergabungnya, LSM-LSM lain serta organisasi mahasiswa dan juga nelayan

terdampak yang memiliki tujuan yang sama yakni menghentikan reklamasi Teluk

Jakarta dan memperbaiki keadaannya baik secara sosial maupun lingkungan yang

semakin buruk berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan. Hal ini juga

dilakukan guna memperkuat argumen bahwa reklamasi memang tidak perlu

dilakukan di Teluk Jakarta--“..kami tidak mungkin bergerak sendiri tanpa

Page 120: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

108

melibatkan banyak jaringan lain” (Wawancara dengan Parid Ridwanuddin,

Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November 2018)

Dengan menyebarkan frame ideologis melalui jaringan-jaringan kelompok

ini, kemudian KSTJ mengkoordinir agar gerakan yang mulai terbentuk tidak

tercecer, menyatukan kembali tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan serta

membuat langkah-langkah bersama agar ke depannya gerakan ini dapat

terkoordinir dengan baik guna mencapai tujuan bersama (Wawancara dengan

Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November

2018).

Penulis mengkategorikan tiga metode strategi yang digunakan oleh KSTJ

untuk menjembatani frame ideologis yang diusung agar tersampaikan pada

masyarakat, yang pertama melalui public meeting di antaranya adalah aksi turun

ke jalan(demo); diskusi public; nonton bareng dan diskusi film.

Sejak pembentukannya, KSTJ sudah melakukan banyak aksi turun ke

jalan/demo untuk menyuarakan penolakannya terhadap reklamasi Teluk Jakarta.

Terhitung sejak tahun 2015 hingga 2017 KSTJ banyak melakukan aksi turun ke

jalan menolak reklamasi di Teluk Jakarta. Seperti yang disampaikan oleh Khalil,

“Saya demo bertubi-tubi dengan teman-teman saya kompak…” (Wawancara

dengan Khalil, partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Salah satu aksi yang paling menyita perhatian masyarakat dan media

adalah saat seribuan nelayan beserta aktivis lingkungan dan mahasiswa

Page 121: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

109

melakukan aksi teatrikal dan simbolik menyegel pulau G yang dibangun oleh PT.

Muara Wisesa Samudra anak perusahaan dari PT. Agung Podomoro Land Tbk.

Gambar 3.1 Aksi teatrikal dan simbolik KSTJ beserta nelayan, aktivis lingkungan

dan mahasiswa menyegel Pulau G di Teluk Jakarta

(Sumber: metro.tempo.co)

Dalam menyampaikan frame yang diusung untuk dilihat oleh masyarakat,

KSTJ menggunakan atribut-atribut penolakan terhadap reklamasi Teluk Jakarta

seperti spanduk; kaos dan topi bertuliskan Tolak Reklamasi Jakarta, yang

dibawa setiap kali mereka melakukan aksi hal ini diyakini akan menghubungkan

mereka dengan publik hingga pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dapat

ditangkap dengan baik oleh masyarakat seperti yang diinginkan.

Selain itu, KSTJ juga banyak mengadakan diskusi-diskusi publik di

berbagai tempat guna semakin merengkuh perhatian massa terkait persoalan

reklamasi di Teluk Jakarta. Diskusi ini biasa diadakan di berbagai kampus dan di

kantor LBH Jakarta sebagai salah satu jaringan LSM yang membentuk KSTJ. Hal

ini disampaikan oleh Iwan yang menyebut bahwa selain melakukan aksi ia

bersama kawan-kawan nelayan dan KSTJ juga seringkali mengadakan diskusi

Page 122: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

110

yang membahas terkait hal-hal reklamasi, “selain demo sih kita suka bikin

pertemuan di sini mba ngebahas banyak hal mulai dari langkah selanjutnya yang

mau kita ambil, ngga cuma di sini sih kadang di lbh juga.” (Wawancara dengan

Iwan, partisipan KSTJ, Muara Angke, 29 November 2018)

Selain menjadi tempat untuk diskusi, kantor LBH Jakarta juga

diperuntukkan sebagai tempat untuk KSTJ melakukan konferensi pers setiap kali

ada hal-hal yang ingin disampaikan pada media ataupun pernyataan terkait dengan

proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Gambar 3.2 KSTJ melakukan konferensi pers terkait kemenangan

Gubernur Ahok atas Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G di PTUN tahun 2016

(sumber: news.detik.com)

Ada beberapa jenis diskusi yang diselenggarakan di antaranya adalah

melalui pemutaran film dan diskusi pemaparan hasil kajian dari ahli-ahli yang

terkait dengan proyek reklamasi. Bekerjasama dengan Watchdoc Documentary

Maker sebuah rumah produksi, KSTJ menggarap sebuah film dokumenter yang

menyoal keberadaan proyek reklamasi di Teluk Jakarta memvisualisasikannya

menggunakan kacamata nelayan terdampak.

Page 123: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

111

Film dokumenter yang diberi judul Rayuan Pulau Palsu(The Fake

Islands) ini, kemudian menjadi bahan diskusi di berbagai universitas baik di

dalam maupun di luar negeri tentang bagaimana praktek reklamasi yang terjadi di

beberapa daerah di Indonesia merupakan bagian dari rencana bisnis yang

melibatkan Tiongkok sebagai investor. Narasi ini tentunya menarik banyak pihak

untuk mengetahui lebih jauh sehingga acara-acara diskusi ini banyak dihadirkan

di universitas-universitas dalam dan luar negeri baik juga di tempat-tempat pusat

kebudayaan.

Gambar 3.3 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

Jakarta, Den Haag dan London (Sumber: twitter.com/watchdoc_ID)

Lebih lanjut dijelaskan oleh Parid Ridwanuddin, pemutaran film yang

diselenggarakan di berbagai universitas di dalam dan luar negeri maupun tempat-

tempat diskusi lainnya, memang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

Page 124: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

112

bagi masyarakat luas bahwa reklamasi Teluk Jakarta memang tidak akan

memberikan banyak manfaat terutama pada masyarakat dan lingkungan di Teluk

Jakarta. Tidak hanya itu, secara tersirat pemutaran film ini di berbagai tempat

dimaksudkan untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak, hingga bisa

memberikan tekanan yang lebih kuat lagi terhadap penolakan reklamasi di Teluk

Jakarta ini.

“Film ini udah diputer di mana-mana, dibanyak negara, di Eropa. Ini

penting untuk dilihat, ada subtitle Bahasa Inggrisnya. Jadi ngga cuma

bisa dilihat oleh kita aja, karena film ini juga diputar di beberapa

negara ya intinya sih untuk membangun kesadaran bahwa dampak

pembangunan dari adanya reklamasi akan lebih banyak mudharatnya

dari pada manfaatnya karena memang kan manfaatnya hanya untuk

segelintir kelompok saja kan seperti itu.” (Wawancara dengan Parid

Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12

November 2018)

Tidak hanya menyasar civitas akademika dalam menyebarkan frame

yang diusung, KSTJ pun membidik warga di kampung-kampung nelayan di

berbagai daerah di Indonesia untuk nonton bareng serta diskusi perihal reklamasi.

Dengan tujuan bahwa reklamasi di manapun itu memang harus memperhatikan

banyak hal tidak hanya demi semata-mata keuntungan ekonomi saja. Menggalang

kekuatan untuk tetap terus menolak reklamasi yang dianggap hanya akan semakin

menindas masyarakat nelayan yang hidup di pesisir. Lebih jauh pemutaran film di

Page 125: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

113

kampung-kampung nelayang ini, guna memberikan edukasi perihal reklamasi

yang bisa jadi terjadi juga di laut di mana mereka mencari nafkah.

Gambar 3.4 Ajakan Nonton Bareng dan Diskusi Film Rayuan Pulau Palsu di

kampung-kampung nelayan di berbagai daerah (Sumber:

twitter.com/watchdoc_ID)

Untuk semakin menumbuhkan awareness public atas reklamasi di Teluk

Jakarta, maka pemutaran film Rayuan Pulau Palsu tidak hanya melalui nonton

bareng dan diskusi saja, namun kemudian KSTJ bersama Watchdoc

memanfaatkan kanal berbagi video bersama yakni youtube untuk memberikan

akses yang lebih mudah bagi publik terhadap film ini. Hal ini masuk ke dalam

metode yang kedua, yakni melalui media sosial.

Page 126: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

114

Di era saat ini penggunaan media sosial untuk menjaring massa sangat

diperlukan karena besar dan sangat cepat ia untuk memengaruhi publik. Maka dari

itu KSTJ turut menggunakan media sosial sebagai metode lain untuk

menyampaikan frame yang diusung. Penggunaan media sosial seperti Twitter,

Instagram, Youtube dalam rangka menyebarkan ide menolak reklamasi di Teluk

Jakarta menjadi corong bagi terbukanya solidaritas di masyarakat melalui media

sosial dengan berbagai tagar atau hastag seperti #JakartaTolakReklamasi;

#PulihkanTelukJakarta; #SelamatkanNelayanTradisional. Dukungan massif

yang diberikan melalui tagar-tagar ini di berbagai media sosial tak ayal menjadi

jembatan bagi KSTJ untuk terus menyebarkan

perihal persoalan reklamasi di Teluk Jakarta yang

mendapatkan penolakan keras dari banyak pihak.

Sejak diunggah di kanal youtube

Watchdoc Documentary pada tanggal 3 Agustus

2016, film Rayuan Pulau Palsu sudah

mendapatkan 457.896 views dengan 8.900 likes

dan 1.900 komentar.

Gambar 3.5 potongan kanal youtube Watchdoc

Documentary yang memuat film Rayuan Pulau Palsu – The Fake Islands

(sumber:http://youtube.com/WatchdocDocumentary diakses pada 5 Juli 2020)

Hal ini kemudian bisa diartikan bahwa ada lebih dari 400 ribu orang yang

sudah menonton film ini melalui kanal youtube Watchdoc, jumlah yang cukup

Page 127: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

115

besar untuk setidaknya bisa kita gambarkan bahwa orang-orang tersebut

mengetahui perihal reklamasi di Teluk Jakarta dengan persoalan-persoalan yang

ditimbulkan karenanya dan kita bisa asumsikan dari sini akan muncul cluster-

cluster baru yang sadar akan keberadaan reklamasi di Utara Jakarta. Hal ini

terlihat dari bagian kolom komentar yang terdapat dalam film ini yang memuat

sejumlah komentar terkait reklamasi yang sebagian besar menyayangkan

keberadaannya.

Gambar 3.6 Beberapa komentar warganet di bagian kolom komentar youtube

Watchdoc Documentary dalam film Rayuan Pulau Palsu

Selanjutnya, media sosial yang acapkali digunakan oleh KSTJ untuk

menyampaikan framenya ke masyarakat adalah twitter. Melalui akun twitter

@saveJKTbay yang dibuat pada bulan Maret 2016, KSTJ mengumpulkan

setidaknya 950 followers atau pengikut dan 190 following atau mengikuti. Meski

tidak begitu banyak memiliki followers, namun upaya KSTJ untuk menyebarkan

ide soal penolakan reklamasi kepada masyarakat yang belum termobilisasi

mendapatkan “bantuan” dari beberapa akun-akun LSM yang memang terafiliasi

Page 128: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

116

dengan KSTJ juga akun-akun aktivis yang berasal dari LSM-LSM yang tergabung

dalam KSTJ seperti akun twitter @lbhjakarta @Kiara @KNTI @Soliper_SP

@RUJAKricus @elisa_jkt @ICEL_indo @BEMUI_Official yang memang

memiliki followers lebih banyak dari akun KSTJ pada @saveJKTbay.

Tabel 3.1 Daftar akun twitter yang ikut menyebarkan ide soal penolakan

reklamasi Teluk Jakarta dengan menggunakan tagar #JakartaTolakReklamasi

Dengan tetap menggunakan tagar atau hastag yang sama yakni

#JakartaTolakReklamasi akun-akun tersebut menyebarkan ide-ide soal

penolakan reklamasi, menghimpun dukungan dari masyarakat yang belum

mengetahui apa-apa saja tentang reklamasi di Teluk Jakarta. Penggunaan hastag

ini juga memudahkan bagi masyarakat pengguna twitter untuk mencari tahu lebih

Akun twitter Jumlah followers Jumlah twit/cuitan

@walhinasional 150.400 followers 36.300 twit/cuitan

@LBH_Jakarta 88.000 followers 19.100 twit/cuitan

@BEMUI_Official 60.800 followers 26.700 twit/cuitan

@elisa_jkt 42.000 followers 73.000 twit/cuitan

@KojekRapBetawi 21.900 followers 100.600 twit/cuitan

@RujakRCUS 7.953 followers 8.664 twit/cuitan

@Soliper_SP 2.216 followers 5.327 twit/cuitan

@ICEL_indo 1.854 followers 3.560 twit/cuitan

@KiaraIndonesia 1.647 followers 1.604 twit/cuitan

@DPPKNTI 1.040 followers 1.923 twit/cuitan

Page 129: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

117

jauh lagi tentang mengapa reklamasi Teluk Jakarta mendapat penolakan dari

banyak pihak.

Penulis menganggap peran dari akun-akun yang ikut terafiliasi dalam

gerakan menolak reklamasi Teluk Jakarta ini memiliki peran yang cukup efektif

dalam menjaring apa yang disebut oleh McCarthy(1986) sebagai “unmobilized

sentiment pools or public opinion preference clusters” dalam hal ini mereka yang

merupakan pengikut akun-akun twitter tersebut hingga membentuk opini publik

bahwa reklamasi Teluk Jakarta memang tidak akan memberikan manfaat pada

masyarakat nelayan Pesisir Teluk Jakarta namun hanya akan menambah beban

kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi mereka. Hal ini nampak pada

banyaknya twit atau cuitan pengguna twitter yang menyatakan tidak setuju

terhadap rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membuat pulau-pulau

baru di Teluk Jakarta.

Gambar 3.7 Contoh twit/cuitan akun-akun twitter yang ikut menolak reklamasi

Teluk Jakarta dengan menggunakan tagar #JakartaTolakReklamasi

(sumber: https://twitter.com/#JakartaTolakReklamasi)

Tidak hanya itu KSTJ bekerjasama dengan LIPI dan RUJAK Center For

Urban Studies, bersama membentuk Koalisi Pakar Interdisiplin yang berasal dari

Page 130: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

118

institusi dan kepakaran keilmuan yang berbeda untuk membuat Makalah

Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta. Di dalam koalisi tersebut, tergabung pakar

dari Lembaga Ilm Pengetahuan Indonesia(LIPI), Institut Pertanian Bogor(IPB),

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Institut Teknologi Bandung(ITB), LBH

Jakarta dan Rujak Center for Urban Studies. Laporan ini merupakan hasil kajian

selama 6 bulan di tahun 2016 terhadap rencana reklamasi 17 pulau dan NCICD

berdasarkan kepakarannya masing-masing. Tujuan dibuatnya laporan ini tiada lain

adalah sebagai upaya untuk menyelamatkan Teluk Jakarta sekaligus sebagai

masukan untuk para pengambil kebijakan terkait proyek ini.

Dalam upaya menyebarkan laporan ini digunakan dua cara, yang pertama

dengan mencetaknya menjadi buku yang bisa didapat langsung di kantor-kantor

LSM yang tergabung dalam koalisi pakar interdisiplin ini. Yang kedua,

masyarakat dapat mengaksesnya dengan mudah secara langsung dengan

mengunduh laporan ini di http://bit.ly/SelamatkanTelukJakarta01 .

Gambar 3.8 Makalah Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta yang dikeluarkan

Koalisi Pakar Interdisiplin (Sumber: Dokumen Prribadi)

Selain melalui media sosial, upaya KSTJ untuk menampilkan wajahnya

dalam proses frame bridging yang ketiga adalah dengan melalui lobi-lobi bersama

Page 131: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

119

dengan stakeholder terkait proyek reklamasi Teluk Jakarta, seperti menemui

DPRD DKI Jakarta untuk memberikan hasil kajian yang sudah dilakukan serta

melakukan dialog terkait hal-hal yang semestinya dilakukan oleh para pemegang

tampuk kebijakan untuk Teluk Jakarta. Selain itu upaya untuk menjangkau

pemerintah juga dilakukan KSTJ dengan mengirim surat terbuka kepada Presiden,

Gubernur DKI Jakarta, dan DPRD DKI Jakarta terkait atas sikap keberatan KSTJ

atas jalannya proyek ini. Disampaikan oleh Parid, “Termasuk juga misalnya surat

menyurat kita suratin ke presiden ke gubernur, dprd sebagainya jadi seluruh

media yang memungkinkan waktu itu kita gunakan di 2015, 2016 termasuk awal-

awal 2017.” (Wawancara dengan Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor

SekNas KIARA, 12 November 2018)

Gambar 3.9 Tim Advokasi KSTJ menemui DPRD DKI JAKARTA

(Sumber:bantuanhukum.or.id)

Dalam melakukan upaya advokasi dengan stakeholder terkait reklamasi

Teluk Jakarta, KSTJ membawa hasil kajian berupa penelitian-penelitian dari para

ahli untuk menguatkan argumen bahwa penolakan atas reklamasi Teluk Jakarta

merupakan sesuatu yang berdasar dan untuk kepentingan sosial, ekonomi, dan

lingkungan masyarakat pesisir Teluk Jakarta khususnya.

Page 132: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

120

Selain itu reklamasi yang terjadi di ibu kota negara ini sangat menarik

perhatian dari media nasional dan internasional, hingga beberapa acara televisi

menghadirkan debat atau diskusi tentang perlu atau tidaknya reklamasi dilakukan

di Teluk Jakarta. Biasanya untuk mengimbangi perdebatan, dihadirkanlah dua

pihak yang saling berseberangan pendapat tentang reklamasi Teluk Jakarta. Lewat

medium ini juga KSTJ berusaha menyampaikan apa yang menjadi ide-ide dasar

dari pergerakan yang dilakukan dengan harapan masyarakat dapat menangkap

maksud dan tujuan dari gerakan yang mereka usung. Parid Ridwanuddin

menjelaskan bahwa, “maksudnya diminta untuk jadi narasumber perwakilan dari

KSTJ untuk bahas isu reklamasi, bahkan dalam debat dengan para pendukung

reklamasi itu salah satunya kita manfaatkan media televisi.” (Wawancara dengan

Parid Ridwanuddin, Koordinator KSTJ, Kantor SekNas KIARA, 12 November

2018)

Gambar 3.10 Koordinator KSTJ Ahmad Marthin Hadiwinata saat diwawancara

jurnalis dalam sebuah acara televisi perihal Reklamasi Teluk Jakarta

(sumber: http://youtube.com/kompastv tanggal 4 Juli 2019)

Dengan demikian dalam upaya untuk menyampaikan frame yang diusung

kepada masyarakat, KSTJ menggunakan beberapa metode penyampaian di

Page 133: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

121

antaranya pertama melalui aksi langsung turun ke jalan(demo) untuk mendapatkan

perhatian dari masyarakat juga media; kedua melalui diskusi-diskusi yang

dilakukan di berbagai tempat seperti kampus-kampus di dalam maupun di luar

negeri hingga ke permukiman nelayan di berbagai daerah hal ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang akibat reklamasi yang

serampangan dilakukan dapat menyebabkan berbagai kebencanaan tidak hanya

terjadi pada manusia, namun keadaan alam pun akan berdampak sangat parah; dan

terakhir melalui lobi-lobi yang dilakukan KSTJ untuk menyasar pihak-pihak yang

memang punya andil yang besar dalam menentukan jalannya proyek ini. Sebagai

tambahan KSTJ pun mengupayakan usaha lain dengan mengirim surat terbuka ke

berbagai pihak seperti Presiden, Gubernur DKI Jakarta hingga DPRD DKI Jakarta

bentuk pernyataan tertulis bahwa dengan keras mereka menolak proyek ini.

Page 134: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

122

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa terdapat strategi pembingkaian(framing strategy) lebih jelas

proses penyelarasan bingkai(frame alignment) dalam gerakan Koalisi Selamatkan

Teluk Jakarta(KSTJ). Dalam gerakan KSTJ penulis menemukan dua proses

penyelarasan bingkai(frame alignment), yakni proses penjembatanan

bingkai(frame bridging) dan amplifikasi bingkai(frame amplification).

Dalam penjembatanan bingkai, KSTJ mengusung beberapa ide yang akan

disampaikan kepada public, yakni keadilan bagi seluruh entitas di Teluk Jakarta.

Lebih lanjut keadilan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ada di

sana. Selain itu ide mengenai kerusakan lingkungan di Teluk Jakarta juga menjadi

hal yang penting untuk diusung. Dalam menggemakan ide ini KSTJ untuk

menggunakan berbagai saluran melalui kanal media-media mainstream seperti

media sosial(Twitter, Instagram, Youtube), film dan diskusi-diskusi yang

dilakukan di berbagai tempat di dalam dan luar negeri juga lobi politik dengan

para pemangku kebijakan. Dengan menggunakan jaringan individu dan

organisasi, membantu KSTJ untuk semakin memperkuat lagi usaha dalam

menyebarkan ideologi sehingga dapat terbentuk opini di publik seperti apa yang

mereka harapkan.

Page 135: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

123

Sementara melalui amplifikasi bingkai, KSTJ kembali menguatkan

ideologi yang sebelumnya sudah ada namun masih kurang menarik minat

simpatisan. Dalam hal ini KSTJ menggunakan dua amplifikasi bingkai yakni

amplifikasi nilai dan amplifikasi keyakinan. Pada amplifikasi nilai ditemukan nilai

keadilan pada tataran sosial, lingkungan hidup dan ekonomi di Teluk Jakarta serta

nilai penegakan konstitusi negara dan keberpihakan penyelenggara negara

terhadap rakyat kecil. Kemudian nilai-nilai ini kembali diperkuat dengan

amplifikasi keyakinan, dalam KSTJ sendiri ditemukan adanya lima nilai-nilai

amplifikasi keyakinan namun KSTJ sendiri cenderung menekankan nilai

keyakinan mengenai derajat keseriusan isu penderitaan atau masalah yang

dipersoalkan dan nilai keyakinan stereotype mengenai(siapa) lawan-lawan atau

target-target pengaruh. Kedua frame ini yang kemudian kembali memperkuat

ideologi yang diusung KSTJ serta menarik perhatian publik.

Dua frame alignment process atau proses penyejajaran bingkai yang

digunakan KSTJ sebenarnya melahirkan dinamika yang cukup menguntungkan

bagi KSTJ untuk mencapai tujuan gerakan yakni dihentikannya reklamasi di

Teluk Jakarta. Dari berbagai usaha yang dilakukan, KSTJ dapat memengaruhi

publik serta pemangku kebijakan untuk menarik izin-izin terkait pelaksanaan

Reklamasi Teluk Jakarta. Meskipun usaha untuk benar-benar menjadikan

reklamasi sama sekali tidak ada di Teluk Jakarta masih menjadi pekerjaan rumah

bagi KSTJ.

Page 136: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

124

B. Saran

Dengan adanya gerakan KSTJ sebagai respon dari sebuah kebijakan yang

kurang peka pada persoalan masyarakat dan lingkungan hidup, diharapkan para

pemangku kebijakan lebih memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi lagi

dalam melihat isu-isu yang berkembang di masyarakat. Dapat melihat

pembangunan tidak hanya dari kacamata keuntungan ekonomi dalam pandangan

makro semata yang jangka waktunya singkat, melainkan dari berbagai aspek yang

ada di masyarakat seperti sosial, ekonomi masyarakat kecil, dan lingkungan

hidup. Untuk kemudian reklamasi di Teluk Jakarta tidak menjadi preseden buruk

bagi usaha pembangunan di tempat lain.

Lebih dari itu, KSTJ sendiri bukanlah gerakan pertama yang muncul

akibat dari adanya pembangunan yang membelakangi kepentingan masyarakat

dan lingkungan, maka sudah sepatutnya para stakeholder dapat lebih bijak dalam

memilah dan memilih program pembangunan yang dapat berkontribusi tidak

hanya untuk para pemegang modal namun bisa menjadi jalan yang lebih baik

untuk masyarakat dan lingkungan hidup.

Selain itu saran untuk gerakan KSTJ sendiri agar tetap berdiri untuk

kepentingan masyarakat pesisir dan lingkungan hidup, mungkin isu yang diangkat

bisa jauh lebih kompleks dan dapat menyentuh lebih dalam lagi di masyarakat

untuk kemudian dapat menciptakan gaung gerakan yang tidak hanya lokal secara

cakupannya. Menjadi kompas dan alarm pengingat bagi pembuat kebijakan,

bahwa pembangunan yang tidak berasas pada kepentingan lingkungan hidup akan

semakin memperparah keadaan alam yang sudah terlanjur carut marut ekses

Page 137: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

125

pembangunan di masa lalu yang akan bermanifestasi buruk pada semua aspek

kehidupan.

Terakhir, dalam bidang pendidikan agar penelitian selanjutnya bisa

melakukan identifikasi atau penelusuran lebih lanjut dan mendalam lagi tentang

diskursus mengenai pro dan kontra reklamasi di Teluk Jakarta mungkin dengan

menggunakan ruang lingkup diskursus dari teori Michel Foucault, agar bisa

diidentifikasi akar dari munculnya dua diskursus terkait dengan proyek reklamasi

di Teluk Jakarta. Dan diharapkan bisa menjadi bahan yang menarik untuk

kemudian menjadi pembelajaran bagi semua.

Page 138: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-buku

Baxter, Pamela dan Susan Jack. “Qualitative Case Study Methodology: Study

Design and Implementation for Novice Researchers”. The Qualitative

Report, Vol. 13 No. 4 Desember 2008.

Creswell, J. W. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative

Approaches. Sage Publications. London.

Creswell, John W. 2010. Research Design :Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Della Porta, Donatela and Diani, Mario. 2006. Social Movements: An Introduction

(2nd ed.).Australia : Blackwell Publishing.

Diani, Mario. 1992. The Concept of Social Movement. Dimuat dalam The

Sociological Review, Vol. 40 (Februari 1992).

Halim, Aghniya. 2016. Gerakan Sosial Baru (Studi Kasus Pola Jaringan

Gerakan Sosial Cinta Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

Yogyakarta). Surakarta: Skripsi Universitas Sebelas Maret.

Kapriani, Dea Rizki dan Djuana P. Lubis.2014. Efektivitas Media Sosial Untuk

Gerakan Pelestarian Lingkungan.Jurnal Sosiologi Pedesaan Sosiologi

Pedesaan, ISSN : 2302 - 7517, Vol. 02, No. 01, Bandung: Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, IPB, 2014.

Karlstrӧm, David. 2017. Frames in a Social Movement for Safe Public Spaces

Problems Meeting New Solutions. Swedia: Tesis. UMEA University.

Page 139: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xiv

McAdam, Doug and David A Snow (ed). 1997. Social Movements: Readings On

Their Emergence, Mobilization, and Dynamics. California: Roxbury

Publishing Company.

Moleong, J Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja

Rosdakarya Offset, Bandung.

Ragin, Charles. 2000. Fuzzy Set Social Science. Chicago: University of

Chicago Press.

Snow, David A., “Framing Processes, Ideology, and Discursive Fields”, dalam

David A. Snow, Sarah A. Soule, and Hanspeter Kriesi (ed.), The Blackwell

Companion to Social Movements, UK, Blackwell Publishing Ltd, 2004.

Snow, David A., Rens Vliegenthart, & Catherine Corrigall-Brown, “Framing

the French Riots: A Comparative Study of Frame Variation”, Social

Forces, 88 Volume 86, No. 2, December 2007.

Sufyan, Ahmad. 2015. Gerakan Sosial Masyarakat Pegunungan Kendeng

Utara Melawan Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Rembang.

Surabaya: Skripsi Universitas Airlangga.

Suryani dan Hendriyadhi. 2015. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi

pada Penlitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Wicaksono, Ikhsan Pratama. 2010. Analisis Framing (Pembingkaian) Dalam

Gerakan Lingkungan Hidup Studi Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM

Page 140: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xv

Greenpeace Asia Tenggara, Jakarta. Bogor: Skripsi Institut Pertanian

Bogor.

2. Artikel-artikel dan Jurnal dari Internet

Christiansen, Jonathan. 2009. Essay Four Stages of Social Movements. EBSCO

Research Starter diunduh dari

https://www.ebscohost.com/uploads/imported/thisTopic-dbTopic-1248.pdf

Dampak Reklamasi Teluk Jakarta. Pusat Data dan Informasi Kiara diunduh

dari http://www.kiara.or.id/?s=reklamasi+teluk+jakarta

Data Perbandingan Dampak Sosial-Ekonomi Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Teluk Jakarta pada Nelayan di Muara Angke. 2016. Pusat Data dan

Informasi Kiara diunduh dari

http://www.kiara.or.id/?s=reklamasi+teluk+jakarta

Data Perempuan dan Pemenuhan Kebutuhan Anak Sebelum dan Paska

Reklamasi. 2009. Pusat Data dan Informasi Kiara di unduh dari

http://www.kiara.or.id/?s=reklamasi+teluk+jakarta

Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Tentang Reklamasi Pantai Utara

Jakarta diunduh dari

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1995/kp52-1995.pdf

Page 141: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xvi

Koalisi Intra Disiplin. 2017. Makalah Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta.

Rujak Center for Urban Studies. Diunduh pada 31 Oktober 2017 dari

https://rujak.org/peluncuran-makalah-selamatkan-teluk-jakarta/

Savirani, Amalinda. 2017. Pertempuran Makna “Publik” dalam Wacana

Proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Jurnal Prisma Negara, Kesejahteraan &

Demokrasi Vol.36 No.1 diunduh dari

https://www.prismajurnal.com/issues.php?id=%7BD63E4048-4FCF-

EE7F-2149-C6ACA3FB6ABB%7D&bid=%7BA975A123-ED98-9EDA-

FE00-245C5316C87D%7D

Snow, David A, E. Burke Rochford, Jr., Steven K. Worden & Robert D.

Benford,”,“Frame Alignment Processes, Micromibilization, and

Movement Participaion, American Sociological Review, Vol. 51, No. 4

(Aug., 1986), dari http://www.jstor.org/stable/2095581

Snow, David A and Robert D. Benford.“Ideology, Frame Resonance, and

Participant Mobilization”, International Social Movement Research Vol. 1

Pages 197-217 (1988) JAI Press Inc dari

https://www.researchgate.net/publication/285098685_Ideology_Frame_Re

sonance_and_Participant_Mobilization

Susanti, Nonik. Upaya Greenpeace Menjaga Kawasan Pantai Indonesia

Terkait Proyek Reklamasi Teluk Jakarta, JOM FISIP Universitas Riau

Vol.5 No.1-April 2018 dari

Page 142: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xvii

3. Narasumber Wawancara

Wawancara dengan Parid Ridwanuddin (Koordinator KSTJ) di Kantor SekNas

KIARA, pada Jum’at 12 November 2018

Wawancara dengan Bagus Tito Wibisono (Ketua BEM SI 2016-2017) di

Restoran Yoshinoya Condet, pada Sabtu 8 Desember 2018

Wawancara dengan Iwan (Ketua KNT MuaraAngke/Nelayan), di Muara

Angke, pada Kamis 29 November 2018

Wawancara dengan Khalil (Anggota KNT/Nelayan/Partisipan KSTJ), di Muara

Angke, pada Kamis 29 November 2018

Wawancara dengan Andhika Prakasa (Mahasiswa/Karyawan/Partisipan KSTJ),

melalui surat elektronik/email, pada Sabtu 20 Oktober 2018

Wawancara dengan Asmaniah (Ibu Rumah Tangga/warga Pulau Pari/Partisipan

KSTJ), di depan Balai Kota DKI Jakarta, pada Senin 24 Juni 2019

Wawancara dengan Buyung (Warga Pulau Pari/Nelayan/Partisipan KSTJ), di

depan Balai Kota DKI Jakarta, pada Senin 24 Juni 2019

Wawancara dengan Muhammad Roosman R(Anggota KNTI/Partisipan KSTJ),

di depan Balai Kota DKI Jakarta, pada Senin 24 Juni 2019

4. Laporan Media

Deny, Septian. 2016. Ini Dampak Positif Adanya Reklamasi.

http://bisnis.liputan6.com/read/2503423/ini-dampak-positif-adanya-

reklamasi (diakses pada 1 April 2019)

Page 143: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xviii

Hermawan, L. 2017. Ini 6 Point Isi Surat Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta.

Hermawan, 2017

http://www.portalindonesianews.com/posts/view/3148/ini_6_point_isi_sur

at_koalisi_selamatkan_teluk_jakarta (diakses pada 2 April 2019)

Idris, Muhammad. 2017. Luhut Buka-bukaan Soal Cabut Moratorium

Reklamasi. https://news.detik.com/berita/d-3676150/luhut-buka-bukaan-

soal-cabut-moratorium-reklamasi (diakses pada 2 April 2019)

Oktaviano, Tino. 2016. Ribuan Nelayan ‘Segel’ Pulau G di Pesisir Jakarta.

https://aktual.com/ribuan-nelayan-segel-pulau-g-pesisir-jakarta/ (diakses

pada 2 April 2019)

Prasetia, Andhika. 2016. PTUN Menangkan Ahok, KSTJ: Reklamasi Pulau G

Masih Bermasalah. https://news.detik.com/berita/d-3326518/pt-tun-

menangkan-ahok-kstj-reklamasi-pulau-g-masih-bermasalah (diakses pada

16 Februari 2021)

Putra, Putu Merta Surya. 2015. Ini Cara Agar Jakarta Tak Tenggelam 40 Tahun

ke Depan. http://news.liputan6.com/read/2299688/ini-cara-agar-jakarta-

tak-tenggelam-40-tahun-ke-depan (diakses pada 1 April 2019)

Rahadian, Lalu. 2015. Ahok Beberkan Keuntungan Reklamasi Pesisir

Jakarta.https://cnnindonesia.com/nasional/20150422223444-20-

Page 144: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xix

48604/ahok-beberkan-keuntungan-reklamsi-pesisir-jakarta (diakses pada 1

April 2019)

Rimadi, Luqman. 2014. Pembangunan Giant Sea Wall Masih Tahap Studi

Kelayakan Tanah. http://news.liputan6.com/read/2018853/pembangunan-

giant-sea-wall-masih-tahap-studi-kelayakan-tanah (diakses pada 1 April

2019)

Tuasikal, Rio. 2016. Pulau G disegel Nelayan!.https://kbr.id/saga/04-

2016/pulau_g_disegel_nelayan_/80574.html (diakses pada 1 April 2019)

Wijayanto, Totok. 2016. Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta, dari era

Soeharto sampai

Ahok.https://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.P

anjang.Reklamasi.di.TelukJakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok (diakses

pada 12 September 2018)

Website resmi Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Jakarta di

https://www.bantuanhukum.or.id/web/

Website resmi Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan(KIARA) di

http://www.kiara.or.id/

Website resmi Walhi Eksekutif Nasional(Eknas) di https://www.walhi.or.id/

https://rkpd.jakarta.go.id (diakses pada 28 Agustus 2018)

Page 145: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xx

https://bnpb.go.id (diakses pada 4 April 2018)

5. Video dari Internet

Watchdoc Documentary. 2016. Rayuan Pulau Palsu(The Fake Islands) diakses

dari http://youtube.com/WatchdocDocumentary

Kompas TV. 2019. Gubernur Anies & Janji Reklamasi diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=ldDyCnh4pkg

Page 146: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxi

LAMPIRAN

Page 147: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxii

WAWANCARA-WAWANCARA

1. Wawancara dengan Parid Ridwanuddin (Koordinator KSTJ) di

Kantor SekNas KIARA, pada Jum’at 12 November 2018

I: Bagaimana terbentuknya Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta ?

= Jadi sebelum menjawab bagaimana jadi dulu kan Jakarta ada pengalaman di

Jakarta itu ada reklamasi di kawasan cilincing namanya Jakarta utara cilincing itu

kecamatan ya kecamatan cilincing terus ada reklamasi disitu dan dampaknya kami

reset dulu terhadap perempuan dan anak itu sangat buruk nanti kalo mba aida

butuh ininya saya akan kopikan, tahun 2009 itu sebelum sekarang rame. Kiara

bikin reset dan dampak buruknya sangat signifikan terutama penurunan kualitas

kehidupan perempuan dan anak-anak di pesisir utara jakarta dan selanjutnya

adalah berkaca dari pengalaman itu. eeh Sebelum itu dulu pantai indak kapuk tuh

kan sebenernya hutan mangrove di teluk Jakarta itu kemudian direklamasi oleh

pengembang dan itu yang mengadvokasi walhi sebetulnya yang mempunyai

sejarah panjang advokasi dan penolakan terhadap proyek reklamasi di teluk

Jakarta itu Kiara dan walhi yang eknas yaa bukan yang di Jakarta karena walhi itu

ada eknas dan ada perwakilan daerah. nah Kiara juga kemudian menjadi aktor

yang penting dalam advokasi penolakan reklamasi teluk Jakarta di sini selain

walhi .nah karena dulu gerakannya belum terkonsolidasi dengan baik, walhi walhi

Kiara Kiara terus isunya juga dulu fokusnya kalo walhi itu lebih pada

keberlanjutan lingkungan Kiara fokus pada masyarakatnya. Dalam perjalanannya

kita eh banyak melakukan dialog pendalaman karena bagaimanapun juga walhi itu

anggotanya Kiara. Nah itu kami bersepakat untuk mendorong advokasi teluk

Jakarta menjadi lebih luas, isunya juga tidak bisa dipisahkan antara alam dan

manusia. Jadi dampak reklamasi tidak dilihat terhadap alamnya saja atau terhadap

manusianya saja, jadi dua-duanya. Karena manusia dan alam tidak bisa

dipisahkan. Maka tahun 2014 itu kemudian diinisiasikan Koalisi Selamatkan

Teluk Jakarta dari perjalanan panjang itu. Lalu setelah itu bentuk kongkritnya

adalah Kiara bersama walhi nasional itu mengajukan gugatan ke pengadilan, ke

ptun kantornya di cakung kalo mba aida pernah datang ke cakung. Di situ

diputuskan berbagai persoalan rakyat dengan administrasi pemerintahan. Kenapa

kami gugat ke ptun karena kami melihat ada persoalan izin yang dikeluarkan oleh

gubernur Jakarta sebelum pak anis ini, pak ahok itu melanggar banyak aturan,

tidak melibatkan public, melanggar asas-asas pemerintahan yang baik dan

alhamdulilalh menang untuk 4 pulau gfik. Kenapa baru empat pulau karena yang

kita gugat kan izin. Nah pulau-pulau yang lain itu belum keluar izinnya tapi

bangunannya sudah ada. Jadi kalau bicara tentang apa namanya bagaimana

terbentuknya, ini adalah pengalaman panjang Kiara dan walhi, nah ada cso cso

yang lain yang ikut bergabung di kstj, tapi apa namanya aktor utamanya walhi dan

Kiara Kiara dan wahli karena itu yang dicatat di pengadilan sebagai penggugat.

Nah ada juga misalnya lbh Jakarta posisinya sebagai pengacara public, nah saat

kita menggugat mereka sebagai penasehat hukum. Jadi itu pengalaman panjang di

mana kami dahulu advokasinya belum terkonsolidasi dengan baik dari sisi isu ,

Page 148: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxiii

dari gerakan praksis, demonstrasi, ke media massa dan sebagainya. Dan

alhamdulilah dalam perjalanannya kami menyatukan langkah dan membuat kstj.

Terinsipirasinya dari mana tentu yaa dari pengalaman panjang. Kiara sebelum

2014 itu kan pernah menginisiasi namanya koalisi tolak hp3 apa itu koalisi tolak

hp3 itu Kiara menginisiasi gerakan perlawanan menggugat uu 27 tahun 2007

tentang pengelolaan pesisir dan pulau2 kecil kenapa ini digugat karena dalam uu

ini banyak pasal-pasal yg memberikan ruang yg sangat luas bagi korporasi untuk

mencaplok pulau2 kecil. kalo aturan ini ga dibatalkan di mk maka akan banyak

pulau-pulau kecil yang dicaplok korporasi 2 Dan nelayan, perempuan nelayan

dan seluruh masyarakat pesisir akan kehilangan ruang laut. Nah itu yang kita

gugat ke mk pada tahun 2010 eh sorry antara tahun 2007 sampe 2010. Nah tahun

2010 mk memutuskan mengabulkan gugatan kita karena secara substansi secara

materil eh aturan2 yang tercantum dalam uu ini bertentangan dgn uu 1945 itu

misalnya contoh yaa terus bertentangan dengan aturan yg lebih tinggi. Oleh

karena itu mk memutuskan untuk menerima gugatan kiata tahun 2010 dan mk

mengeluarkan putusan no 3 tahun 2010 isinya adalah bahwa pembangunan di

kawasan pesisir itu atau masyarakat pesisir itu punya hak punya 4 hak

konstitusional. Satu hak untuk melintas dan mengakses laut. Jadi kalo di sini ada

nelayan di sini laut, nah reklamasi itu kan menguruk di sini kan jadi ngga bisa

melaut itu artinya hak konstitusional masyarakat pesisir menurut putusan mk

dilanggar karena mereka ga bisa mengakses laut. Hak yang kedua hak untuk

mendapatkan perairan laut yang sehat dan bersih, kenapa karena kalo laut sehat

dan bersih itu kan tempat yang sehat ikan untuk bangun rumah untuk ikan

berkeluarga kemudian kalo ada reklamasi kan diuruk itu menjadi rusak . yg ketiga

ada hak untuk apa namahya terlibat dalam pembangunan yang dimulai dari

perancanaan, jadi kalo ada misalnya tingkat desa itu sekarang ada pjmd ada

mjusdes ada apapun namanya itu nelayan harus terlibat dia harus mengetahui apa

yg terjadi di wilayahnya karena yang tahu persoalan kan mereka. Jangan sampai

peroyek dibangun nelayan diminta untuk tanda tangan aja terus dikasih duit ngga

gede. Kan itu keliru. Nah yg diinginkan oleh konstitusi adalah nelayan ini karena

aktor harus terlibat sejak awal, jadi akan tau akan dibawa kemana pembangunan.

Lalu yg keempat yg paling penting adalah nelayan di Indonesia kalo punya

kearifan lokal mengelola sumber daya alam itu ga boleh dihilangkan, misalnya di

Indonesia timur banyak adat2 atau budaya setempat dalam tanda kutip yaa

melestarikan kawasan pesisir dan laut agar tidak habis. Jadi budaya2 itu tidak

boleh dihilangkan malah harus dilindungi oleh pemerintah.

Jadi kalo ditnya dari mana inspirasinya dari pengalaman kami dalam proses

advokasi panjang di mana kami tidak mungkin bergerak sendiri tanpa melibatkan

banyak jaringan lain. Dulu sebetulnya yg untuk ke mk ini itu lebih luas organisasi

yg terlibat lebih banyak . ada organisasi tani, spi serikat petani Indonesia ada

organisasi yg artinya organisasi2 bukan hanya organ lingkungan isiunya pesisir

kaya Kiara tapi lintas isu karena kalo kami meyakini begini antara darat dan laut

itu tidak bisa dipisahkan . maksudnya nelayan itu kalo mereka tidak bisa apa

namanya melaut karena cuaca buruk mereka bertani . jadi ada keterikatan antara

sumber perikanan di laut dgn sumber2 pangan di darat. Karena dua2nya tidak bisa

dipisahkan. Misalkkan kalo ikan tentu mereka butuh karbodihdrat. Ngga hanya

Page 149: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxiv

nasi misalkan sagu, singkong, ubi dsb. Jadi nelayan di Indonesia ini sebetulnya

selain melaut dia juga punya garapan pertanian di kawasan pesisir. Nah kalo ini

habis maka dia akan sangat tergantung ke sini, dan di sini akan ada apa yang

dinamakan ketidakseimbangan apa namanya keseimbangan gizi , yang kedua ada

over consumption misalnya nah itu kenapa kemudian organisasi tani terlibat

dalam gugatan ke mk tahun 2010. Da alhamdulillah mk mengabulkan dan

mengeluarkan putusan yg tadi 4 itu. Hak konstitusional masyarakat pesisir. Lalu

kemudian mk mengamanatkan kepada pemerintah untuk merevisi uu, jadi uu ini

direvisi, no 1 tahun 2012. Itu sebetulnya inspirasinya. Dan di situlah kami

mendorong dengan walhi untuk membuat kstj.

I: Kalo misalnya ke nelayanannya sendiri itu gimana ?

= Iya karena gini, kami itu kan bekerja bersama organisasi masyarakat nelayan.

Jadi di teluk Jakarta itu ada kalo datanya dinas kelautan dan perikanan pemprov

dki itu ada 25000 nelayan menetap di teluk Jakarta, nah ada yg bolak balik dari

satu pulau ke pulau yg lain ada 4000. Jadi total nelayan di teluk Jakarta itu ada

29000 orang. Kita ambilah yg menetap ada 25000 jadi bayangkan kalo 25000

orang ini kehialangan mata pencaharaian. Satu, mereka harus konversi kemana.

Dua dampaknya kekedaultan pangan . orang2 dijakarta misalnya kan sangat

tergantung dengan ikan itu. Dia misalkan beli dari tempat lain kan jauh lebih

mahal. Maka kami kemudian mendorong, mengadvokasi, dan membangun

kapasitas kawan-kawan nelayan di angke khususnya dan teluk Jakarta secara

umum. Karena mereka kan merasakan dampak langsung dari proyek ini. Dalam

dokumen pengadilan kalo mba aida butuh saya bisa kasih dokumen gugatannya,

itu selain Kiara dan walhi ada penggugat dari nelayan ada lima orang, Kiara walhi

dari organ sipil, penasehat hukum lbh, dan lima nelayan yang menggugat. Di teluk

Jakarta itu ada banyak organisasi nelayan, ada knt, ada komunitas nelayan

tradisional muara angke, ada forum kerukunan masyarakat muara angke, ada

paguyuban pengolah ikan muara angke ada macem-macem. Tapi intinya mereka

itu organisasi nelayan di teluk Jakarta.

I: Jadi mereka itu bisa dikatakan merupakan bagian dari KSTJ?

= Itu bisa bagian dari koalisi, karena mereka yg terdampak langsung, Kiara dan

walhi memposisikan diri sebagai mitra mereka jadi yang membangunkan mereka

eh pak bangun bangun pak itu ada proyek di depan anda kalo anda tidak bangun

anda akan merasakan dampak buruk . nah itu bagian juga dari kstj kenapa karena

memang tujuannya adalah untuk mendorong mereka menang kira-kira gitu.

Mendorong masyarakat sadar bahaya reklamasi. Jadikan tujuannya advokasi salah

satunya itu, kita membangun satu gerakan sistematis tujuannya kalo ditingkat

kultur masyarakat membangun masyarakat, kalo distruktur menang di pengadilan,

juga di tingkat masyarakatnya juga semakin sadar, sehingga orang makin banyak

yang ngomong wah reklamasi Teluk Jakarta itu ngga baik. nah itu buah dari

advokasi panjang. Nah kalo kita tidak melibatkan nelayan terdampak maka

gerakan ini akan sia-sia hanya bergerak di kalangan cso ajah kaya Kiara walhi tapi

masyarakat ya gimana kan mereka yang sebetulnya akan terdampak kan gitu.Jadi

kita libatkan kawan-kawan ini, nah yg lima orang tadi itu representasi dari nelayan

Page 150: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxv

kenapa mereka kita libatkan karena mereka ini aktor yg akan terdampak langsung

oleh proyek ini. Oleh karena itu gerakan ini setelah kita inisiasi ngga mungkin

hanya berhenti di kita, kita buka luas kok siapa yang mau gabung apalagi kawan-

kawan nelayan di teluk Jakarta, itu. Nah yg 5 orang itu ada yang berasal dari

marunda, tau yaa marunda yang paling ujung deket Bekasi. Nelayan-nelayan

kawasan pelabuhan industry.

I: Untuk demo yg tahun 2016 itu, bagaimana awal ceritanya mas dan siapa

yang menginisiasi?

= Oh yg menutup pulau. Itu kita yang menginisiasi. Jadi itu salah satu bentuk

gerakan. Cara kita membangun opini dipublik bahwa satu masyarakat tuh ga

diam, masyarakat tuh melawan yang kedua pulau itu secara hukum illegal oleh

karena itu dishutdown atau ditutup oleh nelayan oleh masyarakat. kalo mba aida

liat, itu kita yang menginisiasi untuk menutup pulau. Dilihat dari situ ada bendera

besar, ada bendera walhi. Kita-kita aja yang bergerak, yaa tapi kan tetap

berjejaring. Pernah nonton film rayuan pulau palsu ?

I: Belum pernah tuh …

= Nah itu harus nonton film itu. Di youtube nanti ada, disitu ada cerita tentang

perjuangan nelayan muara angke di teluk Jakarta untuk melawan proyek

reklamasi teluk Jakarta. Itu penting ditonton. Di youtube udah ada kok, full

versinya versi full

I: Memang yang menggarapnya siapa mas?

= Watchdoc, itu dulu teman-teman saya yg garap. Dulu yg turun di lapangannya

namanya rudi produsernya, tapi sutradaranya tetap dandy. Dulu waktu proses

pembuatannya semuanya di muara angke.

I: Tahun berapa itu mas?

= 2016

I: Oh waktu awal mulai perlawanan

= Iyaa waktu perlawanan panas

I: Kalo sekarang perlawanannya lebih kemana mas

= Nah perlawanannya, nanti cerita agak belakang kali yaa. Tapi sekarang kan

statusnya sama gubernur baru itu tidak dilanjutkan. Saya baru aja kemaren dari

pulau, sama nelayan malaysiaa

I: Itu boleh ya ke pulau reklamasi?

= Disamperin sama satpam hehe tapi sebentar ajah. Jadi ini penting dicatat oleh

mba aida dalam konteks gerakan ini. Sekarang kami mengembangkan jejaring

internasional kenapa karena proyek ini nggak hanya ada di Indonesia. Di Malaysia

ada 5 titik termasuk di filipina jadi di ASEAN tuh udah ada tiga negara.

I: Jadi dipesisir mereka tuh juga direklamasi?

Page 151: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxvi

= Iyaa direklamasi, . nah in saya baru kemaren ke pulau. Ada saya sama kawan-

kawan walhi Jakarta

I: Tapi aktivitas di sana masih ada?

= Ngga ada aktivitas di sana, cuman dijaga sama security. Nah ini yang penting

baru aja tadi pulang setelah jumatan. Jadi ada 4 nelayan dari Malaysia, mereka

juga menghadapi proyek reklamasi di 5 titik. Mereka lagi belajar ke kita. Saya

yang membantu mereka. 5 harian mereka di sini. Datang ke walhi datang kemaren

ke beberapa tempat yang relevan dgn isu ini. Terakhir kemarin seharian mereka di

muara angke ke pulau G. Nah jadi gerakan kita tuh menginspirasi juga gerakan

kawan-kawan nelayan yang lain khususnya negara Malaysia yang ada proyek

reklamasi. Baru aja pulang tadi sebelum jumatan. Jadi tadi kembali ke gimana

statusnya, statusnya dipulau tidak ada pembangunan karena dihentikan Cuma

persoalannya kan ga dihentikan total gitu kami kemaren disamperin security anda

ngapain disini harus ada izin dan sebagainya, itu artinya kan statusnya masih

dikuasai oleh perusahaan.

I: Lalu apa alasan terlibat dalam pembentukan KSTJ?

= Kami bukan lagi terlibat, kami menginisiasi. Bisa dikatakan inisiatornya, kalo

dikatakan pendiri terlalu sombong yaa, jadi inisiator. Alasannya jelas bahwa laut

itu kan milik bersama ya, jadi kalau dalam kalau dalam hadis nabi itu kan ada

alanasuasrokafisalasa, masyarakat itu harus berserikat dalam tiga hal alma air

wannar eh annar eh alma wal kalla wannar hadis nabi kan karena mbakanya dari

uin syaa pake hadis nabi aja biar nyambung. Manusia itu kan harus berserikat satu

untuk urusan apa ,air itu ngga hanya harus kita pahami air tawar tapi juga

perairan, laut. Jadi artinya apa artinya bahwa kawasan2 eh yang ada perairan itu

adalah akses bersama, commoncuge kalo kata orang inggris kalo kata orang tasik

itu rest communy, lalu api kan , api itu harus kita pahami bukan hanya api yang

keluar dari korek tapi bahan bakar, tambang minyak sumber2 daya alam yang dia

punya potensi panas, bahan bakar. Nah kemudian wal kalla kalla itu tanah tapi

bukan tanah yang kita injek, dan yang ada di dalamnya emas, logam nah itu harus

dikelola oleh masyarakat secara kolektif nah itu kalo kita mau pake hadis. Pake

landasan religious kan gitu. Tapi kita pake landasan konstitusional, misal nya

dalam uud 45 ada pasal 33 air, bumi apalagi itu nah pasal itu yang kemudian juga

harus diperhatikan. Yang kedua bahwa masyarakat pesisir itu adalah kelompok

yang paling berhak untuk memanfaatkan atau mengelola sumber daya perikanan

yang ada di kawasan pesisir itu. Jadi mereka harus menjadi aktor bukan menjadi

korban atau penonton. Lalu reklamasi itu ngga dibutuhkan di Indonesia kenapa

kita mau niru singapur niru apanya, singapur itu negara kecil, dibandingkan

dengan ciputat, tangsel itu gedean itu kan. Kan ada jokesnya kalo orang sejakarta

ngencingin singapur kan tenggelam itu jokes betapa kecilnya singapur. Lalu

apalagi, meniru dubai misalnya dubai juga sangat kecil negaranya. Persoalannya

kita ini kan fitrahnya negara Indonesia, itu kan negara kepulauan dikasih pulau-

pulau asli terus kita mau bikin pulau buatan yang merusak itu kan tidak masuk

akal sehat toh tidak masuk logika. Nah itu termasuk nilai apa yang mendorong,

nilainya adalah tadi ada nilai2 kemanusiaan, ada nilai2 keberlanjutan lingkungan,

Page 152: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxvii

ada nilai2 konstitusionalis atau konstitusionalisme, ada nilai2 kebersamaan bahwa

manusia masyarakat itu harus mengakses mengelola laut secara bersama. Disitu

ada banyak nilai sebetulnya kalo mau kita gali, tapi yang paling penting ada nilai

religious, konstitusional, kebersamaan, kemanusiaan, keberlanjutan lingkungan

yaa dsb. Isunya isu apa saja, satu isu tadi isu keberlanjutan lingkungan di mana eh

reklamasi ini tentu tidak berwawasan lingkungan kan kedua isu kemanusiaan di

mana keberlanjutan mata pencaharian masyarakat juga kan terancam ada isu

hukum di situ, isu hukum tuh artinya bahwa reklamasi itu banyak melanggar

hukum lalu ada isu di situ isu apa ya namanya itu eh ketahanan pangan, ketahanan

pangan itu artinya bahwa orang itu kalo kehilangan sumber daya perikanan artinya

pangan mereka terancam yaa itu banyak isu sebenarnya.

I: Saya baca makalah kebijakan selamatkan teluk Jakarta, ada yang isu

penindasan atau penyingkiran perempuan marginalisasi perempuan, apa

benar begitu ?

= Yaa betul, karena dalam reset Kiara perempuan nelayan itu punya peran yang

sangat signifikan. Jadi kalo nanti suatu saat mba isma reset tentang perempuan

nelayan itu akan ditemukan perempuan nelayan itu punya peran sejak pra

produksi sampe pasca produksi maksudnya apa perempuan2 nelayan itu atau istri2

nelayan itu biasanya menyiapkan perbekalan sebelum suaminya berangkat bahkan

mereka yang cari utang kalo suaminya mau berangkat ngga punya uang “bu saya

mau ngelaut tapi ga punya uang untuk bekal. Istrinya yang cari utang, yaudah

entar cari pinjaman biasanya istrinya, udah ada suaminya tinggal berangkat ke

laut. Pulang dari laut suaminya capek, istrinya yang membersihkan sebagian

disisihkan untuk dimakan sebagian untuk dijual. Tanpa keberadaan perempuan,

yaa pengolahan sumber daya perikanan itu tidak akan terjadi. karena perempuan

nelayan yang punya andil dalam mengelola sumber daya perikanan nah itu yang

kami temukan resenya di hampir banyak pesisir di Indonesia. Jadi perempuan

nelayan itu penting. Betul kalo kita mau bilang ada isu penindasan perempuan,

yaa karena kalo reklamasi kita anggap suatu yang mengancam keberlanjutan

katakanlah pangan gitu yaa dan suaminya kehilangan pekerjaan maka yang

kemudian menjadi beban istri ini banyak kan bertambah bukan lagi double burden

tapi multiple multiple dia harus memikirkan domestik dia harus memikirkan

menghidupi keluarga dia harus juga bekerja bersama suaminya untuk mencukupi

livehoodnya mereka. Nah itu betul sekali, bahkan kami ada resetnya tentang

perempuan pasca reklamasi, nanti ada di kabar bahari. Bisa kita kasih nanti, ada

publikasi. Nah itu betul sekali, mba aida. Kami terbitkan ini , kita terbitkan

beberapa publikasi.

I: Melalui media apa saja mas publikasinya?

= Banyak yaa medianya, yang paling penting apapun yang ada saluran media kita

gunakan untuk advokasi. Misalnya saya ini waktu 2016 orang yang paling sering

diundang untuk ngomong-ngomong, maksudnya diminta untuk jadi narasumber

perwakilan dari KSTJ untuk bahas isu reklamasi, bahkan dalam debat dengan para

pendukung reklamasi itu salah satunya kita manfaatkan media televisi. Media

cetak atau online atau apapun lah, saya dulu kirim tulisan misalnya, bikin satu

Page 153: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxviii

argumentasi bahwa ini ngga diperlukan ini inkonstitusional dan sebagainya.

Media briefing misalnya kita kumpulkan nelayan wartawan untuk sampaikan isu,

undang nelayannya untuk ngomong. Termasuk juga misalnya surat menyurat kita

suratin ke presiden ke gubernur dprd sebagainya jadi seluruh media yang

memungkinkan waktu itu kita gunakan di 2015, 2016 termasuk awal-awal 2017,

tapi menjelang pilkada agak turun yaa isunya jadi sara.

I: Mengapa masalah reklamasi Teluk Jakarta dalam KSTJ menurut anda

penting ?

= Itu mandate utamanya itu, mandate utamanya adalah bagaimana satu reklamasi

dihentikan kedua bagaimana kesadaran mengenai dampak bahaya reklamasi itu

disadari dan dipahami dengan baik oleh masyarakat nelayan di Jakarta dan juga

masyarakat Jakarta secara umum. Karena kenapa masyarakat Jakarta secara

umum, karena reklamasi tuh bukan hanya persoalan yang harus diini sama

nelayan yaa masyarakat pesisir teluk Jakarta. Kalo reklamasi misalnya dilanjut itu

potensi banjir, potensi terancamnya sumber daya perikanan itu akan dirasakan ga

hanya oleh masyarakat pesisir teluk Jakarta tapi juga masyarakat Jakarta secara

umum ataujabodetabek lah. Karena jabodetabek ini suplay ikannya dari situ, dari

muara angke misalnya gitu yaa. Kalo itu kemudian ga kita coba advokasi maka

banjir itu akan dirasakan oleh semua orang ga hanya masyarakat teluk Jakarta.

Mba aida misalnya kalo banjir ga bisa ke sini contoh atau saya kalo banjir ga bisa

berangkat ke sini. Itu artinya reklamasi itu persoalan bersama sehingga harus kita

advokasi supaya masyarakat sadar menolak dan ditingkat pengambilan keputusan

dihentikan kira-kira gitu yaa

I: Menurut anda permasalahan reklamasi Teluk Jakarta seperti apa yang

perlu diperhatikan?; Nilai yang paling dominan/sering disampaikan kepada

simpatisan/oleh anda?

= Yaa yang paling penting itu adalah tadi yaa ada nilai-nilai saya sampaikan di

situ ada nilai kemanusian, nilai keberlanjutan lingkungan, ada persoalan

perempuannya juga ada banyak hal di situ sehingga kami merasa penting untuk

menyampaikan penolakan dan penolakannya argumentative kita ga ngotot-

ngototan tanpa data. Misalnya kalo mau ada perdebatan di media, pernah saya itu

pribadi

I: Saya pernah liat wawancara menkopolhukam yang minta data ilmiah yang

menolak reklamasi, itu bagaimana mas ?

= Dia juga ngga ilmiah, kalo dia ilmiah kita lebih ilmiah tapi kalo ngga ilmiah

ngapain diladenin. Saya udah sampaikan di banyak forum bahwa kami tuh udah

punya reset lama panjang, tapi diseberang sana ga punya reset jawabnya Cuma

dengan cuap-cuap biasa. Saya tunjukan begini, itu ngga penting katanya lah.

Berarti memang di mereka yang ga ilmiah, termasuk luhut sendiri kalo missal

minta yang ilmiah yaa dia juga harus ilmiah lah. Jadi artinya gini kalo ngajakin

perang dengan orang lain dia juga harus siap senjatanya jangan sampai dia

ngajakin perang, orang yang diajakin perang itu lebih canggih nanti dia ditembak

meninggal, mati

Page 154: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxix

I: Tapi bukankah pak menteri pernah menyebut bahwa dia punya data yang

kuat?

= Ngga mereka ngga punya data. Jadi data-data yang dikatakanlah yang diapa yaa

dipegang atau dipahami oleh orang-orang pendukung reklamasi itu data-data

keliru yang tidak berfakta di lapangan. Makanya dalam perdebatan-perdebatan

saya tantang mana data-data di lapangan, mereka tuh kliping koran itu kemudian

jadi argumentasi padahal saya bilang saya tau koran itu, saya baca tapi mana yang

lebih shahih pengetahuannya validitasnya anda baca berita saya turun ke lapangan

kan gitu saya tantang itu saya debat dengan doctor-doktor di tv itu.

Lalu dalam perdebatan public juga kita selalu ini yah maksudnya yang ditekankan

itu bahwa ini dampak data lapangan ini kajian hukumnya. Jadi dampaknya itu kita

liat dampak terhadap lingkungan, dampak terhadap masyarakat jadi kajian

hukumnya ini yaa itu yang kita sampaikan dalam perdebatan public. karena kita

kalo dalam perdebatan public ga mungkin pake dalil hadis, karena ga semuanya

muslim kan. Jadi kita pake Bahasa kalo kata kunto wijoyo itu objektifikasi. Jadi

kita ga mungkin nih pakai dalil-dalil normative, jadi pake Bahasa konstitusi

Bahasa-bahasa empiris itu juga yang jadi satu senjata yaa cara kita membahasakan

itu Bahasa public lah kira-kira gitu.

Jadi seberapa serius, yaa sangat serius karena ini tidak hanya akan berdampak

pada orang-orang di sekitar pesisir tapi juga terhadap Jakarta secara keseluruhan.

Jakarta akan tenggelam kalau ada reklamasi. Artinya musibah yang akan dialami

pasca reklamasi itu akan lebih gawat yaitu persoalan kita bersama.

I: Selain karena isu reklamasi Teluk Jakarta, isu/nilai/norma; paham lain

apa yang membuat anda mengikuti gerakan KSTJ ?

= Kita itu di Kiara itu kita juga punya kepentingan untuk menghentikan reklamasi

di tempat lain di Indonesia. Jadi Indonesia itu sudah ada 38 wilayah yang

direklamasi Jakarta, semarang, makassar, Sulawesi, bali. Bali itu 5 tahun panas

itu. NTT, di Ntb di Kalimantan banyak . jadi banyak sekali ininya, nah frame

extentionnya adalah apa yang terjadi di Jakarta ada dampak ke tempat lain di

Indonesia. Karena di Jakarta ini kan barometer, kalo di Jakarta dihentikan Jakarta

katakanlah berhasil advokasinya maka daerah-daerah lain akan ikut karena yaa

wah Jakarta dihentikan kita juga harus ikut. Nah jadi ada dampak psikologis yang

panjang katakanlah begitu untuk perlawanan di tempat lain. Nah itu yang jadi

salah satu concern kami. Karena kami di Kiara ngga Cuma ngurusin reklamasi di

Jakarta aja . saya baru pulang dari NTT dari Lembata itu ada proyek reklamasi di

pantai berauri pantainya indah banget. Terus di makassar saya juga baru pulang

dari makassar, di Sulawesi utara, di bali, semarang, jawa timur Surabaya, di

sumatera, di lampung, di padang, di kepulauan riau, di Kalimantan timur wah

banyak lah saya ada datanya. Jadi Kiara tuh juga ngurus, maksudnya

mengadvokasi juga di secara nasional bahkanmungkin nanti akan di perluas di

asia tenggara. Jadi kami punya kepentingan bahwa di Indonesia tuh tempat lain

mesti dihentikan selain di Jakarta bahkan alhamdulillah di luar perkiraan teman-

teman Malaysia pun belajar ke sini. Jadi kami ternyata dipelajari kawan-kawan di

luar negeri, dan bahkan yang di manilla sudah bilang mau datang mau belajar

Page 155: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxx

karena mereka menghadapi persoalan yang sama di teluk yang sama. Jadi

alhamdulillah yaa bersyukur jadi kami tuh ingin ga hanya di Indonesia ternyata

dipelajari juga oleh kawan-kawan di luar negeri. Bahkan belum lama ada

professor dari Kyoto datang berdiskusi dengan saya jadi dia ingin, jepang kan

pernah reklamasi juga cuman civil societynya tidak sekuat di Indonesia jadi yaa

professor-profesornya yang melawan. Datang bertemu saya berdiskusi. Ada juga

peneliti dari korea selatan dari seoul university datang, berdiskusi jadi gerakan

kita dipelajari juga orang-orang. Dan alhamdulillah jadi suaranya ga lokal untuk

internasional global. Bahkan dulu ada temen-temen dari belanda juga datang,

melakukan reset dampak reklamasi. Ternyata gerakan yang kita inisiasi ini

alhamdulillah sudah menjadi satu suara di dunia internasional gitu. Nah itu yang

menurut saya sangat sangat penting juga untuk dipelajari. Jadi dalam gerakan

sosial ini ngga Cuma lokal aja, tapi menginspirasi kawan-kawan Malaysia,

menginspirasi di manilla kemudian di belanda, di jepang kemudian dikorea. Saya

berharap atau saya juga memprediksikan kedepan banyak kawan-kawan yang

datang ke sini untuk belajar. Bahkan kalo mba aida percaya saya ingin bilang mba

aida ini orang ke 100 sekian datang ke sini. Mahasiswa yang datang meneliti soal

reklamasi teluk Jakarta dari berbagai perspektif. Belum lama ini datang

mahasiswa dari belanda dari Erasmus university.s2 nya tentang pembangunan.

Tapi mungkin perspektifnya beda ya. Maksud saya ini juga dalam kajian

akademik menjadi satu isu yang menarik reklamasi ini selain dalam konteks

advokasi yaa kajian akademik sudah menjadi sesuatu yang layak dikaji dari

berbagai perspektif dari kebijakan, pembangunan, dari isu sosial dari isu

lingkungan dari berbagai macam perspektif itu jadi menarik dikaji. Maksud saya

ini juga jadi berkah untuk kawan-kawan peneliti menjadi ladang reset. Itu menurut

saya penting juga dicatat sebagai satu dampak advokasinya kstj, dan Kiara sebagai

inisiator yaa seneng-seneng aja artinya kalo kita ukur yaa alhamdulillah sudah

menjadi satu kesadaran banyak pihak . tapi yang paling penting kami sangat ingin

berkepentingan juga mengadvokasi di tingkatan nasional karena saya tuh Kiara

tuh sadar orangnya sedikit ga banyak, kasusnya banyak jadi kita ga mungkin

datangi satu-satu. Tapi di tempat-tempat yang srategis yang punya dampak besar

nah itu yang kita tembak sebetulnya. Jadi Jakarta, bali, Sulawesi utara, makassar,

mana lagi di semarang itu kita hajar fokus. Karena kalo disemua tempat 38 haduh

tenaga kita terbatas kan.

I: Menurut Mas Parid sendiri apakah isu reklamasi Teluk Jakarta masih

relevan saat ini ? Apakah perlu diubah ?

= Iyaa masih relevan. Karena yaa tadi yaa kita punya persoalan lain di 38 titik di

Indonesia maka satu eh kstj ini atau isu reklamasi teluk Jakarta ini penting untuk

diwacanakan sebagai satu bahan untuk apa yaa pembelajaran di tempat-tempat

lain dan bahkan di luar negeri. Yang kedua yaa reklamasi sendiri kan secara ini

blm diputuskan dengan tegas apakah dilanjut atau dihentikan jadi masih digantung

nih sama gubernur baru karena dia juga cari aman kan. Lalu relevansi yang lain

adalah kan gini kalo kita pelajari kehidupanmasyarakat pesisir ada paling tiga

ancaman besar yang mereka hadapi satu dari alam bentuknya bisa berubah iklim

Page 156: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxi

gelombang buruk cuaca buruk kenaikan permukaan laut abrasi dsb, yang kedua

ada tantangan yang berasal dari kebijakan, jadi yaa selain reklamasi tuh banyak

mba isma ada proyek pertambangan ada proyek pariwisata yang sekarang lagi

banyak dikembangkan. Nah maksud saya gini proyek reklamasi teluk Jakarta itu

menjadi satu case yang menarik untuk diterapkan di proyek-proyek lain karena

pola ini sama tidak ada dilibatkan masyarakat, ada penghancuran lingkungan,

modusnya sama dengan reklamasi hanya beda bentuk proyek satu pariwisata, satu

tambang, satu sawit misalnya nah hem artinya apa relevansinya adalah isu

reklamasi itu juga relevan untuk isu isu lain isu tambang isu pariwisata isu wasit

di pesisir dsb oleh karena itu kita selalu gunakan taglinenya itu perampasan ruang

hidup masyarakat pesisir. Kita bunyikan itu. Contoh kasusnya itu reklamasi.

Gimana kasus lain oh samaa sebetulnya mirip modusnya Cuma proyeknya yang

berbeda tapi dalam pelaksanaannya rata-rata di mana mana proyek proyek itu

tidak melibatkan masyarakat pesisir, mengusir masyarakat, masyarakat kehilangan

tangkapan, lautnya rusak yaa nah yang gitu-gitu yang kita temukan jadi masih

sangat relevan menurut saya makanya kami sangat terbuka kalo ada temen-temen

mahasiswa yang mau neliti atau teman-teman organisasi lain yang mau sharing

pembelajaran kami akan seneng karena isu ini masih relevan punya relevansi yang

masih kuat apalagi di kalo mba aida baca data bps, teluk Jakarta itu kalo kita

hitung minimal sejak 2010 sampe sekarang itu memberikan supplai perikanan tak

sedikit untuk masyarakat Jakarta. Itu artinya apa itu artinya teluk Jakarta itu masih

memproduksi ikan. Nah persoalannya kan ada pencemaran ada persoalan-

persoalan yang harus diselesaikan, tapi maksud saya ini teluk Jakarta ini masih

punya potensi produktif untuk memberikan makan tanda kutip kepada masyarakat

di Jakarta khususnya dan umumnya di jabodetabek. Oleh karena itu kalo

diteruskan reklamasi maka sumber daya perikanan akan terancam kira-kira gitu.

I: Menurut mas Parid dengan adanya KSTJ apakah efektif untuk

menyuarakan dan mengedukasi masyarakat mengenai permasalahan

reklamasi Teluk Jakarta?

= Yaaa satu barangkali yang perlu disampaikan adalah sekarang ini sudah menjadi

kesadaran kolektif isu reklamasi teluk Jakarta ini. Kalo dulu memang masih

diskusi elit masih diskusi Kiara walhi jadi obrolan-obrolan segelintir orang tapi

sekarang sudah banyak orang yang sadar tentang bahayanya reklamasi teluk

Jakarta dan menurut kami ini menjadi satu dalam tanda kutip satu achievement

yaa kesadarannya sudah tertransformasi dengan baik ke masyarakat bahkan orang-

orang di warung kopi sudah berani bahas reklamsi teluk Jakarta. Dan yang kedua

ditingkatan pengambilan kebijakan atau misalnya di pengadilan dihentikan itu

bagi kami satu kemenangan lah lalu yang ketiga tadi temen-teman lintas negara

juga belajar yaa itu satu achievement yang menurut kami bisa dikatakan

kemenangan kecil, kemenangan tapi kecil yaa tapi harus terus bisa didorong yaa

I: Pada tataran apa saja?

= Ya satu pada konteks masyarakat tataran kultural ada perubahan cara berfikir di

konteks struktural pengambilan kebijakan public juga menyadari bahaya ini

kemudian melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan pembangunan. Lalu

Page 157: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxii

pada tingkatan apalagi selain struktur dan kultur apa lagi yaa yaa kira-kira gitu

yaa, di tingkat masyarakat kita bergerak terus membangun kesadaran di tingkat

kebijakan juga kita mendorong untuk diubah.

I: Jadi menurut mas Parid sendiri, apa yang dilakukan KSTJ dalam

penolakan reklamasi ini sudah berhasil?

= Untuk pertanyaan ini menurut saya jawabannya iyaa, tadi itu kalo gerakannya

tidak terkonsoloidasi dengan baik, tercecer kita punya agenda besar tapi

gerakannya tercecer yaa tidak akan berhasil. Membangun kesadaran public,

datang ke pengambil keputusan kalo tidak terikat satu semangat bersama yaa kita

akan kalah tapi alhamdulillah dengan bersama kita menang. Lalu kalo belum

mengapa , yaa tentu kalo belum ada contoh missal menghentikan secara permanen

yaa karena itu butuh proses panjang dan birokrasinya. Target ini sebetulnya bisa

dihentikan kalau kemudian presiden mencabut , kan Jokowi itu mengeluarkan

Perpres nomor 2 tahun 2015 itu isinya pembangunan giant sea wall tapi reklamasi

teluk Jakarta bagian dari itu jadi bisaa ituu asal prepress itu dicabut kalo ngga yaa

digugatlah ke mahkamah agung. Jadi yaa itu yang belum sih ituu ajah mba aida,

karena kita sedang berjibaku dengan gerakan ini butuh energy besar untuk naik

lagi ke tingkat perpres misalnya . ditambah lagi yaa kalo kami di Kiara itu juga

mengadvokasi persoalan lain di Indonesia energinya butuh energy besar, butuh

nafas panjang. tapi prinsipnya apa yang seakarang terjadi, kami di sini bukan

mengklaim kemenangan besar , kemenangan kecil karena masih banyak pr yang

masih harus kami kerjakan dalam konteks gerakan sosial. Nah itu kira-kira

gambaran umumnya.

I: Untuk merealisasikan tujuan kstj sendiri lebih ke arah peradilan aja atau

bagaimana?

= Kstj itu kan dua satu advokasi kebijakan artinya kebijakan ini ditingkat

eksekutif di tingkat legislative di dprd atau di yudikatif aparat penegak hukum itu

ketiganya yang kita sasar maka yang kami lakukan adalh tidak hanya ke gubernur

tapi ke dprd ke pengadilan. Yang ke dua yaa advokasi membangun kesadaran itu,

jadi dua itu kami melihat tidak boleh dipisahkan, kita hanya membedakan saja tapi

dalam prakteknya tidak bisa dipisahkan. Kalo berat di salah satu contoh misalnya

kita gugat ke pengadilan terus masyarakatnya setuju terus gimana percuma dong,

masyarakatnya eh lu siapa lu siapa jangan ngomong 2 ngga setuju nah itu bahaya

juga tuh jadi berat kalo misalnya hanya di salah satu aja terus sebaliknya satuu

ajah di masyarakat tapi pemerintahnya ga kita gugat jdi yaa bagi kami yaa yang

bagus itu dua-duanya kita garap walaupun yaa harus pelan-pelan karena

perubahan itu kan butuh kan kalo dalam Bahasa santri karena saya santri kan

perubahan itu ada dua yaa ada yang bertahap disebutnya tarbiji perubahan yang

sifatnya kalo Bahasa anak uin itu secara gradual ada yang dafni perubahan yang

tiba-tiba kan yang bagus perubahan yang tardiji yang bisa kita ukur, perubahan

yang gradual perubahan pelan-pelan tapi ada progresnya. Kami juga di tempat lain

di Indonesia ikut mendorong untuk kita membangun kesadaran kritis di kalangan

masyarakat supaya mereka itu yang paling penting berdaulat di atas tanahnya

sendiri kalau di bawah masyaraktnya tidak kita dorong percuma kan kita gugat

Page 158: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxiii

kepengadilan. Selanjutnya adalah teluk Jakarta itu harus dikembalikan ke fungsi

semula sebagai kawasan apa yaa kawasan ini kawasan pesisir perairan karena dari

sisi historis misalnya Jakarta itu kan kota bandar kota pelabuhan kota perairan

kemudian juga kami melihat penolakan terhadap reklamasi teluk Jakarta itu kan

ada kesadaran kultural lah ada kesadaran historis bahwa ada keterikatan yang

sangat kuat misalnya yang harus kita lihat . maksud saya gini di teluk Jakarta itu

ada pulau namanya pulau onrust pernah denger yaa jadi pulau onrust itu salah

satu peninggalan belanda jadi di situ ada artefak bersejarah yang penting menurut

kami yang tidak boleh dihilangkan dengan adanya reklamasi itu terancam jadi

sejarah Jakarta itu kemudian terancam akibat adanya reklamasi jadi itu salah satu

isu yang kami angkat. Lalu Ada persoalan mengenai isu air, atau isu perubahan

iklim jadi gini kenapa kalo di kita pelajari di isu yang dianggap boleh pemerintah

dalam reklamasi teluk Jakarta itu diangkat misalnya isu perubahan iklim kenapa

karena laut akan naik maka harus ditanggul lalu logikanya kan begini kalau ada

air terus ditaruh batu kan ini akan naik. Nah kita ingin membantah juga bahwa

solusi anda itu keliru jadi proyek anda yang dianggap akan mengatasi atau

menyelesaikan persoalan perubahan iklim itu bukan solusi bukan obat tapi

penyakit baru yang akan anda timbulkan yang sedang anda sedang buat jadi kalo

mau ditambah misalnya tadi ada isu kesadaran historis, ada isu perubahan iklim

lalu ada isu pangan dan banyak isu ditambahkan dari situ. Lalu eh misalnya di

marunda itu kan ada mba isma pernah ke marunda belum yaa nah di marunda itu

ada rumah si pitung yakan itukan kesadaran sejarah bagaimana si pitung tuh

melawan penjajah belanda nah kalo ada reklamasi itu habis itu jadi sudah tidak

ada lagi itu peninggalan sejarah yang berharga yang bisa dipelajari oleh generasi

kita gitu itu isu lain yang menurut kami.

I: Saya penasaran bagaimana reaksi nelayan-nelayan waktu awal

mengetahui kalau ada pulau di laut mereka?

= Yang jelas gini masyarakat tuh ga tau, nelayan tuh ga tau ada pulau karena itu

biasanya aktifitasnya di malam hari yaa secara tertutup tau-tau udah jadi dan

mereka kaget. Kenapa karena mereka ga dilibatkan dalam perencanaannya. Itu

artinya bahwa ini bukan kebijakan untuk masyarakat ini kebijakan untuk

kepentingan bisnis kalangan tertentu . reaksi mereka tentu eh marah karena itu

tempat ikan kan, tempat ikan diuruk ilang ikannya. Terus kata mereka lah terus

saya makan apa gituu. Itu hal yang mendasar tapi penting karena bicara perut yaa

bicara pangan, lalu respon yang lain adalah eh yang mereka lakukan langsung

mereka membuat konsolidasi kita harus lawan.

I: Jadi ada juga kesadaran dari mereka?

= Yaa lalu kita koordinir supaya gerakannya tidak tercecer begitu, kita kordinir

lalu kita buatlah semacam langkah-langkah bersama supaya ke depan ini menjadi

gerakan satu gitu gerakan yang terkonsolidasi dengan baik. nah itu juga apa

namanya yang kita lakukan. Jadi sampe sekarang kalo mba aida mau ke muara

angke kita bisa tunjukkan komunitas mana yang melakukan penolakan. Atau hari

senin atau terserah si waktunya mba aida hari senin itu aka nada ketua nelayan ke

sini. Jadi nanti bisa gali informasi atau mba aida datangnya agak sorean jadi

Page 159: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxiv

setelah kami saya ada rapat dulu dengan kawan-kawan nelayan jadi setelah itu

bisa daripada ke angke jauh kan. Tapi kalau mau dapat foto-foto bisa ke sana.

Baru kemaren itu saya dari muara angke ke pulau g ada sekuritinya

I: Itu bangunan di atasnya udah jadi yaa ..?

= Itu pulau D, pulau d itu susah naik kita harus dari darat naiknya karena

dibawahnya udah batu-batu. Tapi kalau pulau g karena masih pasir kita bisa

mendarat disitu. . nah kalau pulau d itu memang sudah ada bangunannya yang

udah disegel. Karena yang udah jadi itu G CD FIK

I: Tapi kalau pulau D saya liat di twitter ada orang yang masuk

= Yaa kami juga boleh tapi harus diinteregosai dulu, anda mau ngapain udah izin

blm ke kantor kan gitu itu udah jadi kawasan privat. Nanti akan saya tunjukan

juga ininya

I: Jadi kalau G itu yang disegel sama nelayan dan yang lain

= Nah iyaa itu pulau G, kalau saya udah apa yaa maksudnya pulau D G C itu udah

tau. Tapi kalau pulau D itu karena harus lewat darat susah privat kan ada jembatan

putih itu kalu naik pesawat keliatan itu, itu ngga bisa kalau dari laut karena

pinggirannya itu sudah dipagari batu dan paling besar itu pulau C D memang

panjang ke tengah laut itu pengembangnya banyak duitnya itu.

I: Berarti pulau-pulau yang lain itu udah jadi blm

= Nah baru itu G F I K sama C D

I: Jadi yang lain masih rencana

= Ada sebenarnya yang udah ada N, jadi yang udah ada itu sejauh pengetahuan

kami di lapangan penguat kami di lapangan G, F, I, K, C, D, sama N.

*menunjukkan pamphlet*

Nah ini misalnya salah satu kampanye yang kami buat, kami ini bikin dua versi

Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris karena kepentingannya juga untuk eh yang

lain. Nah yang Bahasa Indonesia yang ini kami sebarkan ke banyak tempat di

Indonesia, ini alasan-alasan kami menolak. Lalu Bahasa inggrisnya juga sama kita

bikin apa narasinya dalam Bahasa inggris supaya juga kawan-kawan di luar negeri

kan paham oh ini alasannya kan gitu. Ini contoh yang kita buat.

Ini yang kami temukan di lapangan, bahkan terakhir kemaren ada sudah banyak

nelayan-nelayan yang tidak melaut meninggalkan perahunya karena mereka harus

melaut lebih jauh, mereka habis solar tapi ngga dapet banyak ikan jadi

pengeluaran lebih besar dari pemasukan dan akhirnya mereka memutuskan wah

udah kalau gini kita besar pasak daripada tiang dan akhirnya beralih profesi itu

yang kami temukan terbaru kemaren. Dulu-dulu ada dua orang tuh dia pergi

misalnya ke terminal lebak bulus atau ke pulo gadung kerja jadi ini pemulung

sampah itu kami temukan.

Page 160: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxv

Sebenernya dampak itu memang benar nyata tapi yang pro terhadap reklamasi itu

kaya menafikan. Menafikan yaa. Nah ini juga penting mba aida satu hal yang

kami lakukan juga yaa kami menggandeng akademisi takutnya bukan takutnya

biar kita punya justifikasi ilmiah tentu kami juga ilmiah karena reset di lapangan.

Tapi kalau itu dibunyikan oleh ilmuwan oleh orang yang paham isunya itu lebih

kuat contoh misalnya kami menggandeng ahli oceanografi dari ITB namanya pak

Alan Koropitan

I: Yaa waktu itu ada diskusi di LIPI saya juga datang..

= Nah ada yaah, pak Alan itu jadi teman kita. Yang kedua misalnya kami juga

libatkan pak Muslimin ahli teknik kelautan ITB yang ketiga misalnya kita juga

hadirka pak Dedi antropolog LIPI . nah kalau ke LIPI pasti tau pak Dedi itu. Nah

mereka jadi ahli di pengadilan, kami libatkan karena apa karena keterangan para

ahli itu penting untuk menguatkan gugatan kita gitu.Itu juga saya pikir perlu

dicatat. Itu yang kami lakukan jadi menggandeng para akademisi yang punya

keberpihakan terhadap masyarakat dan keilmuwannya jelas gitu. Nah ini kan

dampaknya ini kan tentang pasir yaa, pasir ini ngangkutnya dari Banten Pulau

Tunda, jawa barat ini banyaknya dari bogor ada yang dari Belitung yaa Belitung

itu pulau Bangka kebanyakan diambil pasirnya dibawa oleh kapal tongkang ke

Jakarta, ada juga yang dari lampung ada yang dari sumatera ada yang dari bekas

gunung Krakatau, ada dari banyak tempat. Itu juga jadi satu isu lain, masuknya ke

isu tambang, tambang pasir gitu. Ini kan kita buat untuk memudahkan info grafis

ini, misalnya satu mengubah bentang alam kita mudahkan lah bahasanya gampang

diini orang , ada ancaman longsor, rusaknya sumber daya air, rusaknya ekosistem,

bukan kebutuhan, menggusur, memperbesar kantong kemiskinan, memperburuk

kondisi perempuan, terus ada yang alih profesi. kalo misalnya mba aida ke muara

angke itu bisa ditanya berapa banyak nelayan-nelayan yang sudah ga melaut

karena reklamasi. Itu bisa jadi temuan terbaru karena reset terakhir itu saya tahun

2016. Dua orang nelayan itu, mungkin sekarang bisa lebih. Tapi 2016 saat saya

melakukan reset ini dua orang sekarang kayanya udah lebih. Itu apa aja beralih

profesinya ada yang pemulung ada yang kuli bangunan

I: Kalo misalnya ada alih profesi dari para nelayan, bagaimana dengan

perempuan nelayannya mas?

= Macem-macem jadinya, ada yang jadi ART, nanti bisa dicek, ada yang jadi

tukang cuci, tukang nyetrika kan ga ada pilihan lain buat bantu biaya rumah

tangga

I: Sebelumnya kenal Kiara dari mana mba aida

= Kenal Kiara tuh awalnya saya udah banyak baca tentang kstj ini, terus pokonya

Kiara walhi yang selalu muncul kan terus kebetulan dapet info dari dosen saya

kalo misalnya ada diskusi di lipi yang oktober 2017. Saya disitu ikut kebetulan di

sana ketemu bang Tigor sih jadi dapet kontaknya terus langsung ke sini.

Sebenarnya udah lama sih harusnya, tapi baru sempet kemarenan ke sininya.

Oh kemaren sempet ke sini yah

Page 161: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxvi

I: Iyaa minggu kemaren terus katanya lagi pada keluar

= Oh iyaa saya lagi ke Makassar.

Sudah punya dokumen-dokumen tentang misalnya resetnya lipi tentang policy

papernya lipi temuannya KKP(Kementerian Kelautan dan Perikanan) itu penting

Kiara jadikan bahan advokasi berbasis data karena kan temuan, tentu kami juga

melakukan reset yaa tapi untuk memperkuat ininya KKP ininya lipi semakin

kokoh kan argumentasi kita. Itu sudah banyak ehh kalo mba aida blm punya nanti

bisa kopi apa namanya dokumen-dokumennya termasuk buku-buku yang pernah

diterbitkan Kiara. Kita sudah advokasi ini sejak tahun 2009 udah lama. Jadi yaa

mba isma datang ke tempat yang tepat. Karena kawan-kawan di luar negeri tuh

saya akan ke siapa kalo tanya soal reklamasi itu

I: Yang tadi, gerakan di masyarakatnya sekarang udah ngga ada demo-demo

kaya 2016…

= Karena gini, kenapa demonstrasi sekarang ga seperti 2016, karena satu 2016 itu

memang puncak-puncaknya dikeluarkan surat izin pengembang, memang

ahoknya juga seperti orang menantang masyarakat kan, ngga ada ikan ngga ada

nelayan di sana jadi kira-kira gitu. Sekarang kondisi berbeda dengan terpilihnya

anis, dia menampung nelayan-nelayan masuk ke balai kota jadi diajak diskusi, oke

gimana nelayan gitu. Jadi sekarang aksinya itu bukan di jalan, tapi masuk ke balai

kota. Jadi kan Kiara itu masuk tim tim gubernur untuk percepatan pembangunan,

nah ada kawasan pesisir kan yang jadi satu ininyaa.. nah di situ juga ada kawan-

kawan nelayan dari muara angke yaa. Diberikan ruang supaya mereka

menyampaikan pandangannya, jadi demonya sudah berubah, bertransformasi

bentuk dari dulu aksi di lapangan teriak-teriak sekarang masuk karena sudah

diberikan ruang oleh anis silahkan ngomong di balai kota gituu

I:Memang waktu zamannya Ahok memimpin ngga diberikan ruang untuk

berpendapat?

= Ngga haha dihajar dilawan sama ahok kan kaya nyari musuh ahok itu. Nah itu

yang membedakan situasinya sekarang. Jadi saya ngeliat anis itu mungkin juga

ada dalam tanda kutip ada kekhawatiran kalau ngga diberikan ruang dia akan terus

di demo. Nah saya udah ikut beberapa pertemuan dua atau tiga, jadi rencananya

tahun depan akan ada, ini masuk dalam perencanaan di dki itu mau ada agenda

membersihkan pencemaran di sungai dan pesisir lalu ada agenda selanjutnya

adalah menempatkan lagi housing rightnya hak perumahan nanti .. jam berapa

sekarang kayanya perlu sholat dulu , nah setelah sholat nanti saya bisa tunjukan

ada banyak apa kaya semacam temuan-temuan penting untuk mba aida liat latar

belakangnya yaa. Karena dengan bantuan visual bisa lebih mudah memahami

gituu

Saya ingin tunjukkan beberapa hal ke mba isma tapi dari penuturan tadi ada yaa

gambaran. Nah ini salah satu yang kita publikasi dapet dari mana

I: Dari Mba Susan…

Page 162: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxvii

= Oh iyaa Mba Susan, nah kami juga terbitkan publikasi untuk membangun

kesadaran berpikir kritis. Nanti bisa dicopy presentasi isinya yaa. Jadi ini beberapa

reset. Nah ini sebetulnya akar masalahnya kita juga udah sering bilang gini, kan

ada persoalan, apa persoalannya kita identifikasi dulu teluk Jakarta itu apa sih

persoalannya satu ada pencemaran, ini 13 sungai ini kan bermuara ke teluk Jakarta

kan nah ada perusahaan2 yang buang limbah ke sini makanya suka banyak ikan

mati mendadak kan gitu. Lalu yang kedua ada penataan yang tidak adil, jadi

kemaren saya bawa nelayan Malaysia itu kaget alamakk katanya, jorok ngga rapih

pokokya apa yaa tidak manusiawi sementara disebelahnya Cuma dibatasi sungai

dan laut sudah daerah elit. Ini juga kawasan reklamasi, ini juga dulu kan hutan

mangrove nah dulu walhi di sini advokasinya itu 2012. Nah ini perumahaan yang

elit, jauh banget kan seperti langit dan bumi. Nah ini ada masalah kemiskinan,

sanitasi di teluk Jakarta itu

I: Sekarang kaya gitu masih ada ya (merujuk pada gambar sanitasi

masyarakat di Muara Angke)

= Masih, nanti kalau berkunjung ke sana bisa diliat. Air bersih di sana susah.

Anak-anak main dilumpur, tapi mereka bahagia aja. Ibu-ibu ini kalau mau air

bersih sangat bergantung pada luar. Untuk air bersih mereka sangat bergantung

dari luar, mereka harus beli untuk kebutuhan sehari-hari, masak , minum kalo

minum mereka air kemasan kebutuhan sehari-hari ini kaya masak, mandi, cuci.

Nah ini kemiskinan yang dipelihara. Nah ini ada empat persoalan, ada juga

persoalan lain persoalan land subsidence penurunan muka tanah nah itu. Tahun

2009 Kiara sudah melakukan reset tentang reklamasi di teluk Jakarta nanti saya

bisa kopikan, ini nanti isinya bisa dibaca. Ini dulu banyak yang minta jadi kita ga

cetak ulang tapi pdfnya masih ada ini.

Putusan mk itu ginilah kira-kira ini kebijakan sih, jadi negara itu mengadakan

kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengawasan tujuannya apa ini tafsir dari MK

terhadap UUD pasal 33 ayat 2. Jadi kalau reklamasi itu private ownership atau

closed ownership kepemilikan tertutup yaa sementara yang diinginkan UU itu

open ownership atau common ownership kepemilikan bersama. Bahaya ini karena

dari semangatnya aja sudah bertentangan. Waktu dasar hukum Ahok

mengeluarkan izin reklamasi itu kan pake Perppres 52 1995, di situ reklamasi juga

bukan sebenarnya dalam artian membangun pulau baru nah kalau misalnya itu

yang dijadiin dasar , itu gimana

Iyaa jadi gini, itu kan perpress itu udah dibatalkan oleh prepress 54 2012

sebetulnya udah dibatalkan tapikan cari-cari landasan hukum yang sebetulnya

ngga relevan apalagi sekarang udah ada UU baru harusnya dia paham lah, tapi di

suratnya itu kan dia tidak memasukan karena dia pilih sesuka dia pilih-pilih aja

kira-kira aturan mana yang bisa jadi justifikasi reklamasi. saya ga tau di UIN

belajar ini ngga, gagasan sien tuh penting karena dia menempatkan manusia itu

sebagai apa pusat pembangunan yah, manusia itu bukan hanya buruh. Jadi kalau

pakai argumentasi sien maka pembangunan itu harusnya meningkatkan

pertumbuhan dan kapabilitas manusia nah dalam konteks reklamasi itu kan ngga,

masyarakatnya bukan dijadikan sebagai aktor utama dalam pembangunan di

pesisir tapi dia menjadi korban.

Page 163: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxviii

I: Waktu awal menginisiasi demo menolak reklamasi di teluk Jakarta

mereka langsung setuju aja ?

= Setuju karena kawan-kawan di muara angke di teluk Jakarta khususnya itukan

gerah yaa pulau ini dianggap sebagai sumber kesialan karena ikan berkurang kan

tapi siapa yang menggerakkan, yaa kita yang menggerakkan kita tutup, kita segel

pulau ini. Dulu kan ini tinggi, sekarang ini udah rendah, udah turun udah

tergenang air sekarang pulau itu. Itu tergenang air itu, ini kan dulu ini artinya apa

ngga aman reklamasi. saya ngga pernah mundur karena kita kaji sisi hukum juga

kita punya data-data lapangan.

Yang penting sih gini kita ingin bangun satu kita ingin bangun kesadaran di public

lebih luas, kedua pada level kebijakan kita ingin ubah gituu kan. Itu yang kita

lakukan. Makanya di lapangan medianya adalah kita apapun media yang ada kita

manfaatkan untuk advokasi jadi sebenernya perincian pekerjaan teknis itu ngga

kita bahas tapi kita bahas agenda besarnya ke public, ke media.

I: Kalau bikin yang gini diedarinnya kemana aja…

= Diedarinnya kita berbagai tempat

I: Jadi ini salah satu bentuk penyebaran ide

= Iyaa, Kiara itu kan punya anggota dari aceh sampe maluku. Yang kedua ada

mitra strategis yang bukan anggota contoh misalnya kita punya kawan nelayan di

lampung itu kita sebar juga ke mereka.

I: Terus film yang tadi itu judulnya apa yaa ..

= Oh itu rayuan pulau palsu, nanti saya perlihatkan. Film ini udah diputer di

mana-mana, dibanyak negara, di eropa. Dulu ada anak unpad tapi jurusan ilmu

komunikasi dia juga pernah datang ke sini diskusi, dia meneliti dampak dari film

ini kalau dia.

I: Ini film tahun berapa

= Tahun 2016. Ini penting untuk dilihat, ada subtitle Bahasa inggrisnya. jadi ngga

Cuma bisa dilihat oleh kita aja, karena film ini juga diputar di beberapa negara ya

intinya sih untuk membangun kesadaran bahwa dampak pembangunan dari

adanya reklamasi akan lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya karena

memang kan manfaatnya hanya untuk segelintir kelompok saja kan seperti itu sih

mbak.

Oke mas Parid, terima kasih sudah mau menyediakan waktu membagikan persepsi

KSTJ tentang reklamasi teluk Jakarta.

2. Wawancara dengan Bagus Tito Wibisono (Ketua Bem UNJ 2016-2017 dan

Kordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia 2016-2017/Partisipan KSTJ) di

Restoran Yoshinoya Condet, 8 Desember 2018

Page 164: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xxxix

I: Jadi gimana mas awal mula keikutsertaan mas Bagus dalam menolak

reklamasi Teluk Jakarta ini?

= Jadi awalan kita aksi tolak penggusuran, itu depan balai kota Jakarta dari situ eh

kita lupa saya dulu koneksinya gimana ya intinya kita kenalan sama banyak orang

ketika aksi, kemudian mereka bikin aksi kita gabung, kita bikin aksi mereka

gabung gitu gitu. Sampe kita sepakat waktu itu kumpul di LBH sama di organisasi

perempuan, Solidaritas Perempuan kita ngumpul di sana sepakat bikin Koalisi

Selamatkan Teluk Jakarta.

I: mas Bagus udah sering ikut aksi dong pada saat itu?

= wah kalau dibilang sering sih ya lumayan, karena dulu kan kasusnya sengit

banget ya jadi perdebatan di mana-mana. Jadi setiap ada satu hal yang keluar dari

pemerintah terkait dengan reklamasi dan biasanya sih pastinya ngaco kita

langsung turun ke jalan. Dulu tuh ada cerita, saya pernah dibentak-bentak sama

Ahok haha waktu itu kita bagi tim, saya kebagian menemui pak Ahok dulu tuh

kan biasanya dia suka nemuin warga-warga pas pagi-pagi mau masuk balai kota

nah di situ saya ketemu dia kaya menghadang gitu lah kan Ahok tuh tinggi banget

ya jadi agak lucu juga sih waktu itu haha gue waktu itu nanya langsung soal

kenapa reklamasi tetap dilanjutkan kenapa izinnya tetap dikeluarin gitu wah di

situ dia bentak-bentak gue panjang deh mau ngebales juga ngga enak karena

wartawan pada ngumpul gitu kan.

I: emang nilai atau hal apa yang mendorong mas Bagus untuk ikut aksi

menolak reklamasi Teluk Jakarta ini?

= wah kalau nilai sih jelas ya, dari awal yang jadi pertanyaan kita tuh reklamasi

ini buat siapa? Apa buat masyarakat pesisir Jakarta, buat nelayan, buat mereka

yang tinggal di pinggiran? Coba kalau diliat harga per meter tanah di sana aja tuh

udah 10 juta permeter, sekarang siapa coba yang mampu beli tanah yang

semeternya 10 juta, ya jelas kan? Kita mah ngga akan mampu beli tanah harga

segitu, jadi jelas lah reklamasi tuh buat siapa. Dari awal reklamasi ini udah ngaco

soal perizinannya, banyak yang dilompatin tapi main jalan aja proyeknya. Belum

lagi kerusakan yang diakibatkan dari jalannya itu proyek, lingkungan ekonomi

masyarakat jadi terganggu semua. Terus kalau udah gini kan berarti gila kalau

tetep dilanjutin aja.

I: kalau selain aksi turun ke jalan gitu, apa aja yang udah dilakukan untuk

menyebarkan nilai yang dianggap penting dalam melawan reklamasi Teluk

Jakarta?

= waktu itu sih kita sering bikin diskusi-diskusi ya, jadi mengundang perwakilan

dari kstj misal di kampus mana ngadain diskusi soal reklamasi terus ngontak gue

buat jadi pengisinya, kadang kalau ada waktu dari kstj juga dateng maparin hasil

kajiannya. Kalau dari bemsi sendiri juga bikin kajian, dan kita menjadikannya

sebagai kajian online yang bisa diakses semua orang melalui web bemsi tapi

sekarang webnya udah ngga bisa diakses sih kayanya kalau dulu kita sering pos di

sana. Selain itu lewat instagram juga sih kita aktif, misal mau ada diskusi atau aksi

pasti kita pos di ig bemsi atau ngga instagram gue pribadi juga.

Page 165: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xl

I: kenapa persoalan reklamasi Teluk Jakarta menurut mas Bagus penting?

= jelas penting, Karena ini menyangkut segala aspek dalam kehidupan masyarakat

nelayan khususnya dan bisa jadi Jakarta bahkan tempat-tempat lain juga. Kalau

reklamasi tetap dilanjutkan, bisa kebayang gimana nanti laut akan hancur, kalau

laut udah hancur jelas kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan juga akan

sangat berpengaruh mereka bisa kehilangan mata pencaharian mereka untuk

hidup. Ada kepentingan mereka yang terpinggirkan dalam proyek ini, sejak awal

pun mereka tidak dilibatkan tapi dalam pelaksanannya mereka yang paling

terdampak.

I: menurut mas Bagus sendiri nilai paling serius yang diangkat dalam

gerakan menolak reklamasi ini apa? Sampe mas Bagus merasa perlu untuk

terlibat dalam gerakan ini?

= kita jelas sih, alasan kita menolak reklamasi juga bukan hanya sebatas kita ngga

terima aja tapi semuanya ada dasarnya. Kita bicara juga ada data kajiannya, kita

ngga mau teluk Jakarta tuh makin berantakan lagi, sekarang aja kan tau sendiri

gimana keadaanya gimana kalau ditambah reklamasi kan. Sejak awal proyek ini

juga ngga transparan dalam prosesnya, merusak dalam pembangunannya,

mengganggu lingkungan, sosial dan paling terasa ekonomi masyarakat nelayan

pesisir Teluk Jakarta. Jadi kami merasa perlu menyampaikan hal ini ke

masyarakat, bahwa yang pada saat itu sedang terjadi di Teluk Jakarta adalah

sebuah perusakan bukan malah pembangunan yang katanya demi masyarakat

Jakarta.

I: menurut Mas Bagus sendiri reklamasi teluk Jakarta ini masih relevan

ngga sih sampai saat ini?

= ya selama apa yang menjadi tuntutan kita terwujud sih persoalan ini akan terus

relevan. Karena gimanapun juga kan keputusan final mau dibawa kemana ini

reklamasi masih belum jelas. Masih belum jelas ke mana arahnya, saya juga

belum tau lagi mengenai kelanjutannya gimana. Tapi ya selama reklamasi ini

belum ada kepastian hukum yang jelas, isu ini akan tetap relevan karena

menyangkut banyak hal bukan Cuma masyarakat di Pesisir Teluk Jakarta aja.

I: kalau dengan adanya KSTJ ini menurut Mas Bagus efektif ngga sih untuk

menyuarakan atau memberikan edukasi ke masyakat tentang reklamasi

Teluk Jakarta?

= gimana ya, kalau soal efektif atau ngga efektinya sih saya ngga bisa nilai pasti

tapi paling ngga dengan adanya KSTJ ini bisa memberikan perlawanan terhadap

katakanlah kesewenang-wenangan dalam pembangunan, paling ngga bisa sejenak

menghentikan proses reklamasi yang udah kecolongan juga kan kita, terus

semakin banyak juga yang tau kalau ada persoalan reklamasi di Teluk Jakarta itu

sih yang penting.

Page 166: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xli

3. Wawancara dengan Iwan (Ketua KNT MuaraAngke/Nelayan/Partisipan

KSTJ), di Muara Angke, Kamis 29 November 2018

I: Pas tau awal mula ada reklamasi gimana pak ?

= Waktu itu sih tahun 2013 yah, eh kita belum tau apa itu reklamasi taunya urukan

aja. Dulu tuh kita-kita nelayan Cuma ngomong-ngomong aja gitu, itu ngapain di

laut (merujuk aktivitas kapal-kapal besar di lokasi reklamasi) diuruk-uruk gitu.

Mulai resah kan kita, orang laut diaduk-aduk gitu yaa ikan-ikan bisa pada mati

dong. Ngadu tuh ke kelurahan, gimana itu pak (merujuk proyek reklamasi), yaa ga

bisa apa-apa itu kan proyek pemerintah katanya. Sampe akhirnya temen-temen

aktivis dari Kiara, Walhi datang ngasih tau kalo itu reklamasi, ngejelasin ke kita

dampak-dampaknya dan semuanya sama kaya yang kita rasain selama ini. Mulai

dari situ mereka bantuin kita untuk demo sampe ngegugat ke ptun.

I: Emang sebelumnya ngga ada sosialisasi mau ada reklamasi pak ?

= Ngga ada itu sosialisasi ke kita kalo mau ada reklamasi. tau-tau udah jadi aja itu

pulau. Kita ngadu ngga ditanggepin kan yaa jadinya kita lawan aja. Ngga bisa gini

mau makan apa anak istri kita kalo laut diuruk.

I: Kapan mulai aktif melakukan gerakan penolakan reklamasi ?

= Dari tahun 2014, 2013 kan mulai jalan tuh nah 2014 kita mulai gerakin nelayan-

nelayannya. Awalnya mah pada susah diajakin buat demo. Kalo ikut demo takut

ngga bisa masak ngga dapet uang kan soalnya (tidak bekerja) tapi kita terus kasih

pengertian kalo reklamasi jadi nanti kan kita malah ngga dapet apa-apa, ilang

mata pencaharian orang lautnya diacak-acak gitu kan ikan-ikan juga pada mati

pada kabur alhasil jadi pada mau tuh ya walaupun awalnya emang susah tapi kan

kita ngerasain sendiri gimana adanya reklamasi bikin kita susah dapet ikan kalo

udah susah dapet ikan berarti kan kita ga dapet pemasukan.

I: Awal gabung dengan KSTJ gimana pak?

= Awalnya sih temen-temen dari Walhi Kiara kan dateng ke sini, kebetulan saya

juga ketua KNT di sini, berembuklah kita katanya agar gerakan ini menjadi

gerakan yang punya satu tujuan biar tujuannya dapat bersama-sama tercapai kita

harus bersatu gitu ya kalau saya sih demi kebaikan bersama ya emang lebih baik

gitu, makin banyak orang kan makin kuat gitu ya buat melawannya juga kita bisa

bersama-sama daripada sendiri-sendiri kan, kita banyakan aja kadang ngga

didenger apalagi kalau sendiri haha

I: Jadi waktu itu sering turun ke jalan pak?

= Ya sering mba, ke kedubes Belanda juga pernah tiap ada persidangan kita kawal

di depan pengadilan, terus demo ke balai kota demo ke kementerian-kementerian

yang terkait sama reklamasi ini kaya kementerian kelautan, kementerian

lingkungan hidup, kementerian maritime juga kita datengin mba biar mereka

mendengar bahwa kami masyarakat teluk Jakarta sampai kapanpun akan menolak

Page 167: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlii

segala bentuk pembangunan di laut teluk Jakarta yang akan mengganggu kami

dalam mencari nafkah.

I: Kalau selain demo gitu, kegiatannya apa lagi pak buat menyuarakan

persoalan reklamasi Teluk Jakarta?

= selain demo sih kita suka bikin pertemuan di sini mba ngebahas banyak hal

mulai dari langkah selanjutnya yang mau kita ambil, ngga cuma di sini sih kadang

di lbh juga ngundang wartawan juga terus saya juga pernah diundang di acara tv

mba ya menceritakan aja apa yang kami rasakan sebagai masyarakat yang

terdampak adanya reklamasi ini. Suka diajak ikut diskusi juga mba pernah tuh ke

kampus mana saya lupa ditanyain soal reklamasi gimana dampaknya ke

kehidupan, ke hasil tangkapan, terus ditanyain pendapatnya tentang reklamasi

gimana. Ya saya sih ngomong sejujur-jujurnya yaa mba kalau reklamasi cuma

bisa bawa kesengsaraan aja buat kami masyarakat nelayan kecil, bohong itu kalau

dibilang reklamasi dibangun buat warga Jakarta iya warga Jakarta tapi yang punya

duit doang, sementara kita paling disingkirin mba.

I: Emang apa sih pak nilai atau yang mau bapak sampaikan pada

masyarakat saat melakukan aksi seperti demo?

= satu ya mba kalau reklamasi ini bukan hal yang diperlukan Jakarta, Indonesia

lah katakanlah wong kita ini negara kepulauan kan ngapain bikin pulau baru ngga

masuk akal, kedua proses reklamasi yang sudah kadung terjadi ini membuat saya

dan temen-temen nelayan kecil kehilangan wilayah tangkapan ikan kalau ngga

ada wilayah tangkapan mau dari mana kita dapet ikan, ada yang lebih jauh tapi

kan berarti ongkos nambah mba itu juga belum tentu dapet ikan karena airnya

tetep keruh pulang-pulang paling cuma dapet ikan kecil-kecil cuma buat makan

doang ngga bisa dijual sementara kita harus nutupin biaya melaut jadi serba salah

lah mba, serba salah serba susah, belum lagi lingkungan iya itu yang kaya saya

bilang air laut jadi keruh ikan-ikan pada banyak yang mati terus kalau udah kaya

gini apa ngga aneh kalau tetep aja dilanjutin. Kita mau masyarakat tau kalau ngga

beres ini reklamasi, cuma mainan buat orang-orang yang punya duit doang ini,

sementara saya rakyat kecil mba yang hidupnya bergantung sama laut mau

gimana nanti kalau lautnya dijadiin pulau-pulau gitu.

I: Pak hal apa sih yang mendorong bapak untuk ikut terlibat menyuarakan

ide soal penolakan reklamasi ini?

= ya kalau saya sih jelas ya mba, ini menyangkut soal hidup tempat saya cari

makan mau dihilangkan begini kalau kejadian saya mau kasih makan apa istri dan

anak saya. Belum lagi laut ikan jadi pada mati air laut keruh kalau udah gitu mana

ada ikan yang mau hidup di air yang keruh kan, kita moratmarit cari pinjeman

buat melaut eh pas pulang dapetnya ngga seberapa malah kadang ngga nutup duit

yang dipinjem. Kalau bukan kita yang melawan ini siapa lagi kan mba, siapa yang

mau berdiri pasang badan buat kita kalau bukan kita sendiri jadi saya dan temen-

temen di sini yang alhamdulillahnya dibantu sama kawan-kawan di lsm kita saling

bahu membahu lah mba mempertahankan teluk Jakarta biar ngga diacak-acak

seenaknya sama yang punya uang.

Page 168: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xliii

I: Sejauh mana keyakinan bapak akan keberhasilan gerakan penolakan yang

dilakukan bapak dan kawan-kawan di KSTJ?

= ya harus yakin mba, kalo ngga yakin ngapain kan kita ke sana-ke sini nuntut

untuk reklamasi agar dibatalkan. Dan sejauh ini apa yang kita suarakan kan udah

dapet perhatian dari media dan pemerintah mau ngga mau harus ngedengerin juga

kan ya walaupun dulu emang agak susah ya mba waktu gubernurnya Ahok Cuma

kan sekarang udah ada yang baru yang mau nampung keluhan dan aspirasi kita

jadi kita tambah optimis bahwa reklamasi akan dihentikan karena memang

harusnya begitu kan. Ngga ada manfaatnya sekali ini reklamasi buat kami mba

selain Cuma membawa kesusahan dalam hidup kami.

I: Menurut bapak sampai sekarang ini masih relevan ngga sih pak persoalan

reklamasi teluk Jakarta buat bapak?

= kalau menurut saya pribadi sih ya mba karena saya yang ngerasain dampaknya

gitu ya sampe belum ada keputusan yang sah dan tetap tentang reklamasi buat

kami persoalan ini akan tetap relevan mba untuk terus dibahas. Gimana kelanjutan

pulau yang sudah terlanjur jadi itu, untuk yang pulau G kan kami minta

dihilangkan saja karena lokasinya tuh lokasi kami mencari ikan, kalau pulau itu

tetap ada kami akan tetap kesulitan karena kan jadi tetep harus muter agak jauh

dan itu memerlukan biaya lebih lagi. Jadi selama belum ada keputusan yang

emang bener-bener baik untuk kepentingan kami nelayan dan masyarakat pesisir

Jakarta saya rasa reklamasi teluk Jakarta akan tetap relevan.

I: menurut bapak dengan adanya KSTJ dan bapak ikut terlibat di dalamnya,

apakah cukup efektif untuk menyuarakan atau mengedukasi masyarakat

tentang reklamasi teluk Jakarta?

= yang saya rasain sih mba sangat efektif sekali, kami kan di sini yang

sebelumnya ngga tau apa itu reklamasi jadi tau kan ya karena temen-temen dari

lsm, kita juga menggugat ke PTUN kan dibantuin juga, kalau bukan karena

temen-temen kiara, walhi, lbh dll yang gabung dalam KSTJ akan kesulitan juga

mba. Pasti suara kami akan susah didengar sama pemerintah, tapi karena ada

bantuan dari temen-temen kami jadi lebih siap dan yakin untuk tetep melawan dan

menolak reklamasi di Teluk Jakarta ini.

I: Nah baru-baru ini kan gubernur Anis baru mengeluarkan pencabutan izin

untuk ke 13 pulau reklamasi ya pak, tanggapan bapak gimana?

= ya kita sih seneng mba, karena emang kan itu yang menjadi tuntutan kita selama

ini. Tapi kan belum ada keputusan terkait yang 4 pulau itu kan, sementara empat

pulau itu tuh yang udah bikin hidup kami jadi ngga karu-karuan lah mba, itukan

pulau G itu wilayah tangkapan kami, jadi kalo di situ ditimbun berarti kami harus

memutar lebih jauh untuk menangkap ikan kalau udah gitu berarti kami butuh

modal yang lebih besar kan untuk menjangkau wilayah yang lebih jauh. Jadi ya

pokoknya sih kita minta itu pulau G dari yang tadinya tidak ada dikembalikan ke

tidak ada lagi aja.

Page 169: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xliv

4. Wawancara dengan Khalil (Anggota KNT

MuaraAngke/Nelayan/Partisipan KSTJ), di Muara Angke, Kamis 29

November 2018

I: Jadi waktu awal pertama kali tau ada yang reklamasi di teluk Jakarta itu

gimana pak ?

= Yaa kalau kita mendengar isu dari teman-teman semua, dari ini dari semua dari

tv dari apa yang ditayangkan akan terjadi itu pulau reklamasi 13 sungai yang ada

di teluk jakarta yaa saya karena merasa dari kecil jadi nelayan yaa dari umur 7

tahun saya sangat khawatir pada saat itu karena saya juga takut akan bagaimana

nanti saya mencari nafkah buat anak istri saya kalo lautnya mau diuruk dijadiin

pulau.

I: Oh udah lama di sini yaa pak ?

= Iyaa udah lama udah setengah umur, bilamana arset/akses jalan hidup saya ini

tertutup maka akan tertindas kehidupan anak istri di masa depan jadi di situ saya

sambil merenung artinya tidak inginlah kesengsaraan anak cucu saya di kemudian

hari atau tiga puluh tahun lagi atau lima puluh tahun lagi akan terdampak jika

terjadi reklamasi sangat merugikan dan sangat menyengsarakan bagi nelayan

kecil. Yaa kalau untuk nelayan-nelayan yang kerjanya dengan perusahaan orang-

orang asing seperti orang-orang Chinese, Jepang yang punya kapal cumi ya ga

terharu karena dia jalan pintasnya pun di tengah, kalau kita kan jalur usaha saya

jalur rezeki saya kehidupan saya di masa depan. Ini sangat sangat merugikan bagi

saya, jadi saya berontak demi saya dan masyarakat temen temen nelayan saya

berani untuk menggugat ke ptun dalam resiko apapun yang saya hadapi dengan

ikhlas artinya tanpa ada indikasi apapun karena saya secara transparan secara

netral bahwa kami nelayan akan siap dari lubuk hati saya yang paling dalam jadi

di situ saya selalu banyak mengucurkan air mata itu apakah tidak ada jalan pintas

untuk negeri ini, bukankah negara kita ini kaya raya bukankah pejabat negara

sangat sangat cerdas bukan untuk mendzolimi rakyatnya saya merasa nelayan

kecil dulu juga ada cita-cita pengen jadi petani karena terketuklah hati saya itu

mungkin untuk melanjutkan nenek moyang saya dengan orang tua saya, walaupun

hidup masih ditanggung orangtua saya dididik untuk jalankan usaha jadi nelayan.

I: Orang tua bapak juga nelayan

= Iya nelayan, dia nelayan apa aja selalu siap. Dulu waktu saya kecil itu

menyaksikan bahwa dia nelayan tradisional cari ikan apa bawal , ikan kembung,

ikan selar, ikan japu dulu saya masih inget ikan tembang semua ikan itu kalo di

jaring tembang itu memang modelnya melingkar tapi yang kena itu yang harga-

harganya lumayan. Yang masih saya inget itu saya mendapatkan sehari dulu

sepiring juga untung itu orangtua saya pesannya, itu udah paling enak makan

bubur beras satu piring yaa dalam sehari itu dibilang paling normal jajannya pun

Cuma singkong satu potong, dikit itu harus cerdas kata pesan orang tua saya .

jangan kamu disekolahkan walaupun ga lanjut sd yaa, orang tuh harus benar-benar

Page 170: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlv

cerdas tapi harapan itu saya tempuh walaupun bagaimana resikonya saya tempuh

dan meninggalnya orang tua saya diumur 7 tahun saya melanjutkan orangtua

perempuan saya. Tapi saya tetap berjalan berjuang pribadi sendiri dan sambil

meratapi hidup di mana kita berjalan kehidupan itu bersekolah sd walaupun ga

lulus yaa tapi sambil melaut sambil ikut bertani terus lambat laun, setelah saya

berkelana 18 tahun lamanya saya akhirnya saya milih untuk berdiam di muara

angke selama 25 tahun, umur saya 50 tahun berarti separo umur saya sudah saya

taruhkan di muara angke. Itu saya dari kecil udah tau di muara angke ini tempat

hidup saya juga walaupun dulu masih mendayung, berlayar tidak ada mesin.

Mesin juga yang kuat-kuat buat yang mampu sampe sekarang pun yang mampu

mah sanggup untuk menikmati hidup dalam arti saya tetep berlaku adil karena itu

derajat manusia berbeda-beda. Walalupun saya miskin saya tetap berjuang untuk

membela kebenaran dan keadilan karena seperti manusia itu walaupun jadi

nelayan saya ingin berjasa atau berjiwa besar bagi negara ataupun mengabdi

walaupun bentuknya jadi nelayan tidak ada pilihan lain karena karakternya saya

selamanya tetep nelayan.

I: Jadi waktu denger-denger mau ada reklamasi gimana tuh pak bapak

memutuskan untuk kita harus bergerak?

= Saya bergerak siang dan malam untuk melawan istilahnya kaya gerakan demo,

koalisi bergabung dengan walhi, lbh jakarta, Kiara, knti terus seluruh masyarakat

yang dari lontar yang kena abrasi dari pulau pari dari cilincing dari marunda

kamal dari kamal muara, muara angke semua bersatu bersatu padu untuk melawan

itu walaupun pada akhirnya banyak yang terlena karena hempasan angin sepoi-

sepoi biasa lah ibaratnya masuk angin tapi saya tetap tidak gentar walaupun

sampe dikeroyok ampe 20 orang, kata orang-orang komunitas mangrove dia

mengaku bahwasanya saya gamau apa kata dia saya ga mau kata pemerintah

setempat mengaku-ngaku dirinya yang paling mengokohkan masyarakat karena

saya sebagai nelayan kena dampak langsung kena kesusahan langsung kena

penderitaan langsung adanya reklamasi.

I: Dampak yang paling kerasa apa pak?

= Misalnya terutama kerasa kali itu satu ekonomi, kedua aktivitas kita kerja

terganggu juga memakan biaya menambah besar penambahan bahan bakar terus

kerusakan-kerusakan yang dulu saya capai bisa beli perahu baru bisa beli mesin

baru bisa bikin gubuk atau tempat hak tinggal kita anak dan istri kita, selama lima

tahun ini saya ga mampu, ada kalanya ada yang mampu sedikit antara satu dua

saja. Tapi pada dasarnya nelayan semuanya menderita semuanya merasakan sakit

di dada dan di jantung yaa jadi dulu pernah dinikmati oleh masyarakat tapi dulu

pernah dinikmati oleh masyarakat seperti masyarakat yang kuli-kuli, kerang tapi

sekarang mengambil jaring itu sudah tidak mampu, beli alat-alat pancing juga

sudah tidak mampu, jadi saya mengabdikan hidup saya jadi nelayan di muara

angke karena biota laut itu dari dulu menghidupi saya sebagai nelayan terus

gampang dicari menafkahi anak istri saya. Walaupun pada hakekatnya dihantem

gusuran budidaya kerangnya, sero ikan yang dulu saya pernah nikmati bareng

dengan teman-teman dari suku manapun dari Makassar dari bugis, ada bone ada

Page 171: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlvi

jawa beraduk di situ bersatu, dulu setelah 13 februari 2013 saya dilarang keras

bahwa ini laut Jakarta tidak boleh diadakan budidaya kerang tidak boleh diadakan

sero ikan itu sebelum Ahok, yaa beruntun terus setelah dari sini ke kamal juga yaa

gabung jadi walaupun jokowi ahok sama aja bertubi-tubi. Artinya tidak mengusir

secara gubernurnya tapi yang mengusir staf-staf atau antek-antek atau

bawahannya yang bekerja di perusahaan reklamasi paling tidak diperbolehkan

mendekat ke sini pak alasannya begini begini nanti takut banyak kehilangan ini

juga milik perusahaan, saya juga pernah di pulau itu hampir ditembak oleh aparat

perusahaan bahwasanya tidak boleh masuk mengambil ikan di situ alasannya

nanti rusaklah.

I: Jadi pas bapak ikut gerakan itu hal-hal apa saja yang bapak perjuangin?

Saya demo bertubi-tubi dengan teman-teman saya kompak bilamana saya

dirapatkan dengan teman-teman bahwa harus datengin ini harus datengin menteri

ini, saya datang insya Allah waktu itu saya masih sanggup walaupun perempuan-

perempuan nelayan atau anak cucu saya.

I: Mulai tahun 2013?

= Iya mulai tahun 2013 sampai bertubi-tubi sampai tahun 2017 saya terus melaju

walaupun banyak lemah, 15 orang saya tetap maju waktu itu kalau ngga salah di

kementerian kemaritiman perempuan sepuluh laki lima saya serang tanpa ada

takut ataupun gentar karena ini jangan sampe sengsara kelaparan di nelayan itu

terus menerus. Karena reklamasi ini membuat rakyat nelayan kecil akan

mendapatkan kehidupan buruk di masa depan di masa sekarang maupun di masa

depan karena yang saya rasakan sendiri itu ini akan membuat kita para nelayan

menderita dan akan mendapatkan kesengsaraan yang sangat sedih karena apa saya

katakan itu, uang belanja makin meningkat pengeluarannya pemasukannya makin

mengurang dan makin mengurang making mengurang karena tiadanya ikan, ikan

menjauh juga kadang-kadang mendekat juga waktu air bagus aja air jernih kalo air

kotor ngga ada ikan padahal sebelum reklamasi ngga begini air itu mendayu terus

bilamana air itu ada yang kotor sedikit terdampar di bibir pantai itu diserap ada

mangrove ada apa itu nah kalau sekarang ini kebanyakan diapit oleh pulau.

Sekarang mau melautpun bingung alatnya ngga mampu dibeli juga istri marah

anak keluarga ini yang diambil juga ngga menguntungkan itu prosesnya harus adu

banting kita dulu pernah ngambil ikan ataupun kerang di pulau G sekarang harus

ke tanjung pasir menjauh di tangerang harus ke ancol harus ke priuk itu ngga kaya

dulu kita pernah dinikmati nelayan-nelayan muara angke, sebentar dateng lima

belas menit nyampe ini sampe tiga jam perjalanan dua jam apalagi kalau kena

ombak kita ngga bisa melaut berhenti sejenak tapikan uang belanja harus tetap,

anak sekolah harus ada sangu jadi ya memang ada pembagian dari pemerintah

hanya minim minim termasuknya jauh dengan kita sebelum adanya reklamasi

kalau dulu sebelum adanya reklamasi berapapun biaya anak sekolah saya masih

mampu tapi kalo sekarang walaupun sudah ada bantuan dari pemerintah karena

penghasilannya tersendat-sendat nanti bisa berangkat nanti ngga kalo cuacanya

agak teduh bisa kalo ada kenceng ombaknya bessar sedikit ngga bisa karena diapit

pulau jadi kita ngga bisa melaju dekat terhalang itulah yang sangat parahnya lagi

Page 172: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlvii

kondisi apa muara itu jalur aktivitasnya nelayan itu dangkal tidak diperbaiki oleh

pemerintah karena itu kerjaannya orang pengembang terus dampak buruk di air

keruh ngga dipikirkan oleh menteri perairan, ikan-ikan jadi banyak yang korban

mati membusuk ngga dipikirkan itu kan dampak-dampak dari semua reklamasi

bahwa saya terus terang aja reklamasi benar-benar membuat apa merugikan

masyarakat nelayan kecil dan benar-benar menyesengsarakan, ngga ada istilahnya

menyenangkan kita.

I: Jadi nilai-nilai yang bapak perjuangkan bersama teman-teman nelayan

yang lain tuh apa aja pak kira-kira?

= Ya itulah yang saya perjuangkan bersama kawan kawan nelayan bahwasanya

kita ngga mau nasib hidup kita jadi terombang-ambing karena reklamasi kita ngga

mau laut kita diacak-acak ikan jadi pada mati kita mau itu kita mau keadilan kalo

nelayan juga manusia yang butuh laut untuk makan kalo lautnya mereka ambil

kita makan apa nanti mereka kan apa belum tentu lah itu mereka mau menjamin

hidup kita nelayan kan jadinya selama saya masih hidup masih sehat saya akan

terus memperjuangkan apa semua buat anak cucu di sini buat semua nelayan yang

merasa terugikan dengan adanya reklamasi di laut Jakarta. kita juga rakyat Jakarta

jangan lah dianggap di sini tuh udah ngga ada manusianya udah ilang semua itu

ikan-ikan, kerang –kerang di laut Jakarta yang katanya dibilang kalo di sini tuh

udah ngga ada ikannya kerangnya mengandung merkuri dibilang ya jelaslah ikan-

ikan juga pada kabur menjauh kalo lautnya diuruk tapi kan sebelum-sebelumnya

ikan di laut Jakarta itu masih melimpah kerang-kerang semua semua tapi memang

akibat yang ditimbulkan dari adanya reklamasi ini semua jadi sangat kacau balau

bagi kami kami tidak diberi akses untuk mengetahui apa itu yang ada di laut apa

yang terjadi pada tempat kami mencari penghasilan untuk hidup sangat amat

kecewa sakit hati saya diperlakukan seperti ini oleh mereka maka dari itu saya

akan terus memperjuangkan hak martabat saya sebagai seorang nelayan untuk

tetap bisa melaut di laut Jakarta ini sampai bilamana apa yang menjadi tuntutan

kita semua terpenuhi.

5. Wawancara dengan Ibu Asmaniah (Ibu Rumah Tangga/Masyarakat Pulau

Pari/ Partisipan KSTJ) pada saat Aksi Jalan Mundur yang dilakukan KSTJ

menuju Balai Kota DKI Jakarta, 24 Juni 2019

I: Sebelumnya ibu pernah ikut aksi seperti ini juga?

= Iya sering

I: Ibu sama pak Buyung sama dari pulau pari juga?

= Iya saya dari pulau pari, ke sini juga bareng sama Buyung pewakilan dari

temen-temen di Pulau Pari

I: Ibu dapet info dari mana tentang aksi ini?

= Itu dikabarin dari temen-temen KSTJ, lsm di sini, katanya mau ikut aksi ngga

soal ini. Yaudah saya ikut aja karena emang udah biasa kita sering ikut aksi-aksi

kaya gini

Page 173: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlviii

I: Kenapa ibu mau ikut aksi bu?

= Ya solidaritas neng, nasib saya juga sama, sama seperti nelayan-nelayan muara

angke. kalau kita ngga berjuang kaya gini pasti aja kita diinjek-injek neng. Jadi

sama aja saya sama temen-temen di muara angke, kita juga di pulau pari juga

soalnya ngerasain kesewenang-wenangan pemerintah. Terus kan reklamasi juga

bikin air di pulau pari jadi keruh, kan jadinya imbas ke kita di pulau pari kan

pariwisata ya mata pencaharian kita jadi ya secara ngga langsung kita juga kena

nelayan juga jadi susah nyari ikannya kalau lautnya keruh mah, ngga ada yang

mau ikan di laut yang keruh.

I: Jadi menurut ibu isu reklamasi juga penting untuk semuanya ya bu?

= ya penting neng, penting banget lah. Apalagi kita sebagai ibu perempuan ya,

udah suami ngga ada penghasilan tapi makan mah kan tetep aja harus ya neng,

pinjem sana sini juga belum tentu dapet ya serba susah lah neng. Mereka mah

mana tau kan, taunya bangun-bangun aja, kita yang kena susah cari uang, susah

makan semuanya.

I: Ibu masih punya keyakinan kalau apa yang ibu dan temen-temen

perjuangkan akan membuahkan hasil?

= Ya harus yakin neng, paling ngga kita berjuang dari dulu kan udah ada sedikit

hasilnya lah, reklamasi kan ngga jadi dilanjutin jadi kita harus yakin pasti bisa ada

hasilnya. Abis kalau bukan kita siapa lagi kan yang mau berjuang, ibaratnya hidup

mati kita tuh ya dipertaruhkan di sini.

I: Selain aksi turun ke jalan seperti ini, ibu pernah mengikuti aktivitas lain

bareng KSTJ bu?

= Suka diajak ketemuan diskusi gitu sama temen-temen lsm, nelayan-nelayan,

dikasih tau informasi-informasi tentang hal-hal yang kita perjuangin, nambah tau

juga yang tadinya kita ngga tau soal apa itu reklamasi, privatisasi pulau buat

tempat wisata jadi tau jadi kita juga bisa paham apa yang kita perjuangin ini ngga

asal ikut-ikut aja

I: Bu selain solidaritas yang tadi ibu bilang, ada hal lain lagi ngga sih bu

yang membuat ibu sampai mau ikut aksi ikut diskusi gitu?

= Apa ya neng, eh kita mah nuntut keadilan aja lah neng buat kita cari nafkah, cari

makan untuk hidup lah intinya mah. Supaya anak bisa sekolah dengan tenang

karena ibu bapaknya bisa punya penghasilan lagi. Padahal mah kita ngga nuntut

macem-macem asal tempat kami mencari nafkah tuh tidak usah diganggu

bilangnya buat pembangunan lah padahal kan pembangunan itu bukan buat kita,

buat siapa coba pasti yang pada punya duit neng.

I: Sampai kapan bu mau ikut aksi bareng sama temen-temen kstj ini?

= Ya sampai tuntutan kita terpenuhi, saya akan tetep ikut neng.

Page 174: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

xlix

6. Wawancara dengan Andhika Prakasa (Mahasiswa/Karyawan/Partisipan

KSTJ), melalui surat elektronik/email, pada Sabtu 20 Oktober 2018

I: Sejak kapan tau tentang reklamasi Teluk Jakarta ?

= Saya sih taunya sejak tahun 2015 ya pas lagi rame-ramenya tuh sampe ke 2016.

Mulai pembirataan di sana sini, isunya gencar banget seiring dengan aksi-aksi

yang dilakukan nelayan dan kawan-kawan.

I: Apakah tau tentang Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) ?

= Ya, saya mengetahui KSTJ. Karena kan emang isu reklamasi di jakarta ini

banyak dibantu oleh organisasi-organisasi lain seperti lsm, mahasiswa dan

nelayan terus aktivis juga kan yang kemudian menjadi satu bikin koalisi yang

semuanya saling kerjasama gitu buat gimana caranya tujuan yang menjadi awal

dari gerakan ini bisa terealisasikan.

I: Apakah pernah ikut langsung dalam gerakan penolakan reklamasi Teluk

Jakarta, misal demo ? jika pernah sudah berapa kali ? bisa diceritakan

bagaimana awal mula anda ikut aksi tersebut ?

= Ya, saya pernah mengikuti aksi JTR, untuk berapa kalinya saya lupa, awal mula

saya hanya menyuarakan isu JTR melalui media sosial saja, lalu ketika ada info

terkait aksi di depan kedubes Belanda saya ikut turun aksi langsung karena

rasanya kurang cukup kalau hanya melawan lewat media sosial saja. Kita waktu

itu rame banget pas aksi di depan kedubes Belanda, bawa poster-poster, pamphlet

gitu yang isinya seruan untuk menghentikan reklamasi lah unek-unek masyarakat

nelayan juga pokoknya.

I: Selain dalam bentuk aksi turun ke jalan(demo) kegiatan apa lagi yang

pernah anda lakukan atau datangi perihal penolakan reklamasi Teluk

Jakarta ?

= Kalo selain turun ke jalan sih saya juga pernah ikut diskusi gitu. Di kampus saya

juga pernah ngadain acara diskusi terkait dengan isu JTR(Jakarta Tolak

Reklamasi) ini. Dari sini juga saya jadi gencar buat menyebarkan isu terkait isu

JTR ini di kalangan supporter persija. Kebetulan saya kan supporter persija tapi

bukan JakMania ya beda itu haha, ya bersama-sama dengan kawan-kawan Persija

Fans yang lain buat lebih aware lah sama isu ini karena kan ya gimana ya proyek

ini tuh kan ngawur dari segi legalitasnya segala macem istilahnya mau bikin

Jakarta tambah bermasalah lah. Kita juga suka bawa spanduk-spanduk yang isinya

penolakan kita terhadap reklamasi di Jakarta pas Persija lagi tanding supaya

supporter persija yang lain bisa liat juga lah.

I: Nilai apa yang mendorong anda untuk ikut terlibat menyebarkan ide

penolakan reklamasi Teluk Jakarta ?

= Wah kalo nilai-nilai sih yang banyak lah dan jelas gitu terlihat makanya saya

ikut gerakan JTR ini. Pertama sih karena nilai kemanusiaan ya kalo reklamasi ini

tetap ada dan dilanjutkan bisa dibayangin berapa puluhan ribu nelayan yang akan

Page 175: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

l

kehilangan mata pencahariannya buat hidup, berapa jumlah perempuan dan anak

yang akan lebih terbebani karena si bapak nelayannya kan jadi ga bisa melaut. Itu

kan sama aja kaya merampas hak mereka untuk hidup hak mereka sebagai

manusia untuk hidup. selain itu ada nilai keadilan ga Cuma keadilan buat manusia

tapi juga buat lingkungan dan ekosistem yang ada di teluk Jakarta, kalo reklamasi

di Jakarta tetap ada bisa dibayangin kan tuh gimana keadaan laut nantinya, gimana

keadaan Jakarta apalagi kalo pas musim hujan kan, sekarang aja ibaratnya tuh

hujan dikit langsung banjir ya apalagi ini lautnya diuruk mau kemana lagi kan

airnya bermuara yaa yang kena ujung-ujungnya masyarakat pesisir juga yang

tinggal di deket laut juga ada keadilan perihal perizininan terkait proyek ini yang

sangat berantakan karena menabrak beberapa peraturan tertinggi yang ada. Dan

pastinya ada nilai keadilan sosial dan ekonomi yang akan lebih tercorengi kalo

reklamasi tetap dilanjutkan maka dari itu JTR ini penting buat kita semua biar

mereka yang pengen main-main dengan lingkungan kita ga segampang itu

sewenang-wenangnya bahwa kita juga punya suara bahwa kita juga bisa bergerak

ya harus terus digalakan.

I: Selain lewat twitter, media apa lagi yang digunakan dalam menyebarkan

ide penolakan reklamasi Teluk Jakarta ?

= Semua sosial media yang saya punya sih haha kaya Facebook, instagram, path,

line semua deh yang bisa saya sebarin soal JTR ini supaya isunya juga nyampe ke

orang –orang.

I: Mengapa persoalan reklamasi Teluk Jakarta menurut anda penting ?

= Penting sekali karena proyek tersebut menurut saya menentukan wajah Ibukota

Jakarta di masa yang akan datang, bagi saya reklamasi tersebut akan

menimbulkan banyak masalah baru dan menambah parah masalah yang sudah

ada, seperti kemacetan, kepadatan penduduk, kerusakan ekosistem alam di darat

maupun perairan. Jadi kalo dibilang seberapa penting ya penting bangetlah karena

dampaknya pun ga Cuma akan dirasakan oleh masyarakat di pesisir Teluk Jakarta

ya, tapi pasti ke kita juga masyarakat Jakarta bahkan bisa masyarakat di provinsi

lain yang wilayahnya juga ikut terdampak dari reklamasi karena ini akan jadi

seperti efek domino gitu satu masalah yang ada akan menimbulkan masalah lain.

I: Menurut anda permasalahan reklamasi Teluk Jakarta seperti apa yang

perlu diperhatikan ? nilai yang paling dominan/sering disebarkan kepada

followers ?

= Yang terpenting adalah efek dari reklamasi tersebut karena jika kita tahu efek

buruk dari reklamasi tersebut maka kita akan sadar betapa penting kita menolak

proyek tersebut, seperti sekarang kan sudah bisa dilihat baru beberapa pulau yang

dibangun tapi sudah ada dampak-dampak pada sosial ekonomi dan lingkungan di

Teluk Jakarta yang gak kalah penting juga terkait izin proyek yang asal-asalan

perlu kita dorong masyarakat peka terhadap izin proyek tersebut jangan mau lah

kita terus-terusan dibodohi oleh oknum-oknum di pemerintahan atau swasta soal

perizinan gini. Maka dari itu kan KSTJ menggugat ke pengadilan terkait dengan

Page 176: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

li

perizinan, dan ga mudah juga prosesnya di pengadilan tapi kita harus tetap

berjuang.

I: Menurut anda seberapa serius permasalahan reklamasi di Teluk Jakarta ?

nilai apa yang menurut anda paling serius yang diangkat dalam gerakan

penolakan reklamasi Teluk Jakarta ? mengapa anda merasa perlu terlibat

dalam gerakan penolakan ini ?

= Wah sangat serius sih, karena banyak banget persoalan yang akan muncul dari

adanya reklamasi ibaratnya lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya gitu.

Seperti masalah tentang kemanusiaan, kerusakan alam dan keadilan sosial

ekonomi karena tiga hal tersebut sih yang membuat saya yakin dan benar-benar

terus menyuarakan tolak reklamasi Jakarta ini. Kalo ditanya kenapa saya merasa

perlu untuk terlibat dalam gerakan ini ya karena ada nilai-nilai kaya yang udah

saya sebutin tadi tuh tercoreng lah dengan adanya proyek ini, nilai-nilai yang saya

yakini dan junjung dalam hidup ini dan karena juga saya merasa jadi bagian dari

warga dki Jakarta yang harus aware lah kalo ada yang kurang benar dari kinerja

pemerintah dki Jakarta.

I: Menurut anda apakah isu reklamasi Teluk Jakarta masih relevan saat ini

? Apakah perlu diubah ?

= Untuk saat ini sih isu tersebut masih relevan, dikarenakan belum ada kepastian

yang final terkait isu tersebut, jadi isu ini terus gencar disuarakan walaupun saat

ini fokus kita adalah menjadikan pulau2 reklamasi yang sudah jadi dapat

bermanfaat bagi warga jakarta dan terus mengawasi pulau-pulau yang belum

dibangun jangan sampai ada kelanjutan pembangunan pulau-pulau yang belum

jadi tersebut.

I: Menurut anda dengan adanya KSTJ apakah efektif untuk menyuarakan

dan mengedukasi masyarakat mengenai permasalahan reklamasi Teluk

Jakarta?

= Menurut saya jika dibandingkan dengan aksi bali tolak reklamasi, KSTJ masih

sangat kurang efektif dikarenakan KSTJ kurang inovasi dan kampanye-kampanye

terkait isu jakarta tolak reklamasi tersebut. namun jika terkait legalisasi di

perizinan reklamasi yang digugat, KSTJ sangat efektif karena terus mengawal

proses yang ada di pengadilan sampai kasus-kasus lain di luar perizinan reklamasi

seperti kekerasan yang dialami anak pak Khalil juga dibantu oleh KSTJ. Tapi kita

memang ga bisa melawan hanya lewat jalur hukum aja, jadi memang penting

untuk kita aksi turun ke jalan dan terus menebar informasi-informasi tentang

reklamasi teluk Jakarta yang benar ya sampai nanti reklamasi ini ngga dijalan lagi

dan tujuan kita semua demi Jakarta berhasil.

I: Bagaimana pendapat atau pandangan anda tentang dicabutnya izin

reklamasi 13 pulau di Teluk Jakarta ?

= Ya inilah tuntuntan kita pada saat gubernur kampanye sebelum pemilu DKI,

saya melihat sangat baik langkah yang diambil oleh gubernur jakarta saat ini.

Page 177: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lii

Paling tidak ada harapan bahwa apa yang kita perjuangkan selama ini bisa sedikit

menghasilkan hasil yang baik buat kehidupan nelayan, lingkungan juga semuanya

lah.

I: Bagaimana pendapat anda tentang pemerintahan yang sebelumnya dalam

persoalan reklamasi Teluk Jakarta ?

= Menurut saya pemerintah sebelumnya terlalu ambisius untuk melanjutkan

proyek kuno ini tanpa melakukan riset terbaru atas kondisi alam jakarta saat ini,

sehingga izin-izin atas pulau tersebut yang tidak jelas. Jadi semua aturan-aturan

yang memang harusnya dipenuhi dulu malah main diterabas aja, dan mestinya kan

praktek seperti ini gak boleh dibiarkan terjadi karena nantinya malah akan

menimbulkan masalah yang gak berkesudahan.

7. Wawancara dengan Oman (Divisi Pengorganisasian KNTI (Kesatuan

Nelayan Tradisional Indonesia) pada Aksi Jalan Mundur yang dilakukan

KSTJ menuju Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 24 Juni 2019

I: Sejak kapan ikut terlibat dalam KSTJ?

= Pribadi atau KNTI?

I: Pribadi dan KNTI

= Kalo pribadi sih aku masuk KNTI dari 2018 kalo KNTI nya emang dari awal

pembentukan KSTJ, Cuma emang apa ya awalnya tuh diprakarsai lah mulai dari

reklamasi dari mulai kasus reklamasi mencuat awal itu berarti kan 2016-2017 lah

ya, 2016 itu Jokowi memberikan izin Ahok yang nyiapin pulau kasarnya kan gitu

ya, Anies yang ngasih IMB nah dari situ sih mulai pergerakannya si KSTJ ini dari

awal reklamasi ini akhirnya yang turun mungkin kalo sekarang ada di RZWP3K

dan kawan-kawannya.

I: Selain aksi-aksi ada kegiatan lain apalagi?

= Advokasi sih, kaya misalkan kita sekarang lebih menekankan pada RZWP3K

yang saat ini kan lagi ditarik kembali, ya posisinya KSTJ itu memberikan kaya

misalnya mungkin pemetaan partisipatif zona wilayah nelayan menurut versi si

nelayan ini loh, dan terus mengadakan advokasi-advokasi ke pemerintah, yaa

mungkin ke TGUPP nya, mungkin ke DPRDnya atau secara langsung ke

Gubernurnya.

I: Memangnya bagaimana cara kerja KSTJ sendiri secara kan terdiri dari

berbagai organisasi yang ruang lingkupnya berbeda?

= Kalo itu sih ya berdasarkan tujuan dari organisasinya masing-masing, ya

misalkan KNTI kan fokusnya ke nelayan juga ke lingkungan, WALHI kan ke

lingkungannya, KIARA juga ke nelayan dan lingkungannya, kalo LBH gitu

mereka ngurus perihal gugatan ke pengadilan sih. Kalo mahasiswa ya gini, selain

aksi-aksi juga memberikan kajian-kajian terkait persoalan ini. Yang lainnya juga

begitu sih ya tergantung aja. Tapi kita masih tetap dalam satu tujuan yang sama.

Page 178: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

liii

I: Sebenernya bukankah TGUPP ada bagian dari KSTJ?

= Engga sih sebenernya, Cuma timnya aja sih. Ngga secara langsung ya di

TGUPP, Cuma timnya aja, pembisik lah ya bahasanya staff ahlinya gubernur

mungkin ada dari tim TGUPP dan ada dari KSTJ.

I: Kalo nilai yang mendorong untuk ikut terlibat dari KNTI dan abang

sendiri apa?

= Untuk terlibat? Ya kondisi nelayan hari ini. Kalo misalkan KNTI kan focus ke

nelayan ya, maksudnya dari kondisi sekarang di teluk Jakarta dengan adanya

reklamasi terus juga pembangunan tanggul laut, NCICD gitu kan itukan

pengaruhnya langsung ke nelayan dan mereka kan ga ada partisipasinya tentang

kajian amdal, tentang kajian lingkungan itu mereka ngga ikut andil. Bahasanya

kaya gitu. Jadi mungkin di situ concernya kita lebih ke nelayan. Kasarannya

ruang tangkap mereka hak-hak mereka itu diambil lah ya bahasanya kaya pulau

reklamasi nih itu kan dulu misalnya mereka gini misalnya nih mereka mau

mancing ruang tangkap mereka di sini, rumah mereka di sini nah di sini ada pulau

reklamasi otomatis kan mereka tambah cost kan, yang biasanya di sini tinggal

motong sekarang mesti muter lagian kan di tempat reklamasi yang sekarang itu

zona tangkap mereka karena itu kan masuk teluk Jakarta secara ga langsung kan

nah itu yang ngga pemerintah liat, menganggap bahwa kondisi teluk Jakarta itu

sudah tidak sehat lah, sudah tidak ada ikannya lah ya pokoknya bagaimana

mereka bikin diksi-diksi yang seolah-olah bahwa teluk Jakarta dan pantainya itu

sudah tidak sehat, concernya sih seperti itu. Akhirnya si kstj ini mendorong itu

bahwa hak-hak nelayan dan di sana itu masih ada ikannya bahwa kerusakan alam

di teluk Jakarta berasal dari proyek itu.

I: Jadi menyeluruh yaa pembelaan terhadap hak-haknya hak lingkungan

sosial, ekonomi?

= Iya, yang akhirnya kan imbasnya ke nelayan secara ekonomi sosial semuanya.

I: Kenapa menganggap reklamasi di Teluk Jakarta ini begitu penting?

= Coba kalo aku Tanya mbaknya reklamasi buat siapa? Hehe itulah kenapa

penting, maksudnya yaa ini akhirnya buat siapa ya okelah menurut peraturan yang

dikasih itu pake Pergub 206 2016 itu 35% milik pengembang lah tapi hari ini

IMBnya keluar, gedung banyak yang ngga punya IMB ngga digusur karena

mereka punya uang, hari ini gedung-gedung di pinggiran jalan di bantaran kali

mereka ngga punya IMB kenapa langsung gusur. Di reklamasi pulau C pulau D,

900 IMB coy ngga diancurin disegel doang karena mereka bayar dan Anies

statemennya adalah karena mereka sesuai prosedur, mereka ngga punya IMB

mereka bayar denda akhirnya itu gedung ditahan dan dikeluarinlah IMB padahal

kan itu motong kompas tuh. Padahal tidak semudah itu hanya dengan membayar

denda. Karena mengeluarkan IMB itu ada 12 step, step pertamanya itu yg

RZWP3K yang sampai hari ini belum disahkan.

I: Itu yang menjadi persoalan KSTJ kali ini?

= Ya untuk focus di reklamasinya si itu.

Page 179: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

liv

I: Selain aksi-aksi gini, bagaimana membagikan ide-ide penolakan reklamasi

?

= Workshop sih biasanya kita bikin agenda workshop, mengundang temen-temen

nelayan yang terdampak secara langsung yah kaya misalnya Angke, Pulau Pari,

Pulau Seribu, Kalibaru yang kaya gitu kita ajak untuk workshop bahasanya kita

apa yaa bertukar pikiran lah ya, kondisi di Angke kaya gimana, kondisi di

Kalibaru gimana, kondisi di Cilincing gimana, Cilincing kan depannya pulau N,

Angke depannya pulau G, belum lagi sekarang tuh Angke lagi mau dibuat

pelebaran kali adem kan. Jadi mungkin kita adain workshop lah, dari situ kita

bikin rencana tindak lanjut apa nih yang akan kita lakukan. Kaya gitu sih lebih

seringnya kita workshop workshop.

I: Kalo buat ke masyarakat luasnya sendiri gimana?

O: Nah itu dari situ, kita kan bikin agenda-agenda maksudnya kan kita hadirkan

nelayan di situ bersama nelayan kita melakukan advokasi dari hasil itu, misalnya

rencana tindak lanjut kita apa bikin rencana pemetaan partisipatif, bikin rencana

pemetaan versi nelayan berarti kan bersama nelayan itulah maksudnya

persinggungan si KSTJ ini bersama dengan nelayan dan masyarakatnya langsung.

Kita berpartisipatif bareng, kita tandain nih oh ini fishing ground temen-temen, ini

tempat temen-temen nyari kerang, ini tempat temen-temen nyari ikan nyari

rajungan sebagiannya itu lah. Itu peran-perannya ke masyarakat.

I: Sejauh ini merasa KSTJ membawa pengaruh yang mungkin signifikan

untuk masyarakat?

= Signifikan ngga signifikan sih itu apa yah, ya nilai sendiri lah ya kalau itu.

Cuman yang jelas kita akan terus mendorong lah yaa untuk mendorong

pemerintah bahwa nelayan itu masih ada bahwa masyarakat itu harus hadir

Karena kan menurut UU RZWP3K tentan zonasi laut itu kan diwajibkan untuk

part audiensi terhadap masyarakat. Tapi hari ini ngga, ngga tau masyarakat yang

mana yang diajak, entah tetangganya bu RT kek atau siapa gitu harusnya kan

masyarakat terdampak langsung misalnya nelayan Angke cuman kan sekarang ini

karena nelayan Angke nya eh ini rebek, udah tetanggaku aja yang dateng biar

ngga rebek gitu. Paling sih kaya gitu sih. So far sih kita masih di jalur kita untuk

menolak reklamasi. Core besar kita adalah membongkar pulau reklamasi. Goal

besar kita itu. Bongkar pulau reklamasi kembalikan laut Jakarta.

I: Memang sebenarnya lebih bermanfaat dibongkar atau tidak dibongkar?

= Nah itu yang jadi pertanyaan, kalo ngga dibongkar ya itu buat siapa, untuk

masyarakat? Seperti apa?

I: Sekarang Anies menyebut pulau itu pantai?

= Ah itu gimmick lah, orang kan jadi mikirnya itu pantai. Kaya Ancol gitu buat

rekreasi padahal kan ngga, itu pulau bos ngga bisa. Kan maksudnya aja

dampaknya kan banyak, dampak kajian lingkungannya ada kaya misalkan

flushing air jadi lama, air yang tadinya dari kali kan keruh nih kotor kalo misalkan

Page 180: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lv

ngga ada pulau reklamasi dia langsung nyebar ke Teluk Jakarta misalnya dia

Cuma butuh waktu 1 bulan untuk pembersihan si airnya itu, karena ada reklamsi

dia kan tersendat nih jadi ngumpul gitu si air kotornya ini jadi flushingnya lebih

lama lagi mungkin ada 2 bulan 3 bulan, terus juga jadi sedimentasi lumpur-

lumpurnya itu jadi banyak menyebabkan pendangkalan. Makanya goal besar kita

adalah kita minta dibongkar aja. Memang utopis lah ya bahasanya Cuma kalo

bikin goal besar yaa sebesar-besasrnya dong kita harapannya sebesar-besarnya.

I: Jadi C D G dan N?

= C,D, G dan N. Nah yang N kan masuk KSN(Kawasan Strategik Nasional),

sekarang isunya yang diangkat kan hanya C D G C D G terus, masalah izin C

sama D karena udah ada bangunannya, udah ada kafetarianya, udah buka malah

kan, IMB nya juga lagi panas kan. Kalo G emang belum jadi baru pengerukan,

Cuma kan emang luas banget itu. Pulau N ini kan KSN untuk pelabuhan tanjung

priuk 2 kalo salah tolong diklarifikasi yah jadi ngga terlalu terblowup kaya di sini

karena itu ya KSN, kalo KSN kan ngga bisa gimana-gimana lagi jadi si RZWP3K

itu petanya petanya KSN ditempelin sama peta RZWP3K nah sisanya itu pemda

yang ngurus, pemprov lah ya sorry sorry. Pemprov yang ngurus, nah akhirnya di

situlah ramenya si ini mintanya gini, sebenernya sih ngga bisa juga nelayan kaya

gitu karena ikan kan pindah-pindah ya kan masa iya ikan misalnya jarak kita

berapa mil gitu ngga bisa kan, ikan kan jalan terus, ngga bisa sebenernya di peta-

petain.

I: Jadi kesannya itu meniadakan nelayan yah?

= Secara tidak langsung dengan yaa dengan adanya program-program. Kaya

misalnyakan isunya adalah bahasanya itu apa ya hmm memperindah muka teluk

Jakarta kan kalo di kampung nelayan, pernah kan ke kampung nelayan?

Kondisinya seperti itu kan, kaya misalnya ada kapal dateng, wah kok teluk Jakarta

begini, kumuh gitu loh itu bahasanya mereka itu akan memperindah muka Jakarta

lah yah kaya gitu. Tapikan kondisinya hari ini masih berapa jumlah nelayan di

teluk Jakarta, sepanjang teluk Jakarta dari Marunda sana sampe Dadap itu masih

ada nelayan.

I: Kalo dengan goalsnya KSTJ yang sekarang, optimis akan didengar?

= Mungkin agak sulit ya karena kondisinya udah kaya gini kan jadi rada sulit,

mungkin cuman pun tidak bisa dibongkar mungkin akan lebih menekankan di

pemanfaatan daerah pemanfaatan. Pemanfaatan untuk masyarakat seluas-luasnya

di luar 35% punya pengembang lah ya, Cuma kan akhirnya kita belum tau buat

apa, apakah perkampungan nelayannya yang akan dikesanain atau ada tapi di sana

gitu kan kita belum tau pemanfaatan seperti apa bertanya lagi kan ah ini

pemanfaatan yang seperti apa sih yak an , kondisinya kaya reklamasi yang udah-

udah lah ya PIK misalnya, PIK buat apa? Buat perumahan.

I: Sebelumnya kalo di era Ahok gimana?

= Sebenernya sih gini ya, nih aku rada kasar ya ngomongnya kalo Ahok tuh

mainnya straight langsung gusur gusur kan sama aja, kalo Anies kan dengan

Page 181: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lvi

gimmick lah ya gimmick yang alus “oke entar kita tidak akan melakukan

penggusuran cuman ada penertiban” ya sama aja. Kalo misalnya Ahok

statementnya sekarang kan dia bilangnya gini kalo misalkan pak Anies pake

pergub 206 2016 Ahok bilang detik itu saya keluarin IMB bisa kenapa saya ngga

karena saya masih liat apa izin lingkungan, RZWP3K belum ada kan gitu

akhirnya berpikirnya kaya gitu emang itu pergubnya Ahok yang ngeluarin 2016

kan, 2017 kan 13 pulau dicancel karena 4 pulau yang udah C,D,G dan N yaudah

ini yang kadung terlanjur ya ini akhirnya yang sekarang dibahas sama temen-

temen lah ya. Ya itu jadi cuman beda cara aja kan maksudnya kalo Ahok kan

cenderung kasar lah ya ibaratnya gusur gusur lah ya , lu ga punya IMB lu ganggu

sekiranya tata ruang RTRW lu gusur-gusur, oke entar gua pindahin ke mana.

Anies kan engga wah entar kita bikin pengembangan pelabuhan, nelayannya

geser.

I: Awal pemilu pas ada janji politik dari Anies itu optimis dari KSTJ?

= Nah itu kita udah bilang kan, awal ngga ada reaksi apa-apa karena kita kan wah

gubernur baru nih, harapan baru kan karena di 2017 siapa sih yang ngga seneng

bahwa reklamasi dihentikan dari 17 pulau 13 pulau izinnya dicabut dan tidak ada

proyek itu berlanjut. Jadi yaudah kita kirain udah selesai kan ya, jadi kita tinggal

urus gimana 4 pulau ini lah ya, eh si 3 pulau ini lah ya pulau N kita

kesampingkan, nah fokusnya di 3 pulau ini aja optimisnya ya saat itu aja

maksudnya di awal tuh kita yang wah bener orang nih, 2017 bulan oktober tuh

yah cabut semua izin reklamasi oke kita pikir aman aman lah ya oke kita jalan

jalan jalan eh tau-tau ada beginian.

I: Sebenernya sudah terprediksi ngga sih Anies bakal ngeluarin IMB atau

kaget juga nih?

= Itukan ada statemen dia yang bilang, dia tuh bilang ini kan ngga diam-diam dia

bilang ini sudah sesuai prosedur. Lah sekarang temen-temen tau ngga di sini

semua tau-tau bisa ngeluarin IMB? Ngga ada kan. Itu kan bahasanya ya diem-

diem juga sih sebenernya, orang ngga ada yang tau. Kok secepat ini, itu satu tahun

loh satu tahun penyegelan 2018 itu penyegelan ini 2019 keluar IMB pas banget

satu tahun, tanggalnya Cuma beda beberapa hari lah. Seolah-olah dia kaya

ngelempar-ngelempar gitu lah, kan kalo kita tau Anies retoris banget lah ya

maksudnya dia pinter mainin kata entar kita disampingin isu apa tau-tau yang di

sini yang dihajar kan kaya gitu. Statemen-statemennya dia yang bilang mau cabut

pergub 206 2016 sampe sekarang belom malah dijadiin dasar sama dia buat

ngasih IMB itu. Kita harus hati-hati lah ya, Anies kan dosen politik jadi dia

ngajarin orang berpolitik. Kaya gitu sih.

I: Merasa ditipu ngga sih?

= Ya pasti lah ya, kecewa sih masalahnya ditipu sih ngga Cuma kita kecewa aja

dengan statemennya dia. Ya mungkin seperti isu yang hari ini kita angkat,

kemunduran kebijakan yang diberikan ketika kebijakannya sudah bagus tau-tau

balik lagi. Kaya aksi kita hari ini akhirnya kan gitu.

Page 182: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lvii

I: Saya sempat wawancara salah satu nelayan, beliau bilang pulau-pulau itu

dari yang tidak ada harus kembali tidak ada. Tapi mereka harus turun ke

jalan lagi untuk memperjuangkan itu?

= Nah itu, masalahnya siapa sih yang mau bongkar tiga ratusan bangunan ya kan.

Rukannya aja berapa ratus.

I: Tapi dari pihak DPRD sendiri mendukung keputusan Anies?

= Nah itu kalo misalnya posisi DPRD hari ini kita ngga tau ya, karena hari ini, ini

perubahan ya pola baru ganti orang kan ya siapa yang naik siapa yang ngga naik,

pertaruhannya di sini. DPRD yang sekarang itu mau melemparkan bola panas ke

yang selanjutnya kah berarti itu dengan asumsi RZWP3K itu akan mundur kalo

misalkan engga dia harus diketok sebelum bulan oktober sebelum ngasih pr ke

yang selanjutnya berarti bahasa kasarnya kan yang di dalem kalo misalnya ngga

lanjut kan berarti kerja bakti besok kan udah ngga naik lagi kan. Terserah sih bola

panas RZWP3K ini mau disah-in kah sama DPRD yang sekarang atau dilempar

ke depan, nah syukur-syukur dilempar ke depan kita masih bisa spare waktu untuk

mendorong ya lah maksudnya kita punya bargaining power di sana buat ngasih

bahwa zona-zona tangkap nelayan bener-bener real buatan nelayan secara

partisipatif itu bisa diberikan. Semoganya kaya gitu. Kalo misalkan selesai

diketok palu ya kita urusannya ke MK, gugat itu sih paling.

I: Rencana kegiatan selanjutnya ada ngga bang?

= Hmm rencana kegiatan kita mau workshop tentang pemetaan partisipatif,

tanggal 3 kalo ngga salah. Itu temen-temen KSTJ dateng semua biasanya.

8. Wawancara dengan Pak Buyung (Nelayan/Masyarakat Pulau

Pari/Partisipan KSTJ) pada saat Aksi Jalan Mundur yang dilakukan KSTJ

menuju Balai Kota DKI Jakarta, 24 Juni 2019

I: Bapak asalnya dari mana pak?

= Saya dari Pulau Pari

I: Bapak tau dari mana soal aksi ini pak dan kenapa mau ikutan aksi kaya

gini jauh-jauh dateng dari Pulau Pari?

= Tau dari kawan-kawan di muara angke dan kawan-kawan di lsm mba kita kan

tetap menjalin hubungan soalnya emang persoalannya kan belum beres nih kalau

ditanya kenapa mau ikut ya Solidaritas. Teluk Jakarta masih jadi bagian dari kita-

kita orang, dari kita-kita nelayan. Kalau bukan kita yang ngelawan siapa lagi kan

mbak. Yang ngerasain dampaknya kita ya yang mau berjuang gini kita dengan

kawan-kawan mahasiswa lsm yang peduli lah atas nasib kita.

I: Memangnya di pulau pari ada reklamasi juga pak?

= Reklamasi sih tidak, tapi besar kemungkinan dampak air keruh dan air kotor

penyebaran hiruk pikuknya itu bakalan nyampe ke air Pulau Pari.

I: Sudah ada dampaknya pak?

= Iya sudah.

Page 183: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lviii

I: Jadi bapak merasa reklamasi ini isu yang penting karena ke semuanya

juga?

= Iya karena adanya reklamasi ini akan mematikan akses nelayan-nelayan yang

ada di kepulauan seribu.

I: Memang apa yang bapak perjuangkan dalam ikut aksi ini?

= Ya jelas mba dengan adanya reklamasi ini dampaknya akan menyulitkan kita

nelayan. Semua dari segi nelayan itu akan merasa kesulitan, ikan semakin ga ada

di laut tersebut dan hasil tangkap mereka berkurang dan jarak tempuh tangkap

nelayan pun semakin jauh dengan adanya reklamasi tersebut.

I: Memang menurut bapak dampak reklamasi ini seburuk itu pak?

= Adanya reklamasi itu, besar kemungkinan bakal menjadi dampak salah satu

pariwisata yang secara jelas-jelas kita sudah tau kepulauan seribu ini dibentuk

dengan pariwisata, dengan adanya reklamasi besar kemungkinan akan

memperkeruh air yang ada di pulau-pulau kami. Kalau sudah keruh begitu siapa

yang akan mati mata pencahariannya mba, ya kami karena kan daya tariknya udah

ngga ada lagi kalau air jadi keruh.

I: Jadi secara tidak langsung reklamasi ini akan mengganggu sektor

pariwisata di tempat bapak?

= Iya, perusakan karang, ekosistem laut itu semua hancur. Rumah-rumah ikanpun

tidak ada.

I: Udah pernah ketemu gubernur yang sekarang pak?

= Saya udah tiga kali ketemu sama pak Anies.

I: Ada dijanjikan apa pak?

= Janji-janji beliau itu “akan saya pelajari. Akan saya pelajari. Akan saya pelajari”

padahal mba di pulau kami tuh ngga hanya merasakan dampak reklamasi saja, tapi

sedang terjadi permasalahan yang jelas-jelas nyata, permapasan lahan,

perampasan tanah, berimbas dengan terjadi kriminalisasi terhadap nelayan.

I: Kriminalisasi seperti apa pak?

= Karena kami di pulau pari membuka pariwisata secara berswadaya masyarakat

dari tahun 2010 warga pulau pari membuka pariwisata secara swadaya

masyarakat. Di tahun 2014 2015 terbit sertifikat-sertifikat yang diterbitkan oleh

ATR/BPN buat perusahaan tersebut. Di tahun 2015 wisata yang secara swadaya

dibangun oleh masyarakat pulau pari itu sudah maju. Di 2017 terjadinya

kriminalisasi terhadap pengurus pantai swadaya masyarakat tersebut.

I: Bentuknya seperti apa tuh pak?

= Bentuknya dengan tuduhan pungli pungutan liar, kami jelas-jelas nyata kami

membangun ekosistem pariwisata secara swadaya masyarakat atas izin lurah atas

Page 184: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lix

izin bupati. Apa yang dilakukan masyarakat nelayan pulau pari itu apa berbentuk

salah apa tidak gitu. Karena yang mereka lakukan adalah pungutan retribusi

masuk pantai dengan fasilitas yang disajikan oleh pengurus pantai pasir perawan

tersebut. Kami membangun fasilitas yang ada dengan swadaya, tidak ada bantuan

dari pemerintah. Hasil yang didapat kita sajikan lagi untuk wisatawan untuk

pembangunan fasilitas saung-saung, tempat mereka santai, fasilitas-fasilitas yang

ada di pantai itu dibuat wisatawan yang berkunjung. Kita udah coba mengajukan

apa itu yang disebut izin pariwisata terhadap pemerintah tapi pemerintah

mempersulit nelayan-nelayan yang ada malah terbit sertifikat dari perusahan itu.

I: Jadi bisa dikatakan perusahaan itu punya izin dan bapak ngga punya

izin?

= Kalo dibilang ngga ada izinnya karena tanah tersebut sudah lima generasi mbak

di pulau pari itu, bahkan lebih dari 30 tahun atau 50 tahun masyarakat nelayan

pulau pari tinggal di sana.

I: Apa yang ingin bapak suarakan sebagai warga terdampak?

= Kekhawatiran di kami jelas nyata, masalah RZWP3K yang jelas-jelas belum

diterbitkan dan belum diketuk palu, pak gubernur telah berani mengeluarkan IMB

di reklamasi. Kami sebagai nelayan pulau pari nelayan pulau seribu kami takut

dampak IMB reklamasi akan berlanjut ke pulau kami. Makanya kami sebagai

nelayan mendukung perjuangan-perjuangan nelayan yang ada di teluk Jakarta

tersebut. Ini bentuk solidaritas kami. Lagipula mbak di RZWP3K itu, pulau kami

itu tidak ada pemukiman, jelas nyata kami telah tinggal 50 tahun lebih tapi di

RZWP3K kami tidak diakui oleh pemerintah tidak ada masyarakat tidak ada

pemukiman masyarakat. Itu yang kami tuntut.

I: Bapak yakin pemerintah akan memenuhi tuntutan itu?

= Selama kami yakin bahwa kami benar, kami yakin pasti ada jalannya mba

selama kami mau berjuang dengan sepenuh hati pasti kami bisa membuat

pemerintah memenuhi tuntutan kami.

Page 185: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lx

SURAT-SURAT TERBUKA

Siaran Pers Bersama Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta: (KNTI, KIARA, LBH JAKARTA, WALHI JAKARTA, PBHI JAKARTA, Solidaritas Perempuan, IHCS)

Hentikan Proyek Reklamasi Jakarta:

Merampas Laut Menggusur Rakyat

Jakarta, 2 Desember 2015. Seluruh Rakyat Muara Angke mulai dari laki-laki, perempuan, nelayan tradisional, pedagang ikan, tokoh masyarakat dan pemuda menyatakan deklarasi menolak proyek reklamasi Jakarta. Pernyataan penolakan ini merupakan sinyal besar bahwa reklamasi di Teluk Jakarta bukan hanya tidak dibutuhkan oleh nelayan dan masyarakat pesisir Teluk Jakarta, tetapi juga memiliki potensi dampak yang buruk terhadap kehidupan masyarakat. Mereka semua hanya akan menjadi penonton pembangunan tersebut dan kemudian terpinggirkan dari pembangunan yang tidak berkelanjutan dan patriarkis. Terutama bagi perempuan nelayan dan perempuan pesisir yang meskipun berperan sangat signifikan namun tidak diakui oleh Negara. Gugatan yang diajukan oleh Nelayan dan masyarakat pesisir terhadap izin pelaksanaan Pulau G telah memasuki proses penting yang terkait penyampaian fakta-fakta kepada majelis hakim. Seluruh proyek reklamasi termasuk Pulau G telah disadari akan berdampak buruk kepada masyarakat dengan ancaman bencana di Teluk Jakarta. Namun Basuki Tjahaya alias Ahok selaku Gubernur Provinsi DKI Jakarta tidak bergeming dan justru mempercepat izin reklamasi tanpa diketahui ada izin lingkungan yang wajib untuk setiap kegiatan yang akan berdampak kepada masyarakat dan lingkungan hidup. Alhasil masyarakat yang kemudian dikorbankan. Ditengah Konferensi Para Pihak dari Konferensi Perubahan Iklim, reklamasi merupakan proyek yang akan tetap mempercepat kerusakan lingkungan dan menambah beban perubahan iklim. Untuk itu Presiden Jokowi berkepentingan melakukan moratorium dan audit lingkungan hidup terhadap program reklamasi yang tersebar di lebih dari 10 kota pesisir di Indonesia. Upaya ini sebagai konsistensi sikap strategi diplomasi Indonesia di KTT perubahan iklim yang sedang berjalan. Karena tidak mungkin ada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dapat berhasil jika pemerintah tutup mata dengan penghancuran ekosistem pesisir seperti yang tengah terjadi dengan reklamasi Jakarta. Deklarasi ini sebagai upaya dari nelayan tradisional dan masyarakat pesisir Teluk Jakarta untuk memberikan tekanan bahwa proyek reklamasi Pulau G serta pulau-pulau lainnya harus dihentikan selamanya tidak hanya ditunda sementara. Klaim bahwa 80% masyarakat menerima adalah kebohongan yang nyata berdasarkan deklarasi 1000 masyarakat muara angke menolak reklamasi Jakarta. Proyek reklamasi tersebut hanya akan berujung kepada penurunan derajat kualitas hidup nelayan dan masyarakat pesisir.

Deklarasi Rakyat Muara Angke Menolak Reklamasi Teluk Jakarta

Kami Rakyat Muara Angke dan Warga Jakarta yang terdiri dari laki-laki,

perempuan, nelayan tradisional, perempuan nelayan, pedagang ikan, tokoh

Page 186: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lxi

masyarakat dan pemuda-pemudi menyatakan menolak proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Proyek Reklamasi yang ditetapkan oleh Rezim Orde Baru tidak didasarkan oleh kebutuhan masyarakat pesisir Teluk Jakarta tetapi hanya menjadi kepentingan

properti pengeruk kekayaan alam. Rakyat pesisir Teluk Jakarta akan terus dikorbankan oleh proyek reklamasi

sebagai “pembangunan yang tidak lestari dan tidak berkelanjutan. Proyek reklamasi hanya menguntungkan ekonomi bagi pengusaha properti dan

penguasa yang zalim. Reklamasi merugikan rakyat secara sosial dan mengancam pelestarian dan

perlindungan lingkungan hidup. Untuk itu kami dari warga muara angke menyatakan menolak seluruh proyek

reklamasi yang sedang berlangsung di Teluk Jakarta. Kami juga mendesak baik kepada pemerintah pusat dan Pemerintah DKI Jakarta

untuknmenghentikan pembangunan proyek dan mengembalikan fungsi lingkungan hidup dengan tujuan kesejahteraan nelayan.

Jakarta-Muara Angke, 2 Desember 2015 Yang menyatakan:

Tokoh Masyarakat: 1. Khafidin, H. Yusron, H. Yusuf, H. Suhari, H. Margono, H. Afandi,

2. Rokhman, H. Susilo, Sukeri Ompong (Ketua RT/RW 011/11), Ustad Tohir Ali Sadikin,

Organisasi Masyarakat Sipil: DPP KNTI, KNTI Jakarta, LBH Jakarta, KIARA, WALHI Jakarta, Solidaritas

Perempuan, ICEL, IHCS.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: M. Taher, Ketua KNTI Jakarta, 08131481482 Handika Febrian, LBH Jakarta, di 085691733221 Martin Hadiwinata, Tim Hukum KNTI, di 081286030453

Page 187: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lxii

Page 188: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lxiii

Page 189: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lxiv

SIARAN PERS BERSAMA Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Harus Terbuka Atas Perlawanan Reklamasi Jakarta, 2 Agustus 2019. Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta tidak menduga dan menyayangkan adanya Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Nomer 24/G/2019/PTUN-JKT yang mengalahkan Pemprov DKI dan memenangkan perusahaan pengembang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus terbuka atas perlawanan balik dari perusahaan pengembang pemegang izin proyek reklamasi. Karena di saat bersamaan, terdapat perlawanan balik perusahaan reklamasi untuk menghidupkan kembali izin reklamasi yang dicabut tersebut. Putusan PTUN Jakarta yang memenangkan PT Harapan Indah atas izin reklamasi Pulau H hanya akan menambah beban persoalan di pesisir Teluk Jakarta. Putusan tersebut mengecewakan karena tidak memperdebatkan substansi kerusakan perairan yang akan terjadi akibat dilakukannya reklamasi. Selain itu potensi bencana likuifaksi telah terang menunjukkan alasan seharusnya reklamasi tidak dilanjutkan kembali. Ditambah lagi, peruntukan pulau tersebut nyata-nyata untuk kepentingan kelompok ekonomi atas. Nelayan dan masyarakat pesisir hanya akan menjadi adalah kelompok terpinggirkan dan paling rentan tergusur permukimannya dan kehilangan mata pencaharian akibat laut yang rusak dikeruk dan ditimbun. Munculnya putusan ini secara tiba-tiba, menunjukkan kesan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutupi agenda proyek di pesisir yang sedang direncanakan di pesisir Teluk Jakarta. Beberapa bulan lalu, telah dibangun penahan gelombang (Break Water) di pesisir Muara Angke. Kemudian, diikuti dengan pembangunan yang dermaga yang masih berlangsung sampai hari ini. Berdasarkan temuan di lapangan, masyarakat sekitar lokasi pembangunan tidak pernah ditanyakan persetujuannya dalam proses perencanaan maupun konsultasi publik yang merugikan nelayan dan masyarakat pesisir. Putusan ini menjadi legitimasi perusahaan untuk melawan balik, karena pasca menangnya gugatan atas Pulau H, PT Agung Dinamika Perkasa juga telah mendaftarkan gugatannya ke PTUN DKI Jakarta pada 26 Juli 2019. Polemik Reklamasi bukanlah hal baru pada era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan,

Page 190: KOALISI SELAMATKAN TELUK JAKARTA(KSTJ)

lxv

koalisi telah memberikan respon dan kritik sejak era kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang berhenti akibat skandal korupsi. Sebagai informasi, Pada 9 juli 2019, Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang terdiri dari Edi Septa Surhaza, S.H.,M.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, dan Adhi Budhi Sulistyo, S.H.,M.H., dan Susilowati Siahaan, S.H.,M.H., sebagai Hakim Anggota telah membacakan putusan yang membatalkan pencabutan izin Reklamasi Pulau H. Majelis Hakim mewajibkan Gubernur Anies untuk menghidupkan lagi SK Gubernur DKI Nomor 2637 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Reklamasi Pulau H bagi PT Taman Harapan Indah. Dampak dari menangnya gugatan atas Pulau H tentunya akan menjadi landasan bagi perusahaan-perusahaan yang lain untuk menggugat pulau yang lain dari ke dua belas pulau yang direncanakan dibangun di Teluk Jakarta. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Iwan Carmidi, +6281286923840 Marthin Hadiwinata, +6281286030453 Ayu, +6282111340222 Ohiongyi Marino, +6285777070735

Tabel Gugatan Balik Perusahaan Reklamasi

Objek Gugatan

Penggugat Tanggal Daftar

Tahapan

Reklamasi Pulau F

PT Agung Dinamika Perkasa

Jumat, 26 Juli 2019

Pemeriksaan Persiapan

Reklamasi Pulau I

PT Jaladri Kartika Pakci

Senin, 27 Mei 2019

Replik (tanggapan atas jawaban Tergugat) dari Penggugat

Reklamasi Pulau M

PT Manggala Krida Yudha

Rabu, 27 Februari 2019

Pembuktian Para Pihak

Reklamasi Pulau H

PT Taman Harapan Indah

Senin, 18 Februari 2019

Putusan/naik Banding

Sumber: SIPP PTUN Jakarta