kliping wereng coklat padi

35
Hama yang Ditakuti dan Cara Membasmi 10.14 | Author: Urip SR Kompas Rabu, 09/02/2011. Ukuran tubuhnya saat dewasa hanya sekitar 3 milimeter. Namun, kemampuan berkembang biak, daya sebar, daya serang, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya luar biasa. Karakteristik itu menempatkan wereng batang coklat sebagai hama utama tanaman padi. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) memperkirakan, wereng batang coklat yang disingkat sebagai wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) menyerang 47.005 hektar hingga 81.686 hektar padi di Indonesia musim ini (MT 2010/2011). Kemampuan wereng coklat berkembang biak sangat tinggi. Sebuah laporan ilmiah tentang Taksonomi dan Bioekologi Wereng Batang Coklat yang ditulis Hiroichi Sawada, Gaib Subroto, Wahyudin, dan Toto Hendarto dalam buku Wereng Batang Coklat tahun 1992 menyatakan, jumlah telur yang dihasilkan seekor wereng coklat betina selama hidupnya ada 1.474 butir. Ada beberapa spesies yang termasuk dalam genus Nilaparvata. Namun, hanya Nilaparvata lugens Stal yang menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Wereng batang coklat termasuk dalam famili Delphacidae yang memiliki ciri utama bintik hitam pada sayap depan dan taji pada ujung tibia tungkai belakang. Siklus hidup wereng, di daerah tropis dengan suhu 20-30 derajat celsius, mencapai 23-32 hari. Artinya, dalam satu periode tanam padi, wereng dapat

Upload: kacongmarcuet

Post on 28-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kliping Wereng Coklat Padi

Hama yang Ditakuti dan Cara Membasmi10.14 | Author: Urip SR

Kompas Rabu, 09/02/2011. Ukuran tubuhnya saat

dewasa hanya sekitar 3 milimeter. Namun, kemampuan berkembang biak, daya sebar,

daya serang, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya luar biasa. Karakteristik itu

menempatkan wereng batang coklat sebagai hama utama tanaman padi.

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

(BBPOPT) memperkirakan, wereng batang coklat yang disingkat sebagai wereng coklat

(Nilaparvata lugens Stal) menyerang 47.005 hektar hingga 81.686 hektar padi di

Indonesia musim ini (MT 2010/2011).

Kemampuan wereng coklat berkembang biak sangat tinggi. Sebuah laporan ilmiah

tentang Taksonomi dan Bioekologi Wereng Batang Coklat yang ditulis Hiroichi

Sawada, Gaib Subroto, Wahyudin, dan Toto Hendarto dalam buku Wereng Batang

Coklat tahun 1992 menyatakan, jumlah telur yang dihasilkan seekor wereng coklat

betina selama hidupnya ada 1.474 butir.

Ada beberapa spesies yang termasuk dalam genus Nilaparvata. Namun, hanya

Nilaparvata lugens Stal yang menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia.

Wereng batang coklat termasuk dalam famili Delphacidae yang memiliki ciri utama bintik

hitam pada sayap depan dan taji pada ujung tibia tungkai belakang.

Siklus hidup wereng, di daerah tropis dengan suhu 20-30 derajat celsius, mencapai 23-32

hari. Artinya, dalam satu periode tanam padi, wereng dapat menyelesaikan siklus tiga

generasi. Kondisi lingkungan, penanganan, dan kerentanan varietas menjadi faktor

kecepatan perkembangbiakannya.

Page 2: Kliping Wereng Coklat Padi

Firdaus Natanegara, ahli wereng di BBPOPT menyebutkan, wereng coklat mampu

beradaptasi dengan varietas baru dengan membentuk biotipe atau koloni baru yang

lebih ganas. Serangan wereng coklat mengakibatkan warna daun dan batang padi

berubah menjadi kuning, kemudian kecoklatan, dan akhirnya kering.

Wereng dewasa menetap di pangkal tanaman. Selain mengisap cairan sel tanaman,

wereng menularkan virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Jika terserang virus kerdil

rumput, padi beranak banyak, daun menjadi pendek, dan tidak bermalai. Sementara

virus kerdil hampa membuat daun pendek, kaku, anakan bercabang, dan malai hampa.

Migrasi

Migrasi wereng dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan iklim. Migrasi biasanya terjadi

antara matahari terbit hingga terbenam karena Nilaparvata lugens memerlukan cahaya

dalam penerbangan. Penerbangan bisa berlangsung dalam kondisi suhu rendah,

kelembaban tinggi, angin yang lemah, maupun angin berkecepatan lebih dari 11

kilometer per jam.

Menurut Firdaus, pada proyek penelitian kerja sama Jepang-Indonesia tahun 1986-1992,

wereng diketahui bermigrasi hingga jarak ratusan kilometer. Migrasi jarak jauh diketahui

setelah sekelompok wereng yang disemprot warna merah di persawahan daratan China

ditemukan menyerang padi di Jepang.

Menurut Firdaus, migrasi wereng di Indonesia tidak sejauh rute China-Jepang karena padi

sebagai sumber pakan ada di mana-mana.

Kepala BBPOPT Gaib Subroto menambahkan, sebelum tahun 1970-an, wereng coklat

tidak diperhitungkan sebagai hama di Indonesia. Situasi berubah saat program

intensifikasi gencar dilaksanakan pemerintahan Soeharto, antara lain dengan

menyemprotkan insektisida organosfat berspektrum luas secara massal dengan pesawat

udara.

Page 3: Kliping Wereng Coklat Padi

Di Buletin Peramalan OPT Edisi XII

Tahun 2010tertulis, tahun 1976/1977, wereng coklat mengakibatkan serangan berat

pada 450.000 hektar padi sawah dan kehilangan hasil sekitar 364.500 ton beras.

Pemakaian pestisida mengakibatkan ledakan serangan hama tahun 1979 dan 1986.

Pemakaian insektisida yang tak tepat jenis, konsentrasi, dosis, volume, cara, waktu, dan

sasaran semprot memicu meluasnya serangan wereng coklat. Sebab, selain wereng

menjadi kebal, hal itu memicu terbunuhnya musuh alami wereng.

Ledakan wereng coklat mendorong terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986

tentang Pengendalian Hama Terpadu yang berujung pada pencabutan subsidi pestisida.

Jamur

Demi menghindari terbunuhnya musuh alami, petani dianjurkan mengembangkan

jamur Beauveria bassiana dan Metharrizium anisopliae.

Penggunaan agen hayati itu relatif murah; aman terhadap lingkungan, manusia, dan

hewan; efisien dalam jangka panjang; serta efektif untuk pengendalian OPT sasaran.

Kekurangannya, pengendalian berjalan lambat, tidak dapat diramalkan, dan butuh

pengawasan ketat.

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) Balai Perlindungan

Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Jawa Tengah di Surakarta salah satu yang mengembangkan Beauveria bassiana.

”Kami mengembangkan jamur ini karena perbanyakannya mudah dikerjakan oleh

petani,” kata KetuaLPHPT Surakarta V Driyatmoko, Senin (7/2).

Untuk mendapatkan bibit murni Beauveria bassiana, dilakukan pemurnian jamur yang

diperoleh dari lapangan di laboratorium.

Page 4: Kliping Wereng Coklat Padi

”Bibit lantas diperbanyak melalui media cair atau padat,” kata staf fungsional LPHPT

Surakarta, Sri Hartati.

Proses perbanyakan dapat dilakukan oleh petani. Media cair menggunakan ekstrak

kentang gula, sedangkan media padat menggunakan beras atau jagung.

Jika spora jamur sudah tumbuh di media cair, ditambahkan gula pasir dan bubuk

detergen, lalu disemprotkan ke tanaman.

Jamur menjadi parasit bagi wereng sehingga lama-kelamaan wereng mati. Efektivitas

akan terlihat setelah seminggu. (Mukhamad Kurniawan dan Sri rejeki)***

Sumber Kompas 09/02/2011

Keterangan Foto:

1.Populasi tinggi wereng coklat pada rumpun padi di Desa Pelutan , Pemalang (Survey tgl

1-3 Feb 2011)

2. Staf teknis BBPOPT sedang melakukan pengamatan wereng di sawah.

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Waspadai Wereng (Kompas 20/01/2011)09.11 | Author: Urip SR

Karawang, Kompas - Petani dan pengamat

lapangan di sejumlah sentra padi di Indonesia perlu terus mewaspadai serangan wereng

batang coklat. Karakteristik perkembangbiakan yang cepat dan daya rusak yang tinggi

menempatkan wereng sebagai organisme utama yang mengganggu ketahanan pangan.

Page 5: Kliping Wereng Coklat Padi

Secara kumulatif, wereng batang coklat (WBC) menyerang 30.342 hektar padi di

Indonesia pada musim tanam (MT) 2009/2010 dan 96.498 hektar pada MT 2010. Pada MT

2010/2011, WBC diramalkan menyerang 81.686 hektar terutama di Pulau Jawa.

Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BB POPT) Gaib

Subroto, di Karawang, Jawa Barat, Rabu (19/1), mengatakan, sekecil apa pun populasi

WBC yang ditemukan pada musim ini berpotensi menjadi sumber serangan pada musim

tanam mendatang. Wereng terus berpindah mencari sumber pakan baru dan

berkembang biak dengan pesat di lingkungan yang mendukung.

Siklus hidup wereng hanya 28 hari. Laju perkembangbiakannya mencapai 2.000 kali per

musim tanam dengan daya sebar dan daya serang tinggi. Selain mengisap cairan sel

tanaman, wereng juga menebar virus kerdil hampa dan kerdil rumput yang memicu

gagal panen.

Gaib menuturkan, selain karakteristik itu, kondisi cuaca yang lembab dapat memicu

ledakan populasi wereng. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan karena beberapa titik

serangan musim ini ditemukan di lokasi yang belum terserang sebelumnya, seperti di

Purwakarta dan Karawang (Jawa Barat), Sukoharjo (Jawa Tengah), serta Nganjuk, Ngawi,

Lamongan, dan Bojonegoro (Jawa Timur).

Firdaus Natanegara, pelaksana teknis BB POPT, menambahkan, pengamatan ekstra perlu

ditingkatkan di sentra padi Pulau Jawa, seperti Pandeglang (Banten), Karawang, Subang,

Indramayu (Jabar), Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Pati, Demak, Kudus, Grobogan (Jateng),

serta Jember, Lumajang, dan Banyuwangi (Jatim). Di sejumlah daerah itu, serangan

wereng sering ditemukan meski dalam skala kecil.

Terkait itu, BB POPT menerjunkan tim guna meredam serangan wereng. Bersama

pengamat OPT di tingkat kota/kabupaten, tim mengidentifikasi, merumuskan

rekomendasi, dan melaksanakan pembasmian. Upaya itu diharapkan dapat mencegah

meluasnya area serangan. (mkn)***

Sumber: Kompas, Kamis 20/01/2011

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

PENANGGULANGAN WERENG BATANG COKLAT: Mampukah Kita Belajar dari Sejarah ?12.40 | Author: Urip SR

Page 6: Kliping Wereng Coklat Padi

Tulisan: Dr. Hermanu Triwidodo, MSc, IPB

dan Ir. Nugroho Wienarto, Yayasan Field

(Makalah ini disampaikan pada Workshop Nasional WBC di Jakarta 19 Juni 2010)

Kompas, 8 Mei 2010: Wereng Coklat Meluas, Pemda Harus Aktif

Jakarta, Kompas. Serangan hama wereng batang coklat pada tanaman padi meluas,

padahal sudah relatif lama petani bebas dari serangan hama ini.

Oleh karena itu, pemerintah daerah diminta lebih cepat merespons setiap laporan

adanya serangan agar tidak meluas.Imbauan tersebut disampaikan Wakil Menteri

Pertanian Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Jumat (7/5). ”Petani juga harus lebih waspada

dan mempelajari kembali pola penanggulangan wereng coklat melalui pendekatan pola

tanam dan teknis budidaya,” ujar Bayu.

Menurut Bayu, dari aspek luasan, areal tanaman padi yang terserang wereng coklat

memang tidak signifikan dibandingkan dengan total luasan areal panen padi.

Pada April-Mei 2010 total luas areal panen padi mencapai 3,3 juta hektar.”Serangan ini

tidak berdampak serius pada produksi pangan nasional, tetapi jelas sangat merugikan

petani karena petani gagal panen,” kata Wakil Menteri Pertanian.Menurut Bayu, yang

harus diwaspadai adalah meluasnya serangan, terutama di wilayah pantai utara

Jawa.Wilayah yang tanaman padinya terpapar wereng coklat adalah Subang (Jawa

Barat), Jember dan Banyuwangi (Jawa Timur), serta Klaten, Jepara, Pati, dan Pekalongan

(Jawa Tengah).

Kementerian Pertanian, kata Bayu, saat ini mengupayakan agar ada mekanisme bantuan

khusus bagi petani yang tanaman padinya terserang wereng.Selama ini bantuan bagi

petani yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya

dalam bentuk pupuk dan benih.Padahal, petani korban hama wereng perlu mendapat

ganti rugi supaya kelangsungan hidupnya terjaga pasca-gagal panen. Menurut Bayu, ada

empat faktor yang memengaruhi meluasnya wabah wereng coklat. Faktor-faktor tersebut

adalah adanya perubahan iklim dan tata air yang membuat situasi pola tanam tidak

menentu, pola penanaman padi tidak lagi bisa dilakukan serempak, introduksi benih padi

hibrida yang tidak tahan wereng coklat, serta petani lupa cara melakukan antisipasi.

1. Pengantar

Kliping harian Kompas tanggal 8 Mei 2010 membuka tulisan ini, yang membahas tentang

pengalaman penanggulangan wereng batang coklat (WBC) secara ekologis, yang

dilakukan dalam kurun waktu tahun 1980-1n hingga sekarang. Ini dimulai dengan

Instruksi Presiden No.3 tahun 1986 tentang Pengendalian Hama Terpadu sebagai strategi

nasional perlindungan tanaman, kemudian berlanjut dengan penyelenggaraan Program

Page 7: Kliping Wereng Coklat Padi

Nasional Pengendalian Hama Terpadu (1989-1999) yang dimulai di bawah koordinasi

BAPPENAS dan mulai tahun 1994 dilaksanakan langsung oleh Departemen Pertanian.

Imbauan dari Wakil Menteri Pertanian ini seakan-akan menunjukkan bahwa Kementerian

Pertanian juga mengalami “lupa” tentang sebab-sebab klasik ledakan hama WBC di

pertanaman padi dan langkah penanggulangannya.

2. Sejarah Serangan Wereng Batang Coklat

Bila kita mau menengok sejarah maka masalah yang dihadapi Indonesia dengan WBC

adalah mirip dengan pengalaman negara-negara lain di Asia. Di Indonesia WBC mulai

menjadi perhatian sejak tahun 1970 dan 1971. Survei tentang kerusakan tanaman padi

akibat penggerek di beberapa wilayah di Jawa Barat mendapatkan data bahwa para

petani menggunakan insektisida, yang berakibat tidak hanya meningkatnya serangan

penggerek tetapi juga jumlah populasi WBC sepuluh kali lipat dibandingkan lahan padi

yang tidak disemprot pestisida (Soeharjan 1972). Sebelum tahun tujuh puluhan WBC

tidak diperhitungkan sebagai hama. Situasi ini segera berubah. Sebagai bagian dari

BIMAS Gotong Royong di akhir 1960-an dan awal 1970-an maka ratusan ribu hektar padi

sawah disemprot insektisida organofosfat berspektrum luas secara massal dengan

menggunakan pesawat udara. Program ini juga menyediakan paket kredit dalam bentuk

pupuk kimia dan pestisida. Sejalan dengan pertumbuhan produksi yang meningkat maka

meningkat pula serangan WBC. Pada tahun 1975, sejalan dengan kebijakan pemerintah

secara langsung menyubsidi insektisida, maka kehilangan hasil akibat dari WBC sama

dengan 44% impor beras tahunan (Kenmore 1991). Sejak 1976 Pemerintah memulai

penyemprotan dari udara dengan formulasi insektisida dari jenis ultra low volume

sehingga bisa menjangkau wilayah yang luas. Hasilnya adalah pada tahun 1976/1977,

WBC mengakibatkan serangan berat pada 450.000 hektar padi sawah. Perkiraan

kehilangan hasil sekitar 364.500 ton beras, suatu jumlah yang cukup untuk memberi

makan 3 juta orang dalam satu tahun. (Oka 1997).

Ini bukan kejadian yang terisolasi. Kebijakan-kebijakan perlindungan tanaman Indonesia

yang mempromosikan penggunaan pestisida telah mengakibatkan dua ledakan hama di

tahun 1979 dan 1986. Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia juga mengalami

ledakan hama yang mirip. Para ahli ekologi populasi mampu mendokumentasikan proses

ini (Kenmore et al. 1984; Ooi 1988; Settle et al. 1986). WBC ditemukan berada pada

tingkat populasi yang tidak berarti di lahan padi sawah intensif yang tidak disemprot

insektisida karena dikendalikan oleh populasi musuh alami. Sekalipun ada imigrasi

sejumlah besar serangga WBC dewasa yang bereproduksi ke suatu lahan, maka populasi

musuh alami mampu merespon dan mengakibatkan tingkat kematian WBC yang tinggi

sehingga hasil panen tidak terganggu. Penggunaan insektisida telah ditemukan menjadi

Page 8: Kliping Wereng Coklat Padi

penyebab terganggunya mekanisme pengendalian alami. Tingkat hidup WBC didalam

suatu sistem yang terganggu insektisida telah ditemukan meningkat lebih dari sepuluh

kali lipat. Selama satu musim tanam kepadatan populasi WBC bisa meningkat ratusan

kali lipat. Mencoba mengendalikan ledakan hama ini dengan insektisida seperti menuang

minyak kedalam api.

Dengan ledakan hama WBC yang masif maka para pemulia tanaman mengembangkan

varietas yang tahan kepada WBC. Strateginya adalah mengganti penggunaan insektisida

dengan menanam varietas padi yang tahan WBC. Tetapi di lapangan, penggunaan

insektisida yang intensif berlangsung terus. Penggunaan insektisida yang intensif

mendorong seleksi yang cepat terhadap populasi WBC yang mampu mengatasi

ketahanan varietas baru (Gallagher 1984).

Runtuhnya varietas-varietas baru ini secara cepat berarti dana dan waktu yang

diinvestasikan dalam pengembangannya telah terbuang sia-sia.

Apa yang terjadi? Ini menunjukkan bahwa kebijakan dan metode perlindungan tanaman

yang baku dari pemerintah di tahun 1970-an dan 1980-an secara nyata meningkatkan

resiko ledakan hama. Contoh ledakan hama WBC ini adalah ilustrasi, karena secara

umum ini juga mengakibatkan ledakan-ledakan hama padi lainnya di daerah tropis.

Insektisida melemahkan sebuah sistem sehingga populasi musuh alami menjadi rendah

dan tidak mampu memberikan perlindungan terhadap sistem tersebut. Kebijakan

pemerintah juga gagal memperhitungkan “buffer” lain agar agroekosistem padi terhindar

dari kehilangan hasil. Ini adalah kemampuan tanaman untuk mengkompensasi

kehilangan daun dan malai produktif hingga 30-40 hari setelah tanam. Beberapa varietas

unggul ini memungkinkan tanaman bertahan dari serangan hama yang diakibatkan oleh

penggerek, penggulung daun dan yang lain (Way Heong 1994). Makalah Way Heong

pada tahun 1994 berkesimpulan bahwa insektisida tidak diperlukan sehingga insektisida

dan “hama” ini perlu secara kritis dikaji ulang dan dibuktikan sebelum penggunaan

insektisida dipikirkan.

Apakah kita bisa belajar dari sejarah penanggulangan hama WBC di tanah air kita

sendiri? Untuk itu kita perlu meninjau sejarah tentang keluarnya INPRES 3/86 dan

terselenggaranya Program Nasional PHT dalam kurun waktu 1989-1999.

3. PHT sebagai Kebijakan Nasional – INPRES 3/86

Setelah bertahun-tahun menjadi negara pengimpor beras terbesar didunia, Indonesia

berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Atas prestasi ini, Indonesia

mendapat pujian dari seluruh dunia serta penghargaan dari FAO. Perubahan yang

menakjubkan ini terjadi karena introduksi pupuk dan varietas unggul yang disebarkan

secara luas, pengembangan sistem irigasi, dan adanya kebijakan-kebijakan pendukung

Page 9: Kliping Wereng Coklat Padi

yang tepat.

Namun demikian, pencapaian tersebut memiliki kelemahan. Insektisida berspektrum luas

selalu diikutsertakan bersama dengan masukan lainnya. Insektisida tersebut telah

memicu ledakan populasi hama wereng coklat secara luas, sehingga varietas-varietas

padi berproduksi tinggi yang dikembangkan oleh Indonesia, seperti Krueng Aceh dan

Cisadane menjadi “patah” ketahanannya. Pada akhir 1985, hampir 70% produksi padi di

Pulau Jawa terancam oleh hama tersebut.

Untunglah, penelitian yang dilakukan oleh badan penelitian nasional dan internasional

selama tahun 1979 hingga 1986 secara meyakinkan membuktikan bahwa: 1) wereng

batang coklat merupakan hama yang ledakan populasinya disebabkan oleh penggunaan

pestisida secara berlebihan, dan 2) populasi hama tersebut dapat dikendalikan oleh

agens pengendali hayati berupa predator/pemangsa yang secara alami ada di lahan

sawah.

Pada 5 Nopember 1986 Presiden Soeharto menandatangani Instruksi Presiden Nomor 3

tahun 1986 yang menyatakan bahwa Pengendalian Hama Terpadu menjadi strategi

nasional pengendalian hama. Inpres 3/86 juga melarang 57 jenis insektisida, sebagian

besar adalah jenis organofosfat yang sangat beracun, untuk digunakan di tanaman padi,

dan memerintahkan diselenggarakannya program pelatihan PHT skala besar kepada

petugas lapangan dan petani.

Kebijakan PHT ini diperkuat dengan penghapusan subsidi pestisida dua tahun berikutnya

sehingga Pemerintah bisa menghemat $ 120 juta per tahun. Selama 10 tahun

sebelumnya Pemerintah telah mengeluarkan dana subsidi pestisida sebesar $1,5 milyar.

4. Program Nasional PHT 1989-1999

Sebagai kelanjutan dari terobosan ilmiah dan kebijakan yang dilakukan pada akhir tahun

1980-1n tersebut, Pemerintah Indonesia meluncurkan program PHT dengan skala paling

besar dari yang pernah dilaksanakan. Sejaka tahun 1990, Program Nasional PHT telah

mencetak lebih dari 500.000 petani Indonesia menjadi alumni dari Sekolah Lapangan

PHT (SLPHT) yang dilakukan selama satu musim penuh di 12 propinsi lumbung beras.

Pada tahun 1997/1998, hampir 200.000 petani terlibat dalam SLPHT per tahun. Hingga

1998, hampir setiap desa di daerah lumbung beras di Indonesia memiliki setidaknya satu

SLPHT yang diselenggarakan di lahan di desa tersebut.

Dalam rangka mencapai jumlah tersebut, lebih dari 2.000 Pengamat Hama dan Penyakit

(PHP) menjalani pelatihan Ahli Lapangan PHT secara intensif selama 14 bulan. Lebih

jauh, untuk mendukung pelaksanaan di lapangan, lebih dari 5.000 Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) tanaman pangan juga menjalani latihan PHT di lahan. Pada kurun waktu

1989-1993, Program Nasional PHT dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan

Page 10: Kliping Wereng Coklat Padi

Pembangunan Nasional (Bappenas) yang melibatkan Departemen Pertanian, Kesehatan,

Lingkungan Hidup, serta Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak 1994, program ini

dikoordinir oleh Departemen Pertanian. Selama kedua periode ini, Badan Pangan dan

Pertanian Dunia (FAO) memberikan bantuan teknis. Dana untuk program ini, disamping

berasal dari Pemerintah Indonesia, juga bersumber dari hibah USAID dan pinjaman Bank

Dunia.

Program PHT yang berintikan usaha pengembangan sumberdaya manusia menghasilkan

perubahan besar dalam perilaku dan praktek budidaya di lahan, yang memungkinkan

petani untuk terbebas dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya dan dari ancaman

kampanye perusahaan pestisida. Lebih dari 40 tahun yang lalu, diawal Revolusi Hijau,

pestisida dikenalkan secara luas melalui metoda “pesan dan sanksi” yang membujuk

petani untuk menggunakan pestisida bersubsidi dengan sistem kalender. Sistem

kalender kemudian digantikan dengan sistem ambang ekonomi yang memerlukan

pengamatan yang cermat, peramalan, dan teknik “hitung dan semprot”. PHT di

Indonesia telah meninggalkan konsep tersebut dengan cara mempertajam ketrampilan

petugas lapangan dan petani dalam metoda-metoda ekologis, yaitu pengambilan

keputusan dan pengelolaan lahan yang didasarkan pada analisa agroekosistem dan

pengamatan di lahan.

5. Manfaat dan Hasil PHT

Manfaat yang diperoleh dari program PHT bagi lingkungan, Pemerintah, petani, dan

masyarakat, antara lain:

· Pemerintah dapat menghemat dana subsidi sekitar 120 milyar dolar Amerika per tahun,

sementara pada saat yang sama ledakan populasi hama yang menjadi ancaman

terhadap keamanan penyediaan pangan juga telah menurun drastis.

· Petani dapat menghemat biaya produksi, panen lebih terjamin, dan keadaan kesehatan

keluarga serta masyarakat menjadi lebih baik.

· Kerusakan lingkungan akibat penggunaan pestisida menjadi berkurang, baik untuk

jangka panjang maupun jangka pendek.

· Konsumen terlindungi dari residu racun yang tidak diperlukan.

Setelah mengikuti SLPHT selama satu musim penuh, petani menurunkan penggunaan

insektisida, baik yang terlarang maupun yang tidak, sementara itu hasil panen tetap

dapat dipertahankan. Namun demikian, bagi kebanyakan petani, ada yang lebih penting

daripada keuntungan ekonomi tersebut, yaitu berkembang pesatnya kemampuan

mereka untuk melakukan analisa, pengambilan keputusan, dan pengelolaan lahan.

Mengacu kepada perkembangan di lapangan maka pada tahun 1999, Menteri Pertanian

M. Prakosa menulis surat kepada Pemerintah Daerah agar melanjutkan program PHT di

Page 11: Kliping Wereng Coklat Padi

tingkat lapangan dari anggaran daerah, sehingga usailah Program Nasional PHT.

6. Resiko Penggunaan Pestisida terhadap Ekonomi dan Kesehatan Petani

Selama tahun 1970-an, teknologi Revolusi Hijau memasukkan insektisida ke dalam paket

komponen input produksi bersama dengan pupuk, irigasi, kredit, dan benih unggul.

Di pertanaman padi daerah tropis, penelitian yang dilakukan selama 25 tahun oleh

lembaga nasional Indonesia dan badan-badan internasional seperti IRRI dan FAO tidak

pernah membuktikan bahwa insektisida memberikan sumbangan bagi peningkatan

produksi padi ataupun peningkatan keuntungan petani. Dalam kenyataannya,

penggunaan insektisida secara sembarangan, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan

hasil panen yang sangat besar akibat timbulnya resurjensi hama, seperti yang terjadi

pada tahun 1975 sampai 1979, sehingga produksi padi mengalami krisis akibat serangan

hama wereng coklat.

Di seluruh dunia 80% dari seluruh pestisida digunakan di negara maju. Namun demikian,

diperkirakan 90% kasus keracunan pestisida, terjadi di negara berkembang. WHO

memperkirakan bahwa 25 juta manusia mengalami keracunan pestisida setiap tahunnya.

Dengan kondisi pedesaan yang para petaninya miskin, maka “penggunaan secara aman”

dari bahan-bahan kimia yang sangat beracun tersebut, praktis tidak mungkin dilakukan.

Disamping itu, secara agronomis, perlu tidaknya penggunaan pestisida pun masih

dipertanyakan. Studi yang dilakukan pada tahun 1993 tenang hubnungan antara

penyemprotan pestisida dengan keracunan akut pada petani Indonesia menyatakan

bahwa 21% kegiatan penyemprotan mengakibatkan timbulnya tiga atau lebih gejala dan

tanda keracunan pada saraf, saluran pernafasan, dan pencenaan. Studi tersebut juga

menunjukkan bahwa frekuensi penyemprotan per minggu, penggunaan pestisida

berbahaya, dan tingkat pemaparan kulit oleh pestisida berhubungan secara signifikan

dan independen dengan keracunan akut (Kinshi, et al, 1995).

Ketidakmampuan petani untuk membeli perlengkapan pelindung, panasnya iklim tropis,

dan kesulitan untuk menegakkan pelaksanaan pengaturan pestisida mengakibatkan

kesehatan petani dan kondisi tanamannya menjadi terkena resiko penggunaan pestisida,

sekalipun dalam penggunaan yang “normal”.

Resiko terhadap kesehatan akibat pestisida tidak hanya dijumpai selama penggunaan di

lahan, melainkan juga ditemukan di rumah, tempat para petani penyemprot tinggal.

Delapan puluh empat persen (84%) petani yang disurvey, ternyata menyimpan bahan

kimia beracun tersebut di dalam rumah dalam keadaantidak aman dan mudah dijangkau

oleh anak-anak.

Racun kimia yang berbahaya bagi lingkungan, beresiko terhadap keberhalian panen, dan

mengancam kesehatan manusia tersebut dipasarkan dengan menggunakan siasat

Page 12: Kliping Wereng Coklat Padi

pemasaran yang membujuk masyarakat, dan seringkali secara langsung melanggar

Standar Pengedaran Pestisida (FAO Code of Conduct of Production and Distribution of

Pesticide) yang dikeluarkan oleh FAO. Program PHT memerangi hal ini dengan cara

memberikan berbagai alat analisa kepada petani agar mereka dapat mengambil

keputusan sendiri, sehingga uang dan sumberdaya mereka tidak terbuang percuma,

kesehatan mereka tidak terancam, tanaman mereka tidak mengalami kerugian, dan

lingkungan mereka tidak mengalami kerusakan.

7. PHT oleh Petani: Pendekatan Ekologis

“PHT merupakan pendekatan ekologis sehingga sistem pertanian dipandang sebagai

suatu sistem yang kompleks dan hidup. Petani belajar untuk bekerjasama dengan alam

dan belajar untuk membuat dirinya mampu mencapai kapasitas yang diperlukan untuk

mengelola pertanian yang produktif dan berkelanjutan. PHT juga merupakan program

pengembangan sumberdaya manusia. Pelatihan PHT membantu petani untuk belajar

tentang mengorganisir diri mereka sendiri dan dan masyarakatnya, untuk

mengumpulkan dan menganalisa data, untuk mengambil keputusan sendiri, dan untuk

menciptakan suatu jaringan kerja yang kokoh antara petani dengan petani lainnya, serta

antara petani dengan penyuluh dan peneliti.” Menteri Pertanian, Prof. Dr. Sjarifudin

Baharsjah, 1994.

Lebih dari Soal Hama dan Pestisida

Program Nasional PHT Indonesia berusaha memperkuat kemampuan petani, membangun

organisasi petani, mempertajam ketrampilan petugas lapangan, dan menciptakan

manajer lapangan yang berkualitas. Alumni SLPHT lebih sedikit menggunakan pestisida

dan memperoleh lebih banyak keuntungan, dapat menjaga produksi tetap stabil, dan

mampu mengambil keputusan yang didasarkan pada analisa ekosistem di lahan mereka

sendiri.

Dengan menjadi kelompok inti dalam perencanaan, pelatihan, dan penelitian lapangan di

wilayahnya, para petani terlibat dalam pengembangan dan penyebaran PHT. Di tahun

anggaran proyek (1997/1998), SLPHT “Dari petani ke petani” melibatkan lebih dari

75.000 petani peserta.

Secara keseluruhan, analisa dan tindakan di dalam program PHT selalu berkisar diantara

empat prinsip dasar:

· Membudidayakan tanaman yang sehat

· Melestarikan dan mendayagunakan peranan musuh alami (predator dan parasit)

· Mengamati kondisi lahan secara mingguan untuk mengambil keputusan tentang

pengelolaan lahan.

· Memampukan petani menjadi ahli PHT dalam pengelolaan ekologi lahannya.

Page 13: Kliping Wereng Coklat Padi

Metoda latihan ditekankan pada penemuan sendiri, perbandingan, dan analisa. Petani

belajar untuk bekerja secara efektif dalam kelompok-kelompok kecil untuk melalukan

percobaan lapangan, dan kemudian menguasai ketrampilan yang lebih kompleks seperti

pelatihan, perencanaan, penelitian lapangan, dan pengorganisasian masyarakat.

8. Pemberdayaan Petani melalui Sekolah Lapangan PHT

Program Nasional PHT menghidupkan kembali sistem penyuluhan dan jaringan kelompok

petani yang ada melalui pengorganisasian dan pelaksanaan SLPHT. Dengan rancangan

berupa “sekolah tanpa dinding”, Sekolah Lapangan petani ini melakukan pertemuan

mingguan sebanyak 12 kali selama satu musim tanam penuh, mulai dari tanam hingga

panen. Setiap Sekolah Lapangan memiliki 1000 meter persegi “Petak Belajar”, yang

terdiri dari 2 petak perbandingan, yaitu petak perlakuan petani dan petak PHT. Setiap

minggu, petani mempraktekan analisa agro-ekosistem yang mencakup kesehatan

tanaman, pengelolaan air, kondisi cuaca, gulma, pengamatan penyakit, serta

pengamatan dan pengumpulan serangga hama dan serangga berguna. Petani

menyimpulkan hasil pengamatannya sesuai dengan pengalaman mereka, mereka

menggunakan analisa agro-ekosistem untuk membuat keputusan pengelolaan lahan dan

mengembangkan cara pandang tentang proses ekologis yang seimbang. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada petani untuk menjadi ahli yang aktif, dan membantu

mereka untuk mengungkapkan dan menganalisa pengalaman mereka sendiri. Selama

proses tersebut, para petani:

· Membuat sendiri alat dan bahan belajar, yang meliputi koleksi serangga, “kebun

serangga”, percobaan lapangan, poster, dan catatan pengamatan lapangan.

· Menciptakan dan menggunakan perangkat analisis berupa bagan analisis agro-

ekosistem mingguan yang dibuat dengan krayon diatas kertas plano dan contoh hidup

untuk melakukan analisis SWOT, untuk mengembangkan rencana rencana tindakan

selanjutnya.

· Memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan: petani PHT belajar untuk

mengelola program mereka sendiri dan mengadakan serta menjalankan kegiatan belajar

dan percobaan yang makin kompleks.

· Membangun organisasi petani yang lebih kuat dengan cara mempelajari ketrampilan

dalam bidang kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen, yang akan berguna di masa-

masa berikutnya setelah Sekolah Lapangan selesai.

Semenjak 1990, lebih dari 20.000 SLPHT telah diselenggarakan. Disamping padi, Sekolah

Lapangan juga diselenggarakan untuk komoditas lain, yaitu kedelai, kubis, kentang, cabe

dan bawang merah. Model SLPHT juga telah diadopsi oleh berbagai kegiatan penyuluhan

pertanian, dan “diekspor” ke berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Page 14: Kliping Wereng Coklat Padi

Keberhasilan SLPHT telah memicu munculnya dukungan politis yang spontan dan

bantuan dana dari pemerintah setempat. Para kepala Desa, Bupati, dan Gubernur secara

terbuka di depan publik telah menyatakan bahwa SLPHT merupakan program pelatihan

pertanian pedesaan yang paling efektif yang pernah dilaksanakan, dan mereka

mewujudkan dukungan tersebut dalam bentuk bantuan dana dari anggaran pemerintah

setempat.

9. Kunci Kesuksesan Program PHT

a. Percaya pada Kemampuan Petani

Falsafah “PHT oleh Petani” telah menempatkan petani sebagai pusat pengembangan

PHT. Hal ini merupakan falsafah penuntun program PHT Indonesia, sekaligus merupakan

penentu utama keberhasilan program ini. Melalui SLPHT, petani mampu menguasai

ekologi di lahan tempat mereka bekerja, dan dengan demikian, mereka menjadi ahli di

lahannya. Namun, ini baru merupakan titik awal. Lebih jauh, peran mereka semakin

meningkat dan meluas, yaitu melalui pelatihan dari petani-ke petani, studi petani, dan

media petani untuk menciptakan pola “komunikasi horisontal”.

b. Dukungan Kebijakan Menyeluruh

Agar PHT dapat berhasil, maka pelaksanaannya di lapangan dan pengaturan kebijakan-

kebijakan pendukungnya haruslah berjalan seiring dan saling mendukung. Di tingkat

pusat, para pembuat kebijakan perlu menciptakan dan memelihara pola kebijakan yang

kondusif, yang mencakup pengaturan pestisida, dukungan dana, dan program pelatihan

dan penelitian PHT. Di tingkat daerah, dukungan nyata dari pemerintah daerah tingkat

propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa mendorong kelanjutan momentum

pengembangan PHT. Untuk lebih memperkuat Gerakan PHT, maka dilakukan kerjasama

dengan organisasi kemasyarakatan, kelompok konsumen, pers, dan badan-badan

pendukung yang terlibat dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.

c. Penelitian Pendukung

PHT membutuhkan penelitian di semua tingkatan untuk mendukung pengembangan

program. Terobosan penelitian dalam PHT Padi yang dihasilkan oleh badan penelitian

dan universitas memungkinkan program di fase awal dapat dibangun dengan dasar

ilmiah yang kuat. Penelitian yang berorientasi lapangan tentang sistem budidaya

tanaman yang lain membuka jalan bagi pengembangan dan perluasan PHT. Yang paling

penting, kegiatan penelitian dan studi lapangan telah dipadukan langsung ke dalam

sistem yang berbasis petani sehingga memungkinkan petani, petugas penyuluhan, dan

peneliti bekerja bersama untuk memperkuat dan memurnikan PHT, sebagai jawaban atas

keadaan ekologi pertanian di darah tropika yang bersifat lokal spesifik.

d. Belajar dengan Cara Menentukan Sendiri

Page 15: Kliping Wereng Coklat Padi

Inti keberhasilan program PHT adalah proses belajar partisipatoris dan inovatif, yang

memungkinkan petani dan pemandu untuk menemukan sendiri prinsip-pronsip PHT di

lahan mereka. Melalui proses ini petani menjadi pemilik – tidak hanya sekedar menjadi

pelaksana – dari pengetahuan dan cara/metoda PHT. Metoda belajar PHT memungkinkan

petani untuk menguasai teknik pengelolaan tanaman yang efektif, sekaligus

memperoleh ketrampilan dalam hal komunikasi antar pribadi, pemecahan masalah, dan

kepemimpinan melalui praktek langsung.

e. Manajemen yang Tanggap dan Mendukung Kebutuhan Lapangan

Pelaksanaan PHT dalam skala luas memerlukan sistem manajemen lapangan yang

efektif, yang dapat dengan cepat memberikan tanggapan terhadap setiap kebutuhan

yang selalu berkembang, dan muncul dari kelompok dan jaringan petani. Dalam PHT,

petugas lapangan, dan tentu saja petani, tidak pernah hanya bergelut dengan hal-hal

teknis saja karena latihan selalu berkaitan dengan pengembangan ketrampilan

berorganisasi dan manajemen di semua tingkat hingga kelompok tani. Salah satu kunci

keberhasilan program PHT Indonesia adalah terbentuknya suatu sistem yang kuat yang

terdiri dari 2.000 Pemandu Lapangan PHT dan Petugas Lapangan yang berasal dari

Direktorat Perlindungan Tanaman. Para manajer lapangan ini bertanggung jawab untuk

mengembangkan strategi lokal dan memberikan tanggapan terhadap kebutuhan teknis

petani, sekaligus membangun kemampuan berorganisasi para petani dalam rangka

pelembagaan PHT di tingkat petani sendiri.

f. Pendekatan Ekologis

Hal yang pertama kali diperhatikan orang ketika mengunjungi SLPHT adalaha gambar

analisa agro-ekosistem yang dibuat oleh petani. Dari awal, pendekatan PHT menerapkan

wawasan ekologis dalam pengelolaan budidaya pertanian. PHT tidak hanya berbicara

tentang serangga, melainkan lebih merupakan pendekatan yang menyeluruh/holistik,

yang mencakup keseluruhan sistem secara lengkap: tanah, air, cuaca, tanaman, siklus

unsur hara, jaring-jaring makanan, aliran energi, komunitas aquatik, serta isu ekonomi

pertanian dan kesehatan petani. Pendekatan ini membedakan Program PHT yang sedang

berjalan saat ini dengan program-program pendahulunya, dan memberikan landasan

luas, yang memungkinkan PHT untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan

pertanian yang berkelanjutan.

Sebagai bahan renungan semoga bermanfaat (USR)***

Rujukan:

Departemen Pertanian. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 390/Kpts/TP/600/5/1994

tentang Penyelenggaraan Program Nasional PHT, Jakarta 1994.

Page 16: Kliping Wereng Coklat Padi

Gallagher, K.D. Effect of Host Plant Resistance on the Microevolution of the Rice Brown

Planthopper, Nilaparvata lugens (STAL) (Homoptera: Delphacidae). Ph.D. thesis.

University of California, Berkeley.1994.

Kenmore, P.E. Indonesia’s Integrated Pest Management: A Model for Asia. FAO Inter-

Country Programme for Integrated Pest Control in Rice in South and Southeast Asia,

1991.

Kishi, M., N. Hirschorn, M. Djajadisastra, L.N. Saterlee. S. Strowman dan R. Dilts.

“Relationship of Pesticide Spraying to Sighns and Symtoms in Indonesia Farmers”.

Scandinavian Journal of Workplace and Enviromental Helth, 21:124-33, 1995.

Ministry of Agriculture of the Republik of Indonesia. IPM By Farmers: The Indonesian

Integrated Pest anagement (IPM) Program. World Food Summit- FAO, Rome, 1996.

Oka, I.N. “Integrated Crop Pest Management with farmer participation in Indonesia”.

Reasons for Hope: Instructive Experiences in Rural development. A. Khrisna, N. Uphoff,

M.J. Esman, eds. Kumarian Press, Connecticut, 1997.

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Pos Pemantau Wereng Didirikan di Perbatasan Gunung Kidul14.47 | Author: Urip SR

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul mulai

menggelar langkah antisipatif agar serangan hama wereng tidak terulang kembali. Pos

pemantauan wereng pun telah didirikan di beberapa titik perbatasan dengan Jawa

Tengah.

"Di masing-masing posko, petugas dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan

Hortikultura Gunung Kidul telah siap memberikan sosialisasi pencegahan hingga

pembasmian hama wereng. Intensitas serangan wereng masih pada taraf ringan," kata

Supriyadi, Rabu (28/7/2010).

Menurut Pelaksanaa Tugas Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura

Supriyadi, enam posko pemantauan wereng telah didirikan di Kecamatan Karangmojo,

Page 17: Kliping Wereng Coklat Padi

Semin, Ponjong, Ngawen, Gedangsari, dan Patuk. Enam kecamatan tersebut berbatasan

langsung dengan Klaten dan Wonogiri, Jawa Tengah.

Petugas juga akan menggelar observasi ke lapanga n untuk mendeteksi gejala dini

serangan wereng. Jika ditemukan minimal dua ekor hama wereng di petakan seluas satu

meter persegi, petani harus mulai waspada. Masing-masing posko juga telah dilengkapi

cadangan 20 liter pestisida.

Pencegahan serangan hama wereng terutama dilakukan di lahan sawah dengan luasan

500 hektar di Gunung Kidul. Wilayah Gunung Kidul bagian tengah dan selatan dengan

tradisi pertanian tadah hujan cenderung aman dari serangan wereng ka rena seluruh

petani di wilayah tersebut sudah tidak menanam padi. Musuh alami wereng seperti laba-

laba kembali diperkenalkan ke petani untuk mengatasi wereng

Sebelumnya, Kepala Desa Bejiharjo, Karangmojo, Yatno mengatakan lebih dari 5 hektar

sawah di wilayahnya gagal panen akibat serangan wereng cokelat. Hasil panenan

semakin jelek karena perubahan musim yang disebabkan sering turunnya hujan di

musim kemarau.

Perubahan musim, lanjut Supriyadi, menjadi salah satu faktor penyebab turunnya

produktivitas padi hingga 0,3 persen. Produktivitas padi tadah hujan saat ini 44,32

kuintal per hektar. M eskipun produktivitasnya turun, produksi padi Gunung Kidul tahun

ini justru meningkat 0,5 persen karena adanya tambahan luasan areal lahan pertanian.

(Kompas, Rabu, 28 Juli 2010 | 22:07 WIB)

Sumber:

http://regional.kompas.com/read/2010/07/28/22072266/

Pos.Pemantau.Wereng.Didirikan.di.Perbatasan.Gunung.Kidul..

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Petani Tak Dapat Info08.53 | Author: Urip SR

BATAM, KOMPAS - Kenaikan harga produk pertanian di pasaran akhir-akhir ini tidak

banyak dinikmati petani. Keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang. Penyebabnya,

petani tidak mendapat informasi harga terkini sehingga harga ditentukan sepenuhnya

oleh tengkulak.

Page 18: Kliping Wereng Coklat Padi

Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian Suswono pada pembukaan Pekan Flori dan Flora

Nasional 2010 di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (15/7). Hadir pula Gubernur Kepulauan

Riau Muhammad Sani dan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan.

Petani tidak menikmati kenaikan harga karena tidak mendapat informasi harga terkini.

Selain itu, kondisi ekonomi yang pas-pasan menyebabkan petani menjual hasil panen

dengan harga seadanya. Tengkulak yang menentukan harga.

Untuk melindungi petani dalam jangka pendek, Suswono menyatakan akan

merevitalisasi kelembagaan petani sehingga posisi tawarnya lebih kuat. ”Informasi harga

harus diketahui petani,” kata Suswono.

Ketua Kelompok Tani Makmur Suhartono menyatakan, posisi tawar petani di Batam

sangat lemah. Harga lebih banyak dikendalikan tengkulak. ”Tidak pernah ada

pendampingan dari pemerintah. Jadi, petani serba sendiri. Tidak pernah ada

pembinaan,” katanya.

Penyakit dan cuaca

Lonjakan harga sejumlah sayuran juga disebabkan oleh gangguan pasokan akibat

penyakit dan anomali cuaca.

Benny A Kusbini, Presiden Direktur Mitra Agro Unggul, sebuah perusahaan pertanian, hari

Kamis di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, gangguan pasokan cabai terjadi mulai

empat bulan lalu. Penyebabnya, kebun cabai di Sumatera dan Jawa terkena virus daun

kuning. Virus terus berkembang jika tidak diatasi. Obat untuk penyakit itu ada di Institut

Pertanian Bogor. ”Tinggal kesiapan pemerintah memproduksi secara massal,” katanya.

Anomali cuaca juga mengakibatkan lahan tidak sehat. Setelah panas dalam jangka

panjang, tiba-tiba turun hujan. ”Anomali cuaca membuat tanaman shock dan tidak

berkembang normal,” katanya.

Hal itu juga dialami petani kentang, tomat, dan bawang. Akibatnya, komoditas pertanian

itu langka di pasar.

Serangan hama wereng batang cokelat (Nilapavarta lugens) masih mengancam sekitar

25.583 hektar lahan pertanian di Jawa Barat. Pemerintah provinsi meminta petani

menyemprot pestisida secara tepat dan meningkatkan pemanfaatan musuh alaminya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, ancaman wereng tersebar di

13 kabupaten di Jabar. Sebanyak 22.028 hektar di antaranya di wilayah sentra padi,

Page 19: Kliping Wereng Coklat Padi

seperti Kabupaten Subang, Indramayu, Cirebon, Bekasi, Karawang, dan Majalengka.

Sisanya tersebar di tujuh daerah lain.

Menurut Kepala Dispertan Jabar Endang Suhendar, itu sebagian terjadi akibat

pembasmian hama oleh petani belum maksimal. Mayoritas petani menyemprot hanya di

bagian atas tanaman.

Peneliti Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari,

Karawang, Mustaghfirin, menyatakan, untuk mengantisipasi serangan wereng, petani

dan pihak terkait perlu mengupayakan pemakaian benih tahan wereng,

menyerempakkan penanaman, meningkatkan pengamatan dini, serta mencegah

perkembangan wereng dengan mengelola musuh alami wereng, seperti laba-laba, kepik,

dan cendawan, serta menyemprotkan pestisida secara baik.

Hal senada dikemukakan Sekretaris Kontak Tani dan Nelayan Andalan Jabar Rali Sukari.

(LAS/RAZ/MKN/GRE)

Sumber: http://m.kompas.com/news/read/data/2010.07.16.04430433

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Ledakan Populasi Hama Kurang Diantisipasi10.57 | Author: Urip SR

Rabu, 23 Juni 2010 | 04:27 WIB

Jakarta, Kompas - Selama enam bulan terakhir, area sawah padi terserang hama wereng

coklat tercatat 30.159 hektar. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding periode setahun pada

2009 yang seluas 13.122 hektar. Lebih parah lagi, ledakan populasi hama ini kurang

diantisipasi, padahal sebenarnya bisa diprediksi.

Kondisi iklim ekstrem seperti La Nina yang menyebabkan musim kemarau dengan

banyak hujan seperti sekarang, dapat diprediksi sebelumnya. Fenomena ini

menyebabkan kelembaban tinggi sehingga menimbulkan ledakan populasi serangga

tertentu termasuk hama tanaman pangan, seperti wereng batang coklat.

”Sekarang petani tidak disiapkan untuk mengantisipasi serangan hama wereng coklat

sehingga terjadi kerugian cukup besar,” kata Ketua Umum Perhimpunan Meteorologi

Pertanian Indonesia (Perhimpi) Rizaldi Boer, Selasa (22/6) di Jakarta.

Page 20: Kliping Wereng Coklat Padi

Rizaldi mengatakan, pada 1997–1998 dan pada 2005 juga terjadi La Nina. Pada tahun itu

pula terjadi ledakan populasi hama wereng coklat di berbagai wilayah. Pengalaman ini

dapat dijadikan acuan untuk mengantisipasi La Nina berikutnya.

Informasi iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menurut

Rizaldi, tidak diterima masyarakat petani sebagai informasi yang relevan untuk

pengendalian hama.

Secara terpisah, Kepala Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor (IPB) Dadang mengatakan, wereng coklat ini merupakan hama laten.

Jenis hama ini memiliki tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan lingkungan dan akan

berkembang lebih baik pada kondisi kelembaban tinggi.

”Wereng coklat ini menyebarkan virus kerdil hampa,” kata Dadang.

Virus kerdil hampa dapat ditengarai pada kondisi daun bendera (paling muda) dalam

bentuk yang terpilin. Tanaman padi pun menjadi kerdil, warna daunnya tampak lebih

hijau dibandingkan lainnya, dan mengalami pertumbuhan tidak sempurna.

Wereng coklat memiliki indikasi merusak tanaman padi dengan mengisap cairan

tanaman, memiliki kemampuan reproduksi tinggi dengan bertelur di dalam batang,

memiliki sayap panjang dan sayap pendek.

”Satu generasi wereng coklat memiliki masa hidup sekitar satu bulan,” kata Dadang.

Untuk menghadapi ledakan populasi wereng coklat jangka pendek, Dadang

merekomendasikan untuk dilakukan pemantauan intensif di semua area, terutama pada

area endemis. Setelah itu, segera ditempuh upaya menurunkan populasi dengan

memanfaatkan insektisida yang tepat atau memanfaatkan musuh alami.

Secara jangka panjang, diharapkan program penerapan pengendalian hama tanaman

kembali digalakkan melalui sekolah-sekolah lapang petani. Pada era 1990, menurut

Dadang, sejumlah 500.000 petani mengikuti sekolah lapang pengendalian hama

tanaman.

”Sekarang, meskipun tidak ada data, diperkirakan bahwa jumlah petani yang ikut

sekolah lapang ini sudah jauh berkurang,” ujar Dadang. (NAW)

Page 21: Kliping Wereng Coklat Padi

Sumber:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/23/04271584/Ledakan.Populasi.Hama.Kurang

.Diantisipasi

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (3)

Lahan yang Diserang Wereng Bertambah15.17 | Author: Urip SR

Kamis, 17 Juni 2010 | 05:11 WIB

Solo, Kompas - Luas lahan pertanian di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang terserang

hama wereng terus bertambah.

Di Jawa Tengah, jika awal Januari 2010 lahan yang terserang wereng batang coklat 5.900

hektar dengan 729 hektar di antaranya puso, akhir Mei 2010 lahan yang terserang

meningkat jadi 7.502 hektar dengan 1.667 hektar di antaranya puso.

Di Jawa Barat, menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jawa Barat Oo Sutisna,

belum ada data yang pasti tentang lahan yang diserang hama wereng. Meski demikian,

laporan tentang serangan wereng meningkat.

”Sebulan lalu dilaporkan, wereng menyerang wilayah Subang. Kini Cianjur, bahkan

Cirebon pun mengalami hal serupa. Kami mendesak pemerintah membantu petani

memberantas hama karena serangannya sulit dibendung,” ujar Sutisna.

Di Cirebon, lanjutnya, seluruh staf dinas pertanian, peternakan, kehutanan, dan

perkebunan mulai Kamis ini dikerahkan untuk ikut memberantas wereng.

Pola tanam

Di Jawa Tengah, kasus serangan wereng kemarin terungkap dalam rapat koordinasi

penanggulangan serangan wereng batang coklat yang digelar di Gedung Graha Solo

Raya, Solo.

Menurut Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa

Tengah Suryo Banendro, sebagian besar pengendalian hama wereng dilakukan petani

dengan cara menggunakan pestisida. ”Dari lahan 37.292 hektar yang dikendalikan,

seluas 30.514 hektar dikendalikan melalui pestisida. Sisanya melalui pemusnahan dan

cara lain,” katanya.

Page 22: Kliping Wereng Coklat Padi

Sayangnya, kata Camat Selogiri, Kabupaten Wonogiri, B Haryanto, ada petani yang

menggunakan pestisida berlebihan. Akibatnya, dalam sepekan ini tujuh petani keracunan

pestisida. Satu di antaranya dirawat di rumah sakit, tetapi kini telah kembali ke rumah

dan menjalani rawat jalan. (EKI/NIT)

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Kerugian akibat Hama Wereng Rp 90 Miliar14.39 | Author: Urip SR

Kamis, 10 Juni 2010 | 05:38 WIB

Semarang, Kompas - Keterlambatan penanganan serangan hama wereng di 28

kabupaten di Jawa Tengah telah merugikan petani tak kurang dari Rp 90 miliar. Kondisi

itu termasuk bencana ketahanan pangan.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah

Priyantono Djarot Nugroho, Rabu (9/6) di Semarang, mengemukakan, serangan wereng

yang terdeteksi mencakup areal 6.000 hektar. ”Dari segi kebencanaan, kegagalan sektor

pertanian menyediakan pangan dalam jumlah besar sudah kategori bencana pangan.

Target stok pangan Jateng kemungkinan bisa berkurang sebagai akibat meluasnya hama

wereng,” katanya.

Priyantono menjelaskan, meluasnya hama wereng itu diduga akibat pola tanam yang

tidak terkontrol oleh petugas pertanian di lapangan. Cakupan daerah serangan wereng

yang paling parah justru di sentra pertanian padi, seperti Klaten, Sragen, Sukoharjo,

Boyolali, Purworejo, dan Pekalongan.

Terkait serangan wereng, Kepala Bagian Humas Perum Bulog Divisi Regional Jateng Siti

Farida menjamin stok beras masih aman.

Sementara itu, koordinator pengamat hama Dinas Pertanian dan Tanaman Jateng

wilayah Purbalingga, Katiran, mengatakan, di wilayahnya sekitar 65 hektar sawah

diserang hama penggerek batang dan lebih dari 3 hektar sawah diserang hama wereng

coklat. Sementara areal sawah yang diserang tikus 140 hektar.

Sebagian besar areal sawah yang diserang ketiga macam hama itu seluruhnya gagal

panen. Usia tanaman padi yang diserang hama 55 hari atau hampir separuh masa tanam

hingga panen. Hama ini tersebar di sejumlah kecamatan. (WHO/MDN)

Page 23: Kliping Wereng Coklat Padi

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (1)

Serangan Wereng belum Ganggu Produksi Padi Nasional13.49 | Author: Urip SR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Meski serangan hama wereng kian meningkat memasuki Mei

2010, produksi padi nasional diperkirakan tak akan terganggu.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gatot

Irianto, mengatakan dampak serangan wereng itu belum sampai mengancam

produktivitas padi nasional.

''Total lahan yang terkena masih terkendali,'' ujar Gatot yakin di sela acara Workshop

Nasional Wereng Batang Coklat di Jakarta, Rabu (19/5).

Gatot melanjutkan, perbandingan luas serangan wereng pada pertanaman padi periode

Januari-April 2010, memang lebih tinggi dibandingkan serangan wereng periode sama

pada tahun 2009. ''Bahkan lebih tinggi dibandingkan rerata lima tahun antara 2004

sampai 2008 pada periode yang sama,'' jelasnya.

Luas serangan wereng periode Januari-April 2010 adalah 23.402 hektare (puso 69

hektare). Sementara luas serangan wereng periode Januari-April 2009 adalah 12.852

hektare (puso 542 hektare). Adapun rerata lima tahun pada periode yang sama adalah

11.822 hektare (puso 179 hektare). ''Grafis serangan wereng memang meningkat, tapi

masih terlalu kecil dibandingkan luas lahan sawah kita yang mencapai 7,8 juta hektare.

Jadi tidak sampai mengancam produksi padi nasional, walaupun tetap harus

diwaspadai,'' sergahnya.

Dia memaparkan, wereng batang coklat sejatinya hama tanaman padi yang tidak hanya

menyerang Indonesia. Negara-negara produsen padi seperti Thailand, Vietnam, dan Cina

juga mengalami serangan hama yang membuat kering batang tanaman padi tersebut.

''Tahun ini memang ada laporan serangan di sana juga meningkat,'' ungkapnya.

(Republika)***

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/05/19/116207-

serangan-wereng-belum-ganggu-produksi-padi-nasional

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Padi Hibrida Picu Serangan Wereng13.46 | Author: Urip SR

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Serangan hama wereng batang coklat terhadap lahan-lahan

persawahan kian mengkhawatirkan. Tidak hanya di Pulau Jawa, lahan-lahan persawahan

Page 24: Kliping Wereng Coklat Padi

di luar Jawa pun makin banyak yang terkena serangan hama.

Menurut laporan yang diterima Kementerian Pertanian, luas lahan sawah yang terkena

serangan wereng melonjak drastis. Sampai akhir bulan April, luas sawah terserang

wereng ada 22.700 hektare. Namun pada laporan per tanggal 18 Mei 2010, luas lahan

yang terkena wereng melonjak menjadi 26.008 hektare.

Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang terkena serangan wereng paling parah,

yaitu mencapai 15.223 hektare. Disusul Jawa Tengah 3.654 hektare, Jawa Timur, 2.091,

dan Banten 855 hektare. Sisanya berada di luar Pulau Jawa.

Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, menyatakan ada beberapa faktor yang

diindikasikan menjadi penyebab serangan wereng tahun ini. Salah satu di antaranya

adalah penggunaan padi hibrida dan kesalahan pemakaian pestisida.

''Ada dugaan benih padi hibrida yang memicu serangan wereng. Sifat hibrida yang tidak

tahan hama ini harus kita antisipasi karena Indonesia punya pengalaman serangan

wereng yang cukup besar,'' ungkap Bayu dalam Workshop Nasional Wereng Batang

Coklat di Jakarta, Rabu (19/5).

Adapun penyebab lain yang kini tengah dianalisis tim Kementerian Pertanian adalah

perubahan iklim yang semakin tak menentu, penanaman padi yang tidak serentak, dan

kelalaian petani lantaran lupa cara menangani serangan wereng. ''Soalnya ini sudah 10

tahun tidak terjadi serangan wereng yang masif,'' sambung Bayu.(Republika)***

Sumber: http://www.republika.co.id

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Penanaman Bibit Padi Hibrida Akan Dievaluasi13.43 | Author: Urip SR

JAKARTA-MI: Pemerintah akan mengevaluasi kebijakan menggenjot penggunaan benih

padi hibrida secara luas dalam areal sawah Indonesia ke depan. Sebab, penggunaan

benih padi yang berproduktifitas tinggi itu diduga turut menjadi salah satu pemicu

meluasnya serangan hama wereng belakangan ini.

Demikian dikemukakan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi usai membuka

Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu

(19/5).

Menurut dia, tak dimungkiri benih padi hasil persilangan induk tetua unggul itu unggul

dalam hal produktifitas dibandingkan jenis konvensional atau inbrida. Padi hibrida pun

diakuinya menjadi salah satu kunci mendongkrak produksi padi Indonesia, utamanya

dalam 2 tahun terakhir. Pencapaian swasembada beras di 2009 pun diakui tak lepas

akibat penggunaan padi hibrida.

Page 25: Kliping Wereng Coklat Padi

"Karena itu kita terus dorong penggunaannya karena kala itu wabah wereng belum

mengkhawatirkan seperti saat ini," ujarnya.

Namun demikian, pihaknya menduga serangan hama ini juga akibat adanya penggunaan

benih-benih padi hibrida dalam jumlah besar dalam 2-3 tahun terakhir. Apalagi, ada

kemungkinan benih-benih yang diproduksi massal oleh produsen hingga digunakan

petani tidak tahan dengan hama ini. "Ini yang perlu kita evaluasi saat ini," ujarnya.

"Memang hibrida baik untuk dongkrak produksi. Tapi kita tahu, jenis itu memang

cenderung lebih rentan terhadap OPT (organisme pengganggu tanaman. Risiko inilah

yang perlu kita tetap perhitungkan di luar benefit tingginya tingkat produktifitasnya,"

ujarnya.

Karena itu, pemerintah memandang perlu melakukan evaluasi untuk melihat, sudah

tepatkah penggunaan hibrida saat ini. "Mau kita lihat lagi. Apakah inbrida atau hibrida. Di

satu sisi tingkat produktiffitas tinggi, tapi harus juga tahan terhadap serangan wereng,"

ujarnya.

Pasalnya, masih ada banyak ada banyak faktor teoritis penyebab meluasnya serangan

hama serangga yang diketahui pertama mulai menjangkiti di Indonesia sejak 1931 itu. Di

antaranya yakni adanya perubahan iklim yang membuat pola tanam menjadi tidak

serentak. Hal itu memicu persebarannya karena setiap saat ada tempat hidup.

"Selain itu, banyak petani yang sudah lupa bagaimana menangani hama ini karena 10

tahun terakhir tidak pernah lagi menjangkiti Indonesia dalam skala luas," ujarnya.

Di tempat sama, pakar proteksi tanaman UGM Kasumbogo Untung mengatakan, belajar

dari pengalaman yang lalu-lalu, salah satu faktor pemicu cepatnya wabah hama wereng

saat ini adalah penanaman benih padi dari varietas-varietas yang rentan terhadap

serangan hama serangga itu. Berdasarkan sifatnya, padi jenis hibrida diketahui sangat

peka terhadap serangan hama ini.

Apalagi, menurut laporan, daerah-daerah yang terkena serangan hama ini sebagian

besar berada pulau Jawa, khususnya di pantai utara Jawa. Lokasi itu memang diketahui

menjadi kawasan endemik (area khusus persebaran) tempat berkembang biaknya hama

serangga itu.

Karena itu, ujarnya, perlu ada pembatasan jumlah dan evaluasi penyebaran wilayah

penggunaan padi hibrida. Daerah-daerah yang diketahui menjadi lokasi endemik

persebaran hama wereng harus dilarang ditanami padi hibrida.

Selain itu, hama ini juga telah turut mewabah di negara-negara sentra produksi padi

yang juga diketahui menggenjot penggunaan padi hibrida. "Di China, lokasi asal benih

jenis ini, bahkan sampai jutaan hektar yang terkena wereng," ujarnya.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, luas lahan persawahan yang terkena

Page 26: Kliping Wereng Coklat Padi

serangan wereng coklat periode Januari-April 2010 mencapai 23.402 hektar (ha) dengan

puso (gagal total) seluas 69 ha. Luasan itu lebih tinggi 82% dibandingkan dengan

periode sama di 2009 yang seluas 12.852 ha dengan puso 542 ha.

Luasannya saat ini bahkan lebih tinggi 97% dibandingkan luas serangan pada rerata 5

tahun sekurun 2004-2008 yang seluas 11.822 ha dengan puso 179 ha. Per 18 Mei 2010,

luasnya telah bertambah 2.606 ha atau menjadi 26.008 ha dengan puso 268 ha.

(Anindityo Wicaksono)***

Sumber: http://www.mediaindonesia.com

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (0)

Wereng Coklat meluas, Pemda Harus Aktif13.25 | Author: Urip SR

Jakarta, Kompas , 8 Mei 2010. Serangan

hama wereng batang coklat pada tanaman padi meluas, padahal sudah relatif lama

petani bebas dari serangan hama ini. Oleh karena itu, pemerintah daerah diminta lebih

cepat merespons setiap laporan adanya serangan agar tidak meluas.

Imbauan tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di Jakarta,

Jumat (7/5). ”Petani juga harus lebih waspada dan mempelajari kembali pola

penanggulangan wereng coklat melalui pendekatan pola tanam dan teknis budidaya,”

ujar Bayu.

Menurut Bayu, dari aspek luasan, areal tanaman padi yang terserang wereng coklat

memang tidak signifikan dibandingkan dengan total luasan areal panen padi. Pada April-

Mei 2010 total luas areal panen padi mencapai 3,3 juta hektar.

”Serangan ini tidak berdampak serius pada produksi pangan nasional, tetapi jelas sangat

merugikan petani karena petani gagal panen,” kata Wakil Menteri Pertanian.

Menurut Bayu, yang harus diwaspadai adalah meluasnya serangan, terutama di wilayah

pantai utara Jawa.

Page 27: Kliping Wereng Coklat Padi

Wilayah yang tanaman padinya terpapar wereng coklat adalah Subang (Jawa Barat),

Jember dan Banyuwangi (Jawa Timur), serta Klaten, Jepara, Pati, dan Pekalongan (Jawa

Tengah).

Kementerian Pertanian, kata Bayu, saat ini mengupayakan agar ada mekanisme bantuan

khusus bagi petani yang tanaman padinya terserang wereng.

Selama ini bantuan bagi petani yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) hanya dalam bentuk pupuk dan benih.

Padahal, petani korban hama wereng perlu mendapat ganti rugi supaya kelangsungan

hidupnya terjaga pasca-gagal panen.

Menurut Bayu, ada empat faktor yang memengaruhi meluasnya wabah wereng coklat.

Faktor-faktor tersebut adalah adanya perubahan iklim dan tata air yang membuat situasi

pola tanam tidak menentu, pola penanaman padi tidak lagi bisa dilakukan serempak,

introduksi benih padi hibrida yang tidak tahan wereng coklat, serta petani lupa cara

melakukan antisipasi. (MAS) Sumber : Kompas.com***

Keterangan Foto: Wakil menteri Pertanian Bayu Krisnamurti jumpa Pers pada acara

Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Auditorium, Kementerian Pertanian (Foto:

Urip SR)

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (1)

19.161 Hektar Tanaman Padi Terancam14.56 | Author: Urip SR

Petani Diimbau Tanam Varietas Padi Tahan Wereng

BANDUNG, KOMPAS - Serangan hama

wereng batang coklat di areal pertanian Jawa Barat diprediksi meluas. Sedikitnya, 19.161

hektar tanaman padi terancam serangan wereng jika penyebaran hama itu tak

Page 28: Kliping Wereng Coklat Padi

dihentikan. Dua pekan ini, hama wereng menyerang 7.210 hektar sawah, 395 hektar di

antaranya dipastikan gagal panen.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, ancaman wereng

tersebar di 13 kabupaten. Sebanyak 17.858 hektar (93 persen) di antaranya di wilayah

sentra padi, seperti Kabupaten Subang (7.720 hektar), Indramayu (5.039 hektar),

Karawang (3.917 hektar), dan Bekasi (1.182 hektar). Sisanya di daerah lain.

Meluasnya ancaman serangan hama yang menjadi

vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa ini, menurut Sekretaris Kontak Tani dan

Nelayan Andalan Jawa Barat Rali Sukari, perlu diwaspadai. Terlebih lagi memasuki musim

pancaroba, yakni peralihan iklim dari musim hujan ke musim kemarau.

”Kondisi ini menyebabkan suhu udara dan tingkat kelembaban sama-sama tinggi.

Akibatnya, wereng cepat berkembang biak,” kata Rali.

Ia menambahkan, tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (hama) pada

awal musim tanam gadu (kedua) 2010 ini diperparah pola tanam yang tidak serempak

dan penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah.

Menurut Rali, seharusnya tiap kabupaten/kota memiliki pola tanam masing-masing agar

setidaknya masa tanam di satu kawasan itu bisa serentak. Ini bisa mencegah

penyebaran hama dari satu sawah ke yang lain. Selain itu, usia tanaman yang seragam

juga membuat program pemusnahan hama lebih tertata karena tidak perlu khawatir

merusak petak yang lain.

Varietas tahan wereng

Page 29: Kliping Wereng Coklat Padi

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat Entang Sastraatmadja

menyebutkan pula, penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah

lebih rentan terhadap wereng batang coklat.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten

Karawang Kadarisman. Ia mengimbau petani menanam padi varietas tahan wereng,

mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, dan menyemprot insektisida secara

massal.

Upaya itu telah ditempuh di beberapa persawahan di Karawang yang telah memasuki

musim tanam gadu. Beberapa varietas yang dianjurkan ditanam, antara lain, Inpari 1-10,

Mekonga, dan Ciherang. Ia mengimbau petani agar tidak menanam varietas ketan dan

padi lokal yang rentan wereng.

Dari Kabupaten Indramayu dilaporkan, sedikitnya 2.571 hektar sawah di empat

kecamatan juga telah terserang wereng batang coklat. Akibatnya, produktivitas lahan

turun hingga 50 persen. Empat kecamatan itu adalah Cikedung, Terisi, Kroya, dan

Losarang. Berbeda dengan data provinsi, lahan yang terancam wereng di Indramayu

mencapai 10.984 hektar.

Beong (55), petani Desa Jatimulya, Kecamatan Cikedung, Indramayu, mengakui, sekitar

25 persen dari satu hektar sawahnya dimakan wereng. Wereng menyerang sawahnya

ketika padi berusia 60 hari atau saat padi mulai berbuah. Akibatnya, banyak bulir padi

hampa dan produksi berkurang.

Biasanya, produktivitas sawah di area hutan berkisar 3 ton per hektar, tetapi kini hanya

panen 1,5 ton-2 ton.

”Biaya tanam juga naik, dari biasanya Rp 2 juta per hektar sekarang Rp 3 juta karena

harus membeli pestisida lebih banyak,” ujar Beong.

Kepala Seksi Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian dan

Peternakan Indramayu Abdul Muin mengatakan, kebanyakan hama wereng menyerang

tanaman padi usia dewasa. Kondisi itu mendorong petani segera memanen padi meski

waktu panen masih 1-3 minggu lagi. Tujuannya adalah mengurangi kerugian sebab

produktivitas lahan akan turun sampai 15 persen.

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon meminta

petani agar selalu mengamati secara rutin tanaman padi miliknya. Jika ada serangan,

sekecil apa pun, petani diminta segera melapor supaya bisa dilakukan penyemprotan

Page 30: Kliping Wereng Coklat Padi

serempak pada satu hamparan sawah.(MKN/THT/GRE/Kompas.com Jumat, 23 April 2010 |

04:56 WIB)

Keterangan Gb1 : Areal pertanaman padi di daerah Patokbeusi Foto tgl 24/4/2010

(Foto:Urip)

Gb.2 : Populasi Wereng Coklat yang sangat tinggi sampai ke atas bagian daun bendera,

merupakan vektor virus kerdil hampa dan kerdil rumput. (Foto: Urip SR).

.

KLIPING SEPUTAR HAMA WERENG | komentar (1)

WERENG SERANG PADI14.46 | Author: Urip SR

Kumpulan Kliping Seputar Serangan

HamaWereng Bantang Coklat (Nilarpavata lugens STAL)

Yang tercecer dari Harian Kompas.

Sekedar peringatan agar kita selalu WASPADA dalam menghadapi MT. 2010.

Subang, Kompas - Sedikitnya 6.265 hektartanaman padi di 102 desa di Kabupaten

Subang, Jawa Barat, diserang hama wereng batang coklat tiga bulan terakhir.

Sebanyak 395 hektar di antaranya gagal panen (PUSO) dan dimusnahkan untuk

memutus siklus serangan.

Serangan wereng terparah terjadi di kecamatan-kecamatan seperti Pabuaran seluas

1.719 hektar (ha), Patokbeusi (1.577 ha), Ciasem (850 ha), dan Blanakan (663 ha). Dari

395 ha yang gagal panen (puso), 270 ha di antaranya di Patokbeusi, 120 ha di Ciasem,

dan 5 ha di Pabuaran. Petani diperkirakan merugi hingga Rp 3 juta per ha.

Page 31: Kliping Wereng Coklat Padi

Satim (60), pemilik 1 ha sawah di Desa Ciberes, Patokbeusi, Rabu (21/4), menyebutkan,

wereng menyerang sejak padi berumur 40 hari. Saat usia padi 60 hari, pekan lalu,

tanaman telah rusak. Daun dan batang tampak coklat kemerahan dan mengering.

Padahal, Satim telah mengeluarkan modal, antara lain Rp 1,5 juta untuk pengolahan

lahan, penanaman, dan pemupukan. Dia juga membayar lebih dari Rp 1,3 juta untuk

membeli pestisida dan ongkos kuli serta Rp 200.000 untuk persemaian benih. Tanaman

padi milik Satim sudah tidak dapat diselamatkan dan harus dimusnahkan.

Sarma (40), petani lain di Ciberes, menambahkan, ongkos pestisida melonjak lebih dari

dua kali lipat. Hingga usia padi 60 hari, penyemprotan dilakukan 13 kali. Padahal, pada

musim sebelumnya dilakukan 5-8 kali hingga padi panen (100 hari).

”Modal telah banyak keluar, sementara padi harus dimusnahkan karena hama sulit

dibasmi. Selain rugi, petani masih terbebani harga eceran pupuk yang naik dua pekan

ini,” ujar Sarma.

Ayub (35), petani di Desa Gempolsari, Patokbeusi, menambahkan, serangan wereng

yang menyerang sawahnya musim ini merupakan yang terparah dalam dua tahun

terakhir. ”Wereng kadang menyerang, tetapi dapat dikendalikan dan tidak menyebabkan

puso,” ujarnya.

Pemusnahan

Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian Subang Ani

Sofiani menyebutkan, tahun lalu wereng menyerang lahan kurang dari 1.000 ha dan

tidak menyebabkan puso. Tahun ini serangan eksplosif dan menyebar dengan cepat,

hingga mencapai 6.265 ha dari total luas lahan di Subang pada musim tanam rendeng

(pertama) ini sekitar 88.000 ha.

Ani menambahkan, agar serangan terputus dan tidak menyebar lebih luas, tanaman

yang terserang disemprot dan dimusnahkan. Proses pemusnahan dilakukan petani

bersama instansi terkait sejak awal pekan lalu.

Selain Dinas Pertanian Subang, upaya itu melibatkan Dinas Pertanian Jawa Barat,

Kementerian Pertanian, Balai Penelitian Padi Sukamandi, Balai Besar Peramalan OPT

Jatisari, serta Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat.

Baskoro SW, praktisi dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, menambahkan, dampak perubahan iklim global yang

Page 32: Kliping Wereng Coklat Padi

memengaruhi suhu, kelembaban, dan angin turut memengaruhi perkembangbiakan dan

penyebaran wereng. Untuk mengendalikan dan menekan populasi wereng, salah satu

cara yang dapat ditempuh adalah memutus sumber makanan atau inang, antara lain,

dengan awal tanam secara serentak. (mkn/Kompas.com)***

Foto ilustrasi: Urip SR ([email protected])

.