klhs-rtrwk-sekadau

14
KLHS OKTOBER 2011 RTRW KABUPATEN SEKADAU 2011-2031 KLHS RTRW Kabupaten Sekadau ini merupakan hasil kajian menyeluruh dan strategis terhadap isu-isu strategis lingkungan dikaitkan dengan kebijakan, rencana dan program yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Sekadau 2011-2031 dengan metode penilaian cepat (quick appraisal).

Upload: agus-parthama-putra

Post on 25-Jul-2015

379 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

OKTOBER 2011 RTRW KABUPATEN SEKADAU 2011-2031

KLHS RTRW Kabupaten Sekadau ini merupakan hasil kajian

menyeluruh dan strategis terhadap isu-isu strategis lingkungan

dikaitkan dengan kebijakan, rencana dan program yang

ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Sekadau 2011-2031

dengan metode penilaian cepat (quick appraisal).

Page 2: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

KLHS RT RW K A B U PATE N S E K ADAU 2 0 1 1 - 2 0 3 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sesuai amanah Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 15,

untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau

program, wajib dilaksanakan kajian lingkungan hidup strategis

(KLHS). Kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategis dan

jangka panjang di daerah meliputi. Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana

pembangunan jangka menengah (RPJM) serta berbagai

kebijakan, rencana dan/ atau program yang berpotensi

menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

Jadi KLHS RTRW Kabupaten Sekadau merupakan rangkaian

kajian atau analisis yang dilakukan secara sistematis, holistis

(menyeluruh/komprehensif) dan melibatkan seluruh

stakeholder untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana dan

program (KRP) yang dirumuskan di dalam RTRW Kabupaten

Sekadau hingga Tahun 2031. Dengan KLHS ini diharapkan

setiap KRP akan memperhatikan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup serta menjamin terjaganya

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan

masyarakat

Ada tiga langkah pokok yang dilakukan dalam KLHS ini

yaitu :

a. Mengkaji pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program

yang dirumuskan dalam RTRWK Sekadau terhadap

kondisi lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Sekadau.

b. Berdasarkan hasil kajian di atas, dirumuskan alternative

penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program.

c. Merumuskan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan

keputusan kebijakan, rencana dan/atau program yang

mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sebelum ketiga langkah poko tersebut terlebuh dahulu

dirumuskan isu-isu pokok lingkungan hidup di Kabupaten

Page 3: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

Page 2

Sekadau sebagai tolok ukur kondisi lingkungan hidup yang

akan dikaji.

Tujuan Klhs RTRW

Kabupaten Sekadau

KLHS terhadap Rencana Tata Ruang Wilyah Kabupaten

Sekadau dilakukan untuk memastikan agar proses, prosedur

dan produk dari rencana tata ruang tersebut telah memuat

asas keseimbangan, keadilan dan kesalingtergantungan

ditinjau dari asfek lingkungan hidup, sosial budaya dan

ekonomi.

ISUE-ISUE LINGKUNGAN HIDUP

STRATEGIS

Isue Terkait Masalah

Fisik dan Sumberdaya

Alam

Sungai Sekadau Dan

Belitang Sebagai Sumber

Air Terancam

Kabupaten Sekadau merupakan integrasi 2 (dua) sub sistem

DAS sebagai bagian dari sistem DAS Kapuas yaitu DAS

Sekadau di selatan dan DAS Belitang di utara yang

mempunyai potensi sebagai sumberdaya air dan sumberdaya

energi. Di kawasan hulu Sungai Sekadau yang umumnya

berupa kawasan pegunungan dengan kemiringan di atas

15 % terdapat begitu besar sumberdaya air yang dapat

dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sumber air baku dan

juga sebagai daya tarik wisata minat khusus seperti arung

jeram, river cruising dan lain-lain. Beberapa sub kawasan

bahkan dapat dikembangkan sebagai waduk buatan seperti

kawasan Riam Terap Pugan pada Aliran Sungai Menterap

Hulu di Kecamatan Nanga Taman (berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Sekadau Tahun 2009).

Potensi Pengembangan

Pertanian Tinggi

Disamping itu, Iklim di wilayah Kabupaten Sekadau

berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson termasuk iklim

type A yang sangat basah dengan curah hujan cukup tinggi

antara 3000 s/d 5000 mm per tahun. Kondisi iklim tersebut

sangat menunjang bagi kegiatan pertanian khususnya

pertanian lahan basah dan kecukupan tersedianya

sumberdaya air. Potensi ini juga ditunjang oleh jenis tanah

dominan yang secara umum sangat mendukung

pengembangan budidaya pertanian (perkebunan, pertanian

tanaman pangan, hortikultura, perikanan, dll). Sekitar 78 %

dari luas wilayah kabupaten merupakan tanah dengan

kedalaman efektif tanah > 90 cm (mampu menunjang

tumbuhnya perakaran tanaman), dan sekitar 83 % merupakan

tanah dengan tekstur sedang yang cukup sesuai untuk

pengembangan kegiatan budidaya pertanian.

Luas Wilayah Sangat

Terbatas, Tekanan

Terhadap Lingkungan

Cenderung Tinggi

Wilayah Kabupaten Sekadau yang hanya 544.430 Ha atau

sekitar 3,7 % saja dari luas Propinsi Kalimantan Barat sangat

membatasi ruang gerak investasi di bidang pertanian

terutama perkebunan dan budidaya hutan yang memerlukan

lahan yang cukup luas. Apalagi bila dikaitkan dengan

amanant Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang untuk menyediakan areal hutan dan

Page 4: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

kawasan lindung sebanyak 30% dari luas DAS (Sekadau dan

Belitang), maka praktis, hanya sekitar 380.000 Ha saja

wilayah Kabupaten Sekadau yang dapat dikembangkan

sebagai kawasan budidaya non kehutanan. Dengan sangat

terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai

kawasan budidaya, maka di masa depan, tekanan-tekanan

terhadap lingkungan hidup akan cenderung tinggi, terutama

akibat pertamabahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

regional.

Tutupan Hutan di Hulu

Sungai Belitang Sangat

Minim

Dari aspek hiroorologis wilayah, dengan adanya dua sungai

utama di Kabupaten Sekadau ini, maka pengamanan 30 %

dari wilayah DAS Sekadau dan Belitang di bagian hulu

masing-masing harus dikelola dengan baik sebagai kawasan

perlindungan sungai secara keseluruhan. DAS bagian tengah

dan hilir (60%) sebagai zona pemanfaatan akan sangat

tergantung pada kelestarian bagian hulu DAS kedua sungai

itu. Permasalahannya adalah pada Sungai Belitang, dimana

areal hulu DAS Belitang ini sebagian besar merupakan

kawasan dataran bukan pegunungan, dengan tutupan hutan

yang sudah sangat minim.

Rawan Erosi dan Degradasi

Lingkungan di Hulu Sungai

Sekadau

Tingginya curah hujan di Kabupaten Sekadau harus diimbangi

dengan pengelolaan hutan yang maksimal di catchment area

Sungai Sekadau dan Belitang. Kalau kawasan hulu kedua

sungai ini rusak, maka besarnya curah hujan akan

meningkatkan fluktuasi debit air kedua sungai ini dan

cenderung menimbulkan permasalahan di kawasan tengah

dan hilir kedua DAS dimana saat bulan-bulan basah dengan

curah hujan maksimal akan terjadi luapan banjir dan di bulan-

bulan kering debit air kedua sungai utama ini akan jauh

menurun.

Sekitar 21 % atau seluas 114.325 Ha, merupakan lahan

dengan kemiringan di atas 15 % (sekitar 6% diantaranya

memiliki kemiringan di atas 40%). Kondisi ini tentu saja

merupakan kendala utama dalam pengembangan wilayah di

Kabupaten Sekadau terutama dalam penyediaan infrastruktur

pengembangan perkotaan/perdesaan. Seluruh kawasan

dengan kemiringan di atas 40 % berada di wilayah Sub DAS

Sekadau, sehingga pengembangan wilayah selatan

kabupaten ini harus dilakukan dengan hati-hati melalui

pembatasan-pembatasan pemanfaatan lahan yang

berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan.

Jenis tanah di Kabupaten Sekadau sebagian besar (71,8 %)

merupakan tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Kendala

pengembangan lahan Podzolik Merah Kuning beriklim basah

dengan topograsi bergelombang cukup kompleks. Kesalahan

Page 5: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

dalam pengelolaan merupakan penyebab degradasi lahan

yang mendasar.

Perusakan Alam oleh

Penambangan Emas Tanpa

Ijin

Kerusakan lingkungan menjadi ancaman baru bagi

masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas penambangan

tanpa izin (PETI) disejumlah kawasan di Kabupaten Sekadau,

terutama tersebar di Kecamatan Belitang Hilir (Sungai Ayak

dan sekitarnya) dan Kecamatan Belitang. Aktifitas Untuk

menghindari kerusakan lingkungan akibat bahan kimia yang

dipakai oleh para penambang, maka penertiban PETI menjadi

pilihan terbaik. Namun saat ini proses penertiban ini berjalan

tersendat-sendat, karena para penambang seringkali

melawan saat ditertibkan.

Penerapan aturan WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat)

perlu di pikirkan agar bisa membantu pemerintah daerah

memberikan solusi. Pada zonasi yang tidak boleh ada

penambangan liar, maka pemerintah kabupaten harus berani

melakukan penertiban meskipun terkadang mendapat

perlawanan dari warga. Penggunaan merkuri secara bebas

dalam proses penambangan emas ini berdampak buruk bagi

lingkungan sekitar terutama anak-anak sungai yang di aliri

sebagai tempat sumber kehidupan manusia.

Pengaruh dari menyebarnya mercuri dan sianida secara

sembarangan di lingkungan memang masih belum dirasakan.

Namun pengaruh dari pencemaran lingkungan ini bisa

dirasakan dalam jangka beberapa tahun ke depan, sebagai

akumulasi dari dampak pencemaran lingkungan yang terjadi.

Isue Terkait

Pemanfaatan Ruang

Alih Fungsi Hutan dan

Semakin Meluasnya Lahan

Kritis

Pola penggunaan lahan yang terjadi saat ini menunjukkan

bahwa luas hutan yang ada di Kabupaten Sekadau hanya

mencapai 12,1 % dari luas kabupaten. Kenyataan ini sangat

memprihatinkan mengingat Kabupaten Sekadau mencakup 2

wilayah Sub DAS yaitu Sub DAS Belitang dan Sub DAS

Sekadau dimana 30 % dari luas masing-masing sub DAS

tersebut yang merupakan bagian hulu kedua sungai harusnya

dipertahankan sebagai kawasan hutan yang berfungsi

sebagai catchment area kedua sungai untuk menjamin

kelestarian dan kestabilan ekologis kedua sub DAS tersebut

(sesuai amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, pasal 17:5).

Bila dikaji lebih dalam, wilayah DAS Sekadau yang luasnya

sekitar 280.798 Ha memiliki hutan sekitar 44.900 Ha atau

sekitar 15 % dari luas DAS Sekadau. Dari luasan itu sebagian

besar kawasan hutan yang masih tersisa justru berada di

Kecamatan Sekadau Hilir dan Sekadau Hulu, bukan di daerah

perhuluan Sungai Sekadau (Nanga Taman dan Nanga

Mahap) yang hutannya hanya sekitar 3.800 Ha saja.

Page 6: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

Dari data dan informasi penggunaan lahan ini dapat

disimpulkan bahwa kondisi lingkungan DAS Sekadau maupun

DAS Belitang sudah dalam taraf memprihatinkan, apalagi bila

dikaitkan dengan pesatnya perkembangan perkebunan

kelapa sawit di seluruh bagian wilayah Kabupaten Sekadau.

Bila dilihat perkembangannya selama 5 tahun terakhir, terjadi

pergeseran pola penggunaan lahan yang cukup berarti di

wilayah Kabupaten Sekadau, terutama berkurangnya lahan-

lahan hutan seiring dengan meningkatnya kawasan semak

belukar dan lahan kering hampir di seluruh wilayah

kecamatan. Kawasan hutan baik hutan rakyat maupun hutan

negara telah berkurang sekitar 24.000 Ha selama 5 tahun

terakhir. Pengurangan l;uas hutan ini lebih banyak terjadi

pada hutan rakyat yaitu berkurang sekitar 20.000 Ha. Secara

umum, pengurangan areal hutan banyak terjadi di Kecamatan

Belitang Hilir dan Kecamatan Nanga Taman.

Sementara itu, seiring dengan berkurangnya areal hutan,

kawasan semak, alang-alang dan lahan kering yang terlantar

makin meluas. Selama 5 tahun terakhir lahan-lahan ini telah

bertambah hampir 40.000 Ha. Menariknya bila diteliti lebih

dalam, pertambahan lahan kritis ini ternyata paling parah

terjadi di Kecamatan Nanga Mahap yang notabene menjadi

hulu DAS Sekadau. Di kecamatan ini, lahan kering terlantar ini

telah bertambah sekitar 71.000 Ha. Sementara di Kecamatan

Nanga Taman lahan tidur justru berkurang signifikan yaitu

sekitar 28.000 Ha, demikian pula di Kecamatan Belitang Hulu,

lahan ini berhasil dikurangi sebanyak 10.000 Ha lebih.

Lahan kering terlantar ini juga bertambah luas di Kecamatan

Sekadau Hilir sekitar 5.000 Ha serta di beberapa kecamatan

lain dengan perluasan lebih dari 1000 Ha.

Isue Terkait Masalah

Sosial-Budaya

Ketimpangan Penyebaran

Penduduk

Penyebaran penduduk kurang merata, masih terkonsentrasi

pada kecamatan-kecamatan yang merupakan pusat-pusat

permukiman utama. Penyebaran penduduk perkecamatan

seperti diperlihatkan pada Tabel 4 menunjukkan terjadinya

ketimpangan wilayah (disparitas). Ketidakseimbangan

pertumbuhan (imbalance growth) atau ketimpangan (disparity)

antar wilayah di Kabupaten Sekadau terutama ditunjukkan

oleh ketimpangan penyebaran penduduk antara daerah hilir

dan hulu DAS Sekadau maupun DAS Belitang. Penduduk

banyak terkonsentrasi di kecamatan-kecamatan yang berada

di hilir DAS kedua sungai tersebut sementara di kecamatan-

kecamatan yang berada di hulu DAS cenderung lebih sedikit.

Ketimpangan juga terjadi antara penduduk di bagian utara

aliran Sungai Kapuas dengan bagian selatan. Penduduk di

selatan cenderung lebih banyak dibandingkan penduduk di

Page 7: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

utara. Hal ini terkait erat dengan penyediaan infrastruktur

yang juga sangat timpang antara utara dan selatan.

Dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah Kabupaten

Sekadau merupakan daerah yang mempunyai kepadatan

penduduk rendah dengan 32,7 orang/km2. Rendahnya

kepadatan penduduk ini membuat perkembangan wilayah

Kabupaten Sekadau juga cukup rendah. Kepadatan penduduk

ini juga menunjukkan pola disparitas seperti yang dijelaskan di

atas. Penduduk dengan kepadatan tinggi banyak terjadi di

kecamatan yang dilalui Sungai Kapuas (hilir DAS Sekadau

dan Belitang) sedangkan kecamatan-kecamatan di hulu kedua

DAS tersebut cenderung lebih rendah.

Dampak Sosial

Pengembangan Perkebunan

Kelapa Sawit

Dampak sosial dari perkebunan kelapa sawit baru mulai

dipahami beberapa tahun terakhir. Meskipun tidak diragukan

lagi bahwa perkebunan kelapa sawit menyediakan

kesempatan kerja yang besar, ada keraguan mengenai

keadilan dari sistem yang ada, yang sepertinya kadang kala

menjadikan para pemilik perkebunan kecil dalam kondisi yang

mirip dengan perbudakan.

Kelangkaan kayu beberapa tahun terakhir, membuat

penduduk Kabupaten Sekadau saat ini hanya memiliki

beberapa pilihan untuk mengatasi perekonomian. Perkebunan

kelapa sawit sepertinya menjadi alternatif terbaik bagi

masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari menanam

karet, menanam padi, dan menanam buah-buahan. Saat

sebuah perusahaan pertanian besar masuk ke suatu daerah,

beberapa anggota masyarakat kebanyakan sangat tertarik

untuk menjadi bagian dari perkebunan kelapa sawit. Karena

mereka tak memiliki kepemilikan legal atas tanah mereka,

kesepakatan biasanya dibuat sehingga mereka memiliki 2-3

hektar lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Mereka

biasanya meminjam 25 – 30 juta rupiah (dengan bunga 30

persen per tahun) dari perusahaan induknya untuk biaya bibit,

pupuk, dan kelengkapan lain. Karena kelapa sawit

membutuhkan sekitar 7 tahun untuk berbuah, mereka bekerja

seperti buruh dengan bayaran maksimal 25.000 rupiah per

hari di perkebunan besar. Sementara lahan mereka belum

menghasilkan namun membutuhkan pupuk dan pestisida, yang

dibeli dari perusahaan kelapa sawit. Saat perkebunan

mereka mulai berproduksi, pendapatan umum untuk lahan

seluas 2 hektar adalah 500.000 rupiah sampai 1 juta rupiah

per bulan. Rendahnya pendapatan digabung dengan

tingginya modal yang dibutuhkan dan tingginya bunga

pinjaman tampaknya akan membuat para pemilik kecil ini

tetap terus-menerus berhutang pada perusahaan kelapa

sawit.

Page 8: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

Hutang ini, ditambah dengan total ketergantungan pada

perusahaan yang tidak bisa mereka percaya, mempunyai

dampak psikologis pada masyarakat. Karena tidak ada jalan

untuk melawan tindakan perusahaan, konflik pun muncul di

dalam masyarakat, terutama bila sebagian besar masyarakat

melawan perusahaan tersebut. Survei yang pernah dilakukan

di wilayah Kalimantan Barat secara umum menunjukkan

bahwa masyarakat di daerah Kalimantan Barat sangat

prihatin dengan munculnya banjir setelah diberdirikannya

perkebunan-perkebunan kelapa sawit. Mereka juga khawatir

akan kehilangan budaya dan hasil-hasil hutan. Beberapa

generasi tua masyarakat tidak menyetujui wanita dan anak-

anak bekerja di perkebunan. Penanaman kelapa sawit juga

membuat penduduk lokal lebih tergantung pada perusahaan

besar karena mereka tidak lagi menanam makanan mereka

sendiri. Sementara, perusahaan kelapa sawit meraup

keuntungan besar. Beberapa perusahaan di Kalimantan Barat

akan mendapatkan 26 persen tingkat pengembalian modal

per tahunnya selama 25 tahun.

Isue Terkait Masalah

Ekonomi dan

Prasarana Wilayah

Ekonomi Biaya Tinggi di

Pedalaman

Keterbatasan infrastruktur wilayah terutama prasarana dan

sarana transportasi darat terutama pada wilayah utara, dan

selatan (pedalaman) dapat meningkatkan harga-harga

komoditi unggulan dari wilayah tersebut sehingga kurang

dapat bersaing di pasaran. Pengembangan usaha sektor

sekunder yang produktif akan sangat terhambar. Hal ini akan

berakibat tekanan kuat kepada perekonomian masyarakat

sehinggi memilih alternatif usaha yang cenderung ilegal

seperti penebangan hutan secara ilegar dan pertambangan

emas tanpa ijin. Kondisi ini didukung pula oleh kenyataan

bahwa sub sektor kehutanan mengalami penurunan dari tahun

ke tahun. Dimulai pada tahun 2005, sub sektor kehutanan

mengalami laju pertumbuhan yang negatif. Tahun 2005

pertumbuhan sub sektor kehutanan sebesar minus 15,89

persen, dan kini pertumbuhannya sebesar minus 7,24 persen.

Kondisi tersebut diiringi dengan peranannya yang terus

menurun dari tahun ke tahun. Jika tahun 2005 peranannya

mencapai 2,65 persen, maka tahun 2007 peranannya menjadi

2,23 persen dan tahun 2008 menurun menjadi 1,97 persen.

Kelangkaan kayu di pasaran memicu harga kayu melambung

tinggi dan hal ini cenderung memicu keinginan masyarakat

untuk melakukan penebangan hutan secara ilegal.

Penurunan Peranan

Transportasi Sungai Akibat

Fluktuasi Air Sungai Tinggi

Sistem transportasi Sungai Kapuas, Sungai Sekadau dan

Sungai Belitang terus mengalami penurunan baik peranan

maupun kualitas pelayanan sistem transportasi yang menjadi

urat nadi penting di masa silam itu. Penurunan pernanan sistem

transportasi sungai ini lebih banyak diakibatkan oleh kondisi

debit sungai yang sangat fluktuatif dan sangat tidak menentu

Page 9: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

dan sangat tergantung pada perubahan cuaca serta kondisi

alam di hulu sungai. Sementara itu, perkembangan sistem

transportasi jalan raya yang sebagian besar paralel dengan

jalur-jalur pelayaran sungai ini turut menjadi andil besar

dalam penurunan peranan transportasi sungai ini. Kondisi ini

juga diperparah dengan kurangnya perhatian pemerintah

dalam mengembangkan sistem transportasi sungai terutama

bila disadari bahwa masih banyak sekali bagian wilayah

Kabupaten Sekadau yang masih sulit dijangkau oleh sistem

transportasi darat.

Krisis Energi ditengah

Potensi Tenaga Air Yang

Tinggi

Seperti halnya Kalimantan Barat secara umum, bahkan untuk

cakupan wilayah Indonesia, Kabupaten Sekadau juga

mengalami krisis energi terutama energi listrik. Tidak ada

peningkatan signifikan kapasitas terpasang di seluruh PLTD

yang terpasang di kecamatan-kecamatan di wilayah

Kabupaten Sekadau. Jumlah pelanggan PLN Kabupaten

Sekadau saat ini adalah sebanyak 10.847 pelanggan,

terbanyak berada dii Kecamatan Sekadau Hilir yaitu

sebanyak 4.960 pelanggan (52%). Apabila dilihat dari

golongan pelanggannya maka golongan yang paling banyak

menjadi pelanggan PLN adalah golongan rumahtangga

(77,65%) dan golongan industri (12,17%). Bila diasumsikan

satu pelanggan mewakili 5 orang, maka penduduk yang

terlayani listrik PLN baru mencapai 32.729 atau sekitar

18,38 % dari jumlah penduduk Kabupaten Sekadau. Angka

pelayanan ini sangatlah rendah, sehingga perlu dipikirkan

untuk mencari sumber-sumber listrik alternatif dikaitkan

dengan besarnya potensi tenaga air di beberapa kawasan

hulu Sungai Sekadau.

Krisis Air Bersih ditengah

Air Sungai Yang Melimpah

dan Curah Hujan Tinggi

Permasalahan penting dalam kaitannya dengan pelayanan

infrastruktur wilayah Kabupaten Sekadau adalah kurangnya

pelayanan PDAM kepada masyarakat Kabupaten Sekadau.

PDAM Sekadau sampai saat ini baru mampu melayani sekitar

8.125 penduduk kabupaten atau sekitar 4,5 % saja.

Disamping itu masih ada 4 kecamatan lagi (dari 7 kecamatan

yang ada di Kabupaten Sekadau) yang belum memiliki

instalasi pengolahan air bersih, yaitu Kecamatan Belitang Hilir,

Belitang, Belitang Hulu dan Nanga Mahap., padahal sumber

air dari aliran Sungai Belitang dan Sungai Sekadau cukup

melimpah, bila kualitas lingkungan kawasan hulu kedua sungai

ini terjaga.

Degradasi lingkungan dan menurunnya luas kawasan hutan di

hulu kedua sungai penting itu membuat terganggunya fungsi

perhuluan sebagai ‘catchment area’. Akibatnya, di musim

hujan air yang terserap makin sedikit dan mingkat debit run

off membuat air yang mengalir ke sungai sangat melimpah

Page 10: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

dan menimbulkan banjir di permukiman di sepanjang

alirannya. Sebaliknya di saat curah hujan rendah (kemarau)

debit air sungai jauh menurun sehingga menimbulkan masalah

kekurangan air baku bagi intake-intake PDAM yang ada.

KAJIAN PENGARUH KRP RTRW TERHADAP

ISU-ISU STRATEGIS

Metode pengkajian dilakukan melalui kombinasi antara

perencanaan teknis (technical planning) dan perencanaan

parsitipatif (parsitipative planning) dengan melibatkan

stakeholder yang terdiri dari instansi terkait di lingkungan

pemerintah kabupaten, perwakilan akademisi, perwakilan

dunia usaha, perwakilan masyarakat, dan anggota legislatif.

Pengkajian dilakukan dengan membuat matrik pengaruh KRP

terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan matrik pengaruh yang disajikan pada Tabel 1,

apabila dikaji dari aspek KRP maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian rencana dan program dalam rancangan

RTRW Kabupaten Sekadau memberikan dampak yang

dominan positif baglitang. Rencana pengembangan kawasan

hutan produksi di hulu Sungai Belitang sebaiknya dilaksanakan

dengan dibarengi usaha penghutanan kembali kawasan-

kawasan yang saat ini memang sudah tidak berhutan lagi.

Pengembangan kawasan perkebunan dan pertanian lahan

kering harus dikendalikan agar tidak mengkonversi kawasan

hutan.

Isue lingkungan yang perlu mendapat perhatian adalah isu

alih fungsi hutan dan meluasnya lahan-lahan kritis, terutama

dikaitkan dengan program pengembangan kawasan

budidaya pertanian lahan kering, perkebunan dan

pertambangan.

Adapun rencana dan program yang dikhawatirkan banyak

memberikan banyak dampak negatif terhadap isu-isu

strategis yang yang berkaitan dengan lingkungan adalah

pengembangan kawasan budidaya perkebunan kelapa sawit

dan pengembangan kawasan budidaya pertambangan

mineral. Rencana pengembangan kedua budidaya ini harus

dilaksanakan dengan hati-hati dan selalu diawali dengan

studi AMDAL yang ketat.

Analisa pengaruh KRP terhadap isu-isu strategis dapat dilihat

pada matrik berikut:

Page 11: KLHS-RTRWK-SEKADAU

Rencana

Program

ISU - ISU STRATEGIS

Frekwensi Pengaruh

Positif

Frekuensi Pengaruh

Negatif

Sun

ga

i Seka

da

u

Da

n Belit

ang

Seb

aga

i Sum

ber

Air

Tera

nca

m

Pote

nsi

Peng

em

ba

nga

n

Pert

ani

an

Ting

gi

Lua

s W

ilaya

h

Sang

at

Terb

ata

s

Tutu

pa

n H

uta

n d

i

Hul

u Sun

ga

i Belit

ang

Sa

ngat

Min

im

Ra

wa

n Er

osi

da

n

Deg

rada

si

Ling

kung

an

di H

ulu

Sun

ga

i Seka

da

u

Peru

saka

n A

lam

ole

h

Pena

mb

ang

an

Emas

Tanp

a Ijin

Alih

Fung

si H

uta

n

da

n Sem

aki

n

Melu

asn

ya

La

han

Kri

tis

Ketim

pa

nga

n

Peny

eb

ara

n

Pend

uduk

Da

mp

ak

Sosia

l

Peng

em

ba

nga

n

Perk

eb

unan

Kela

pa

Sa

wit

Ekono

mi Bia

ya

Tin

gg

i

di Ped

ala

ma

n

Penur

una

n Pera

nan

Tra

nsp

ort

asi S

unga

i

Aki

ba

t Fl

uktu

asi

Air

Sun

ga

i Ti

ngg

i

Kri

sis

Energ

i

diteng

ah

Pote

nsi

Tena

ga A

ir Y

ang

Ting

gi

Kri

sis

Air

Bers

ih

diteng

ah

Air S

unga

i

Ya

ng M

elim

pa

h da

n

Cur

ah

Huj

an

Ting

gi

Struktur Ruang Wilayah

Penetapan Pusat-Pusat Kegiatan

+

+ + + +

5 0

Pengembangan Jaringan Jalan Strategis Kabupaten dan Jalan Lokal Primer

+ +

+ + +

5 0

Pengembangan PLTA di Terappugan, Meragun Kecamatan Nanga Taman dan Air Terjun Sosah Kain Desa Tembaga Kecamatan Nanga Mahap, dan pengembangan PLTMH di pedesaan

-

+

+ + +

+ + 6 1

Pengembangan Sumberdaya Air dalam bentuk engembangan daerah-daerah irigasi

+ + +

+ +

5 0

Pengembangan Jaringan Pelayanan Air Minum di seluruh pusat-pusat kegiatan (PKWp, PKL, PPK, PPL)

+

+ 2 0

Pola Ruang

Penetapan kawasan hutan lindung dan hutan konservasi serta resapan air + + -

+ + + - + + + 8 2

Penetapan Sempadan Sungai dan Sekitar Mata Air

+ +

+

+ 4 0

Pengembangan kawasan hutan produksi +

+ + + + + + + 8 0

Pengembangan areal (ekstensifikasi) di Kecamatan Belitang Hulu dan Nanga Belitang; dan intensifikasi sentra-sentra produksi padi di Kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Nanga Taman, dan Nanga Mahap

+ +

+ + +

5 0

Kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura ke semua kecamatan

+ +

- - + +

4 2

Pengembangan kawasan perkebunan karet di seluruh kecamatan dengan prioritas utama di Kecamatan Nanga Taman, Nanga Mahap, Sekadau Hilir, Belitang Hulu dan Belitang Hilir

+ -

+ - +

3 2

Page 12: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

Pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit diprioritaskan pengembangannya di Kecamatan Sekadau Hulu, Sekadau Hilir bagian Timur, Nanga Belitang dan Kecamatan Belitang Hulu bagian timur sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Sintang serta Kecamatan Belitang Hilir bagian selatan dan timur

- +

-

- + - + 3 4

Pengembangan peruntukan pertambangan mineral dan batubara di Kecamatan Nanga Taman, Sekadau Hilir, Belitang Hilir dan Belitang Hulu

- -

+ - + 2 3

Kawasan peruntukan industri menengah di Kota Sekadau, Sungai Ayak dan Nanga Taman

- + + + + - 4 2

Pengembangan kawasan pariwisata budaya dan pariwisata alam + + + 3 0

Pengendalian perkembangan permukiman penduduk di Kawasan Lindung

+ + + + 4 0

Pengembangan Kawasan Strategis

Kawasan strategis koridor arteri primer Sanggau – Sekadau – Sintang - - 0 2

Kawasan strategis percepatan pembangunan wilayah utara dari wilayah utara Kecamatan Belitang Hilir hingga ke perbatasan dengan Kecamatan Ketungau Hulu

- + + + + + + - 6 2

Kawasan strategis pelestarian lingkungan Hulu Sungai Sekadau di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga Mahap

+ + + + + + + + 7 0

Kawasan strategis penguatan swasembada pangan yaitu kawasan sepanjang tepian Sungai Belitang bagian hilir

+ + - + + + + 6 0

Frekuensi Dampak + 7 11 8 2 6 5 5 8 12 13 4 4 6

Frekuensi Dampak -

3 2 3 2 1 0 4 1 1 2 0 1 1

Page 13: KLHS-RTRWK-SEKADAU

REKOMENDASI ALTERNATIF

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Berdasarkan penilaian di atas, beberapa kebijakan, rencana dan

program utama yang tertuang dan ditetapkan di dalam RTRW

Kabupaten Sekadau Tahun 2011-2031 masih memiliki potensi

berdampak negatif terhadap beberapa isue lingkungan strategis

di masa mendatang, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dan

catatan-catatan dalam implementasi KRP tersebut. Berikut ini

adalah alternatif kebijakan yang perlu dipertimbangkan untuk

menekan dampak negatif KRP terhadap lingkungan agar

pembangunan yang sustainable seperti yang ditegaskan dalam

tujuan penataan truang Kabupaten Sekadau dapat dicapai.

1. Kebijakan dan rencana pengembangan perkebunan terutama

perkebunan kelapa sawit sebaiknya dilakukan dengan lebih

berhati-hati terutama pengembangannnya di kawasan-

kawasan yang masuk dalam wilayah hulu sub DAS baik sub

DAS Belitang maupun sub DAS Sekadau. Bahkan untuk wilayah

hulu Sungai Sekadau yang mencakup Kecamatan Nanga

Mahap dan Nanga Taman, sebaiknya pengembangan

perkebunan kelapa sawit sama sekali tidak dilakukan,

mengingat dari struktur tanah dan faktor-faktor fisik lahan

lainnya, kawasan ini sangat rentan terhadap pengembangan

komoditas perkebunan yang sifatnya monokultur dan rakus air

seperti kelapa sawit.

2. Kebijakan pengembangan kawasan pertambangan sebaiknya

lebih diperjelas dan dirinci melalui arahan pengendalian

pemanfaatan ruang yang jelas dan tegas sehingga dapat

diminimalkan timbulnya usaha-usaha pertambangan ilegal

maupun pertambangan di kawasan-kawasan hutan dan

kawasan-kawasan dengan potensi tinggi bagi pengembangan

pertanian tanaman pangan. Hal ini penting mengingat salah

satu isue penting lingkungan Kabupaten Sekadau adalah

terbatasnya lahan yang dapat dibudidayakan. Disamping itu,

belum ada kebijakan yang jelas mengenai pengelolaan dan

penanganan kawasan-kawasan pertambangan emas tanpa ijin

yang semakin hari semakin marak. Dan yang lebih penting lagi,

belum ada kebijakan yang langsung mengarah pada

mekanisme reklamasi kawasan-kawasan eks PETI yang cukup

luas di beberapa kecamatan, padahal, sekali lagi, lahan

Kabupaten Sekadau sangat terbatas.

3. Pengembangan kawasan hutan produksi di Belitang Hulu

sebaiknya bukan hanya distujukan untuk m,emanfaatkan

kawasan-kawasan hutan yang ada saat ini, tetapi juga

dibarengi dengan kebijakan dan program-program

penanaman kembali hutan-hutan produksi yang kenyataannya

saat ini sudah tidak berhutan lagi, dan sedapat mungkin

dicegah terjadinya alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan

pertanian atau perkebunan. Hal ini penting mengingat hulu

Sungai Belitang masih membutuhkan tambahan catchment area

agar fluktuasi air Sungai Belitang kembali stabil dan fungsinya

Page 14: KLHS-RTRWK-SEKADAU

KLHS

1

sebagai sumberdaya air bagi Kabupaten Sekadau bagian

utara dapat dikembalikan.

Kebijakan-kebijakan dan rencana yang masih memiliki potensi

dampak negatif terhadap minimal satu issue lingkungan strategis,

dalam tingkat implementasinya harus didahului dengan studi

AMDAL sehingga dapat dipastikan dalam pelaksanaannya tidak

terjadi tekanan-tekanan yang menyebabkan degradasi dan

kerusakan lingkungan.