klasifikasi tanah

18
A. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam bebas yang dihasilkan oleh interaksi dari factor-faktor pembentuk tanah seperti : iklim, bahan induk, organisme, relief dan waktu. Jadi tanah merupakan fungsi dari faktor dan bahan induk, organisme, relief dan waktu dan semua faktor tersebut dapat bervariasi. Proses pembentukan tanah disuatu daerah erat hubungannya dengan sejarah pembentukan tanah atau evolosi tanah. Menurut E.Saifudin Sarief (1986), tanah adalah benda alami yang terdapat dipermukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik (pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Tanah sebagai material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman. Secara kasat mata, tanah berwarna coklat dan ada pula yang kemerah- merahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah sangatlah banyak. Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Oleh karea itu akan terbentuk berbagai jenis tanah yang dapat banyak dengan sifat dan cirinya yang juga dapat beragam. Berkenaan dengan hal tersebut maka tanah perlu digolong- golongkan untuk mempermudah mempelajarinya. Dalam melakukan penggolongan tanah, terdapat beberapa klasifikasi tanah yang

Upload: vickilusiagustin

Post on 12-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

klasifikasi tanah wonosobo

TRANSCRIPT

Page 1: klasifikasi tanah

A. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh alam bebas yang dihasilkan oleh interaksi dari factor-

faktor pembentuk tanah seperti : iklim, bahan induk, organisme, relief dan waktu. Jadi

tanah merupakan fungsi dari faktor dan bahan induk, organisme, relief dan waktu dan

semua faktor tersebut dapat bervariasi. Proses pembentukan tanah disuatu daerah erat

hubungannya dengan sejarah pembentukan tanah atau evolosi tanah. Menurut

E.Saifudin Sarief  (1986), tanah adalah benda alami yang terdapat dipermukaan bumi

yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan

organik (pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertumbuhan

tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor

alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu

pembentukan.

Tanah sebagai material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi,

sebagai media untuk menumbuhkan tanaman. Secara kasat mata, tanah berwarna

coklat dan ada pula yang kemerah-merahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah

sangatlah banyak. Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam

pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat  dari

tanah tersebut. Oleh karea itu akan terbentuk berbagai jenis tanah yang dapat banyak

dengan sifat dan cirinya yang juga dapat beragam. Berkenaan dengan hal tersebut

maka tanah perlu digolong-golongkan untuk mempermudah mempelajarinya. Dalam

melakukan penggolongan tanah, terdapat beberapa klasifikasi tanah yang bisa

digunakan. Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan

sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-

setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang berasal

dari tanah,mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu mendukung tanaman

atau tumbuhtumbuhan yang hidup di alam terbuka. Definisi tanah di atas menunjukkan

bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-

tanah yang terbentuk karena modifikasi manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung

horison-horison (lapisan-lapisan).

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat

Page 2: klasifikasi tanah

tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas

tertentuberdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah

diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium.

Klasifikasi tanah merupakan bagian dari Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah,

klasifikasi tanah dan pemetaan tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga

merupakan suatu rangkaian. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali

melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan

yang membentuk profil tanah. Berdasarkan kriteria itu, ditemukan banyak sekali jenis

tanah di dunia. Untuk memudahkannya, seringkali para ahli melakukan klasifikasi

secara lokal. Untuk Indonesia banyak menggunakan sistem klasifikasi Puslittanak

(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi) dan USDA (Departemen Pertanian AS).

Hal ini karena kedua sistem ini lebih mudah digunakan untuk kepentingan pertanian.

Salah satu sistem klasifikasi tanah yang baik digunakan dalam pengelompokan

tanah yakni sistem klasifikasi USDA, dimana Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak

menekankan pada morfologi dan kurang menekankan pada faktor-faktor pembentuk

tanah. Hal ini akan sangat membantu dalam kesesuaian lahan di suatu wilayah.

Kesesuaian lahan sebagai salah satu sumberdaya pendukung untuk pengembangan

pertanian. Pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan kelas kesesuaian lahan dan

agroekologi, cenderung usaha pertanian yang dihasilkan tidak maksimal, bahkan akan

membawa kerugian bagi petani karena akan memberikan input yang sangat besar guna

untuk peningkatan kesuburan tanah. Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat

dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan

pengelolaan lahan pada masingmasing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan

evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang

apa yang seyogyanya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk

pengelolaan lahannya.

Pengembangan lahan merupakan proses penting dalam perubahan suatu

penggunaan lahan ke penggunaan lainnya. Batasan pengembangan lahan sangat luas

karena termasuk di dalamnya beberapa kegiatan seperti konversi lahan hutan menjadi

lahan pertanian intensif dan pemukiman. Dewberry (1996) menyatakan bahwa desain

pengembangan lahan merupakan proses sistematik dari pengumpulan data, studi,

Page 3: klasifikasi tanah

ekstrapolasi data dan analisis agar didapatkan hasil yang lebih baik. Evaluasi lahan

merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan untuk penggunaan

tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan

lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik kimia tanah, potensi penggunaan

lahan sekarang dan sebelumnya (Jones etal., 1990), yang bertujuan untuk

memecahkan masalah jangka panjang terhadap penurunan kualitas lahan yang

disebabkan oleh pengunaannya saat ini, memperhitungkan dampak penggunaan lahan,

merumuskan alternatif penggunaan lahan dan mendapatkan cara pengelolaan yang

lebih baik (Sys,1985; Rossiter, 1994). Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu

biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan.

Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau

diperkirakan seperti curah hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan

kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian

kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (FAO, 1977).

Kabupaten Brebes merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki

keanekaragaman jenis tanah di wilayah nya, hal ini tidak terlepas dari kondisi morfologi

wilayahnya yang terletak sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian

barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan

Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan

bagian dari Gunung Slamet. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial

untuk pengembangan produk pertanian. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi di

lapangan pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan jenis potensi tanahnya. Untuk

memahami hubungan antara jenis tanah dengan kesesuaian lahan, diperlukan

pengetahuan yang mampu mengelompokkan tanah secara sistematik dengan

menggunakan sistem klasifikasi tanah. Dimana sistem yang digunakan dalam

pengklasifikasian tanah di Kabupaten Brebes yakni sistem USDA. Setelah

mendapatkan klasifikasi tanahnya maka dilanjutkan dengan menentukan kesesuain

lahan, sehingga dapat memprakirakan potensi lahan untuk penggunaan lahan pertanian

di Kabupaten Brebes.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya yakni:

Page 4: klasifikasi tanah

1. Jenis tanah apa sajakah yang terdapat di Kabupaten Brebes?

2. Bagaimanakah kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman di tinjau dari aspek

ekonomis dan ekologis?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari tulisan ini yakni:

1. Untuk mengetahui jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Brebes

2. Untuk mengetahui kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman di tinjau dari

aspek ekonomis dan ekologis

Manfaat dari tulisan ini yakni untuk memberikan informasi mengenai evaluasi kesesuaian lahan di Kabupaten Brebes.

Page 5: klasifikasi tanah

B. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Brebes

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Brebes

Kabupaten Brebes terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan

salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tenbgah, memanjang keselatan berbatasan

dengan wilayah karsidenan Banyumas. Sebelah timur dengan Kota dan Kabupaten

Tegal, serta sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Brebes

secara geografis terletak diantara 60 44’56,5” - 70 20’51,48” LS dan 1080 41’37,7” - 1090

11’28,92 BT. Kabupaten Brebes memiliki luas wilayah sebesar 1.662,96 km2 yang

terdiri dari 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan.

Kabupaten Brebes memiliki tipe iklim sangat basah dengan rata-rata curah hujan

1.877 mm dan musim hujan berkisar antara bulan Nopember hingga April.  Curah hujan

terendah sekitar 1.077 mm/tahun terjadi di wilayah Desa Slatri, sedangkan curah hujan

tertinggi terjadi di wilayah Paguyangan, Waduk Penjalin dan Bantarkawung.

Morfologi Kabupaten Brebes terbagi menjadi tiga wilayah, yakni wilayah dataran

rendah yang tersebar di sebagian besar wilayahnya, Bagian barat daya merupakan

dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang),

sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung

Slamet. Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Brebes adalah Alluvial Kelabu. 

Hampir seluruh Kecamatan memiliki tanah Entisol (luasnya sekitar 42.416 Ha atau

sekitar 25,53 % dari luas tanah di Kabupaten Brebes secara keseluruhan) kecuali di

Kecamatan Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan dan Sirampog.

Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 156 mm per bulan. Kondisi itu

menjadikan kawasan Kabupaten Brebes sangat potensial untuk pengembangan produk

pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan

sebagainya.

Peta ADministrasi

Page 6: klasifikasi tanah

2.2. Jenis – jenis Tanah di Kabupaten Brebes

Persebaran Jenis tanah di kabupaten Brebes terdiri dari entisol, vertisol,

inceptisol, ultisol, dan alvisol.

1. ENTISOL

Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mengalami perkembangan

penampang, sehingga mempunyai susunan horizon AC. Di Kabupaten Brebes

Entisols terbentuk dari bahan induk alluvium. Pada landform pesisir pasir tanah

terbentuk dari endapan pasir marin, dan diklasifikasikanmenjadi Typic

Udipsamments. Pada landform dataran alluvial kondisi drainase terhambat

sehingga terjadi proses glisasi didalam penampang tanahnya. Tanah-tanah

tersebut umumnya mempunyai warna kelabu, dan secara berkala memperoleh

tambahan bahan batu dan diklasifikasikan sebagai Typic Fluvaquents

Ciri-ciri tanah entisol yaitu tanah yang tidak memepunyai horison kambik,

argilik, kandik, atau natrik di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan tanah

mineral, tidak memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji, atau rekahan-rekahan

yang terbuka dan tertutup secara periodik pada kedalaman tersebut. Entisols

tergolong tanah yang masih sangat muda,terdapat di dataran aluvial, pantai,

lereng volkan aktif misalnya: gunung berapi dan lereng curam yang mengalami

erosi berat, dapat beriklim basah atau kering. Bahan tanah yang relatif tua dan

bersifat resisten terhadap pelapukan juga tergolong dalam Entisols, diantaranya

pasir kuarsa dan mineral lain yang resisten. Sifat tanah ini sangat bervariasi,

demikian juga dengan kesuburan, kesesuaian dan potensinya yang tergantung

dari bahan induk,topografi,lingkungan,dan tingkat erosinya. Pada tingkat

subordo, dijumpai Aquents, Fluvents, Orthents, dan Psamments. Turunan sub

ordo ini yang tersebar di Kabupaten Brebes adalah sulfaquents dan

hydraquents ,yang diuraikan sebagai berikut:

a. Sulfaquents

Tanah yang belum berkembang dan tidak memiliki sifat vertik. Tanah ini

mempunyai kondisi akuik, selalu jenuh air, matriksnya tereduksi pada semua

Page 7: klasifikasi tanah

horison dibawah kedalaman 25 cm,dan memiliki bahan sulfidik di dalam 50 cm

dari permukaan tanah mineral.

b. Hydraquents

Tanah yang belum berkembang dan tidak memiliki sifat vertik. Tanah ini

mempunyai kondisi akuik, selalu jenuh air, matriksnya tereduksi pada semua

horison dibawah kedalaman 25 cm. Pada seluruh horison diantara kedalaman

20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral tergolong belum matang,

memiliki nilai-n lebih besar dari 0,7, dan mengandung liat sebesar 8 persen atau

lebih pada fraksi tanah-halusnya.

Kedua jenis tanah ini berbahan induk aluvium, terdapat pada sub landform

dataran pasang surut dengan relief yang datar. Di kabupaten Brebes persebaran

tanah sulfaquents dan hidraquents terdapat dibagian utara.

2. Vertisol

Tanah yang mempunyai suatu lapisan setebal 25 cm atau lebih dengan

batas atas di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, memiliki bidang kilir

atau ped berbentuk baji, rata-rata tertimbang kandungan liat sebesar 30 persen

atau lebih, dan rekahan-rekahan yang terbuka dan tertutup secara periodik.

Biasanya tanah berwarna hitam, miskin bahan organik, dan dominan mineral liat

golongan smektit yang berkembang dari bahan induk relatif kaya basa-basa dan

agak sulit melalukan air.

Meskipun tanah ini kaya basa-basa, tetapi miskin nitrogen dan fosfat.Apabila

cukup tersedia air, potensinya sangat baik untuk persawahan, walaupun berat

pengolahannya di musim kemarau. Penyebaran Vertisols terutama di daerah

beriklim kering dengan bentuk wilayah datar sampai bergelombang. Pada tingkat

subordo dijumpai Aquerts, Uderts, dan Usterts. Di Kabupaten Brebes tersebar

turunan sub ordo ini yaitu hapluderts yang diuraikan sebagai berikut:

a. Hapluderts

Tanah yang mempunyai suatu lapisan setebal 25 cm atau lebih dengan

batas atas di dalam100 cmdari permukaan tanah mineral, memiliki bidangkilir

Page 8: klasifikasi tanah

atau ped berbentuk baji, dan rekahan-rekahan yang terbuka dan tertutup secara

periodik.

Jenis tanah ini berbahan induk aluvium dengan sub landform dataran

aluvial dan relief datar.

3. INCEPTISOL

Inceptisols merupakan tanah-tanah yang telah mengalami alterasi

sehingga terjadi perubahan warna,terbentuk struktur, dan ada peningkatan liat di

horizon bawah permukaan tetapi belum memenuhi syarat sebagai horizon

Argilik, atau terdapat karatan pada tanah-tanah yang mempunyai drainase

terhambat. Di Kabupaten Brebes inceptisols berbahan induk sedimen dengan

sub landform dataran tektonik dan relief berombak-bergelombang.

Tanah yang mempunyai horison kambik yang batas atasnya di dalam100

cm dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih dari permukaan

tanah mineral, atau tidak terdapat bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan

tanah mineral. Pada satu atau lebih horison di antara kedalaman 20 dan 50 cm

di bawah permukaan tanah mineral yang memiliki nilai-n sebesar0,7 atau kurang

dan mempunyai epipedonhistik,molik,atau umbrik. Tanah ini tergolong masih

muda, sifat tanahnya sangat bervariasi bergantung bahan induknya, diantaranya:

tekstur lebih halus dari pasir halus berlempung, sangat masam sampai netral,

tergantung dari sifat bahan asal dan keadaan lingkungannya. Banyak data

menunjukkan penampang tanahnya dangkal dan berbatu terutama di

pegunungan atau perbukitan berlereng curam. Terdapat juga Inceptisols yang

berbahaya untuk tanaman karena mengandung pirit atau aluminium yang tinggi.

Pada Tingkat subordo dijumpai Aquepts,Udepts,danUstepts yang masing-

masing turunan sub ordo yang terdapat di kabupaten Brebes dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Endoaquepts

Tanah yang mempunyai horison kambik,pada lapisan diantara kedalaman

40 cm dan 50cm memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun-

Page 9: klasifikasi tanah

tahun normal (atau telah didrainase), dan matriks di bawah epipedon atau di

dalam 50cm dari permukaan tanah mineral berkroma 2 atau kurang serta tidak

terdapat bahan sulfidik.

b. Eutrudepts

Tanah lain yang mempunyai horison kambik yang batas atasnya di dalam

100 cm dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih, memiliki

kejenuhan basa (dengan NHOAc) sebesar 60 persen atau lebih pada satu

horison atau lebih di antara kedalaman 25 cm dan 75 cm dari permukaan tanah

mineral, serta memiliki rejim kelembaban udik.

c. Dystrudepts

Tanah lain yang mempunyai horison kambik yang batas atasnya di dalam

100 cm dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih, memiliki

kejenuhan basa (dengan NHOAc) sebesar kurang dari 60 persen pada satu

horison atau lebih di antara kedalaman 25 cm dan 75 cm dari permukaan tanah

mineral, serta memiliki rejim kelembaban udik.

4. ULTISOL

Tanah yang mempunyai horison argilik atau kandik dan memiliki

kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm atau

lebih di bawah batas atas horison argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami

pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya

terdiri dari bahan kaya aluminium-silika dengan iklim basah. Sifat-sifat utamanya

mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya: miskin

unsur hara N, P, dan K,sangat masam sampai masam, miskin bahan organik,

lapisan bawah kaya aluminium (Al), dan peka terhadap erosi. Potensinya

bervariasi dari rendah sampai sedang dan biasanya digunakan untuk tanaman

keras. Pada tingkat subordo dijumpai Humults, Udults, dan Ustults, turunan sub

ordo ini yang terdapat di kabupaten Brebes yaitu :

Page 10: klasifikasi tanah

1. Hapludults

Tanah yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa

sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm dibawah batas atas

horison kandik.Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik.

5. ALVISOL

Tanah yang mempunyai horison argilik atau kandik. Tanah ini mengalami

pelapukan lanjut, dan terjadi translokasi liat, pencucian basa-basa tidak intensif,

dan mempunyai horison argilik yang umumnya beriklim kering (mempunyai bulan

kering nyata). Kandungan basa-basa tertukar tinggi (KB>35%), miskin N, P, dan

K, reaksi tanah agak masam sampai netral,dan peka terhadap erosi. Dua

subordo Udalfs dan Ustalfs menurunkan great group yang diantaranya dijumpai

di Kabupaten Brebes yaitu:

1. Hapludalfs

Tanah yang mempunyai horison argilik yang berada di dalam 150 cm dari

permukaan tanah mineral dan rejim kelembaban udik. Horison argiliknya

mempunyai penurunan liat sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari

kandungan liat maksimum dan 50 persen atau lebih pada setengah bagian

matriks bawahnya memiliki hue 10YR atau lebih kuning.

Page 11: klasifikasi tanah

Tabel 1. Karakteristik Tanah Kabupaten Brebes

No Karakteristik Tanah Ordo Tanah

Inceptisol Alfisol Entisol Andisol Vertisol

1. Great Group

2. Tekstur tanah

3. pH tanah

4. Kemiringan lereng

5. Kelembaban tanah

6. Kedalaman tanah

7. Warna tanah

8. Suhu

9. Bahan Induk

10. Sub Landform

11. Relief

Page 12: klasifikasi tanah

Tabel 2. Persebaran Jenis Tanah di Kabupaten Brebes No. Kecamatan

di Kabupaten BrebesJenis Tanah

1. SALEM Eutrudepts Hapludalfs2. BANTAR KAWUNG Eutrudepts Hapludalfs3. BUMI AYU Eutrudepts Hapludalfs4. PAGUYANGAN Hapludands Dystrudept5. SIRAMPOG Hapludands Dystrudept6. TONJONG Eutrudepts Hapludalfs

Hapludults Dystrudept7. LARANGAN Eutrudepts Hapludalfs

Hapludults Dystrudept8. KETANGGUNGAN Eutrudepts Hapludalfs

Endoaquepts Hapludents9. BANJAR HARJO Eutrudepts Hapludalfs

Endoaquepts Hapludents10. LOSARI Hapludults Dystrudept

Hydraquents SulfaquentsEndoaquepts Hapludents

11. TANJUNG Hydraquents SulfaquentsEndoaquepts Hapludents

12. KERSANA Endoaquepts Hapludents13. BULAKAMBA Hydraquents Sulfaquents

Endoaquepts Hapludents14. WANASARI Hydraquents Sulfaquents

Endoaquepts Hapludents15. SONGGOM Hapludults Dystrudept

Endoaquepts Hapludents16. JATIBARANG Endoaquepts Hapludents17. BREBES Hydraquents Sulfaquents

Endoaquepts Hapludents(Sumber: USDA)

Peta Jenis Tanah

Page 13: klasifikasi tanah

C. Pembahasan

Kabupaten Tegal merupakan Kabupaten yang penggunaan lahannya banyak di

manfaatkan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Hal ini

Pembagian wilayah secara jenis tanah yang sama:

3.1. Wilayah 1

Terdiri dari jenis tanah blablabla yang terdapat di kec. Blablabla…. Jenis tanah ini

merupakan jenis tanah blablablabla,

analisis ekonomis

Berdasarkan penjabaran mengenai klasifikasi tanah di Kabupaten Brebes, rata-rata penggunaan lahannya banyak digunakan dalam sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini karena jenis tanahnya yang memang sesuai untuk daerah pertanian. Sektor pertanian amat dominan dalam perekonomian Kabupaten Brebes. Kontribusinya bagi PDRB daerah ini lebih dari 56 persen dengan nilai ekonomi lebih dari Rp 2,4 triliun. Subsektor yang signifikan adalah tanaman bahan makanan yang menumbang Rp 1,9 tiliun rupiah bagi PDRB. Jenis tanaman yang banyak di manfaatkan untuk pertanian yakni tanaman padi sawah yang terdapat di seuruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes dengan luas areal sawah 105.728 Ha dengan hasil produksi mencapai 572.580 ton dan harga jual beras perkilo sebesar Rp. 11.500 (Maret 2015). Kabupaten Brebes merupakan produsen padi keenam terbesar di Propinsi Jawa Tengah, sehingga Kabupaten Brebes di jadikan salah satu daerah swasembada pangan nasional.

Selain padi, tanaman yang banyak ditanam yakni bawang merah dengan produksi lebih dari 2 juta kwintal dengan harga jual bawang merah perkilo Rp. 20.000 (Maret 2015) daerah ini merupakan sentra produksi bawang merah tingkat nasional. Kecamatan andalan untuk produksi bawang merah ini adalah Larangan, Wanasari, Brebes, Bulakamba, dan Jatibarang. Kelima kecamatan tersebut cocok disebut dan dijadikan sebagai klaster bawang merah. Meskipun demikian, tanaman bawang bagi masyarakat Kabupaten Brebes bukan di jadikan sebagai tanaman pokok tetapi sebagai tanaman sampingan. Tanaman bawang biasanya akan ditanam setelah para petani panen tanaman pokok yakni padi. Karena tanaman bawang merah biasanya akan tumbuh dengan baik pada saat musim kemarau.

Kedua komuditas tanaman ini, jika kita lihat dari hasil produksi dengan hasil harga jual per ton nya, sama-sama memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena kedua komoditas tanaman ini merupakan komoditas tanaman unggulan bagi Kabupaten Brebes. Sehingga tidak mengherankan jika Kabupaten Brebes dijadikan salah satu daerah swasembada pangan nasional dan sentra bawang merah untuk di Pulau Jawa.

Untuk subsektor perkebunan, komoditi yang diproduksi secara signifikan adalah tebu, dan kopi robusta. Kecamatan andalan untuk produksi tebu adalah Losari, dan untuk produksi kopi adalah Sirampog dan Salem. Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Brebes sebagian besar tanaman perkebunan rakyat . Luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi. Dilihat darisisi luas, tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai area yang cukup pada tahun 2012 adalah tanaman tebu sebesar 2.523,25 ha terjadi penurunan bila dibanding tahun 2011 sebesar 3.072 Ha.

Page 14: klasifikasi tanah

analsis ekologis

rekomendasi

D. Kesimpulan