buku ajar klasifikasi tanah dan kesesuaian lahan

Download Buku Ajar Klasifikasi Tanah Dan Kesesuaian Lahan

If you can't read please download the document

Upload: donny-dhonanto

Post on 08-Aug-2015

408 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

BUKU AJARKLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN LAHANDisusun oleh : I Made Mega I Nyoman Dibia I G P Ratna Adi Tati Budi KusmiyartiPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya, Buku Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan ini dapat tersusun tepat pada waktunya. Buku ajar ini dimaksudkan sebagai buku pegangan, sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, dengan bobot 3 SKS di Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Topik yang disajikan dalam buku ajar ini mengacu pada Silabus Mata Kuliah yang telah disusun sebelumnya. Dalam buku ajar ini dibahas tentang klasifikasi tanah dan perkembangannya, .sistem klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia, evaluasi sumberdaya lahan, kesesuaian lahan untuk pertanaian dan non pertanian. Pada akhir pokok bahasan dilengkapi dengan bahan diskusi, tugas terstruktur atau tugas mandiri. Buku ajar ini disusun dari beberapa literatur dan hasil-hasil penelitian. Buju ajar ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan, semoga buku ajar ini ada manfaatnya. Denpasar, Maret 2010 Penyusun,iiiiiDAFTAR ISIhalaman KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................... I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1.1. Pengertian Klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam .................................................. ................................. 1.2. Tanah yang Diklasifikasikan ...................................................................................... 1.3. Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya II. MORFOLOGI TANAH ................................................................................................. 2.1. Profil Tanah ............................................................................................................... 2.2. Ciri-ciri Morfologi Tanah ........................................................................................... III. KLASIFIKASI TANAH DAN PERKEMBANGANNYA ........................................... 19. 19 19 20 3.1. Tujuan Klasifikasi Tanah ............................................................................................ 3.2. Asas Klasifikasi Tanah ............................................................................................... 3.3. Sejarah Perkembangan Klasifikasi tanah .................................................................... i iii 1 1 2 3 5 6 7IV. SISTEM KLASIFIKASI TANAH PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................23 2832 32 34 38 38 39 40 42V. SISTEM KLASIFIKASI TANAH FAO/UNESCO ...........................................VI. TAKSONOMI TANAH ................................................................................................ 6.1. Riwayat ...................................................................................................................... 6.2. Kategori ..................................................................................................................... VII. TATA NAMA DALAM TAKSONOMI TANAH ....................................................... 7.1. Nama-nama Order ...................................................................................................... 7.2. Nama-nama Sub Order ............................................................................................... 7.3. Nama-nama Great Grup ............................................................................................. 7.4. Nama-nama Sub grup .................................................................................................7.5. Nama-nama Famili ......................................................................................................................... 7.6. Nama-nama Seri .............................................................................................................................. VIII.HORISON PENCIRI DALAM TAKSONOMI TANAH 4744 468.1. Epipedon ...................................................................................................................................... 8.2. Endopedon .................................................................................................................................... 8.3. Horison-horison lain ...................................................................................................................... 8.4. Pan ............................................................................................................................................... 8.5. Sifat-sifat Penciri lain .................................................................................................................... 0.ORDER TANAH 71 79 83 88 92 95 10547 51 56 58 600.SUMBERDAYA LAHANI.EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN0.KARAKTERISTIK LAHAN DAN KUALITAS LAHAN IX.INFORMASI DATA SUMBERDAYA LAHANX.KESESUAIAN LAHAN UNTUK BIDANG PERTANIAN I.KESESUAIAN LAHAN UNTUK BIDANG NON PERTANIAN XI.PEMBATAS LAHAN DAN PERBAIKAN LAHAN 103DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................107ivI. PENDAHULUANKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampumenjelaskan pengertian klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainya Sasaran Belajar 1. 2. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian klasifikasi Tanah Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Sumberdaya Alam mahasiswa mampu menjelaskan hubungan ilmu tersebut dengan ilmu-ilmu pengetahuan alam lainnya.1.1 Pengertian Klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium. Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatubenda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi. Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan . Degradasi lahan dapat diartikan sebagai kemerosotan/penurunan kualitas lahan dan produktivitas potensial/daya dukung dari sebidang lahan yang bersangkutan baik secara alami maupun akibat campur tangan manusia sehingga tidak dapat berdayaguna secara maksimal dan lestari. Terjadinya degradasi lahan secara ekstrim akan dapat menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan menyebabkan degradasi lahan mengalami perkembangan fase-fase yang menunjukkan tingkat keparahannya sebelum mencapai suatu keadaan yang ekstrim (lahan kritis). Tingkat kerusakan akibat degradasi lahan dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi. 5Semakin tinggi tingkat kerusakan, maka produktivitas/daya dukungnya akan semakin rendah, dan akan mengurangi intensitas penggunaannya serta hilangnya produksi jangka panjang. Apabila intensitas kerusakannnya sangat tinggi (ekstrim) maka lahan tersebut akan dapat berubah menjadi lahan kritis. Degradasi tanah/lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu degradasi alami dan degradasi dipercepat. Degradasi secara alami memang terus terjadi dari masa lampau hingga saat ini. Degradasi alami terjadi akibat adanya proses denudasi yang biasanya meninggalkan sisa dalam bentuk permukaan sisa erosi atau dataran aluvial yang luas dalam bentuk landform dataran banjir, adanya bukit-bikit sisa dan sebagainya. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, yang umumnya disebabkan oleh adanya campur tangan manusia yang dalam pengelolaannya tidak mentaati kaidah konservasi. Dengan melihat kenyataan yang telah diuraikan di atas, maka degradasi lahan di Indonesia tergolong permasalahan yang cukup serius dan perlu ditanggulangi sedini mungkin. Ada sebuah pemeo mengatakan bahwa tanah/lahan yang kita tempati/kelola saat ini adalah bukan milik kita, tapi warisan untuk anak cucu kita, sehingga bagaimana kita harus merawatnya dengan baik untuk anak cucu kita. Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan dinamakan Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah. Beberapa sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH tanah, konsistensi dan lain-lain. Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas-klas tanah yang mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut, sehingga diperlukan teknik survei tanah yang menghasilkan peta tanah yang baik. 1.2 Tanah yang Diklasifikasikan Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang berasal dari tanah, mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu mendukung tanaman atau tumbuh tumbuhan yang hidup di alam terbuka. 6 -Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan). Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan atau hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang barang kali paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat permukaan tanah yang berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi iklim, jasad hidup, bahan induk, dan relief atau topografi, melalui waktu pembentukannya. 1.3 Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya Klasifikasi tanah merupakan bagian dari Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah, klasifikasi tanah dan pemetaan tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga merupakan suatu rangkaian. Pedologi berhubungan erat dengan ilmu-ilmu pengetahuan dasar (basic science) yaitu kimia, fisika dan matematika; ilmu bumi (Klimatologi, Geologi, Mineralogi), ilmu hayati (Botani, Zoologi, Mikrobiologi) dan adapat diterapkan pada ilmu terapan yaitu Pertanian (agronomi), kehutanan dan teknik (enginering), sehingga klasifikasi tanah dapat dapat ikatakan sebagai ilmu yang interdisipliner. Hubungan antar ilmu-ilmu di atas disajikan pada Gambar 1.FISIKA KIMIA MATEMATIKABOTANIILMU-ILMU DASARZOO LOGIIL M UIL MIL M(ILMU TANAH) PEDOLOGIKLIMATOLOGI GEOLOGIMIKROBIO LOGIU H A Y A TIUIL M U A L A MMINERALOGIILMU-ILMU TERAPANPERTANIANKEHUTANAN 3 ENGIN EERINGambar 3. Hubungan Ilmu Tanah dengan Ilmu-ilmu lainnyaBahan diskusi 1. Jelaskan pengertian klasifikasi tanah 2.Jelaskan tanah-tanah yang dapat diklasifikasikan 3.Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan. 4.Bagaimana cara mencegah terjadinya degradasi lahan.Latihan terstruktur : Mahasiswa belajar membuat suatu skema yang menguraikan hubungan klasifikasi tanah dengan ilmu-ilmu lainnya.Tugas mandiri : Mahasiswa membuat rangkuman pemahaman tentang klasifikasi tanahDaftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.9II. MORFOLOGI TANAHKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi morfologi Tanah Sasaran Belajar 4. 5. Mahasiawa mampu menjelaskan pengertian morfologi Tanah mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi Tanah (warna, struktur, tekstur, horizon Tanah) pada profil tanahMorfologi pertama kali dikemukakan oleh Goethe dalam taun 1817. Pada awalnya istilah ini hanya dipergunakan dalam ilmu hayat seperti botany dan zoology, tetapi kemudian hampir semua ilmu pengetahuan alam mempergunakannya. Orang pertama yang menggunakan cara morfologi dalam mempelajari tanah menurut Zakharov (1927) adalah Ruprecht (Joffe, 1950). Morfologi bukan suatu ilmu melainkan sarana sesuatu ilmu, merupakan cara yang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Tujuan morfologi tanah adalah suatu uraian pelukisan, sehingga yang dimaksud morfologi tanah adalah suatu uraian tanah mengenai kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat tanah yang adapat diamati dan dipelajari di lapang.102.1. Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagaian dari profil tanah yang terbentuk ekibat proses pembentukan tanah (horison A dan B). Profil tanah tebalnya berlainan mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 meter. Pada umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin tebal mendekati khatulistiwa. Uraian profil tanah dimulai dengan menentukan batas horison (lapisan), mengukur dalamnya dan mengamati profil tanah secara keseluruhan. Horison adalah lapisan dalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah. Disamping masing-masing horison diamati sifat sifatnya meliputi : warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori pori tanah, pH lapang, batas-batas horison. Pedon adalah volume trkecil yang adapat disebut tanah. Pedon mempunyai ukuran tiga dimensi. Batas bawahnya merupakan batas antara tanah dengan bukan tanah sedang batas lateralnya (panjang dan lebarnya) cukup luas untuk mempelajari sifay-sifat horison tanah yang ada. Luasnya berkisar antara 1-10 m2 tergantung dari keragaman horison. Polipedon adalah kumpulan lebih dari satu pedon yang sama atau hampir sama yaitu yang 11 -semuanya mempunayai sifat yang memenuhi syarat untuk dikelompokkan sebagai satu sewri tanah. Luas polipedon minimun 2 m2, sedangkan luas maksimum tidak terbatas. Hubungan antara profil tanah, solum, pedon dan poli pedon ditunjukan pada Gambar 1.Gambar 1. Hubungan antara profil tanah, solum, pedon dan polipedon.2.2. Ciri-ciri Morfologi Tanah. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : (1) tegak, (2) baru, artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan (3) jangan memantulkan cahaya (profil tanah waktu pengamatan tidak langsung kena sinar matahari). Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Horison tanah adalah lapisan dalam tanah lebih kurang sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah. Masing masing horison diamati ciri-cirinya antara lain : warna, tektur, strukutr, konsistensi, pH tanah, kutan, konkresi dan nodul, pori-pori, dan batas-batas horison. 2.2.1. Batas-batas Horison Parameter batas-batas horison yang diamati meliputi : a. Ketajaman batas-batas ke horison lain : a-nyata (abrupt), jika tebal batas kurang dari 2,5 cm. c-jelas (clear), jika tebal batas 2,5-6,0 cm. g-berangsur (gradual), jika tebal batas 6-15 cm. -12d-(diffuse), jika tebal baats lebih dari 15 cm. b. Bentuk topografi dari batas horison : s-rata (smooth). w-berombak (wavy). i-tidak teratur (irregular). b-terputus (broken). 2.2.2. Warna Tanah Warna tanah merupakan ciri morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap fungsi tanah hanya sedikit, tetapi seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari warna tanah, apalagi jika disertai dan dihubungan dengan ciri-ciri lain. Jika warna tanah hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati teliti. Warna tanah merupakan pernyataan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air taah, dan atau (e) adanya bahan-bahan tertentu. Pada umumnya bahan organik memberikan warna kelam pada tanah, artinya jika tanah asalnya berwarna kuning atau coklat muda, kandungan bahan organik menyebabkan warnanya lebih cenderung ke arah coklat-kelam. Makin stabil bahan organik makin tua warnanya, sedang makin segar makin cearh warna tanah. Dan humus yang berwarna hitam. Pada umumnya warna pada tanah mempunyai hubungan dengan oksid-besi yang tak terhidratasi. Karena oksi-besi yang terhidratasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik. Tanah berwarna merah sekali biasanya terdapat dipermukaan tanah yang cembung (convex) terletak di atas batuan permeabel, tetapi meskipun demikian ada pula tanah-tanah merah yng warnanya berasal dari bahan induknya. Hampir tiap profil tanah terdiri atas horison-horison yang berlainan warnanya. Warna tiap horison harus diamati. Satu horison mungkin berwarna seragam, tetapi 13mungkin pula tercampur warna lain berupa warna reduksi yang mempunyai warna lebih kearah biru, atau dalam bentuk bintik, becak (mottling) berwarna merah, coklat, kuning atau hitam. Becak ini merupakan skumulasi senyawa-senyawa besi, Al atau Mn yang makin besar akumulasinya makin jelas terkumpul membentuk konkresi. Mengenai becak becak ini selain warnanya perlu pula diamati jelas, jumlah dan besarnya. Jelas tidaknya becak-bacak dibedakan atas : -k- kabur (faint) : perbedaan warna dasar (matrix) dan becak (mottling) tidak jelas; j-jelas (distinc) : tampak jelas perbedaan dasar dan becak; -t- tegas (prominent) : becak merupakan ciri yang tegas. Jumlahnya (abundance) dibedakan atas : -s- sedikit (few) : kurang dari 2 % luas permukaan horison profil yang diamati; -c- cukup (common) : antara 2 % - 20 %. -b- Banyak (many) : lebih dari 20 % luas permukaan horison profil; Besarnya (size) becak-becak dibedakan atas : -h- halus (fine) : diameter becak-becak kurang dari 5 mm; -s- sedang (medium) : diameternya antara 5-15 mm; dan k-kasar (coarse) : diameternya lebih dari 15 mm. Warna reduksi dan warna becak-becak menunjukkan drainase terhambat (buruk). Warna penentuan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding. Yang banyak digunakan adalah Munsell Soil Color Chart yang meliputi kira-kira 1/5-nya seluruh warna yang ada. Penentuan warna tanah digunakan Munsell Soil Color Chart yang terdiri dari 9 kartu dengan hue antara kuning (yellow) dan merah (red) berturut-turut mulai dari 5 Y, 2,5 Y, 10 YR, 7,5 YR, 5 YR, 2,5 YR, 10 %, 7,5 R dan 5 R. Masing-masing kartu disusun dengan interval value mulai dari 1 samapi dengan 8, dan dengan interval chroma mulai dari 2 samapai 8 atau mulai 0 samapai 8 tanpa angka 5. Makin tinggi value makin cerah warnanya, sedangkan makin besar angka chroma makin besar intensitasnya. Cara menentukan warna tanah adalah dengan membandingkan warna tanah dengan warna pembanding dealam kartu Munsell Soil Color Chart, dengan mendekatkan contoh tanah atau memasukkan contoh tanah ke dalam lubang yang telah tersedia di dekat 14 -maisng-masing kertas warna pembanding. Penulisan warna ditulis menurut urutan hue, value, chroma, misalnya 10 YR 3/4 (coklat).Gambar 4. Buku Munsell Soil Color Chart2.2.3. Tekstur Tanah Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang menyusun masaa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah. Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan dalam segitigas tekstur atau trianguler texture (gamabar 2). Titik sudutnya menunjukkan 100 % salah satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-masing fraksi mulai 0 % samapai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang menunjukkan maisng masing terkstur tanah. Sebagai contoh 35 % liat + 40 % debu + 25 % pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10 % liat + 5 % debu + 85 % pasir termasuk pasir berlempung. (lihat Gambar 2) -15Gambar 2. Segitiga Tekstur Tanah Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan (secara perasaan) dan di laboratorium (metode pipet dan hydrometer). Penetapan tekstur di lapangan dilakukan dengan cara : 1) masa tanah kering atau lembab dibasahi, kemudian diprid diantara ibu jari dan telunjuk sehingga memebntuk pita lembab, sambil dirasakan adanya rasa kasar, licin dan lengket; 2) tanah tersebut dibuat bola, digulung dan diamati adanya daya tahan terhadap tekanan dan kelekatan masaa tanah sewaktu telunjuk dan ibu jari diregangkan. Dari rasa kasar, licin, licin, pirisan, gulungan dan kelekatannya dapatlah ditentukan klas tekstur lapang (Tabel 1).Tabel 1. Penetapan Klas Tekstur Tanah Menurut Perasaan di Lapang No. 1. Pasir Klas tekstur Rasa dan sifat tanah Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan serta tidak melekat162. 3. 4. 5. 6.Pasir berlempung Lempung berpasir Lempung berdebu Lempung DebuRasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat. Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat. Rasa licin, membentuk bola teguh, pita dan lekat. Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat. Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat. Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan bila dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat. Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan bila dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat. Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat. Rasa licin agak kasar, membentuk bola, dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Rasa agak licin, membentuk bola, dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Rasa dan sifat tanah Rasa berat, membentuk bola baik serta melekat sekali. Rasa berat sekali, membentuk bola baik serta melekat sekali.7.Lempung berliat8.Lempung liat berpasir9. 10.Lempung liat berdebu Liat berpasir11. No. 12. 13.Liat berdebu Klas tekstur Liat Liat beratDi samping penggolongan ke dalam tekstur tanah tersebut, untuk keperluan klasifikasi tanah tingkat famili tanah diperlukan penggolongan ke dalam kelas sebaran butir (particle size distribution) seperti : berliat sangat halus, berliat halus, berdebu halus, berdebu kasar, berlempung halus, berlempung kasar, berpasir (Gambar 4). 2.2.4. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akbiat melekatnya butir-butir tanah satu samalain. Satu unit struktur disebut ped. Apabila unit-unit struktur tersebut tidak terbentuk maka dikatakan bahwa tanah tersebut tidak berstruktur. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1) Butir tunggal (single grain) = butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (contoh tanah pasir); 2) Pejal (massive) = buitr-butir tanah 17melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak membentuk gumpalan-gumpalan (ped). Penyipatan strukur tanah meliputi 3 hal yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran. a. Bentuk struktur Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi : 1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal. 2. Prismatik (prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi atas tidak membulat. 3. Tiang (columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-sisi atas membulat. 4. Gumpal bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut tajam. 5. Gumpal membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut membulat. 6. Granuler (granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped tidak porous. 7. Remah (crumb) : membulat atau banyak sisi, sangat porous. b. Tingkat Perkembangan atau Kemantapan Struktur 1. Lemah : butir-buitr strukutr dapat dilihat, tetapi sudah rusak dan hancur waktu diambil dari profil tanah untuk diperiksa. 2. Sedang : butir-buitr struktur agak kuat dan tidak hancur waktu diambil dari profil untuk diperiksa. 3. Kuat : butir-butir struktur tidak rusak waktu diambil dari profil tanah dan tidak hancur walaupun digerak-gerakkan. c. Ukuran Struktur 1. Untuk bentuk struktur lempeng, granuler dan remah : - sangat halus/tipis - halus - sedang - kasar/tebal : < 1 mm. : 1-2 mm. : 2-5 mm. : 5-10 mm.18- sangat kasar - sangat halus - halus - sedang - kasar - sangat kasar - sangat halus/tipis - halus - sedang - kasar/tebal - sangat kasar: > 10 mm. : < 5 mm. : 5-10 mm. : 10-20 mm. : 20-50 mm. : > 50 mm. : < 10 mm. : 10-20 mm. : 20-50 mm. : 50-100 mm. : > 100 mm.2.Untuk bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut :3.Untuk bentuk struktur prismatik dan tiang :19Gambar 5. Bentuk-bentuk struktur 2.2.5. Konsistensi Tanah Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel partikel tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggrapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Penentuan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air tanah yaitu dalam keadaan basah, lembab atau kering. 20 -Tanah basah : Kandungan air di atas kapasitas lapang.21a. Kelekatan menunjukkan kekuatan adhesi (melekat) tanah dengan benda lain. Kode Krietria Keterangan 0 1 2 3 Tidak lekat Agak lekat Lekat Sangat lekat Tidak melekat pada jari tangan atau benda lain Sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain Melekat pada jari tangan atau benda lain Sangat melekat pada jari tangan atau benda lainb. Plastisitas menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan. Kode Krietria Keterangan 0 1 Tidak plastis Agak plastis Tidak dapat membentuk gulungan tanah Hanya gulungan tanah kurang dari 1 cm da berbentuk. 2 Plastis Dapat membentuk gulungan tanah lebih 1 cm, diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut. 3 Sangat plastis Diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut Tanah lembab : Kandungan air mendekati kapasitas lapang. 0 Lepas- Tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah pasir). - Gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.1 Sangat gembur2 Gembur- Diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan gumpalan tanah dengan meremas. - Berturut-turut memerlukan tekanan yang makin besar untuk menghancurkan tanah sampai sama tidak dapat hancur dengan remasan tangan.3 Teguh4 sangat teguh )5 Sangat teguh )sekali Tanah kering : Tanah dalam kedaan kering angin. 0 Lepas- Tanah tidak melekat satu sama lain. - Gumpalan tanah mudah hancur bila diremas.1 Lunak222 Agak keras )- Berturut-turut memerlukan tekstur yang makin besar untuk menghancurkan tanah sampai tidak dapat hancur dengan remasan kedua tangan.3 Keras )4 Sangat keras )5 Sangat keras )sekali 2.2.6. pH Tanah Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan untuk menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah terhadap pemupukan, kebutuhan kapur dan laon-lainnya. Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik. Pengukuran pH tanah di lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan lakmus atau pH stick. 2.2.7. Padas Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras terbentuk selama bagian proses pembentukan tanah atau warisan suatu daur pelapukan menjadi bahan induk tanah yang sekarang ada. Padas dapat terbentuk karena : 1) terlalu beratnya masaa yang ada di atasnya (misalnya akibat pembajakkan yang terlalu berat atau adanya glacier), 2) pemadatan akibat cuaca yang membekukan, 3) agregasi tanah disertai perubahan temperatur, 4) karena pengikatan yang sangat erat berupa sementasi, baik oleh bahan perekat besi, bahan organik silikat ataupun liat. Bahan diskusi : 1.Jelaskan pentingnya ciri morfologi tanah ditetapkan di lapangan 2.Bagaimana cara penetapan ciri-ciri morfologi tanah tersebut23Latihan terstruktur : Mahasiswa melakukan praktikum lapangan penetapan ciri morfologi di lapangan ( warna, struktur, tekstur tanah dan lain-lainnya) Tugas mandiri : Mahasiswa mencari dan menjelaskan beberapa contoh ciri morfologi dari berbagai tanah.Daftar Pustaka Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor. Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.24III. KLASIFIKASI TANAH DAN PERKEMBANGANNYAKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai klasifikasi Tanah dan perkembangannya., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, asas-asas, dan perkembangan system klasifikasi Tanah Sasaran Belajar 1.Mahasiawa mampu menjelaskan tujuan.tanah 2.Mahasiswa mampu menjelaskan asas-asas klasifikasi Tanah 3.Mahasiswa mamapu menjelaskan beberapa system klasifikasi Tanah3.1 Tujuan Klasifikasi Tanah Tanah merupakan tubuh alam bebas yang dihasilkan oleh interaksi dari faktor faktor pembentuk tanah seperti : iklim, bahan induk, organisme, relief dan waktu. Jadi tanah merupakan fungsi dari faktor dan bahan induk, organisme, relief dan waktu dan semua faktor tersebut dapat bervariasi. Oleh karena itu akan terbentuk berbagai jenis tanah yang dapat banyak dengan sifat dan cirinya yang juga dapat beragam. Berkenaan dengan hal tersebut maka tanah perlu digolong-golongkan untuk mempermudah mempelajarinya. Adapun tujuan klasifikasi tanah adalah : a. Menata pengetahuan tentang tanah. b. Untuk mengetahui hubungan diantara masing-masing individu tanah. c. Memudahkan mengingat sifat dan ciri tanah. d. Mengklasifikasi tanah untuk tujuan yang lebih praktis seperti 1) menaksir sifat-sifat tanah, 2) menetapkan lahan-lahan terbaik, 3) menduga produktivitas tanah dan 4) menentukan wilayah penelitian untuk tujuan agrotechnology transfer . -e. Mempelajari hubungan sifat-sifat tanah yang baru. 3.2 Asas Klasifikasi Tanah Dalam penyusunan suatu klasifikasi tanah biasanya, digunakan beberapa ketentuan atau asas yang digunakan sebagai dasar. Hardjowigeno (1993) menyatakan ada beberapa asas yang digunakan dalam klasifikasi tanah yaitu : 25a. Asas genetik (genetic principle) Dalam asas genetik ini, sifat tanah pembeda adalah sifat yang terbentuk sebagai hasil dari protes pembentukan tanah atau sifat-sifat yang mempengaruhi pembentukan tanah. b. Asas sifat pembeda makin bertambah (Principle of accumulating differentia) Dalam asas ini sifat-sifat tanah pembeda semakin bertambah semakin mendekati kategori yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada kategori rendah tanah tidak hanya dibedakan berdasar sifat-sifat tanah pembeda, tetapi juga digunakan pembeda yang lebih tinggi. c. Asas menyeluruh kategori taksonomi (Principle of wholeness of taxonomic categories) Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori berdasarkan atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut. Setiap sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan semua individu populasi tersebut. d. Pembatas asas bebas (Ciling of independence principle) Sifat tanah yang digunakan sebagai pembeda untuk tanah tingkat kategori tanah, tidak dapat digunakan tapi sebagai faktor pembeda untuk kategori yang lebih rendah. 3.3 Sejarah Perkembangan Klasifikasi tanah Suatu klasifikasi tanah telah ddiasalkan pada tahun 1887 oleh seorang ahli tanah Rusia yang bernama Dokuchaev. Dokuchaev adalah orang pertama yang mengembangkan sistem klasifikasi tanah di dunia, oleh karena itu Dokuchaev dianggap sebagai Bapak Ilmu Tanah. Dari daratan Rusia selanjutnya klasifikasi tanah berkembang ke Eropa dan Amerika serta negara-negara lain di dunia. Di Eropa, khususnya di Jerman, klasifikasi tanah dikembangkan oleh Glinka, kemudian baru dikembangkan di Amerika Serikat. Sistem klasifikasi yang dikembangkan berdasarkan teori bahwa setiap jenis tanah mempunyai maxfologi tertentu atau mempunyai ciri dan sifat tertentu yang dihubungkan pada kombinasi faktor-faktor pembentuk tanah. Sistem klasifikasi itu berkembang di 26Amerika Serikat (USA) pada tahun 1949 dan sering disebut sistem klasifikasi tanah tersebut yang pertama dipergunakan di Amerika Serikat hingga tahun 1969. Pada tahun 1960 Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkenalkan sistem klasifikasi tanah yang baru yang disebut Comprehensive System . Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak menekankan pada morfologi dan kurang menekankan pada faktor-faktor pemebtuk tanah dibandingkan dengan sistem klasifikasi tanah di luar Eropa dan Amerika Serikat, termasuk Indonesia dan di Indonesia sistem klasifikasi tanah berkembang pada dua dekade yaitu dekade jaman penjajah Belanda dan dekade setelah merdeka. Pada jaman penjajah Belanda, sistem klasifikasi tanah pertama kali dikenalkan oleh Van Mohr pada tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-macam bahan induk dan proses pelapukannya yang ditekankan pada intensitas pencucian (leaching) dalam hubungannya dengan pengaruh iklim. Pada tahun berikutnya White (1933) mulai mengumpulkan data-data Mohr dan menyusun sistem klasifikasi tanah yang baru. Druif (1936) menyusun sistem klasifikasi tanah yang baru untuk tanah di sekitar Deli (Sumatera) berdasarkan atas petrografi dan mineralogi. Pada jaman kemerdekaan yang dimulai oleh Vander Voort, Van Es dan Hoontjes (1951), menggolongkan tanah berdasarkan aats dasar geomorfologi. Selanjutnya Dames (1955) melakukan penelitian tipe-tipe tanah di Jawa. Sistem klasifikasi tanah yang lain yang didasarkan atas genesis tanah dan morfologi tanah makinberkembang di Indonesia. Berikutnya sistem klasifikasi tanah yang sering digunakan adalah sistem klasifikasi tanah PPT Bogor, FAO/UNESCO dan Taksonomi. Bahan diskusi : Jelaskan, mengapa tanah-tanah perlu diklasifikasikan Latihan terstruktur : Mahasiswa membuat uraian tentang sejarah perkembangan system klasifikasi tanah Tugas mandiri : Mahasiswa membuat rangkuman tentang beberapa system klasifikasi tanah 27Daftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.28IV. SISTEM KLASIFIKASI TANAH PUSAT PENELITIAN TANAH BOGORKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPTBogor Sasaran Belajar 1.Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPT Bogor 2.Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system PPT BogorSistem klasifikasi tanah dari PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor yang telah banyak dikenal di Indonesia adalah Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini disusun oleh Dudal (seorang ahli survei dan klasifikasi tanah dari Belgia yang menganut sistem USDA, diperbantukan pada PPT mulai tahun 1950), dan Soepraptohardjo (Pimpinan Bagian Pemetaan Tanah PPT Bogor). Selanjutnya Sistem DS (1957) disempurnakan lagi dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem Taksonomi Tanah (1975). Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi jenis-jenis tanah dan macam tanah. Dengan perubahan definisi tersebut maka disamping nama-nama tanah lama yang tetap dipertahankan dikemukakan nama baru yang kebanyakan mirip dengan nama-nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang horison penciri seeprti yang dikemukakan oleh USDA ataupun oleh FAO/UNESCO. Sistem klasifikasi tanah ini, menggunakan 6 kategori yaitu Golongan (Ordo), Kumpulan (Sub-ordo), Jenis (Great soil group), Macam (Sub group), Rupa (Famili), dan Seri (Series). Pada kategori golongan dan kumpulan, tanah dibedakan atas dasar tingkat perkembangan dan susunan horison tanah. Pemberian nama tanah baru mulai pada kategori Jenis tanah, sehingga nama-nama tanah pada kategori golongan dan kumpulan tidak dikenal. Pada kategori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan drainase tanah. Salah satu contoh nama tanah : Golongan Kumpulan Jenis tanah Macam tanah : Dengan perkembangan profil. : Horison ABC. : Latosol. : Latosol Humic. 29Rupa Seri: Latosol Humic, tekstur halus, drainase baik. : Bogor.Jenis-jenis Tanah Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah Nama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO. Walapun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru. Nama-nama tanah dan definisnya yang disederhanakan : Organosol Litosol Rendzina : Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm. : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu. : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya terdiri dari batuan kapur. Tabel 1. Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi (disederhanakan)No. Sistem DudalSoepraptohardjo (19561961). 1. 2. 3. 4. 5. Tanah Aluvial Andosol Brown Forest Soil Grumusol Latosol Modifikasi 1978/1982 (PPT) Tanah Aluvial Andosol Kambisol Grumusol Kambisol Latosol 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Litosol Mediteran Organosol Podsol Podsol Merah Kuning Podsol Coklat Podsol Coklat Lateritik Litosol Mediteran Organosol Podsol Podsolik Kambisol Podsolik Fluvisol Andosol Cambisol Vertisol Cambisol Nitosol Ferralsol Litosol Luvisol Histosol Podsol Acrisol Cambisol Acrisol FAO/UNESCO (1974) USDA Soil Taxonomy (1975) Entisol Inceptisol Andisol Inceptisol Vertisol Inceptisol Ultisol Entisol Alfisol/Inceptisol Histosol Spodosol Ultisol Inceptisol Ultisol30Kekelabuan 13. 14. 15. 16. Regosol Renzina Tanah-tanah Berglei Glei Humus Glei Humus Rendah Hidromorf Kelabu Aluvial Hidromorf 17. Planosol Regosol Renzina Ranker Gleisol Gleisol Humik Gleisol Podsolik Gleiik Gleisol Hidrik Planosol Gleyic Acrisol Regosol Renzina Ranker Gleysol Entisol/Inceptisol Rendoll Aquic Sub ordo Inceptisol (Aquept) Inceptisol (Aquept) Ultisol (Aquult) Inceptisol (Aquept) Inceptisol (Aquept)PlanosolGrumusol: Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).Gleisol Aluvial: Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain. : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik. Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain. Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik. 31Brunizem Kambisol Nitosol: Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %. : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air). : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat maksimum ke horison-horison dibawahnya, kadar liat kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me/100 gr liat).Podsolik Mediteran Planosol: Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik. : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %. : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau pragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagaian dari horison albik.Podsol Oksisol: Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik (= horison spodik). Mempunyai horison albik. : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 16 me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.Bahan diskusi : 1.Mengapa sistem di atas dinamakan sistem PPT Bogor 2.Apa saja yang digunakan sebagai kriteria pembeda pada sistem PPT Bogor32Latihan terstruktur : Mahasiswa mencari data-data beberapa jenis tanah yang diklasifikasi menurut PPT Bogor.Tugas mandiri : Mahasiswa membuat rangkuman beberapa jenis tanah beserta sifat-sifatnya.Daftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Darmawijaya, M.I. 1980. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.33V. SISTEM KLASIFIKASI TANAH FAO/UNESCOKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah FAO/UNESCO., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO Sasaran Belajar 1.Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO 2.Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system FAO/UNESCOSistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA). Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia. Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori FAO/UNESCO sebagai berikut : Fluvisol : Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis. Gleysol : Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga berwarna kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik, horison kambik, kalsik atau gipsik. Regosol : Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk 34 great group menurut sistembahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol. Lithosol Arenosol : Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan batuan yang padu. : Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi. Rendzina Ranker Andosol : Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur. : Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada horison penciri lain. : Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain. Vertisol : Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket. Solonet : Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tibatiba. Yermosol : Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik. Xerolsol : Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang. atau lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak 35Kastanozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cmmengandung bahan kapur halus. Chernozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang tebalnya 15 cm atau lebih. Sdifat-sifat lain seperti Kastanozem. Phaeozem : Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik, gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus. Greyzem : Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan struktur tanah. Cambisol : Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm. Luvisol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih. Tidak mempunyai epipedon mollik. Podzoluvisol : Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing). Podsol Planosol : Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik. : Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik. Acrisol Nitosol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %. Tidak terdapat epipedon mollik. : Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik. Ferrasol Histosol : Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat. Tidak terdapat epipedon umbrik. : Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih. 36Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seeprti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut. Contoh : Great group : Fluvisol Sub group : Claseric FulvisolGreat group : Regosol Sub group Bahan diskusi : 1.Atas dasar apa disusunya system klasifikasi FAO/UNESCO 2.Berapa kategori dalam system FAO/UNESCO : Humic RegosolLatihan terstruktur : Mahasiswa menguraikan sifat-sifat tanah dari beberapa jenis tanahTugas mandiri : Mahasiswa merangkum beberapa jenis tanah yang ada di Indonesia berdasarkan peta tanah menurut FAO/Unesco.Daftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major Soil of the World. Agricultural University Wageningen. Amsterdam.37Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.38VI. TAKSONOMI TANAHKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai Taksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan riwayat dan kategori systemTaksonomi Tanah Sasaran Belajar 1.Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat system Taksonomi Tanah 2.Mahasiswa mampu menjelaskan kategori dalam systemTaksonomi Tanah6.1 RIWAYAT Sistem Taksonomi Tanah yang dulu dikenal dengan istilah A Comprehensive System of Soil Classification 7 th Approximation diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960 dalam Konggres Tanah Internasional ke-7 di hadison (Wisconsin) Amerika Serikat oleh Dr. Guy D Smith. Sistem tersebut disebut Comprehensive system karena (diharapkan) dapat digunakan seluruh tanah di dunia, untuk berbagai bidang ilmu yang berhubungan dengan tanah. Disebut 7 th Approximation karena sistem tersebut dibuat dengan beberapa kali perbaikan dan ini adalah perbaikan yang ke-7. First Approximation dimulai pada tahun 1951. Sampai pada 2nd Approximation naskahnya hanya diedarkan terbatas dalam lingkungan ahli-ahli tanah di Amerika. Berdasarkan atas tanggapan dan saran-saran para ahli tersebut kemudian disusun perbaikan-perbaikan berikutnya. Mulai dari 2nd Approximation naskah diedarkan lebih luas baik di Amerika Serikat maupun ke negara-negara di luar Amerika. Di samping itu di Amerika dilakukan pula uji coba terhadap sistim tersebut dalam kegunaannya untuk survey tanah. Dengan menampung ke dalam sitim ini semua saran dan pendapat dari ahli-ahli tanah berbagai negara yang masing-masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap jenis tanah yang berlainan, maka diharapkan sistim ini dapat memenuhi kebutuhan klasifikasi tanah seluruh dunia. Taksonomi Tanah bukan merupakan perbaikan yang terakhir, tetapi hanya merupakan pendekatan (approximation) untuk mendapatkan tanggapan dan kritik dan untuk di uji lebih lanjut.39Sejak tahun 1960 beberapa supplement terhadap 7th Approximation telah diterbitkan. Supplement bulan Maret 1967 memuat semua perubahan yang dilakukan sejak tahun 1960 kecuali untuk histosol yang baru dikemukakan dalam supplement bulan September 1968. Seluruh sistem tersebut dengan perubahan-perubahannya segera akan diterbitkan sebagai 8th Approximation (Dijkerman, 1968). Sistem 7th Approximation digunakan untuk survey tanah Amerika pada tahun 1965. Ini adalah merupakan sistem ke-4 yang digunakan untuk survey tanah negeri tersebut dalam 67 tahun terakhir. Sistem pertama yang digunakan adalah sistim whitney (1909), kemudian Marbut (1927) dan Baldwin, Kellog dan Thorp (1938). Yang terakhir ini kemudian diperbaiki oleh Thorp dan Smith (1949). Untuk memetaan tanah, menurut Baldwin et al. (1938) katagori yang terendah dipergunakan adalah seri da tipe. Waktu itu dikenal kurang lebih 2000 seri tanah di Amerika Serikat. Untuk menghilangkan gap antara seri dengan great group maka ditambahkan kategori famili oleh Thorp dan Smith (1949). Pada waktu dicoba memasukkan seri-seri yang telah ada ke dalam famili dan great group ternyata ditemukan kesulitan yang serius Salah satu kekurangannya utama dari sistem tersebut adalah tidak adanya definisi yang tepat terhadap sifat-sifat tanah dalam masing-masing kategori. Pada tahun 1951 akhirnya diputuskan untuk merubah seluruh sistem klasifikasi tanah tersebut dengan sistem yang baru. Sistem yang baru tersebut sekarang dikenal dengan sistem 7th Approximatio. Sistem ini dibuat atas dasar pengetahuan dan pengalaman selama 67 tahun survey tanah di Amerika Serikat. Merupakan sistem yang tepat (precise), sistematik dan logik. Konsep-konsep baru seperti pedon dan horison penciri (diagnotic horison) diperkenalkan. Definisi berbagai kategori (klas) dari tanah-tanah yang berbeda ditentukan dengan sifat sifat tanah yang dapat diukur (facts) bukan oleh faktor pembentuk tanah (theory). Nama nama baru telah disusun dengan menggunakan kata-kata Yunani atau Latin. Sistem ini telah menarik perhatian ahli-ahli tanah seluruh dunia. Rusia menanggapi 7 th Approximation dalam beberapa artikel pada Soviet Soil Science, Juni 1964. Soil Science, Juni 1964. Soil Science, 1963. Soil Science 1963, Vol. 96, Nomor 1, seluruhnya digunakan untuk menanggapi 7 th Approximation. Symposium mengenai 7th 40 -Approximation diterbitkan dalam proceeding of the American Soil Science 1963, Vol. 27, Nomor 2. Selain itu masih banyak tanggapan lain seperti tercantum pada daftar pustaka tulisan ini. Dengan demikian nyata bahwa sistem ini telah merangsang timbulnya diskusi diskusi dan penelitian-penelitian baru. 6.2 KATEGORI Di dalam sistim ini dikenal 6 kategori yaitu : order, sub order, great group, sub group, family dan serie yang disebut sistem kategori multiple. Kategori type (Thorp dan Smith, 1949) ditiadakan. Hal ini disebabkan karena tekstur lapisan atas (lapisan olah) yang digunakan sebagai faktor pembatas untuk type sering berubah-ubah karena banyak dipengaruhi faktor-faktor yang datangnya dari luar. 1.Order Order dibedakan atas sifat-sifat umum tanah yang menentukan pembentukan horison penciri. Menurut 7th Approximation (1960) dikenal 10 order yaitu : Entisol, Vertisol, Inceptisol, Aridosol, Mollisol, Spodosol, Alfisol, Ultisol, Oxisol dan Histosol. Jumlah ini bertambah atau berkurang sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan yang masih dilakukan. 2. Sub-Order Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang masing-masing mempunyai keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor pembatas terutama adalah faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat genetik tanah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ada tidaknya penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem (pasir), kadar allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan (derajat) perkembangan tanah. 3.Great Group Great group dari tiap-tiap sub order terutama ditentukan oleh tidaknya horison penciri serta sifat horison penciri tersebut. Bila dalam satu sub order horison penciri tidak -41berbeda, maka digunakan penciri lain. Horison penciri yang diambil adalah yang menunjukkan perbedaan utama tingkat perkembangan tanah dan yang berbeda jenisnya. Termasuk horison penciri adalah horison illuviasi (liat, besi, humus), horison permukaan yang tebal dan berwarna gelap, lapisan pan yang mempengaruhi perakaran dan pergerakan air dalam tanah dan horison anthropic yang terbentuk pada tanah-tanah yang digarap. Faktor-faktor di luar horison penciri yang digunakan sebagai pembatas bila horison tidak relevant antara lain adalah : self mulching, warna merah dan coklat tua pada tanah-tanah dari batuan basa, perbedaan kejenuhan basa yang besar, sifat pengerasan irreversible, bentuk-bentuk lidah horison eluviasi pada horison illuviasi dan suhu yang rendah. Tiap-tiap great group mempunyai horison penciri atau faktor-faktor penentu lain yang jenis dan sifatnya sama. 4. Subgroup Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping memiliki sifat-sifat great groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai berikut : 1. Memiliki sifat-sifat lain yang terdapat pada order, suborder great group dari golongan sendiri atau golongan lain. 2. Memiliki sifat-sifat lain yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan great group tersebut. 5. Famili Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan atas sifasifat tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk tiap-tiap subgroup berbeda-beda. Tiap-tiap famili mempunyai tata udara tanah, air tanah, plant root relationship kadar unsur, unsur hara utama yang sama kecuali unsur N. Yang digunakan sebagai penentu adalah lapisan di bawah lapisan oleh atau yang sama dalamnya. Faktor pembedanya adalah tekstur, ketebalan horison, susunan (keadaan) mineral, kemasaman, konsistensi dan permeabilitas. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor yang dianggap relatif tidak mudah berubah, dan pada waktu ini tidak masih diuji apakah semuanya dapat memenuhi syarat yang diperlukan untuk menentukan famili, kemasaman tanah sebenarnya kurang memenuhi syarat, tetapi mudah diukur dan kadang-kadang merupakan satu42satunya sifat yang dapat digunakan untuk membeda-bedakan subgroup dengan baik terutama pada tanah-tanah yang selalu tegenang atau tanah-tanah daerah dataran banjir (flood plain yang tidak mempunyai perkembangan horison. 5. Seri Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai sifat-sifat dan susunan horison yang sama terutama di bagian bawah lapisan olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai perbedaan-perbedaan lereng, tingkat erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di bawahnya. Tanah di lapisan atas (lapisan olah) tidak digunakan sebagai faktor penentu karena sering mengalami perubahan sifat. Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk menentukan seri tanah dapat dipilih dari beberapa sifat belum di bawah lapisan olah tersebut misalnya tekstur, drainase (permeabilitas), mineralogi tanah, tanah, tebal horison, konsistensi, struktur, kemasaman tanah dan sebagainya. Yang biasa digunakan adalah kombinasi antara beberapa sifat tersebut. Bahan diskusi : 1.Siapa pemrakarsa sistem Soil Taxonomy 2.Jelaskan kriteria pembeda dari masing-masing kategoriLatihan terstruktur : Mahasiswa menguraikan sejarah perkembangan soil taxonomyTugasmandiri : Mahasiswa membuat kelebihan dan kelemahan system soil taxonomy dibandingan system klasifikasi tanah lainnya. 43Daftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta. Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.44VII. TATA NAMA DALAM TAKSONOMI TANAHKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai tata nama dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan nama-nama dalam systemTaksonomi Tanah Sasaran Belajar 1. Mahasiswa mampu menjelaskan nama order,sub order, great grup, sub grup dalam system Taksonomi Tanah 2. Mahasiswa mampu menjelaskan nama famili Tanah dan menentukan nama seri Tanah dalam system taksonomi Tanah.7.1 NAMA-NAMA ORDER Nama-nama order selalu diakhiri dengan huruf sol (solum: tanah) dengan suku kata pertama menggunakan sebagaimana dari kata Yunani atau Latin yang menunjukkan sifat penciri utama dari order tersebut. Pada tabel 4 dijelaskan cara pemberian nama untuk order. Tabel 4. Nama-nama tanah dalam tingkat oder dan akhiran untuk kategori yang lebih Rendah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Order Entisol Vertisol Andisol Inceptisol Ardisol Mollisol Spodosol Alfisol Ultisol Akhiran untuk kategori lain ENT ERT AND EPT ID oll OD ALF ULT Dari asal kata Dari recent (baru) Verto, berubah Ando, tanah hitam Inceptum, permulaan Aridus, sangat kering Mollis, lunak Spodos, abu Dari Al dan Fe Ultinus, akhir4510. 11. 12.Oxisol Histosol GelisolOX ISL ELOxide, oksida Histos, jaringan Gel, jelly7.2 NAMA-NAMA SUB-ORDER Nama sub-order terdiri dari 2 suku kata. Suku kata pertama menunjukkan sifat dari sub-order sendiri, sedangkan suku kata kedua menunjukkan nama dari order yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tanah order Entisol yang mengalami gleisasi berat maka tanah tersebutdiberi nama Aquent yang berasal dari suku kata aqu (aqua = air) dan ent (order Entisol). Beberapa suku kata yang dipergunakan untuk penamaan sub-order serta arti masing-masing kata asalnya tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Suku dan kata-kata asal untuk penamaan sub-order Formative element alb and aqu ar arg Berasal dari kata albu, white modified from Ando aqua, water arare, to plow dari argillic, horison argillic, white clay ferr fibr ferrum, iron fibra, fiber Dingin Terdapat besi Sedikit sekali yang terdekomosisi fluv hem hum lept fluvius, river hemi, half humus, earth leptos, thin 46 Dataran banjir Tingkat dekomposisi sedang Terdapat bahan organik Horison tipis Arti/maksud Terdapat horison albic Seperti Ando Selalu basah Horison campuran (mixed horison) Ditemukan horison argillicochr orth plagh psamm rend sapr torr trop ud umbr ust xerochros, pale orthos, true plaggen, sod psammos, sand modified from Rendzina sapros, rotten torridus, hot and dry tropikos, of the solstice udus, humid umbra, shade ustus, burn xeros, dryTerdapat epipedon ochric Yang biasa terdapat Terdapat epipedon plaggen Bertesktur pasir Seperti Rendzina Tingkat dekomposisi lanjut Biasanya kering Terus-menerus panas (warn) Terdapat di daerah humid Terdapat epipedon umbric Di daerah beriklim kering Terdapat musim kering (anual dry season)7.3 NAMA-NAMA GREAT GROUP Nama great terdiri dari 3 suku kata atau lebih dan tanpa akhiran sol. Dua suku kata terakhir merupakan nama suborder, sedang suku kata yang di depannya menunjukkan faktor yang mencirikan great group tersebut. Contoh: sub-order Aquent yang terdapat di daerah dingin, maka nama dalam quat great group adalah Cryquent (kryos = dingin). Beberapa suku kata yang dipergunakan dalam penaman great group tertera pada tabel 6. Tabel 6. Suku kata dan kata-kata asal untuk penamaan great group Formative element acr agr alb and anthr Berasal dari kata akros, at the end ager, field albus, white modifikasi dari Ando anthospos, man 47 Arti/maksud Pelapukan sangat lanjut Terdapat horison agric Terdapat horison albic Seperti ando Terdapat epipedonanthopic aqu arg calc camb chrom cry dur dystr dys eutr, eu ferr frag gragloss gibbs gloss hal hapl hum hydr luo, lu nadur nartr ochr pale pell plac aqua, water argillic horison argilla, white clay calcic, lime cambiare, to exchange chroma, color kryos, coldness durus, hard dystrophic, infertile eutrophic, fertile ferrum, iron fragilis, brittle compuan of frag an gloss modifikasi dari gibbsite glossa, tongue hals, salt haplous, simple humus, earth hydor, water louo, to was terdiri dari na (tr) di bawah dan dur di atas natrium, sodium ochros, pale paleos, old pellos, dusky plax, flat stone Terdapat horison natric Terdapat epipedon ochric Perkembangan lanjut (old development) Chroma rendah Terdapat plinthite Selalu basah Terdapat horison argillic Terdapat horison argillic Terdapat horison calcic Terdapat horison cambic Dengam chroma tinggi Cold (dingin) Terdapat duripan Kejenuhan basa rendah Kejenuhan basa tinggi Terdapat Fe Terdapat fragipan (liat frag dan gloss) Terdapat gibbsit Lidah-lidah horison elluviasi Bergaram Minuman horison Terdapat humus Tedapat air Terdapat illuviasi Lihat nart dan dur48quats rend sal sider sombr spagno torr trop ud umbr ust vermquarz, quarts modifikasi dari Rendzina sal, salt sideros, iron sombre, dark sphagnos, bog terridus hot and dry tropikos, of the solstice udus, humid umbra, shade ustus, burnt vermes, wornKandungan kwarsa tinggi Seperti Renzina Terdapat horison salic Terdapat oksida besi bebas Horison berwarna gelap Terdapat sphagnum moss Biasanya kering Terus menerus panas (warm) Terdapat di daerah humid Terdapat epipedon umbric Iklim kering Banyak cacing atau dicampur aduk oleh binatangvitr xervitrum, glass xeros, dryTerdapat glasson salic Terdapat musim kering (annual dry season)7.4 NAMA-NAMA SUBGROUP Nama-nama subgroup terdiri dari dua kata berasal dari nama great group ditambahi dengan kata sifat di depannya yang menerangkan sifat utama dari subgroup tersebut. Kata sifat tersebut biasanya diambil dari nama-nama order, suborder atau great group yang telah dikenal atau kata-kata baru. Bila subgroup mempunyai sifat utama dari great groupnya maka digunakan kata typic. Di bawah ini ditemukan beberapa contoh : - Typic Psammaquent adalah subgroup dari Psammaquent yang sifatnya serupa dengan great groupnya. - Aquic Hapludult adalah subgroup dari Hapludult yang mempunyai sifat seperti suborder aquult (banyak terdapat karatan pada kedalaman 25 cm)49- Haplic Durargid adalah subgroup dari Durargid yang mempunyai sifat seperti great group Haplargid. - Mollic Hapludalf adalah subgroup dari Hapludalf yang mempunyai sifat seperti Mollisol pada umumnya. - Cumulic Haplaquoll adalah subgroup dari Haplaquoll yang terdapat akumulasi humus di permukaan (kata cumulic tidak berasal dari nama salah satu kategori). Beberapa suku kata baru yang dipergunakan dalam penamaan subgroup tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Beberapa suku kata dari kata-kata asal untuk penamaan subgroup Formative element Berasal dari kata Arti/maksud abruptic allie arenic clastic cumulic glossic limnic lithic leptic pergellic abruptum, turn off modifikasi dari aluminium arena, sand klastos, broken glossa, tongue glossa, thinck dam arena sand modifikasi dari lima lake lithos, stone leptos, thin per, throughout in time And space and gelare, to freeze petrogalcic plinthic ruptic stratic petro, rock and calcic, calcium modifikasi dari linthos, brick ruptum, broken stratun, a covering Horison yang terputus Berlapis-lapis Terdapat plinthite Horison petrocalcic Terdapat kontak limnic Terdapat kontak lithic Bersolum tipis Selalu membeku Perubahan tekstur sangat jelas Extractable aluminium tinggi Tekstir berpasir Kandungan mineral tinggi Terdapat lidah-lidah Lapisan tebal berpasir50superic pachicsuperase, to overtop pachys, thickTerdapat plinthite di permukaan Epipedon tebal7.5 NAMA-NAMA FAMILI Menurut Taksonomi Tanah 1975 tata nama untuk famili digunakan dua cara : a.Nama abstract Diambil dari nama seri yang terkenal yang termasuk dalam famili tersebut. Bila seri Kebakkramat merupakan seri yang paling terkenal dalam famili tersebut, maka disebut famili Kebakkramat. Nama tersebut tidak menunjukkan salah satu sifat dari tanah yang bersangkutan sehingga dibayangkan bagi orang yang belum mengenal seri Kebak-kramat. b.Berdasarkan atas sifat-sifat tanah Tata nama dengan menggunakan sifat-sifat tanah sebagai dasar lebih cepat dapat memberi gambaran terhadap sifat-sifat tanah, tetapi nama dapat terlalu panjang.Sifat-sifat tanah yang dapat digunakan untuk penamaan famili antara lain adalah tekstur, kandungan mineral dan konsistensinya. Untuk menjaga konsistensi penamaannya, urutan berikut ini perlu diikuti : susunan besar butir, kelas mineralogi dan subklas (kalkerus)., klas reaksi tanah, suhu, kedalaman tanah, lereng, konsistensi coating dan cracking. Penamaan famili tanah yang paling banyak digunakan adalah : nama subgroup susunan besar butir, mineralogi dan suhu. Misalnya : - Xeric Haplohumult, clayey, kaolinitic, mesic - Typic Haplaquept, berlempung halus, campuran, isohiperthermik. - Lithic Ustorthent, berliat, tidak masam, campuran, isohipertermik - Typic Haplustert, skeletal berliat, montmorilonitik, isohipertermik - Yypic Ustipsamment, campuran isohipertermik. 7.6 NAMA-NAMA SERI51Nama-nama seri di Amerika Serikat diambil dari nama tempat atau sifat-sifat alam (natural feature) dari tempat-tempat yang berdekatan dengan tempat pertama kali ditemukan seri tersebut. Misal : KebakKkramat coarse loamy neutral Typic Tropofluvent. Disamping itu ada contoh lain : Ordo Sub ordo : Vertisol : Ustert (ustic = kering) minimum horison dan tidak ada horison penciri lain). Sub group : Udic Haplustert (Udic + humid, tanah yang sering lembab, tetapi tidak basah atau tergenang air dan tidak menunjukkan aquic condition (karatan/sifat lain). Famili : Udic Haplustert, skeletal berliat, montmorilonitik, isohipertermik (susunan besar butir : skeletal berliat; susunan mineral liat didominasi oleh mineral liatmontmorilonit; regim suhu : isohipertermik, suhu tanah lebih dari 22oC, perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari 5oC). Seri : Batubolong (pertama kali ditemukan di Dusun Batubolong, Desa Jerowaru, Kec. Keruak, Lombok Timur, NTB) (Seri sementara/tentatif). Bahan diskusi : 1. Jelaskan nama-nama suborder lebih pendek dari nama pafa kategori dibawahnya (great grup) 2. Apakah nama tanah menunjukkan sifat-sifatnya, jelaskan Latihan terstruktur : Mahasiswa melaksanakan praktikum mengklasifikasikan tanah dengan system soil taxonomy. Tugas mandiri : Mahasiswa mencoba memberikan nama beberapa tanah dari data-data didalam literature. 52Great group : Haplustert (haplous = sederhana, memiliki horison sederhana atauDaftar Pustaka Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta. Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.53VIII. HORISON PENCIRI DALAM TAKSONOMI TANAHKompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah mengenai horizon penciri dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi horizon penciri pada profil Tanah menurut systemTaksonomi Tanah Sasaran Belajar 1. Mahasiswa mampu menjelaskan cirri-ciri horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon penciri lain 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon penciri lain dalam suatu profil tanahDalam sistem Taksonomi Tanah, lapisan-lapisan dari tubuh tanah yang diperiksa sebagai sifat penciri ialah epipedon dan endopedon. (horison bawah = subsurface). Selanjutnya akan dikemukakan dibawah ini ciri-ciri beberapa epipedon dan horison bawah. Horison penciri adalah horison genetik yang digunakan untuk menggolongkan tanah dan memberikan nama tanah dalam berbagai kategori. 8.1 EPIPEDON (HORISON ATASAN) Epipedon berasal dari kata Yunani : pedon = tanah, dan epi = di atas adalah bagian atas dari tanah yang berwarna hitam oleh bahan organik, atau bagian atas horison eluviasi atau kedua-duanya. Epipedon tidak sinonim dengan horison A sebab horison B dapat juga disebut epipedon bila muncul di permukaan dan banyak mengandung bahan organik dan berwarna gelap. Beberapa macam epipedon yan mungkin terdapat dalam tanah adalah : a. Epipedon Umbric (Latin : Umbra = peneduh, jadi warna tua) Sama dengan mollic, kecuali bersifat jenuh hidrogen sehingga nilai kejenuhan basa rendah. Epipedon Umbric adalah lapisan atas setebal 18 cm, yang terdiri dari hasil akumulasi dan dekomposisi bahan organik, biasanya dalam lingkungan asan dan dicirikan oleh sifat-sifat berikut :541. Perkembangan struktur tanah cukup kuat, tidak masif dan keras sampai keras sekali jika kering. 2. Warna chroma horison C. Jika tidak ada horison C dibandingkan dengan horison di bawah epipedon. 3. Kejenuhan basa < 50% (NH4OAc). 4. Kadar bahan organik paling sedikit 1% (0,58% C 5. Tebal : a) > 25 cm, jika solum > 75 cm. b) > 1/3 dar pada solum, jika solum < 75 cm. c) > 18 cm dalam AR propil. d) > 10 cm dalam AR propil. e) 25 cm jika epipedon bertekstur lebih kasar dari pada pasir sangat halus berlempung (very fine loamy sand). 6. P2O5 larut dalam asam sitrat < 2,50 ppm atau meningkat di bawah epipedon. b. Epipedon ochric (Yunani : ochros = pucat, warna muda) Epipedon ini mempunyai warna lebih muda, lebih rendah kadar bahan organik, atau tipis dari pada mollic, umbric, anthropic atau histic. Epipedon ochric dicirikan oleh : 1. Yang tidak termasuk mollic, umbric, anthropic, plaggen atau histic karena lebih tipis. 2. Termasuk horison eluviasi pada atau dekat permukaan (A2 dan horison albic). 3. Ketebalan : a) meluas sampai horison penciri argillic, natric, spodic, atau oxic jika ada; b) jika horison di bawahnya adalah horison cambic dan tak ada horison permukan yang berwarna gelap karena banyak mengandung humus, batas saling baik ialah dasar lapisan olah. 4. Tidak terdapat batuan, juga tidak termasuk sedimen-sedimen muda dengan stradifikasi halus. 5. Keras dan masif bila kering. 6. Warna : 55organik).o value > 5,5 bila kering atau > 3,5 bila lembab o chorma 4 atau lebih c. Epipedon histic (Yunani : histos = jaringan) Merupakan horison organik (gambut). Epipedon histic adalah horison permukaan yang jenuh akan air untuk lebih dari 30 hari berturut-turut pada suatu musim dalam setahun atau telah mengalami, perbaikan drainase dan mempunyai salah satu sifat berikut : 1. Tebalnya < 30 cm, jika ada pernaikan drainase, mengandung lebih dari 17,4% C organik (30% atau lebih bahan organik) jika bagian mineralnya sebagain besar terdiri dari liat; mengandung lebih dari 11,6% C-organik (20% atau lebih atau lebih bahan organik) jika bagian mineral tidak mengandung lempung dan C organik yang seimbang. Jika epipedon tersebut tebalnya kurang dari 20 cm ia masih cukup tebal untuk memenuhi ciri No. 2 (di bawah) jika horison tercampur sampai kedlaman 20 cm. 2. Suatu lapisan olah yang mengandung lebih dari 8,12% C-organik (14% atau lebih bahan organik) jika tidak mengandung lempung; mengandung lebih dari 16,2% C organik (28% atau lebih bahan organik) jika bagian mineral setengahnya atau lebih dari lempung; atau jika kandungan lempung dan C-organik seimbang. 3. Suatu lapisan permukaan yang tebalnya kurang dari 50% terletak di atas lapisan gambut (peat atau muck) yang mengandung bahan organik seperti pada point (1) dan mempunyai ketebalan diantara 10-30 cm. Dalam hal ini epipedon hostic telah mengalami penimbunan. d. Epipedon mollic (Latin : molic = Lunak) Epipedon mollic adalah horison permukaan yang tebal dan berwarna gelap, mempunyai kejenuhan basa tinggi dengan tingkat perkembangan struktur sedang sampai kuat. Horison ini serupa dengan epipedon umbric, kecuali kejenuhan basa yang lebih dari 50%. Pada umumnya terdapat pada tanah daerah semi arid dan subhumid seperti Bruinzem, Chernozem dan Chestnut. Di samping itu terdapat pula pada tanah-tanah Rendzina dan Brown Forest Soil. 56 -Horison ini terbentuk karena terjadinya dekomposisi bahan organik di dalam tanah yang banyak mengandung kation-kation bervalensi dua. Bahan organik berasal dari sisa-sisa akar tanaman, atau bahan organik dari permukaan tanah yang tercampur ke dalam tanah oleh binatang-binatang yang terdapat organisme-organisme yang masih hidup. Ciri-ciri epipedon mollic adalah sebagai berikut : 1. Tingkat perkembangan struktur cukup kuat, dan tidak keras bila kering. 2. Warna tanah adalah : a) Lembab : chroma dan value kurang dari 3,5. b) Kering : value kurang dari 5,5. c) Jika ada horison C, maka dalam keadaan lembab dan kering value 1 satuan lebih gelap dan chroma 1 satuan lebih gelap dari pada c. 3. Tanah-tanah yang belum digarap (virgin soil) mempunyai C/N ratio 17 atau kurang, sedang pada tanah-tanah yang telah dikerjakan C/N ratio 13 atau kurang. 4. Kejenuhan basa lebih dari 50% (metode NH4OAc) dan komplek adsorpsinya didominasi ole ion-ion Ca. 5. Mengandung paling sedikit 0,58% C (1% bahan organik). 6. Ketebalan : a) > 25 cm bila solum > 75 cm. b) > 1/3 dari tebal solum, bila solum < 75 cm. c) > 18 cm pada tanah dengan profil AC. d) > 10 cm pada tanah dengan profil AR. e) > 25 cm bila tanah bertesktur lebih kasar dari pasir berlempung sangat halus (loamy very fine sand). 7. Kadar P2O5 larut dalam asam sitrat kurang dari 250 ppm. Merupakan horison penciri dari order mollisol dan beberapa great group dan subgroup dari Inceptisol. e. Epipedon anthropic (Yunani : anthropos = manusia) Mempunyai ciri-ciri yang sama dengan epipedon mollic, kecuali kasar P2O5 larut dalam asam sitrat yang lebih dari 250 ppm. Terbentuk pada tanah-tanah yang dipupuk dengan pupuk organik dalam jumlah besar sehingga warna tanah menjadi gelap dan 57banyak mengandung phosphate. Batas dengan horison dibawahnya pada umumnya jelas sekali. Hanya merupakan horison penciri pada great group Anthrumberpt. f. Epipedon plaggen (Yunani : plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput atau turfa) Epipedon plaggen merupakan horison buatan manusia (man made surface layer), tebal lebih dari 50 cm, dan merupakan hasil dari pemupukan yang terus-menerus dengan sejenis rumput (sod) atau saresah hutan (forest litter). Cara pemupukan seperti ini dilakukan beberapa adab yang lalu di Eropa Barat, sebelum ditemukan pupuk-pupuk buatan. Warna dan kandungan bahan organik tergantung dari bahan yang ditambahkan. Pada horison ini sering ditemukan pecah-pecahan batu bata, atau benda-benda lain, yang warna dan ukurannya berbeda-beda. Merupakan horison yang sudah bercampur, aduk dengan berbagai macam bahan dari luar. Hanya untuk penciri pada suborder Plaggept (Inceptisol). 8.2 HORISON ENDOPEDON (SUBSURFACE PENCIRI) a. Horison Oxic (Perancis : oxide = oksida) Horison oxic yang umum terdapat pada Oxisol (Latosol), dijumpai dalam kedalaman antara 45 cm sampai 175 cm. Horison oxic mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ketebalan paling sedikit 30 cm, terdiri dari oksida-oksida besi dan aluminium, mineral liat 1 : 1, dan kadang-kadang kuarsa. 2. Perbatasan antar subhorison di dalam oxic berangsur-angsur atau baur, kecuali perbatasan antara subhorison yang mengandung batuan, plinthite, atau lapisan gibsit. Batas antara epipedon dengan horison oxic biasanya baur kecuali pada tanah yang telah dikerjakan. 3. Struktur umumnya masif, blocky atau gumpal, dengan tingkat perkembangan dan ukuran bervariasi. Bila ditekan diantara jari-jari mudah hancur menjadi butir-butir halus. 4. Konsistensi remah dan tidak plastis. 5. Pori-pori biasa tidak sampai banyak dan tidak ada selaput liat (clay skin). 586. Warna bukan sebagai penciri, bervariasi dari kelabu, coklat, merah, putih atau campuran warna itu dalam becak-becak kasar atau sedang. 7. Fragmen batuan lapuk yang masih memperlihatkan struktur batuan asal (saprolite) tidak ada atau terdapat kurang dari 5% volume, kecuali jika diselubungi dan iikat oleh besi oksida atau gibsit. Ciri-ciri laboratorium yang dapat digunakan untuk menetapkan horison oxic ialah : 1. Kapasitas Penukaran kation yang ditetapkan dengan larutan 1 N NH4CL tidak melebihi 10 m.e per 100 g lempung (clay). 2. Basa terekstrak dan aluminium dapat ditukar (KCl); kurang dari 10 meg per 100 g liat. 3. Kapasitas penukaran Kation dengan NH4OAC dari seluruh bagian horison oxic (bahan organik liat dan pasir) ialah 16 meg atau kurang per 100 g liat. 4. Preparat horison dari horison oxic tidak menunjukkan lebih dari 1% selaput liat (clay skin). 5. Liat didispersi dalam air dikocok (jungkir balik) dalam air selama 16 jam tanpa bahan dispersi tak mendapatkan lebih dari 3% fraksi liat kecuali jika mempunyai muatan positif (pH KCl pH air). 6. Tekstur tanah (bagian 2 mm) adalah lempung berpasir atau lebih halus mengandung paling sedikit 15% liat. b. Horison Argillic (Latin : argilla = liat putih) Horison argillic adalah horison illuviasi, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. 2. Mengandung lebih banyak liat halus (< 0,2 ) daripada lapisan eluviasi. Mengandung lebih banyak liat (< 2 ) daripada lapisan eluviasi. % liat dalam lapisan A % liat dalam lapisan B < 15 15 40 > 40 3. 4. (% A) + 3 % (% A) x 1,2 (%A) + 8 %Penambahan liat dalam sub b tersebut dicapai dalam suatu jarak vertikal < 30 cm. Ketebalan dari lapisan argilik :59> 1/10 daripada ketebalan lapisan-lapisan di atasnya atau 15 cm jika tebal A 1/2 B > 150 cm. 5. Pada permukaan ped (umpalan struktur) dijumpai selaput liat (caly skin) paling sedikit 1 % (thin section) terkecuali jika terdapat gejala pengerutan dan pengembangan. c. Horison Agik (Latin : ager = lapangan) Horison argik adalah horison illuviasi liat dan humus yang terbentuk pada tanah tanah yang diusahakan. Akumulasi liat dan humus pada horison ini, dapat berupa lamellae yang tebal dan berwarna kelam, atau sebagai selaput (coating) pada gumpalan-gumpalan struktur (ped0 dan lubang-luang cacing yang meliputi paling sedikit 15 % volume tanah. Sebagai horison penciri hanya untuk great group Agrudalf (Alfisol). d. Horison Natrik (Latin baru : natric = natrium) Horison natrik banyak ditemukan pada tanah solodized, solonetz atau tanah solonetz. Mempunyai sifat seperti horison argilk dengan beberapa ciri khusus sebagai berikut : 1. Struktur prismatik atau columnar. 2. Kompleks adsorpsi lebih dari 15 % Na dapat dipertukarkan maka horison argilik + yang kandungan Mg dan Na dapat ditukar lebih besar dari Ca + H disebut pula horison natrik. 3. Lidah-lidah horison eluviasi yang di tasnya, menyusup kedalam horison natrik sampai lebih dari 2,5 cm. Merupakan horison penciri untuk beberapa great group dan sub group dari order Aridisol, Mollisol dan Alfisol. e. Horison Spodic (Yunani : Spodos = abu kayu) Horison spodic adalah horison illuviasi dimana terjadi akumulasi humus + Al atau Fe dalam bentuk amorf (Podzol B horison). Bahan yang amorf ini memiliki kapasitas penukaran kation yang tinggi, permukaan yang luas dan daya menahan air yang besar. Baik horison spodic ataupun horison argillic keduanya adalah horison illuvial. Bedanya -60adalah bahwa pada horison spodic bahan yang diakumulasikan bersifat amorf, sedang pada horison argillic bebentuk kristal (crystallin layer-lattice sillicate clays). Horison spodic kebanyakan ditemukan di daerah dingin dan sedang, tetapi ditemukan pula di daerah-daerah tropica basah. Horison ini biasanya terbentuk pada tanah-tanah berasal dari bahan induk yang bertesktur kasar. Dapat terbentuk pada tanah-tanah yang berdrainase baik ataupun buruk. Dalam keadaan optimum horison ini dapat terbentuk setelah beberapa ratus tahun. Di lapang horison spodic dicirikan oleh : 1. Tekstur horison berpasir atau debu kasar. 2. Hue, value dan chroma berubah dengan jelas dalam jarak beberapa cm ke bawah. Value yang terendah, hue termerah atau chroma yang tertinggi terdapat pada bagian horison yang paling atas. Warna tanah kebanyakan mempunyai hue 10 R atau lebih merah (lembab) dengan value dan chroma 6/6, 4/4, 3/2 dan 2/1. Horison di bawah horison spodic mempunyai chroma yang rendah atau hue kuning. 3. Tidak bertekstur, remah, granular, platty atau blocky dan prismatik dengan taraf perkembangan yang lemah. 4. Butir-butir halus berukuran debu (20 50 ) yang disebut mengandung pasir. 5. Tebal lebih dari 1 cm, baik merupakan horison yang bersambung atau lamelae lamelae dalam batas 1 m. Tidak disebut horison spodic bila horison tersebut sangat tipis (< 1 cm), atau terlalu dekat permukaan dan tidak jelas sehingga oleh pengolahan yang berulang-ulang sampai sedalam 18 cm menghilangkan ciri yang ada. 6. Bila diantaranya terdapat horison eluviasi (horison albic) biasanya terjadi lagi akumulasi bahan organik (second maximum) yaitu horison B2h pada horison spodic tersebut. Analisis laboratorium horison spodic mempunyai ciri-ciri : a. Dalam irisan yang tipis mudah dilihat adanya isotroph. coating atau pellet yang pellet dan selaput lempung pada butir-butir pasir sering ditemukan pada horison psodic yang banyak61b. Mempunyai kapasitas penukaran kation tinggi yang mudah hilang kalau dilepaskan. c. Air yang ditahan pada tegangan 15 bar kurang dari 20%. d. Kurang 60% dari fraksi 20200 u terdiri dari abu vitric (vitric ash), batu apung(pumice) atau bahan-bahan piroklastik lain. e. Prosent extractable C + Fe +Al Prosent liat > 0,15 f. Extractable C + Fe + Al 1% g. Bila horison spodic bercampue dengan Ap misalnya karena pengolahan tanah, maka Ap dapat disebut horison spodic bila memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas dengan tambahan : 1.mengandung bahan organik lebih dari 3% 2.% ext. C + Fe +Al > 20% clay h. Mengandung lebih 0,29% C-organik atau 1% seskwioksida bebas. i. Pada tanah-tanah yang belum digarap C/N ratio lebih dari 14. j. SiO2/R203 fraksi lempung horison spodic 15 cm 2. CaCO3 > 15% dan 15% lebih daripada horison C. 3. Jika terdapat di atas batuan keras maka horison calcic paling sedikit tebalnya 2,5 cm dan ketebalan (cm) x % CaCO3 > 200. 4. Bila horison calcic berasal dari bahan induk yang banyak mengandung kapur, maka sifat pencirinya adalah terdapatnya carbonat sekunder (misalnya powdery white pocked) yang lebih dari 5% volume tanah dan lapisannya > 15 cm. Horison calcic merupakan horison penciri dari beberapa suborder, great group dan group yang termasuk dalam order mollisol, aridosol dan alfisol.63b. Horison Gypsic (gipsum = gips) Horison gypsic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaSO4. Cara terbentuk dan terdapatnya horison ini sama dengan horison calcic. Horison gypsic terdapat di bawah horison calcic (bila ada) karena daya larut CaSO4 lebih besar daripada CaCO3. Ciri-ciri horison gypsic : 1. Tebal >15 cm. 2. CaSO4 paling sedikit 5% lebih banyak daripada horison C atau lapisan (stratum) di bawahnya. 3. Ketebalan (cm) x % CaSO4 >150. Merupakan horison penciri pada order Mollisol dan Aridisol bagi beberapa great group dan subgroup yang termasuk di dalamnya. c. Horison Salic (Latin : sal = garam) Horison salic adalah horison dimana terdapat akumulasi garam yang lebih mudah larut dalam air dingin daripada gypsum. Biasanya terdapat di bawah horison calcic dan gypsic karena daya larutnya lebih tinggi. Ciri-cirinya : 1.Tebal > 15 cm. 2.Kandungan garam yang mudah larut paling sedikit 2%. 3.Ketebalan (cm) x % garam mudah larut > 60%. Merupakan horison penciri terhadap beberapa great group dan subgroup dari order Mollisol dan Ardisol. d. Horison Albic (Latin : albus = putih) Horison Albic adalah horison elluviasi dimana terdapat pemindahan lempung dan oksida-oksida bebas sehingga berwarna putih dan bertekstur pasir atau debu. Sebagian besar terdiri dari mineral kuarsa atau mineral-mineral primer lain-lain yang berwarna kelabu sampai putih. Merupakan horison A2, tetapi tidak semua horison A2 disebut Albic. Ciri-cirinya : 641. Horison permukaan atau di bawah permukaan (subsurface). 2. Tidak ada coating pada pasir dan debu, atau sangat tipis. 3. Warna horison ditentukan oleh warna pasir dan debu. Bila kuarsa dominan maka dalam keadaan lembab chroma 3 dan dalam keadaan kering 3. Chroma lebih rendah daripada horison argillic di bawahnya, kecuali bila chroma horison argillic 2 atau kurang.Value dalam keadaan kering dan lembab biasanya lebih tinggi daripada horison argillic atau spodic di bawahnya. 4. Biasanya terletak di atas argillic, spodic, fragipan atau lapisan-lapisan kedap air (impervious). Merupakan horison penciri beberapa great group dan subgroup dari order Spodosol, Alfisol dan Mollisol. 8.4 PAN Beberapa horison yang digunakan sebagai horison penciri kadang-kadang sangat teguh atau padat dan tidak dapat ditembus akar tanaman. Horison ini disebut pan yang meliputi horison petrocalcic, fragipan, duripan dan horison placic. a. Horison petrocalcic (Yunani : petre = batuan) Horison petrocalcic adalah horison calcic yang padat karena mengikatkan oleh CaCO3 dan MgCO3. Horison ini merupakan calcic yang sudah lanjut. Hanya terdapat pada dareah-daearh beriklim arid dan semi arid. Mempunyai ciri-ciri seperti horison calcic kecuali beberapa hal sebagai berikut : 1.Memadat secara kontinue di seluruh bagaian horison. 2.Fragmen yang kering tidak larut dalam air. 3.Tidak dapat ditembus cangkul atau bor. 4.Masif atau platy 5.Sangat keras bila kering, sangat teguh bila lembab. b. Fragipan )Latin : fragllis = rapuh) Fragipan adalah horison subsurface yang mampat (dense) dan rapuh (brittle, tekstur berlempung, tidak mengeras tetapi dapat menghambat pergerakan air dan 65perakaran. Biasanya terdapat bagian-bagian berwarna pucat sepanjang bidang pecahan vertikal yang membagi horison menjadi poligon-poligon kasar. Ciri-ciri fragipan : 1. Tekstur gelupan dengan sedikit debu atau pasir sangat halus. 2. Kandungan bahan organik rendah. 3. Bulk density tinggi. 4. Keras atau sangat keras bila kering dan rapuh bila lembab. 5. Biasanya banyak terdapat karatan dengan beberapa bidang patahan berwarna pucat yang membentuk poligon-poligon. 6. Tidak terdapat akar-akar tanaman kecuali pada bidang-bidang patahan yang berwarna pucat tersebut. 7. Batas dengan horison atasya jelas sekali dan terletak pada kedalaman 35-60 cm dari permukaan tanah. Batas dengan horison di bawahnya baur atau berangasur angsur. 8. Tebal beberapa cm sampai beberapa meter. 9. Struktur berbentuk prisma-prisma besar poligon yang berlapis-berlapis, kadang kadang blocky atau masif. 10. Sering ditemukan di bawah horison-horison spodic, argillic, cambric atau albic, tetapi tidak pernah terdapat pada bahan-bahan yang masih berkapur. Digunakan sebagai penciri beberapa great group dari order Inceptisol, Alfisol, Spodosol dan Ulisol. c. Duripan (Laton : durus = keras) Duripan adalah horison bahwa yang padat karena pengikatan oleh silika sedemikan rupa hingga bila kering tidak dapat larut dalam air atau asam. Ada 3 macam duripan yaitu : 1.Duripan daerah beriklim arid. 2.Duripan daerah beriklim mediteran. 3.Duripan dari Spodosol pada horison albic. Walaupun demikian semua duripan mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut : 66 -a) Pengikatannya cukup kuat sehingga fragment yang kering tidak dapat larut dalam air, tidak larut dalam asam tetapi larut dalam alkali yang pekat atau asam alkali berganti-ganti. b) Terdapat coating silika pada ruang-ruang pori, atau bidang-bidang struktur. Duripan merupakan horison penciri pada beberapa great group dari order Inceptisol, Aridisol, Mollisol, Spodosol dan Alfisol. d. Horison placic (Yunani : plax = batu pipih) Horison placic adalah lapisan pan yang tipis (2-10) berwarna merah tua sampai hitam dengan besi sebagai pengikat, sukar ditembus air atau akar tanaman dan mengandung bahan organik 3% atau lebih. 8.5 SIFAT-SIFAT PENCIRI LAIN Disamping horison penciri dan pan, beberapa sifat penciri lain d