klasifikasi fraktur

5
Klasifikasi fraktur : Klasifikasi fraktur dibagi dua menurut ada tidaknya hubungan tulang dengan dunia luar yaitu Fraktur tertutup bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar dan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi. Table 1. Derajat FrakturTerbuka Derajat Luka fraktur I II III Laserasi < 1cm Kerusakan jaringan tidak berarti Relative bersih Laserasi > 1cm Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi Ada kontaminasi Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya Kontaminasi hebat Sederhana, dislokasi fragmen minimal Dislokasi fragmen jelas Komunitif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi simple, kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi. Menurut lokasi patahan ditulang fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis dan diafisis. Pada anak-anak masih ada lempengan pertumbuhan (lempeng epifisis), dapat terjadi fraktur pada lempengan tersebut yang oleh Salter Harris dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:

Upload: chr-z-umbu

Post on 05-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

klasifikasi fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Klasifikasi fraktur

Klasifikasi fraktur :

Klasifikasi fraktur dibagi dua menurut ada tidaknya hubungan tulang dengan dunia luar yaitu Fraktur tertutup bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar dan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.

Table 1. Derajat FrakturTerbukaDerajat Luka frakturI

II

III

Laserasi < 1cmKerusakan jaringan tidak berartiRelative bersih

Laserasi > 1cmTidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsiAda kontaminasi

Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya Kontaminasi hebat

Sederhana, dislokasi fragmen minimal

Dislokasi fragmen jelas

Komunitif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi simple, kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi. Menurut lokasi patahan ditulang fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis dan diafisis.

Pada anak-anak masih ada lempengan pertumbuhan (lempeng epifisis), dapat terjadi fraktur pada lempengan tersebut yang oleh Salter Harris dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:

a. Tipe I, terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya patah tulang. Sel-sel pertumbuhan lempeng epifise masih melekat pada epifise. Fraktur ini terjadi akibat adanya gaya potong (shearing force) pada bayi baru lahir atau anak-anak kecil. Fraktur ini cukup diatasi dengan reduksi tertutup karena masih ada perlekatan periosteum yang intak. Prognosis biasanya baik bila direposisi dengan cepat.

b. Tipe II, merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Pada fraktur ini, garis fraktur berjalan disepanjang lempeng epifisisdan membelok ke metafisis sehingga membentuk suatu fragmen seperti segitiga yang disebut tanda Thurston Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Biasanya disebabkan oleh trauma bergaya potong dan bengkok pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah konkaf. Reposisi secepatnya tidak begitu

Page 2: Klasifikasi fraktur

sulit dilakukan. Bila reposisi terlambat harus dilakukan pembedahan. Prognosis fraktur ini baik, kecuali jika aterjadi kerusakan pembuluh darah.

c. Tipe III, merupakan fraktur intra-artikuler yang garis frakturnya berjalan menerobos lempeng epifisis lalu memotong sepanjang garis lempeng epifise. Jenis fratur ini biasa ditemukan di os tibia bagian distal. Karena intra-artikuler, fraktur ini harus direduksi secara akurat. Sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan pin.

d. Tipe IV, juga merupakan fraktur intra-artikuler yang garisfrakturnya menerobos permukaan sendi ke epifisis, ke lapisan lempeng epifisis hingg akesebagian epifisis. Contoh tersering fraktur jenis ini adalah fraktur kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatn adalah reduksi terbuka dan fiksasi interna karena fraktur tidak stabil akibattarikan otot. Prognosisnya jelek bila reduksi tidak dilakukan dengan baik.

e. Tipe V, merupakan fraktur karena hancurnya epifisis yang diteruskan ke lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan, yaitu pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnose fraktur jenis ini sulit karena secara radiologic tidak tampak kelainan. Prognosis jelek karena dapatterjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.Karena anak-anak masih mengaliami pertumbuhan, penyembuhan fraktur pada anak-

anak masih memungkinkan terjadinya remodeling yang dapat memperbaiki angulasi dan diskrepansi,tetapi tidak ada perbaikan deformitas rotasi. Pada anak-anak dapat terjadi fraktur inkomplet yang menimbulkan pembengkokan (seperti ranting yang masih hijau) disebut gearstick fracture.

Tatalaksana fraktur Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula

(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama proses penyembuhan patah tulang (imobilisasi).Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan remodeling.

Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tampa reposisi dan imobilisasi. Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan menyebabkan cacat dikemudian hari, cukup dilakukan dengan proteksi saja, misalnya dengan mengenakan mitela atau sling. Contoh kasus yang ditangani dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal. Cara kedua ialah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap dilakukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolahan patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.Cara ketiga berupa berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada patah tulang radius distal. Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama waktu tertentu, misalnya beberapa minggu lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada fraktur yangdikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada apatah tulang femur. Cara kelima, berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur dengan

Page 3: Klasifikasi fraktur

menggunakan pin baja yang ditusukan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi ditusukan secara kokoh dengan batangan logam diluar kulit. Alat ini dinamakan fiksator eksterna.Cara keenam, berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang colum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan pemasangan protesi pada kolum femur secara operatif.Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna (ORIF). Fiksasi intern ayang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Cara yang terakhir adalah eksisi fragmen patahan tulang dan menggantikan dengan protesi, yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang secara operatif lalu diganti dengan protesi. Penggunaan protesi dipilih jika fragmen kolum femur tidak dapat disambungkan kembali, misalnya pada usia lanjut. Khusus untuk fraktur terbuka, perluh diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik infeksi umum maupun local pada tulang yang bersangkutan (osteomielitis). Pencegahan infeksi harus dilakukan sejak awal pasien dating ke rumah sakit yaitu debridement yang adekuat dan pemberian antibiotic profilaksis serta imunisasi tetanus. Untuk faktur terbuka secara umum lebih baik dilakukan fiksasi eksterna dibandingkan fiksasi interna penutupan defek akibat kehilangan jaringan lunak data ditunda sampai keadaan luka vital aman dan bebas dari infeksi. Yang paling sederhana adalah penjahitan sederhana, menutup dengan graf kulit setelah mengkikis periosteum agar skin graft bisa hidup hingga menutup luka dengan flap.

Komplikasi fraktur. Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini dan komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang dan segera setelahnya. Komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang. Ketiganya dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi local dan umum.• Komplikasi segera 1. Lokal

o Kulit dan otot : berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan), kontusio, avulsio Vaskuler : terputus, kontusio, perdarahan o Neurologis : kerusakan saraf perifer

2. Umum : trauma multiple, syok Komplikasi dini : nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, thrombosis, infeksi sendi,

osteomyelitis, ARDS, emboli paru, tetanus Komplikasi lama1. Lokalo Tulang : malunion, nonunion, delayed union osteomyelitis, gangguan pertumbuhan,

patah tulang rekuren.o Sendi : ankilosis, penyakit degenerative sendi pascatrauma.o Miositis osifikanso Distrofi reflexo Kerusakan saraf

2. Umum

Page 4: Klasifikasi fraktur

o Batu ginjal o Neurosis pascatrauma