kista dentigerous

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embrional Gigi Tahap pembentukan gigi merupakan proses yang berkesinambungan namun memiliki karakteristik yang dapat dibedakan melalui tahap-tahapannya, yaitu tahap bud, cap dan bell. Masing-masing tahap menjelaskan bentuk dari organ epitel enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi. Pada tahap inisial, bud berbentuk bulat, pertumbuhan sel epitel bersifat lokal dikelilingi oleh sel mesenkim yang mengalami proliferasi. Berangsur-angsur epitel bud yang bulat itu membesar, permukaannya semakin konkaf, merupakan awal dari tahap cap. Saat itu, sel epitelial menjadi organ dan sisanya menjadi lamina. Mesenkim membentuk dental papila yang akhirnya menjadi dental pulpa. Jaringan yang mengelilingi dua struktur ini disebut dental folikel. 2 3

Upload: yuli-fitriana

Post on 27-Nov-2015

367 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

refarat

TRANSCRIPT

Page 1: kista dentigerous

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embrional Gigi

Tahap pembentukan gigi merupakan proses yang berkesinambungan

namun memiliki karakteristik yang dapat dibedakan melalui tahap-tahapannya,

yaitu tahap bud, cap dan bell. Masing-masing tahap menjelaskan bentuk dari

organ epitel enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi. Pada tahap

inisial, bud berbentuk bulat, pertumbuhan sel epitel bersifat lokal dikelilingi oleh

sel mesenkim yang mengalami proliferasi. Berangsur-angsur epitel bud yang bulat

itu membesar, permukaannya semakin konkaf, merupakan awal dari tahap cap.

Saat itu, sel epitelial menjadi organ dan sisanya menjadi lamina. Mesenkim

membentuk dental papila yang akhirnya menjadi dental pulpa. Jaringan yang

mengelilingi dua struktur ini disebut dental folikel. 2

Setelah perkembangan lebih lanjut dari papila dan enamel organ, gigi

mengalami tahap morfodiferensiasi dan histodiferensiasi yang dikenal dengan

tahap bud. Pada tahap ini sel iner epitelium dapat dikarakteristikkan dari

pembentukan bentuk gigi. Sel enamel organ juga berdiferensiasi menjadi sel outer

enamel epitelium yang menutupi enamel organ yang akhirnya menjadi ameloblast

yang membentuk enamel dari mahkota gigi. Antara kedua lapisan sel ini terdapat

sel retikulum stelata yang berbentuk “star shape” dimana prosesusnya melekat

satu sama lain.1

Lapisan keempat dalam enamel organ dibentuk sel stratum intermedium.

Sel ini terletak berseblahan dengan inner epitelium. Sel-sel ini membantu

3

Page 2: kista dentigerous

ameloblas dalam pembentukan enamel. Fungsi outer enamel epitelium adalah

untuk mengatur jaringan kapiler yang membawanutrisi ke ameloblas. Dari

outerenamel nutrisi disalurkan melalui retikulum stelata ke ameloblas. Selama

tahap bell, sel yang terletak pada bagian luar dari dental papil menjadi odontoblas.

Sel ini berdiferensiasi menjadi mesenkim. Odontoblas memanjang dan menjadi

kolumner, merekat membentuk serat-serat matriks kolagen yang diidentidikasikan

predentin.1

Setelah 24 jam terjadi penambahan kalsifikasi matriks, pembentukkan

dentin. Ketika beberapa penambahan dentin terlah terbentuk, ameloblas yang

terdiferensiasu memiliki enamel matriks. Dentinogenesis, dental lamina mulai

berdegenerasi dan mengalami lisis. Dental lamina menghilang di bagian anterior

dari mulut walaupun yang tersisa menjadi aktif di tegio posterior selama beberapa

tahun. 1

Gambar 1. Ilustrasi Anatomi Pembentukan Gigi.1

4

Page 3: kista dentigerous

Gambar 2. Anatomi Gigi 1

Gambar 3. Perkembangan gigi sesuai usia1

5

Page 4: kista dentigerous

2.2 Definisi

Kista merupakan rongga patologis yang dibatasi epitelium. Kista berisi

cairan atau setengah cairan. Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan

ikat fibrokolagen. Infeksi gigi yang kronis dapat menjadi salah satu faktor

terbentuknya kista. Kista Dentigerous memiliki nama lain yaitu Kista Follikular

sebab merupakan hasil pembesaran folikel. Kista ini mulai terbentuk bila cairan

menumpuk di dalam lapisan-lapisan epitel email yang tereduksi atau diantara

epitel mahkota gigi yang belum erupsi. Kista dentigerous berkembang dari

proliferasi sisa organ enamel. 3,4

Kista dentigerous merupakan salah satu dari jenis Kista Odontogenik

yang membungkus mahkota gigi yang dipengaruhi ekspasi folikel yang dibatasi

oleh kantung jaringan ikat yang berbatas epitelium skuamosa berlapis. Kista

odontogenik sendiri terdiri dari beberapa jenis yang dibagi dalam berbagai

klasifikasi. Berikut merupakan kista odontogenik yang berkaitan dengan gigi dan

sekitarnya.4

Gambar 4. Pembagian kista odontogenik berkaitan dengan gigi disekitarya6

2.3 Epidemiologi

6

Page 5: kista dentigerous

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode survei deskriptif

dan sampel penelitian diambil dari Rekam Medis pasien selama periode Juli 2006

sampai Juli 2011 di Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUP Dr. Hasan

Sadikin, Kista dentigerous merupakan jenis kista odontogeni terbanyak yang

ditemukan yaitu sebesar 48,64 %.7 Kista dentigerous paling banyak disebabkan

impaksi gigi molar tiga bawah yaitu sebesar 13,89 %. Penderita Kista Dentigerous

lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.5

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Etiologi kista dentigerous biasanya berhubungan dengan ; a). Gigi

impaksi, b) Gigi erupsi tertunda, c) Perkembangan gigi dan d) Odontoma. Sebuah

kista terdiri atas 3 struktur dasar ; (1) Rongga sentral (lumen), (2) lapisan epitelial

dan (3) dinding luar. Pada rongga kista biasanya terisi cairan atau material semi

padat. Dinding kista terdiri atas jaringan ikat yang mengandung fibroblast dan

pembuluh darah. Kista merupakan lesi yang sering terjadi dan sangat penting

karena kista sendiri sering bersifat destruktif. 3,6

7

Page 6: kista dentigerous

Gambar 5. Struktur Kista6

Ada dua teori mengenai pembentukan kista dentigerous. Teori pertama

menyatakan bahwa kista disebabkan oleh akumulasi cairan antara email tereduksi

dan mahkota gigi. Tekanan cairan mendorong proliferasi epitel email tereduksi ke

dalam kista yang melekat pada cemento-enamel juntion dan mahkota gigi. Teori

kedua menyatakan bahwa kista diawali dengan rusaknya stellate reticulum

sehingga membentuk cairan antara epitel email bagian dalam dan bagian luar.

Tekanan cairan tersebut mendorong proliferasi epitel email yang menyisakan

perlekatan pada gigi di bagian cemento-enamel juntion; lalu epitel email dalam

tertekan ke atas permukaan mahkota. Kista terbentuk mengelilingi mahkota dan

melekat pada cemento-enamel juntion dari gigi. Saat telah terbentuk sempurna

mahkota akan berproliferasi ke dalam lumen dan akar-akarnya memanjang ke sisi

luar kista.2

8

Page 7: kista dentigerous

Pada setiap teori, cairan menyebabkan proliferasi kistik karena

kandungan hiperosmolar yang dihasilkan oleh produk-produk sel sehingga

menyebabkan gradien osmotik untuk memompa cairan ke dalam lumen kista.2

2.5 Gambaran Klinis

Kista dentigerous umumnya berkaitan dengan gigi molar tiga dan canina

maksilaris, yang mana paling banyak diakibatkan karena gigi yang impak.

Insidensi tertinggi dari kista dentigerous adalah terjadi saat usia 20-30 tahun.

Gejalanya yaitu terlambatnya erupsi gigi menjadi indikasi utama pembentukan

kista dentigerous. Kista ini mampu berkembang hingga ukuran yang besar,

kadang-kadang disertai dengan ekspansi tulang kortikal. Kista dengan ukuran

yang besar juga dapat disertai dengan pembengkakan intra oral, ekstra oral

maupun keduanya. Dengan ukuran ini juga dapat menyebabkan wajah yang

menjadi asimetris, pergeseran gigi. Kista dapat berkembang menjadi infeksi

sekunder yang mana bermanifestasi menyebabkan nyeri pada sekitaran kista.7,10

Gambar 6. Kista Dentigerous2

9

Page 8: kista dentigerous

Sama dengan kista lainnya, pada umumnya kista dentigerous tidak

menimbulkan gejala, hingga pembengkakan terlihat secara nyata maupun

mengganggu kenyamanan pasien. Terkadang kista dentigerous diitemukan secara

tidak sengaja saat pasien melakukan pemeriksaan radiografi untuk gigi yang

terlambat tumbuh, hal ini disebabkan karena kista dentigerous terbentuk

disekitaran mahkota gigi yang impak atau gigi yang tertanam.6

Gambar 7. Gambaran gigi impak.6

Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas

tegas. Kista yang infeksi menyebabkan rasa sakit dan sensitif bila disentuh.

Semua tanda klasik infeksi akut dapat terlihat ketika terjadi infeksi. 6

2.6 Pemeriksaan

Diagnosis Kista Dentigerous ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan. Beberapa yang dapat ditemui

berdasarkan pemeriksaan adalah sebagai berikut :

2.6.1 Anamnesis

Kista Dentigerous biasanya tidak menimbulkan gejala, terutama pada

kista dengan ukuran kecil. Bila kista telah mencapai ukuran besar, akan terlihat

10

Page 9: kista dentigerous

pembengkakan serta rasa mengganggu kenyamanan, pembengkakan intra atau

ekstra oral maupun keduanya sehingga menyebabkan wajah yang menjadi

asimetris. Kista Dentigerous tanpa infeksi sekunder tidak menimbulkan rasa nyeri,

namun bila disertai infeksi sekunder Kista Dentigerous akan memberi manifestasi

klinis nyeri karena terdapat proses inflamasi.4,7,10

Pasien dengan Kista Dentigerous biasanya tidak datang karena kista itu

sendiri, melainkan terkadang pasien datang dengan kasus trauma atau kasus-kasus

lain seperti gigi yang lambat erupsi sehingga mengindikasikan pasien untuk

melakukan pemeriksaan radiologi.4,6

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Dari inspeksi, Kista Dentigerous yang kecil biasanya tidak tampak

adanya kelainan pada rahang, baik pada maksila maupun mandibula. Kista

Dentigerous tanpa infeksi sekunder juga tidak bermanifestasi klinis nyeri pada

pemeriksaan palpasi pada kista. Pada pemeriksaan palpasi kista, dapat ditemukan

Pingpong ball phenomenon. Fenomena bola pingpong tersebut yakni bila

dilakukan palpasi pada kista, maka permukaan dinding kista akan ikut tertekan,

namun bila tangan pemeriksa dilepas dari kista, maka kista akan kembali ke

bentuk semula, sama seperti menekan bola pingpong. Fenomena ini terjadi karena

terjadi deformitas dan penipisan korteks tulang yang merupakan dinding dari

Kista Dentigerous.7,10

11

Page 10: kista dentigerous

2.6.3 Pemeriksaan Radiologi

Kista dentigerous biasanya didiagnosis berdasarkan gambaran radiologi.

Gambaran dari kista ini berupa radiolusen yang mengelilingi mahkota dari gigi

yang tidak erupsi. Dari gambaran radiografi, kista dentigerous dapat terlihat

dengan jelas, unilocular dan kadang-kadang multilocular. Terlihat gambaran

radiolusen pada sekitaran mahkota gigi yang impak.8

Gambar 8 . Gambaran X-ray menunjukkan kista dentigerous tampak radiolusen mengelilingi mahkota pada gigi molar tiga mandibular2

12

Page 11: kista dentigerous

Gambar 9. Gambaran X-ray menunjukkan kista dentigerous tampak radiolusen mengelilingi mahkota pada gigi molar tiga mandibular12

Kista dentigerous dibagi menjadi beberapa tipe sesuai posisi dimana kista

terbentuk dalam hubungannya dengan mahkota gigi.3

a. Tipe Sentral

Kista dentigerous tipe ini mengelilingi mahkota gigi dan mahkota

terproyeksi ke dalam kista. Pada tipe sentral, pembentukan kista terjadi sebelum

degenerasi organ email yang meliputi mahkota gigi. Kista dentigerous sentral

yang mengelilingi keseluruhan mahkota gigi secara berangsur-angsur akan

membesar.3

b. Tipe Lateral

Kista dentigerous tipe ini terbentuk pada sisi mesial atau distal gigi dan

meluas jauh dari gigi, namun hanya terjadi disekitar mahkota gigi. Kista ini

terbentuk pada bagian email yang menetap setelah bagian atas permukaan oklusal

telah berubah menjadi dental cuticle. Kista ini dapat memiringkan gigi atau

menggantikan gigi ke arah sisi yang terlibat.3

13

Page 12: kista dentigerous

c. Tipe Sirkumrensial

Pada tipe ini, seluruh email disekitar leher gigi dapat menjadi kista

dentigerous, dan biasanya sering menyebabkan gigi untuk erupsi melalui kista

(seperti lingkaran donat), sehingga menghasilkan gambaran yang mirip kista

radikular. Kista tampak mengelilingi mahkota dan meluas sepanjang akar

sehingga akar tampak dalam kista.3

Gambaran radiografik kista dentigerous umumnya berupa lesi yang

halus, dan kadang-kadang multilokular. Lesi yang terlihat unilokular berhubungan

dengan gigi yang tidak erupsi atau odontoma. Daerah radiolusensi dibatasi oleh

lapisan tipis sklerotik yang menunjukkan terjadinya reaksi tulang yang hanya

tampak jika terjadi infeksi sekunder.3

Pada radiografik, kista terlihat sebagai radiolusensi perikoronal yang

diselubungi oleh jaringan kortikal, dimana harus dibedakan dari ruang folikular

normal. Kadang terdapat pseudoloculation sebagai hasil dari trabekulasi atau

penggabungan dinding yang keras (tulang). Lesi dapat menjadi cukup besar dan

kemungkinan dapat terjadi penetrasi kortikal lebih besar jika ukuran bertambah.

Pada gambar radiografik ruang folikular dari molar tiga besarnya sekitar 2 mm

dimana 3 mm merupakan batas dari gigi kaninus yang impaksi.3

Terdapat kesamaan tampilan antara kista dentigerous kecil dengan folikel

yang hiperplastik. Odontogenik keratosis atau ameloblastoma juga kadang

menyelimuti mahkota gigi, dan keduanya dapat menciptakan gambaran

radiografik seperti kista dentigerous. Oleh karena itu identifikasi intraoperatif dari

14

Page 13: kista dentigerous

lesi kista ini, paling baik dilakukan dengan cara dirujuk ke bagian Patologi

Anatomi.3

2.6.4 Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologis tidak dapat membedakan antara kista

dentigerous dengan kista odontogenik lainnya. Kista dentigerous terdiri dari

dinding jaringan ikat tipis dengan lapisan epitel skuamosa berlapis. tidak

ditemukan rete peg kecuali pada kista yang terinfeksi sekunder. Permukaan

epitelium umumnya dilapisi lapisan beralur dari jaringan ikat. Kandungan lumen

berupa cairan kuning, tipis, dan terkadang terdapat darah.11

Sediaannya menunjukkan jaringan ikat fibrokolagen yang padat sebagai

gambaran utamanya. Batas luminalnya terdiri dari epitelium skuamosa berlapis

non keratin. Pada gigi yang berkembang tidak wajar, dapat ditemukan email

epitelium tereduksi dengan eosinofilik sitoplasma yang berbentuk kubus atau

persegi panjang. Keseluruhan lumen biasanya tidak dibatasi dengan epitelium,

bahkan beberapa bagian tampak hanya dibatasi oleh jaringan ikat. 11

Gambar 10. Kista Dentigerous dilapisi oleh Epitelium tanpa keratinisasi8

15

Page 14: kista dentigerous

Gambar 11 . Kista dentigerous dilapisi oleh epithelium squamosum stratifikatum bersilia8

Gambar 12. Kista dentigerous dengan epithelium enamel antara rongga enamel (E) dan kista (C)4

Gambar 13. Kista dentigerous yang melekat pada leher gigi/cemento enamel junction.4

16

Page 15: kista dentigerous

Gambar 14. Kista Dentigerous yang disertai proses inflamasi.4

Gambar 15. Kista Dentigerous tanpa disertai proses inflamasi.4

2.6.5 Pemeriksaan Lainnya

Aspirasi jarum untuk dilakukannya biopsi pada lumen pada lesi kista

yang dicurigai dapat memberika informasi untuk keperluan konfirmasi diagnosis

dan menyingkirkan adanya lesi vaskular. Jika belum ada ekspanis yang signifikan

dari kista. Bila ingin dilakukannya aspirasi, dapat dilakukan insisi kecil pada

mukosa, diikuti dengan pembuatan lubang kecil melalui korteks bukal untuk

dilakukannya aspirasi menggunakan jarum. Dari hasil aspirasi dapat terlihat cairan

17

Page 16: kista dentigerous

bewarna kekuningan yang merupakan karakteristik dari kista dentigerous.

Pemeriksaan histopatologis akan menunjukkan lapisan kista yang tidak

berkeratinisasi. Terjadinya infeksi sekunder dapat menyebabkan hiperplasi epitel.

Perdarahan mural dapat disebabkan oleh celah kolesterol, giant cell, dan

hemosiderin pada dinding kista.2

Gambar 16. Aspirasi cairan yang bewarna kekuningan dari lumen kista dentigerous.2

Awalnya dilakukan aspirasi pada lesi. Kista dentigerous menghasilkan

straw-colored fluid. Jika aspirasi tidak menghasilkan cairan apapun, implikasinya

lesi ini merupakan lesi solid sehingga pada kasus tersebut sebaiknya dilakukan

biopsi. Jika lesi menghasilkan darah, pertimbangan pertama hal tersebut mungkin

terjadi gangguan angiogram, masuknya jarum menyebabkan perdarahan. Jika

pada aspirasi kedua yang dilakukan beberapa hari kemudian juga menghasilkan

darah dan darah tersebut menyembur dari jarum dengan syringe barrel

disconnected atau Doppler sounding yang positif untuk suara vaskular maka

dibutuhkan angiogram. Computer Tomography (CT) Scan atau Magnetic

18

Page 17: kista dentigerous

Resinance Imaging (MRI) Scan dapat dilakukan untuk membedakan kista yang

berisi cairan dan tumor solid. Namun densitas cairan kistik sangat beragam

sehingga sulit untuk membandingkannya.3

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari Kista Dentigerous mencakup Keratocyst

odontogenic, ameloblastoma. Kista dentigerous dapat bertransformasi menjadi

neoplasma sebenarnya dengan riset menunjukkan bahwa 17% dari ameloblastoma

dikaitkan dengan kista dentigerous yang sudah ada. Berikut perbandingan dari

Kista Dentigerous dengan diagnosis-diagnosis bandingnya.3,13

Jenis Kista Gejala Klinis Gambaran Radiologi

Gambaran Histopatologis

Kista Dentigerous - Tidak ada nyeri tekan

- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.

- Tampak radiolusen yang mengelilingi mahkota gigi yang tidak erupsi

- Tampak gigi impak

- Biasanya unilocular.

- Kista dilapisi oleh epitelium stratificatum squamosum non keratin.

Odontogenic Keratocyst - Tidak ada nyeri tekan

- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat

Kista dapat muncul sebagai lesi unilocular, lesi lobulated, dan lesi multilocular. Paling sering lesi unilocular

- Bentuk lapisan epitel skuamosa mengalami parakeratinisasi

19

Page 18: kista dentigerous

pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.

dengan gambaran radiolusen disekeliling lapisan sklerotik berupa radio-opak yang sangat tipis.

Ameloblastoma - Tidak ada nyeri tekan

- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.

Terbagi atas beberapa bagian tergantung arah dan derajat sel tumor :

-Tipe folikuler : adanya sarang-sarang folikular dan sel-sel tumor.

-Tipe pleksiform : adanya sel tumor berbentuk pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain.

-Tipe acanthomatou : adanya squamous metaplasia dari retikulum stelata diantara pulau-pulau tumor.

-Tipe sel graular : adanya transformasi dari sitoplasma biasanya

Muncul sebagai gambaran radiolusensi yang multilokular dan unilokular.- Multilokular :

Akan memberikan gambaran soap bubble.

- Unilokular :Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupu keteraturan ini tidak dijumpai pada saat operasi.

20

Page 19: kista dentigerous

berbentuk seperti retikulum stelata, sehingga memberi gambaran yang sangat kasar, granular, dan eosinofilik.

-Tipe sel basal : sel ephitelial tumor lebih primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran.

2.8 Tata Laksana

Enukleasi kista dan pengangkatan dari gigi yang terkait merupakan

pilihan pengobatan. Enukleasi pada umumnya dilakukan pada kista dentigerous

yang terbentuk pada gigi molar tiga. Pada kasus kista dentigerous pada

canina/maksilla cuspid teetht, kista dapat dikeluarkan dengan teknik

marsupialisasi atau eksisi dan pada gigi yang terdorong dapat direposisi ke posisi

yang tepat dengan menggunakan alat ortodontik. 2,9

Pada kasus kista yang mempengaruhi sebagian besar mandibula, maka

tindakan yang dilakukan juga adalah eksterlorization atau marsupialisasi kista

sehingga memungkinkan terjadinya dekompensasi (pengurangan tekanan udara)

dan penyusutan pada lesi. Dengan demikian dapat mengurangi luas bagian yang

21

Page 20: kista dentigerous

akan dibedah nantinya. Untuk mendapat akses ke kistanya, diperlukan pembuatan

flap mukoperiosteal yang cukup. Alternatifnya gigi dapat ditransplantasi ke

alveolar ridge atau di ekstraksi lalu kista dienukleasi.3

2.9 Komplikasi

Komplikasi berhubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh

perkembangan kista termasuk destruksi tulang, infeksi, melemahnya rahang,

pergeseran gigi, resorpsi akar gigi, penjalaran pada dasar sinus maksilaris, dan

defleksi alveolar inferior kanal. Selain itu perubahan lapisan epitel kista

dentigerous menjadi ameloblastoma. Komplikasi yang terkait tindakan

pembedahan kista termasuk devitalisasi gigi yang berdekatan, infeksi post operasi,

defisit neurosensorik, fistula oral-antral, fraktur rahang, maupun rekurensi kista.2

Dinding epitel kista dentigerous dapat berubah sehingga dapat terjadi

komplikasi yakni transformasi neoplastik dari epitel kistik menjadi

ameloblastoma. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 17% kasus

ameloblastoma diawali dengan adanya kista dentigerous. Adanya korelasi yang

erat antara kista dentigerous dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli.

Walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari

kedua kasus tersebut. dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam

dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagian dari kemungkinan

proses terbentuknya ameloblastoma.3,13

Transformasi malignansi lebih sedikit terjadi dibandingkan dengan

transformasi ameloblastik. Kemungkinan transformasi malignansi tersebut dapat

22

Page 21: kista dentigerous

berupa karsinoma ameloblastik namun jarang sekali terjadi. Malignansi yang

sering dihubungkan dengan kista dentigerous yakni karsioma sel skuamosa dan

karsinoma mukoepidermoid.13

Selain adanya kemungkinan terjadinya rekurensi setelah pembedahan yang

tidak paripurna, beberapa komplikasi lainnya juga dapat terjadi seperti 3 :

a. Perkembangan Ameloblastoma

- Berkembang pada dinding kista dentigerous dari lapisan atau sisa-sisa

epitel.

- Hasil penelitian dari 641 kasus ameloblastoma, 17% kasus berkaitan

dengan gigi impaksi/folikular/kista dentigerous. Disposisi dan proliferasi

epitel neoplastik dalam bentuk ameloblastoma ini telah sering ditemui

pada kista dentigerous dibandingkan dengan kista odontogenik lainnya.

- Manifestasi formasi tumor ini sebagai penebalan nodular pada dinding

kista tetapi gambaran klinis yang jelas sulit ditetukan sehingga perlu

pemeriksaan mikroskopis dari jaringan kista dentigerous tersebut.

b. Perkembangan Karsinoma Epidermoid

- Penebalan berasal dari penebalan epitel.

- Faktor predisposisi dan mekanisme perkembangan belum diketahui, tetapi

menampakkan unequivocal.

c. Perkembangan Karsinoma Mukoepidermoid

- Merupakan bentuk tumor kelenjar saliva malignan dari lapisan epitel kista

dentigerous yang mengandung sel sekresi mukus.

- Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan karsinoma epidermoid.

23

Page 22: kista dentigerous

- Sering terjadi pada kista dengan impaksi molar tiga mandibula.3

2.10 Prognosis

Pada umumnya prognosis setelah terapi pada kista adalah baik, dengan

harapan kerusakan saat operasi dapat menyembuh dengan sendirinya. Tingkat

rekurensi dari kista sangat rendah bila tindakan pembedahan dilakukan dengan

baik. 2

24