kista ovarium.pdf

42
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium (Smelzer and Bare. 2002: 1556). Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro, 2005). Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000: 388; Kondas, 2008) Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.

Upload: dista-evi-cahyono-ii

Post on 11-Aug-2015

2.657 views

Category:

Documents


58 download

TRANSCRIPT

Page 1: KISTA OVARIUM.pdf

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,

folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan dari epithelium ovarium (Smelzer and Bare. 2002: 1556).

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang

besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam

kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista

dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar

dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat

menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro,

2005).

Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut

terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000: 388; Kondas,

2008)

Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal

yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat

jinak juga dapat menyebabkan keganasan.

Page 2: KISTA OVARIUM.pdf

B. Anatomi Sistim Reproduksi Perempuan

Organ reproduksi wanita diklasifikasikan menjadi eksternal dan

internal.

1. Organ Genetalia Eksterna

Organ reproduksi eksterna atau pudenda, yang sering disebut sebagai

vulva mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang

dimulai dari mons pubis, labia mayora dan labia minora, klitoris,

himen, vestibulum, meatus uretra dan berbagai kelenjar serta

pembuluh darah.

Gambar 1. Organ eksterna wanita

( Prawirohardjo, Sarwono. 2008. 117 )

Page 3: KISTA OVARIUM.pdf

a. Mons Pubis

Mons pubis atau monsveneris adalah bagian yang menonjol berisi

lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah

pubertas, kulit monsveneris tertutup oleh rambut ikal yang

membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada wanita berbentuk

segitiga. Mons veneris berfungsi sebagai bantal pada waktu

melakukan hubungan seks.

b. Labia Mayora

Labia mayora berupa dua buah lipatan bulatan jaringan lemak

lanjutan mons pubis ke arah bawah yang ditutupi kulit dan

belakang banyak mengandung pleksus vena. Panjang labia mayora

7 – 8 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Secara

embriologis, labia mayora homolog dengan skrotum pada pria.

Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini

menutupi lubang vagina sementara bantalan lemaknya bekerja

sebagai bantal.

c. Labia Minora

Labia minora atau nimfe adalah lipatan jaringan tipis dan bila

terbuka terihat lembab dan kemerahan, menyerupai selaput

mukosa. Pada labia minora banyak terdapat pembuluh darah, otot

polos dan ujung saraf.

d. Klitoris

Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis dan

Page 4: KISTA OVARIUM.pdf

terletak dekat ujung superior vulva. Panjang klitoris jarang

melebihi 2 cm, bahkan dalam keadaan ereksi sekalipun (Verkauf

dkk.1992) dan posisinya sangat terlipat karena tarikan labia

minora.

e. Vestibulum

Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi

labia minora sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai

fouschettx, berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang yaitu

orificium uretra eksternum, introitus vagina, ductus glandula

Bartholini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan kiri, antara

fouschettx dan liang vagina disebut fosa navikularis.

f. Ostium Uretra

Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,1

sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang

vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra

terletak tepat di atas dinding anterior vagina.

g. Ostium vagina dan Himen

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup

lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa

robekan. Himen atau selaput dara adalah lapisan tipis yang

menutupi sebagian besar dari liang senggama, di tengahnya

berlubang supaya kotoran menstruasi dapat keluar. Lubang himen

biasanya berbentuk bulan sabit atau sirkular, namun kadang kala

Page 5: KISTA OVARIUM.pdf

berupa banyak lubang kecil (kribiformis), bercelah (septata) atau

berumbai tidak beraturan (fimbriata). Bentuk serta konsistensi

himen sangat bervariasi terutama terdiri atas jaringan ikat elastin

dan kolagen. Himen imperforata, suatu lesi yang jarang, yang

merupakan keadaan ketika liang vagina tertutup sama sekali dan

mengakibatkan retensi cairan menstruasi.

h. Vagina

Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi

membran dari jenis epitelium bergaris khusus, dialiri banyak

pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang vagina dari vestibulum

sampai uterus adalah 7, 5 cm. Bagian ini merupakan penghubung

antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol

leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam

berlipat – lipat disebut rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi

yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui sekret uterus dan

aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dan sebagai jalan

lahir.

i. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum

kurang lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum

adalah diafragma pelvis dan urogenital.

Page 6: KISTA OVARIUM.pdf

Gambar. 2. Organ Interna Wanita ( Bobak & Lowdermilk, 2004 )

2. Organ Genetalia Interna

Organ genetalia interna adalah suatu alat reproduksi yang berada di

dalam tidak dapat dilihat kecuali dengan jalan pembedahan. Organ

genetalia interna terdiri dari uterus, serviks uteri, korpus uteri,

ovarium.

a. Uterus

Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian

tertutup oleh peritoneum atau serosa. Rongga uterus dilapisi

endomentrium. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada

Page 7: KISTA OVARIUM.pdf

rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rektum di

posterior. Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus terapung di

dalam pelvis dengan jaringan dan ligamentum. Panjang uterus

kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm dan berat uterus 50

gram. Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah

dibuahi selama perkembangan. Uterus terdiri dari :

b. Fundus uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi

berinserasi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai

dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat

diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.

c. Korpus uteri

Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada

kehamilan. Dinding korpus uteri terdiri lapisan serosa, muskular

dan mukosa. Rongga yang terdapat dalam korpus uteri disebut

kavum uteri atau rongga rahim. Korpus uteri berfungsi sebagai

tempat janin berkembang.

d. Serviks uteri

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang

terletak di bawah ismus. Serviks terutama terdiri dari atas jaringan

kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah, namun

masih memiliki serabut otot polos. Kelenjar ini berfungsi

mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari kanalis

Page 8: KISTA OVARIUM.pdf

servikalis. Jika saluran kelenjar serviks tersumbat dapat berbentuk

kista, retensi berdiameter beberapa milimeter yang disebut sebagai

folikel nabothian.

Secara histologik uterus terdiri dari :

1) Miometrium (lapisan otot polos)

Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya

keluar pada waktu persalinan. Sesudah plasenta lahir akan

mengalami pengecilan sampai keukuran normal sebelumnya.

2) Endometrium (epitel, kelenjar, jaringan dan pembuluh darah)

Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang

mempunyai arti penting dalam siklus haid. Pada masa

kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh darah akan

bertambah banyak, hal ini diperlukan untuk memberikan

makan pada janin.

3) Lapisan serosa (peritoneum viseral)

Lapisan serosa terdiri dari ligamentum yang menguatkan

uterus, yaitu :

a) Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra, mencegah

supaya uterus tidak turun.

b) Ligamentum sakrouterium sinistra dan dekstra, menahan

uterus supaya tidak banyak bergerak.

Page 9: KISTA OVARIUM.pdf

c) Ligamentum rotondum sinistra dan dekstra, menahan uterus

agar dalam keadaan antefleksi.

d) Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang menahan

tuba falopii.

e. Ovarium

Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk

buah almond,. Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa

reproduksi panjang ovarium 2,5 cm sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai

3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari ovarium adalah 5

sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas rongga panggul dan

bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara

pembuluh darah iliaka eksterna dan interna yang divergen.

Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.

Ligamentum utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan

posterior uterus, tepat di bawah insersi tuba, ke uterus atau kutub

bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari

otot serta jaringan ikat yang merupakan sambungan dari uterus.

Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium

ovarii memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis

yang dilewati pembuluh ovarika dan saraf.

Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks,

atau lapisan luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de

Graaf. Korteks ovarium berbentuk kumparan yang diantaranya

Page 10: KISTA OVARIUM.pdf

tersebar folikel primodial dan folikel de Graaf dalam berbagai

tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari korteks, yang

kusam dan keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada

permukaannya terdapat epitel kuboid yaitu epitel germinal

Waldeyer. Medulla, atau bagian tengah dari ovarium, terdiri dari

jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari mesovarium.

Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan

sejumlah kecil serat otot polos yang berkesinambungan dengan

yang berasal dari ligamentum suspensorium.

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan

memproduksi hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen,

progesteron, dan androgen) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon estrogen

bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta

pubik dan berperan dalam mempertahankan kalsium dalam tulang.

Progesteron dipengaruhi oleh estrogen sehingga dapat

menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat

menyebabkan penumpukkan lemak.

f. Tuba fallopii

Tuba fallopii atau saluran ovum yang memiliki panjang

yang bervariasi dari 8 sampai 14 cm dengan diameter 3 sampai 8

mm, bagian terlebar dari ampula antara 5 sampai 8 mm dan

ditutupi oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran

Page 11: KISTA OVARIUM.pdf

mukosa. Saluran ovum berjalan dari lateral kiri dan kanan. Tuba

fallopii berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovarium ke

uterus dan untuk perjalanan ovum yang telah dibuahi. Tuba fallopii

terdiri dari :

1) Parst. Interstisiallis, bagian yang terdapat di dinding uterus.

2) Parst. Ismika atau ismus merupakan bagian dari medial yang

sempit seluruhnya.

3) Parst. Ampularis, bagian yang terbentuk saluran leher tempat

konsepsi agak lebar.

4) Infindibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen

dan mempunyai umbai yang disebut fimbria yang berfungsi

untuk menangkap telur dan menyalurkan telur kembali ke tuba.

(Cunningham, 2005; Farrer, 1999)

C. Etiologi

Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti

akan tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium

nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka penyebab kista

ovarium adalah sebagai berikut:

1. Tumor Nonneoplastik

Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan

hormon progesteron dan estrogen.

a. Tumor akibat radang

Page 12: KISTA OVARIUM.pdf

Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo

ovarial.

b. Tumor lain

1) Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai

berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari

beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah

pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim

melainkan menjadi membesar menjadi kista.

2) Kista Korpus Luteum

Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam

korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat

karena darah tua.

3) Kista Lutein

Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar

tinju. Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon

koriogonadotropin yang berlebihan.

4) Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian

kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.

5) Kista Endometrium

Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya

dengan endometroid.

Page 13: KISTA OVARIUM.pdf

6) Kista Stein-Laventhal

Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya

disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal.

2. Tumor Neoplastik Jinak

Tumor neoplastik jinak terdiri dari :

a. Tumor Kistik

1) Kistoma ovarii simpleks

Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis

kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.

2) Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini

berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu

elemen mengalahkan elemen lainnya.

3) Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium

(germinal ephitelium).

4) Kista endometrioid

Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

5) Kista dermoid

Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel

Page 14: KISTA OVARIUM.pdf

kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih

kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada

elemen – elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat

dalam rongga kista ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa

massa lembek seperti lemak bercampur dengan rambut

(Wiknjosastro, 2005; Mansjoer, 2001).

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan

disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:

1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen

2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol

3. Degenerasi ovarium

4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan

berpengawet

b. Penggunaan zat tambahan pada makanan

c. Kurang berolah raga

d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol

e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

5. Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen – gen yang berpotensi memicu

kanker yaitu yang disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu

misalnya karena makan makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau

Page 15: KISTA OVARIUM.pdf

terpapar zat kimia tertentu atau atau karena radiasi, protoonkgen ini

dapat berubah menjadi onkgen yaitu gen pemicu kanker.

(Ryta, 2008)

D. Patofisiologi

Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor

ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari

pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.

1. Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya

disebabkan oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila

tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan

miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di

rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam

perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali

jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur

menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala –

Page 16: KISTA OVARIUM.pdf

gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi

dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

b. Putaran tangkai

Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.

Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini

menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor

Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista

dermoid cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.

d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada

saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang

timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus

ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus

menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis

yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.

Adanya asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar

(metastasis) memperkuat diagnosa keganasan.

(Wiknjosastro, 2005).

Page 17: KISTA OVARIUM.pdf

Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum

yang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak

teridentifikasi dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak

berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan lambat dan ditemukan

selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental,

berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Rambut, gigi,

tulang dan banyak jaringan lainnya ditemukan dalam keadaan

rudimenter pada kista ini. Kista dermoid hanya merupakan satu

tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan

pengobatannya tergantung pada tipenya(Smeltzer and Bare, 2001).

E. Manifestasi Klinis

Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.

Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat

pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala

dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa

berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai

karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena

desakan diafragma ke kranial.

Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan

hormonal berupa ganguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa asites,

atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau

gangguan peredaran darah karena penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).

Page 18: KISTA OVARIUM.pdf

F. Proses Penyembuhan Luka

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama.

Perbedaan terjadi, menurut waktu pada tiap – tiap fase penyembuhan dan

waktu granulasi jaringan. Fase – fase penyembuhan luka antara lain:

1. Fase I

Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk

fibrin yang tertumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan tipis

dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka.

Kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan

baik. Setelah besar pasien akan merasa sakit pada fase ini dan

belangsung selama 3 hari.

2. Fase II

Fase II ini berlangsung 3 sampai 14 hari setelah pembedahan, leukosit

mulai menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein

putih. Semua lapisan sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan

ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen

akan menunjang luka dengan baik dalam 6 sampai 7 hari. Jadi jahitan

bisa diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.

3. Fase III

Pada fase III ini, kolagen tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah

baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna

merah jambu yang luas, terjadi pada minggu kedua hingga enam

Page 19: KISTA OVARIUM.pdf

minggu post bedah, pasien harus menjaga agar tidak mengguna otot

yang terkena.

4. Fase IV

Fase IV berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan

mengeluh gatal diseputar luka walau kolagen terus menimbun. Pada

waktu ini luka menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian

akan terjadi kontraktur karena penciutan luka akan terjadi ceruk yang

belapis putih (Long, 1996).

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong dalam pembuatan diagnosis

yang tepat pada kista ovarium ialah:

1. Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah

tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat –

sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,

apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,

apakah kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam

rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Page 20: KISTA OVARIUM.pdf

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang – kadang dapat dilihat adanya

gigi dalam tumor.

4. Parasintesis

Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan

sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat

mencemari kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista

tertusuk.

(Wiknjosastro, 2005)

H. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya, tumor ovarium memerlukan pembedahan, tetapi ada

beberapa kista benigna yang pada umumnya tidak memerlukan

pembedahan seperti kista folikel de graf, kista korpus luteum dan kista

endometrium. Penatalaksanaan pada tumor berbeda – beda tergantung

jenis tumor neoplastik ganas atau tidak.

1. Tumor ovarium nonneoplastik

Tumor ovarium yang tidak memberikan gejala / keluhan pada

penderita dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan

diameter kurang dari 5 cm termasuk tumor nonneoplastik. Tidak jarang

tumor – tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan

menghilang. Maka tindakan yang dilakukan ialah:

Page 21: KISTA OVARIUM.pdf

a. Menunggu selama 2 sampai 3 bulan.

b. Mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang.

c. Mengamati peningkatan pertumbuhan tumor.

d. Mempertimbangkan tindakan operatif, apabila kesimpulan dari

hasil observasi tumor tersebut bersifat neoplastik.

2. Tumor ovarium neoplastik tidak ganas

Tindakan yang dilakukan pada tumor ovarium neoplastik yang tidak

ganas ialah :

a. Pengangkatan tumor ini adalah dengan pengangkatan reseksi pada

bagian ovarium yang mengandung tumor.

b. Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan

pengangkatan ovarium disertai dengan pengangkatan tuba

(salpingo-ooforektomi).

c. Operasi kedua dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah

ditemukan tumor pada satu atau dua ovarium.

d. Operasi tumor ovarium yang diangkat harus terbuka, untuk

mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan

meragukan, perlu pada saat operasi dilakukan pemeriksaan sediaan

yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi

anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah tumor tersebut

ganas atau tidak.

Page 22: KISTA OVARIUM.pdf

3. Histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral

Operasi yang tepat jika terdapat keganasan adalah dengan histerektomi

dan salpingo-ooforektomi bilateral (pengangkatan kedua tuba). Pada

wanita muda yang masih ingin mempunyai keturunan dan dengan

tingkat keganasan tumor yang rendah (misalnya tumor sel granulosa),

dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil risiko dengn

melakukan operasi yang tidak bersifat radikal.

(Sjamjuhidajat, 2004 ; Wiknjosastro, 2005 )

I. Pengkajian fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar

utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali

masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.

b. Riwayat kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya

gangguan ketidaknyamanan.

c. Riwayat kesehatan dahulu : pernahkah menderita penyakit seperti

yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi.

Page 23: KISTA OVARIUM.pdf

d. Riwayat kesehatan keluarga: adakah anggota keluarga yang

menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi.

e. Riwayat obstretikus, meliputi:

1) Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.

2) Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan.

3) Riwayat persalinan

4) Riwayat KB

3. Pengkajian post operasi rutin ( Engram, 1999 )

1) Kaji tingkat kesadaran

2) Ukur tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu,

respiration rate.

3) Auskultasi bunyi napas

4) Kaji turgor kulit

5) Pengkajian abdomen

- Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

- Auskultasi bising usus

- Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

- Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

- Kaji status balutan.

6) Kaji terhadap nyeri atau mual

7) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan

dan menanyakan lamanya di bawah anestesi.

Page 24: KISTA OVARIUM.pdf

4. Data penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap

(Hemoglobin, hematokrit, lekosit)

b. Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun

peroral sesuai program dari dokter.

5. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus kista ovarium menurut Doenges

(2000) adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola

istirahat dan jam kebiasaan tidur. Adanya faktor – faktor

yang mempengaruhi tidur, misal: ansietas, nyeri,

keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.

b. Makanan/ cairan

Gejala : Mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat

badan.

c. Neurosensori

Gejala : Pusing, sinkope.

d. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya :

ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan

dengan proses penyakit).

Page 25: KISTA OVARIUM.pdf

e. Eliminasi

Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misal : darah pada feses,

nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius

misalnya: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,

hematuria.

Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

f. Pernapasan

Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seorang yang

merokok), pemajanan abses.

g. Integritas ego

Gejala : Faktor stres dan cara mengatasi stress, masalah tentang

perubahan dalam penampilan insisi pembedahan,

perasaan tidak berdaya, putus asa, depresi, menarik diri.

h. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah.

i. Keamanan

Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan

matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi.

j. Seksualitas

Gejala : Perubahan pada tingkat kepuasan

k. Interaksi sosial

Gejala : ketidakadekuatan / kelemahan sistim pendukung, riwayat

perkawinan, masalah tentang fungsi.

Page 26: KISTA OVARIUM.pdf

J. Pathway keperawatan

Penyebab :

- Ketidakseimbangan estrogen+progesterone

- Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol

- Degenarasi ovarium

- Gaya hidup tidak sehat (konsumsi alkohol, merokok, kurang olahraga dll)

Kista ovarium

Pertumbuhan tumor ovarium

Membesar

Metastase ke ovarium dextra Salpingo-ooforektomi

Menekan alat/organ di sekitar ovarium dekstra Peningkatan beban Post operasi

tubuh

Menekan kandung Menekan Gaster Tekanan syaraf Pengaruh anestesi Luka Op Kerusakan

Kemih anus oleh tumor Mengganggu aktivitas general jaringan

Mual

Pengosongan ↓ peristaltik Relaksasi Kesadaran Penekanan Diskontinuitas Port perdarahan

VU tidak Intake ↓ otot menurun saraf jaringan de’entry

optimal Absorbs air↓ polos vagus

di kolon

HCl ↑ Fungsi

N.Vagus ↓

Mual Refleks menelan ↓

muntah

(Doenges, 2000;Wiknjosastro, 2005)

konstipasi Nyeri Intoleran

aktivitas

Resti

cedera Nyeri Resti

infeksi

Hypertermi Risiko

perubahan

nutrsi kurang

kebutuhan

tubuh

Retensi

urine Risiko

konstipasi

Gangguan

pemenuhan

nutrisi kurang

kebutuhan

tubuh

Resti

aspirasi Kurang

pengetahuan

[kebutuhan belajar]

tentang

prognosis,kondisi,

pengobatan

Intoleransi

aktivitas

Kelemahan

umum

32

Page 27: KISTA OVARIUM.pdf

K. Diagnosa keperawatan Dan Fokus Intervensi

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan adanya penekanan syaraf oleh sel tumor.

(Doenges, 2000)

Tujuan : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/ kontrol

dengan pengaruh minimal.

Kriteria Hasil : Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan,

mendemonstrasikan penggunaan keterampilan

relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk

situasi individu.

Intervensi

a. Tentukan karakteristik nyeri.

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/ keefektifan intervensi.

b. Evaluasi/ sadari terapi tertentu. Misalnya pembedahan, radiasi,

kemoterapi, bioterapi. Ajarkan orang terdekat apa yang diharapkan.

Rasional : ketidaknyamanan rentang luas adalah umum,

(misalnya: nyeri insisi, kulit terbakar, sakit kepala,

nyeri punggung bawah) tergantung pada prosedur dan

agen yang digunakan.

c. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: reposisi, gosokan

punggung) dan aktivitas hiburan (misalnya: musik, TV).

Page 28: KISTA OVARIUM.pdf

Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

kembali perhatian.

d. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misalnya:

teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, musik,

dan sentuhan terapeutik.

Rasional : memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara

aktif dan meningkatkan rasa kontrol.

e. Evaluasi penghilangan kontrol nyeri.

Rasional : tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan

pengaruh minimal.

f. Berikan analgesik sesuai indikasi. Berikan hanya untuk dalam

sehari. Ubah dari analgesik kerja pendek menjadi kerja panjang

bila diindikasikan.

Rasional : nyeri adalah komplikasi yang sering terjadi, meskipun

respon individual berbeda-beda. Saat perubahan

penyakit/ pengobatan terjadi, penilaian dosis dan

pemberian akan diperlukan.

2. Gangguan Eliminasi Buang Air kecil (BAK): retensi urin berhubungan

dengan desakan kandung kemih oleh sel tumor (Doenges, 2000).

Tujuan : Berkemih dengan urin yang cukup.

Page 29: KISTA OVARIUM.pdf

Kriteria Hasil : Tidak ada distensi abdomen, menunjukkan residu

pasca berkemih kurang dari 50 ml, tidak ada tetesan/

kelebihan aliran.

Intervensi

a. Dorong pasien untuk berkemih 2-4 jam dan bila tiba-tiba

dirasakan.

Rasional : meminimalkan retensi urin, distensi berlebihan pada

kandung kemih.

b. Observasi aliran urin. Perhatikan ukuran dan kekuatannya.

Rasional : berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan

intervensi.

c. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan

penurunan haluaran urin dan perubahan berat jenis.

Rasional : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran

perkemihan atas yang dapat mempengaruhi fungsi

ginjal. Adanya deficit aliran darah ke ginjal

mengganggu kemampuannya untuk memfilter dan

mengkonsentrasikan substansi.

d. Dorong masukan cairan sampai dengan 3000ml sehari, dalam

toleransi jantung, bila diindikasikan.

Page 30: KISTA OVARIUM.pdf

Rasional : peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi

ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih

dari pertumbuhan bakteri.

e. Awasi tanda vital dengan ketat. Observasi hipertensi, edema

perifer, perubahan mental. Timbang tiap hari. Pertahankan

pemasukan dan pengeluaran.

Rasional : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan

eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik, dapat

berlanjut ke penurunan ginjal total.

f. Berikan rendam duduk sesuai indikasi.

Rasional : meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, dan

dapat meningkatkan upaya berkemih.

g. Berikan obat antispasmodik, contohnya: oksibutinin klorida

(Ditropan).

Rasional : menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan

dengan irigasi oleh kateter.

h. Irigasi kateter sesuai indikasi.

Rasional : mempenagruhi patensi/ aliran urin.

i. Monitor urinalisa dan kultur.

Rasional : statis urinaria potensial untuk pertumbuhan bakteri,

peningkatan resiko ISK.

Page 31: KISTA OVARIUM.pdf

3. Gangguan Eliminasi Buang Air Besar (BAB) : konstipasi berhubungan

dengan tekanan anus oleh sel tumor. (Doenges, 2000)

Tujuan : Mengungkapkan perilaku/ teknik untuk program usus

individual.

Kriteria Hasil : Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi urin.

Intervensi

a. Auskultasi bising usus. Catat lokasi dan karakteristiknya.

Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.

Hilangnya bising menandakan adanya paralitik ileus.

b. Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau

berkurang.

Rasional : hilangnya peristaltik melumpuhkan usus, membuat

distensi ileus dan usus.

c. Catat adanya keluhan mual, ingin muntah. Periksa muntahan atau

sekresi gaster (jika terpasang NGT), feses, dan bekuan darah.

Rasional : perdarahan gastrointestinal dapat terjadi sebagai

respon dari trauma atau efek samping terapi tertentu

(steroid atau antikoagulasi).

d. Kenali tanda-tanda adanya sumbatan, seperti tidak adanya feses

yang terbentuk selama beberapa hari, feses semi cair, kegelisahan,

perasaan penuh dalam abdomen.

Page 32: KISTA OVARIUM.pdf

Rasional : intervensi dini perlu untuk mengatasi konstipasi

secara efektif/ feses yang tertahan dan mengurangi

resiko terjadinya komplikasi.

e. Ajarkan klien latihan defekasi secara teratur.

Rasional : program ini perlu untuk secara rutin mengeluarkan

feses dan biasanya termasuk stimulasi manual.

Kemampuan mengontrol pengeluaran feses penting

untuk kemandirian fisik pasien dan penerimaan sosial.

f. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang sehat dan yang

termasuk makanan berserat dan padat/ kasar dan pemasukan cairan

lebih banyak (minimal 2000 ml/ hari), termasuk jus/ sari buah.

Rasional : meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati

usus dengan mudah.

g. Konsultasikan dengan ahli gizi/ tim dari nutrisi.

Rasional : membantu merencanakan makanan yang disesuaikan

dengan kebutuhan individu dan fungsi pencernaan/

eliminasi.

h. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Misalnya: pelunak

feses (laksatif, supositoria, enema).

Rasional : menstimulasi peristalstik.

4. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia. (Doenges, 2000)

Page 33: KISTA OVARIUM.pdf

Tujuan : nutrisi mencukupi kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil : mempertahankan/ menunjukkan peningkatan berat

badan bertahap sesuai tujuan, nilai laboratorium

normal, bebas tanda malnutrisi, merencanakan diet

untuk memenuhi kebutuhsn nutrisi/ membatasi

gangguan GI.

Intervensi

a. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.

Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk

membantu memilih intervensi.

b. Kaji distensi abdomen, berhati- hati, menolak bergerak.

Rasional : tanda nonverbal ketidaknyamanan berhubungan

dengan gangguan pencernaan dan nyeri gas.

c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

Rasional : meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan

diit makan sesuai program.

d. Diskusikan tentang makanan kesukaan/ ketidaksukaan pasien,

makanan yang menyebabkan distress, dan jadwal makan yang

disukai.

Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan,

memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan

mendorong untuk makan.

Page 34: KISTA OVARIUM.pdf

e. Anjurkan klien untuk lakukan kebersihan oral sebelum makan

(sikat gigi ).

Rasional : mulut yang bersih meningkatkan napsu makan.

f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Rasional: membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan

distensi abdomen. Mempengaruhi rasa sehat dan

menurunkan kemungkinan masalah sekunder

sehubungan dengan imobilisasi.

g. Awasi pemeriksaan labaratorium: BUN, albumin/ protein

serum,kadar transverin.

Rasional :memberikan informasi tentang kekurangan nutrisi/

keefektifan terapi.

Post Operasi

1. Risiko tinggi aspirasi berhubungan dengan tingkat kesadaran sekunder

akibat : anestesi (Carpenito, 2000)

Tujuan : aspirasi tidak terjadi.

Kriteria Hasil : individu tidak mengalami aspirasi, mengungkapkan

tindakan untuk mencegah aspirasi.

Intervensi

a. Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak ada yang jatuh ke

belakang, menyumbat jalan napas.

Rasional : memastikan tidak ada sumbatan jalan napas.

Page 35: KISTA OVARIUM.pdf

b. Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada

kontraindikasi.

Rasional : mengoptimalkan pola napas jika tidak ada

kontraindikasi.

c. Pertahankan posisi berbaring miring jika tidak ada kontraindikasi.

Rasional :

d. Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorok dengan tisu atau

penghisap dengan perlahan – lahan.

Rasional : memberishkan jalan napas, pola napas tetap normal.

e. Anjurkan pada keluarga untuk tidak memberikan minum saat klien

belum sadar penuh.

Rasional : menghindari terjadinya aspirasi.

2. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran

(Carpenito, 2006)

Tujuan : individu menyatakan cedera lebih sedikit dan rasa

takut cedera berkurang, cedera tidak terjadi.

Kriteria Hasil : mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi

risiko cedera, mengungkapkan maksud untuk

melakukan tindakan pencegahan tertentu (mis,

meggunakan kacamata untuk mengurangi silau),

meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan.

Page 36: KISTA OVARIUM.pdf

Intervensi

a. Awasi individu secara ketat selama beberapa malam pertama untuk

menjaga keamanan.

Rasional : memantau aktivitas pasien.

b. Ajarkan penggunaan kruk, tongkat, walker.

Rasional : membantu dalam beraktivitas. Meringankan beban.

c. Gunakan tempat tidur yang rendah dengan pagar terpasang .

Rasional : memudahkan pasien untuk berpindah tempat dan

mencegah jatuh saat mobilisasi yang tidak disadari.

d. Ciptakan lingkungan yang aman : lantai kering tidak basah.

Rasional : mencegah agar tidak terpeleset dan jatuh.

e. Letakkan pispot dekat tempat tidur atau pispot kursi di depan

pasien.

Rasional : mengurangi kelelahan dengan menghemat tenaga klien

untuk ke kamar mandi.

3. Nyeri (akut) : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada

abdomen. (Doenges, 2000)

Tujuan : nyeri berkurang/ hilang.

Kriteria Hasil : klien rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.

Intervensi

a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri, beratnya (0-10).

Page 37: KISTA OVARIUM.pdf

Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan

adanya masalah, memerlukan evaluasi medik dan

intervensi.

b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.

Rasional : Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah

dengan posisi telentang.

c. Anjurkan klien untuk mobilisasi dini.

Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, menurunkan

ketidaknyamanan.

d. Ajarkan penggunaan manajemen nyeri (teknik relaksasi, distraksi).

misal dengan latihan tarik napas dalam.

Rasional : meningkatkan kontrol terhadap nyeri dan

meningkatkan partisipasi pasien secara aktif.

e. Berikan analgetik sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama

dengan terapi lain.

4. Kurang perawatan diri: personal hygiene berhubungan dengan

kelemahan (Carpenito, 2000)

Tujuan : klien dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene

secara mandiri.

Kriteria hasil : ungkapkan rasa nyaman dan puas, melakukan

kegiatan perawatan diri sesuai kemampuan.

Page 38: KISTA OVARIUM.pdf

a. Kaji derajat ketidakmampuan klien dalam melakukan kegiatan

Rasional : Mempengaruhi pemilihan intervensi yang tepat.

b. Motivasi klien untuk melakukan kegiatan kebersihan diri sesuai

kemampuan, seperti gosok gigi.

Rasional : mempertahankan pemenuhan kebutuhan dasar klien,

klien dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan

perawatan diri sesuai kemampuan.

c. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan seperti: makan, mandi,

personal higyene.

Rasional : Mempertahankan pemenuhan kebutuhan dasar klien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap

pembedahan. (Doenges, 2000)

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : meningkatnya penyembuhan luka dengan benar,

bebas tanda infeksi/ inflamasi, drainase purulen,

eritema, dan demam.

Intervensi

a. Awasi tanda – tanda vital.

Rasional : dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses.

b. Lakukan pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka

aseptik. Berikan perawatan paripurna.

Rasional : menurunkan resiko penyebaran bakteri.

Page 39: KISTA OVARIUM.pdf

c. Lihat insisi dan balutan.

Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,

dan/ atau pengawasan penyembuhan.

d. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien dan orang

terdekatnya.

Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan

dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

e. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : mungkin diberikan secara profilaktik atau

menurunkan jumlah organism (pada infeksi yang

telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran

dan pertumbuhannya.

f. Bantu irigasi dan drainase bila diperlukan.

Rasional : dapat diperlukan untuk mengalirkan abses terlokalisir.

6. Risiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal.

(Carpenito, 2000)

Tujuan : tidak terjadi konstipasi.

Kriteria hasil : menunjukkan bunyi bising usus / aktivitas

peristaltik usus aktif, mempertahankan pola

eliminasi biasanya

Intervensi

a. Auskultasi bising usus.

Page 40: KISTA OVARIUM.pdf

Rasional : indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan

intervensi.

b. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

Rasional : ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal

dan mengambalikan peristaltik.

c. Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah, bila

pemasukan peroral dimulai.

Rasional : meningkatkan pelunakkan feses; dapat membantu

merangsang peristaltik.

d. Berikan rendam duduk.

Rasional : meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan

ketidaknyamanan.

e. Batasi pemasukan oral sesuai indikasi.

Rasional : mencegah mual / muntah sampai peristaltic kembali (1 –

2 hari)

f. Berikan obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laksatif sesuai

indikasi.

Rasional : meningkatkan pembentukkan / pasase pembentuk feses.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhungan dengan mual muntah, intake nutrisi. (Doenges, 2000)

Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil : mendemonstrasikan pemeliharaan / kemajuan

Page 41: KISTA OVARIUM.pdf

penambahan berat badan yang diinginkan dengan

normalisasi nilai laboratorium, tak ada tanda – tanda

malnutrisi.

Intervensi

a. Tinjau faktor – faktor individual yang mempengaruhi kemampuan

untuk mencerna / makan makanan, mis: status puasa, mual, ileus

paralitik setelah selang dilepaskan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

b. Timbang berat badan sesuai indikasi. Catat masukan dan haluaran.

Rasional : mengidentifikasikan status cairan serta memastikan

kebutuhan metabolik.

c. Auskultasi bising usus.

Rasional : menentukkan kembalinya peristaltic.

d. Berikan cairan IV, mis : Albumin, lipid, elektrolit. Suplemen

vitamin dengan perhatian tertentu terhadap vitamin K, secara

parenteral.

Rasional : memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

Mengguanakan katartik praoperasi ( persiapan usus )

dapat mengurangi suplemen vitamin dan atau masalah

usus dapat menghambat absorbs vitamin.

e. Berikan obat – obatan sesuai indikasi : antiemetik, mis:

proklorpromazin.

Rasional : mencegah muntah.

Page 42: KISTA OVARIUM.pdf

8. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita : kista ovarium

berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi

informasi.

Tujuan : klien dapat mendapat informasi yang benar.

Kriteria hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan,

mengungkapkan pemahaman informasi.

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita.

Rasional : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, meng-

identifikasi kebutuhan belajar.

b. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita dengan bahasa

yang jelas dan mudah dimengerti.

Rasional : Memberikan pengetahuan dimana klien dapat kooperatif

dan memudahkan untuk mengingat informasi yang

diberikan.

c. Dorong partisipasi keluarga dalam perawatan.

Rasional : membantu penanganan dan perawatan pasien.