kisah musyawarah ratu saba' dan saudara nabi yusuf

54
KISAH MUSYAWARAH RATU SABA’ DAN SAUDARA NABI YUSUF DALAM AL-QUR’AN (Perspektif Teori Psikologi-Komunikasi) Oleh: Miftahul Jannah NIM. 1320511089 TESIS Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi al-Qur’an dan Hadis YOGYAKARTA 2015

Upload: buitruc

Post on 13-Jan-2017

262 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

KISAH MUSYAWARAH RATU SABA’ DAN SAUDARA NABI YUSUF

DALAM AL-QUR’AN

(Perspektif Teori Psikologi-Komunikasi)

Oleh:

Miftahul Jannah

NIM. 1320511089

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister Humaniora

Program Studi Agama dan Filsafat

Konsentrasi Studi al-Qur’an dan Hadis

YOGYAKARTA

2015

Page 2: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

Yang herlanrlii tangan cli bau'ah ini:

Nama

Nt\{

.Icnjang

Prograrl Studi

Konsentrasi

PER\YATA-\N KE.{SLIA\

Vliftahui .lannuli. S.Th. I.

1i.205. I l0si)

lvlagister (S3)

Agama dan Filsalat

Studi ai-Quran clan Flaclis

rnenyatakan bahrva naskah tesis ini secara keseluruhan adalah hasil penelitiau/karya

saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbemya.

Yogyakarta, 10 Juni 2015

Miftahul Jannah, S.Th.I

NIM: 13.205.11089

ll

Page 3: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

PERNYATAAN BEBAS PLAGTAST

\-nng bcrrancla tattgatt cli bau'ah ini:

\amli

\I\1.lcni ang

Progriun Sir.rcli

Konsentrasi

menyatakan bahwa naskah tesis ini

plagiasi. Jika di kemudian hari terbukti

sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

N4i t1ahul .lannah. S.Th.l.

ri.205.1 1039

N4agistcr (S2)

r\gama clan Filsafat

Studi al-Qr-rran dan Hadis

secara keseluruhan

melakukan plagiasi,

benar-benar bebas dari

maka saya siap ditindak

Yogyakarta,

Sa

10 Juni 2015

menyatakan,

NIM: 13.205.11089

111

Page 4: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

1V

NOTA DINAS PEMBIMBING

Kepada Yth.Direktur Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta

Assalamualaikum Wr.W.

Setelah melakukan bimbingan, arahart dan koreksi terhadap penulisan tesis

yang berjudul:

KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

DALAM AL-QUR'AN

@erspektif Teori Psikologi-Komunikasi)

yang ditulis oleh:

Nama

NIM

Jenjang

Program Studi

Konsentrasi

Saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepacia Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam rangka

memperoleh gelar Magister Humaniora.

Was s al amua laikum Wr. W.

Yogyakarta, 10 Juni 2015Pembimbing,

Miftahul Jannah, S.Th.I.

13.20s.11089

Magister (S2)

Agama dan Filsafat

Studi al-Quran dan Hadis

Uk/rl/

Dr. Ahmad Baidowi, M.S.I

Page 5: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

ilil$:iii KEMENTERIANAGAMA

'.1'3".":.i1 UIN SUNAN KALIJAGA

u-r3i3:iiilx'#^

Tesis berjudul

NamaNIM

Program StudiKonsentrasi

Tanggal Ujian

PENGESAHAN

KISAH MUSYAWARAH RATU SABA'DAN SAUDARA NABI YUSUF

DALAM AL-QUR'AN (Perspektif Teori Psikologi-Komunikasi)Miftahul Jannah, S.Th.l.

1320511089

Agama dan Filsafat

Studi al-Qur'an dan Hadis

03 Juli 20L5

Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora

(M.Hum).

Yogyakarta ,07 Juli 2015

., M.Phil., Ph.D.

207 199s03 1 002

Page 6: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

PERSETUJUAN TIM PENGUJI

UJiAN TESIS

KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABIYUSUF

DALAM AL-QU R'AN (Perspektif Teori Psi kologi-Kom uni kasi)

Miftahul Jannah, S.Th.l.

1320511089

Agarna dan Filsaiat

Studi al-Qr,-tr'an dan Hadis

Telah disetujuitim penguji ujian munaqosah

Tesis berjudul

Nama

NIM

Prograrn Sturii

Konsentrasi

Ketua

Sekretaris

Pembimbing/Penguji

Penguji

Dr. Moch Nur lchwan, M.A.

Dr. Mutiullah, M.Hum.

Dr. Ahmad Baiciowi, M.Si.

Dr'. H. M. Kholiii. M.Si.

Diuji di Yogyakarta pada tanggal 03 Juli 2015

Waktu : 10.00-11.O0

HasiUNilai : 89,30/A-/3,50

Preriikat Kelulusan / Sangat+les{€€i€n./ eum Laucie*

*Coret yang tidak perlu

ffi:M\"-

I

Page 7: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

vii

MOTTO

Dia mengajarkannya

pandai berbicara (berkomunikasi)

Q.S al-Rahma>n [55] : 4.

Page 8: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

viii

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk :

Dua insan yang pertama kali mengajarkan padaku

komunikasi insani

Para penggiat ilmu di manapun berada,

Almamaterku yang selalu jaya,

UIN SUNAN KALIJAGA

Page 9: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

ix

ABSTRAK

Al-Qur’an bukan saja sekadar memuat petunjuk tentang hubungan manusia

dengan Tuhan (vertical relationship), tetapi juga mengatur antara manusia dengan

sesamanya atau lingkungannya (horizontal relationship). Hubungan inilah yang

dinamakan komunikasi. Dalam Q.S. al-Rahma>n (55): 4 terdapat kata al-baya>n merupakan

kata kunci yang dipergunakan al-Qur’an untuk sarana berkomunikasi. Konsep

musyawarah—sebagai salah satu jenis komunikasi— telah digagas dengan baik dalam

al-Qur’an, begitupun pengaplikasiannya yang dipaparkan dalam kisah-kisah. Penokohan

memang tidak disebutkan secara detail dan terperinci. Al-Qur’an lebih fokus kepada

kepribadian tokoh, motivasi di baliknya serta perilaku-perilakunya, dan hal ini bisa dikaji

secara psikologis.

Penelitian ini hanya terfokus pada dua kisah, yakni musyawarah Ratu Saba’ dan

Saudara Yusuf, dengan beberapa alasan. 1), kedua kisah ini merupakan suatu kisah

dengan satu kesatuan, tidak terpencar dalam surat lainnya dalam al-Qur’an; 2), dari aspek

komunikasi, dua kisah ini sama-sama masuk dalam kategori komunikasi kelompok, agar

lebih mudah dalam proses analisis. 3), kedua kisah ini sudah cukup mewakili dua contoh

musyawarah yang berlawanan, yakni dengan tujuan positif dan negatif.

Di sini penulis mencoba untuk mengintegrasi-interkoneksikan kajian kisah al-

Qur’an ini dengan perspektif ilmu psikologi-komunikasi, yang menyorot bagaimana

perilaku-perilaku komunikan serta keadaan psikis para pelakunya, lebih spesifik pada

pelaku musyawarah pada kisah, tentu saja dalam konteks al-Qur’an. Metode yang

digunakan adalah metode tematik (maud}u>’i >) konseptual, yakni mulai men-tematik-kan

pembahasan ayat-ayat kisah al-Qur’an di dalamnya, yang mengandung gagasan atau

konsep mengenai musyawarah tersebut.

Dari hasil penelitian kedua kisah ini, dapat disimpulkan bahwa dari aspek karakter

komunikatornya, kisah ini sama-sama mempunyai kredibilitas dan kekuasaan, akan tetapi

komunikator dalam musyawarah Nabi Yusuf tidak sekuat yang ada pada komunikator

kisah Ratu Saba’. Sedangkan dari aspek komunikan juga terbagi menjadi beberapa

golongan. Pada kisah Ratu Saba’ termasuk dalam golongan behaviorisme yang lebih

condong kepada pengaruh lingkungan sekitar, dan juga humanistik, berperan aktif dalam

menanggapi stimuli dari komunikator. Sedangkan dalam kisah Yusuf cenderung ke

psiko-analisis, yang dalam menerima atau menangkap pesannya masih terjebak oleh

keinginan-keinginan terpendam dalam diri. Dari aspek organisasi pesan, dua kisah ini

termasuk pola logis dan deduktif. Struktur pesan yang terdiri dari pengantar, pernyataan,

argumen dan terakhir ditutup dengan kesimpulan ini diwakili oleh struktur pesan dalam

musyawarah Ratu Saba’, sementara struktur pesan musyawarah saudara Nabi Yusuf

argumentasinya tidak tersurat dalam ayat tersebut. Dari segi imbauan, kisah pertama

mengandung imbauan rasional, dan kisah kedua mengandung imbauan emosional dan

ganjaran.

Page 10: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

Alif

Ba>’

Ta>’

Sa>’

Jim

H}a>’

Kha>’

Dal

Żal

Ra>’

Zai

Si>n

Syi>n

S{a>d

Tidak dilambangkan

b

t

s|

j

h}

kh

d

ż

r

z

s

sy

s}

Tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

Page 11: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xi

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

D{a>d

T{a>’

Z{a>’

‘Ayn

Gayn

Fa>’

Qa>f

Ka>f

La>m

Mi>m

Nu>n

Waw

Ha’

Hamzah

Ya>

d{

t}

z}

g

f

q

k

l

m

n

w

h

y

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik

ge

ef

qi

ka

„el

„em

„en

we

ha

apostrof

ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

متعددة

عدة

ditulis

ditulis

muta’addidah

„iddah

C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h

ditulis حكمة

h}ikmah

Page 12: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xii

عهة

األونيبء كرامة

انفطر زكبة

ditulis

ditulis

ditulis

'illah

karāmat al-auliyā'

zakāt al-fit}ri

D. Vokal Pendek

__ ___

مف فعف

_____

ف ه ف

_____

فرذف ب

fath}}ah

kasrah

d}ammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a

fa’ala

i

fahima

u

yażhabu

E. Vokal Panjang

1

2

3

4

Fath}ah + alif

جبذهية

Fathah + ya‟ mati

تفىسي

Kasrah + ya‟ mati

كر

D{ammah + wawu mati

روض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ā

jāhiliyyah

ā

tansā

i

karim

ū

furūd }

F. Vokal Rangkap

1

Fath}ah + ya‟ mati

بيىك

ditulis

ditulis

ai

bainakum

Page 13: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xiii

2 Fath}ah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

au

qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

أأوت

ت أعد

شكرت نئه

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

u’iddat

la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan

huruf "al".

انقران

انقيبس

انسمبء

انشمس

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

al-Qur’ān

al-Qiyās

al-Samā’

al-Syam

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

انفروض ذوى

انسىة اذم

ditulis

ditulis

żawi al-furūd}

ahl al-sunnah

Page 14: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xiv

KATA PENGANTAR

اذي هلل الح م د

Segala puja dan syukur hanya teruntuk kepada Sang Pemberi hidayah, yang

menurunkan al-Qur‟an sebagai kitab sebaik-baik perkataan. Berkat ilmu dan

iradah-Nya, tesis yang berjudul “KISAH MUSYAWARAH RATU SABA‟ DAN

SAUDARA NABI YUSUF DALAM AL-QUR‟AN (Perspektif Teori Psikologi-

Komunikasi)” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurah ke

haribaan junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. Teladan seluruh umat,

pembawa cahaya keimanan dan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umat

yang mendapat syafaatnya. Amin.

Setelah berbagai macam rintangan dihadapi, baik secara fisik ataupun psikis,

pada akhirnya masa-masa ini dapat dilalui dengan senyuman. Selesainya

penulisan tesis ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Abah dan Mama yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam

meraih kesuksesan, serta seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

2. Prof. Dr. Akh. Minhaji, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 15: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xv

3. Prof. Dr. Norhaidi Hasan, M.A, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

4. Ketua Program Studi Agama dan Filsafat, Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A dan

Sekretaris Jurusan, Dr. Mutiullah, M.Hum.

5. Dr. Ahmad Baidowi, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan

banyak ilmu kepada penulis. Dalam kesibukannya, telah bersedia meluangkan

waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih telah menghantarkan penulis

pada dua gelar, baik pada strata-1 ataupun strata-2.

6. Dr. H. Kholili, M.Si, selaku anggota penguji. Terima kasih telah menjadi

pembimbing kedua dalam proses perbaikan tesis ini, yang dengan sangat

cermat dan teliti membidik kekurangan-kekurangan penulis serta memberikan

ilmu baru dan masukan-masukan yang sangat berharga kepada penulis.

Thanks a lot.

7. Pak Hartoyo, yang dengan sabar melayani para mahasiswa. Maaf sudah terus

memburu panjenengan, pak. Terima kasih atas semuanya. Tetap ramah dan

selalu semangat.

8. Keluarga Besar PP. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta (SMP-SMA). Terima

kasih atas kebersamaannya. Semua yang ada sekarang pun pasti akan

berganti.

9. NINER‟S (PBSB UIN Sunan Kalijaga ‟09) yang tersisa di Jogja. Mony, Lila,

Ipin, Said, Asep, Najib, Lubab, Aswar dkk. Terima kasih atas motivasi yang

tiada henti. Terima kasih untuk selalu berada di sampingku ketika aku

Page 16: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xvi

terpuruk. Tak lupa pula Mbak Mput, Riry, bang Adi dan the member of SQH-

C dan B 2013 (Mukhlis, Autad, Ustadz Isrofiel, Anwar, Edi, mas Ulum, mas

Hanif, Bashir). Kalianlah saudaraku, temanku, keluargaku.

10. Seluruh pihak yang tanpa mereka sadari telah membantu penulis selama

menempuh jenjang strata-2 ini. Jaza>kumulla>h ah}san al-jaza>’. Akhir kata,

semoga karya ini bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.

Yogyakarta, 10 Juni 2015

Penulis,

Miftahul Jannah, S.Th.I

NIM. 1320511089

Page 17: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .............................................................. iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................ iv

PENGESAHAN DIREKTUR .......................................................................... v

PERSETUJUAN TIM PENGUJI………………………………………….. vi

MOTTO ............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

ABSTRAK....................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... x

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 9

D. Kajian Pustaka ......................................................................................... 10

E. Kerangka Teoritik................................................................................ 17

F. Metode Penelitian.................................................................................... 20

G. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 22

Page 18: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xviii

BAB II : TEORI PSIKOLOGI-KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA

PADA AL-QUR’AN

A. Pengertian Komunikasi ........................................................................... 24

B. Psikologi sebagai Akar dari Komunikasi........................................ 28

C. Teori Psikologi Komunikasi ................................................................... 31

1. Psikologi Komunikator .................................................................... 32

2. Psikologi Komunikan ...................................................................... 35

3. Psikologi Pesan ............................................................................... 37

D. Tahapan, Tujuan dan Efek Komunikasi. .................................................

E. Komunikasi sebagai Bentuk dan Sarana Interaksi Sosial....................

F. Psikologi-Komunikasi dan Penerapannya dalam Kisah al-Qur’an

40

44

46

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI DAN KISAH

MUSYAWARAH DALAM AL-QUR’AN

A. Musyawarah ............................................................................................ 49

1. Tinjauan Umum tentang Musyawarah ............................................. 49

2. Kisah musyawarah sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam al-

Qur’an ...............................................................................................

53

3. Bentuk-bentuk Musyawarah dalam Kisah ......................................

4. Komponen Komunikasi Musyawarah............................................

57

65

B. Kisah Musyawarah dalam al-Qur’an................................ ...................... 69

1. Kisah Ratu Saba’ dan Para Menteri........................................ .......... 71

Page 19: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

xix

2. Kisah Saudara-Saudara Yusuf........................................................... 79

BAB IV : APLIKASI TEORI PSIKOLOGI-KOMUNIKASI DALAM

KISAH MUSYAWARAH RATU SABA’ DAN SAUDARA YUSUF

A. Kisah Ratu Saba’ dan Para Menteri...................................................... 91

1. Komponen Komunikator ................................................................. 95

2. Komponen Komunikan ................................................................... 104

3. Komponen Pesan ........................................................................... 106

B. Kisah Saudara-Saudara Yusuf.............................................................. 111

1. Komponen Komunikator ........................................................... 113

2. Komponen Komunikan ............................................................. 123

3. Komponen Pesan..................................................................... 127

C. Perbandingan antara Psikologi-Komunikasi Kisah Musyawarah Ratu

Saba’ dan Saudara Yusuf.....................................................................

133

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................

139

B. Saran-Saran.......................................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 143

CURRICULUM VITAE................................................................................ 148

Page 20: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diwahyukan oleh Allah swt kepada

Nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia, agar

memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, dan juga bersifat universal, sepanjang masa

sampai akhir zaman.1 Al-Qur’an juga mengandung berbagai macam aspek di

dalamnya, yang berfungsi mengatur kehidupan manusia, sampai hal yang paling

detail sekalipun.

Dalam Islam, al-Qur’an merupakan sumber ajaran utama. Al-Qur’an bukan

saja sekadar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan (vertical

relationship), tetapi juga mengatur antara manusia dengan sesamanya (horizontal

relationship) serta manusia dengan lingkungannya.2 Hubungan manusia dengan

lingkungannya itulah yang dinamakan komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah

aktivitas dasar manusia untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Tidak ada manusia

yang tidak berkomunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling

1 Said Agil Husein al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta :

Ciputat Press, 2002), hlm. 4.

2 Said Agil Husein al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi…. hlm. 3.

Page 21: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

2

berhubungan. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi, mengingat

akan pentingnya komunikasi tersebut.3

Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial selalu membutuhkan

interaksi antar sesamanya. Ketika manusia bertemu dengan manusia lain dalam

komunitas, maka terjadilah interaksi sosial. Al-Qur’an juga telah mensyariatkan

kepada manusia, bahwa sejak awal penciptaannya mereka senantiasa menggunakan

bahasa sebagai alat komunikasi, sebagaimana yang telah termaktub dalam surah al-

Rahma>n :

“(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia

menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai berbicara”.

Selain sebagai makhluk religius, manusia juga dikenal sebagai makhluk sosial

yang menduduki posisi penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya

makhluk yang diberi karunia bisa berbicara. Dengan kemampuan bicara itulah,

memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Sebagaimana dapat

dipahami dari firman Allah “ ع ل ع ه ال ع ع اع ” “Dia yang mengajarkannya pandai berbicara”

3 Abd. Rohman, Komunikasi dalam al-Qur’an : Relasi Ilahiyah dan Insaniyah (UIN Malang

Pres : Malang, 2007), hlm. 5.

Page 22: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

3

(Q.S. al-Rahma>n (55): 4). Kata al-baya>n merupakan kata kunci yang dipergunakan al-

Qur’an untuk sarana berkomunikasi.4

Banyak penafsiran yang muncul berkenaan dengan kata al-baya>n, namun yang

paling kuat adalah berbicara (al-nut}q, al-kala>m). Hanya saja, menurut Ibn ‘A<syu>r,

kata al-baya>n juga mencakup isyarah-isyarah lainnya, seperti kerlingan mata dan

anggukan kepala. Dengan demikian, al-baya>n merupakan karunia yang terbesar bagi

manusia. Bukan saja karena dapat dikenali jati dirinya, akan tetapi ia menjadi

pembeda dari binatang.5

Kata al-baya>n ini merupakan isyarat dalam al-Qur’an tentang komunikasi, dan

juga relevan dengan teori komunikasi yang berkembang saat ini. Manusia tidak hanya

berinteraksi dengan pesan verbal (tuturan), akan tetapi juga dengan pesan non-verbal,

atau isyarat-isyarat seperti yang telah disebutkan tadi.

Isyarat-isyarat tentang komunikasi tersebut hanya merupakan sebagian kecil

dari kandungan al-Qur’an, karena kitab suci ini memuat segala aspek urusan

kehidupan manusia, atau biasa disebut dengan universalitas al-Qur’an. Akan menjadi

sangat mungkin ketika al-Qur’an dikaji dalam berbagai perspektif keilmuan, seperti

perspektif komunikasi, politik atau dalam konsep yang lain, misalkan filsafat,

4 Jalaluddin Rakhmat, “Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut al-Qur’an” dalam Audienta :

Jurnal Komunikasi (1994), hlm. 35-36.

5 Ibnu ‘A<syu >r, al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r (Tunisia : al-Da>r al-Tu>nisiyyah li> al-nasyr, 1984), XIV

: 233.

Page 23: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

4

psikologi, astronomi, biologi, embriologi dan sebagainya, karena ilmu tersebut juga

turut mengatur hubungan dalam diri manusia.6

Berbicara mengenai komunikasi, al-Qur’an sebenarnya telah membahas

tentang prinsip-prinsipnya, serta mempunyai formula khusus terkait dengan kaidah

diksi.7 Ada beberapa ayat al-Qur’an yang secara khusus mengajarkan aturan-aturan

dalam berkomunikasi, yakni diwakili oleh kata ‚qaulan ma’ru>fan8”, ‚qaulan

bali>gan9‛, ‛qaulan kari>man10, ‛qaulan maysu>ran11

‛, ‛qaulan sadi>dan12‛, dan ‛qaulan

layyinan13”. Dengan adanya penerapan ayat-ayat ini serta komunikasi yang baik,

aktivitas manusia bisa berjalan dengan lancar. Jika diskomunikasi terjadi, maka

aktivitas juga terganggu. Biasanya penyelesaian semua hal tersebut tetap melalui cara

atau jenis komunikasi tersendiri, dan salah satu bentuk dari penyelesaian masalah

tersebut adalah musyawarah. Komunikasi mencakup hampir seluruh aktivitas sehari-

6 Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan; Perspektif

Filsafat Perennial (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 33-34.

7 Hani’ah, “Formula Kaidah Diksi dalam Ayat-Ayat Al-Quran dan Implementasinya dalam

Kesantunan Berbahasa Masyarakat Madura” dalam kompetensi.trunojoyo.ac.id. diakses tgl 7 Juni

2015, pukul 00.36 WIB.

8 Q.S al-Baqarah [2] : 235; Q.S al-Nisa>’ [4] : 5 & 8; dan Q.S al-Ahza>b [33] : 32.

9 Q.S al-Nisa>’ [4] : 63.

10

Q.S al-Isra>’[17] : 23.

11

Q.S al-Isra>’ [17] : 28.

12

Q.S al-Nisa>’ [4] : 9.

13

Q.S T{a>ha> [20] : 44.

Page 24: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

5

hari manusia, serta proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non-verbal.

Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.14

Karena itulah, musyawarah tentu saja juga termasuk ke dalam pembahasan

komunikasi, sebab menyangkut hubungan atau interaksi bahasa antar manusia.

Musyawarah merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam umat, yaitu

dapat memberikan sebuah solusi ketika terjadi perdebatan ataupun perbedaan

pendapat. Musyawarah ini juga merupakan salah satu warisan dari al-Qur’an, karena

di dalamnya, konsep musyawarah telah digagas dengan baik.15

Secara konsep, ada beberapa kisah dalam al-Qur’an yang memuat aspek

musyawarah. Dalam hal ini, narasi teks tersebut bukan sekedar kisah saja, tetapi

segala unsur yang ada di dalamnya memuat makna-makna yang dalam bagi pembaca.

Selain itu, narasi kisah tersebut berfungsi sebagai salah satu metode al-Qur’an dalam

menerangkan ajaran-ajaran-Nya16

, tidak terkecuali tema musyawarah yang secara

teknis tersurat dalam ayat al-Qur’an, yang salah satu pengaplikasiannya tercermin

dalam kisah-kisah tersebut. Meskipun di dalam narasi teks kisah tersebut tidak

14

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintasbudaya (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2008), hlm. 3.

15

Abdul Rozak, “Syura dan Demokrasi: Persamaan dan Perbedaannya”, Media Akademika

Volume 25, No. 3, Juli 2010.

16

Baca Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : Dhana Bhakti

Prima Yasa, 2003), hlm. 117.

Page 25: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

6

memuat kata syu>ra> atau musyawarah secara langsung, akan tetapi secara konsep

sudah memuat aspek-aspek musyawarah atau perundingan.17

Metode kisah dalam al-Qur’an memang unik, begitu juga dengan alur kisah

musyawarah di dalamnya. Seperti layaknya yang telah diketahui bahwa narasi kisah

dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita biasa ataupun dongeng pada

umumnya, di sana ada karakteristik yang sangat khas. Unsur waktu dan tempat serta

penokohan memang tidak disebutkan secara detail dan terperinci. Karakter fisik tokoh

juga tidak menjadi perhatian. Al-Qur’an lebih fokus kepada kepribadian tokoh,

motivasi di baliknya serta perilaku-perilakunya.18

Oleh sebab itulah, sangat layak

kiranya jika dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengintegrasi-

interkoneksikan kajian kisah al-Qur’an ini dengan perspektif ilmu psikologi-

komunikasi19

, yang merupakan salah satu cabang dari ilmu komunikasi. Dengan

psikologi-komunikasi ini, akan lebih disorot bagaimana perilaku-perilaku komunikan

serta keadaan psikis para pelakunya, lebih spesifik lagi pada pelaku musyawarah

17

Kata “musyawarah” di dalam al-Qur’an diistilahkan dengan kata “ى رع Wacana .”شهول

musyawarah ini juga disinggung di dalam hadis Nabi saw. dengan penyebutan istilah yang sama.

Secara normatif, ayat yang secara z}ahi>r (lafz\i>) benar-benar mengandung kata dan derivasi kata

hanya didapati berjumlah tiga ayat, yakni Q.S A<li ‘Imra>n ayat 159, Q.S al-Syu>ra> ayat 38 dan ” اشورى“

Q.S al-Baqarah ayat 233.

18

Al-Taha>mi> Naqrah, Si>ku>lu>jiyyah al-Qis}s}ah fi> al-Qur’a>n (Aljazair : Syirkah Tunisia, 1974),

hlm. 348-360.

19

Dalam komunikasi, psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam

proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi karakteristik manusia komunikan serta faktor-

faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada diri komunikator,

psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi

berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak. Lihat Nina

Winangsih Syam, Psikologi sebagai Akar Komunikasi (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011),

hlm. 39.

Page 26: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

7

dalam kisah, tentu saja dalam konteks al-Qur’an. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam

berkomunikasi atau melakukan apapun, manusia tidak bisa terlepas dari sisi

psikologisnya, sebagai salah satu faktor yang memengaruhi atau melatar belakangi

seseorang untuk berbuat atau mengatakan sesuatu.

Ada beberapa kisah musyawarah dalam al-Qur’an, akan tetapi dalam

penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian ini pada 2 (dua) kisah, yakni

kisah musyawarah Ratu Saba’ beserta para pembesar kerajaan dan kisah perundingan

saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. Pemilihan kedua kisah ini bukan berarti tanpa alasan

yang mendasar. Beberapa alasan tersebut antara lain ; 1), kedua kisah ini—yakni

kisah Ratu Saba’ dan saudara-saudara Yusuf—merupakan suatu kisah dengan satu

kesatuan, tidak terpencar dalam surat lainnya dalam al-Qur’an; 2), dari aspek

komunikasi, dua kisah ini sama-sama masuk dalam kategori komunikasi kelompok,

hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam proses analisis. 3), kedua kisah ini

sudah cukup mewakili dua contoh musyawarah yang berlawanan konteks, yakni

dengan tujuan positif dan negatif.

Kisah Ratu Bilqis dengan para menterinya ini, terfokus pada waktu mereka

merundingkan tentang respon seperti apa yang harus diberikan terhadap surat Nabi

Sulaiman a.s. Secara tidak langsung di sini juga terjadi musyawarah di antara mereka.

Ratu Saba’ meminta pendapat kepada para pembesar. Mereka pun menjawab dan

sekaligus mengisyaratkan untuk melawan dan berperang, akan tetapi Ratu tidak

setuju dengan pendapat itu. Bilqis lebih memilih cara halus, damai dan diplomatis.

Page 27: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

8

Mereka mencoba mengirimkan berbagai hadiah kepada Sulaiman. Mungkin cara

tersebut sangat jarang ditempuh oleh kelompok-kelompok lain pada saat itu.

Keputusan dengan jalan damai inilah yang akhirnya berujung pada masuk Islamnya

Ratu dan para pengikutnya.

Hal ini berbeda dengan kisah saudara-saudara Yusuf yang juga melakukan

musyawarah atau perundingan, yakni merundingkan tentang bagaimana cara

mengenyahkan Yusuf selama-lamanya. Hal ini lebih condong ke hal negatif.

Berbanding terbalik dengan cerita sebelumnya. Dalam kedua kisah ini, tentu saja ada

beberapa alasan psikologis yang mendasari dan memengaruhi berlangsungnya

komunikasi tersebut. Hal inilah yang akan menjadi fokus penelitian ini.

Dari kedua contoh tersebut dapat digambarkan bahwa ada keunikan tersendiri

di dalam kedua kisah musyawarah ini. Hal ini bisa dilihat dari alur cerita yang ada

serta bentuk-bentuknya, karena tidak hanya dalam konteks positif saja, tetapi juga

dalam hal negatif. Hal ini menjadi salah satu keunikan al-Qur’an yang merupakan

petunjuk manusia, yang ajarannya disampaikan secara variatif, serta dikemas

sedemikian rupa, dan juga dalam bentuk deskripsi pada kisah-kisah yang

mengandung ibrah bagi manusia.20

Berangkat dari alasan itulah, penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang

musyawarah dalam kisah al-Qur’an, akan tetapi dicoba untuk diintegrasi-

20

Manna’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an terj. Aunur Rofiq el-Mazni

(Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2014), hlm. 392.

Page 28: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

9

interkoneksikan dengan teori psikologi-komunikasi yang tentu saja melingkupi ruang

musyawarah tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kisah musyawarah Ratu Saba’ dan para saudara Yusuf dalam

al-Qur’an dilihat dari perspektif psikologi-komunikasi ?

2. Bagaimana komparasi dari kedua kisah tersebut ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kisah musyawarah Ratu Saba’ dan para saudara Yusuf dilihat

dari perspektif psikologi-komunikasi.

2. Mengetahui komparasi dari kedua kisah tersebut.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Memberikan kontribusi perspektif baru pandangan al-Qur’an tentang

musyawarah melalui metode kisah, serta mengintegrasi-interkoneksikannya

dengan disiplin ilmu lain.

2. Sebagai upaya menebarkan hikmah-hikmah yang dipaparkan kisah dalam

al-Qur’an

Page 29: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

10

3. Sebagai upaya untuk menerapkan konsep musyawarah dalam kehidupan

sehari-hari.

D. Kajian Pustaka

Penulis akui bahwa penulis memang bukan orang yang pertama meneliti dan

menulis tentang musyawarah secara umum. Sudah ada beberapa peneliti sebelumnya

yang telah melakukan penelitian tentang hal ini, baik klasik maupun kontemporer. Di

samping itu, ada beberapa karya ilmiah yang juga membahas hal serupa. Misalnya,

Anang Masduki yang menulis “Konsep Musyawarah dalam surat A<li ‘Imra>n ayat 159

menurut Tafsir al-Mis}ba>h}”.21

Dalam tulisan ini dipaparkan tentang konsep

musyawarah menurut al-Qur’an, akan tetapi lebih spesifik pada surat A<li ‘Imra>n ayat

159. Selain itu tulisan ini juga lebih berorientasi kepada bentuk-bentuk komunikasi

yang dijalin ketika musyawarah tersebut, mengingat konsentrasi kajian ada pada

komunikasi dan penyiaran Islam. Jadi kajian terhadap tafsir al-Misbah di sini tidak

terlalu mendalam. Dari sini ditemukan bahwa konsep musyawarah dalam ayat

tersebut antara lain harus didasari dengan lemah lembut, tidak berlaku keras dan

kasar, memaafkan semua kesalahan orang lain yang diajak bermusyawarah, kemudian

dilanjutkan dengan memohonkan ampun atas kesalahan yang dilakukan orang lain

21

Anang Masduki, “Konsep Musyawarah dalam Surat ‘A<li ‘Imra>n ayat 159”, Skripsi

Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2006, hlm. 1-10.

Page 30: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

11

tersebut, serta bertawakkal kepada Allah atas semua usaha yang telah dilakukan

bersama.

Nur Rochmah, “Analisis Pemikiran Muh}ammad Syahru>r tentang Syura dan

Demokrasi ”. Di sini disebutkan bahwa musyawarah menurut Syahru>r adalah praktek

kebebasan dari sekelompok manusia yang memuat rujukan pengetahuan, etika,

estetika dan adat istiadat. Syahru>r juga menyamakan majlis syura dengan lembaga

legislatif yang salah satu tugasnya adalah membuat undang-undang. Substansinya

adalah kebebasan, harus bertanggung jawab bukan hanya kepada seluruh anggota

sidang, tetapi juga kepada seluruh rakyat.22

Dalam hal ini memang lebih menjurus ke

aspek hukum, bukan kajian al-Qur’an.

Tidak berbeda jauh dengan apa yang dipaparkan Endrizal dalam “Syura dan

Demokrasi dalam Pemikiran Politik Muh}ammad ‘A<bid al-Ja>biri>”. Tulisan ini hanya

melihat syura dalam pandangan al-Ja>biri>. Menurut al-Ja>biri>, syura berbeda dengan

demokrasi, baik dilihat dari sejarahnya maupun penerapannya. Jika hendak

diterapkan di negeri Arab, maka dituntut adanya sebuah revolusi sejarah.23

Skripsi yang lain berjudul “Studi Komparatif Penafsiran Muh}ammad ‘A<bid

al-Ja>biri> dan Muh}ammad Syahru>r tentang Syura”, yang mencoba mengkomparasikan

22

Nur Rochmah, “Analisis Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syura dan Demokrasi”,

Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 64.

23

Endrizal, “Syura dan Demokrasi dalam Pemikiran Politik Muh}ammad ‘A<bid al-Ja>biri>”,

Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, hlm. 147.

Page 31: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

12

kedua tokoh dalam penelitian sebelumnya. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa

sebenarnya di antara keduanya sama-sama mengharapkan demokrasi untuk

diterapkan dalam wilayah Islam, akan tetapi titik bedanya adalah, al-Ja>biri> menolak

pendapat yang menyatakan bahwa syura itu sama dengan demokrasi. Baginya, syura

merupakan sebuah sistem musyawarah yang tidak mengikat seorang pemimpin.

Berbeda dengan Syahru>r yang menyamakan syura dengan demokrasi.24

Sedangkan dalam tulisan Toha Amar, “Prinsip Syura dalam Proses Pemilihan

Khulafa>’ al-Ra>syidi>n” disebutkan bahwa dalam proses pemilihan empat orang

khalifah yang belum pernah diadakan sebelumnya, juga menganut prinsip syura, dan

hal ini terbukti bisa mengatasi perselisihan dan pertentangan yang mewarnai kejadian

tersebut.25

Berbeda dengan Achmad Syahrul yang melihat syura dari segi penafsiran

salah satu mufassir Indonesia, yakni Buya Hamka. Menurut Hamka, dapat

disimpulkan bahwa syura merupakan dasar pemerintahan dalam pembangunan

masyarakat dan negara Islam, walaupun dasar pemikirannya Hamka tidak

24

Irkham Humaidi, “Studi Komparatif Penafsiran Muh}ammad ‘A<bid al-Ja>biri> dan

Muh}ammad Syahru>r tentang Syura”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2006, hlm. 131-132.

25

Toha Amar, “Prinsip Syura dalam Proses Pemilihan Khulafa>’ al-Ra>syidi>n”, Skripsi

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm.77.

Page 32: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

13

menyebutkan negara Islam. Aplikasinya pun tetap memperhatikan konteks, relevan

dalam ruang dan waktu yang berbeda.26

Achmad Fathoni, “Konsep Syura menurut Yu>suf al-Qarad}a>wi>”, di dalamnya

disimpulkan bahwa syura menurut al-Qarad}a>wi> merupakan suatu keharusan yang

multi-dimensional. Syura meliputi tiga aspek kehidupan, yaitu kehidupan individu,

bermasyarakat dan bernegara. Syura dalam kehidupan individual bukan berarti

kebebasan yang tidak terarah, tapi karena individu merupakan bagian dari kehidupan

berbangsa dan bernegara. Beliau menganggap syura terjadi karena seseorang yang

berusaha tidak menyendiri pendapatnya dalam persoalan-persoalan yang memerlukan

kebersamaan fikiran dengan orang lain, selain itu karena pendapat dua orang atau

lebih dalam jamaah itu dianggap lebih mendekati kebenaran dari pada pendapat

seorang saja.27

Ahmad Nursalim menulis “Syura pada Masa Nabi Muhammad saw di

Madinah Tahun 622-632 M dan Aktualisasinya pada Masa Kontemporer”.28

Dalam

tulisan ini dikemukakan bahwa Nabi Muhammad tetap tidak semena-mena dalam

mengambil keputusan dan tetap menghargai tradisi lokal setempat ketika melibatkan

26

Achmad Syahrul, “Penafsiran Hamka tentang Syura dalam Tafsi>r al-Azha>r”, Skripsi

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 60.

27

Achmad Fathoni, “Konsep Syura menurut Yu>suf al-Qarad}a>wi>”, Skripsi Fakultas Syari’ah

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, hlm. 79.

28

Ahmad Nursalim “Syura pada Masa Nabi Muhammad saw di Madinah Tahun 622-632 M

dan Aktualisasinya Pada Masa Kontemporer”, Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2014, hlm. 94-96.

Page 33: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

14

komponen masyarakat yang ada, selalu mengikuti prinsip-prinsip syura serta

menggunakan ijtihad. Bisa mengikuti mayoritas, minoritas bahkan pendapat beliau

sendiri, tergantung kualitas pendapat yang disampaikan dan juga berbagai

pertimbangan.29

Sedangkan Suprianto menulis “Syura dan Demokrasi dalam Pandangan Abu

Bakar Baasyir dan Muhammad Thalib.” Di sana dikemukakan bahwa kedua tokoh

Majelis Mujahidin ini agak berseberangan dalam memandang syura dan demokrasi

meskipun mempunyai satu tujuan untuk menegakkan syariat Islam, Baasyir menilai

bahwa organisasi kepemimpinan adalah otoritas mutlak yang tidak perlu terikat

dengan musyawarah, berbeda dgn M. Thalib yang memandang kepemimpinan MM

bersifat kolektif, mengedepankan asas musyawarah dan kebersamaan dalam

mengusung cita-cita besar penegakan syariat Islam di lembaga negara. Demokrasi

adalah negatif, menurut mereka itu merupakan sistem yang berbeda dengan Islam itu

sendiri, karena dianggap sebagai sesuatu bentuk kekuasaan yang mengikat.30

Amin Mustolih menulis tentang “Hadis-Hadis tentang Syura (Sebuah Kajian

Hermeneutik terhadap Teks Hadis”, membahas tentang hadis-hadis syura yang

memiliki redaksi yang berhubungan dengan persoalan pemimpin dan berusaha

29

Prinsip-prinsip musyawarah ini tercermin pada 3 (tiga) ayat dalam al-Qur’an yang telah

disebutkan sebelumnya, yakni Q.S A<li ‘Imra>n [3] : 159, Q.S al-Syu>ra> [42] : 38 dan Q.S al-Baqarah

[2] : 233.

30

Suprianto “Syura dan Demokrasi dalam Pandangan Abu Bakar Ba’asyir dan Muhammad

Thalib”, Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hlm. 116-117.

Page 34: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

15

mencari pengertian syura dalam perspektif hadis. Hasil penelitian ini adalah

pemaknaan kontekstual dari hadis-hadis syura tentang suseksi pemimpin, yakni

adanya kebebasan dalam menentukan cara-cara atau prosedur-prosedur pengangkatan

pemimpin sesuai dengan kondisi dan situasi yang melingkupinya, tetapi harus sejalan

dengan prinsip-prinsip dasar syura. Syura bukanlah demokrasi dan secara prinsipil

keduanya saling berbeda.31

Beda lagi dengan Abdurrohim dalam “Konsep Syura Menurut Pemikiran

Muh}ammad 'A<bid al-Ja>biri> Tinjauan Fiqih Siyasah”, dalam hal ini Syura berbeda

dengan demokrasi. Entah dilihat dari sejarahnya maupun penerapannya. Menurut al-

Ja>biri, jika demokrasi hendak diterapkan di negeri Arab maka dituntut adanya

revolusi sejarah. Revolusi sejarah yang di butuhkan Bangsa Arab mencakup Revolusi

kesadaran yang berpijak pada pemisahan sempurna antara ke-Esaan di bidang

ketuhanan dan sekutu (pluralitas) di bidang kekuasaan dan politik. Revolusi dalam

pengangkatan penguasa, yakni pengangkatan berdasarkan pertimbangan quot; tokoh

quot; menuju pengangkatan berdasarkan ideologi kepartaian. Selain itu, penting bagi

bangsa Arab untuk mendirikan quot; blok historis quot;. Penyatuan dua elemen utama

masyarakat yang di wakili oleh quot; elit modern quot; dan quot; elit tradisional

quot;. Kelemahan gerakan-gerakan Islam selama ini adalah tidak adanya hubungan

31

Amin Mustolih, “Hadis-Hadis Tentang Syura (Sebuah Kajian Hermeneutik Terhadap Teks

Hadis”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hlm. xi.

Page 35: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

16

baik secara organisatoris maupun emosional antara elit modern dengan masyarakat

umum.32

Dalam literatur-literatur yang telah disebutkan sebelumnya tadi, hemat penulis

hal ini masih berkutat pada pembahasan musyawarah dikaitkan dengan konsep

demokrasi (politis), baik itu kajian tokoh ataupun surat tertentu, komparasi, serta

sedikit merambah ke arah historis serta kontekstualisasi musyawarah.

Penelitian lain yang dirasa lebih berkaitan adalah penelitian yang dilakukan

oleh Robitoh Widi Astuti, berjudul “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif

Kisah dalam Al-Qur’an”. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis,

yakni dalam aspek kisah dan komunikasi.33

Titik tekannya agak berbeda, yakni pada

konsep komunikasi orang tua dan anak, akan tetapi dilihat dari perspektif beberapa

kisah yang bersangkutan. Berbeda dengan penelitian penulis yang juga membahas

kisah dalam al-Qur’an, spesifikasi dalam konteks musyawarah yang tentu saja

bersinggungan dengan komunikasi, akan tetapi dibalut dengan sebuah cabang disiplin

ilmunya, yakni psikologi-komunikasi.

Penelitian kedua, berjudul “Kisah Musyawarah dalam al-Qur’an (Kajian atas

Perundingan Saudara-Saudara Yu>suf dan Ratu Saba’)” yang ditulis oleh Ivadatun

32 Abdurohim, “Konsep Syura Menurut Pemikiran Muh}ammad 'A<bid Al-Ja>biri> Tinjauan Fiqih

Siyasah”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2009, hlm. x.

33 Robitoh Widi Astuti, “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif Kisah dalam al-

Qur’an”, Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011, hlm. vi.

Page 36: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

17

Fikriyah. Penelitian ini memang memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada

objek material, akan tetapi objek formalnya berbeda. Penelitian ini menganalisis

kisah musyawarah dari aspek linguistik dan ideologis34

, sedangkan penulis mencoba

menelusuri lebih dalam dua kisah ini dengan psikologi-komunikasi sebagai pisau

analisisnya. Dari sinilah terdapat celah yang bisa penulis ambil dari berbagai macam

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

E. Kerangka Teoritik

1. Konsep Musyawarah

Kata musyawarah terambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang pada mulanya

bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang,

sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang

lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau

mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk

hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya. Madu bukan saja manis,

melainkan juga obat untuk banyak penyakit, sekaligus sumber kesehatan dan

kekuatan. Itulah sebabnya madu dicari di mana pun dan oleh siapa pun.35

34

Ivadatun Fikriyah, “Kisah Musyawarah dalam al-Qur’an (Kajian atas Perundingan Saudara-

Saudara Yu>suf dan Ratu Saba’)”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan

Kalijaga Yogkakarta, 2015, hlm. xii.

35

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat

(Bandung : Mizan, 2006), hlm. 165.

Page 37: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

18

Madu dihasilkan oleh lebah. Jika demikian, yang bermusyawarah mesti

bagaikan lebah, makhluk yang sangat berdisiplin, kerjasamanya mengagumkan,

makanannya sari kembang, dan hasilnya madu. Di mana pun hinggap, lebah tak

pernah merusak. Ia takkan mengganggu kecuali diganggu, bahkan sengatannya pun

dapat menjadi obat. Seperti itulah makna permusyawarahan, dan demikian pula sifat

orang yang melakukannya. Tak heran jika Nabi saw. menyamakan seorang mukmin

dengan lebah.

Musyawarah pada dasarnya hanya dapat digunakan untuk hal-hal yang baik,

sejalan dengan makna dasarnya, yaitu mengeluarkan madu. Oleh karena itu unsur-

unsur musyawarah yang harus dipenuhi adalah; a) al-haq; yang dimusyawarahkan

adalah kebenaran, b) al-’adl; dalam musyawarah mengandung nilai keadilan, c) al-

hikmah; dalam musyawarah dilakukan dengan bijaksana.

Secara normatif, ayat yang secara z}ahir benar-benar mengandung kata dan

derivasi kata “اشورى ” hanya didapati berjumlah tiga ayat, yakni Q.S A<li ‘Imra>n [3] :

159, Q.S al-Syu>ra> [42] : 38 dan Q.S al-Baqarah [2] : 233. Dari sini ditemukan

bahwa konsep musyawarah dalam ayat tersebut antara lain harus didasari dengan

lemah lembut, tidak berlaku keras dan kasar, memaafkan semua kesalahan orang lain

yang diajak bermusyawarah, kemudian dilanjutkan dengan memohonkan ampun atas

kesalahan yang dilakukan orang lain tersebut, serta bertawakkal kepada Allah atas

semua usaha yang telah dilakukan bersama.

Page 38: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

19

Masing-masing ayat ini menunjukkan musyawarah dalam konteks yang

berbeda. Hal ini agak senada dengan apa yang diungkapkan oleh Yu>suf al-Qarad}a>wi>,

bahwa musyawarah itu setidaknya berada pada tiga ranah, yakni dalam kehidupan

individual atau keluarga, dalam bermasyarakat dan juga bernegara.36

2. Teori Psikologi-Komunikasi

Teori lain yang sekiranya tidak bisa lepas dari pembahasan musyawarah

adalah teori komunikasi, yang dalam penelitian ini dibaur dengan psikologi hingga

menjadi sebuah cabang ilmu perspektif baru, yakni psikologi-komunikasi, dan

diintegrasi-interkoneksikan dengan kajian kisah al-Qur’an, khususnya pembahasan

musyawarah.

Menurut Morissan, psikologi komunikasi mempelajari bagaimana manusia

berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lainnya berdasarkan tinjauan psikologi.

Dengan kata lain, ilmu psikologi komunikasi pada dasarnya dibangun berdasarkan

berbagai teori yang berupaya menjelaskan bagaimana individu berinteraksi satu sama

lainnya berdasarkan tinjauan psikologi.37

Psikologi komunikasi membantu memahami berbagai situasi sosial di mana

kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang

36 Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Sistem Masyarakat Islam dalam al-Qur'an & Sunnah terj. (Solo :

Citra Islami Press, 1997), hlm. 58.

37

Morissan, Psikologi Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 4.

Page 39: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

20

(judgements) menjadi bias karena faktor kepercayaan (belief) dan perasaan (feeling)

serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain.38

Hubungan psikologi dengan komunikasi adalah mengamati gejala perilaku

manusia sebagai individu, individu yang berkelompok, yang berinteraksi dengan

media, yang menjadi komunikator andal dalam mengelola pesan. Psikologi

memandang dan mengamati fenomena perilaku individu ketika ia berinteraksi dalam

peristiwa komunikasi.39

Dalam hal ini ada tiga komponen yang disorot, yakni

komunikator (penyampai pesan), komunikan (penerima pesan) dan juga pesan yang

disampaikan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini terfokus pada penelitian kepustakaan (library research) dan

bukan penelitian lapangan (field research). Dikatakan demikian karena sumber

datanya, baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung adalah bersumber dari

bahan-bahan tertulis yang dipublikasikan dalam bentuk kitab, jurnal dan lain-lain

yang dianggap representative dan termasuk dalam kategori penelitian kualitatif.

Metode yang digunakan adalah metode tematik (maud}u>’i >) konseptual, yakni mulai

38

Morissan, Psikologi Komunikasi..... hlm. 19.

39

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta : Amzah, 2010), hlm. 6.

Page 40: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

21

men-tematik-kan pembahasan ayat-ayat kisah al-Qur’an di dalamnya, yang

mengandung gagasan atau konsep mengenai musyawarah tersebut.40

Untuk memahami masalah yang akan dibahas penulis akan menggunakan

pendekatan psikologi-komunikasi.41

Penelitian ini pada dasarnya menggali gagasan-

gagasan tentang background psikologis dalam pelaku komunikasi (musyawarah),

akan tetapi melalui perspektif kisah dalam al-Qur’an.

Sedangkan langkah-langkah metodologis bisa disederhanakan sebagai berikut

: pertama, menetapkan tema yang akan dibahas, yakni tema tentang musyawarah.

Kedua, menghimpun kisah-kisah yang berkaitan dengan tema. Ketiga, menyeleksi

kisah-kisah yang lebih spesifik dan memenuhi kriteria. Keempat, mendeskripsikan

kisah tersebut secara singkat, hanya fragmentasi kisah yang terkait dengan fokus

masalah penelitian, yakni narasi pada bagian musyawarah. Kelima, menganalisis

kisah musyawarah tersebut berdasarkan teori psikologi-komunikasi secara terpisah,

didukung dengan tafsir ayat agar lebih komprehensif. Keenam, mengkomparasikan

40

Sebagaimana yang digagas oleh Abdul Mustaqim, riset tematik bisa dikategorikan menjadi

empat macam, yaitu tematik surat, tematik term, tematik konseptual serta tematik tokoh, internal

maupun eksternal. Lihat Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir” (Yogyakarta :

Idea Sejahtera, 2014), hlm. 61-63.

41

Psikologi komunikasi adalah sebuah pendekatan yang memadukan komunikasi dengan

psikologi, karena di antara disiplin ilmu yang agak menetap mempelajari komunikasi adalah psikologi,

selain sosiologi dan filsafat. Psikologi juga tidak bisa lepas dari sebuah interaksi sosial. Dalam hal ini

bisa dibagi menjadi sistem komunikasi interpersonal, intrapersonal dan sistem komunikasi kelompok.

Senada dengan tiga kategorisasi ayat al-Qur’an tentang musyawarah yang telah disebutkan

sebelumnya. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009),

hlm. 48-143.

Page 41: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

22

antara kisah serta menangkap ideal-moral kisah musyawarah perspektif psikologi-

komunikasi tersebut.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan dan memperoleh penyajian yang konsisten dan

terarah, diperlukan urutan pembahasan yang sistematis, antara lain sebagai berikut;

Bab I, berisikan tentang rancangan penelitian. Dimulai dengan pengenalan

masalah pada latar belakang. Kemudian, permasalahan yang akan dibahas itu

dipertegas pada rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Untuk melihat posisi

penelitian ini dari penelitian-penelitian lainnya, maka bab ini juga dilengkapi dengan

telaah pustaka. Penulis sertakan juga kerangka teori untuk membatasi objek

permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, sebagaimana penelitian lainnya, tentu saja

penelitian ini memiliki tujuan tertentu yang bisa dilihat pada subbab tujuan penelitian.

Selanjutnya, bab ini akan ditutup dengan sistematika pembahasan.

Bab II, penulis akan memberikan penjelasan atau gambaran umum mengenai

teori yang akan digunakan, yakni psikologi-komunikasi. Dalam bab ini akan dibahas

sejarah atau awal mula terbentuknya ilmu komunikasi, sampai akhirnya

bersinggungan dengan berbagai disiplin ilmu lain, salah satunya adalah psikologi

tersebut. Pada sub-bab terakhir akan dibahas tentang kontekstualisasi dan penerapan

teori tersebut dengan kajian al-Qur’an, disertai alasan-alasan yang mendasar.

Page 42: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

23

Bab III, berisikan dua sub pembahasan. Sub bab pertama akan membahas

konsep musyawarah dan kaitannya dengan komunikasi secara umum. Sub bab kedua

akan mengerucut pada kisah musyawarah dalam al-Qur’an, meliputi batasan kisah

musyawarah dan contoh kisah-kisah musyawarah dalam al-Qur’an. Pembahasan ini

penting untuk menjelaskan bagaimana bentuk narasi cerita musyawarah yang

dikisahkan dalam al-Qur’an, serta mengenai batasan kisah yang diambil penulis, yang

tentu saja nanti akan dianalisis dengan teori yang ada pada bab II.

Bab IV, di sini penulis akan memaparkan analisis kisah musyawarah dalam

al-Qur’an berdasarkan teori yang dirinci pada bab II, serta mengambil nilai-nilai

filosofis dari kisah-kisah tersebut, yang tentu saja sesuai dengan koridor awal yang

disetting sebelumnya.

Bab V, akan dijadikan sebagai penutup dalam penelitian ini yang akan

berisikan kesimpulan dari beberapa permasalahan yang telah disampaikan

sebelumnya. Bab ini juga berisikan beberapa saran dan rekomendasi yang dapat

dijadikan objek penelitian selanjutnya.

Page 43: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

139

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dalam tema dua kisah tentang

musyawarah ini, ada beberapa poin yang dapat disimpulkan, antara lain :

Pertama, ada beberapa aspek yang dikaji dalam Psikologi-Komunikasi, yaitu : 1).

Komunikator, 2) komunikan dan 3) aspek pesan yang disampaikan.

Dalam kisah pertama, musyawarah Ratu Saba’ dan para pembesar kerajaan,

dapat disimpulkan bahwa dalam musyawarah ini, berarti Ratu Saba’ dikategorikan

sebagai komunikator, yakni penyampai pesan. Sedangkan yang berposisi sebagai

komunikan adalah atau berarti pembesar-pembesar, sedangkan dari aspek ”الملؤا”

pesan, pesan yang ada dalam proses perundingan Ratu Saba’ ini sudah dapat

tersampaikan kepada komunikator dan tersusun dengan baik. Hal ini bisa dilihat

dari struktur atau runtutan kalimat yang disampaikan komunikator kepada para

komunikan, yakni terdiri dari pengantar, pernyataan, argumen dan kesimpulan.

Struktur ini terdapat pada Q.S al-Naml ayat 29-34.

Dalam kisah kedua, musyawarah atau perundingan antara saudara Nabi

Yusuf a.s, yang mengambil posisi komunikator (penyampai pesan pertama kali)

adalah dua orang dari sepuluh saudara Yu>suf yang ikut perundingan, hal ini

tersurat pada Q.S Yu>suf ayat 9 dan 10. Kedua, komponen komunikan (penerima

pesan), yakni delapan saudara Yu>suf yang lain, yang tersurat pada dua ayat yang

sama. Sedangkan komponen ketiga adalah pesan yang disampaikan, dalam kisah

Page 44: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

140

ini argumentasi dalam hal ini tidak dimunculkan pada ayat. Argumentasi hanya

ada pada tafsir-tafsir ayat. Langsung pada aksi yang dilakukan mereka. Begitu

juga dengan kesimpulan. Mereka memang tidak langsung berkata, akan tetapi di

dalam ayat tersurat bahwa mereka telah sepakat dengan pendapat dan argumen

yang terakhir. Hal ini digambarkan pada ayat-ayat selanjutnya yang menunjukkan

kesepakatan.

Setelah membandingkan kedua kisah ini, dapat disimpulkan bahwa dari

aspek karakter komunikator, kedua komunikator kisah ini sama-sama mempunyai

kredibilitas dan kekuasaan, akan tetapi komunikator dalam musyawarah nabi

Yusuf tidak sekuat yang ada pada komunikator kisah pertama, yakni ratu Saba’.

Sedangkan dari aspek komunikan juga terbagi menjadi dua golongan. Golongan

pertama psiko-analisis, yang dalam menerima atau menangkap pesannya masih

terjebak oleh keinginan-keinginan terpendam dalam diri. Berbeda dengan

behaviorisme yang lebih condong kepada pengaruh lingkungan sekitar.

Dari aspek pesan, kisah musyawarah Ratu Saba’ lebih terstruktur

dibandingkan dengan kisah musyawarah saudara Yusuf. Struktur pesan yang

terdiri dari pengantar, pernyataan, argumen dan terakhir ditutup dengan

kesimpulan ini diwakili dengan struktur pesan dalam musyawarah Ratu Saba’.

Berbeda dengan struktur pesan musyawarah saudara nabi Yusuf yang

argumentasinya tidak tersurat dalam ayat tersebut.

Dari aspek tujuan dan efek komunikasi yang ditimbulkan, kedua kisah ini

masing-masing memiliki persuasi, yang didefinisikan sebagai “proses

memengaruhi pendapat, sikap dan tindakan”, akan tetapi persuasi keduanya

Page 45: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

141

berbeda. Musyawarah ratu Saba’ lebih kepada memengaruhi pendapat saja, karena

sebenarnya sikap para menteri atau pembesar tersebut sudah sangat patuh dan

ta’zim kepada sang Ratu, mengenai tindakan sebagai bentuk kesimpulan hasil

musyawarah hanya diwakili segelintir orang saja. Dalam kasus saudara Yusuf,

akhir atau kesimpulan dari semuanya dibuktikan dengan tindakan real dari semua

komunikan. Mengenai efek yang ditimbulkan, dua kisah ini memiliki kesamaan,

yakni efektif dan konatif.

Dilihat dari lingkup musyawarah perspektif umum, keduanya berbeda

konteks. Ratu Saba’ dalam lingkup pemerintahan atau negara, sementara saudara

Yusuf dalam lingkup keluarga atau pribadi. Sedangkan dalam ilmu komunikasi

kedua kisah ini masih termasuk komunikasi dua arah dan komunikasi kelompok.

B. Saran-Saran

Setelah penulis mengkaji kisah musyawarah perspektif psikologi-

komunikasi ini, selanjutnya penulis akan memberikan saran sebagai berikut :

1. Penulis baru mengkaji dua kisah dari beberapa kisah yang bertema

musyawarah dalam al-Qur’an, masih ada kisah-kisah musyawarah yang lain yang

masih sangat layak dan menarik untuk diteliti, dan juga bisa dari berbagai

perspektif keilmuan.

2. Dalam meneliti kisah bertema musyawarah dalam al-Qur’an ini,

penulis menggunakan perspektif psikologi-komunikasi, yang secara garis besar

mengkaji karakter-karakter yang terlibat dalam proses komunikasi ini, khususnya

Page 46: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

142

musyawarah. Jika dilihat dari cabang-cabang komunikasi, masih terdapat banyak

perspektif lain selain psikologi, seperti sosiologi, filsafat, pendidikan, dan

sebagainya.

Page 47: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

143

DAFTAR PUSTAKA

A.S, Hornby. Oxford Advanced Learner’s Dctionary of Current English, Fifth

Edition. London : Oxford University Press. 1995.

Abdul Ghafur, Waryono. Tafsir Sosial : Mendialogkan Teks dengan Konteks.

Yogyakarta : eLSAQ Press, 2005.

Abdurohim, “Konsep Syura Menurut Pemikiran Muhammad 'Abid Al-Jabiri

Tinjauan Fiqih Siyasah”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. 2009.

Amar, Toha. “Prinsip Syura Dalam Proses Pemilihan Khulafaur Rasyidin”.

Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.

Anwar, Muh. Nurul. “Nabi Yu>suf dan Saudara-Saudaranya dalam al-Qur‟an”.

Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2008.

Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta : Amzah. 2012.

al-Asfaha>ni>, Al-Ra>gib. al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur’a>n (Mesir : Mustafa al-Ba>b

al-H}alab. 1961.

Astuti, Robitoh Widi. “Komunikasi Orang Tua dan Anak Perspektif Kisah dalam

al-Qur‟an”. Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011.

Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Dhana

Bhakti Prima Yasa. 2003.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung :

Remaja Karya. 1986.

Endrizal, “Syura dan Demokrasi dalam pemikiran politik Muhammad Abid al-

Jabiri”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2006.

Fathoni, Achmad. “Konsep Syura menurut Yusuf al-Qaradhawi”. Skripsi Fakultas

Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.

Fikriyah, Ivadatun. “Kisah Musyawarah dalam al-Qur‟an (Kajian atas

Perundingan Saudara-Saudara Yusuf dan Ratu Saba‟”. Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogkakarta. 2015.

Gunawan, Budi. Teroris : Mitos dan Konspirasi. Jakarta : Forum Media Utama.

2006.

Page 48: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

144

H}ali>m, „Adil Must}afa> ‘Abdul. Kisah Bapak dan Anak dalam al-Qur’an terj.

Abdul Hayyie al-Katani dan Fitriah Wardie. Jakarta : Gema Insani Press.

2003.

Hani‟ah. “Formula Kaidah Diksi dalam Ayat-Ayat Al-Quran dan

Implementasinya dalam Kesantunan Berbahasa Masyarakat Madura” dalam

Kompetensi.trunojoyo.ac.id.

Hidayat, Komaruddin dan Muhammad Wahyuni Nafis. Agama Masa Depan;

Perspektif Filsafat Perennial. Jakarta: Paramadina. 1995.

Humaidi, Irkham. “Studi Komparatif Penafsiran Muhammad „Abid al-Jabiri dan

Muhammad Syahrur tentang Syura”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2006.

Ibrahim, Muhammad A. Jadul Mawla dan M. Abu al-Fadhl. Buku Induk Kisah-

Kisah al-Qur’an terj. Abdurrahman Assegaf. Jakarta : Zaman. 2009.

Ismail, Nurjannah. Perempuan dalam Pasungan : Bias Laki-Laki dalam

Penafsiran. Yogyakarta : LkiS. 2003

KBBI.web.id/musyawarah, diakses pada tgl 5 Mei 2015, pukul 11.32 WIB.

Khalafullah, Muhammad Ahmad. al-Qur’an bukan Kitab Sejarah : Seni, Sastra

dan Moralitas dalam Kisah-Kisah al-Qur’an terj. Zuhairi Misrawi dan Anis

Maftukhin. Jakarta : Paramadina, 2002.

al-Khalidy, Shalah. Kisah-Kisah al-Qur’an : Pelajaran dari Orang-Orang

Terdahulu jilid 3. Jakarta : Gema Insani Press. 2000.

Khali>l, Syauqi> Abu>. Atlas al-Qur’an : Mengungkap Kebesaran al-Qur’an terj. M.

Abdul Ghoffar. Jakarta : Almahira. 2008.

Lajnah Pentashih al-Qur‟an, Kementrian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an

dan Terjemahnya. Bandung :

Mahbub, Fauz. Berpikir Seperti Nabi : Perjalanan Menuju Kepasrahan.

Yogyakarta : LKiS. 2009.

al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsi>r al-Maragi jilid 19, terj. Bahrun Abubakar, dkk.

Semarang : Toha Putra. 1987.

Mashun, M. Fathoni . Baju Bertuah Nabi Yusuf : Menguak Sisi Lain dari al-

Qur’an dan Hadis. Yogyakarta : Indie Book Corner. 2012

Page 49: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

145

Morissan, Teori Komunikasi : Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan

(Bogor : Ghalia Indonesia. 2009.

Muljana, Slamet. Tafsir Sejarah Negara Kretagama. Yogyakarta : LkiS. 2006.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung

: Remaja Rosdakarya. 2008.

----------------------. Komunikasi Interpersonal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2000.

Mulyana, dkk, Deddy. Ilmu Komunikasi : Sekarang dan Tantangan Masa Depan.

Jakarta : Kencana. 2011.

al-Munawwar, Said Agil Husein. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki. Jakarta : Ciputat Press. 2002.

Mustaqim, Abdul .“Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir”. Yogyakarta : Idea

Sejahtera. 2014.

Mustolih, Amin. “Hadis-Hadis Tentang Syura (Sebuah Kajian Hermeneutik

terhadap Teks Hadis”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. 2010.

Nadhiroh, Wardatun. Narrative Criticism sebagai Metodologi Kajian Kisah al-

Qur‟an (Studi atas Kajian A.H Johns. Tesis pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. 2013.

Naina, Akhmadsyah. Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia (Jakarta :

Kompas, 2008), hlm. 389.

Naqrah, Al-Taha>mi>. Si>ku>lu>jiyyah al-Qis}s}ah fi> al-Qur’a>n. Aljazair : Syirkah

Tunisia. 1974.

Northouse, Peter G. Leadership : Theory and Practice, Fifth Edition. Thousand

Oaks. California : SAGE Publication. 2010.

Nurdin, Ali. Qur’anic Society : Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-

Qur’an. (Jakarta : Erlangga. 2006.

Nurhadi, Dzulhaq. Nilai-Nilai Pendidikan Kisah Yusuf a.s dalam al-Qur‟an, Tesis

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2006.

Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika al-Qur’an : Makna di Balik Kisah Ibrahim.

Yogyakarta : LKiS. 2009.

Page 50: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

146

al-Qarad}a>wi>, Yu>suf. “Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah”.

Solo : Citra Islami Press. 1997.

al-Qat}t}a>n, Manna‟ Khali>l. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an terj. Aunur Rofiq el-

Mazni. Jakarta : Pustaka al-Kautsar. 2014.

Qut}b, Sayyid. Tafsi>r fi Z\\|ila>l al-Qur’a>n : Di Bawah Naungan al-Qur’an terj. As’ad

Yasin, dkk. Jakarta : Gema Insani Press. 2012.

Raharjo, Dawam. Ensiklopedi al-Qur’an. Jakarta : Paramadina. 1996

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

2009.

---------------------------. Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut al-Qur‟an, Audienta

: Jurnal Komunikasi. 1994.

Al-Rifa‟i, M. Nasib. Kemudahan dari Allah : Ringkasan Kitab Tafsir Ibnu Kasir

III. Jakarta : Gema Insani Press. 1999.

Rochmah, Nur. “Analisis Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syura dan

Demokrasi”. Skripsi Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2014

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta :

Rineka Cipta. 2009.

Rohman, Abd. Komunikasi dalam al-Qur’an : Relasi Ilahiyah dan Insaniyah.

UIN Malang Pres : Malang. 2007.

Saputra, Mulyadi. “Pendekatan Psikologi dalam Komunikasi” dalam

www.inspirasi-komunikasi.com,

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an

vol. 6. Jakarta : Lentera Hati.

-------------------------. Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung : Mizan.

------------------------. Membumikan al-Qur’an. Bandung : Mizan. 2007.

Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama. 2008.

Smith, Mark. Melihat Aura dalam Waktu 60 Detik terj. T. Hermaya. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. 1997.

Page 51: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

147

Soyomukti, Nurani. Pengantar llmu Komunikasi. Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

2010.

Sulistyawati. “Alternasi Sapaan Bahasa Jawa di Kraton Yogyakarta” dalam

Humaniora, buletin Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, vol. 20

Suprianto. “Syura dan Demokrasi dalam Pandangan Abu Bakar Ba‟asyir dan

Muhammad Thalib”. Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. 2010.

Syahrul, Achmad. “Penafsiran Hamka tentang Syura dalam Tafsir al-Azhar”.

Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.

Syam, Nina Winangsih. Psikologi sebagai Akar Komunikasi. Bandung : Simbiosa

Rekatama Media. 2011.

Tantawi, Muhammad Sayid. Banu Israil fi al-Qur’an. Kairo : Dar el-Syuruq.

2000.

al-‘Umari>, Ah>mad Jama>l. Dira>sa>t fi Tafsi>r al-Maud}u>’i> li al-Qas}as} al-Qur’a>n. Kairo : Maktabah al-Khaniji. 2001.

Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. 2008.

www.wikipedia.org.

al-Zuhaili>, Wahbah. Tafsir al-Wasith jilid 2 terj. Muhtadi, dkk. Jakarta : Gema

Insani Press. 2003.

Page 52: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

148

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Miftahul Jannah

Tampat, Tanggal Lahir : Barabai, 8 Agustus 1991

No. Hp : 081355119398/085878247924

Email : [email protected]

Alamat Asal : Banua Kupang, RT/RW 01 kec. LAU kab. HST, Kal-Sel

Motto : “Seimbangkan dunia akhiratmu”.

Alamat : PP Ali Maksum, Jln. KH. Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta.

Nama Orang tua

Nama Ayah : Ir. Anis Hamidi

Nama Ibu : Juairiah

Riwayat Pendidikan :

1. TK Harapan Ibu, LAU, Kalimantan Selatan TA. 1996-1998

2. SDN 2 BANUA KUPANG, LAU, Kalimantan Selatan TA. 1998-2003

3. MTs Negeri Walangku, HSU, Kalimantan Selatan TA. 2003-2006

4. MA. NIPI PP. Rasyidiyah Khalidiyah, Amuntai, Kalimantan Selatan, TA. 2006-

2009

5. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, TA. 2009-2012

6. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, TA.2013-

2015

Pengalaman Organisasi :

1. Sekretaris OSIS MTs Negeri Walangku, Barabai periode 2005-2006

2. Ketua II NM (OSIS) MA NIPI Rasyidiyah Khalidiyah, Amuntai, periode 2007-

2008

Page 53: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

149

3. Seksi Keagamaan Asrama Darul Hikmah PP. Rasyidiyah Khalidiyah, Amuntai,

periode 2007-2008

4. Anggota Forum Silaturrahim Pelajar (FOSPEL) Amuntai 2007-2008

5. Anggota Himpunan Pelajar Rakha (HIMPAR) Barabai, HST, Kal-Sel.

6. Anggota Divisi Pengembangan Minat dan Bakat ISMA PP. Aji Mahasiswa Al-

Muhsin, periode 2009-2011.

Pengalaman Kerja:

1. Staff Pengajar TPA al-Muhsin 2010-2011

2. Staff pengajar SMP-SMA Ali Maksum 2014-sekarang

3. Staff pengajar diniyah SMP-SMA Ali Maksum 2013-sekarang

4. Pembimbing/Supervisor Asrama Putri SMP-SMA Ali Maksum

5. Staff Tata Usaha SMA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta

Prestasi/ Penghargaan:

1. Juara III Lomba Nyanyi Solo Tingkat SD, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

Kalimantan Selatan tahun 2001.

2. Peraih Beasiswa Siswi Berprestasi SD dari Bupati Hulu Sungai Tengah, 2002.

3. Siswi Teladan MTs Negeri Walangku, 2003-2004.

4. Juara Umum/Peraih Nilai UN tertinggi MTsN Walangku, 2005.

5. Juara III Lomba Hadroh tingkat Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2005.

6. Juara III Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) tingkat Kabupaten Hulu Sungai

Utara, 2006.

7. Juara II Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ) tingkat Kabupaten Kapuas, Kal-Teng,

2006.

Page 54: KISAH MUSYAWARAH RATU SABA' DAN SAUDARA NABI YUSUF

150

8. Juara I cabang Rebana (Qasidah Islami) POSPEDA tingkat Kalimantan Selatan,

2007.

9. Peserta lomba cabang Rebana (Qasidah Islami) Tingkat Nasional, POSPENAS di

Samarinda, Kal-Tim, 2007.

10. Juara I lomba “English Article Writing Contest”, Language Centre of State

Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

11. Juara III Senam Santri POSPEDA Bantul 2011.

12. Peraih Beasiswa Porgram Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kemenag UIN

Sunan Kalijaga.

13. Santri Teladan PP. Aji Mahasiswa al-Muhsin Krapyak, periode 2009-2010

14. Santri Teladan PP. Aji Mahasiswa al-Muhsin Krapyak, periode 2011-2012.

Karya Tulis :

1. “National Education Day”, artikel dalam English Article Writing Contest, Pusat

Bahasa UIN Sunan Kalijaga, 2010.

2. “Kemukjizatan al-Qur’an dalam Penciptaan Telinga (Telaah atas Kitab I’ja>z al-

Qur’a>n fi> Hawwa>s al-Insa>n karya Muh}ammad Kama>l ‘Abd al-‘Azi>z), Skripsi S-1

IAT, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2013.

3. “Living Hadis dalam Tradisi Menjaga Kubur Masyarakat Banjar Kabupaten Hulu

Sungai Tengah Kalimantan Selatan”, dalam Esensia : Jurnal Ilmu-Ilmu

Ushuluddin, vol. XV no. 1 April 2014.

4. “Kisah Musyawarah Ratu Saba’ dan Saudara Nabi Yusuf dalam al-Qur’an

(Perspektif Teori Psikologi-Komunikasi)”, Tesis S-2 SQH, Pascasarjana UIN

Sunan Kalijaga, 2015.