isi makalah ratu adil

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos Ratu Adil dipergunakan masyarakat untuk meraih semangat pemberontak yang berjuang mengguling pemerintah Belanda. Sartono Kartodirdjo dalam kajiannya mengenai latar belakang Pemberontakan Banten dan gerakan millenarian pada tahun 1888 menyebutkan bahwa mitos Ratu Adil sangat berpengaruh bagi masyarakat dan mitos tersebut berkembang dari masyarakat yang telah mengalami ketertindasan dan ketidakadilan. Selanjutnya menurut Sartono Kartodirdjo tentang sejarah anti-kolonialisme, sedikitnya 13 gerakan millenarian yang telah berkembang di Jawa selama penjajahan Belanda. Ratu Adil merupakan mitos figur pemimpin masyarakat idaman sehingga tercapai kedamaian dan kesejahteraan. Dia adalah tokoh yang hidup yang diberikan wahyu dan direstui para dewa-dewi untuk memimpin masyarakat. Sebagai sebuah ideologi, maka faham Ratu Adil (millenarianisme) atau Juru Selamat (mesianisme) dalam “perjuangan” atau aplikasinya menampakkan struktur yang matang. Inilah sebabnya, pada masa lalu gerakan-gerakan keagamaan yang telah diramu dengan faham Ratu Adil merupakan ancaman yang sangat potensial bagi rezim kolonial. Sementara dipihak lain, terdorong oleh ketakutan pemerintah kolonial terhadap kekuatan-kekuatan spiritual (Islamofobi) dan sesuai pula dengan politik devide et impera 1

Upload: nirwansyah-eka-bimatara

Post on 28-Jan-2016

172 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

ratu adil kwn

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah RATU ADIL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mitos Ratu Adil dipergunakan masyarakat untuk meraih semangat

pemberontak yang berjuang mengguling pemerintah Belanda. Sartono Kartodirdjo

dalam kajiannya mengenai latar belakang Pemberontakan Banten dan gerakan

millenarian pada tahun 1888 menyebutkan bahwa mitos Ratu Adil sangat berpengaruh

bagi masyarakat dan mitos tersebut berkembang dari masyarakat yang telah mengalami

ketertindasan dan ketidakadilan. Selanjutnya menurut Sartono Kartodirdjo tentang

sejarah anti-kolonialisme, sedikitnya 13 gerakan millenarian yang telah berkembang di

Jawa selama penjajahan Belanda. Ratu Adil merupakan mitos figur pemimpin

masyarakat idaman sehingga tercapai kedamaian dan kesejahteraan. Dia adalah tokoh

yang hidup yang diberikan wahyu dan direstui para dewa-dewi untuk memimpin

masyarakat.        

Sebagai sebuah ideologi, maka faham Ratu Adil (millenarianisme) atau Juru

Selamat (mesianisme) dalam “perjuangan” atau aplikasinya menampakkan struktur

yang matang. Inilah sebabnya, pada masa lalu gerakan-gerakan keagamaan yang telah

diramu dengan faham Ratu Adil merupakan ancaman yang sangat potensial bagi rezim

kolonial. Sementara dipihak lain, terdorong oleh ketakutan pemerintah kolonial

terhadap kekuatan-kekuatan spiritual (Islamofobi) dan sesuai pula dengan politik

devide et impera maka gerakan-gerakan tadi disamakan dengan gerakan revolusioner

atau gerakan anti asing yang harus diberantas secara tuntas. 

Gerakan-gerakan tersebut merupakan alat perjuangan “kelompok terjajah” 

terhadap penjajah atau kelompok yang dianggap menjajah. Dalam perjuangan tersebut,

selalu ditampilkan ciri-ciri khusus, baik yang menyangkut watak pimpinan, pola

ideologi, maupun sistem kepercayaannya. 

Seorang pemimpin agama selalu dianggap sebagai prophet, guru, dukun,

tukang sihir atau utusan mesias, serta diakui diilhami oleh wahyu atau wangsit.  Tokoh-

tokoh prophetic dipercaya sebagai orang-orang suci yang memiliki kekuatan gaib yang

didasarkan pada pembawaan karisma seperti wahyu, keramat atau sakti.  Adapun pola

ideologi semua gerakan keagamaan ialah penolakan terhadap situasi yang ada dan

harapan akan datangnya millenium, yang akan menciptakan masyarakat ideal dan

1

Page 2: Isi Makalah RATU ADIL

romantis, tiada lagi pertentangan, ketidakadilan dan penderitaan, serta tidak akan ada

penyakit dan pencuri. 

Contoh-contoh gerakan Ratu Adil yang bersifat keagamaan dapat ditunjukkan

antara lain adalah peristiwa Nyi Aciah di Sunda (1870 - 1871), kasus Jumadilkubra di

Pekalongan dan Banyumas tahun 1871, peristiwa Jasmani di Jawa Timur tahun 1887,

dan masih banyak lagi yang lain, namun intinya sama, yaitu bahwa seseorang yang

mendapat wahyu kemudian mengajak warga desa untuk mengadakan “pemberontakan”

terhadap kekuasaan Eropa, dengan akibat ditumpasnya gerakan itu dengan kejam. 

Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa gerakan-gerakan keagamaan pada

umumnya menyandang watak reaksi total yaitu menolak kehadiran Eropa. Dengan

demikian, millenarianisme pada asasnya berwatak revolusioner karena berkaitan

dengan perombakan status quo secara total. Adapun alat yang dipakai sebagai dasar

gerakan tersebut adalah agama, jadi sifatnya religius. 

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana munculnya mitos ratu adil?

2. Bagaimana pandangan tentang ratu adil di kalangan masyarakat?

3. Bagaimana perkembangan mitos ratu adil?

4. Bagaimana konsep keadilan dalam masyarakat?

5. Bagaimana peran ratu adil dalam tercapainya keadilan masyarakat?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui munculnya mitos ratu adil

2. Mengetahui dan memahami pandangan tentang ratu adil dikalangan masyarakat

3. Mengetahui perkembangan mitos ratu adil

4. Memahami konsep keadilan dalam masyarakat

5. Memahami peran ratu adil dalam tercapainya keadilan masyarakat

2

Page 3: Isi Makalah RATU ADIL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Mitos Ratu Adil

Sejak kapan mitos Ratu Adil  muncul masih butuh penelitian dan pengkajian

mendalam.  Namun bisa diperkirakan semasa dengan lahirnya ‘Jangka Jayabaya’ dan

ceritera mitos tentang ‘Sabdapalon Nayagenggong’.  Bila dirunut melalui literatur Jawa

yang ada, maka lahirnya mitos-mitos tersebut pada jaman ‘Kapujanggan’ di Keraton

Surakarta.  Suatu masa yang bisa disebut sebagai ‘jaman keemasan Jawa’ di bidang

sastra, budaya, dan merupakan ‘kebangkitan’ spiritualisme Jawa.  

            Mitos Ratu Adil kemudian banyak disinggungkan dengan cerita ramalan yang

populer dengan sebutan “Jangka Jayabaya”.  Dan ketika muncul kemudian tentang

mitos “Sabdapalon Nayagenggong”, wacana datangnya Ratu Adil disinggungkan

dengan mitos “Satria Piningit”.  Hal ini nampak jelas termuat dalam “Serat

Darmagandhul”, dimana disebutkan bahwa “Satria Piningit” yang akan mengentaskan

Jawa adalah momongan “Sabdapalon Nayagenggong”.

Ratu Adil sebagai pengadopsian kepercayaan akan hadirnya ‘Imam Mahdi’ yang

akan muncul kembali menjelang datangnya hari kiamat nanti.   Sedang wacana hadirnya

Ratu Adil yang disinggungkan dengan Yesus Kristus yang akan turun kembali dan

Imam Mahdi yang juga akan muncul kembali kiranya terlalu berlebihan.  Masalahnya,

turunnya Yesus dan munculnya Imam Mahadi berkaitan dengan akan datangnya hari

kiamat.  Sementara mitos Ratu Adil (Jangka Jayabaya, Sabdapalon Nayagenggong, dll.)

adalah wacana “kerinduan” umat Jawa akan hadirnya suatu “pemerintahan negara”

yang adil dan mampu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.  Suatu

kerinduan yang membumi dan mungkin terjadi. Kenyataan sejarah, pada jaman

sebelumnya Jawa pernah mencapai “pemerintahan negara” yang dirindukan rakyat

tersebut.  Pada serat-serat kapujanggan, jaman keemasan Jawa disebutkan pada jaman

Jayabaya (Kediri) dan Brawijaya (Majapahit).

 Ketika internalisasi bernegara sudah berjalan lama, maka rakyat Jawa

berpandangan bahwa negara adalah kanugrahan (berkah) dari Tuhan Yang Maha

Kuasa. Bukan sekedar kontrak politik sebagaimana teori modern dari Barat. Dipandang

sebagai berkah, maka negara mestinya dipimpin seorang ratu yang adil dan arif

bijaksana.  Pada wacana inilah, Jawa memandang bahwa pemimpin negara adalah

3

Page 4: Isi Makalah RATU ADIL

orang yang “kewahyon”.  Ketika pemimpin bukan yang “kewahyon”, maka tidak  akan

banyak membawa “berkah” bagi  rakyat Jawa.

Persoalan hingga lahir mitos Ratu Adil, bahwa pada kenyataannya pemerintah

keraton dan penjajah Hindia Belanda jaman itu, jauh dari kriteria adil dan bijaksana.

Sementara rakyat yang mendambakan perubahan sudah tidak memiliki daya dan

kekuatan. Demikian pula para “sujana sarjana” (pujangga) yang hatinya berpihak

kepada rakyat dibatasi ruang geraknya.  Maka kemudian mereka menggulirkan wacana

“pemberontakan” dengan melahirkan mitos akan hadirnya  Ratu Adil. Dengan

demikian, mitos Ratu Adil bisa kita asumsikan sebagai “pemberontakan” kaum cerdik

pandai Jawa dalam mengupayakan perubahan sosial masyarakat.

Di jaman ini, meski tidak ada upaya pemberdayaan apapun, mitos akan hadirnya

Ratu Adil tetap ada di sanubari rakyat tertindas, terpinggirkan, dan terabaikan.  Getaran

mitos tersebut secara alamiah akan semakin berkobar yang makna harfiahnya kecewa

terhadap pemerintahan yang ada.

Oleh karena itu, “Mitos Ratu Adil” yang masih dipercayai rakyat akan

memelihara sikap kritis terhadap keadaan negara dan bangsa yang sangat jauh citranya

sebagaimana yang ada pada nurani rakyat, “negara adalah berkah Tuhan”. Pada

dasarnya, mitos Ratu Adil bisa dijadikan tema gerakan rakyat untuk bisa menghadirkan

pemimpin-pemimpin yang benar-benar negarawan.  Peluangnya ada, karena sistim

rekruting pemimpin secara pemilihan langsung oleh rakyat.  Persoalannya, bagaimana

menanamkan kesadaran kepada rakyat pemilih untuk bisa memberikan suara kepada

tokoh pilihan yang negarawan tersebut.  Untuk itu, penting diinternalisasikan piwulang

dalam Serat Wulangreh yang mengarahkan untuk memilih pemimpin yang bukan

botoh, durjana, pemadat, dan orang berjiwa bakul saudagar.

2.2 Berbagai Pandangan Tentang Ratu Adil

Ratu Adil atau Satrio Piningit adalah sosok hamba  yang masih mengundang

beribu pertanyaan. Dalam persepsi orang jawa, dia adalah hamba yang  berdemensi

ganda, jiwanya di langit sementara jasadnya menetap di bumi.  Dia tokoh  yang adil dan

bijak yang   hidup bersama rakyat. Setiap kebijakan dan langkah dalam mengatur

bangsa tidak berdasarkan hawa nafsu, tetapi  keputusan yang langsung dari “atas”,

suatu wangsit atau ilham yang mutlak benar dan tidak bisa dibantah.    Tokoh inilah

4

Page 5: Isi Makalah RATU ADIL

yang dimimpikan oleh sebagaian rakyat kita, yang wujud  kehadirannya sampai saat ini

belum diketahui secara pasti.

Dalam sejarah Islam, sosok tokoh seperti yang digambarkan di atas mirip

dengan  Umar bin Abdul Aziz, seorang ilmuan sekaligus tokoh spritualis.  Beliau

memimpin umat Islam dengan bijak, adil dan penuh kasih sayang.  Terpilih menjadi  

khalifah dinasti Bani Umayah  bukan atas kehendak pribadi atau pomosi lewat partai,

tapi diangkat langsung oleh rakyat. Dia muncul disaat terjadi krisis kepercayan, moral,

politik, ekonomi dan spiritual.  Dalam waktu singkat  2 tahun menjadi khalifah,  

berhasil membangun totalitas beragama, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah, dia

tercatat sebagai kepala Negara dan  pemimpin  yang zuhud, wara', bijak, adil,  dan

tinggal di luar istana hidup bersama rakyat kecil.

Yang menjadi pertanyaan, apakah mungkin di negeri kita ini akan muncul

tokoh pemimpin (satrio piningit) seperti Umar bin Abdul Aziz? Tentu saja pertanyaan

ini tidak gampang dijawab. Umar bin Abdul Aziz lahir dan dibesarkan dalam

lingkungan kultur Arab, yang berbeda dengan kultur bangsa kita.  Pada masa kecilnya

hingga menjadi khalifah waktunya dihabiskan untuk belajar agama. Awal  diangkat 

menjadi khalifah bukan karena beliau pintar berpolitik dan pintar mengatur siasat

ekonomi umat, tapi karena kezuhudan dan wibawa keulamaannya. Rakyat memilih

beliau semata-mata atas pertimbangan dan penilaian agama, bukan faktor dunia.

Rakyatnya  beranggapan, tidak ada seorang pemimpin yang mampu membangun dan

mensejahterakan umat, kecuali pemimpin yang takwa.

Karena itu, ada sebagian kita berpendapat, bahwa adalah mustahil tokoh satrio

piningit yang akan menjadi pemimpin negara kita ini seperti Umar bin Abdul Aziz.

Alasannya, pertama,  konsep bernegara kita diatur oleh Undang-undang, kedua, kriteria

kepemimpinan tidak menempatkan unsur ketakwaan satu-satunya indikator bagi

seorang calon pemimpin. Ketiga, kemunculan calon tokoh pemimpin harus

dipromosikan lewat partai.

Tokoh Satrio Piningit,  apakah ia mirip Umar bin Abdul Aziz atau tidak, yang

jelas dalam Serat Centini tokoh pemimpin ideal bangsa sangat dinantikan

kedatangannya. Dalam keyakinan orang jawa, ia akan muncul  di saat kezaliman

merajalela. Adapun tokoh-tokoh pemimpin yang muncul selama ini adalah bukan tokoh

sebenarnya. Kehadiran mereka adalah sebagai tokoh perantara dalam rangka proses

menunggu datangnya Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit.  Aktivitas pembangunan

yang dilakukan para pemimpin saat ini adalah sekedar melanjutkan apa yang sudah

5

Page 6: Isi Makalah RATU ADIL

ada,   yang  belum mampu  mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

seutuhnya. Kemakmuran dan kesejahteraan hanya bisa diwujudkan bila negeri ini

dipimpin Satrio Piningit atau Ratu Adil.

Keyakinan masyarakat jawa di atas, ternyata sekarang telah dimanfaatkan

menjadi isu kepemimpinan nasional. Menjelang pemilu 2009 nanti, sekarang  sebagian

pihak telah memanfaatkan sosok “Satrio Piningit” sebagai komoditas politik. Mereka

berusaha menarik massa dengan  membentuk partai-partai. Alasannya sederhana,

bahwa pemimpin bangsa yang dulu dan sekarang adalah sama saja, mereka tidak

mampu mesejahterakan rakyat. Maka satu-satunya cara menumbuhkan keyakinan

rakyat dengan memunculkan isu-isu “Ratu Adil”  dan membentuk kelompok-kelompok

yang menjurus ke arah sana.

Sekarang yang menjadi  persoalan, mungkinkah sang Satrio Piningit itu 

diangkat lewat manipulasi politik dan  promosi partai-partai? Atau, percayakah kita

bahwa Sang Ratu Adil muncul lewat  kelompok-kelompok yang haus kekuasaan?  

Inilah sebenarnya pertanyaan yang perlu dijawab, agar pemahaman kita tidak tersesat

dalam khayalan dan dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu.  

Ketahuilah, bahwa keinginan rakyat memimpikan datangnya seorang

pemimpin ideal untuk memakmurkan bangsa ini adalah sebuah harapan murni dan suci.

Tapi  tentunya harus dilandasi oleh pijakan normatif, agar harapan itu betul-betul logis

dan tidak tergelincir dari keyakinan. Andaikan Tuhan memenuhi harapan kita untuk

mendapatkan  seorang pemimpin yang adil dan bijak, adalah mustahil bila calon

pemimpin itu bernaung di bawah bendera yang haus kekuasaan. Ia tidak akan pernah

muncul dan memproklamirkan dirinya untuk dipilih dan diangkat.    

Maka persepsi kita tentang Sang “Ratu Adil”  perlu dikaji ulang. Dalam salah

satu rujukan,  yaitu kitab Serat Gemo Surgoloko, bahwa sosok “Ratu Adil”, berbeda

dengan pandangan yang selama ini berkembang. Dalam kitab itu diceritakan: telah

datang berita dari langit bahwa bila di negeri kita ini sudah tidak ada lagi kedilan dan

rakyat sudah bertindak dengan hawa nafsu dan maunya sendiri, serta setiap pergantian

pemimpin belum juga membawa perubahan, maka pada saat itu pertanda Sang Ratu

Adil akan segera muncul untuk membenahi bangsa.

Lebih lanjut isi kitab itu menjelaskan,  bahwa Sang Ratu Adil  mempunyai ciri

dan tanda khusus. Dia adalah seorang hamba Tuhan yang latar belakang munculnya

bukan atas kehendak bangsa, tapi semata-mata atas kemauan Tuhan. Dia terpisah dari

tahta kekuasaan, hadir ke bumi semata-mata untuk merubah  zaman. Ketika kondisi

6

Page 7: Isi Makalah RATU ADIL

bangsa kacau balau,  situasi politik tidak menentu, kondisi ekonomi terpuruk, prilaku

maksiat menyebar di mana-mana, dan nilai-nilai moral sudah   ditinggalkan, maka pada

saat itu ia akan hadir menata nilai-nilai kehidupan sesuai dengan norma-norma bangsa.

Sekarang kondisi bangsa kita nampaknya hampir terpuruk pada semua tatanan

kehidupan. Ini pertanda bahwa kehadiran  Sang Ratu Adil akan segera muncul. Tokoh

yang bakal merubah zaman itu segera menata bangsa ini dengan  kekuatan yang

dianugerahkan Tuhan. Tidak diketahui kapan waktunya, yang mengerti hanya dia dan

Tuhannya. Dia sosok hamba yang tersembunyi di balik 'naungan' Tuhan. Dilahirkan

dari keturunan terhormat. Tidak dipilih dan tidak pula memiliki tahta sebagaimana yang

digambarkan orang. Tahtanya sunyi senyap. Belatentaranya  “ghaib” dan benderanya

“kebaikan”. Pada saat dimunculkan oleh Tuhan, maka pada saat itu pula bangsa ini

mulai merambah menuju kea rah perbaikan. Seluruh tatanan kehidupan bernegara

tertata dengan sendirinya, hingga bangsa ini merasa hidup aman dan tenteram.

Karakteristik akhlak dan perilakunya  adalah takwa  yaitu selalu taat dan tidak

pernah melanggar aturan Tuhan. Dia seorang  pemberani, tidak takut menghadapi

tantangan dan kesulitan. Ia akan tampil terdepan dan bertanggungjawab untuk

menyelamatkan bangsa.  Memiliki kekuatan bathin atau penglihatan mata hati yang

tajam, yang dengan kekuatan itu ia dapat menembus semua tatanan kehidupan.

Hubungannya dengan sesama makhluk bersifat pemurah dan kasih sayang. Cinta

kasihnya sesema umat melebihi cinta terhadap dirinya sendiri. Bersikap adil dalam

segala hal, tanpa pandang bulu. Keadilannya merata pada semua makhluk, tanpa

dibatasi dan dipengaruhi oleh sekat-sekat sosial dan budaya. Meskipun ia memiliki

kelebihan, tapi tetap merendah dan tidak pernah  sombong. Dia tidak mengharapkan

pujian. Tidak pernah bangga bila dipuji dan tidak pernah rugi atau kecewa bila dihina.

Tidak punya tendensi politis dan ekonomis. Ia berbuat ikhlas untuk bangsa semata-mata

karena Tuhannya. 

Pada sisi pribadinya yang lain,  ia adalah seorang tokoh piningit (tersembunyi)

yang amanah dan jujur.  Ia seorang yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab, serta

jujur dalam tindakan dan perkataan.  Setiap tindakannya merupakan suri tauladan.  Dan

setiap yang mendengarkan ucapannya akan membekas di hati dan mempengaruhi

prilaku.  Demikianlah sosok pribadi Sang Ratu Adil alias Satrio Piningit itu. Jadi

ringkasnya, ia bukanlah sosok manusia biasa, tapi seorang hamba yang dianugerahkan

oleh Tuhan dengan berbagai kelebihan, baik lahir maupun bathin.

7

Page 8: Isi Makalah RATU ADIL

2.3 Perkembangan Mitos Ratu Adil

Istilah milenarisme mencakup berbagai macam gerakan revolusioner primitif

yang kerap kali muncul dikalangan bangsa atau golongan yang kurang berpendidikan.

Penganut gerakan milenaristis percaya bahwa akan segera tiba masyarakat yang

seluruhnya baru yang akan melenyapkan kekurangan yang ada sekaligus. Dalam hal ini

kita menghadapi harapan akan kebahagiaan yang sangat naif, keyakinan buta akan

tibanya seorang juru selamat yang akan membawa langit serta bumi baru.

Di Indonesia milenarisme sudah dikenal. Gejala ini sudah terdapat dalam

periode Jawa-Hindu dalam sejarah Indonesia. Kebanyakan gerakan milenaristis di

Indonesia mesianistis sifatnya, yaitu orang percaya bahwa akan tercipta suatu negara

bahagia oleh seorang juru selamat adikodrati atau mesias. Sang mesias dalam tradisi

milenarisme Jawa adalah tokoh yang dikenal sebagai Ratu Adil, yang pada suatu ketika

akan datang membawa kemerdekaan dan kemakmuran yang berlimpah.

Gambaran tentang juru selamat yang menjadi raja sudah lama kita dapati dalam

sejarah Jawa. Schrieke memberi banyak contoh dalam sastra klasik Jawa-Hindu tentang

raja-raja yang dianggap sebagai juru selamat. Kebanyakannya sebagai penjelmaan

Dewa Wishnu. Ramalan yang paling terkenal tentang datangnya seorang Ratu Adil

adalah ramalan Jayabaya, yang dinyatakan berasal dari raja abad ke-12 yang memakai

nama yang sama dari kerajaan Kediri. Ramalan-ramalan Jayabaya muncul dalam paruh

kedua abad yang lalu, dengan banyak macam versinya.

Selanjutnya gerakan milenarisme di Indonesia mempunyai ciri yang dalam

kepustakaan tentang gerakan sosial primitive yang disebut juga dengan istilah

“Nativisme”. Pengertian ini mencakup berbagai gejala yang menunjukkan adanya

kebencian yang kuat terhadap penguasa asing yang dianggap bertanggung jawab akan

keruntuhan masyarakat yang sekarang berlangsung dan hasrat untuk kembali kepada

masyarakat masa sebelum tibanya orang asing yang biasanya sangat diidamkan.

Di Jawa hasrat nativistis akan pemulihan masyarakat tradisional ini tertuju pada

kerajaan-kerajaan Jawa dahulu kala. Kebencian terhadap penjajah asing ada kalanya

menghasilkan upaya-upaya bersenjata untuk mengusir mereka, tetapi karena persiapan

yang buruk upaya tersebut selalu gagal. Milenarisme Indonesia juga telah mengalami

pengaruh Islam yang kuat. Agama Islam mengenal ajaran eskatologi yang menyatakan

bahwa masyarakat yang sempurna akan dibawa oleh mesias Islam, Sang Mahdi.

8

Page 9: Isi Makalah RATU ADIL

Harapan akan kedatangan Mahdi telah merasuk agak dini, kira-kira sejak abad tujuh

belas, dan berbaur dengan ajaran dan harapan-harapan Hindu-Jawa.

Di Indonesia perbauran antara gerakan milenaristis dan gerakan sosial modern

muncul dalam gerakan Serekat Islam, yang pada dasarnya memperlihatkan sifat-sifat

milenaristis yang kuat, seraya di “bangunan atas” ia merupakan gerakan yang modern

dan rasional walaupun tidak merupakan gerakan sosial yang revolusioner. Seperti telah

dikemukakan bahwa dalam tradisi Jawa yang milenaristis tokoh mesias-raja

memainkan peranan penting. Hal ini kita lihat juga dalam milenarisme yang terjalin

dalam Serikat Islam di Jawa.

Harapan yang ditimbulkan atau digerakkan oleh Serikat Islam akan datangnya

mesias-raja kebanyakan tertuju kepada keraton Surakarta. Kenyataan bahwa Serikat

Islam timbul di ibukota kerajaan ini memainkan peranan yang sangat penting. Harapan

mesianistis dalam rangka Serekat Islam sesungguhnya tidak hanya tertuju kepada

Susuhunan Surakarta. Beberapa kali kita jumpai pula contoh tentang harapan yang

tertuju pada Mangkunegara. Residen Surakarta menyatakan bahwa pada kongres

Serekat Islam di Surakarta pada tahun 1913, tersebar desas-desus bahwa H. Samanhudi

bertindak sebagai utusan susuhunan disana, hal yang sama pula terjadi dengan

beredarnya cerita tentang Tjokroaminoto di sekitar Sidoarjo, daerah Surabaya.

Pemimpin-pemimpin Serekat Islam kadang-kadang menjadi tumpuan harapan

mesianistis. Hal ini terutama berlaku bagi Tjokroaminoto. Juga Goenawan

menimbulkan harapan demikian pada rakyat Sumatra Selatan. Mengenai

Tjokroaminoto sendiri, Bupati Surabaya menyebutkan dalam suatu nota tentang

gerakan Serekat Islam: keterangan saksi yang menyatakan bahwa Tjokroaminoto

sebagai “raja” Serekat Islam. Dalam kedudukan ini orang menghubungkannya dengan

raja yang akan datang yang menurut ramalan Jayabaya pasti akan tiba. Di Jawa Barat

diumumkan bahwa Tjokroaminoto-lah yang akan menjadi raja Jawa yang baru. Juga

terdapat suatu laporan saksi mata tentang bagaimana Tjokroaminoto disambut oleh

rakyat Situbondo dan sekitarnya, diJawa Timur yang memberikan kesan kuat bahwa

Sang juru selamat-lah yang disambut, bukan pemimpin utama Serekat Islam. Laporan

ini dibuat oleh H. Agus Salim. Bagaimana reaksi sikap pemimpin Serekat Islam

terhadap gejala milenaristis dalam gerakan tersebut..?? Pada umumnya mereka

menolak. Laporan H. Agus Salim tentang penyambutan Tjokroaminoto oleh rakyat

Situbondo merupakan bukti bahwa Tjokroaminoto tidak menerima peranan mesias

yang diberikan orang kepadanya.

9

Page 10: Isi Makalah RATU ADIL

 Dalam pidatonya pada kongres di Bandung tahun 1916 Tjokroaminoto berkata,

“walaupun hati kita penuh dengan harapan dan hasrat yang agung, tidak pernah kita

bermimpi akan datangnya seorang ratu adil, atau keadaan-keadaan lain yang mustahil.”

Pada kesempatan yang sama seorang pemimpin Serekat Islam yang lain

memperingatkan rakyat agar jangan mempercayai omongan para propagandis

milenaristis. Mereka mengingatkan kepada suatu pemberontakan milenaristis terkenal

“yang banyak menumpahkan darah orang yang tidak berdosa.” (pemberontakan

Gedangan, 1904 disekitar Sidoarjo, Jawa Timur) Redaksi Kaoem Moeda pada bulan

oktober 1914 memperingatkan pengaruh yang merusak dari suatu tulisan milenaristis

Islam yang tersebar disekitar Manonjaya (Priangan), dan dengan tegas menyatakan

bahwa Serekat Islam tidak punya urusan apa-apa dengan Tjokroaminoto masalah ini.

2.4 Konsep keadilan dalam masyarakat

2.4.1 Pengertian Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.

Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu

banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda.

Bila kedua orang tersebut mempunyai dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka

masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. Kalau tidak sama,

maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama. Sedangkan

pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidakadilan.

Menurut Socrates keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan

bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut pendapat

yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang

seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak

dan menjalanan kewajiban atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap

orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setip orang memperoleh bagian yang

sama dari kekayaan bersama.

Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila “Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut “Keadilan sosial adalah langkah yang

menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Selanjutnya

diuraikan bahwa para pemimpin Indonesia yang menyusun UUD ’45 percaya bahwa

cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran

yang merata.

10

Page 11: Isi Makalah RATU ADIL

2.4.2 Macam-macam keadilan

Berbagai macam kadilan diantaranya :

Keadilan legal atau keadilan moral

Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum

dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat

yang adil setiap orang menjalankan yang menurut sifat dasarnya paling cocok

baginya. Pendapat plato itu disebut keadilan moral sedangkan, Sunoto menyebutnya

keadilan illegal

Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.

Keadilan Komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.

2.5 Peran Ratu Adil dalam tercapainya keadilan masyarakat

Ratu adil merupakan sosok pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan

yang mampu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran didalam masyarakat. Sifat-

sifat kepemimpinan tersebut adalah sifat adil dalam memperlakukan masyarakat

walaupun terdapat perbedaan pangkat dan derajat didalamnya, bijaksana dalam

mengambil sebuah keputusan, jujur dalam menjalankan pemerintahan serta mampu

mengayomi masyarakatnya. Sehingga dari sifat-sifat tersebut masyarakat akan tunduk

dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang diberikan. Seperti pada jaman kerajaan

dahulu, bahwa seorang raja bagi masyarakatnya adalah panutan. Setiap perkataan

seorang raja selalu dipatuhi dan dilakukan apa yang diperintahkannya, hingga mucul

istilah “ Sabdha Pandhita Ratu” yaitu apa yang diperintahkan oleh raja maka akan

dilaksanakan oleh rakyatnya. Hal tersebut merupakan cerminan dari seorang pemimpin

yang mampu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakatnya.

Sehingga rakyat atau masyarakat akan mematuhi semua peraturan pemimpin dan tidak

melakukan pemberontakan apabila seorang pemimpin menjalankan roda pemerintahan

sesuai dengan harapan masyarakat, didalam pemerintahan tersebut tidak terjadi

penyelewengan apakah itu pada dana ataupun sistem pemerintahan.

Peran ratu adil dalam masyarakat sangat dibutuhkan demi terciptanya

keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Mereka membutuhkan seorang

11

Page 12: Isi Makalah RATU ADIL

pemimpin yang mampu memberikan perlindungan serta mampu merealisasikan aspirasi

rakyatnya. Apabila telah tercapai apa yang diinginkan masyarakat maka kepercayaan

masyarakat terhadap pemimpinnya akan terwujud. Namun pada masa sekarang ini sulit

untuk mencari pemimpin yang memiliki sifat seperti ratu adil. Dalam memimpin

pemerintahannya masih banyak terdapat penyelewengan - penyelewengan terkait

dengan sistematika pemerintahan. Para pejabat pemerintahan yang seharusnya

menjalankan roda pemerintahan dengan jujur, baik dan benar, banyak melakukan

penyelewengan meskipun tidak semua pejabat pemerintahan yang melakukan itu. Hal

ini membuktikan bahwa pemimpin tersebut belum bisa memimpin sebuah pemerintahan

seperti prinsip pemerintahan ratu adil. Sifat kejujuran, keadilan, dan kebijaksanaan

masih belum diterapkan dalam menjalankan pemerintahan. Apabila seorang pemimpin

seperti itu, maka masyarakat akan membangkang perintahnya, serta kepercayaan yang

diberikan akan hilang. Hal ini dibuktikan dengan sering banyaknya terjadi orasi yang

dilakukan masyarakat terkait dengan kebijakan pemerintah yang diturunkan tidak sesuai

dengan harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat belum memperoleh

pengayoman, kesejahteraan dan kemakmuran dari pemimpin mereka.

Peran ratu adil merupakan prinsip utama yang harus digunakan oleh seorang

pemimpin apabila kepemimpinan tersebut ingin mendapat kepercayaan dan dukungan

dari masyarakatnya. Sehingga dari kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, akan

timbul interaksi sosial yang baik antara masyarakat dengan pemimpinnya. Selain itu

untuk melakukan perubahan kedepan menjadi lebih baik akan terwujud karena adanya

kerjasama yang saling mendukung antara rakyat dengan pemimpinnya.

12

Page 13: Isi Makalah RATU ADIL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ratu Adil merupakan suatu faham atau sosok pemimpin yang memiliki sifat

jujur, adil, dan bijaksana dalam melaksanakan pemerintahannya. Dimana pemimpin

tersebut mampu merealiasaikan aspirasi dari rakyatnya. Sehingga rakyat dapat

mematuhi dan melaksanakan peraturan – peraturan yang dibuat pemimpin. Rakyat

merasa pemimpin tersebut dapat mengayomi, melindungi, dan mampu menciptakan

rasa aman, kemakmuran, serta kesejaheraan. Peran ratu adil sangat dibutuhkan dalam

tercapainya keadilan masyarakat, hal ini dikarenakan apa yang diciptakan oleh sosok

ratu adil sinkron terhadap keinginan masyarakat. Sehingga untuk tercapai keadilan dan

terciptanya pemerintahan yang maju, antar pemimpin dan masyarakat dapat saling

mendukung.

13

Page 14: Isi Makalah RATU ADIL

DAFTAR PUSTAKA

Budiono Herusatoto. 1983. Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta : Penerbit

            PT Hanindita

Clifford Geertz. 1989.  Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta :

Pustaka Jaya

14