kisah motifasi

Upload: choaza

Post on 20-Jul-2015

211 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kisah Menyentuh Seorang Ibu Tua Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini. "Bu, kita sudah sampai", kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya. Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan". Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia. Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja. Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Siput dan pohon ceri Di suatu hari di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat sebuah pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar pohon itu melihat sang siput dengan pandangan aneh. "Hei, siput tolol," salah seekor dari mereka mencibir. "Pikirmu kemana kamu akan pergi ? Mengapa kamu memanjat pohon itu ?" Berkata yang lain, "Di atas sana tidak ada buah ceri". "Pada saat saya tiba di atas," kata siput. "Pohon cerinya akan berbuah".

Pemecahan masalah Dalam kehidupan sehari2, hendaknya kita mencari cara terbaik utk memecahkan setiap masalah yang terjadi. tetapi, saat menghadapi suatu masalah, kita seringkali terkecoh. walaupun masalah tersebut terpecahkan, pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien, tetapi justru semakin rumit. Mari kita coba melihatnya dalam kasus berikut ini : 1. Kasus kotak sabun yang kosong terjadi di salah satu perusahaan kosmetik. keluhan dari seorang pelanggan mengatakan bahwa ia telah membeli sabun yang ternyata kosong. dengan segera, para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas memindahkan semua kotak sabun yang telah di pak ke depatermen pengiriman. tim manajemen ini meminta para teknisi utk memecahkan masalah tersebut. dengan segera para teknisi bekerja keras utk membuat mesin sinar X dgn monitor resolusi tinggi yg dioperasikan oleh 2 orang utk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dgn cepat, dan biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sedikit. Namun pada saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir ttg hal-hal yang rumit. ia muncul dengan solusi yang berbeda. ia membeli sebuah kipas angin listrik utk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. ia menyalahkan kipas angin tersebut, dan kipas tersebut akan meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan. 2. pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol krn tinta pulpen tersebut tidak akan mengalir ke mata pena. untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan 12 juta dolar. mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal, dan dalam derajat temperatur, mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat celcius. dan apakah yang dilakukan para orang rusia? Mereka menggunakan pensil!! 3. suatu hari, seorang pemilik apartemen menerima komplai dari pelanggannya. para pelanggan mulai merasa bahwa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. sang pemilik apartemen mengundang sejumlah pakar utk memecahkan masalah tersebut. seorang pakar menyarankan agara menambah sejumlah lift. pakar kedua meminta pemilik utk mengganti lift dengan yang lebih cepat dengan asumsi bahwa semakin cepat lift, orang yang terlayani akan banyak.

kedua saran tersebut tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. namun, pakar ketiga hanya menyarankan satu hal bahwa inti dari komplain pelanggan adalah mereka merasa menunggu terlalu lama. pakar tadi hanya menyarankan kepada sang pemilik apartemen utk menginvestasikan kaca cermin di depan lift, supaya perhatian para pelanggan teralihkan dari pekerjaan "menunggu" agar merasa "tidak menunggu lift". it works!! RENUNGAN filosofi KISS (Keep It Simple Stupid) adalah selalu mencari solusi yang sederhana, bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. cobalah utk menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan utk memecahkan masalah yang ada. dengan demikian, kita harus belajar utk fokus pada solusi daripada fokus pada masalah. jika kita melihat pada apa yang tidak kita miliki di dalam hidup, kita tidak memiliki apaapa. namun jika kita melihat pada apa yang ada di tangan kita, kita memiliki segalanya.

SOMBONG Tommy, seorang anak laki-laki SD kelas 3, baru saja memenangkan sebuah medali sebagai pembaca terbaik di kelas. terbuai oleh kemenangannya, ia menyombongkan diri di hadapan pembantu rumah, "bibi, coba lihat. jika mau, bibi bisa membaca sebaik aku." Pembantu itu mengambil buku, memandangnya, dan akhirnya berkata dengan terbata-bata. "nak tommy, saya tidak bisa membaca". Sombong seperti burung merak, anak kecil itu berlari ke ruangan keluarga dan berteriak pada ayahnya, "yah, bibi tidak bisa membaca. Meski baru berumur 8 tahun, aku sudah dapat medali untuk kehebatan membaca. Aku ingin tahu bagaimana sih perasaannya, memandang buku tetapi tidak bisa membaca". Tanpa menjawab sepatah kata pun, ayahnya menuju rak buku, mengambil satu buku dan memberikannya kepada tommy sambil berkata, "bibi merasa seperti ini". buku itu berbahasa Jepang dan ditulis dalam huruf kanji. Tommy tidak bisa membaca satu katapun. Anak laki-laki itu tidak pernah melupakan pelajaran itu sepanjang hidupnya. Jika perasaan sombong datang, dia dengan tenang akan mengingatkan dirinya "ingat, kamu tidak bisa membaca buku beraksara Jepang". RENUNGAN Ada pepatah, di atas langit masih ada langit. Bagaimanapun juga, selalu ada orang yang lebih hebat dari kita. Anda merasa sudah lebih pandai dari orang lain ketika mengantongi ijazah S2. itu memang benar, bila dibandingkan dengan sarjana S1. tetapi, di atas anda masih banyak orang yang bergelar S3. Anda merasa jago bermain bulu tangkis, tapi bertanding melawan anak SMA saja anda kalah. Pantas saja, karena ternyata remaja itu adalah bibit unggul daerah yang bersekolah di Pelatnas. Pada intinya, kerendahan hati akan membuat kita lebih mawas diri.

Burung gagak Pada suatu petang, seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana disekitar mereka. tiba-tiba, seekor burung gagak hinggap di ranting sebuah pohon. si ayah menudingkan jari ke arah gagak sambil bertanya "nak, apakah benda itu?" "burung gagak", jawab si anak. si ayah mengangguk-angguk, tetapi sejurus kemudian beliau sekali lagi mengulang pertanyaan yang sama. si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi sehingga berkata dengan sedikit kuat, "itu burung gagak ayah!". tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soal yang sama. si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang sama yang diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat , "BURUNG GAGAK!!". si ayah terdiam seketika. namun, tidak lama kemudian sang ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "gagaklah ayah.........". agak terkejutlah si anak karena si ayah terlihat hendak sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya soal yang sama. dan kali ini, si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah. "ayah! saya tak tahu ayah paham atau tidak. tetapi, sudah lima kali ayah bertanya mengenai hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. apalagi yang ayah mau saya katakan?" "itu burung gagak, burung ga..ga..gak ayah....", kata si anak dengan nada yang begitu marah. si ayah beranjak menuju ke dalam rumah, meninggalkan si anak yang kebingungan. sesaat kemudian, si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya, sebuah buku diary yang sudah lama. "coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diary itu," pinta si ayah. si anak setuju dan membaca paragraf berikut. "hari ini aku berada di halaman, melamun bersama anakku yang genap berumur lima tahun. tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "ayah, apa itu?" dan aku menjawab, "burung gagak." bagaimanapun anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawabnya dengan kalimat yang sama. sebanyak 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayang, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. aku berharap, itu menjadi suatu pendidikan yang berharga"

setelah selesai membaca paragraf tersebut, si anak mengangkat muka memenadang wajah si ayah yang terlihat sayu. dengan perlahan, bersuara si ayah, "hari ini, ayah baru bertanya kepadamau soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran serta marah." RENUNGAN seberapa besar penghargaan kita terhadap orangtua yang telah membesarkan kita denga penuh kasih sayang? sebelum anda memiliki anak sendiri, anda mungkin kurang bisa memahami beratnya mendampingi anak yang bertumbuh dan menjadi dewasa. mendidik anak tidaklah semudah membalik telapak tangan. salah didik bisa berakibat fatal. gagal mendidik anak untuk menghargai orang lain, contohnya akan memebentuk karakter sombong dan pemeberontak. selanjutnya anak akan bersikap tidak hormat kepada orang tua, selalu membantah dan melawan. bahkan tega mengeluarkan katakata kasar. padahal, begitu besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua. seluruh tenaga, waktu, pikiran dan materi dicurahkan sejak bayi hingga anak bisa mandiri. apakah ini belum cukup??

Tujuh Keajaiban Dunia Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari tujuh keajaiban dunia. Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan tujuh keajaiban dunia saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak sesuaian, sebagian besar daftar berisi: 1. Piramida 2. Taj Mahal 3. Tembok Besar Cina 4. Menara Pisa 5. Kuil Angkor 6. Menara Eiffel 7. Kuil Parthenon Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya. Gadis pendiam itu menjawab, Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya. Sang guru berkata, Baik, katakana pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya. Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, Saya rasa tujuh keajaiban dunia adalah, 1. Bisa melihat 2. Bisa mendengar 3. Bisa menyentuh 4. Bisa menyayangi Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan, 1. Bisa merasakan 2. Bisa tertawa 3. Dan, bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya keajaiban. Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan berikan untuk kita, kita menyebutnya sebagai biasa. Hari itu mereka diingatkan kembali segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan mereka.

Batu Besar Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, Okey, sekarang waktunya untuk kuis. Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di atas meja. Ia mengisi ember tersbut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tak ada lagi batu yang bisa di masukkan ke dalam ember tersebut. Ia lalu bertanya kepada kelas, Menurut kalian apakah ember ini telah penuh? Semua mahasiswa serentak berkata, Ya!. Sang Dosen bertanya kembali, Sungguhkan demikian?, Kemudian dari dalam laci meja ia mengambil sekantung kerikil kecil dan menuangkan kerikil-kerikil itu kedalam ember lalu mengocok-kocok ember tadi sehingga kerikil-kerikil tadi turun kebawah mengisi celah-celah kosong diantara batu-batu. Kemudian sekali lagi ia bertanya pada kelas, Nah, apakah sekarang ember ini sudah terisi penuh?. Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang diantara mereka menjawab, Mungkin tidak. Bagus sekali, sahut sang dosen. Kemudain ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya kedalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu besar dan kerikil. Sekali lagi ia bertanya kepada kelas, Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh? Belum!, sahut seluruh kelas. Sekali lagi ia berkata, Bagus, bagus sekali, Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkannya ke dalam ember sampai air mencapai bibir ember. Lalu ia menoleh dan bertanya ke pada kelas, Tahukah kalian apa maksud dari illustrasi ini? Seorang mahasiswa dengan bersemangat mengacungkan jari dan berkata, Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga pasti bisa mengerjakannya. Oh, bukan, sahut sang dosen. Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari ilustrasi ini mengajarkan kepada kita bahwa, bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya. Apa yang dimaksud dengan batu besar didalam hidup anda?, dosen itu melanjutkan, Anak-anak anda, pasangan anda, pendidikan anda, hal-hal yang terpenting dalam hidup anda. Mungkin itu sebuah hal yang mengajarkan kepada orang lain,

melakukan pekerjaan yang anda sukai, waktu untuk diri sendiri, kesehatan anda, teman, ataupun semua yang anda anggap berharga. Ingatlah selalu untuk memasukkan batu besar terlebih dahulu atau anda akan kehilangan semuanya, lanjut sang dosen. Bila anda mengisinya dengan batu-batu kecil (semacam kerikil dan pasir), maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya bisa anda pakai untuk hal-hal yang lebih besar dan penting. Oleh karena itu, pesan saya, setiap pagi atau malam ketika anda mengingat kuliah hari ini, tanyalah pada diri anda sendiri: Apakah batu besar dalam hidup saya?. Lalu kerjakan itu pertama kali!, demikian sang dosen menutup kuliah hari itu.

Cangkir yang Cantik Sepasang kakek dan nenek pergi berbelanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. Lihat cangkir itu, kata si nenek kepada suaminya. Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat, ujar si kakek. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud itu berbicara, Terimakasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Teriakku, tetapi orang itu berkata, Belum!, lalu ia mulai menyodokku dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih parah lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini kembali menyahut, Belum! Akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Tapi, ternyata belum. Setelah dingin, ia menyerahkan aku ke seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak. Wanita itu berkata, Belum!. Lalu ia memberika aku kepada seorang pria dan ian memasukkan aku ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Tolong! Hentikan penyiksaan ini, sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas menyiksaku kini dibiarkannya diriku menjadi dingin. Setelah benar-benar dingin, seorang wanita mengangkat dan menempatkanku didekat kaca. Aku melihat diriku dan aku terkejut sekali. Hampir-hampir aku tidak percaya, karena dihadapanku telah berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua penderitaan dan kesakitanku yang lalu menjadi sirna tatkala aku melihat diriku sekarang ini.

Paku Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang mempunyai sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan pemarahnya, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali dia marah. Hari pertama anak itu telah memakuakan 48 buah paku ke pagar Lalu secara bertahap jumlah itu mulai berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar rumah. Akhirnya tibalah waktu dimana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah. Hari-hari berlalu, dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Sang ayah terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan kata-katanya, Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahanmu, katakatamu telah meninggalkan bekas seperti lubang inidi hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau ituTetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka tusukan itu akan tetap selalu adadan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka pada fisik kita

Mawar untuk Ibu Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada ibundanya yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di pinggir jalan sambil menangis tersedusedu. Pria itu menanyainya kenapa ia menangis dan dijawab oleh si gadis kecil, Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan mawar itu harganya seribu. Pria itu tersenyum dan berkata, Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau. Kemudian mereka berdua masuk ke toko bunga dan pria itu membelikan si gadis kecil setangkai bunga mawar merah dan ia sendiri memesan karangan bunga yang akan dikirimkan kepada ibundanya. Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, Ya, tentu saja. Senang sekali anda mau mengantarakan saya ke tempat tinggal ibu saya Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yang ternyata sebuah pemakaman umum dimana gadis kecil itu kemudian meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah. Melihat hal ini, hati pria itu trenyuh dan segera teringat sesuatu. Bergegas ia kembali ke tok0 bunga tadi, dan membatalkan pengiriman pesanannya. Ia mengambil bunga yang dipesannya tadi dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibundanya

Garam dan Telaga Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia. Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya, ujar Pak Tua itu. Pahit.., pahit sekali rasanya, jawab tamu itu sambil meludah kesamping. Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didalam hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, Bagaimana rasanya? Segar, sahut tamunya. Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?, Tanya Pak Tua lagi. Tidak, jawab si anak muda. Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Pak Tua itu kembali memberi nasehat, Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung sgalanya. Jadi, jangan

jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, sang orang bijak, kembali menyimpan segenggam garam untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa

Malaikat Pelindung Suatu ketika ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan, Ya Tuhan, engkau akan mengirimkan aku ke bumi. Tapi aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana? Tuhanpun menjawab, Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seseorang yang khusus untukmu, dia akan merawat dan mengasihimu. Si kecil bertanya lagi, Tapi disini disurga ini aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu sudah cukup untuk membuatku bahagia. Tuhanpun menjawab, Tak apa, Malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu untukmu dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia. Namun Si kecil bertanya lagi, Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai? Tuhanpun menjawab, Malaikatmu itu akan membisikkanmu kata-kata yang indah, dia akan selalu sabar berada disampingmu. Dan dengan kasihnya dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia. Si kecil bertanya lagi, Lalu bagaimana jika aku ingin berbicara padamu Ya Tuhan? Tuhanpun kembali menjawab, Malaikatmu itu akan membimbingmu, dia akan menengadahkan tangannya bersamamu dan mengajarkanmu untuk berdoa. Lagi-lagi Si kecil menyelidik, Namun aku mendengar disana banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku? Tuhanpun menjawab, Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu. Namun Sikecil kini malah menjadi sedih, Tuhan tentu aku akan menjadi sedih jika tak melihat-Mu lagi. Tuhan menjawab lagi, Malaikatmu akan selalu mengajarkan keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu bagaimana agar selalu patuh dan taat kepada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu aku akan selalu ada disisimu. Hening. Kedamaianpun kembali menerpa surga. Suara-suara panggilan dari bumi mulai sayup-sayup terdengar. Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan nama dari malaikat pelingdungku itu Tuhan kembali menjawab, Nama malaikatmu itu tak begitu penting Hanya saja kamu akan sering menyebutnya dengan panggilan: Ibu

Jendela Rumah Sakit Dua orang pria keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat disebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita sakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam setiap sore untuk mengosongkan cairan dalam perutnya. Kebetulan tempat tidurnya berada tepat di sisi jendelasatu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus diatas punggungnya. Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi salama liburan. Setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya dekat dengan jendela diperbloehkan duduk didekat jendela, ia menceritakan tentang apa yang ia lihat diluar jendela kepada teman sekamarnya itu. Selama satu jam itulah pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada diluar sana. Diluar jendela tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan tangan ditengah taman yang dipenuhi beraneka macam bunga warna-warni pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Sebuah senja yang indah. Pria pertama itu menceritakan keadaan diluar jendela dengan detil. Sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang dalam menjalani kesehariannya dirumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah. Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria kedua tidak dapat mendengarsuara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria pertama yang menggambarkan semua itu denga kata-kata yang indah. Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan satu minggupun berlalu. Suatu pagi perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendpati ternyata pria yang berbaring didekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk

memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta kepada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur didekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar. Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksa dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya kejendela disamping tempat tidurnya. Namun, seketika Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya, Apa? Ternyata jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!! Ia berseru memanggil kepada perawat dan menanyakan apa yang membuat kawan sekamarnya yang sudah meninggal tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah dibalik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah sorang yang buta dan bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup, kata perawat itu Kita percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Sebagaimana dalam cerita Jendela Rumah Sakit. Setiap kata adalah layaknya pemicu yang mampu menelisik hati terdalam manusia, dan membuat kita tergerak untuk melakukan sesuatu. Kata-kata selalu bisa memacu dan memicu untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita dalam berpikir dan bertindak. Kita percaya dalam setiap kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Kekuatan kata-kata akan selalu hadir pada kita yang percaya. Kita percaya kata-kata yang santun, sopan, penuh motivasi, bernilai dukungan akan memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan sebanding dengan separuh kemuraman, namun menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.

Menjadi cerdas tidak berarti mengetahui segala jawaban. Terkadang, jawaban paling cerdas yang anda dapat katakan adalah Saya Tidak Tahu. Diperlukan rasa percaya diri dan kecerdasan extra untuk mengetahui ketidaktahuan anda. Dan saat anda melakukannya, anda sedang dalam proses mempelajari jawaban sesungguhnya. Seringkali karena alasan kebanggaan dan mencegah rasa tidak aman, kita mengatakan tahu, padahal sebenarnya kita tidak tahu. Lewat cara ini, kita telah menyianyiakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut. Percayalah, tidak ada salahnya anda tidak mengetahui suatu hal. Bagian penting dari kebijaksanaan adalah mengetahui batas pengetahuan anda. Mengetahui apa yang anda tahu dan apa yang anda tidak tahu. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang tahu dan mengerti, bahwa tak semua pertanyaan dapat ia jawab. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang mau bertanya, mau belajar dan mau bertumbuh. Gunakan pengetahuan yang anda miliki, dan miliki pengetahuan yng anda perlukan. Itu adalah jalan terbaik yang anda bisa tempuh.

Jangan melaju terlalu kencang Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise. Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya. Buk.! Aah, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang. Cittt. ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir. Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!! Lihat goresan itu, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos dibengkel untuk memperbaikinya. Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu. Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf. Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa. Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti. Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku.

Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.. Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya. Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak. Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka. Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu. Sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar? Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.

Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas. Teman, kadang memang, ada yang akan melemparkan batu buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Tatapan Penuh Cinta Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur? Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya. Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah, rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar. Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmmkulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan. Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata betapa lelahnya aku hari ini. Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita. Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan harihari suka dan duka bersama kita. Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka orang-orang terkasih itu tak lagi membuka matanya, selamanya

5 menit saja Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat taman bermain pada suatu minggu pagi yang indah cerah. Tuh.., itu putraku yang di situ, katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga. Wah, bagus sekali bocah itu, kata bapak di sebelahnya. Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku, sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang? Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, Kalau lima menit lagi, boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok, yaaa? Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat? Lagi-lagi Jack memohon, Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah? pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, OK-lah, iyalah Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar, ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyahbahagianya. Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?

Coca Cola Dalam Renungan Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian. Pemberhentian pertama adalah supermarket lokal. Kaleng coca cola pertama diturunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya yang diberi harga Rp.4.000,00. Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,00. Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp.60.000,00. Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama? Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang mengkerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil. Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA

Tuhan Tidak Pintar Matematika Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang mendukung kesimpulan saya ini. Sebagai seorang fresh graduate, saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya, tapi mampu memuaskan idealisme saya. Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah telak darinya. Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini? Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? Wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin. Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup. Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung. Aneh bukan?

Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan. Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika? Ah, saya cuma bercanda kok. Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia, Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA. Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian: X= Y di mana: X = pemberian Tuhan Y = kebutuhan Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun, Dia sudah menghitung kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga. Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang sukses dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya? Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

Dia selalu ada bagi kita Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup. Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu. Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut. Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya. Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. Sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis. Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan begitu kejam melepaskan anak-anakNya kedalam dunia yang jahat ini. Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti.. ! DIA setia, DIA mengasihi kita, dan DIA selalu ada bagi kita

Doa siapa yg lebih terkabul? Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut. Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong. Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satusatunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya. Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini? Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan, jawab lelaki ke satu ini. Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.

Kau salah! suara itu membentak membahana. Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa. Katakan padaku, tanya lelaki ke satu itu. Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya? Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan! Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang tidak mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.

Anak laksana kertas putih ditangan anda Jika seorang anak hidup dalam kritikan, ia akan belajar menyalahkan orang lain. Jika seorang anak hidup dalam permusuhan, ia akan belajar melawan. Jika seorang anak hidup dalam ketakutan, ia akan menjadi orang yang pesimis. Jika seorang anak selalu dikasihani, ia akan belajar mengasihani diri sendiri. Jika seorang anak hidup dalam cemoohan, ia akan menjadi pemalu. Jika seorang anak hidup dalam kecemburuan, ia akan belajar iri hati. Jika seorang anak hidup dalam aib, ia akan selalu merasa bersalah. Jika seorang anak selalu diberi dorongan, ia akan menjadi percaya diri. Jika seorang anak hidup dalam toleransi, ia akan belajar bersabar. Jika seorang anak selalu mendapat pujian, ia akan belajar menghargai. Jika seorang anak merasa diterima, ia akan belajar mengasihi. Dalam bukunya ,All Men Are Brothers Mahatma Gandhi menulis tentang pentingnya penanaman nilai terhadap anak-anak sejak usia yg sangat dini. Seorang psikoanalis yang terkenal Sigmund Freud menyetujui pendapat tersebut. Suatu kali seorang wanita bertanya,

Seberapa dini-kah saya harus mulai mengajar anak saya ? Freud menjawab dengan suatu pertanyaan, kapan anak anda lahir ? Lahir ? kata wanita itu. Dia sudah berusia lima tahun! Ya ampun, seru Freud, Jangan hanya berdiri di sini berbincang-bincang dengan saya cepat pulang! Anda telah kehilangan lima tahun yang terbaik !

Rahasia kebahagiaan Ada seorang anak yatim piatu yang tak punya keluarga dan tak ada yang mencitainya. Pada suatu hari, saat ia sedang berjalan-jalan di padang rumput sambil merasa sangat sedih dan kesepian, ia melihat seekor kupu-kupu kecil terperangkap dalam semak berduri. Semakin kuat kupu-kupu itu berjuang untuk membebaskan diri, semakin dalam duri menusuk tubuhnya yang rapuh. Dengan hati-hati anak yatim piatu itu melepaskan kupu-kupu itu dari perangkapnya.Kupu-kupu itu tidak terbang, tapi berubah menjadi peri yang cantik. Anak kecil itu menggosok matanya karena tak percaya. Untuk kebaikan hatimu, peri baik itu berkata pada si anak Aku akan mengabulkan permintaanmu. Si anak kecil berpikir sejenak lalu menjawab, Aku ingin bahagia! Peri itu berkata, Baiklah, lalu mencondongkan tubuhnya pada si anak dan berbisih di telinganya. Lalu peri baik itu menghilang. Saat anak kecil itu tumbuh dewasa, tak ada orang lain yang sebahagia dirinya. Semua orang menanyakan rahasia kebahagiaannya. Ia hanya tersenyum dan menjawab Rahasia kebahagiaanku adalah aku mendengarkan nasihat seorang peri baik waktu aku masih kecil. Waktu ia sudah tua dan akan menemui ajal, tetangganya berkumpul di kamarnya, takut kalau rahasia kebahagiaannya akan dibawa mati. Katakanlah pada kami, mereka memohon Katakanlah apa yang dikatakan peri baik itu, Wanita tua cantik itu hanya tersenyum dan berkata, Ia memberitahuku bahwa semua orang, tak peduli mereka tampak semapan apapun, setua atau semuda apapun, sekaya atau semiskin apapun, mereka memerlukanku.

Tahukah Kita? Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita. Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah. Kita lahir dengan otak didalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin apapun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita dan ide kita. Dan apa yang anda pikiran dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan. Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa mengoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyakbanyaknya. Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia. Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah.

Harga Sebuah Waktu Seorang Ayah pulang ke rumah dalam keadaan letih di sambut oleh anak lelakinya yg berusia 7 tahun didepan pintu. Anak: Ayah, boleh tidak Kevin bertanya? Ayah: Yanak tanya apa? Anak: Berapa pendapatan ayah per jam ? Ayah: Itu bukan urusan kamu, buat apa kamu sibuk tanya? si ayah mulai marah karena merasa lelah. Anak: Kevin tidak tahu ayah. Tolonglah beritahu berapa pendapatan ayah satu jam bekerja di kantor? si anak mulai merayu. Ayah: Rp 10.000 perjam, memang kenapa? Anak: Oh si anak menjawab sambil tunduk ke bawah. Kemudian memandang wajah ayahnya sambil bertanya, Ayah.boleh tidak Kevin pinjam Rp 5000 dari ayah?. Si Ayah mulai menjadi berang dan berkata, oh, itu sebabnya kamu tanya berapa pendapatan ayah, untuk apa uang sebanyak 5000 ? mau buat beli barang mainan lagi? Ayah kerja capek-capek bukan untuk buang uang sembarangan. Sekarang pergi ke kamar dan tidur, sudah lewat jam tidur nih Anak kecil 7 tahun itu terdiam dan perlahan-lahan melangkah kembali ke kamar tidurnya. Si ayah duduk di atas sofa dan mulai memikirkan mengapa anaknya yg sekecil itu memerlukan uang sebanyak itu. Kira-kira dua jam kemudian si ayah kembali tenang dan berpikir, kemungkinan anaknya benar-benar memerlukan uang untuk keperluan di sekolahnya karena anaknya tidak pernah meminta uang sebanyak itu sebelumnya. Dengan perasaan bersalah si ayah melangkah menuju kamar anaknya dan membuka pintu. Didapati anaknya masih belum tidur. Kalau kamu betul-betul perlu uang, nah ambillah Rp 5000 ini, kata si ayah. Kevin segera bangun dan tersenyum girang. Terima kasih banyak ayah, katanya begitu gembira. Kemudian dia mencari-cari sesuatu di bawah bantalnya dan mengeluarkan selembar lima ribuan yg sudah kusut. Saat di lihat uang itu oleh ayahnya, si ayah kembali marah. kenapa kamu minta uang lagi sedangkan kamu sudah ada uang sebanyak itu? Dan dari mana kamu dapat uang di bawah bantal itu? bentak si ayah. Si anak menunduk tidak berani menatap wajah ayahnya. uang ini kevin kumpulkan dari uang saku sekolah yang ayah beri tiap hari. kevin minta lagi 5 ribu dari ayah sebab uang yang kevin punya sekarang tidak cukup, jawab si anak perlahan. Tidak cukup? memang mau buat beli apa?, si ayah bertanya balik.

Ayah, sekarang kevin sudah punya 10 ribu. Ayah ambil uang ini. Kevin mau beli satu jam waktu dari kerja ayah. kevin ingin, ayah pulang kerja lebih awal besok. kevin kangen mau makan malam bersama ayah. , jawab si anak tanpa berani memandang wajah ayahnya. Terdiam dan hanya merasakan air bening jatuh dari matanya. Sobat, sering kita sibuk bekerja dan tidak bisa membagi waktu untuk orangorang yang kita sayangi.

Kisah Penebang Pohon Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu. Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku kepada majikan? pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, Kapan terakhir kamu mengasah kapak? Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga, kata si penebang. Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang

sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja! perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. Istirahat bukan berarti berhenti. Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi. Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

Menghargai Waktu Bank memiliki pelanggan yang setiap hari diberikan pinjaman sejumlah Rp 86.400,- setiap paginya. Pada malam hari bank akan menghapus sisa uang yang tidak digunakan selama sehari. Setiap hari kita memiliki bank semacam itu bernama Waktu. Setiap pagi ia memberi anda 86.400 detik dan menghapusnya pada malam hari dan tidak akan memberikan anda sisanya. Ia juga tidak mengurangi atau memberikan waktu tambahan. Setiap hari ada satu rekening baru untuk anda. Anda harus hidup dalam simpanan hari ini. Jam terus berdetak. Gunakan waktu anda sebaik-baiknya. Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang tinggal kelas. Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur. Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan. Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu. Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang. Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan. Agar tahu pentingnya waktu SEMILIDETIK, tanyakan pada peraih medali olympiade. Hargailah waktu yang anda miliki karena waktu tidak bisa menunggu.

Sebelum Kamu Mengeluh Sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda. Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yag tinggal di jalanan Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,, Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !

Membangun Motivasi Dalam Diri Membangun Motivasi Dalam DiriCita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut. Caranya? coba simak tips berikut ini: 1. Ciptakan sensasi Ciptakan sesuatu yang dapat membangunkan dan membangkitkan gairah anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan kemarin. 2. Kembangkan terus tujuan anda Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda. 3. Tetapkan saat kematian Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Anda dapat membayangkan flash back dalam kehidupan anda. Sejak anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika anda membayangkan ajal anda sudah dekat, akan memotivasi anda untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup anda. 4. Tinggalkan teman yang tidak perlu Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong anda mencapai tujuan. Sebab, siapapun teman anda, seharusnya mampu membawa anda pada

perubahan yang lebih baik. Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat anda berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih menyenangkan dan penuh motivasi. 5. Hampiri bayangan ketakutan Saat anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut. Misalnya selama ini anda takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut anda dengan mencoba mengatasinya. Saat anda berhasil mengatasi rasa takut, saat itu anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa anda mampu mencapai hidup yang lebih baik. 6. Ucapkan selamat datang pada setiap masalah Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat anda akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika anda memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, anda akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila anda selalu siap menghadapi setiap masalah, anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan anda. 7. Mulailah dengan rasa senang Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup anda. Coba nikmati hidup dan jalan yang anda tempuh. Jika sejak awal anda sudah merasa tidak suka rasanya motivasi hidup tidak akan pernah anda miliki. 8. Berlatih dengan keras Tidak bisa tidak, anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat anda raih jika anda terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan. Kesimpulan: Motivasi dapat menumbuhkan semangat dalam mencapai tujuan. Motivasi yang kuat di dalam diri, kita akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga kita tidak akan ragu untuk melangkah ke depan, yaitu mencapai visi hidup kita.

Lingkungan kita adalah pikiran kita Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih.Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya. Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi, kata pria itu. Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini. Norman Vincent Peale, penulis buku The Power of Positive Thinking, tersenyum penuh simpati. Mari kita pelajari keadaan anda, katanya Norman dengan lembut. Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apaapa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa. Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan, kata pria itu tetap dalam kesedihan. Aku sudah tak punya apa-apa lagi. Lalu kapan kau bercerai dari istrimu? tanya Norman. Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku! Kalau begitu bagus sekali, sahut Norman penuh antusias. Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan Istri yang amat mencintai. Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara? Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!

Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan Anak-anak tidak berada dalam penjara. kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi. Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri. Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu, katanya. Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik. Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif. Tuliskanlah hal-hal positif yang Kita pernah dan sedang miliki dalam hidup ini, bebaskan pikiran-pikiran kita dari hal-hal negatif yang hanya akan menyedot energi negatif dari luar diri kita. Dengan berfikir positif kehidupan ini akan terasa amat indah dan tidaklah sekejam yang kita bayangkan. Objek-objek yang berada di sekitar kita akan sangatlah tergantung dari bagaimana cara kita memandang dan mempersepsikannya. Lingkungan Kita adalah Pikiran Kita. Lingkungan akan berbuat positif kepada Kita jika Kita mempersepsikannya baik, sebaliknya Lingkungan akan berbuat negatif kepada kita ketika kita mempersepsikan sebaliknya.

Paradigma itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang kerja. Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik korang yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu. Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu, dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. Pak, tolong dong anaknya dijaga! pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak. Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di gerbong bawah tanah itu mulai marah. Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. Pak bisa mendidik anak tidak sich! kata seorang penumpang dengan geram. Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam saja. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi, kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit LEUKEMIA yang dideritanya. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. Mungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak,

membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya. Sekali lagi saya mohon maaf. Seluruh orang didalam gerbong kereta api bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain. PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok. SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?. KARENA SEBUAH INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar

KOMITMEN TERHADAP GOAL Lomba marathon internasional 1986 di New York diikuti ribuan pelari dari

seluruh dunia. Lomba ini berjarak 42 km. mengelilingi kota New York. Jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan acara ini melalui televisi secara langsung. Ada satu orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu Bob Willen. Bob seorang veteran perang Vietnam. Ia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya kedepan. Lomba pun dimulai. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton terus bertepuk tangan mendukung para pelari. 5 km telah berlalu. Beberapa peserta mulai kelelahan, mulai berjalan kaki. 10 km berlalu. Saat ini mulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya sekedar ikut untuk iseng-2. Beberapa yang memutuskan untuk berhenti dan naik ke bis panitia. Sementara hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Bob Willen masih berada di urutan paling belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama. Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan melemparlemparkan tubuhnya kedepan dengan kedua tangannya. Ayah Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru Ayo Bob! Ayo Bob ! Berlarilah terus. Karena keterbatasan fisiknya, Bob hanya mampu berlari sejauh 10 km dalam satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan oleh panitia yang mengikutinya. Empat hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter lagi dari garis finish, Bob jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Bob perlahan-2 bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Nampak di sana tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya. Sejenak Bob memejamkan mata. Dan di tengah2 gemuruh suara penonton yang mendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak Ayo kelelahan

Bob, bangkit ! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu. Lihatlah ke depan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun ! Jangan menyerah! Cepat bangkit !!! Perlahan Bob mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. Semangat membara lagi di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat- lompat ke depan. Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book of Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon. Di hadapan puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata SAYA BUKAN ORANG HEBAT. ANDA TAHU SAYA TDAK PUNYA KAKI LAGI. SAYA HANYA MENYELESAIKAN APA YANG TELAH SAYA MULAI. SAYA HANYA MENCAPAI APA YANG TELAH SAYA INGINKAN. KEBAHAGIAAN SAYA DAPATKAN ADALAH DARI PROSES UNTUK MENDAPATKANNYA. SELAMA LOMBA, FISIK SAYA MENURUN DRASTIS. TANGAN SAYA SUDAH HANCUR BERDARAHDARAH. TAPI RASA SAKIT DI HATI SAYA TERJADI BUKAN KARENA LUKA ITU, TAPI KETIKA SAYA MEMALINGKAN WAJAH SAYA DARI GARIS FINISH. JADI SAYA KEMBALI FOKUS UNTUK MENATAP GOAL SAYA. SAYA RASA TIDAK ADA ORANG YANG AKAN GAGAL DALAM LARI MARATHON INI. TIDAK MASALAH ANDA AKAN MENCAPAINYA DALAM BERAPA LAMA, ASAL ANDA TERUS BERLARI. ANDA DISEBUT GAGAL BILA ANDA BERHENTI. JADI, JANGANLAH BERHENTI SEBELUM TUJUAN ANDA TELAH TERCAPAI.

Sebuah Kisah Yang Indah Sebuah kisah yg Indah.. Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar! Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya. Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana , memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialamai. Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya? Jerry menjawab, Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih sisi positifnya. Tetapi tidak selalu semudah itu, protesku. Ya, memang begitu, kata Jerry, Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orangorang disekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup. Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit. Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam

tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut. Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku? Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan. Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang, jawab Jerry. Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup. Apakah kamu tidak takut? tanyaku. Jerry melanjutkan, Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata Orang ini akan mati. Aku tahu aku harus mengambil tindakan. Apa yang kamu lakukan? tanya saya. Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku, kata Jerry. Dia bertanya apakah aku punya alergi. Ya jawabku.. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, Peluru! Ditengah tertawa mereka aku katakan, Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati. Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya. Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih mudah.

Rumah seribu cermin Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama Rumah Seribu Cermin. Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi Rumah Seribu Cermin. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjinganjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin. Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi. Kesimpulan : Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai?

Kisah Keluarga Burung Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah. Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anakanak elang. Kejam? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan. Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna. Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon. Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya: Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu? Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata: Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat. Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat. Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan. Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah. Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga

ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat! Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang. Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang. Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran. Lama berselang setelah melihat kedua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya: Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi? Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu! jawab si induk elang dengan penuh kasih.Tapi aku takut! ujar si anak. Kami tahu, karenanya kami ta memaksa. Jawab si induk elang lagi. Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai? tanya si anak. Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!. Bagaimana caranya? Percayalah pada kami! Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang. Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi. Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan? Dengan tenang si elang jantan berkata: Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri! Lalu si induk elang menambahkan: Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku! Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua

orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan. Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil. Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada digenggamanmu!

Kisah Sang Profesor dan Si Nelayan Suatu hari bertemulah dua orang sahabat lama di kampung pesisir sebuah pantai. Keduanya dulu sahabat dibangku SD dan SMP. Atas perjalanan sang waktu dan kesempatan maka selepas dari SMP maka mereka menjalani kehidupan masing-masing, yang satu pergi merantau ke kota untuk meneruskan jenjang pendidikannya hingga menjadi Professor dan satunya tetap tinggal di kampung nelayan menjalani kehidupan menjadi nelayan sejati. Rentang waktu beberapa puluh tahun maka suatu hari Sang Professor pulang kampung mengunjungi sanak-saudara dan keluarga beserta teman-teman lamanya. Bertemulah kedua sahabat itu dan kemudian saling melepas kangen. Sebagai bentuk reuni mereka maka teman yang berprofesi sebagai nelayan mengajak temannya yakni Sang Professor untuk naik perahu kecil memancing ikan ke tengah lautan. Dalam perjalanan ke tengah laut terjadilah dialog yang menarik antara dua kawan lama ini. Apa kamu bisa bebahasa inggris?, tanya sang professor kepada si nelayan. Wah, terus terang saja saya tidak sempat belajar bahasa Inggris karena aku hanya belajar sampai SMP dan kemudian menjadi nelayan setiap pagi & sore. jawab si nelayan dengan ringan dan sedikit malu-malu. Rugi sekali kamu tidak bisa bahasa Inggris, dengan bahasa Inggris kamu bisa mempelajari aneka ilmu, berkeliling dunia, merantau dan bisa menjadikan kamu kaya raya. Sebaliknya jika kamu tidak bisa bahasa Inggris berarti kamu sudah kehilangan 50% hidupmu, saut sang professor dengan nada yang mulai menampakkan keunggulan & kesombongannya. Kemudian professor bertanya lagi, Kalau ilmu matematika kamu bisa tidak?. Dengan malu yang makin besar, maka suara lirih sang nelayan menjawab parau, Apalagi ilmu matematika, kamu tentu tahu sendiri lah dengan bekal aku cuma lulusan SMP pasti tidak tahu banyak tentang Matematika. Jawaban si nelayan menjadikan sang professor makin besar kepala dan merasa lebih dari sahabat lamanya.

Tiba ditengah laut