kisah oentoeng

Upload: remo-harsono

Post on 17-Jul-2015

129 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kisah perjalanan seorang ahli perancang pesawat terbang Ditulis oleh Oentong Santosa DalilBanyak sekali para insinyur ITB yang lulus pada awal tahun 1980-an, terpikat dan terbakar oleh cita-cita Dr Ing Habibie untuk membangun industri pesawat terbang secara mandiri. Kisah ini adalah sebuah contoh dari kisah ratusan insinyur dikala itu yang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan merealisasikan kemandirian dalam membuat pesawat terbang. Bintang Scorpio dan Shio anjing Kalau kisah ini dimulai dari kelahiran saya maka, saya dilahirkan di kota Indramayu tepatnya di Desa Lemah Abang, pada hari Minggu 2 November 1958 jam 15.15. Ayah saya bernama Dalil, seorang Pegawai Negeri Pemda Indramayu, dan Ibu saya bernama Baedah djoebaedah, seorang Guru SD. Berdasarkan jagat perbintangan, maka bintang astrologi saya adalah Scorpio, dan kalau berdasarkan penanggalan Cina maka Shio saya adalah Shio Anjing. Orang-orang Scorpio berdasarkan statistik adalah pekerja keras dan Shio Anjing umumnya memiliki sifat-sifat kesetiaan. Setelah memasuki kelas dua SMA jurusan IPA, guru Fisika menyampaikan di depan kelas bahwa kalau ingin masuk ITB harus menjadi juara umum. Itupun mungkin belum tentu diterima, karena dari SMAN Indramayu tidak selalu ada yang diterima di ITB, kata sang guru. Jadi saya belajar sangat keras agar menjadi Juara Umum dan bisa masuk ITB. Memasuki jurusan Teknik Sipil dengan berjanji akan membeli Al Quran Singkat cerita setelah lulus SMA Indramayu, karena Indramayu daerah pertanian, maka saya mendaftarkan diri di Jurusan Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Jurusan Sipil ITB. Cita-cita saya ingin membuat bendungan untuk mengairi sawah. Sebenarnya dari Pihak SMA, saya juga ditawarkan untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa test, karena saya mencapai Juara 2 di SMAN Indramayu. Namun karena ayah menginginkan kami berkumpul di Bandung, maka akhirnya saya pilih untuk berkuliah secara paralel di UNPAD dan ITB. Rupanya kuliah di dua tempat terlalu sering bentrok. Bila di ITB ada praktikum Fisika, di UNPAD ada praktikum kodok. Setelah setahun akhirnya saya pilih satu universitas saja, yaitu ITB. Walaupun saya sudah diterima di ITB, namun saat itu kami harus melalui seleksi terlebih dahulu untuk bisa kuliah di jurusan Teknik Sipil. Saya berjanji kalau diterima di jurusan teknik Sipil, saya akan beli Al-Quran yang ada terjemahannya, supaya bisa lebih cepat mengerti isi Al Quran. Mempelajari Agama Islam di Mesjid Salman ITB Setelah diterima di Jurusan teknik Sipil dan membeli Al Quran, saya kemudian teringat akan ajaran guru Agama SD saya. Kata beliau Agama Islam adalah Agama yang sempurna, tetapi kenapa banyak orang Islam yang bingung menghadapi masa depannya, termasuk saya. Saya berkesimpulan berarti Agama saya masih tingkatan Taman Kanak-Kanak (awam). Artinya saya hanya sekedar melaksanakan Sholat, Puasa dan berbuat baik, akan tapi belum mengerti secara menyeluruh tentang Islam. Akhirnya saya putuskan untuk mempelajari Agama Islam secara lebih mendalam.

Saya kemudian sering mengunjungi perpustakaan Mesjid Salman ITB dan meminjam bukubukunya untuk dibawa pulang. Bak orang kehausan yang menemukan mata air, saya ikut menyibukan diri dengan kegiatan ekstra kurikuler di Mesjid Salam. Saya sempat menjadi mentor di Mesjid Salman dan bertemu dengan calon istri saya, yang rupanya juga dari Indramayu. Kuliah di jurusan Teknik Sipil saya lakukan sesempatnya, ujianpun seadanya, sehingga kuliah saya tertinggal. Ayah saya akhirnya mengetahui bahwa saya tidak pernah belajar ilmu teknik sipil, tapi senangnya membaca buku-buku Agama. Ayah saya marah dan bertanya, ke Bandung itu mau apa. Beliau menanyakan apakah saya mau menjadi insinyur Sipil atau mau menjadi Ustad ?. Kalau mau jadi Ustad, jangan kuliah di ITB tapi masuk Pesantren, kata ayah saya dengan nada kesal. Tahun 1985, saya magang di Direktorat Penyelidikan Masalah Air, Seksi Muara dan Pantai sampai Desember 1986. Pada dasarnya saya senang bekerja apa saja dan dimana saja, dan memang senang bekerja di DPMA. Kepala Seksinya waktu itu Pak Ir. Syamsudin Dipl, dan meminta saya menangani pantai utara Jawa Barat karena saya berasal dari Indramayu. Tahun 1986 barulah saya lulus dari ITB, tentunya setelah melewati mahasiswa percobaan. Saat itu ada peraturan baru di ITB yang menyatakan, setelah 5 tahun belum lulus harus tetap membayar uang kuliah dan dinyatakan sebagai mahasiswa percobaan. Bekerja di Industri Pesawat terbang Saya resmi bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada tanggal 1 Januari 1987, pada Departemen Stress Analysis, Direktorat Teknologi, dengan Kepala Departemen Dr Ir Sulaeman Kamil, alumni ITB jurusan Penerbangan angkatan 1960-an. Saya ditempatkan pada Bidang Komputasi, dengan Kepala Bidang Ir Agung Banu Ismadi, alumni ITB Jurusan Teknik Sipil angkatan 1973 dan pada Biro Wing dengan Kepala Biro Ir. Mochamad Mochajan ITB Jurusan Teknik Mesin Penerbangan angkatan 1975. Pada dasarnya saya menyukai pekerjaan dibidang apa saja, khususnya pada bidang yang sesuai dengan latar belakang teknik Sipil. Karena di Departemen Stress Analysis, Direktorat Teknologi IPTN, terlihat perlunya kemampuan analisa kekuatan struktur, maka saya merasa cocok disini. Malah dari sisi ilmu, para alumni teknik sipil sedikit lebih unggul dari insinyur lainnya karena kami mempelajari ilmu Mekanika Teknik sampai level VI. Namun kelemahan kami adalah belum familiar dengan struktur pesawat terbang, karena kami lebih banyak berkecimpung dengan struktur bangunan, pelabuhan ataupun dam. Mengawali tugas sebagai Junior engineer Dari bulan Januari 1987sampai bulan Desember 1988 saya mendapat jabatan sebagai Junior Engineer. Kegiatan saya selain bekerja, juga mengikuti kursus-kursus dan kuliah tambahan. Peraturan saat itu mensyaratkan untuk menjadi Engineer penuh, harus memiliki pengalaman minimum 2 sampai 4 tahun sebagai Junior Engineer. Sehingga inilah kegiatan saya sewaktu menjadi Junior engineer : Modifikasi CN235 Wing menjadi N260 Wing Modeling dan analisa Lower Skin dari CN235-E4

Analisa PSE-W23 dari CN-235 Outer Wing Lower Skin. Modeling dan analysis dari CN235 Flap Track untuk Original, Crack dan diperkuat Modeling dan analysis N230 Wing Box Study analysis fastener, access hole dengan NASTRAN dll. General Aircraft Design Course, study CADAM, NASTRAN, Finite Element Modeling and CATIA. Kuliah Aircraft Structure, DR. Sulaeman Kamil, ITB, 1987 Kursus Aircraft Structure Course, Prof. Meyer Jens, IPTN, 1988. Kursus Aircraft Structure, Prof. G Woydack, IPTN, 1988. Kursus Finite Element Modeling, Prof. Fleming, IPTN, 1988. Kursus Damage Tolerance, DOUGLAS, IPTN, 1988 Kursus Finite Element Modeling, DR. Sulaeman Kamil, IPTN, 1988.

Meningkat dari Junior engineer menjadi engineer Pada bulan Januari 1989 sampai Desember 1992, saya bisa menjadi Full Engineer. Seorang Engineer selain mengerjakan pekerjaannya, juga membantu Junior Engineer melakukan riset dan development di bidangnya masing-masing. Peraturan saat itu juga mensyaratkan bahwa untuk menjadi Senior Engineer harus memiliki pengalaman minimum 4 tahun sampai 6 tahun sebagai Engineer. Inilah kegiatan saya sebagai Engineer penuh : Analysis and Comparison of Wing CN235 Multi Section and Integrated. Modeling, Analysis and Comparison of CN235 Detail Fitting Frame 21 for Original, Crack and Repair. Analysis and Comparison of CN235-E4 and CN235-Serie FEM on Fuselage. Analysis and Comparison CN235 Outer Wing FEM and Test. Modeling and Analysis of Lug for 39 Variations in Shape and Hole Diameter. Modeling and Analysis of CN235-200 Aileron. CN235-200 Wing Fitting Stress Analysis. Development, Modeling and Analysis of N250 Vane and Flap. Analysis Gap and Overlap of N250 Vane and Flap (Config. 16 & 17) Development, Modeling and Analysis N250 Wing Box Finite Element Modeling for Configuration 11A, 11B, 11C, 15, 16, 17A,17B and 17C. Modeling and Analysis of N250-16 Access Hole. Modeling and analysis N250-16, 17 Wing Splice dll. Membawakan makalah di Experimental Mechanics Seminar I, 1990, Bandung Institute of Technology dan Experimental Mechanics Seminar II, 1991, Bandung Institute of Technology, as Author. Mengikuti kursus MSC/NASTRAN 1992 World Users Conference, 1992, Michigan USA.

Menjadi Senior engineer dan mempersiapkan pesawat N-250 terbang perdana Pada bulan Januari 1993 sampai Desember 1995 saya dipromosikan menjadi Senior Engineer. Tugas saya adalah sebagai Leader (Kepala Biro) di Wing Modeling dan Analysis. Gugus kami

bertanggung jawab untuk modeling dan analysis di area Wing, mencakup Wing Box, Leading Edge, Flap, Aileron, Engine Mount and Naccelle dll. Mendekati tahun 1995, adalah masa yang paling sibuk bagi team kami karena mempersiapkan Terbang Perdana Pesawat N250 dalam rangka Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 50. Kami disibukkan untuk menyelesaikan Dokumen untuk sertifikasi, mendukung produksi dan juga kegiatan assembling. Kami melakukan uji statik khususnya untuk Wing Box dan Engine Mount sambil terus menerus melakukan pertemuan secara intensif dengan berbagai pihak. Untuk Wing Box Alhamdulillah kami berhasil dengan baik. Antara analysis dan hasil test dilapangan ternyata hasilnya relatif sangat memuaskan. Inilah beberapa kegiatan kami saat itu : Modeling, Analysis and Review in Wing Area. Modeling, Analysis and Documentation for: N250-PA1, N250-PA2 and N250-100 Wing Box finite Element Modeling, N250-PA1, N250-PA2 and N250-100 Wing to Fuselage Interface FEM N250 Dummy Fuselage Finite Element Modeling N250 Design and Manufacturing support, N250 Wing Major Static Test Support. As Instructor for Analysis and Modeling, as a Teacher for Structure, Research and Development for Analysis and Modeling. Menjadi Kepala Bidang Analisa kekuatan Sayap Pada bulan Januari 1996 sampai dengan November 1999 saya diangkat menjadi Kepala Bidang Wing Strength Analysis. Sebagai Bidang Kekuatan Stuktur Wing, kami bertanggung jawab untuk modeling dan analysis di area Wing, mencakup Wing Box, Leading Edge, Flap, Aileron, Engine Mount and Naccelle dll. Pada bulan Januari 1998 saya diusulkan menjadi Specialist Engineer N250-100 Wing Box Stress Analysis, Wing Static Test Plan, Wing Leading Edge Stress Analysis, Flap Stress Analysis, Aileron Stress Analysis, Engine Mount Stress Analysis, Engine Fire Wall Fire Test, Wing Box Finite Element Modeling. N250-PA1 Wing Static Test Result, Engine Mount Nacelle Test Result, Wing Leading Edge Bird Impact Test Result, CN235-220 Civil and Military Wing Stress Analysis. N2130 Conceptual Design Support. As Instructor for General Stress Analysis and Design, As a Teacher for Structure and Structural analysis, Research and Development for Design and Analysis of Aircraft Especially in The Wing Area. MSC/NASTRAN Finite Element Modeling Seminar, NSI Bandung, 1996, Short Course on The Boundary Element Method in Structural Mechanics, ITB, 1997, Seminar Finite Element Modeling as Author, ITB, 1997. Ikut melakukan analisa pesawat McDonell Douglas MD-11 Setelah krisis moneter dan mengingat kondisi PT Dirgantara Indonesia semakin tidak menentu, maka pada bulan Oktober sampai November 1999 saya sempat mengerjakan Proyek Kecil di Amerika Serikat yaitu Modeling, Interface Load, Stress Analysis dari pesawat MD-11 khususnya untuk bagian Crew Rest dan juga untuk Doors

Sekembalinya dari USA pada bulan Desember 1999 sampai Mei 2001 saya diangkat sebagai Kepala Departemen Stress Analysis. Secara formal saya ditetapkan sebagai Kepala Departemen Stress Analysis, di Divisi Engineering Research Development Center, pada bulan March 2000, dengan jumlah 95 orang yang hampir semuanya adalah Engineer. Tugas-tugas saya kala itu adalah : As Supervisor in Stress Analysis Department. Standardization and Development of Stress Analysis Methodology and Guideline of Aircraft Structure. Review, Check and Approve Documents in Stress Analysis Department. Build Job Description and Qualification for Stress Analysis Junior Engineer, Engineer, Senior Engineer, Specialist Engineer, Principal Engineer dan Fellow Engineer. As Agent of Company in Stress Analysis Expertise. Bergabung dengan Embraer di Brasil Mengingat kondisi PT DI masih belum membaik, maka pada bulan Mei 2001, saya menghadap Kepala Divisi Engineering Research Development Center (ERDC) Pak Edwin Soedarmo, yang seangkatan dengan saya di ITB. Saya mengajukan permohonan izin mengundurkan dari Jabatan Kepala Departemen Stress untuk bekerja di Industri Pesawat Terbang Embraer Brasil dengan Kontrak Individu. Permohonan ini disetujui karena saya dianggap sudah cukup berjasa untuk pengembangan Pesawat N250. Akhirnya pada bulan Juni 2001 sampai dengan April 2003, saya menjadi Technical Consultant di Industri Pesawat Terbang Embraer Brasil. Industri Pesawat Terbang Embraer sering menempati posisi tertinggi dalam ekspor Negara Brasil, prestasinya diatas PETROBRAS kala itu. Setiap bulan perusahaan ini memproduksi 18 pesawat. Namun setelah peristiwa 11 September 2001, produksi mereka turun menjadi 11 pesawat per bulan. Pesawat yang laris adalah EMB-145 JET, salah satu Kompetitor N250. Menangani masalah Pesawat EMB-145 yang laku seperti kacang goreng Disaat itu Embraer sedang sibuk mengembangkan Pesawat Jet untuk 70 dan 90 penumpang selain melakukan design improvement untuk EMB-145 yang laris seperti kacang goreng dan derivasi pesawat EMB145 yaitu EMB-145 Legacy. Pesawat yang laris ini bukan tanpa masalah dan saya kebetulan ditempatkan untuk menangani design improvement EMB-145. Banyak Bleed Duct System yang pada retak terutama disambungan T dan Y karena tekanan tinggi dan panas tinggi. Thrust Reserver tersebut sudah 2 tahun belum beres masalahnya. Penanggung jawab utamanya adalah tim Spanyol dan dibantu tim ahli stress, fatigue, damage tolerance, dan dynamic analysis dari Inggris.

Untuk Thrust Reverser ini saya diminta dalam waktu 3 bulan sudah dapat menemukan penyebabnya dan juga solusinya bagaimana. Hasil analisa saya akan dibandingkan dengan tim dari Spanyol serta tim dari Inggris. Sebagai tentara bayaran, saya tentu tidak bisa menolak dan harus bisa menanganinya sendiri atau mengundurkan diri. Ada teman baik dari Embraer, keturunan Jepang, yang menasehati saya agar berhati-hati karena ini masalah yang sangat besar. Alhamdulillah dalam tempo kurang dari dua bulan, saya dapat menemukan penyebab utamanya dan menyarankan beberapa solusi yang perlu dilakukan. Sangat menarik saat kita berdiskusi dengan tim dari Spanyol dan Inggris dengan berbagai keahlianya termasuk Principal Engineer mereka. Kami berdebat secara teknis dan akhirnya menemukan kesepakatan penyebab problem Thrust Reverser tersebut. Kembali ke Indonesia dan mengalami pengrumahan karyawan Pada bulan Juni 2003, saya kembali ke Indonesian Aerospace (Nama baru PT Dirgantara Indonesia). Kondisi perusahaan sedang kritis, relatif tidak ada dukungan dari manapun. Saya sempat melakukan Development Aircraft Design and Analysis Processes dan juga Project Study untuk Pembuatan Wahana Statis Pemantau Kawasan pada saat-saat tersebut. Pada bulan Oktober 2003 terjadilah puncak krisis. Pak Edwin Soedarmo mengambil keputusan untuk merumahkan seluruh karyawan Indonesian Aerospace selama 6 bulan. Indonesia tersentak, banyak kalangan yang berkomentar termasuk kalangan Pemerintah, dan Serikat Pekerja. Tak ketinggalan tentunya adalah dunia Pendidikan dengan jurusan Penerbangan serta respons masyarakat kepada Jurusan Penerbangan yang ada di Indonesia. Ditengah hiruk pikuk tersebut, seluruh karyawan PT Dirgantara Indonesia, yang dirumahkan melakukan tindakan-tindakan untuk mengamankan kehidupannya masing-masing. Mencari kerja di Amerika Utara Kami di Departemen Stress Analysis khususnya berkonsolidasi melakukan langkah-langkah ke depan. Saya secara pribadi juga melakukan langkah-langkah cepat untuk memanfaatkan 6 bulan menganggur secara formal. Alhamdulillah dalam tempo cepat, saya berhasil diterima di D3Technology North America sebagai pegawai tetap, dengan level Senior Engineer dengan rate US $34 per jam belum termasuk tambahan uang cuti, dan biaya kesehatan yang ditanggung perusahaan. Rupanya untuk kerja diatas 6 bulan, saya tidak bisa menggunakan Visa Bisnis, saya harus mendapatkan Visa bekerja yang urusannya menjadi cukup panjang. Perusahaan D3 Technology nampaknya tidak bisa mengurus, dan harus melalui Agen. Selama pengrumahan, gaji kami tetap jalan, jadi relatif tidak begitu masalah dan waktu kosong dilanjutkan untuk berkonsolidasi dan membuat Perusahaan yang masih ada kaitannya dengan Industri Penerbangan. Semua pihak melakukan langkah-langkah, akhirnya PT. Indonesian Aerospace mengadakan seleksi ulang. Didalam proses seleksi, saya mengatakan Perusahaan untuk bebas memilih saya atau tidak, kalau memang masih diperlukan silahkan, kalau tidak saya tidak ada masalah. Rupanya perusahaan Indonesia Aerospace masih menerima saya dan November 2003 harus masuk lagi. Kegiatan-kegiatan setelah direkrut kembali oleh PT Dirgantara Indonesia Dalam masa November 2003 dengan Desember 2003, saya sempat ikut membangun pesawat terbang milik Iran yaitu HESA Aircraft Manufacturing. Saya bekerja disana sebagai konsultan untuk menangani Preliminary Design of

Emergency Door dan juga menyiapkan Preliminary Design of Cargo Door Iranian Twin Turbo Prop-MP. Saya kemudian melanjutkan dari bulan Januari 2004 sampai Juni 2004, Proyek Iranian Twin Turbo Prop termasuk Pengembangan Metoda dan Proses Kerjanya. Pada bulan Juli 2004 sampai September 2004, saya diberi tugas sebagai Project Leader Flight Structure. Tanggung jawab saya mengembangkan Metoda dan Proses Kerja di Flight Structure yang meliputi Structure Design, Stress Analaysis , Fatigue and Damage Tolerance, Weigh and Balance, Static Load, Dynamic Load dan Aeroelasticity, serta membuat dan mengembangkan Job Description dan Qualification khususnya untuk Stress analysis. Disamping itu di Engineering Research Development Center kita melakukan terobosan produk-produk dengan teknologi tinggi yang beskala kecil dan membantu proyek-proyek lain karena kekurangan orang yang sekarang tinggal 3000 orang pegawai tetap. Pada penugasan ini, saya sempat melakukan Survey Structure Helicopter yang mencakup Conceptual Design for Interface and Bomb Rack for Helicopter MI-35. Juga Survey Structure Fighter Sukhoi yang antara lain mencakup Conceptual Design for Interface and Bomb Rack for Fighter. Berikut ini beberapa tugas-tugas saya selama beberapa tahun terakhir ini : Oktober Desember 2004 Project Leader Flight structure. Pembuatan Rocket Launcher dan Analisa Kekuatan Structure Rocket Launcher Januari Desember 2005 Project Leader Flight structure. Konsultan dan Checker didaerah Wing Area untuk Pesawat Penumpang Jet NMX. Maret April 2005 bekerja sama IRAN sebagai Task Leader Stress Analysis. Konsultan Finite Element Model dan Stress Layout untuk Emergency Door. Mei Desember 2005 Project Leader Flight Structure (Indonesian - Aerospace). Pengembangan Pesawat Tanpa Awak. Investigasi Kecelakaan Pesawat CN235-Military Transport September Oktober 2005 bekerja sama IRAN sebagai Task Leader Stress Analysis. Konsultan Finite Element Model dan Detail Design untuk Emergency Door. Desember 2005 Januari 2006 bekerja sama IRAN sebagai Task Leader Stress Analysis. Konsultan Finite Element Model dan DocumenDtation untuk Emergency Door Februari Juni 2006 Project Leader Flight Structure. Proyek Peaswat Tanpa Awak . Design Analysis Interface untuk Bomb Rack dan Laucher Rocket. CN-235 MPA-AU. MI-35 Launcher Rocket. Investigasi Jatuhnya Pesawat NC212 Sedang ikut mendesign Airbus A400M Sejak Juli 2006 sampai sekarang saya berada di Turkey. Saya bekerja di Tusas Aerospace Industry. Saya saat ini ikut merancang Pesawat Angkut Militer Airbus tipe A400M. Tentang penulis (redaksi) Oentoeng santosa dalil adalah alumni jurusan Teknik Sipil. Ia menikah dengan Ayu Intan Nurani pada tanggal 4 November 1987, saat Tahun Baru Hijrah. Pasangan ini dikaruniai dua Putera. Putra pertama lahir tanggal 30 Juli 1988 dengan nama Muhammad Insan AlAmin. Sedangkan putra yang kedua lahir tanggal 13 Februari 1993

dengan nama Muhammad Insan Al-Musthafa. Oentoeng tinggal di Margahayu, Bandung.