kipi
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
KIPI
DEFINISI
Merupakan reaksi simpang pada suatu kejadian medik yang berkaitan dengan imunisasi, baik
berupa efek vaksin atau efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis; atau
kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan atau hubungan kausal. Umumnya dikenal
sebagai KIPI; Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (AEFI; Adverse Events Following
Immunization).
TUJUAN
Secara umum KIPI dijabarkan untuk memberikan pedoman pemantauan dan penanggulangan
dalam rangka meningkatkan kualitas program imunisasi. Pedoman KIPI, secara khusus
dijabarkan untuk:
1. Menemukan kasus KIPI melalui jalur laporan yang efektif dan efisien.
2. Mengetahui jenis dan pola kasus KIPI dengan cepat dan tepat.
3. Menangani kasus KIPI secara komprehensif.
4. Memberikan penyuluhan tentang KIPI dan menentramkan lingkungan masyarakat di
daerah sasaran program atau lingkungan sekolah, bila dijumpai dugaan kasus KIPI.
5. Menghimpun dan menganalisa data kasus KIPI yang lengkap dan akurat sehingga
dapat diaudit.
SASARAN
Pedoman ini diharapkan mampu diaplikasikan oleh berbagai praktisi yang berkaitan langsung
dengan Program Imunisasi, yang mana adalah:
1. Penanggung Jawab Program Imunisasi
2. Pelaksana Program Imunisasi
3. Komite Nasional PP – KIPI
4. Komite Daerah PP – KIPI
5. Petugas Kesehatan yang menerima rujukan kasus KIPI
Sistem pemantauan (Surveilans) KIPI merupakan kegiatan penemuan, pelaporan dan
pelacakan kasus KIPI secara berkesinambungan. Hasil pemantauan ini kemudian dilakukan
analisa dan diberikan umpan balik kepada pembuat keputusan Program Imunisasi untuk
menjamin keamanan imunisasi dan memberikan perlindungan pada sasaran imunisasi.
Penanggulangan KIPI merupakan suatu kegiatan yang komprehensif meliputi penanganan
medik terhadap kasus KIPI, memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat,
keamanan dan resiko imunisasi.
Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KOMNAS PP – KIPI):
a. Komite independen di tingkat nasional yang terdiri dari unsur klinisi, pakar dalam
bidang mikrobiologi, virology, vaksin, farmakologi, ahli epidemiologi, ahli forensic,
pakar hukum, yang berada dalam organisasi profesi (IDAI, POGI, PAPD, ISFI),
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan cq. Sub Direktorat Imunisasi dan Sub
Direktorat Surveilans dan Badan POM.
b. Bertugas menganalisa informasi hasil telaah kasus KIPI, meninjau keseluruhan pola
dari laporan dan pelacakan, membuat penilaian kausalitas KIPI pada kasus yang
belum dan sudah disimpulkan oleh KOMDA PP – KIPI dan melakukan umpan balik
kepada KOMDA PP – KIPI terkait. Jika diperlukan KOMNAS PP – KIPI dapat
melakukan peninjauan lapangan (pelacakan menggunakan otopsi verbal), serta
menjelaskan manfaat, keamanan dan resiko imunisasi pada masyarakat.
c. Bertanggung jawab pada Menteri Kesehatan cq. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
d. Memberikan saran, nasehat, pendapat ahli kepada pihak yang memerlukan dalam
rangka penjernihan masalah kasus KIPI dan yang akan diduga sebagai KIPI.
Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KOMDA PP – KIPI):
a. Komite independen di tingkat propinsi yang terdiri dari unsur profesi di tingkat
propinsi, Dinas Kesehatan Propinsi cq. Subdin Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Pemerintah Daerah Propinsi Bidang Kesejahteraan Sosial,
Hukum dan Organisasi.
b. Menerima informasi dari lapangan, melakukan analisa KIPI secara teratur dan
melakukan umpan balik ke system dibawahnya, melakukan peninjauan lapangan
(pelacakan dengan menggunakan otopsi verbal), menjelaskan manfaat, keamanan dan
resiko imunisasi pada masyarakat.
c. Bertanggung jawab pada Gubernur cq. Dinas Kesehatan Propinsi.
d. Memberikan saran, nasehat, pendapat ahli kepada pihak yang memerlukan
TATA CARA PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
TATA CARA PEMANTAUAN
Membutuhkan kerjasama antara Program Imunisasi Departemen Kesehatan dengan BPOM,
sebagai dua mitra yang bertanggung jawab terhadap keamanan vaksin. Akan tetapi
pemantauan yang efektif melibatkan:
1. Masyarakat atau petugas kesehatan di lapangan, untuk melaporkan jika terdapat
dugaan KIPI kepada petugas kesehatan puskesmas setempat.
2. Supervisor Tingkat Puskesmas dan Kabupaten/ Kota, untuk melengkapi laporan
kronologis dugaan kasus KIPI.
3. Tim KIPI tingkat Kabupaten/ Kota, untuk menilai laporan dan menginvestigasi KIPI
sesuai dengan kriteria klasifikasi lapangan dan melaporkan kesimpulan investigasi ke
KOMDA PP – KIPI.
4. KOMDA PP - KIPI, untuk memeriksa hasil telaah kasus dugaan KIPI di tingkat
propinsi. Serta bertugas melakukan analisa secara teratur dan melakukan umpan balik
ke sistem dibawahnya. Melakukan peninjauan/ pelacakan lapangan jika diperlukan
serta memberikan penjelasan tentang manfaat, keamanan dan resiko imunisasi kepada
masyarakat.
5. KOMNAS PP – KIPI, untuk memeriksa informasi hasil telaah yang dikirimkan
KOMDA PP – KIPI. Melakukan analisa secara teratur, meninjau pola dari hasil
laporan dan pelacakan secara keseluruhan serta membuat penilaian secara kasualitas
pada kasus yang belum dapat disimpulkan. Melakukan peninjauan/ pelacakan
lapangan jika diperlukan serta memberikan penjelasan tentang manfaat, keamanan
dan resiko imunisasi kepada masyarakat.
Pemantauan ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pendeteksian dini, merespon
terhadap kasus dugaan KIPI secara cepat dan tepat, mengurangi dampak negative imunisasi
terhadap individu ataupun program imunisasi. Keseluruhan hal tersebut merupakan indikator
kualitas.
Gambar 1. Skema Penemuan – Pelaporan Dugaan Kasus KIPI
Pemantauan atas kasus dugaan KIPI yang dilakukan meliputi:
Penemuan, pelacakan, menganalisa, menindaklanjuti, melaporkan dan mengevaluasi
kasus dugaan KIPI.
Memperkirakan angka kejadian pada suatu populasi.
Mengidentifikasi besar rasio KIPI yang dianggap tidak wajar pada/ dari vaksin
tertentu.
Memastikan suatu kasus dugaan KIPI sebagai koinsidensi atau bukan.
Mendeteksi, memperbaiki dan mencegah kesalahan pada program imunisasi.
Meresponse dengan cepat dan tepat terhadap perhatian masyarakat mengenai
keamanan imunisasi ditengah adanya resiko imunisasi.
Dari keseluruhan diatas, informasi yang lengkap merupakan bagian terpenting dalam
pemantauan suatu kasus dugaan KIPI. Hal ini supaya cepat dinilai dan dianalisa untuk
identifikasi/ respon suatu permasalahan yang merupakan salah satu aspek penting dalam
tindak lanjut suatu kasus dugaan KIPI. Pada dasarnya pemantauan terdeskripsi pada Gambar
1.
Gambar 2. Skema Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI
KOMNAS PP – KIPI bekerja sama dengan Sub Direktorat Imunisasi Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan sebagaimana terlihat pada
Gambar 2.
Dalam pelaporan suatu kasus dugaan KIPI juga harus meliputi setiap kasus yang dirawat,
meninggal, ataupun yang berat dan diyakini disebabkan oleh imunisasi. Beberapa kasus
(abses, toxic shock syndrome, sepsis dan limfadenitis BCG) meupakan indikator dari
kesalahan program dan sebaiknya dimonitor untuk mengidentifikasi dan mengkoreksi
kesalahan program.
Tabel 1. Kasus Dugaan KIPI yang Harus Dilaporkan
Tabel 2. Kurun Waktu Pelaporan Berdasarkan Jenjang Administrasi
Dalam melakukan laporan juga terdapat hambatan, untuk mengurangi hal ini dapat dilakukan
hal berikut:
Meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya laporan melalui sistem pelaporan yang
sudah ada.
Membekali dengan pengetahuan KIPI dan safety injection.
Menekankan bahwa investigasi merupakan solusi untuk menemukan masalah pada
sistem sehingga dapt diatasi dengan segera.
Memberikan umpan balik secara positif terhadap suatu laporan.
Menyediakan formulir laporan dan formulir investigasi KIPI.
Gambar 3. Alur Pelaporan - Pelacakan
Suatu laporan dugaan kasus KIPI harus segera dilacak jika:
Terdapat dalam kasus laporan untuk pemantauan.
Disebabkan oleh kesalahan program.
Kasus berat yang penyebabnya tidak bisa dijelaskan.
Menimbulkan perhatian yang serius dari masyarakat.
Tabel 3. Langkah Pelacakan KIPI
Tindak Lanjut Kasus
Dengan data pada kasus dugaan KIPI, dapat segera diberikan pengobatan, jika tergolong
berat harus segera dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian
pengobatan sesegera mungkin. Setelah didapatkan kesimpulan dari hasil investigasi dari
kasus dugaan KIPI maka dilanjutkan dengan tindakan perbaikan.
Tabel 4. Tindak Lanjut setelah Investigasi
TATA CARA PENANGGULANGAN
Dibutuhkan persiapan khusus untuk menghindari dan mengatasi terjadinya KIPI sebelum dan
pada saat pelaksanaan imunisasi. Seperti tempat yang dibutuhkan ruangan khusus seperti
UKS di sekolah atau ruangan yang memiliki tempat berbaring. Untuk alat medis dan obat
yang harus disiapkan antara lain:
Tensimeter
Infuse set
Alat suntik steril
Adrenalin 1:10000
Deksametason suntik
Cairan infuse NaCl 0.9%
Jika diperlukan juga bisa melakukan rujukan dimana merujuk pada fasilitas kesehatan milik
pemerintah yang dapat melakukan pengobatan/ perawatan KIPI di tingkat kecamatan/
kabupaten/ propinsi. Fasilitas swasta yang telah dikoordinasikan juga bisa digunakan sebagai
rujukan.
Untuk menghindari resiko terjadinya KIPI, prosedur imunisasi harus dilakukan dengan benar
dan sesuai standard. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan imunisasi
adalah:
1. Harus mencuci tangan sebelum dan sesudah penyuntikan untuk menghindari
kontaminasi.
2. Membersihkan kulit di daerah suntikan dengan air matang atau dengan alcohol 70%.
3. Membaca label sebelum melakukan penyuntikan untuk menghindari kekeliruan.
4. Memeriksa vaksin dengan mengocok terlebih dahulu. Jika terdapat perubahan warna
atau gumpalan, vaksin tersebut harus diganti dengan yang lain. Vaksin yang tidak
digunakan tersebut harus dilaporkan ke pihak terkait untuk segera ditindaklanjuti.
5. Tempat suntikan yang dianjurkan; pada bayi dibagian paha sebelah luar dan pada
anak di lengan kanan atas di daerah pertengahan muskulus deltoideus.
6. Setelah dilakukannya suntikan melakukan observasi keadaan pasien selama minimal
15 menit.
Keseluruhan prosedur diatas dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah ditunjuk dan terlatih
serta dibekali dengan surat tugas.
EPIDEMIOLOGI
KIPI akan muncul setelah pemberian vaksin dalam jumlah besar. Jika diberikan pada jumlah
yang terbatas, kemungkinan hasilnya akan belum terlihat sehingga diperlukan untuk
melakukan uji klinis Post Marketing Surveilance (PMS). Tujuannya untuk memonitor dan
mengetahui keamanan vaksin setelah pemakaian yang cukup luas di masyarakat (program
imunisasi).
ETIOLOGI
KIPI tidak hanya selalu disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada
hubungannya dengan imunisasi. Karenanya untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan
mengenai:
1. Besar frekuensi terjadinya KIPI pada pemberian vaksin tertentu.
2. Sifat kelainan yang terjadi apakah lokal atau sistemik.
3. Derajat sakit resipen, apakah memerlukan perawatan, menderita cacat atau
menyebabkan kematian.
4. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga atau tidak terbukti.
5. Apakah KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan
prosedur.
GEJALA KLINIS KIPI
Gejala klinis dapat timbul secara cepat ataupun lambat dan terbagi menjadi gejala lokal,
sistematik, reaksi susunan syaraf pusat serta reaksi lainnya. Makin cepat terjadinya KIPI
makin berat gejalanya. Keamanan suatu vaksin dituntut untuk lebih tinggi daripada obat
karena vaksin diperuntukkan kepada orang sehat terutama bayi. Karenanya toleransi efek
samping pada vaksin harus seminimal mungkin. Karena tidak ada vaksin yang aman tanpa
efek samping, setelah diberikan imunisasi harus dilakukan observasi beberapa saat hingga
dipastikan tidak terjadi KIPI.
Tabel 5. Gejala KIPI
IMUNISASI PADA KELOMPOK RESIKO
Untuk mengurangi resiko terjadinya KIPI, harus diperhatikan apakah resipen masuk kedalam
kelompok resiko. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu.
2. Bayi berat lahir rendah
3. Pasien imunokompromais
4. Resipen yang mendapatkan human immunoglobin
5. Pasien dengan HIV