kimia anlisis

28
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kimia analisis merupakan ilmu yang bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam suatu sampel (kualitatif) dan juga menentukan berapa banyak komponen yang ada dalam suatu sampel (kuantitatif). Analisis kuantitatif terbagi atas 2 bagian, yaitu analisis gravimetrik dan analisis volumetrik. Analisis volumetrik juga dapat dikatakan sebagai titrimetri (Gandjar, 2007). Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu: titrasi asidi-alkalimetri, titrasi oksidimetri, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri (Sitti Chadijah, 2012). Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. Titrasi asam basa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan asidimetri dan alkalimetri. 1

Upload: sagita

Post on 29-Sep-2015

75 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Kimia analisis merupakan ilmu yang bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam suatu sampel (kualitatif) dan juga menentukan berapa banyak komponen yang ada dalam suatu sampel (kuantitatif). Analisis kuantitatif terbagi atas 2 bagian, yaitu analisis gravimetrik dan analisis volumetrik. Analisis volumetrik juga dapat dikatakan sebagai titrimetri (Gandjar, 2007).

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu: titrasi asidi-alkalimetri, titrasi oksidimetri, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri (Sitti Chadijah, 2012).

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa.

Titrasi asam basa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri yaitu penetapan kadar larutan basa menggunakan larutan baku asam, sedangkan alkalimetri adalah penetapan suatu asam dengan menggunakan larutan baku basa.

Metode titrasi Asam-Basa ini juga digunakan untuk menghitung penetapan kadar suatu larutan asam atau basa, sehingga pada percobaan ini dilakukan metode titrasi basa berdasarkan alkalimetri untuk mengetahui penetapan kadar asam sitrat dan asam asetat.

Untuk mencapai titik akhir dari titrasi digunakan larutan baku NaOH dan indikator fenolftalein yang dapat memberi perbedaan warna dalam suasana asam maupun dalam suasana basa setelah proses titrasi.I.2 Maksud dan TujuanI.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan mempelajari dan memahami cara menentukan kadar suatu larutan asam dan basa dalam metode asidimetri dan alkalimetri dengan cara titrasi.I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain:1. Mahasiswa dapat menetapkan % kadar dari asam sitrat dengan metode alkalimetri.2. Mahasiswa dapat menghitung PH dari asam sitrat.

3. Mahasiswa dapat menetapkan % kadar dari asam asetat dengan metode alkalimetri.

4. Mahasiswa dapat menghitung PH dari asam astetat.

I.3 Prinsip Kerja

Prinsip dari percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri ini, yaitu reaksi netralisasi yang lebih dikenal sebagai asam basa, reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Dalam percobaan ini dilakukan percobaan alkalimetri, yaitu berdasarkan pada penentuan kadar suatu senyawa asam dengan menggunakan larutan baku yang bersifat basa. Ion H+ akan bereaksi dengan OH- menghasilkan air yang bersifat netral.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori

Titrasi Asam-Basa merupakan penentuan suatu kadar zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi Asam-Basa atau sering disebut reaksi netralisasi. Titrasi Asam-Basa dibagi menjadi dua, yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Day, 1986).

Asidimetri ialah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku asam. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator yang ditambahkan. Sedangkan alkalimetri ialah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku basa. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator yang dipakai (Staf Pengajar Kimia Medik Fakultas Kedokteran, 1997).

Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya: (1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk (Chang Raymond, 2004).

Pada proses titrasi dibutuhkan indikator. Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu trayek pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar, 2010).

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa), yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji, yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan (Day, 1986).

Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji dihitung berdasarkan cara yang telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada metode ini mata manusia memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna, juga dalam pengendalian proses yang berlangsung dan penentuan nilai konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan menggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan antara lain kesalahan paralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi larutan. Karena setiap individu dengan individu yang lainnya relatif berbeda, dalam pengamatan dan penghitungannya tergantung pada ketelitian masing-masing individu (Nusi, 2003).

Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu (Gandjar, 2007) :1. Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen.

2. Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna.

3. Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan.

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu (Rivai,H., 2006):

1.Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : HCO , 2HO, Asam Benzoat (CHCOOH), NaCO, KCrO, AsO, KBrO, KIO, NaCl, dll. Syarat-syarat baku primer, yaitu:1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan 3. Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO, cahaya dan uap air4. Mempunyai Mr yang tinggi2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh: larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Reaksi netralisasi ini mempunyai nilai yang berarti untuk analisa kuantitatif harus berjalan sedemikian sempurna. Reaks ini dapat disempurnakan dengan cara-cara seperti misalnya: dengan pembentukan suatu zat dengan derajat ionisasi yang kecil, dengan membebaskan gas dari suatu reaksi, dengan pembentukan endapan dari suatu reaksi, dengan membebaskan ion kompleks, dengan mengubah muatan ion dan dengan menambah suatu pereaksi yang berlebihan. Bila larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH, dimana keduanya merupakan elektrolit kuat (terionisasi sempurna dalam air), maka ion hidrogen dari HCl akan bersatu dengan ion hidroksida dari NaOH membentuk molekul air dengan derajat ionisasi yang sangat kecil dan dalam larutan terdapat ion natrium dan ion kloridadalam jumlah yang setara sebagai natrium klorida.

H+Cl- + Na+OH-

Na+Cl- + H2O

Pada reaksi netralisasi terjadi reaksi yang sempurna seperti yang ditunjukkan pada reaksi diatas. Dalam hal titrasi asam klorida dengan natrium hidroksida, terdapat ion hidrogen yang berlebihan dalam larutan asam klorida sampai tepat pada waktu penambahan larutan natrium hidroksida dalam jumlah yang setara. Pada titik stoikiometri atau titik akhir, ion hidrogen yang ada dalam larutan hanya berasal dari disosiasi molekul air dan nilai (H+) = (OH-) = 1 X 10-7, maka pH = 7 (Basset, 1994).

II.2 Uraian Bahan

II.2.1 Air suling (FI III: 96)

Nama resmi:Aqua destillata

Nama lain: Air suling, aquadest

Berat molekul: 18,02

Rumus molekul:H2O

Rumus Struktur :H H

O

Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Kelarutan: -

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat: Sebagai zat pelarut.

Kegunaan: Sebagai zat tambahan.

II.2.2 Asam asetat (FI IV : 45-46)

Nama resmi: Acidum Aceticum

Nama lain: Asam asetat, asam cuka

Berat molekul:60,05

Rumus molekul: CH3COOH / C2H4O2

Rumus struktur:

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna ; bau khas, menusuk, ; rasa asam yang tajam.

Kelarutan:

Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,

dan dengan gliserol.Khasiat:

Sebagai titrat.Kegunaan: Sebagai zat tambahan.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.II.2.3 Asam Sitrat (FI III: 50)

Nama resmi:

Acidum Citricum

Nama lain:

Asam Sitrat

Berat molekul:

210,14

Rumus molekul:

C6H8O7

Rumus Struktur:

Pemerian

:Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih, tidak berbau rasa sangat asam, agak higroskopi, merapuh dalam udara kering dan panas.

Kelarutan:

Larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.

Khasiat:

Sebagai titrat.

Kegunaan:

Sebagai tambahan.

Penyimpanan:

Dalam wadah tertutup baik.

II.2.4 Etanol (FI III: 65)

Nama resmi: Aethanolum

Nama lain:

Etanol, alkohol

Nerat molekul:

46,07

Rumus molekul:

C2H6ORumus struktur:

Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroformI dan dalam eter P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Khasiat:

Sebagai antiseptik.Kegunaan:

Sebagai zat tambahan.II.2.5 Fenolftalein (FI IV: 675)

Nama resmi: Phenolftalein.Nama lain: Fenolftalein.Berat molekul : 318,32

Rumus molekul : C20H14O4

Rumus Struktur:

Pemerian:

Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.

Kelarutan:

Sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P.

Khasiat:

Sebagai indikator.Kegunaan:

Sebagai zat tambahan.Penyimpanan:

Dalam wadah tertutup baik.II.2.6 Kalium Biftalat (FI III: 686)

Nama resmi: Kalium hidrogenftalat

Nama lain: Kalium biftalat

Berat molekul: 204,2

Rumus molekul: CO2.C6H4.CO2K

Rumus struktur : O H H O

C C C C C C C C K

O H

H O

Pemerian: Serbuk hablur, putih tidak berwarna.

Kelarutan: Larut perlahan-lahan dalam air, larutan jernih.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.Khasiat: Sebagai baku primer.Kegunaan: Sebagai zat tambahan.II.2.7 Natrium hidroksida (FI IV: 589)

Nama resmi: Natrii hydroxydum

Nama lain:

Natrium hidroksida

Berat molekul:

40,00

Rumus molekul:

NaOH

Rumus struktur:

Na O - HPemerian :

Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2.Kelarutan:

Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).

Khasiat: Sebagai titran.Kegunaan: Sebagai zat tambahan.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Botol

3. Buret

4. Cawan porselin

5. Gelas kimia

6. Gelas ukur

7. Labu erlenmeyer

8. Neraca analitik

9. Pipet tetes

10. Pipet volume

11. Sendok tanduk

12. Statif dan klem

III.1.2 Bahan

1. Aluminium Foil

2. Aqua destilata

3. Asam asetat4. Asam sitrat

5. Aetanolum

6. Fenoftalein

7. Kalium biftalat

8. Kertas perkamen

9. Natrium hidroksida

10. Tissue

III.2Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan air bebas CO21. Disiapkan alat dan bahan.2. Diukur air sebanyak 500 mL.3. Dituangkan ke dalam gelas kimia.4. Ditutup dengan aluminium foil.5. Dipanaskan menggunakan kompor listrik selama beberapa menit.6. Didinginkan.III.2.2 Pembuatan larutan NaOH

1. Ditimbang seksama NaOH sebanyak 20 g.2. Diukur aquades sebanyak 500 mL.3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia.4. Diaduk hingga larut.5. Dimasukkan ke dalam botol.6. Diberi label NaOH.III.2.3 Pembakuan NaOH 1 N1. Ditimbang kalium biftalat sebanyak 0.3 g.2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1500C selama 30 menit.3. Dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2.4. Dipipet sebanyak 3 mL larutan kalium biftalat ke dalam labu erlenmeyer.5. Ditambahkan 3 tetes indikator fenoftalein.6. Dititrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna menjadi merah keunguan.III.2.4 Penentuan kadar asam sitrat

1. Ditimbang seksama asam sitrat sebanyak 300 mg.2. Dilarutkan dalam 100 mL air.3. Dipipet 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer.4. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.5. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna.6. Dicatat volume titran.III.2.5 Penentuan kadar asam asetat1. Diukur asam asetat sebanyak 20 mL.2. Dilarutkan dalam 20 mL air.3. Dipipet 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer.4. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.5. Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna.6. Dicatat volume titran.BAB IV

HASIL PENGAMATANIV.1 Tabel Hasil Pengamatan

IV.1.1 Penetapan kadar asam sitrat

NoSampelVol. Titrat (mL)Vol.Titran (mL)V1 V2Indikator PPPerubahan warna

1.Asam sitrat200,5 0,43 tetesPink keunguan

IV.1.2 Penetapan kadar asam asetat

NoSampelVol. Titrat (ml)Vol.Titran (ml)

V1 V2Indikator PPPerubahan warna

1Asam asetat2030,4 26,53 tetesPink keunguan

IV.2 Perhitungan

IV.2.1 Penetapan kadar asam sitrat

Dik:

Volume NaOH (V1)

= 0,45 mL

Normalitas NaOH (N1)= 1 N

Volume Asam Sitrat (V2)= 20 ml

Dit: Normalitas Asam Sitrat?

Penye:

V1 x N1 = V2 x N2

0,45 x 1 = 20 x N2

N2 =

= 0.0225 N % kadar asam sitrat

pH asam sitrat

dik :

Asam sitrat= 300 mg = 0,3 g

Mr asam sitrat= 192

Ka

= 10-5 V asam sitrat= 20 mL = 0,02 L

Dit : pH asam sitrat = .?

Penye :[H+]= mol=

=

= 0,0016

M= = = 0,08 mol L-1

[H+]= 10-5 x 8.10-2)

= (8 x 10-7)

= 2,83 x 10-3,5

pH = 3,5 log 2,83

= 3,5 - 0,453

= 3,047IV.2.2 Penetapan kadar asam asetat

Dik:

Volume NaOH (V1)

= 28,45 mL

Normalitas NaOH (N1)= 1 N

Volume Asam asetat (V2)= 20 ml

Dit: Normalitas Asam asetat?

Penye:

V1 x N1 = V2 x N2

28,45 x 1 = 20 x N2

N2 =

= 1,423 N

% kadar asam asetat

pH asam asetat

dik :

Asam asetat= 20 mL = 20 g

Mr asam asetat= 60

Ka

= 10-5 V asam asetat= 20 mL = 0,02 LDit : pH asam asetat = .?

Penye :[H+]= mol=

=

= 0,33 mol

M= = [H+]= 10-5 x 165 . 10-1)

= (165 x 10-6)

= 12,85 x 10-3

pH = 3,5 log 12,85

= 3,5 1,11

= 2,39

IV.3 Reaksi-reaksiIV.3.1 Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat

KHC8H4O4 + NaOH KNaC8H4O4 + H2O

IV.3.2 Penetapan kadar asam sitrat

C6H8O7 + NaOH

C6H7O7Na + H2O

IV.3.3 Penetapan kadar asam asetat

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

BAB VPEMBAHASANV.1 Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat

Dalam percobaan ini, hal yang dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah menyiapkan alat dan bahan. Semua alat yang digunakan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% agar alat yang akan digunakan tersebut bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri. Setelah itu langkah selanjutnya adalah pembuatan air bebas CO2. Adapun yang pertama dilakukan adalah diukur 500 mL aqua destilata, kemudian dipanaskan aqua destilata tersebut menggunakan kompor listrik hingga mendidih. Setelah itu didinginkan kemudian terbentuklah 500 mL air bebas CO2, kemudian ditutup dengan aluminium foil. Hal ini bertujuan agar air tersebut tidak terkontaminasi dengan CO2 dari luar (Achmad, 2006).

Sebelum melakukan pembakuan, terlebih dahulu harus melakukan pembuatan larutan NaOH 1 N. Adapun yang pertama dilakukan yaitu ditimbang 20 gram NaOH, kemudian dilarutkan ke dalam 500 mL air bebas CO2. Alasan pengguaan air bebas CO2 yaitu karena jika menggunakan air lain akan mempengaruhi keasaman dari larutan (Ahmad, 2006). Lalu diaduk hingga larut, sampai terbentuk larutan NaOH 1 N.

Selanjutnya pada pembakuan NaOH,langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 gram dan dikeringkan dalam oven pada suhu 1500 C selama 30 menit. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam larutan baku sehingga menghasilkan konsentrasi yang tepat pada proses pembakuan (Achmad, 2006). Kemudian dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 dan diaduk hingga homogen. Dalam pembakuan ini, harus menggunakan air bebas CO2 karena, Jika tidak menggunakan air bebas CO2 maka akan mempengaruhi keasaman dari botol atau kebasaan botol berkurang, sehingga analisa akan sulit dilakukan karena analisanya bersifat basa terlebih dahulu sebelum dititrasi dengan NaOH 1 N (Nusi, 2003).

Setelah larutan menjadi homogen, lalu ditambahkan 3 tetes indikator penolfthalein, indikator ditambahkan untuk mempengaruhi adanya perubahan warna pada titik ekuivalen kemudian di titrasi dengan NaOH, sehingga terbentuk perubahan warna merah keunguan mantap pada akhir titrasi, sehingga menghasilkan larutan baku NaOH 1 N.V.2 Penetapan kadar asam sitrat

Setelah pembakuan NaOH 1 N, selanjutnya dilakukan penetapan kadar asam sitrat. Pertama ditimbang asam sitrat sebanyak 0,3 gram kemudian dilarutkan dalam 100 mL air, lalu dipipet 20 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, dititrasi dengan NaOH 1 N kemudian diteteskan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes sampai terjadi perubahan warna menjadi pink keuguan. Dalam percobaan ini indikator yang digunakan adalah fenolftalein, hal ini disebabkan karena fenolftalein mempunyai warna ungu dan tak berwarna atau penambahan ion hidroksida untuk menghilangkan atau menggantikan perubahan indikator-indikator menjadi warna ungu. Fenolftalein juga digunakan sebagai tanda bereaksinya antara NaOH yang telah direaksikan dengan kalium biftalat sehingga menghasilkan titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna menjadi menjadi pink keunguan (Dirjen POM, 1995). Berdasarkan pengamatan, volume titran yang digunakan pada proses titrasi penetapan kadar asam sitrat dengan titrasi pertama 0,5 mL dan titrasi kedua adalah 0,4 ml.

Berdasarkan perhitungan % kadar yang diperoleh asam sitrat adalah V.3 Penetapan kadar asam asetat

Penetapan kadar asam asetat (CH3COOH) dengan natrium hidroksida (NaOH) merupakan titrasi alkalimetri untuk menitrasi asam lemah dengan basa kuat. Langkah pertama yang dilakukan dalam penetapan kadar asam asetat yaitu mengukur sebanyak 20 mL kemudian dilarutkan dalam 20 mL air,lalu dipipet sebanyak 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlemnmeyer. Setelah itu ditambahkan 3 tetes fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH.

Berdasarkan pengamatan volume titran yang digunakan pada proses titrasi asam asetat dengan titrasi pertama 30,4 mL dan titrasi kedua 26,5 mL, warna titrat berubah menjadi pink keunguan.

Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar, 2010). Berdasarkan perhitungan % kadar yang diperoleh asam asetat adalah 0,356 % dan pH 2,39.

Volume titran yang digunakan pada penetapan kadar asam sitrat lebih banyak dibandingkan pada penetapan asam asetat, karena asam asetat memiliki tingkat keasaman lebih tinggi dibandingkan dengan asam sitrat (Day, 1986).

17