kidung sunda sejarahnya

7
Kidung Sunda 1 Kidung Sunda Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri. Versi kidung Sunda Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. f, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya: 1. 1. Kidung Sunda 2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda) Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini. Ringkasan Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh. Pupuh I Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah. Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya. Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar. Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak dari Sunda disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.

Upload: doddie-yulianto

Post on 03-Jan-2016

329 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

sekelumit perihal kidung suda

TRANSCRIPT

Page 1: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 1

Kidung SundaKidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dannaskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencariseorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya.Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit.Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit dipelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan KerajaanSunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.

Versi kidung SundaSeorang pakar Belanda bernama Prof Dr. f, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan danditerbitkannya:1.1. Kidung Sunda2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannyalebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.

RingkasanDi bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.

Pupuh IHayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirimutusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawalukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putriSunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saatitu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendakmenyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruhMadhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang,putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar.Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Taklama kemudian mereka bertolak dari Sunda disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlahtotalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.

Page 2: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 2

Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orangSunda menaiki kapal semacam ini.

Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapalyang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “jung Tatar(Mongolia/Cina) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya.”(bait 1. 43a.)

Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkankedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubatdatang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. PrabuHayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka.Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklahseyogyanya seorang maharaja Majapahit menyongsong Raja Sundayang seharusnya menjadi raja bawahan. Siapa tahu dia seorang musuhyang menyamar.

Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton danpara pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidak berani melawan.Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembangan terkini di Majapahit.Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn, untuk pergi ke Majapahit. Ia disertai tiga pejabatlainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumah patih Gajah Mada. Di sana beliau menyatakan bahwaRaja Sunda akan bertolak pulang dan mengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karenaGajah Mada menginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal Nusantara Majapahit.Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita kerajaan. Makaberpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwa keputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalamtempo dua hari.Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia menjadi negara bawahan Majapahit. Maka beliauberkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baikgugur daripada hidup tetapi dihina orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya danmembelanya.Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh mereka pulang. Tetapimereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.

Pupuh II (Durma)Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat yang berisikansyarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah dan pertempuran tidak dapat dihindarkan.Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton, Gajah Mada danakhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi karena kalah jumlahnya, akhirnyahampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěn dikalahkan oleh Gajah Madasedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwiraSunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos danmelaporkan keadaan kepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian sesuai ajaran Hindu merekamelakukan belapati (bunuh diri). Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh dirimassal di atas jenazah-jenazah suami mereka.

Page 3: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 3

Pupuh III (Sinom)Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Ia kemudian menuju ke pesanggaran putriSunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpun meratapinya ingin dipersatukan denganwanita idamannya ini.Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, makamangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.Setelah beliau diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Merekamenyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya. Kemudianbergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka beliaumengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang(moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip "Siwa dan Buddha" berpulang ke negara mereka karena Majapahitmengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.

AnalisisKidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yang akurat, meskikemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas dan lancar. Tidakberbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat.Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan orang-orangSunda yang memaki-maki patih Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wurukyang meratapi Putri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Semuanya bisasaja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini juga bertentangan dengan sumber-sumber lainnya,seperti kakawin Nagarakretagama, lihat pula bawah ini.Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan seperti sudah dikemukakan,seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentang wafat prabu Hayam Wuruk dan patih GajahMada, penulisannya berbeda dengan kakawin Nagarakretagama.Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu dan putri Sunda tidakdisebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan Dyah Pitaloka.Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antara Nusantara dan tanah Sunda.Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih Gajah Mada. Sedangkan yang disebutsebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orang Tumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?),Wandan (Banda, Maluku Tengah), Tanjungpura (Kabupaten Ketapang) dan Sawakung (Pulau Sebuku?) (contoh bait1. 54 b.) . Hal ini juga sesuai dengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayahMajapahit di mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.

Page 4: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 4

PenulisanSemua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelas apakah teks iniditulis di Jawa atau di Bali.Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui dengan pasti. Di dalam teksdisebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan usia teks. Sebab orang Indonesiasudah mengenal senjata api minimal sejak datangnya bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511.Kemungkinan besar orang Indonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orangPortugis mendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.

Beberapa cuplikan teksDi bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teksdiambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.

Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda (bait 1. 66b – 1. 68 a.)Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri,adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong ikiandap ring yuda.

Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sundakagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.

Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang,amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.

Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tanpracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng nirayaatmamu těmbe yen antu.

Alihbahasa:• “Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa

Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain,kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.

•• Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan.Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramumundur.

•• Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Adayang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana merekamerengek-rengek minta tetap hidup.

• Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itutidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta danberbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”

Page 5: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 5

Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit (bait 2.69 – 2.71)[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sirasang nataputri.

Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngongmarĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.

Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan,srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.

Alihbahasa:•• [...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti

kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.• Maka ini terdengar oleh Sri Raja <Sunda> dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada

tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”• “Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’

beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orangMajapahit).

Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas (bait 3.29 – 3. 33)Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara srinarapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmahlaywan.

Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrangrumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun,mangke prapta angajawa.

Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmahkayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih,lah palalun, pangdaning Widy angawasa.

Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sidakâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambramalěnglěng amrati cita.

Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwirguruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri,arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.

Alihbahasa:•• Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia,

tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelahdibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.

• Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutupterlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari.Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.

• Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikutdatang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin <hamba> masihhidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!

• Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya.

Page 6: Kidung Sunda sejarahnya

Kidung Sunda 6

Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.• Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Raja semakin merana.

Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membuka kelopak bunga untuk mekar,bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas teruraibagaikan kabut.

*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruhpada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

Referensi• C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161.• C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta: De Bliksem.• Sri Sukesi Adiwimarta, 1999, ‘Kidung Sunda (Sastra Daerah Jawa)’, Antologi Sastra Daerah Nusantara, kaca

93-121. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN 979-461-333-9• P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan. (hal. 528-532)

Page 7: Kidung Sunda sejarahnya

Sumber dan Kontributor Artikel 7

Sumber dan Kontributor ArtikelKidung Sunda  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=6703043  Kontributor: Adry Zahedi, Alamnirvana, Borgx, Hadiyana, Hayabusa future, Kandar, Kembangraps, Kia 80,Meursault2004, Wic2020, Zaini Suherly, 6 suntingan anonim

Sumber Gambar, Lisensi dan KontributorBerkas:Rigging4.png  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Rigging4.png  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Akigka, Docu, Dustsucker, Ibn Battuta, Stunteltje,Toutíorîx, 2 suntingan anonim

LisensiCreative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported//creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/