khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

17
PEMBAHASAN 1. Inclution Bodies Rabies (Rabies pada anjing) Secara Epidemiologi,Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat. Rabies bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dengan gejala yang sangat memilukan. Virus Rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebabkan melalui gigitan atau jilatan.Sangat berbahaya bagi hewan dan manusia karena dapat menyebabkan kematian bila gejala penyakit timbul. Virus Rabies merupakan golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus. Family Rahbdoviridae dibagi dalam dua golongan yaitu Vesiculovirus yang terdiri dari virus penyebab vesicular Stomatitis dan Lyssavirus yang terdiri dari Rabies. Cara Penularan, belum ada kasus rabies yang ditularkan melalui saluran pernafasan. Virus Rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melaluiluka gigitan hewan penderita Rabies, Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita Rabies. Untuk mengetahui tanda-tanda Rabies pada manusia, yang pertama harus diperhatikan adalah riwayat gigitan oleh hewan seperti anjing atau hewan penular Rabies (HPR) lainnya. Pada manusia stadium permulaan sulit diketahui, biasanya didahului

Upload: khoirilliana12

Post on 15-Aug-2015

31 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

PEMBAHASAN

1. Inclution Bodies Rabies (Rabies pada anjing)

Secara Epidemiologi,Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang

disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat. Rabies bersifat

zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dengan gejala yang

sangat memilukan. Virus Rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan

disebabkan melalui gigitan atau jilatan.Sangat berbahaya bagi hewan dan manusia karena

dapat menyebabkan kematian bila gejala penyakit timbul.

Virus Rabies merupakan golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus

Lyssavirus. Family Rahbdoviridae dibagi dalam dua golongan yaitu Vesiculovirus yang

terdiri dari virus penyebab vesicular Stomatitis dan Lyssavirus yang terdiri dari Rabies.

Cara Penularan, belum ada kasus rabies yang ditularkan melalui saluran pernafasan.

Virus Rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melaluiluka gigitan hewan

penderita Rabies, Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita Rabies.

Untuk mengetahui tanda-tanda Rabies pada manusia, yang pertama harus diperhatikan

adalah riwayat gigitan oleh hewan seperti anjing atau hewan penular Rabies (HPR) lainnya.

Pada manusia stadium permulaan sulit diketahui, biasanya didahului dengan sakit kepala,

lesu, mula, nafsu makan menurun, gugup dan nyeri tekan pada luka bekas gigitan.

Pada stadium lebih lanjut, Air liur dan air mata keluar secara berlebihan, Peka terhadap

sinar, suara yang keras dan angin yang kencang, Ciri khas dari penderita Rabies adalah rasa

takut yang berlebihan terhadap air (hydrophobia), Kejang-kejang dan disusul dengan

kelumpuhan, Pada umumnya penderita meninggal 4 - 6 hari kemudian setelah gejala/tanda-

tanda di atas timbul.

Perubahan umumnya terjadi di susunan syaraf pusat. Pada selaput otak tampak padat

dan biasanya ditemukan adanya oedema. Pada hewan yang terkena Rabies apabila dibuka di

daerah perut biasanya ditemukan benda asing seperti kayu, batu atau sepotong logam.

Sedangkan dilihat di bawah mikroskop akan ditemukan cytoplasmic inclusion bodies (negri

bodies) pada sel-sel syaraf. Pada umumnya banyak ditemukan di dalam hippocampus tetapi

kadang-kadang juga ditemukan di ganglia.

Page 2: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

Mencegah penyebaran Rabies dan eliminasi agen penyebab, dengan caramenghindari

gigitan, baik dari anjing pelihara maupun gigitan anjing liar. Mengurangi atau meniadakan 

tempat yang potensial untuk berkumpul dan bertemu anjing. pemberantasan ditujukan

terhadap anjing atau Hewan Penular Rabies (HPR) yang tidak diketahui status vaksinasinya,

baik anjing peliharaan maupun anjing liar.

Hewan Tertular, menggigit harus dianggap sebagai tersangka Rabies. Tindakan

observasi selama 10 - 14 hari harus diterapkan. Apabila hasil observasi negatif, pemusnahan

dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi tertentu seperti atas permintaan pemilik atau kondisi

anjing sudah tidak layak untuk dipelihara. Hewan seperti sapi, kerbau, domba, kambing dan

kuda bukan ancaman bagi penyebaran Rabies (walaupun pada manusia masih tetap menjadi

resiko).

Apabila ada bukti yang meyakinkan (laboratoris) bahwa di suatu tempat terjadi wabah

Rabies, maka langkah tindakan yang sistematis untuk menanggulangi wabah tersebut harus

segera dijalankan, melalui tahapan-tahapan KIAT VETINDO. Semua anjing dan Hewan

Penular Rabies lain yang berada di wilayah administratif daerah bersangkutan dinyatakan

sebagai hewan tertular Rabies yang sah dijadikan sasaran eliminasi. Hewan yang masuk dari

luar ke dalam daerah wabah, terutama yang masuk secara ilegal dapat  pula menjadi target

pemusnahan. Pemusnahan dilakukan terutama terhadap anjing, kucing dan kera yang

mempunyai potensi sangat besar dalam menularkan dan menyebarkan Rabies.

Hewan-hewan yang kontak dengan penderita Rabies bisa saja menimbulkan masalah

yang lebih besar daripada hewan tertular. Tanda-tanda klinis dari hewan tertular dapat terlihat

setelah beberapa jam, beberapa hari, satu minggu atau paling lama dua minggu. Meskipun

demikian inkubasi penyakit tersebut dapat sampai berbulan-bulan. Oleh karena itu tindakan

karantina untuk memudahkan observasi, merupakan prosedur yang harus ditempuh sampai

diperoleh kepastian bahwa hewan tersebut bebas.

Pengendalian dan Pemberantasan Melalui Metoda Lab. Di masa lalu Pengendalian dan

Pemberantasan Rabies dilakukan melalui kegiatan vaksinasi dan eliminasi, dengan cara

membagi rata jumlah vaksin dan strycnine ke semua wilayah. Pola semacam ini telah

berlangsung lama dan sekarangpun mungkin masih banyak diterapkan di beberapa wilayah di

Indonesia. Sistem membagi rata alokasi vaksin dan strycnine dianggap tidak dapat

menyelesaikan masalah Rabies secara tuntas. Hal ini disebabkan sasaran/target program

menjadi tidak fokus, tidak spesifik, tidak berdaya guna dan tidak berhasil guna yang pada

Page 3: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

akhirnya kasus tetap muncul.Pada saat ini Pengendalian dan Pembenrantasan Rabies harus

dilaksanakan melalui Local area Specific Problem Solving (LAS) penanganan Rabies melalui

pendekatan spesifik wilayah (lokal).

Pathogenesa dan Penyebaran Virus, Virus rabies masuk kedalam tubuh pada

umumnya masuk kedalam tubuh melalui perlukaan dan melalui gigitan hewan yang terinfeksi

Rabies, jilatan terhadap membran mukosa, kontaminasi materi infeksius pada cakaran yang

bersifat transdermal bahkan vaksin rabies inaktif yang menyebabkan infeksi juga pernah

dilaporkan.

Virus yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan akan ber-replikasi dalam otot atau

jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan

neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat (SSP).Virus terus ber-replikasi

hingga masuk menuju kelenjar ludah dan jaringan lain. Sehingga virus ini pada umumnya

menyebar ke hewan lain melalui saliva dari hewan yang terinfeksi (melalu

gigitan). Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang

genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang, jumlah

inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik

masuk ke SSP. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih

pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.

Virus Rabies mempunyai kemampuan untuk menginfeksi antar sel dan jaringan (in

vitro) dan dan dalam sel (in vivo). Virus rabies mempunyai opsi untuk menyebar ke sel yang

terinfeksi atau sel sehat melalui jaringan intertisial. Pada tipe penyebaran in vivo, virus

menyebar didalam sel khususnya sel-sel saraf perifer dan sel neuron dari SSP melalui

transport intraaxonal danmicrotube network dependent process.   Virus yang bergerak dalam

sistem intraaxonal, mempunyai kemampuan daya jelajah yang tinggi terutama pada neuron

bipolar sebelum masuk dan menyebrang kedalam synaps dari suatu sel saraf ke sel saraf yang

lain.Secara postulat bahwa nucleokapsid dari virus mungkin ditransportasikan dalam aliran

axonplasmic sepanjang axon melalui synaps ke dalam postsynaptic neuron meskipun postulat

ini masih dianggap lemah. Studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kemampuan virus

Rabies dalam melakukan menginfeksi sel didalam inang bergantung pada protein G dari

virion. Studi lain yang menunjukkan bahwa fenotp penyalit Rabies yang diperlihatkan oleh

Inang (Dumb Rabies dan Severe Rabies) bergantung pada tipe virus yang menginfeksi SSP.

Page 4: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

Gejala Klinis pada Manusia, Masa inkubasi di manusia dari penyakit Rabies

sangatlah bervariasi, dimulai dari 7 hari hingga beberapa tahun. Hal ini tergantung kepada

Dosis dari inoculum, Keparahan dari luka hasil gigitan, Jarak luka dengan SSP, seperti luka

yang terjadi diwajah mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek jika dibandingkan dengan

luka di kaki.

Penyakit Rabies dimulai dengan tahap non spesifik atau tahap prodormal yang dikuti

oleh gejala, demam, malaise, anorexia, gangguan tenggorokan, sakit otot, dan sakit

kepala. Pada daerah sekitar perlukaan korban akan merasakan rasa gatal dan sensasi

abnormal. Kemudian tahap ini diikuti oleh tahap dua klinis yaitu hyperexcitability, spasmus

dan hydrophobia (furious). Yang lainnya adalah menunjukan gejala rabies untuk tipe

Rabies Dumb.

Jika terjadi komplikasi biasanya diikuti gejala klinis yang melibatkan SSP, sistem

kardiovaskular serta system respirasi. Gejala Cardiac dystrithmia akan diikuti oleh

terganggunya pernafasan. Adanya tekanan intracranial menurunkan level kesadaran pada

manusia dan fokal konvulsi. Hal ini karena adanya gangguan SSP adalah gangguan

thermoregulasi tubuh.

Tanda-tanda penyakit Rabies pada manusia, Sakit kepala, tidak bisa tidur, demam

tinggi, mual/muntah, hilang nafsu makan,Merasa panas atau nyeri atau gatal pada tempat

gigitan, Sangat takut pada air dan peka terhadap cahaya, suara serta hembusan udara, Air

mata dan air liur keluar berlebihan, Pupil mata membesar, Bicara tidak karuan, gelisah, selalu

ingin bergerak dan tampak kesakitan, Kejang-kejang, lumpiuh dan akhirnya meninggal dunia.

Prosedur diagnosis Rabies dilakukan jika terdapat laporan kasus gigitan terhadap

manusia atau kasus yang menyebabkan Rabies. Proses diagnosispemeriksaan post

mortem memberikan kontribusi yang besar dalam proses diagnostik selain berbagai metode

lain untuk menunjang proses diagnosis dan gejala klinis dari hasil pengamatan serta riwayat

penyakit adalah penunjang lain dalam proses diagnosis.

Temuan badan negri telah menjadi hal yang paling sering menjadi acuan dalam proses

diagnosa. Dengan perkembangan teknologi saat ini berbagai prosedur diagnosis lain

berkembang dengan tingkat spesifitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dengan melakukan

deteksi pada virion dari virus, protein spesifik pada virus, dan genome RNA pada virus. 

dilakukan dengan cara pengamatan langsung partikel virus, deteksi protein virus dengan

visualisasi adanya reaksi antara antibodi yang telah dilabel.

Page 5: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

Pengambilan dan Pengiriman Sampel, satu faktor penting untuk menunjang proses

diagnosa adalah pemilihan bahan pemeriksaan serta cara pengepakan dan pengirimannya ke

laboratorium.

Koleksi spesimen diperhatikan semenjak proses euthanasia secara baik dan

benar. Proses euthanasia sebaiknya dilakukan sehingga tidak merusak bagian kepala. Hal ini

dapat dilakukan dengan injeksi barbiturate atau non barbiturate atau gas. Kemudian bangkai

secepatnya didinginkan untuk menghambat proses dekomposisi dan autolysis dari otak yang

dapat menggangu proses diagnosis selanjutnya.

Pengambilan sampel jaringan yang tepat akan menunjang diagnosa, karena badan negri

sebagai ciri patognomonis pada Rabies tidak dapat selalu ditemukan pada semua jaringan

dalam tubuh tetapi pada jaringan syaraf besar, seperti hipokampus, ganglia, mesenfalon dan

otak kecil.Kontaminasi pada spesimen merupakan suatu faktor yang dapat menganggu

pemeriksaan dan khususnya untuk isolasi virus. Pengiriman sampel sebaiknya seharusnya

dilakukan sedemikian rupa sehingga virus dalam spesimen tetap terjamin sampai ke

laboratorium.

Untuk pemeriksaan diperlukan spesimen dapat berupa bangkai, kepala atau spesimen

sampel jaringan seperti hipokampus, otak kecil dan spesimen lainnya sebanyak masing-

masing 3 gram atau lebih. Spesimen, kemudian dimasukkan dalam kontainer logam

(kontainer pertama) ditutup rapat dan disimpan dengan kedinginan 4°C atau dibekukan

sampai saat pengiriman.  

Untuk mendiagnosa diperlukan sebanyak 6 buah preparat, masing-masing 2 buah untuk

hippocampus (terpenting) otak besar bagian luar dan otak kecil dari masing-masing otak.

Menurut cara membuatnya, terdapat 3 jenis preparat yakni preparat sentuh (impression

method), preparat ulas (smear method) atau preparat putar (rolling method).

Kelenjar ludah penting artinya untuk mengetahui risiko pengigitan, karena itu perlu

disertakan sebagai bahan pemeriksaan. Kelenjar ludah dapat dimasukkan dalam botol

spesimen. Tutup botol/vial rapat-rapat dan simpan dalam keadaan dingin.

Tanda pengenal perlu disertakan/ditempelkan pada kontainer (botol/vial) yang berisi

bahan pemeriksaan. Tanda pengenal berisi: Nama jaringan/organ, bahan pengawet/fixative

yang dipakai, species hewan dan tanggal pengambilan.

Pengepakan dan Pengiriman Sampel, Spesimen sebaiknya dijaga dalam suhu

refrigerator (4-8 0C)pada saat dilakukan transport. Penggunaan gliserol sebagai media

transport sebaiknya dihaindari karena akan mengurangi intensitas immunofluoresecence

Page 6: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

meskipun telah dilakukan pencucian.khusunya penggunaan aseton fiksasi untuk proses

konjugasi.

Pendinginan yang hanya dilakukan sekali tidak akan menggangu proses diagnosis

selanjutnya. Proses thawing dan pendinginanyang dilakukan berulang kali akan berefek

terhadap sensitifitas dari proses diagnosis selain proses dekomposisi pada SSP juga dapat

menyebabkan terganggunya proses diagnosis khususnya untuk kesalahan diagnosis menjadi

negatif palsu. Untuk itu jika bangkai telah mengalami proses dekomposisi sebaiknya segera

pengambilan spesimen jaringan dikirimkan ke laboratorium.

Pengepakan, Tempat spesimen sebaiknya terdiri dari dua tas, di tutup dengan plastic

dan stryofoam sebagai insulasi dingin sehingga spesimen dapat terjaga dalam keadaan suhu

refrigerator. Tas atau kontainer pertama yang berisi kepala atau spesimen dimasukkan ke

dalam tas atau kontainer ke dua yang lebih besar. Diantara ke dua tas atau kontainer diberi es

batu atau dry ice. Jumlah es batu atau dry ice disesuaikan dengan jarak dan lama waktu

pengiriman ke laboratorium dan besar tas atau kontainer ke dua disesuaikan dengan jumlah es

yang akan dipergunakan. Setelah itu kontainer atau tas ditutup rapat-rapat dan diberi tanda

pengenal.

Botol/vial yang berisi potongan jaringan yang telah ditutup rapat-rapat dan tidak bocor

dimasukkan kedalam kantong plastik yang berfungsi sebagai pembungkus, pencegah

terlepasnya tutup dan pencegah perluasan kebocoran. Selanjutnya bahan pemeriksaan

dimasukkan kedalam kaleng atau kotak yang tidak tembus air dan tahan banting. Bahan

pemeriksaan kalau dikirim dalam thermos atau peti berisi es atau dry ice.

Pengiriman, Untuk mencapai hasil yang baik dan mengurangi kerusakan dilakukan

sesegera mungkin dan dilakukan secara langsung, bisa dilakukan melalui layanan pengiriman

atau kurir dengan menyertakan keterangan atau surat pengantar specimen dan perlu

disertakan dengan pengiriman bahan pemeriksaan dan paket diberi tulisan. Alamat

laboratorium yang dituju dan alamat pengirim ditulis dengan jelas. Sehingga menjadi

perhatian bagi penyedia layanan kurir sehingga mengurangi risiko kontaminasi terhadap

lingkungan dan mengurangi kerusakan spesimen pada saat proses transportasi.

Uji yang Dilakukan, Diagnosis Rabies pada hewan dan manusia dapat dilakukan

dengan 4 metode yaitu; (1) histopathology, (2) kultivasi virus, (3) serologis dan (4) deteksi

antigen dari virus. Meskipun 3 metode pertama memberikan berbagai kelebihan tetapi bukan

diagnosa yang bersifat cepat (rapid test)

1. Histopatologi, badan negeri (negri bodies) merupakan temuan yang bersifat

pathognomonis pada Rabies.

Page 7: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

2. Kultivasi virus, pemeriksaan diagnosa untuk Rabies yang paling bersifat

definitif. Kultivasi virus adalah proses penanaman virus didalam suatu kultur jaringan

(tissue culture) dengan maksud untuk memperbanyak virus sehingga akan lebih mudah

untuk diisolasi dan di identifikasi. Kultur jaringan yang biasa digunakan untuk

identifikasi penyakit Rabies adalah WI-38, BHK-21 atau CER.Immuno Fluororecent (IF)

adalah test (melalui Flourorescence Antibody Test(FAT)) yang biasa dilakukan melihat

keberadaan antigen atau virus rabies dalam kultur jaringan. Proses kultivasi yang paling

umum dilakukan dengan cara melakukan inokulasi dari saliva hewan terjangkit Rabies

atau dari jaringan kelenjar saliva dan atau jaringan intracerebral yang disuntikan kedalam

mencit. Mencit kemudian dilakukan observasi dan akan mengalami paralisis dan

kematian dalam waktu 28 hari. Setelah mati otak mencit kemudian diperiksa untuk

keberadaan virus Rabies dengan Immuno fluororesence test. 

3. Pemeriksaan Serologis adalah pemriksaan untuk melihat suatu infeksi yang terjadi di

masa lampau. Pemeriksaan serologi, prinsipnya adalah memeriksa keberadaan antibodi

pada sirkulasi darah sebagai akibat dari infeksi. Jenis pemeriksaan yang paling sering

dilakukan untu pemeriksaan serologis dalam Rabies adalah pemeriksaan dengan

metode Mouse Infection Neutralization Test (MNT) atau dengan Rapid fluororescent

Focus Inhibition Test (REFIT). Dari berbagai laporan pemeriksaan Rabies dengan

serologis adalah periksaan yang paling berguna dalam diagnosa.

4. Deteksi virus Rabies Cepat, dalam beberapa tahun  terakhir, deteksi virus dengan

menggunakan tekhnik IF makin sering dilakukan. Jaringan yang potensial terinfeksi

(dalam hal ini kelenjar saliva, otak dan kornea mata) di inkubasi dalam fluorescence

antibodi yang dilabel. Kemudian spesimen diperiksa menggunaan mikroskop elektron

fluororescence dengan melihat adanya inklusi di intracytoplasmic. Pemeriksaan dengan

metode lebih cepat jika dibandingkan dengan metode lainnya. 

Diagnosa Banding, Membuat diagnosa yang dapat diandalkan berdasarkan gejala

klinis sangat susah untuk dilakukan karena hampir tidak gejala patognomonis yang menciri

terhadap Rabies. Secara klinis Rabies bisa sangat susah dibedakan dengan keadaan penyakit

yang menyebabkan enchepalitis yang disebabkan oleh infeksi virus yang lain.

Penanganan Penyakitrabies dilihat dengan, Tidak memberikan izin untuk

memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas

rabies, Melaksanakan vaksinasi terhadap hewan 70% populasi yang ada dalam jarak

minimum 10 km disekitar lokasi kasus, Pemberian tanda bukti pada setiap kera, anjing,

Page 8: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

kucing yang telah divaksinasi, Mengurangi jumlah populasi anjing liar atau anjing tak betuan

dengan jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan, Menangkap dan

melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari,

terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen

untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.

Pengendalian dan Pemberantasan, Vaksin Rabies adalah salah satu tindakan

pencegahan dalam proses kontrol dan pemberantasan Rabies.  Vaksinasi adalah tindakan

yang dianggap paling efektif dalam melaksanakan kontrol dan pemberantasan Rabies serta

menurunkan tingkat kasus gigitan oleh HPR kepada manusia.  

1.Modified Live Virus Vaccines (MLV)

Vaksin Rabies aktif (Live Vaccines) dihasilkan dari virus Flury and Kelev strain yang

dikembang dalam sel telur bertunas berembrio (CEO=Chicken Embryonated Eggs), The

Street Alabama Dufferin (SAD) yang dikembangkan dalam jaringan ginjal hamster dan

Evelyn–Rokitnicki-Abelseth (ERA) strain yang menggunakan ginjal babi. Berbagai metode

berkembang dalam memproduksi  MLV  vaksin tetapi strain yang dikembangkan dengan

metode CEO, ERA dan SAD.

2.    Killed Cell Culture Rabies Vaccines

Vaksin inakfit memerlukan jumlah virus yang sangat banyak.  Diatasi denganmetode

baru yaitu pengembang biakan virus dalam jaringan otak dari kelinci, ginjal anak hamster, sel

otak marmot, SMB dan CEO dan juga substrat yang lain oleh strain-strain virus seperti CVS-

11, PM-NIL 2 dan PV-BHK 2. Proses inaktivasi virus yang dikembangkan dilakukan dengan

menggunakan sinar UV, Agen inaktivasi β-propiolactone (BPL), acethyllethyleneimine dan

amines lainnya.  Penggunaan formadehyd dan phenol sudah tidak direkomendasikan. Yang

sering digunakan adalah agen inaktivasi BPL. Jika telah di inaktivasi kemudian adjuvant akan

ditambahkan untuk meningkatakan respon imun dari inang.Adjuvant digunakan adalah

saponin, aluminium hidroksida, alumunium phosphate dan minyak adjuvant.

Vaksin dapat diberikan dengan caraparenteral (melalui otot intra muscular), melalui

jaringan dibawah kulit (intra sub-cutaneous), dan Oral.Vaksin rabies selanjutnya diberi nama

paten Rasivet. Masa kebal vaksin rasivet relatif pendek yaitu 6 bulan. Vaksin yang lain

adalah “Rabivet”. 

Pengobatan, Tindakan vaksinasi dan pemberian serum anti rabies sebagai

tindakan post exposure treatment(PET) telah meningkatkan keberhasilan pengobatan bagi

korban terutama manusia yang terkena gigitan dan berisiko.     

Page 9: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

2. Vaccinia (cacar Jinak)

Cacar (Cacar) disebabkan oleh virus variola sebuah penyakit menular yang kuat.

Setelah masa inkubasi infeksi virus cacar pada rata-rata sekitar 12 hari (7 - 17 hari). Gejala

awal infeksi termasuk demam, kelelahan, sakit kepala dan sakit punggung. 2 - 3 hari, ada

didistribusikan cacar ruam yang khas pada wajah, lengan dan kaki. Pada tahap awal ruam,

akan ada daerah besar - besaran disertai ruam kemerahan muncul. Lesi purulen dalam

beberapa hari setelah awal hingga dua minggu pertama mulai keropeng. 3 - 4 minggu ke

depan perlahan-lahan berkembang menjadi kudis, lalu perlahan - lahan lepaskan. Cacar

disebabkan oleh infeksi virus cacar

Gejala pada pasien dengan gejala cacar jinak dalam minggu pertama setelah infeksi,

virus hanya dalam kegiatan yang tenang dalam tubuh. Pasien yang tidak memiliki gejala

penyakit, dan bahkan jika ia menduga bahwa ia mungkin memiliki infeksi, ia tidak memiliki

cara untuk menentukan. Untuk hari kesembilan atau lebih, tanda-tanda pertama dari penyakit

mulai muncul: sakit kepala, demam, mual, nyeri punggung, kadang-kadang disertai oleh

beberapa kejang atau kegilaan. Dalam masa inkubasi, beberapa pasien masih mengalami

mimpi buruk, ditopang tiga puluh empat hari jangkauan. Wajah berkulit putih sering terjadi

pada pasien dengan awan difus bintik-bintik merah gelap. Masa inkubasi, demam pasien

mereda dan untuk sementara merasa kondisi yang lebih baik, justru saat ini, virus cacar pada

pasien mulai melahirkan ruam tubuhnya ikon untuk menyatakan keberadaannya. Biasanya,

datar lampu merah cacar titik awalnya wajah muncul pada pasien, kemudian menyebar

dengan cepat ke lengan, dada, punggung, dan akhirnya ke kaki. Dan wajah, lengan dan kaki

ruam dan padat dari bagian tengah tubuh. Setelah beberapa hari, cacar datar mulai

membengkak, jerawat pertama, dan kemudian berubah menjadi lecet, kemudian pustul, abses

setelah pecah-pecah, mulai menjadi menyapa shell atau krusta, dan proses ini juga membuat

rasa sakit menjadi pasien miskin tertahankan menjadi rakasa pembengkakan tubuh jelek.

Yang paling serius dari tumpukan padat pustula. Kulit pasien menjadi pucat. Pada pasien

berkulit putih lepuh atau jerawat dini akan mengitari blush samar, sedangkan dalam jerawat

secara keseluruhan ruam kulit akan menjadi merah. Banyak pasien dalam beberapa hari

pertama ruam akan mati, yang lain bertahan hingga satu minggu akan segera dibunuh,

beberapa orang bahkan sebelum timbulnya ruam dibawa ke kuburan. Setelah orang yang

terinfeksi, hanya bisa nasib. Wabah infeksi cacar pada pasien dengan timbulnya gejala

biasanya 3-5 hari akan mati, penyebab kematian umumnya di luar kendali sepsis, atau

perdarahan. Dalam kasus perdarahan, darah pada pasien dengan aliran besar kulit,

Page 10: Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak

tenggorokan, paru-paru, usus atau rahim. Pasien tersebut tidak muncul jerawat khas atau lecet

seperti tonjolan, tetapi hanya tanda merah atau ungu biasa, petechiae atau campak seperti

eritema. Gejala-gejala ini adalah infeksi lebih parah dengan manusia, menyebabkan

kerusakan serius pada fungsi pembekuan darah juga terjadi ketika. Dalam kasus lain infeksi

ganas, virus cacar di lapisan jaringan yang lebih dalam atau kulit yang rusak parah

disebabkan oleh kerusakan menyebar, setelah timbulnya gejala pada pasien antara 10 dan 14

hari setelah kematian, pada kenyataannya, ditutupi dengan pustula, terkadang pustule akan

bergabung. jinak lesi pasien yang terinfeksi terbatas pada epidermis, sehingga tidak

menyebabkan infeksi bakteri sekunder.

Jika sudah muncul vasicula atau berupa bintik - bintik maka bisa di cek di laboratorium

dengan cara objek gelas di gosokkan pada vasicula dengan langsung tanpa ose, langsung dari

objek glass dengan kulit secara langsung. Setelah itu tambahkan cat gustein. Setelah itu taruh

dibawah mikroskop, jika terdapat bintik ungu, 1/3 bentuk coccus berarti dapat disimpulkan

terdapat vaccinia. Dalam percobaan ini dilakukan dengan pengecatan Gutstein.

Jenis dari virus ini adalah virus cacar besar, cacar kecil. Virus ini dapat menyebar

melalui udara, menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan. Terinfeksi virus setelah

seminggu paling menular, karena air liur mengandung jumlah maksimum dari virus cacar.

Tapi sampai pasien jaringan parut setelah pengupasan, langit-langit atau pasien mungkin

menginfeksi orang lain.

cacar belum menentukan metode yang efektif pengobatan. Pasien cacar biasanya

terapi suportif untuk pengobatan, seperti elektrolit intravena, nutrisi atau obat untuk

mengontrol demam atau sakit, tetapi ada juga antibiotik untuk mencegah virus infeksi cacar

diikuti oleh masalah infeksi bakteri. Vaksin cacar tidak sekarang menggunakan virus cacar,

tetapi dengan virus vaccinia, virus vaccinia dan virus cacar memiliki substansial antigen yang

sama, tetapi tidak patogen bagi m