kf zu
TRANSCRIPT
Tugas Perbaikan Nilai Respon Umum
Pembakaran Sempurna
Setiap senyawa hidrokarbon yang dibakar sempurna (terdapat cukup oksigen)
akan menghasilkan karbondioksida dan air.
Persamaan Reaksi
Perlu ditekankan bahwa kita bisa menuliskan persamaan-persamaan yang
seimbang untuk reaksi-reaksi pembakaran ini, karena persamaan-persamaan tersebut
seringkali berkaitan dengan perhitungan termokimia. Termokimia mencakup kalor
yang diserap atu dilepaskan dalam reaksi kimia, dalam perubahan fase, atau dalam
pengenceran suatu larutan. Persamaan-persamaan reaksi ini memiliki sangat banyak
kemungkinan, sehingga sulit untuk dipelajari keseluruhan. Oleh karena itu,
disarankan untuk mempelajari suatu persamaan reaksi saat diperlukan.
Ada dua jenis reaksi berdasarkan pelepasan dan penyerapan kalor yaitu :
1. Reaksi eksoterm : Reaksi yang melepaskan kalor dan mempunyai nilai negatif
untuk ΔH atau ΔU.
2. Reaksi endoterm : Reaksi yang menyerap kalor dan mempunyai positif untuk
ΔH atau ΔU
Penguraian dan pembentukan ikatan dalam reaksi kimia selalu berhubungan
dengan penyerapan atau pembebasan panas (kalor). Kalor yang keluar dari sistem ke
lingkungan atau sebaliknya akan menyebabkan sistem sesudah reaksi dan sebelum
reaksi suhunya sama dan disebut dengan kalor reaksi. Beberapa dari persamaan reaksi
ini lebih mudah dari yang lainnya. Sebagai contoh, alkana yang memiliki jumlah
atom karbon genap biasanya lebih sulit dibuatkan persamaan reaksinya dibanding
alkana yang memiliki jumlah atom karbon ganjil.
Sebagai contoh, untuk propana (C3H8), anda bisa menyetarakan karbon dan
hidrogen ketika anda menuliskan persamaan reaksinya. Persamaan yang pertama
dituliskan adalah:
1
Dengan menghitung jumlah oksigen, persamaan reaksi akhir bisa diperoleh
secara langsung:
Untuk butana(C4H10), anda kembali bisa menyetarakan jumlah karbon dan
hidrogen saat anda menuliskan persamaan reaksinya.
Ada sedikit masalah ketika jumlah oksigennya dihitung, - yaitu ada 13 di
sebelah kanan reaksi. Trik sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menambahkan "enam seperdua" molekul O2 pada sebelah kiri persamaan reaksi.
Untuk memudahkan, semuanya dikali dengan 2:
Senyawa hidrokarbon menjadi lebih sulit terbakar apabila molekul-
molekulnya semakin besar. Ini karena molekul-molekul yang lebih besar tidak mudah
menguap - reaksi akan jauh lebih baik jika oksigen dan hidrokarbon bercampur
sebagai gas. Jika senyawa hidrokarbon dalam wujud cair tidak mudah menguap,
maka hanya molekul-molekul pada permukaan saja yang bisa bereaksi dengan
oksigen.
Molekul-molekul yang lebih besar memiliki gaya tarik Van der Waals yang
lebih besar sehingga membuatnya lebih sulit untuk terputus dari molekul tetangga dan
sulit untuk membentuk gas. Jika pembakaran berlangsung sempurna, semua
2
hidrokarbon akan terbakar dengan nyala biru. Akan tetapi, pembakaran cenderung
kurang sempurna apabila jumlah atom karbon dalam molekul meningkat. Ini berarti
bahwa semakin besar senyawa hidrokarbon, semakin besar kemungkinan diperoleh
nyala kuning yang berasap.
Pembakaran Tidak Sempurna
Pembakaran tidak sempurna (yakni jika tidak terdapat cukup oksigen) bisa
menyebabkan pembentukan karbon atau karbon monoksida. Penjelasan sederhana
untuk raksi pembakaran ini adalah, hidrogen dalam hidrokarbon mendapatkan
kesempatan pertama untuk bereaksi dengan oksigen, dan karbon hanya mendapatkan
oksigen yang tersisa
Keberadaan partikel-partikel karbon yang berpijar pada sebuah nyala
menyebabkan nyala tersebut berubah menjadi warna kuning, dan karbon hitam sering
terlihat dalam asap. Karbon monoksida dihasilkan sebagai sebuah gas beracun yang
tidak berwarna.
Mengapa Karbon Monoksida Beracun
Oksigen diangkut dalam darah oleh hemoglobin. Akan tetapi, karbon monoksida
terikat tepat pada tempat dalam hemoglobin dimana oksigen juga terikat. yang
membedakan adalah bahwa karbon monoksida terikat dan tidak bisa terlepas lagi -
sehingga membuat mokelul hemoglobin yang khusus tersebut tidak dapat
mengangkut oksigen. Jika anda menghirup cukup banyak karbon monoksida, anda
bisa mati akibat sufokasi internal.
Panas Reaksi
Besarnya panas reaksi bergantung pada :
a. Jumlah zat yang bereaksi
b. Tekanan
c. Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)
Satuan kalor (Q) biasanya didefinisikan secara kuantitatif dalam
3
Q
C =
mΔT
perubahan tertentu yang dihasilkan sebuah benda selama proses berlangsung. Jadi,
jika temperatur dari suatu kilogram air dinaikkan dario 14,5oC sampai 15,5oC dengan
cara memanaskan air tersebut, maka kita katakan bahwa 1 kilo kalori (kkal) kalor
telah ditambahkan pada sistem tersebut. Kalori juga digunakan sebagai satuan kalordi
dalam satuan teknik, satuan kalor yang digunakan adalah satuan termal Inggris (Britis
Thermal Unit) atau disingkat dengan BTU. Satuan ini didefinisikan sebagai yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 pon air dari 63oF menjadi 64oF.
Temperatur-temperatur refresensi dinyatakan karena didekatkan
temperatur kamar terdapat sedikit variasi kalor yang diperlukan untuk setiap kenaikan
temperatur 1oC dengan interval temperatur yang dipilih. Kita akan mengabaikan
variasi ini untuk kebanyakan tujuan praktis. Satu satuan kalor dihubungkan sebagai
berikut: 1,00 kkal = 1000 kal = 3,968 Btu
Perbandingan antara banyaknya tenbaga kalor yang dibekalkan
sebuah benda untuk meneka temperaturnya sebesar T disebut kapasitas kalor (C).
Kapasitas kalor atau heat capasity dari suatu benda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kapasitas kalor persatuan massan sebuah benda dinamakan kalor jenis
atas spesifik heat adalah ciri atau karakter titik dari bahan yang membentuk benda
tersebut. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gr zat sebesar
1oC atau 1 K disebut kalor jenis.
Panas Jenis
Kalor jenis dinyatakan dalam Joule/gr/oC atau Joule/gr K jadi untuk
menaikkan suhu 1 gr air sebesar diperlukan kalor sebesar 4,18 joule dan untuk
menikkan suhu 5 gr air sebesar 2oC diperlukan kalor sebesar 5 gr x 4,18 joule x 28oC.
Dari pengertian di atas berarti kalau massa air diketahui dan perubahan suhu air dari
eksperimen dapat ditentukan maka banyak enertgi yang dilepaskan dapat dihitung
dengan rumusan berikut:
4
Q = m x C x ΔT
Dimana,
Q = Jumlah kalor atau energi yang dibebaskan (joule)
m = Massa zat (gram)
C = kalor jenis air = 1 kalori/gram oC
T = Perubahan suhu
Baik kapasitas kalor sebuah benda maupun kapasitas kalor sebuah bahan
tidaklah konstan tetapi bergantung pada tempat atau interval temperatur tersebut.
Persaman – persamaan terdahulu hanya memberikan nilai-nilai merata untuk
kuantitas-kuantitas ini di dalam jangkauan nilai temperatur sebesar T, di dalam limit,
untuk T O kita dapat berbicara mengenai kalor jenis pada suatu
temperatur T yang khas.
Kalor yang harus diberikan pada sebuah benda yang massanya m, yang
bahannya mempunyai kapasitas jenis C untuk menaikkan temperaturnya dari T1
menjadi T2 dengan menganggap T = T2 – T1 adalah
Di dalam batas diferensial maka persamaan ini menjadi :
Dengan c adalah sebuah fungsi dari temperatur
Sebenarnya, kita bisa membuat grafik dengan memperlihatkan variasi kalor
jenis air dengan temperatur tertentu. Ketentuan mengenai variasi sejenis ini
didapatkan dengan menggunakan foil pemanas listrik untuk membekukan kalor yang
5
T2 Q = ∑ΔQ = ∑ m x c x ΔT
T1
T2
Q = m ∫ c x dT
T1
banyak/satuan waktu. Berdasarkan waktu grafik ini kita dapat simpulkan bahwa kalor
jenis air dapat berkurang 1% dari nilainya sebesar 1,00 kalori/gramoC pada suhu
15oC.
Kita jga harus menentukan dimana kalor Q ditambahkan p pada bahan contoh
tersebut. Dengan megatakan bahwa kondisi tersebut adalah bahwa bahan contoh tetap
berada ada tekanan atmosfer konstan yang normal ketika kita menambahkan kalor
kondisi ini adalah suatu kondisi yang lazim tetapi banyak kemungkinan lain yang ada
yang pada umumnya masing-masing menghailkan nilai c yang berbeda. Untuk
mendapatkan sebuah nilai c yang unik maka kita harus mnentukan kondisi tersebut,
seperti kalor jenis pada tekanan konstan CV, kalor jenis pada volume konstan CV dan
sebagainya.
Panasnya yang menyertai proses ada beberapa macam antara lain,
a. Panas reaksi
b. Panas pembakaran
c. Panas pelarutan
d. Panas pembentukan
e. Panas netralisasi
f. Panas pengionan
g. Dll
Panas Pembakaran
Panas pembakaran suatu unsur/senyawa adalah banyaknya panas yang
diperlukan/dilepaskan apabila 1 mol unsur/senyawa yang mengandung unsur C, H, O
dan juga unsur-unsur lainnya dibakar sempurna oleh oksigen pada temperatur 25oC
dan tekanan 1 atm. Sehingga menghasilkan CO2 dan H2O dan juga oksida-oksida
lainnya.
Senyawa yang mengandung unsur halogen, unsur sulfur, fosfor dan lain-lain
panas pembakarannya tidak dapat ditentukan secara teliti karena persamaan reaksinya
menjadi sulit untuk diseimbangkan unsur-unsur ini membentuk banyak oksida.
Panas pembakaran dapat ditentukan melalui perhitungan dalam termokimia atau
6
juga melalui perhitungan secara eksperimen pada volume tetap dalam kalorimeter.
Dalam hal ini Lavoiser dan Laplace menyatakan bahwa panas yang diserap pada
penguraian suatu senyawa kimia harus sama dengan panas yang dikeluarkan pada
saat reaksi. Sedangkan, Hess menyatakan bahwa seluruh panas dari reaksi kimia pada
tekanan tetap adalah sama dan tidak dipengaruhi oleh tahap-tahap reaksinya.
Dalam menentukan
banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu senyawa saat terjadi reaksi
kimia digunakan alat untuk menghitung panas pembakaran yang timbul alat tersebut
dinamakan kalorimeter. Pengetahuan tentang panas
pembakaran sangatlah penting baik secara teori maupun praktek. Misalnya, untuk
memilih bahan bakar tertentu harus diperlihatkan besarnya panas dari zat tersebut.
Besarnya panas reaksi dalam reaksi kimia dinyatakan pada tekanan tetap dan volume
konstan. Panas pembakaran sangatlah banyak manfaatnya. Sehingga, mempunyai
kepentingan secara praktek dan teori.Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa
adalah jumlah panas yang diperlukam atau dibebaskan apabila 1 mol dari unsur atau
senyawa yang mengandung T, H, O dan unsur-unsur lain dibakar sempurna oleh
oksigen pada temperatur 25oC tekanan 1 atm sehingga menghasilkan CO2 dan H2O
dan oksida-oksida lain. Menjadi CO2 dan semua H (hidrogen) terbakar menjadi H2O.
Dalam hal ini zat yang mengandung unsur halogen sulfur, fosfor dan lain-lain
tidak ditentukan pana pembakarannya secara teliti karena unsur-unsur ini membentuk
banyak oksida, pada pengukuran panas pembakaran suatu unsur atau senyawa harus
dioksidasi sampai valensi tinggi.
Panas pembakaran suat unsur atau senyawa dapat ditentukan dengan cara-
cara:
1. Perhitungan eksperimen dengan alat kalorimeter pada volume tetap.
2. Perhitungan teoritis pada termokimia
Karena stndara energi panas telah digunakan selama bertahun-tahun, alat yang
digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia berlangsung
7
dinamakan kalorimeter. Teknik penggunaannya dikembangkan oleh Lavoiser dan ahli
kimia lainnya dan telah diperbaiki. Sehingga dewasa ini memiliki tingkat kecermatan
yang tinggi, dalam laboratorium seperti ciri standar nasional.
Dalam termokimia, metode yang sering digunakan adalah terbagi dua yaitu,
1. Metode tekanan tetap
2. Metode volume tetap
Atau kalorometri pembakaran dan kalorimetri reaksi. Dalam metode pertama
suatu unsur biasanya dibakar dengan oksigen dan energi atau kalori yang dibebaskan
dalam reaksi apa saja selain pembakaran. Metode akhir ini lebih umum digunakan
dengan senyawa organik, kalorimetri pembakaran mencakup pemutusan lengkap
kerangka karbon, bila senyawa itu terbakar oleh senyawa oksigen.
Panas pembakaran dapat juga ditentukan melalui perhitungan kimia. Dalam
hal ini Lavoiser dan Laplace menyatakan bahwa panas yang diserap pada penguraian
senyawa kimia harus sama dengan panas yang dikeluarkannya pada pembentukan
bila keadaanya sama, Hess menyatakan bahwa seluruh panas yang direaksikan pada
tekanan tetap adalah sama dan tidak dipengaruhi oleh tahap-tahap reaksi. Suatu
proses disebut irrversible jika tidak dapat dibalikkan atau tidak dapat dilakukan tanpa
meninggalakn perubahan yang tetap pada sekelilingnya dan satu proses disebut
irreversible jika sistem dan sekelilingnya berada pada keseimbangan dan tetap
demikian selama proses berlangsung.
Suatu proses reversible harus memenuhi persamaan atau pernyataan berikut:
1. Semua bagian sistem berada pada kesetimbangan termodinamika dalam hal
ini setiap bagian memiliki temperatur yang sama (kesetimbangan termal).
Setiap bagian memperoleh tekanan yang sama (kesetimbangan mekanik) dan
setiap sistem berada dalam kesetimbangan kimia dan tetap demikian.
2. Sistem dan sekelilingnya bebas saling menukar energi dalam berbagai namun
tetap dalam kesetimbangan satu dengan yang lain jika sistem dan
lingkungannya menukarkan energi panas maka harus tetap dalam
kesetimbangan termal jika pertukaran bebas dalam bentuk kerja mekanik
8
tekanan yang diterima sistem harus sama dengan sekelilingnya selama proses
berlangsung dan demikian selanjtnya dengan pertukaran energi secara bebas
dengan sekelilingnya.
Panas pembakaran mempunyai arti penting pada bahan – bahan bakar. Hal ini
disebabkan bahan bakar ditentukan oleh besarnya panas pembakaran zat yang
bersangkutan. Besarnya perubahan energi yang dibebaskan atau energi yang
diperlukan dari suatu reaksi yang diperlukan. Tetapi penentuan besarnya energi ini
tidak bisa dilakukan secara langsung.
Misalnya, bila kita memanaskan air dengan cara pembakaran gas elpiji akan
membebaskan energi. Energi yang dibebaskan akan diterima atau diserap oleh air.
Sehingga suhu air naiknya energi yang dibebaskan dari pembakaran elpiji tidak
ditentukan dari perubahan suhu air. Untuk itu perlu diketahui, hubungan energi yang
kalor dibebaskan akan dikembangkan dalam pengertian berikut :
”Kalori adalah banyaknya energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu air
sebesar 1oC sebanyak 1 gram”
Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suatu suhu yang
dengan kalor. Energi ikatan didefinisikan sebagai panas reaksi yang dihubungkan
dengan pemecahan ikatan kimia dari molekul gas menjadi bagian-bagian gas.
Kadang-kadang disebut juga entalpi ikatan, dimana kata ini sesungguhnya lebih tepat
digunakan. Walaupun energi ikatan adalah untuk molekul dalam fase gas tetapi harga
kira-kira panas reaksi dapat dihitung dari fase terkondensasi, yaitu keadaan padat atau
cair. Panas reaksi di dalam fase terkondensasi dapat dikoreksi jika panas penguapan
panas sublimasi dan lain-lain dapat diikut sertakan.
Telah diketahui, bahwa percobaan panas pembakaran ini menggunakan alat
kalorimeter. Kalorimeter ini dilengkapi dengan dua ruangan yang dibatasi oleh sekat
yang berupa kaca. Ruang atas terdiri atas helix tembaga yang berbentuk spiral
melingkar. Helix tembaga ini dibuat melingkar agar panas menyebar dengan lebih
baik. Helix tersebut menggunakan tembaga karena tembaga merupakan konduktor
9
(penghantar panas) yang baik. Sedangkan ruang yang satunya lagi merupakan ruang
untuk menmpatkan burner yang berisi zat yang akan dicarai panas pembakarannya.
Dalam kalorimeter juga terdapat aiar yang berfungsi sebagai media penyerap
panas dari pembakaran zat yang suhunya dapat diukur dengan menggunakan
termometer. Selain itu juga terdapat pengaduk yang berfungsi untuk meratakan panas
yang diterima oleh air. Penentuan panas pembakaran dengan kalorimeter pada
labvoratorium harus berlangsung pada tekanan yang konstan (tetap) maka untuk
menjaga agar tekanan selalu konstan kita menggunakan pompa vakum.
Panas pembakaran dari suatu zat dapat dihitung dengan dua cara yaitu,
- Dengan perhitungan termokimia
- Dengan menggunakan kalorimeter
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa percobaan ini dikatakan dapat berhasil
atau gagal. Jika berhasil, hal ini bisa dikarenakan persentase kesalahannya yang
sangat kecil atau tidak terlalu besar. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan kesalahan pada saat percobaan antara lain,
1. Kurang bersihnya dalam pencucian burner
2. Adanya kesalahan pada saat pembacaan alat pengukur suhu atau
termometer.
3. Adanya keterbatasan waktu maka burner yang seharusnya didinginkan
terlebih dahulu langsung ditimbang.
4. Adanya kesalahan pada saat pemindahan zat.
Dari perhitungan juga dapat diketahui bahwa semakin banyak atom karbonnya
maka panas pembakarannya akan semakin besar. Panas pembakaran minayk tanah
memiliki nilai yang terbesar dengan panas yang dikeluarkan pada reaksi. Sedangkan
Hess menyatakan bahawa seluruh panas dari reaksi kimia pada tekanan tetap adalah
sama dan tidak dipengaruhi oleh tahap-tahap reaksinya. Hal ini membuktikan bahwa
minyak tanah sangat baik untuk dijadikan bahan bakar.
Dalam menentukan banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu
senyawa saat terjadi reaksi kimia pada tekanan tetap adalah sama dan tidak
10
dipengaruhi oleh tahap-tahap reaksinya. Dalam menentukan banyaknya kalor yang
diserap atau dilepaskan oleh suatu senyawa saat terjadi reaksi kimia digunakan alat
untuk menghitung panas pembakaran yang timbul alat tersebut dinamakan
Kalorimeter.
Pengetahuan tentang panas pembakaran sangatlah penting baik secara teori
maupun praktek. Misalnya untuk memilih bahan bakar tertentu harus diperlihatkan
besarnya panas dari zat tersebut. Besarnya panas reaksi dalam reaksi kimia
dinyatakan pada tekanan tetap dan volume konstan. Panas pembakaran sangatlah
banyak manfaatnya sehingga mempunyai kepentingan secara praktek dan teori.
Sumber : http/www.energi.lipi.co.id diambil pada 12 November 2008
Farida, A. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Laboratorium Dasar
Bersama Universitas Sriwijaya: Indralaya.
S.K Dogra dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Universitas
Indonesia: Jakarta.
11