keutamaan keselamatan kesehatan kerja dalam proyek

24
Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya Abstrak Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan masalah yang kompleks pada suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya disebabkan oleh faktor manajemen, disamping faktor manusia dan teknis. Tingkat pengetahuan, pemahaman, perilaku, kesadaran, sikap dan tindakan masyarakat, tenaga kerja, aparatur pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah keselamatan kerja masih sangat rendah dan belum ditempatkan sebagai suatu kebutuhan pokok bagi peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh termasuk peningkatan produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Upload: eka-wijaya

Post on 14-Jun-2015

8.027 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

Abstrak

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan masalah yang kompleks pada suatu proyek

konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya disebabkan oleh faktor manajemen,

disamping faktor manusia dan teknis. Tingkat pengetahuan, pemahaman, perilaku, kesadaran, sikap

dan tindakan masyarakat, tenaga kerja, aparatur pemerintah dan masyarakat dalam upaya

penanggulangan masalah keselamatan kerja masih sangat rendah dan belum ditempatkan sebagai

suatu kebutuhan pokok bagi peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh termasuk peningkatan

produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap

sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak

biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang

memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Page 2: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000, definisi

kegagalan bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak

berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,

keselamatan dan kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat

kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan

konstruksi berfungsi sebagai mana mestinya. Dengan demikian pekerjaan konstruksi

direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap pengguna bangunan konstruksi

dengan persyaratan nyaman dan aman (Comfortable and Safe). Sehingga dapat

dikatakan bahwa kenyamanan dan keamanan adalah merupakan faktor yang dapat

dipakai sebagai indikator untuk menilai apakah suatu pekerjaan konstruksi

mengalami kegagalan fungsi Bangunan atau tidak. Secara khusus definisi Kegagalan

bangunan adalah suatu kondisi dimana bangunan konstruksi tidak mampu melayani

penggunan sesuai dengan rencana secara Nyaman dan Aman.

Kegagalan bangunan dari segi tanggung jawab dapat dikenakan kepada

institusi maupun orang perseorangan, yang melibatkan dua unsur yang terkait yaitu :

1. Menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 26, ketiga unsur utama

proyek yaitu: Perencana, Pengawas dan Kontraktor (pembangun).

2. Menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 27, jika disebabkan

karena kesalahan pengguna jasa/bangunan dalam pengelolaan dan

menyebabkan kerugian pihak lain, maka pengguna jasa/bangunan wajib

bertanggung-jawab dan dikenai ganti rugi.

Kegagalan Perencana

Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh :

a. Tidak mengikuti TOR,

Page 3: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

b. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang

berlaku,

c. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,

d. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data

perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen

konstruksi,

e. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang

cukup dan akurat,

f. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya

beban rencana) dalam perencanaan,

g. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik

h. Kesalahan gambar rencana.

Kegagalan Pengawas

Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :

a. Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,

b. Tidak mengikuti TOR,

c. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan

spesifikasi,

d. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode

konstruksi yang benar,

e. Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.

Kegagalan Pelaksana

Penyebab kegagalan pelaksana umumnya disebabkan oleh :

a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,

b. Salah mengartikan spesifikasi,

c. Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,

d. Tidak menggunakan material yang benar,

e. Salah membuat metode kerja,

f. Salah membuat gambar kerja,

g. Pemalsuan data profesi,

Page 4: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

h. Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.

Kegagalan Pengguna Bangunan

Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :

a. Penggunaan bangunanan yang melebihi kapasitas rencana,

b. Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana,

c. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan

yang sudah ditetapkan,

d. Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya.

Pada masalah kegagalan bangunan salah satunya adalah masalah keselamatan

dan kesehatan kerja. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di

Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka

kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja

(”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat

memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal

karyawan adalah aset penting perusahaan.

I.2 Tinjauan Pustaka

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) :

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 86 :

1) Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.

2) Untuk melindungi keselamatan kerja atau buruh guna mewujudkan

produktivitas yang optimal diselenggarakan upaya K3.

Page 5: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

3) Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan

dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 87 :

1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan.

2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi.

Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

No.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.2 Tahun 1970

tentang Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan Kerja di Tempat Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/ MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Suma’mur (1981:4) mengungkapkan : “keselamatan kerja erat kaitannya

dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah

perbandingan di antara hasil kerja (= output) dan upaya yang dipergunakan

(= input)”. Hubungannya adalah sebagai berikut :

a. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi, dapat mereduksi kecelakaan-

kecelakaan.

b. Tingkat keselamatan yang tinggi dapat menciptakan kondisi-kondisi

yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja.

Page 6: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

c. Praktek keselamatan tidak bisa dipisahkan dari keterampilan,

keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi

kelangsungan proses produksi.

d. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya didukung

dengan partisipasi pengusaha dan tenaga kerja akan membawa iklim

keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi

hubungan pekerja dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi

terciptanya kelancaran produksi.

1.3 Tujuan

Pada dasarnya penulisan makalah ini mengacu pada beberapa tujuan yang ingin

dicapai, yaitu :

1. Agar tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam

pekerjaannya.

2. Agar orang lain yang berada di tempat kerja perlu menjamin keselamatan

pekerja.

3. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien.

1.4 Ruang Lingkup

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan yang

dipaparkan serta menjaga agar tidak terjadi penyimpangan terhadap judul penulisan

ini, maka makalah ini dibatasi hanya pada penerapan sistem keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegritas.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini digunakan metode Studi pustaka, yaitu dengan

mempelajari masalah yang berkaitan dengan topik yang dipaparkan dalam makalah

ini yang bersumber dari buku dan literatur.

Page 7: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

BAB II

PERMASALAHAN

II.1 Kesadaran Perusahaan Jasa Konstruksi Tentang K3 Masih

Rendah

Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada

perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, masih rendah hanya

beberapa perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem

Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya

anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan.

Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban

kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3 sangat besar,

jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.

Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan

kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara

Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan.

Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan

konstruksi. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko

terhadap kecelakaan kerja. Sebagai besar dari pekerja hanya berstatus tenaga kerja

harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan

perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang

biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai

Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

II.2 Kurang Disiplinnya Para Pekerja Dalam Menggunakan Alat

Keselamatan Kerja

Para pekerja konstruksi di Indonesia adalah orang-orang yang sangat

pemberani, misalnya dalam sebuah konstruksi pembangunan gedung bertingkat para

pekerja lalu lalang di ketinggian dengan perlengkapan safety yg minim. Ruang

lingkup pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan gedung mempunyai potensi

Page 8: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Dalam perkembangannya, program Kesehatan

dan Keselamatan Kerja ( K3 ) yang dilaksanakan dalam upaya pencegahan terjadinya

kecelakaan kerja dalam pelaksanaannya semakin lama semakin dibutuhkan.

Pekerja tidak memakai alat standar pengamanan kerja

Para pekerja konstruksi jarang menggunakan alat pengaman dikarenakan oleh

banyak faktor, diantaranya dikarenakan apabila memakai alat pengaman maka kerja

mereka akan menjadi terganggu atau ribet, disisi lain dikarenakan para pekerja

konstruksi sama sekali tidak mengerti prosedur pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

Pekerja hanya mengandalkan seutas tali dalam bekerja

Page 9: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Strategi, Program, dan Pendekatan Keselamatan Kerja

Tidak jarang para pekerja dihadapkan pada persoalan di keluarga dan

perusahaan. Tekanan persoalan dapat berupa aspek emosional dan fisik, terbatasnya

biaya pemeliharaan kesehatan, dan berlanjut terjadinya penurunan produktivitas

pekerja. Pihak perusahaan seharusnya mampu mengakomodasi persoalan pekerja

sejauh terkait dengan kepentingan perusahaan. Pertimbangannya adalah bahwa 

unsur kesehatan dan pekerja memegang peranan penting dalam peningkatan mutu

kerja pekerja. Semakin cukup jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan dan

keselamatan kerja maka semakin tinggi pula mutu kerja karyawan. Dengan demikian

perusahaan akan semakin diuntungkan dalam upaya pengembangan bisnisnya.

          Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan

menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan sesuai dengan

kondisi perusahaan. Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi :

a. Pihak perusahaan perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi pekerja

dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan

finansial, kesadaran pekerja tentang keselamatan kerja dan tanggung

jawab perusahaan dan pekerja maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat

perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

b. Pihak perusahaan dapat menentukan apakah peraturan tentang

keselamatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal

dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan

dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan

tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan

kesepakatan-kesepakatan.

c. Pihak perusahaan perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan

prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja pekerja.

Proaktif berarti pihak perusahaan perlu memperbaiki terus menerus

Page 10: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan pekerja.

Sementara arti reaktif, pihak perusahaan perlu segera mengatasi masalah

keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

d. Pihak perusahaan dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan

kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke

khalayak luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan

kesehatan kerja.

          Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk

menterjemahkan strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan  yang

berbeda. Hal ini sangat bergantung pada kondisi perusahaan. Secara umum program

memperkecil dan  menghilangkan kejadian kecelakaan kerja dapat dikelompokkan :

telaahan personal, pelatihan keselamatan kerja, sistem insentif, dan pembuatan aturan

penyelamatan kerja.

a.     Telaahan Personal

Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik

pekerja tertentu yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian 

keselamatan kerja:

1) Faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih

aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya, 

2) Ciri-ciri fisik karyawan seperti potensi pendengaran dan penglihatan

cenderung berhubungan derajat kecelakaan karyawan yang kritis, dan

3) Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya

pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat

memprediksi siapa saja pekerja yang potensial untuk mengalami kecelakaan

kerja. Lalu sejak dini perusahaan dapat menyiapkan upaya-upaya

pencegahannya.

b.      Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan

bahkan karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit

tentang keselamatan kerja paling rendah dalam kurun waktu tertentu,

misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan kecelakaan

Page 11: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah

berupa peluang karir bagi para pekerja yang mampu menekan kecelakaan

kerja bagi dirinya atau bagi kelompok pekerja di unitnya.

c.      Pelatihan Keselamatan Kerja

Pelatihan keselamatan kerja bagi pekerja biasa dilakukan oleh

perusahaan. Fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari

pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang

aman dan berbahaya.

d.     Peraturan Keselamatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan

dan aturan yang menyangkut  apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh

karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk

bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai

keselamatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja

yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok pekerja serta tempat

kerja. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan,

penumbuhan kedisiplinan dan tindakan tegas kepada pekerja yang cenderung

melakukan kelalaian berulang-ulang.

Untuk menerapkan strategi dan program di atas maka ada beberapa

pendekatan sistematis yang dilakukan secara terintegrasi agar manajemen program

kesehatan dan keselamatan kerja berjalan efektif  berikut ini.

a. Pendekatan Keorganisasian

1. Merancang pekerjaan,

2. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program,

3. Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja,

4. Mengkoordinasi investigasi kecelakaan.

b. Pendekatan Teknis

1. Merancang kerja dan peralatan kerja,

2. Memeriksa peralatan kerja,

3. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.

c. Pendekatan Individu

1. Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja,

Page 12: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

2. Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja,

3. Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program

insentif.

III.2 Konsep Penerapan Sistem Manajement Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang

wajib dipenuhi oleh perusahaan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh

dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai

bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada

masa yang akan datang.

Setiap perusahaan dan pekerja harus memikirkan kesehatan dan keselamatan

kerja agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini perlu di buat suatu

sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang terintegritas.

Page 13: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

Konsep Penerapan Sistem Manajement Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga

mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah

terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah

pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.

Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan

memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.

III.3 Alat Pengaman Standar Keselamatan Kerja

Dalam melakukan pekerjaan proyek, perusahaan dan pekerja harus menyadari

pentingnya penggunaan standar keamanan keselamatan kerja. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi resiko kecelakaan kerja bahkan meniadakan kecelakaan kerja.

Standar Alat Pengaman Keselamatan Kerja

Komitmen dan

KebijakanPerencanaan SMK3

Penerapan SMK3

Pengukuran dan Evaluasi

Peninjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Manajemen

Peningkatan Berkelanjuta

n

Page 14: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

Helmet Standar Kerja

Safety Belt

Baju Kerja

Sarung Tangan

Masker

Kacamata Kerja

Sepatu

Kaus Kaki

Pekerja dengan standar alat keselamatan kerja

Secara umum, pemakaian alat keselamatan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat produktivitas karyawan/pekerja dalam proyek

pembangunan. Apabila alat standart keselamatan kerja tidak digunakan secara

optimal maka akan rentan terjadinya kecelakaan kerja dan akan berdampak pada

produktivitas kerja bahkan mengakibatkan cacat atau kematian bagi pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja.

Page 15: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

Akibat kecelakaan kerja terhada pekerja dan korban

Terhadap Proses Produksi

Terhadap Karyawan

Proses Produksi Behenti

Target Tidak

Tercapai

Pengiriman

Terlambat

Complain Costume

r

Luka Istirahat

Target Bekerja

Tidak Tercapai

Menurunkan

Performance Pribadi

Cacat Fungs

i

Kemampuan

Berkurang

Produktivitas

Menurun

Cacat TetapProduktivitas

Berhenti

Meninggal Keluarga Terlantar

Page 16: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari uraian mengenai berbagai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, dapat diambil kesimpulan bahwa berbagai

masalah dan tantangan yang timbul tersebut berakar dari rendahnya taraf kualitas

hidup sebagian besar masyarakat. Dari banyak pekerja konstruksi Indonesia, lebih

dari 50% di antaranya hanya mengenyam pendidikan maksimal sampai dengan

tingkat Sekolah Dasar. Mereka adalah tenaga kerja lepas harian yang tidak meniti

karir ketrampilan di bidang konstruksi, namun sebagian besar adalah para tenaga

kerja dengan ketrampilan seadanya dan masuk ke dunia jasa konstruksi akibat dari

keterbatasan pilihan hidup.

Permaslahan K3 pada jasa konstruksi yang bertumpu pada tenaga kerja

berkarakteristik demikian, tentunya tidak dapat ditangani dengan cara-cara yang

umum dilakukan di negara maju. Langkah pertama perlu segera diambil adalah

keteladanan pihak Pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai pembina dan juga

“the biggest owner.” Pihak pemilik proyek lah yang memiliki peran terbesar dalam

usaha perubahan paradigma K3 konstruksi. Di samping itu, hal yang terpenting

adalah aspek sosialisasi dan pembinaan yang terus menerus kepada seluruh

komponen dalam Jasa Konstruksi seperti manajement perusahaan dan pekerja,

karena tanpa program-program yang bersifat partisipatif, keberhasilan penanganan

masalah K3 konstruksi tidak mungkin tercapai.

IV.2 Saran

Berkaitan dari hasil pembuatan makalah ini yang membahas bahwa

pemakaian alat keselamatan kerja mampu mempengaruhi secara signifikan tingkat

produktivitas karyawan/pekerja dan terbantahnya anggapan bahwa produktivitas

Page 17: Keutamaan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Proyek

Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Eka Wijaya

kerja akan lebih tinggi jika karyawan/pekerja bekerja dengan tanpa menggunakan

alat keselamatan kerja, maka hendaknya:

1. Pekerja menyadari bahwa pemakaian alat keselamatan kerja memiliki

peranan penting bagi keselamatan kerja dan peningkatan produktivitas kerja.

2. Pihak manajemen proyek diharapkan dapat mengupayakan agar para

pekerja/karyawan dengan sukarela sadar untuk menggunakan alat

keselamatan kerja saat bekerja.