ketrampilan menulis - file · web viewlogika di dalam menulis berkenaan dengan logika...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau
informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Tidak banyak orang yang suka
menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat
serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak
terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru,
kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan
mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, orang tidak perlu menunggu menjadi penulis yang
terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk memraktikkannya tidak
cukup sekali dua kali. Frekuensi pelatihan menulis akan menjadikan seseorang
terampil dalam bidang tulis-menulis.
Oleh karenanya, perlu kita pelajari seberapa penting keterampilan
menulis itu sendiri dan juga tahapan-tahapan yang perlu dilalui dalam kegiatan
menulis terutama bagi pembelajar menulis.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dasar menulis kaitannya dalam bahasa Indonesia?
b. Bagaimana keterkaitan logika bahasa dalam keterampilan menulis?
c. Bagaimana keterkaitan antara keempat komponen dalam keterampilan
berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis?
d. Bagaimana uraian mengenai tahap-tahap dalam proses menulis?
C. Tujuan
a. Mengetahui konsep dasar dan hakikat menulis dalam bahasa Indonesia.
b. Mengetahui adanya keterkaiatan antara logika bahasa dan keterampilan
menulis.
c. Mampu menjelaskan empat komponen utama yang saling
mempengaruhi dalam keterampilan berbahasa.
d. Dapat menguraikan tahap-tahap proses menulis dimana proses menulis
tersebut merupakan kegiatan yang bersifat nonlinear.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Menulis
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau
informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa
menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan,
pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan.
Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan
tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.
Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau
mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis
terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide
secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan
kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis
menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya
inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan
kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata
informasi.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat
dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia
mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh
dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 3
berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari
menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa
lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang
membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam
menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam
bahasa yang digunakannya.
B. Logika Bahasa dalam Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis memerlukan latihan yang cukup banyak serta
perhatian yang cukup besar terhadap logika yang dianut bersama di antara
penulis dan pembaca. Kalau kita menerima teori heliosentrik dari Kopernikus
bahwa bumi yang mengelilingi matahari, maka seharusnya kita tidak
menerima kata matahari terbit karena kata matahari terbit tidak sesuai dengan
logika teori heliosentrik dari Kopernikus. Tetapi kalau penulis dan pembaca
menganut logika yang sama tentang matahari terbit, maka kata matahari terbit
adalah sah saja. Demikian pula dengan sederetan idiom dan pepatah yang telah
dikenal di antara penulis dan pembaca bahasa Indonesia. Mereka tetap
dipahami oleh penulis dan pembaca selama penggunaannya dilakukan secara
tepat dan menurut kebiasaan yang berlaku.
Logika di dalam menulis berkenaan dengan logika sintaksis dan logika
semantik. Namun kedua logika ini tidak terpisah sama sekali. Ketimpangan
pada logika sintaksis dapat saja melahirkan ketimpangan pada logika semantik
dan sebaliknya. Bahasa Indonesia yang tidak mengenal ubahan bentuk kata
ketika berfungsi sebagai nomina atau sebagai adjektiva sangat peka terhadap
ketimpangan. Tanpa kehati-hatian, kita dapat saja menulis kalimat yang
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 4
memiliki interpretasi ganda dan hal ini membingungkan pembaca (menteri
negara peranan wanita berunding dengan menteri negara lainnya; ulang tahun
SMU Negeri ke-7). Karena itu, keterampilan menulis mencakup juga
kepekaan penulis terhadap ketimpangan seperti ini. Diperlukan penyuntingan
berulang-ulang dan, kalau mungkin, melalui tenggang waktu, untuk
menghasilkan tulisan yang baik dan benar. Dan dalam hal ini, munculnya
pengolah kata pada komputer dengan kemudahan penyuntingan merupakan
anugerah yang luar biasa besar bagi keterampilan menulis.
Tampaknya tidak ada jalan pintas bagi keterampilan menulis.
Keterampilan menulis dirintis melalui dua cara yang umum. Cara pertama
adalah banyaknya latihan atau praktek menulis. Cara kedua adalah perhatian
yang serius yang ditujukan kepada logika kalimat di dalam tulisan. Di dalam
penyuntingan, kalimat dapat saja diubah atau diperbaiki. Termasuk di dalam
perbaikan itu adalah juga pemindahan letak kata di dalam kalimat sehingga
tidak timbul interpretasi ganda. Kedua cara ini perlu kita perhatikan dan, kalau
masih ada semangat, di sini dapat kita tambahkan lagi cara ketiga. Cara ketiga
adalah perhatian penulis kepada keindahan kalimat yang ditulisi dan
disuntingnya.
C. Menulis Sebagai Keterampilan Membaca
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling
mempengaruhi. Keempat komponen tersebut adalah menyimak (listening
skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan menulis
(writing skills) (Nida 1957:19; Harris 1977:9; Tarigan 1981:1; Tarigan
1982:1).
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 5
Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa melalui urutan yang
teratur. Mula-mula, sejak kecil kita belajar menyimak kemudian disusul
dengan berbicara. Baru pada waktu sekolah kita belajar membaca dan menulis.
Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan ketrampilan berbicara lisan
yang bersifat alamiah. Artinya, kedua keterampilan berbahasa tersebut
didapatkan oleh seseorang melalaui peniruan yang bersifat alamiah dan
langsung dalam proses komunikasi. Menyimak dan berbicara digunakan
dalam komunikasi langsung dan tatap muka.
Keterampilan membaca dan menulis diperoleh secara sengaja melalui
proses belajar. Oleh karena itu sering disebut dengan ketrampilan berbahasa
yang literer. Kedua keterampilan berbahasa tersebut digunakan dalam
komunikasi tertulis secara tidak langsung.
Keterampilan menyimak dan membaca berdasarkan fungsinya
termasuk keterampilan berbahasa yang reseptif dan apresiatif, artinya kedua
keterampilan tersebut digunakan untuk menangkap dan memahami informasi
yang disampaikan melalui bahasa lisan dan tertulis. Sebaliknya, keterampilan
berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif dan ekspresif, artinya kedua keterampilan berbahasa tersebut
digunakan untuk menyampaikan informasi atau gagasan baik secara lisan
maupun tertulis.
Keempat keterampilan berbahasa saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Orang tidak akan dapat berbicara kalau tidak dapat menyimak.
Demikian pula, orang tidak akan dapat menulis tanpa terlebih dahulu dapat
membaca. Keterampilan berbicara dan menulis sebagai keterampilan yang
produktif didukung oleh keterampilan menyimak dan membaca sebagai
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 6
keterampilan yang reseptif. Karena eratnya hubungan keempat keterampilan
berbahasa tersebut, keempatnya sering disebut sebagai catur tunggal. Artinya,
keempat keterampilan tersebut merupakan bentuk kompetensi berahasa (Lihat
Tarigan 1982:1).
Selain itu, keempat keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat
dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Ada pepatah, bahasa
menunjukkan bangsa, artinya bahasa seseorang akan mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil orang seseorang dalam berbahasa, semakin
cerah dan dan jelas pula jalan pikirannya (Dawson et al 1963:27).
Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan sebuah
keterampilan berbahasa. Oleh karena itu hanya dapat diperoleh dengan jalan
pelatihan secara baik dan benar. Semakin sering berlatih dengan cara yang
benar, akan semakin terampil pula dalam berbahasa. Mengingat bahasa
mencerminkan pikiran, melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih
keterampilan berpikir (Tarigan 1980:27).
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan
dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak
didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih.
Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang
produktif dan reseptif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus trampil
memanfaatkan grafologi, kosa-kata, struktur kalimat, pengembangan paragraf,
dan logika berbahasa.
Sekurang-kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam
keterampilan menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi
sebagai media tulisan, antara lain meliputi kosa-kata, struktur kalimat,
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 7
paragraf, ejaan, dan pragmatik; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan
topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita
pendek, atau makalah.
Seorang penulis tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya
menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen tersebut.
Betapa banyak orang yang menguasai bahasa Indonesia tetapi tidak dapat
menghasilkan tulisan karena tidak tahu apa yang akan di tulis dan bagaimana
cara menuliskannya. Betapa banyak pula orang yang mengetahui banyak hal
untuk ditulis dan tahu pula menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat
menulis karena tidak tahu caranya.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya,
kapan pun, dimana pun, dan dalam situasi yang bagaimanapun orang dapat
menulis. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus
dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh
David Nunan (1991:86-90) dalam bukunya Language Teaching Methodology.
Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang
meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, (2) menulis
sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik
wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak
terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
Perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis tampak pada fungsi dan
karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian yang patut
diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 8
pandang inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan
bahasa tulis, sehingga dapat di aplikasikan dalam kegiatan komunikasai.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu
dekatnya kita kepada bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak
dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih
jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang
Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan bahasanya sendiri
dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini
merupakan suatu kelemahan yang tidak kita sadari.
Ada pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan
menulis sebagai suatu produk. Pebdekatan yang berorientasi pada proses lebih
memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis); sedangkan pendekatan
yang berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis
yaitu wujud tulisan.
D. Menulis Sebagai Sebuah Proses
Untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap
penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak
terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran)
mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat
yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi pada tahap ini kita
menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas social,
budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 9
Berdasarkan hasil penelitian yang yng dihadapkan terhadap tulisan
mahasiswa, Flower dan Hayes (lewat Tompkins 1990:71) mengembangkan
model proses menulis. Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses
pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu
lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan
mengenai topik, pembaca dan cara menulis. Ketiga, proses menulis meliputi
tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk
mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan yang telah
dibuat).
Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear,
karena penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur
(Zuchdi 1997:6). Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat
dianggap sebagai komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang
membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis,
tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain,
konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat terjaga.
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (1990:73)
menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3)
merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga
menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang
linear. Proses menulis bersifat nonlinear, artinya merupakan putaran berulang.
Kelima tahap tersebut diuraikan berikut ini.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 10
1) Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar menulis melakukan kegiatan sebagai
berikut.
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis.
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.
d. Megidentifikasi tujuan kegiatan menulis.
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang
telah mereka tentukan.
2) Tahap Pembuatan Draft
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap ini adalah
sebagai berikut.
a. Membuat draft kasar
Dengan berbekal apa-apa yang telah dipersiapkan pada tahap pramenulis,
pembelajar mulai menuliskan gagasan. Pada saat menuliskan gagasan
pembelajar menulis perlu menentukan target waktu yang akan dipergunakan
untuk menulis. Selama waktu yang telah ditentukan, pembelajar harus terus
menulis dan menulis. Jangan sekali-kali berhenti menulis untuk melakukan
koreksi, baik ejaan, pilihan kata, kalimat, maupun penataan gagasan. Lakukan
kegiatan mencurahkan gagasan dengan disiplin dan spontan. Pembuatan draft
dapat dilakukan tahap demi tahap sampai semua gagasan yang diinginkan
dapat tercurahkan.
b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 11
Pada tahap penyusunan draft, penulisan lebih ditekankan pada pencurahan
gagasandan kelengkapan isi tulisan. Pengaturan tata tulis dan penggunaan
bahasa hendaknya diabaikan kecuali yang muncul secara spontan.
3) Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap merevisi
adalah sebagai berikut.
a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok).
b. Berpatisipasi secara konstruktif dalam diskusi dalam diskusi tentang
tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas.
c. Mengubah tulisan dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari
pengajar maupun teman.
d. Membuat perubahan yang subtantif pada draft pertama dan draft
berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir.
4) Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pambelajar
menulis adalah sebagai berikut.
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri, mulai penggunaan ejaan,
pilihan kata, penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf.
b. Membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf,
penulisan judul, penomoran, kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain
yang diatur secara teknis.
c. Mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika,
kelogisan, ketajaman pembahasan, kelengkapan isi,. Bila perlu dapat
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 12
mengurangi sebagian atau menambahkan bagian lain hingga tulisan
lengkap dan lebih mendalam.
d. Berbagi dengan teman untuk saling memberikan koreksi.
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap
yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan
penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesui dengan
sasaran. (Rifai 1997:105-106). Penyuntingan tahap pertamaakan berkaitan
dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas
diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus
mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada
kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya,
harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk
memperlancar hubungan gagasan.
Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan. Melalui kerangka
tulisan, penyunting dapat melihat gagasan, tujuan, wujud, dan sudut pandang
penulis. Dalam bentuknya yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis,
dan dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara lepas-lepas (Keraf
1989:134). Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan
cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan.
Berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan penulis.
Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui
bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat
dikelompokkan atas empat macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,
dan argumentasi.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 13
Bentuk narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi
biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi juga
dapat ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya
merupakan himpunan peristiwa yabg disusun berdasarkan urutan waktu atau
urutan kejadian.
Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulisingin menggambarkan
bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan
untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya.
Penggambaran itu mengandalkan panca indra dalam proses penguraiannya.
Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan
penyusunan yang tepat. Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui
ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana,
orang, peristiwa dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi.
Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi,
penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan
eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga
merupakan bentuk tulisan eksposisi. Buku teks pun merupakan salah satu
bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu
prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan,
menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau table, serta mengulas sesuatu.
Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang,
membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar
pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya
dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi. Bentuk argumentasi
dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 14
sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat topik biasanya
merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca.
Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya, argumentasi ditemui dalam
kolom opini / wacana / gagasan / pendapat.
Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki cirri masing-
masing, mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain. Dalam sebuah
kolom, misalnya, dapat ditemukan berbagai bentuk tulisan tersebar di dalam
paragraf yang membangun kerangka tersebut oleh karena itu, penyunting
berfungsi untuk mempertajam dan memperkuat pembagian paragraf.
Pemberian paragraf terdiri atas empat pembuka, paragraf penghubung atau isi,
dan paragraph penutup sering kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering
ditemukan tulisan yang sulit dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau
pokok-pokoknya tidak jelas.
Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap pertama juga.
Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis.
Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan
demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang
dilakukan oleh penulis.
Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih
terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan
masalah kaidah bahasa, yang mencangkupi perbaikan dalam kalimat, pilihan
kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada saat penyunting memperbaiki kalimat
dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat berkonsultasi dengan penulis atau
langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung kepada keluasan permasalahan
yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam tanda baca dan
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 15
ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa memberitahukan
kepada penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat
mendasar.
5) Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau
publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar menulis dapat melakukan hal-hal
berikut.
a. Memublikasikan (memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang
sesuai, atau
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka
tentukan dalam forum diskusi atau seminar.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam tahap-tahap pembelajaran menulis dengan pendekatan / model
proses sebagaimana dijabarkan di atas dapat dipahami betapa banyak dan
bervariasi kegiatan pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatannya dalam
berbagai kegiatan tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang
sangat berharga guna mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh pembelajar pada setiap tahap, upaya-upaya
mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh para
pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam
mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan keterampilan menulis.
B. Saran
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa.
Keterampilan ini berkaitan dengan keterampilan lain, yakni membaca. Dalm
kurikulum, keterampilan ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis.
Sebagaimana materi lainnya, materi ini pun seharusnya disajikan secara
bertahap. Karena menulis merupakan keterampilan lanjutan yang cukup
kompleks, materi yang diajarkan sebelumnya harus benar-benar dipahami
dahulu oleh pembelajar mengingat materi tersebut menjadi prasyarat, misalnya
menyusun kalimat. Metode dan teknik mengajar yang tepat bisa memberikan
hasil yang baik terhadap materi ini.
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 17
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Mien A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soedjito dan Mansur Hasan. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Rosda Karya.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Pocess and Product. New York: Macmillan Publishing Company
Zuchdi, Darmiyati. 1997. Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses. Makalah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996 (tidak dipublikasikan).
BAHASA INDONESIA | Keterampilan Menulis 18