ketika warga perbatasan keluhkan biaya rawat inap

1
Ketika Warga Perbatasan Keluhkan Biaya Rawat Inap Pelayanan yang Pincang antara RI dan Malaysia 24 April 2015 - 00:45:28 Dilihat 494 kali 0 komentar Kepincangan layanan kesehatan antara Malaysia dan Indonesia masih dirasakan masyarakat perbatasan. Pelayanan kesehatan di perbatasan harus terus dibenahi, hingga betul-betul dirasakan masyarakat. Mulai ketersediaan obat yang cukup, pelayanan prima, hingga biaya pengobatan yang tidak memberatkan. ======================================================== MUSTAAN, Puring Kencana ====================== KEPALA Dusun Jonggran, Desa Langau, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu Antonius Emparang mengatakan, warga dan dirinya keberatan dengan pelayanan rawat inap di Puskesmas Puring Kencana. Pasalnya, ada salah seorang warganya dikenakan biaya hingga Rp 650.000/malam. "Rawat inap di Puskesmas Puring ada yang kena Rp 650 ribu/malam. Ini mahal bagi kami,” kata Emparang. Biaya mahal seperti itu, sambung Emparang, tentu memberatkan masyarakat. Ukuran di pedesaan Rp 650 ribu sangat mahal, sama dengan rawat inap di kabupaten atau Pontianak. “Ada warga kami yang dikenakan harga segitu," ujarnya Emparang di sela-sele kegiatan Menkes RI belum lama ini. Hal yang memberatkan lagi setelah dirawat inap, obat-obatan yang tersedia masih terbatas. Karena tidak sembuh, cerita Emparang lagi, warga tersebut lalu dibawa ke Putussibau. Memestinya setelah diperiksa, mengetahui obat kurang langsung saja dirujuk saja ke Putussibau. Sehingga biaya yang di keluarkan tidak besar. “Kami ini masyarakat kampung, semua petani, bukan pegawai. Kalau Rp 350 ribu kami tidak terlalu keberatan, tapi ini sampai Rp 650 ribuan, jelas sangat bera," keluhnya. Emparang mengharapkan adanya penurunan biaya rawat inap di Puskesmas Puring Kencana, agar tidak terlalu memberatkan masyarakat. "Kami minta pemerintah daerah perbaiki harga rawat inap di tempat kami. Jangan biarkan masyarakat yang sudah jatuh sakit ditekan biaya yang mahal," harap Emparang. Apalagi ruang rawat inap di puskes juga sangat terbatas, sama seperti ruang kelas tiga. Selain mengharapkan perbaikan kualitas layanan dan peninjauan tarif rawat inap. Emparang juga berharap pemerintah pusat memperhatikan sarana dan prasarana layanan kesehatan. Karena sepandai apapun dokter dan perawat jika tidak di dukung peralatan yang memadai juga akan sia-sia. Karenanya kelengkapan alat-alat medis penting untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat. “Pintar bagaimananpun dokter dan perawat, kalau alatnya tidak lengkap tentu tidak bisa maksimal. Karenanya warga perbatasan banyak memilih berobat ke Malaysia ketimbang berobat di negeri sendiri,” jelas Emparang. Ia juga berharap pemerintah daerah dan pusat memperhatikan infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak berat di perbatasan khususnya di Puring Kencana.(*/jpnn) kirim komentar http://www.kaltengpos.web.id/berita/detail/18826/ketika-warga- perbatasan-keluhkan-biaya-rawat-inap.html

Upload: putri-balkhis

Post on 28-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pkn

TRANSCRIPT

Ketika Warga Perbatasan Keluhkan Biaya Rawat Inap

Pelayanan yang Pincang antara RI dan Malaysia24 April 2015 - 00:45:28Dilihat 494 kali0 komentarKepincangan layanan kesehatan antara Malaysia dan Indonesia masih dirasakan masyarakat perbatasan. Pelayanan kesehatan di perbatasan harus terus dibenahi, hingga betul-betul dirasakan masyarakat. Mulai ketersediaan obat yang cukup, pelayanan prima, hingga biaya pengobatan yang tidak memberatkan.========================================================MUSTAAN, Puring Kencana======================KEPALADusun Jonggran, Desa Langau, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu Antonius Emparang mengatakan, warga dan dirinya keberatan dengan pelayanan rawat inap di Puskesmas Puring Kencana. Pasalnya, ada salah seorang warganya dikenakan biaya hingga Rp 650.000/malam.

"Rawat inap di Puskesmas Puring ada yang kena Rp 650 ribu/malam. Ini mahal bagi kami, kata Emparang.

Biaya mahal seperti itu, sambung Emparang, tentu memberatkan masyarakat. Ukuran di pedesaan Rp 650 ribu sangat mahal, sama dengan rawat inap di kabupaten atau Pontianak.

Ada warga kami yang dikenakan harga segitu," ujarnya Emparang di sela-sele kegiatan Menkes RI belum lama ini. Hal yang memberatkan lagi setelah dirawat inap, obat-obatan yang tersedia masih terbatas.

Karena tidak sembuh, cerita Emparang lagi, warga tersebut lalu dibawa ke Putussibau. Memestinya setelah diperiksa, mengetahui obat kurang langsung saja dirujuk saja ke Putussibau. Sehingga biaya yang di keluarkan tidak besar.

Kami ini masyarakat kampung, semua petani, bukan pegawai. Kalau Rp 350 ribu kami tidak terlalu keberatan, tapi ini sampai Rp 650 ribuan, jelas sangat bera," keluhnya.

Emparang mengharapkan adanya penurunan biaya rawat inap di Puskesmas Puring Kencana, agar tidak terlalu memberatkan masyarakat. "Kami minta pemerintah daerah perbaiki harga rawat inap di tempat kami. Jangan biarkan masyarakat yang sudah jatuh sakit ditekan biaya yang mahal," harap Emparang. Apalagi ruang rawat inap di puskes juga sangat terbatas, sama seperti ruang kelas tiga.

Selain mengharapkan perbaikan kualitas layanan dan peninjauan tarif rawat inap. Emparang juga berharap pemerintah pusat memperhatikan sarana dan prasarana layanan kesehatan. Karena sepandai apapun dokter dan perawat jika tidak di dukung peralatan yang memadai juga akan sia-sia. Karenanya kelengkapan alat-alat medis penting untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat.

Pintar bagaimananpun dokter dan perawat, kalau alatnya tidak lengkap tentu tidak bisa maksimal. Karenanya warga perbatasan banyak memilih berobat ke Malaysia ketimbang berobat di negeri sendiri, jelas Emparang. Ia juga berharap pemerintah daerah dan pusat memperhatikan infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak berat di perbatasan khususnya di Puring Kencana.(*/jpnn)

kirim komentarhttp://www.kaltengpos.web.id/berita/detail/18826/ketika-warga-perbatasan-keluhkan-biaya-rawat-inap.html