keterangan pers kebijakan tax holiday - kemenkeu.go.id · sesuai dengan kebijakan pelayanan terpadu...

3
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I LANTAI 4, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK pos 21 TELEPON (021) 3849605 FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN PERS Kebijakan Tax Holiday Jakarta, 27 Agustus 2015 - Perekonomian Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup besar dari perekonomian global yang salah satunya tercermin dari kembali diturunkannya outlook pertumbuhan perekonomian global oleh World Economic Outlook (WEO) bulan April 2015 lalu dari 3,5% menjadi 3,3% (yoy) yang mengindikasikan turunnya optimisme perekonomian global 2015 jika dibandingkan tahun 2014. Penurunan outlook ini diiringi pula turunnya harga minyak dunia dan komoditas perdagangan lainya serta perlambatan ekonomi negara maju seperti Tiongkok, Jepang, dan Eropa serta negara-negara berkembang di kawasan regional ASEAN. Oi samping itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya mendorong terus berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) baik dari sisi waktu maupun besarannya. Dampak dari perekonomian global yang masih gloomy ini berimplikasi pada menurunnya kinerja perekonomian domestik yang salah satunya tercermin dari perlambatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada kuartal kedua tahun 2015 dimana POB hanya tumbuh sebesar 4,67% (yoy) dibanding kuartal sebelumnya (4,7%, yoy) yang didorong oleh lemahnya beberapa komponen permintaan dalam negeri terutama konsumsi pemerintah yang dibarengi dengan kinerja investasi yang masih tumbuh terbatas akibat masih lemahnya impor barang modal. Oi sisi lain, ekspor juga masih tertekan sejalan kondisi perekonomian mitra dagang dan harga komoditas yang masih rendah. Selain di sektor riil, sektor keuangan juga mengalami koreksi yang di antaranya tercermin dari depresiasi nilai tukar rupiah lebih dari 10% (ytd) yang diikuti turunnya harga aset lainnya seperti harga saham pada seluruh sektor ekonomi dan yield obligasi yang meningkat akibat sentimen eksternal terkait ekspektasi kenaikan FFR dan permasalahan bail out Yunani yang hingga saat ini belum mencapai kesepakatan dengan para kreditor. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada Mei 2015 masih tertahan pada level pertumbuhan 10,4% (yoy), dengan perlambatan terbesar terjadi pada sektor listrik, air, dan gas serta transportasi yang tumbuh negatif. Oi tengah proyeksi perekonomian global yang secara umum bergerak ke bawah, kita dihadapkan pada trayektori pertumbuhan ekonomi yang optimis. Sebagaimana tercantum pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), perekonomian Indonesia diharapkan untuk tumbuh sampai dengan 8% di akhir tahun 2019. Oengan target yang besar ini, tentunya dibutuhkan pembiayaan yang besar dan berkesinambungan juga. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berperan penting dalam pembiayaan perekonomian. Oengan berbagai kebijakan yang akan dilakukan di tahun 2015 dan perkembangan asumsi dasar ekonomi, prospek keuangan Negara di tahun 2015 sebagaimana diusulkan kepada OPR RI akan mengalami defisit sebesar 2,2% terhadap Produk Oomestik Bruto (POB), Oefisit menunjukkan tingginya kebutuhan pendanaan dibandingkan dengan kapasitas pendanaan. Oengan sasaran pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan, jelas bahwa peran Pemerintah saja tidak cukup untuk mendukung akselerasi pertumbuhan perekonomian. Oibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat baik sektor rumah tangga, korporasi, maupun lembaga keuangan seperti perbankan dan pasar modal untuk mencapai target ini. Oari total Rp26.558 Triliun investasi yang dibutuhkan untuk menopang akselerasi pertumbuhan, Rp22.534 Triliun berasal dari sektor swasta dimana dari jumlah ini sebesar Rp5.519,4 Triliun dibutuhkan untuk pembiayaan infrastruktur saja. 1/3

Upload: dangthien

Post on 15-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERANGAN PERS Kebijakan Tax Holiday - kemenkeu.go.id · Sesuai dengan Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas Tax Holiday kepadaKepalaBadanKoordinasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

GEDUNG DJUANDA I LANTAI 4, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK pos 21TELEPON (021) 3849605 FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id

KETERANGAN PERS

Kebijakan Tax Holiday

Jakarta, 27 Agustus 2015 - Perekonomian Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukupbesar dari perekonomian global yang salah satunya tercermin dari kembali diturunkannya outlookpertumbuhan perekonomian global oleh World Economic Outlook (WEO) bulan April 2015 lalu dari 3,5%menjadi 3,3% (yoy) yang mengindikasikan turunnya optimisme perekonomian global 2015 jikadibandingkan tahun 2014. Penurunan outlook ini diiringi pula turunnya harga minyak dunia dankomoditas perdagangan lainya serta perlambatan ekonomi negara maju seperti Tiongkok, Jepang, danEropa serta negara-negara berkembang di kawasan regional ASEAN. Oi samping itu, pertumbuhanekonomi Amerika Serikat yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya mendorong terus berlanjutnyaketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) baik dari sisi waktu maupun besarannya.

Dampak dari perekonomian global yang masih gloomy ini berimplikasi pada menurunnya kinerjaperekonomian domestik yang salah satunya tercermin dari perlambatan pertumbuhan ekonomi secaratahunan pada kuartal kedua tahun 2015 dimana POB hanya tumbuh sebesar 4,67% (yoy) dibandingkuartal sebelumnya (4,7%, yoy) yang didorong oleh lemahnya beberapa komponen permintaan dalamnegeri terutama konsumsi pemerintah yang dibarengi dengan kinerja investasi yang masih tumbuhterbatas akibat masih lemahnya impor barang modal. Oi sisi lain, ekspor juga masih tertekan sejalankondisi perekonomian mitra dagang dan harga komoditas yang masih rendah.

Selain di sektor riil, sektor keuangan juga mengalami koreksi yang di antaranya tercermin daridepresiasi nilai tukar rupiah lebih dari 10% (ytd) yang diikuti turunnya harga aset lainnya seperti hargasaham pada seluruh sektor ekonomi dan yield obligasi yang meningkat akibat sentimen eksternal terkaitekspektasi kenaikan FFR dan permasalahan bail out Yunani yang hingga saat ini belum mencapaikesepakatan dengan para kreditor. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada Mei 2015 masih tertahanpada level pertumbuhan 10,4% (yoy), dengan perlambatan terbesar terjadi pada sektor listrik, air, dangas serta transportasi yang tumbuh negatif.

Oi tengah proyeksi perekonomian global yang secara umum bergerak ke bawah, kita dihadapkanpada trayektori pertumbuhan ekonomi yang optimis. Sebagaimana tercantum pada RancanganPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), perekonomian Indonesia diharapkan untuktumbuh sampai dengan 8% di akhir tahun 2019. Oengan target yang besar ini, tentunya dibutuhkanpembiayaan yang besar dan berkesinambungan juga. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) berperan penting dalam pembiayaan perekonomian. Oengan berbagai kebijakan yang akandilakukan di tahun 2015 dan perkembangan asumsi dasar ekonomi, prospek keuangan Negara ditahun 2015 sebagaimana diusulkan kepada OPR RI akan mengalami defisit sebesar 2,2% terhadapProduk Oomestik Bruto (POB), Oefisit menunjukkan tingginya kebutuhan pendanaan dibandingkandengan kapasitas pendanaan. Oengan sasaran pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan, jelas bahwaperan Pemerintah saja tidak cukup untuk mendukung akselerasi pertumbuhan perekonomian.Oibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat baik sektor rumah tangga, korporasi, maupun lembagakeuangan seperti perbankan dan pasar modal untuk mencapai target ini. Oari total Rp26.558 Triliuninvestasi yang dibutuhkan untuk menopang akselerasi pertumbuhan, Rp22.534 Triliun berasal darisektor swasta dimana dari jumlah ini sebesar Rp5.519,4 Triliun dibutuhkan untuk pembiayaaninfrastruktur saja.

1/3

Page 2: KETERANGAN PERS Kebijakan Tax Holiday - kemenkeu.go.id · Sesuai dengan Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas Tax Holiday kepadaKepalaBadanKoordinasi

Untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian global yang berimbas terhadap kinerjaperekonomian domestik, Pemerintah meni/ai perlu formulasi kebijakan anggaran yang lebih sehat untukmendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Dalam jangka panjang, target tersebut diharapkandapat dicapai melalui reformasi anggaran yang terdiri atas optimalisasi pendapatan negara, pe:ningkatankualitas belanja, dan kesinambungan sumber pembiayaan sehingga dapat memperbaiki masalahstruktural perekonomian. Sedangkan dalam jangka pendek, APBN diharapkan dapat mendukungperekonomian dengan serangkaian stimulus fiskal seperti upaya percepatan realisasi belanja, insentifperpajakan seperti tax allowance dan tax holiday, penurunan tarif pajak, serta kebijakan lainnya sepertipenambahan fasilitas bebas visa serta kebijakan di sektor keuangan yang dijalankan oleh otoritasmoneter.

Kebijakan Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Pionir

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorongpercepatan pertumbuhan ekonomi serta mengatasi permasalahan struktural perekonomian. Upaya-upaya tersebut tercermin dari beberapa kebijakan Pemerintah yang menyasar pada upaya perbaikaninfrastruktur, iklim investasi, reformasi subsidi, maupun inisiatif lain di sektor keuangan.

Dinamika perekonomian menunjukkan kecenderungan depresiasi nilai tukar rupiah yang didorongoleh beberapa faktor serupa penguatan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia yang diiringidengan menurunnya harga komoditas global sebagai determinan penerimaan devisa hasil ekspor. Disisi lain, impor Indonesia masih didominasi barang bernilai tambah tinggi akibat tingkat konsumsi dalamnegeri yang masih terjaga seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah.Ketidakseimbangan permintaan dapat memicu defisit transaksi berjalan yang pada akhirnya mendorongketidakstabilan nilai tukar domestik.

Untuk mengatasi masalah tersebut, intervensi kebijakan investasi diperlukan sebagai langkahstrategis untuk memperbaiki masalah tersebut. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintahadalah tax holiday untuk mendorong penanaman modal asing dan penanaman modal dalam rnegeri diindustri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,memperkenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Upaya inisekaligus memperkuat komitmen Pemerintah untuk tetap berupaya menjaga iklim investasi dunia usahadi tengah langkah-Iangkah untuk mengoptimalisasi penerimaan perpajakan.

Pemerintah telah menetapkan kebijakan insentif perpajakan melalui penerbitan Peraturan MenteriKeuangan (PMK) Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atauPengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor192/PMK.011/2014. PMK tersebut pada dasarnya merupakan paket kebijakan pemberian insentifberupa tax holiday bagi industri pionir.

Fasilitas PPh Badan yang diberikan dalam PMK dimaksud berupa pembebasan Pajak PenghasilanBadan sebesar 100% dari Pajak Penghasilan Badan yang terutang selama 5 s.d. 10 tahun dan setelahperiode tersebut berakhir, diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebesar 50% selama2 tahun.

Dalam rangka meningkatkan investasi, khususnya pada industri pionir, Pernerintah tetapmempertahankan kebijakan pemberian Tax Holiday, dengan melakukan perubahan ketentuan yangbertujuan untuk relaksasi dan penyederhanaan pemberian fasilitas, sebagaimana tertuang dalam PMKNomor 159/PMK.01 0/2015.

Pokok-pokok perubahan kebijakan Tax Holiday meliputi:

1. Penambahan Cakupan Industri Pionir.Sebelumnya ada 5 industri yang masuk dalam cakupan industri pionir, yaitu:a. Industri logam dasar;

2/3

Page 3: KETERANGAN PERS Kebijakan Tax Holiday - kemenkeu.go.id · Sesuai dengan Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas Tax Holiday kepadaKepalaBadanKoordinasi

b. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dariminyak bumi dan gas alam;

c. Industri permesinan;d. Industri di bidang sumberdaya terbarukan; dan/ataue. Industri peralatan komunikasi.

Di dalam PMK Nomor 159/PMK.01 0/2015, cakupan industri pionir tersebut diperluas menjadi:a. Industri logam hulu;b. Industri pengilangan minyak bumi;c. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;d. Industri permesinan yang menghasilkan mesin industri;e. Industri pengolahan berbasis hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan;f. Industri telekomunikasi, informasi dan komunikasi;g. Industri transportasi kelautan;h. Industri pengolahan yang merupakan industri utama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK);dan/atau

i. Infrastruktur ekonomi selain yang menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan BadanUsaha (KPBU).

2. Penambahan Jangka Waktu Pemberian Fasilitas.

Oi dalam PMK Tax Holiday sebelumnya, jangka waktu pemberian fasilitas diatur selama 5 sampaidengan 10 tahun dan dapat diperpanjang dengan diskresi Menteri Keuangan. Oi dalam PMKNomor 159/PMK.01 0/2015, diatur bahwa fasilitas diberikan selama 5 sampai dengan 15 tahun dandapat diberikan hingga 20 tahun dengan diskresi Menteri Keuangan.

3. Penurunan Nilai Rencana Penanaman Modal untuk Industri Tertentu

Untuk industri telekomunikasi, informasi dan komunikasi, rencana investasi diturunkan menjadipaling sedikit sebesar Rp 500 M. Untuk industri tersebut yang rnerniliki rencana investasi sebesarRp 500 M s.d. kurang dari Rp 1 T mendapatkan pengurangan maksimum sebesar 50%. Untukrencana investasi lebih dari Rp 1 T, dapat diberikan pengurangan sebesar 100%.

4. Penyederhanaan Prosedur Pengajuan Fasilitas Tax Holiday

Sesuai dengan Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Wajib Pajak mengajukanpermohonan fasilitas Tax Holiday kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

5. Pemberian Fasilitas Tax Allowance bagi Wajib Pajak yang Permohonan Fasilitas TaxHoliday-nya Ditolak

Oi dalam PMK Nomor 159/PMK.010/2015, dalam hal permohonan fasilitas Tax Holiday WajibPajak ditolak, Wajib Pajak diberikan fasilitas Tax Allowance sepanjang memenuhi cakupan bidangusaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 18 Tahun 2015.

Informasi lebih lanjut hubungi :

Badan Kebijakan FiskalGd. R.M. NotohamiprodjoJI. Dr. Wahidin Raya No.1, Jakarta 10710Telepon (021) 344.1484, Faksimile (021) 384.8049

3/3