keterampilan evaluasi mental

77
Keterampilan evaluasi mental

Upload: rizky-fajri

Post on 03-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keterampilan Evaluasi Mental

Keterampilan evaluasi mental

Page 2: Keterampilan Evaluasi Mental

I. Penampakan Umum :

- Bagaimana cara os berjalan, lenggang os, cara berpakaian, kebersihannya, tingkah lakunya.

- Bila sudah berhadapan perhatikan air muka os, kerapiannya, kebersihannya, apa yang dikatakannya, cara os berbicara,

ucapan-ucapan os, dll.

Page 3: Keterampilan Evaluasi Mental

II. Kesadaran :

- Yg terbaik dinilai dengan GCS.

• Severe, with GCS ≤ 8

• Moderate, GCS 9 - 12

• Minor, GCS ≥ 13.

• < 3 = coma.

Page 4: Keterampilan Evaluasi Mental

Gangguan kesadaran.1. Disorientasi ; Gangguan orientasi tempat, waktu dan atau diri.

2. Kesadaran berkabut : Berkurangnya kejernihan pikiran disertai dengan gangguan persepsi dan sikap.

3. Stupor : Berkurangnya reaksi terhadap dan ketidak waspadaan terhadap dunia sekitarnya.

Page 5: Keterampilan Evaluasi Mental

4. Delirium :

- Gelisah, bingung, reaksi disrientasi yang berhubungan dengan rasa takut dan halusinasi.

5. Coma vigil :

- Coma dimana pasien berada dalam keadaan tidur , tetapi bisa terbangkit setiap saat ( disebut juga kinetic mutisme ).

6. Twilight state ( Keadaan kala senja ) :

- Gangguan kesadaran yang disertai dengan halusinasi.

Page 6: Keterampilan Evaluasi Mental

7. Coma :

- Derjat terendah dari kesadaran.

8. Dreamlike state :

- Selalu digunakan untuk menyebut keadaan kompleks partial atau epilepsy psikomotor.

9. Somnolen :

- Keadaan bingung abnormal yang selalu dijumpai pada proses organic.

Page 7: Keterampilan Evaluasi Mental

III. Afek :- Ekspresi alam perasaan yang dapat dinilai oleh orang

lain.

Penilaian :

Appropriate Affect;

Sifat emosi dalam keadaan harmoni, sesuai dgn pikiran, ide dan pembicaraan yang menyertainya.

In appropriate affect;

Emosi disharmoni dgn pikiran, ide dan pembicaraan yang menyertai.

Blunted affect ;

Gambaran afek dimana terdapat pengurangan berat dlm hal intensitas dan nada perasaan

Page 8: Keterampilan Evaluasi Mental

Restricted affect

Pengurangan intensitas affect tak lebih berat dari blunted affect.

Flattened affect

Hilang atau hampir hilangnya tanda-tanda ekspresi afek, Suara dan wajah yang tak berubah.

Labile affect ;

Perobahan yang cepat dan mendadak dari nada perasaan dan tak berhubungan dgn rangsang eksternal.

Page 9: Keterampilan Evaluasi Mental

IV. Emosi : - Kompleks alam perasaan yang terdiri

dari komponen fisik, psikologis dan perilaku yang dipengaruhi oleh afek dan mood.

Page 10: Keterampilan Evaluasi Mental

V. MOOD :

Alam perasaan yang diketahui bila orang tersebut menceritakannya

Penilaiannya :

1. Dysphoric mood ;

Mood yang tak menyenangkan.

2. Euthymic mood ;

Mood dalam batas-batas normal.

3. Irritable mood ;

Mudah terganggu dan diprovokasi untuk marah.

Page 11: Keterampilan Evaluasi Mental

4. Ekspansiv mood ;Ekspresi perasaan tanpa hambatan, selalu disertai

pendapat yang berlebihan ttg dirinya, dimana ia merasa sangat dibutuhkan.

5. Mood swing ;Perubahan antara periode-periode euphoria dan depresi/

ansietas.

6. Elavated mood ;Meningkatnya kepercayaan diri dan kesenangan.Mood

lebih gembira daripada normal, tapi belum patologis.

7. Euphoria ;Kegembiraan yang hebat yang disertai waham besar.

Page 12: Keterampilan Evaluasi Mental

8. Ectasy ;

Perasaan gairah dan gembira yang kuat.

9. Depresi ;

Perasaan sedih psikopatologis.

10. Anhedonia;

Hilangnya minat disertai penarikan diri dari aktifitas reguler yang menyenangkan, selalu berhubungan dgn depresi.

Page 13: Keterampilan Evaluasi Mental

11. Grief ;Kesedihan yang sebanding dgn kehilangan yang nyata.

12. AlexithemiaKetidakmampuan atau kesulitan melukiskan atau

merasakan emosi atau mood sendiri.

OTHER EMOTION ;AnxietyTakut / cemas thd sesuatu yg akan terjadi sbg akibat

antisipasi thd bahaya yg mungkin berasal dari dlm ataupun luar.

Free floating anxiety ;Rasa takut meresap, tak terfokus & tak terikat oleh bbg ide.

Page 14: Keterampilan Evaluasi Mental

Fear ;

Takut terhadap bahaya nyata.

Agitasi ;

Ansietas yg disertai dgn kegelisahan motorik yg berat.

Tension ;

Perasaan yg tak menyenangkan ok meningkatnya aktifitas psikologis dan motorik.

Panic ;

Serangan ansietas akut, berat, episodik yg berhubungan dgn rasa takut yg berlebihan disertai perubahan autonomik.

Page 15: Keterampilan Evaluasi Mental

Apathy ;

Nada emosi yg tumpul, sehubungan dgn pengabaian.

Ambivalency ;

Dua impuls yg berlawanan, yg hadir bersamaan, pd pikiran yg sama, orang yg sama dan saat yg sama.

Page 16: Keterampilan Evaluasi Mental

VI. Sikap :

- Suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli yang telah terkondisikan . ( Loc Pierre , 1934 ).

- Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain , objek dan isu-isu.

Page 17: Keterampilan Evaluasi Mental

VII. Perilaku motorik ( Conation ) :

Aspek psikologis yang meliputi impuls, motivasi, kehendak, kendali, instink, dan keinginan yang diekspresikan melalui perilaku seseorang atau aktivitas motoriknya.

Page 18: Keterampilan Evaluasi Mental

A. Gangguan komunikasi:1. Echolalia :

Pengulangan yang psikopatologi dari kata-kata atau kalimat seseorang oleh orang lain ; cenderung berulang-ulang dan menetap, dapat dalam bentuk peniruan kata-kata atau intoasi yang terputus-putus.

2. Echopraxia :

Peniruan dari gerakan seseorang oleh orang lain yang bersifa psikopatologis.

3. Verbigerasi :

Pengulangan terhadap kata-kata atau kalimat yang spesifik dan tidak mempunyai arti.

Page 19: Keterampilan Evaluasi Mental

4. Katatonia : Anomali gerakan pada gangguan non organic.

a. Katalepsi : Istilah umum untuk posisi yang tidak bergerak dan tetap

dipertahankan.

b. Excited : Agitasi, aktifitas motorik yang tak terkendali dan tidak

dipengaruhi oleh rangsang dari luar.

c. Stupor : Perlambatan aktifitas motorik yang nyata, sering kali

terkihat seakan-akan berhenti dan tidak punya perhatian terhadap dunia sekitarnya.

Page 20: Keterampilan Evaluasi Mental

d. Rigiditas :

Suatu dugaan terhadap posisi yang kaku, yang melawan semua usaha untuk menggerakkannya.

e. Posturing :

Postur tubuh yang kacau atau tidak sesuai , umumnya dipertahankan dalam waktu yang panjang.

f. Fleksibilitas serea( Waxy flexibility ) :

Orang tersenut dapat dientuk pada posisi yang kita inginkan, dan posisi tersebut diperthankan ( jadi seperti lilin yang dapat dibentuk ).

Page 21: Keterampilan Evaluasi Mental

g. Negatifisme :

Melawan setiap usaha atau perintah yang bertujuan untuk merubah atau menggerakkannya.

5. Cataplexy :

Hilangnya tonus otot dan kelelahan yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosi.

6. Mannerisme :

Gerakan-gerakan stereotype yang tak disadari.

7. Automatisme :

Kegiatan otomatis yang nyata yang merupakan aktifitas simbolisasi yang tidak disadari.

Page 22: Keterampilan Evaluasi Mental

8. Automatisme :

Kegiatan automatisme yang ditampilkan yang merepresentasikan aktivitas simbolik yang tak disadari.

9. Command Automatisme :

Automatisme yang mengikuti perintah ( disebut juga automatic obedience ).

10. Mutisme :

Diam tak bersuara yang bukan disebabkan abnormalitas structural.

Page 23: Keterampilan Evaluasi Mental

11. Overactivity :a. Hyperkinesis :

gelisah, aggressive dan kegiatan yang destruktif.

b. Tic : Gerakan-gerakan spasmodic yang tak disadari.

c. Sleep walking ( Somnabolisme ) :Aktifitas motorik ketika tidur.

Page 24: Keterampilan Evaluasi Mental

d. Compulsion :Aktifitas yang berulang-ulang akibat impuls yang tak terkendali.

d.1. Dypsomania :Kompulsi untuk meminum alcohol.

d.2. Kleptomania :Kompulsi untuk mencuri.

d.3. Nymphomania :

Keinginan yang kompulsiv dan berlebihan untuk senggama pada wanita.

Page 25: Keterampilan Evaluasi Mental

d.4. Satyriasis :

Keinginan yang kompulsiv dan berlebihan untuk senggama pada lelaki.

d.5. Trichotillomania:

Kompulsi untuk mencabut rambutnya.

d.6. Ritual :

Kegiatan kompulsi berupa aktifitas automatis yang pada dasarnya untuk mengurangi rasa cemas.

Page 26: Keterampilan Evaluasi Mental

12. Hypoactivity ( Hypokinesis):

Berkurangnya atau retardasi aktifitas dalam bentuk retardasi psikomotor, yang terlihat pada melambatnya pembicaran, gerakan dan pikiran.

13. Mimicry :

Meniru aktifitas anak-anak yang sederhana

14. Agression :

Kegiatan dengan kekuatan penuh yang langsung ketujuan baik dalam bentuk verbal atau dalam bentuk fisik, gerakan melawan dengan perasaan marah dan permusuhan.

Page 27: Keterampilan Evaluasi Mental

VIII. Pembicaraan :

Pembicaraan merupakan ekspresi dari pikiran.

Gangguan berbicara :

1. Pressure of speech :

Pembicaraan yang cepat dengan jumlah yang banyak dan sulit untuk di interupsi.

2. Volubility ( logorrhea ):

Pembicaraan yang logis, meniru-niru dan berhubungan.

Page 28: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Poverty of speech :

Membatasi jumlah pembicaraan yang digunakan, pengulangan mungkin terjadi pada kata-kata dengan satu suku kata.

4. Poverty of content of speech ;

Pembicaraan dengan jumlah yang adequate tetapi memberi sedikit informasi , disebabkan keragu-raguan, kekosongan dan kata-kata yang stereotipi.

5. Dysprosodia :

Hilangnya irama pembicaraan yang normal ( disebut juga Prosody ).

6. Dysarthria :

Kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam menemukan kata-kata atau tatabahasa.

Page 29: Keterampilan Evaluasi Mental

Gangguan Aphasic ( Gangguan dalam hal output pembicaraan ) :

1. Motor Aphasia ;Kesulitan berbicara sebagai akibat gangguan otak organic. Penderita mampu memaham pembicaraan tetapi tak mampu untuk berbicara ( dkenal sebagai “ Broca non fluent atau expressive aphasia.” ).

2. Sensory aphasia :Ketidak mampuan untuk memahami kata-kata atau menggunakan objek ( disebut juga “Wernicke’s fluent atau Receptive aphasia” ).

3. Nominal Aphasia :Kesuitan untuk menemukan nama yang benar dari suatu objek.

Page 30: Keterampilan Evaluasi Mental

4. Syntactical Aphasia :Ketidak mampuan untuk merangkai kata-kata dalam urutan yang sesuai.

5. Jargon Aphasia :Kata-kata yang dihasilkan secara keseluruhan

adalah neologistik, kata-kata yang tak berarti tetapi diulang-ulang intonasi dan irama yang berubah-ubah.

Page 31: Keterampilan Evaluasi Mental

6. Global aphasia :

Kombinasi yang menyeluruh dari non fluen aphasia dan fluent aphasia berat.

7. Fluent Aphasia :

Ketidak mampuan untuk memahami kata-katadalam pembicaraan, tetapi pembicaraan lancer dan incoherent .

Page 32: Keterampilan Evaluasi Mental

IX. Proses Fikir.

Aliran ide-ide, simbol-simbol, langsung ketujuan yang dimulai dari adanya masaalah yang harus diselesaikan sehingga mencapai kesimpulan yang berorientasi pada realitas. Bila urutan-urutan berlangsung secara teratur, disebut sebagai pikiran yang normal.

Parapraxes :

Kechilafan dari logika yang disebut sebagai “ Freudian slips , masih dianggap sebagai pikiran yang normal.

Page 33: Keterampilan Evaluasi Mental

A. Gangguan bentuk pikiran.

1. Gangguan mental ;Perilaku atau gejala psikologis yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan stes dan ketidakmampuan , tidak hanya sebagai respon yang dapat diharapkan untuk suatu peristiwa tertentu.

2. Neurosis :Gangguan mental dengan kemampuan menilai realita yang baik dan gejala-gejala dirasakan sebagai suatu yang ego-dystonik ( distress dan tak dapat diterima ). Tidak ada perilaku kekerasan yang melanggar norma-norma, relative bertahan dan dapat berulang bila tanpa pengobatan.

Page 34: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Psychosis :Ketidak mampuan untuk membedakan realita dari fantasi ; adanya hendaya menilai realita, dengan menciptakan realitas yang baru.

4. Gangguan fikiran formal :Bentuk pikiran yang mengganggu isi pikiran ; ditandai dengan asosiasi longgar, neologisme, dan bentuk yang tak logis, adanya kelainan proses fakir, dan dan orang tersebut dietaoka dsebagai penderita ganggun psikotik.

5. Pikiran yang tak logis ;Pikiran dengan kesimpulan yang salah atau terdapat kontradiksi internal, dikatakan psikopatologis bila ini tampak nyata, dan bila tidak dikarenakan budaya atau deficit intelektual.

Page 35: Keterampilan Evaluasi Mental

6. Dereisme :Aktifitas mental yang tak sesuai dengan pengalaman dan logika.

7. Autistik thinking :Pikiran-pikiran yang memuaskan keinginan yang tak tercapai tetapi tidak menghiraukan realitas : preocupasi pada dunia dalam dan diri sendiri; kadang-kadang istilah ini disamakan dengan dereisme.

8. Magical thinking :Suatu bentuk dereistic thinking, pikiran yang serupa dengan fase preoperasional pada perkembangan anak ( Piaget ), dimana perkataan, pikiran dan perbuatan terkait dengan kekuatan. ( contoh : dia dapat menyebabkan atau mencegah terjadinya suatu peristiwa ).

Page 36: Keterampilan Evaluasi Mental

9. Concrete thinking :

Disebut juga literal thinking ; terbatasnya penggunaan kata kiasan, tanpa memahami nuansa arti ; pikiran satu dimensi.

10. Abstract thinking :

Kemampuan untuk mengapresiasikan nuansa arti, berfikir secara multidimensional dengan kemampuan untuk menggunakan kiasan dan hypothesa yang sesuai.

Page 37: Keterampilan Evaluasi Mental

B. Gangguan Spesifik dari Bentuk Pikiran.

1. Neologisme :Kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien, selalu dengan cara mengkombinasi-kan sukukata dari kata-kata lain, sebagai alasan psikologis yang aneh.

2. Word salad :Campuran kata dan kalimat yang membingungkan.

3. Circumstantiality :Pembicaraan yang tidak langsung yang memperlambat pencapaian tujuan, tetapi akhirnya sampai juga ketujuan sebenarnya. Ditandai dengan melibatkan detail dan tanda-tanda sisipan.

Page 38: Keterampilan Evaluasi Mental

4. Tangentiality :Ketidak mampuan yang terkait dengan pikiran untuk . mencapai tujuan secara langsung. Pasien tidak pernah mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

5. Incoherence :Pembicaraan yang secara umum tidak dimengerti, dimana pikiran atau kata-kata dan tatabahasa sama-sama berjalan secara tidak logis yang berakibat terjadinya disorganisasi.

6. Perseveration :Suatu respon yang menetap terhadap stimulus terdahulu setelah stimulusyang baru diberikan. Selalu berkaitan dengan gangguan mental organic.

Page 39: Keterampilan Evaluasi Mental

7. Tangentiality :Ketidak mampuan yang terkait dengan pikiran untuk mencapai tujuan secara langsung. Pasien tidak pernah mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

8. Incoherence :Pembicaraan yang secara umum tidak dimengerti, dimana pikiran atau kata-kata dan tatabahasa sama-sama berjalan secara tidak logis yang berakibat terjadinya disorganisasi.

9. Perseveration :Suatu respon yang menetap terhadap stimulus terdahulu setelah stimulusyang baru diberikan. Selalu berkaitan dengan gangguan mental organic.

Page 40: Keterampilan Evaluasi Mental

10. Derailment ;Penyimpangan yang bertahap atau tiba-tiba dari deretan pikiran tanpa adanya blocking; Kadang-kadang disebut juga sebagai loose of association.

11. Flight of Ideas :Pembicaraan yang cepat, berkelanjutan atau bermain dengan kata-kata, yang menghasilkan suatu perubahan yang menetap dari satu ide ke ide yang lain. Ide tersebut cenderung menjadi berhubungan dan dalam bentuk yang tidak berat masih dapat dimengerti oleh pendengar.

12. Clang association :Kumpulan kata-kata yang mempunyai suara yang sama, tetapi tidak mempunyai arti. Kata-kata tersebut tidak mempunyai hubungan yang logis, kadang-kadang disertai irama dan permainan kata-kata.

Page 41: Keterampilan Evaluasi Mental

13. Blocking :

Interupsi yang tiba-tiba dari deretan pikiran , sebelum ide atau pikiran disampaikan secara lengkap. Setelah istirahat sejenak, orang tersebut menunjukkan tidak ingat apa yang telah dikatakannya( dikenal sebagai penyimpangan pikiran ).

14. Glossolalia :

Ekpressi dari pesan-pesan yang tak diketahui ( rahasia ) melalui kata-kata yang tak dimengerti ( dikenal juga sebagai “speaking in tongues” ).

Page 42: Keterampilan Evaluasi Mental

C. Gangguan Isi Pikiran :

1. Poverty of content of speech ;

Pembicaraan dengan jumlah yang adequate tetapi memberi sedikit informasi , disebabkan keragu-raguan, kekosongan dan kata-kata yang stereotipi.

2. Overvalued idea :

Suatu keadaan yang berupa keyakinan yang salah yang tidak seyakin waham, serta tak beralasan.

Page 43: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Delusion.Keyakinan yang salah, yang didasarkan pada kesimpulan yang tak sesuai dengan realitas, tak sesuai dengan intelegensi penderita dan latar belakang budaya serta tidak dapat dikoreksi dengan alasan apapun.

a. Bizzare delusion :Waham yang sangat tidak mungkin, keyakinan terhadap sesuatu yang sangat asing ( Manusia planet menanamkan electrode dikepala pasien )

b. Sistemyzed delusion :Keyakinan yang salah yang menyatu dengan satu peristiwa / kejadian atau thema.

Page 44: Keterampilan Evaluasi Mental

c. Mood congruent delusion :

Waham yang isinya sesuai dengan keadaan mood pasien.

d. Mood incongruent delusion :

Waham yang isinyatidak sesuai dengan keadaan mood.

e. Delusion of poverty :

Waham yang meyakini bahwa ia telah kehilangan atau akan kehilangan harta / miliknya.

Page 45: Keterampilan Evaluasi Mental

f. Somatic delusion :Waham yang melibatkan fungsi dari salah satu bagian tubuh ( percaya bahwa otaknya sudah bercampur ).

g. Nihilistic delusion :Waham yang isinya tentang dirinya, orang lain atau dunia yang tidak eksis lagi atau sudah berakhir.

h. Paranoid delusion :Termasuk kedalamnya waham kejar, delusion of reference ( orang yang ditunjuk ), waham dikendalikan dan waham besar. ( ini berbeda dengan paranoid ideation, dimana dimana pad aide paranoid tidak ada keyakinan )

Page 46: Keterampilan Evaluasi Mental

i. Delusion of persecution :

Waham yang isinya pasien merasa dikejar, dibenci dan merasa sebagai orang yang berbahaya ( biasanya terjadi pada orang yang sedang dalam penuntutan dalam kegiatan hukum ).

j. Delusion of grandeur :

Waham dimana seseorang merasa dirinya sangat penting, berkuasa atau terkenal.

Page 47: Keterampilan Evaluasi Mental

k. Delusion of reference :

Waham dimana diyakini bahwa perilaku setiap orang mengacu pada orang tertentu ; menganggap bahwa peristiwa, objek atau orang lain mempunyai suatu kekhususan dan kenyataan yang tidak biasa , biasanya keadaan alami yang negative,dimana ia merasa bahwa dirinya dibicarakan oleh orang-orang disekitarnya.

Bedanya dengan Idea of Reference, bahwa pada idea of reference hal ini tidak diyakini.

l. Delusion of self accusation :

Waham penyesalan dan dosa.

Page 48: Keterampilan Evaluasi Mental

m. Delusion of control ;

Waham dimana penderita merasa pikirannya, keinginannya atau perasaannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar dirinya.

1. Thought withdrawal :-Waham dimana penderita meyakini bahwa pikirannya diambil atau dihilangkan oleh kekuatan diluar dirinya.

Page 49: Keterampilan Evaluasi Mental

2. Thought insertion :

Waham dimana penderita meyakini orang-

orang atau kekuatan diluar dirinya

mencangkokkan sesuatu kedalam pikirannya.

3. Thought broadcasting

Pasien meyakini bahwa apa yang dipikirkan -nya diketahui oleh orang lain atau

dipancarkan kemana-mana.

Page 50: Keterampilan Evaluasi Mental

n. Delusion of Infedility :

Waham dimana penderita meyakini bahwa orang yang dicintainya tidak jujur.

Disebut juga delusional jealousy.

o. Erotomania .

Waham terutama pada wanita dimana ia yakin lelaki sangat mencintainya. Disebut juga Clerembault syndrome.

Page 51: Keterampilan Evaluasi Mental

p. Pseudologia Fantastica : Salah satu contoh kebohongan, dimana

meyakini bahwa khayalanya benar-benar ada didunia nyata.

4. Trend of Preoccupation : Pemusatan dari isi pikiran yang ada

disekitar suatu pikiran tertentu, berhubungan dengan tone alam perasaan yang kuat, seperti kecenderungan paranoid tau preoccupasi bunuh diri.

5. Egomania : Preoccupasi terhadap diri sendiri yang

patologis.6. Monomania : Preoccupasi terhadap objek tunggal.

Page 52: Keterampilan Evaluasi Mental

7. Hypochondria :Perhatian yang berlebih-lebihan terhadap diri yang tidak berdasarkan patologi organic yang nyata, tetapi lebih pada pengartian yang tidak realistic dari gejala fisik atau sensasi yang abnormal.

8. Obsession .Suatu keadaan patologis yang menetap berupa pikiran atau perasaan yang yang tak tertahankan dan tak dapat dihilangkan dari alam sadar dengan usaha yang logis, yang berhubungan dengan kecemasan.

9. Compulsion :Keinginan patologis untuk melakukan sesuatu akibat adanya impuls-impuls, yang bila ditahan akan menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon terhadap obsessi, atau penampilan yang sesuai dengan aturan-aturan tertentu, yang pada kenyataannnya tidak berakhir, selain dari mencegah sesuatu yang akan terjadi dikemudian hari.

Page 53: Keterampilan Evaluasi Mental

10. Phobia :Suatu keadaan menetap, tak rasional, dan berlebih-lebihan dan rasa takut yang patologis terhadap situasi atau stimulus spesifik tertentu; yang berakibat terjadinya pemaksaan keinginan untuk mencegah stimulus yang menakutkan.

a. Simple phobia ;Rasa takut yang tidak wajar terhadap suatu objek atau situasi tertentu ( c. takut kecoa ) .

b.Sosial phobia.Takut untuk pada tempat-tempat umum, c/. takut berbicara, tampil atau makan didepan umum.

c. Acro phobia.Takut pada ketinggian.

Page 54: Keterampilan Evaluasi Mental

d. Agora phobia ;Takut pada tempat terbuka.

e. Algophobia ;Takut pada rasa sakit.

f. Claustrophobia :Takut pada tempat tertutup.

g. Zoophobia ;Takut pada binatang.

Page 55: Keterampilan Evaluasi Mental

h. Noesis ;Pernyataan yang besar sekali dimana ia merasa menjadi juru penerang, sehubungan karena ia terpilih menjadi salah satu pemimpin atau orng yang memberi perintah.

i. Unio Mystica :Perasaan seperti disamudra, merupakan suatu mitos yang menyatu dengan kekuatan yang tak terbatas.

Page 56: Keterampilan Evaluasi Mental

VII. Perception :

Proses perubahan rangsang fisik menjadi informasi psikologis, suatu proses mental melalui stimulus terhadap alat penginderaan yang menimbulkan perhatian .

Gangguan sehubungan dengan penyakit otak organik .

Agnosia :

Ketidak mampuan untuk menggambarkan dan mengartikan kesan sensoris yang nyata.

1. Anosognosia :

Menyangkal sakit.

Page 57: Keterampilan Evaluasi Mental

2. Antotopagnosia :

Menyangkal bagian dari tubuhnya.

3. Visual Agnosia :

Ketidakmampuan untuk mengenal objek atau orang.

4. Astereognosia :

Ketidakmamuan untuk mengenal objek melalui perabaan.

5. Prosopagnosia

Ketidakmampuan untuk mengenal wajah.

Page 58: Keterampilan Evaluasi Mental

B. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena Conversi dan Disosiasi :Somatisasi dari penekanan bahan atau perkembangan gejala-gejala fisik dan penyimpangan yang melibatkan otot-otot sadar atau pancaindera, secara tidak disadari dan tak dapat dijelas

1. Hysterical Anesthesia :Kehilangan sensori akibat konflik

emosional.

2. Macropsia.Melihat objek lebih besar dari

sesungguhnya.

Page 59: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Micropsia .Melihat objek lebih kecil dari sesungguhnya. ( Baik Mikropsia ataupun Makropsia dapat juga berhubungan dengan kondisi organic yang nyata seperti partial complex seizure )

4. Depersonalisasi:Perasaan subjektif dimana seseorang merasa asing dengan dirinya..

5. Derealization :Merasa asing terhadap lingkungan disekitarnya, merasa realita berubah.

Page 60: Keterampilan Evaluasi Mental

6. Fugue :

Mengambil identitas baru disertai amnesia terhadap segala sesuatu yang lama dan selalu melibatkan perjalanan atau berjalan-jalan ke lingkungan yang baru.

7. Multiple Personality :

Seseorang yang tampil pada waktu yang berbeda dan memiliki kepribadian dan karakteristik yang berbeda.

Page 61: Keterampilan Evaluasi Mental

C. Hallucinations :

Persepsi sensoris yang salah yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata : Tidak mungkin menjadi pengartian dari pengalaman halusinasi. Halusinasi menunjukkan adanya gangguan psikotik hanya bila terjadi kehilangan penilaian terhadap realitas.

1. Hypnagogic Hallucination Halusinansi ang muncul saat akan masuk tidur.

2. Hypnopompic Hallucination .

Hallusinasi yang muncul saat bangun tidur.

Page 62: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Auditory hallucination .

Persepsi palsudari suara, biasanya pembicaraan, tetapi bias juga music atau suara bising.

4. Visual Hallucination.

Persepsi palsu yang melibakan indera penlihatan, bias berpa bayanganmanusia, cahaya dll.

5. Olfactory Hallucination.

Persepsi palsu yang menyangkut indera panciuman.

Page 63: Keterampilan Evaluasi Mental

5. Gustatory Hallucination.Persepsi palsu yang menyangkt indera pengecapan.

6. Tactile ( Haptic ) Hallucination.Persepsi palsu berupa sentuhan dipermukaan tubuh, bisa terjadi pada bekas amputasi ( Panthom Limb ) atau terasa seperti digaruk-garuk dibawah kulit ( Formication ).

7. Auditory Hallucination .Persepsi palsu yang melibakan indera penciuman.

Page 64: Keterampilan Evaluasi Mental

8. Somatic Hallucination.Persepsi palsu yang mengenai tubuh, selalu terjadi pada organ visceral ( disebut sebagai Canesthetic Hallucination ).

9. Liliputian Hallucination .Hallusinasi dimana objek terlihat lebih kecil dari ukuran sebenarnya.

10. Mood Congruent Hallucination . Halusinasi yangsesuai dengan alam perasaan penderita saat itu. ( Misalnya dapat dijumpai pada penderita depresi atau mania ).

Page 65: Keterampilan Evaluasi Mental

11. Mood incongruent Hallucination .

Hallusinasi yang menangandung yang tak sesuai dengan alam perasaan penderita saat itu.

12. Hallucinosis :

Hallusinasi, terutama auditorik yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan alcohol kronis dan terjadi saat panca indera jernih. ( Berlawanan dengan Delirium Tremens )

Page 66: Keterampilan Evaluasi Mental

13. Synesthesia : Sensasi atau hallusinasi disebabkan oleh sensasi yang lain ( Sensasi pendengaran yang dipicu oleh sensasi visual. Suara dirasakan sebagai pengalaman penglihatan atau penglihatan dirasakan sebagai pengalaman suara ).

14. Trailing Phenomena. Persepsi abnormal yangberhubungan dengan penggunaan zat halusinogenic. Objek yang bergerak dilihat sebagai suatu seri bayangan yang terputus-putus.

Page 67: Keterampilan Evaluasi Mental

D. Illusions :

Interpretasi yang salah dari stimulus eksternal yang nyata.

Page 68: Keterampilan Evaluasi Mental

VIII. Memory ( Ingatan ):

Kemampuan fungsional untuk memanggil kembali pengalaman-pengalaman terdahulu yang pernah disimpan sebelumnya kealam sadar.

Gangguan Memory :

1. Amnesia :

Ketidak mampuan memanggil kembali pengalaman-pengalaman terdahulu yang pernah disimpan sebelumnya baik sebagian atau keseluruhan.

Page 69: Keterampilan Evaluasi Mental

. 2. Paramnesia

Kesalahan ingatan karena penyimpangan, karena kekeliruan mengingat.

a. Fause Reconnaissance .

Kesalahan pengenalan.

b. Retrospective Falsification .

Pengumpulan semua ingatan yang nyata,disertai panambahan detail-detail yang salah.

Page 70: Keterampilan Evaluasi Mental

c. Confabulation ; Pengisian yang tak disadari dari kekosongan-kekosongan ingatan dengan imaginasi atau pengalaman yang tidak benar tetapi dipercayai leh pasien, dan tidak berdasarkan pada fakta.

d. Déjà vu : Kesalahan persepsi pengenalan visual dengan khayalan atau pengalaman tak nyata melalui pengulangan pengalaman masa lalu.

e. Deja entendu : Kesalahan persepsi dari pengenalan pendengaran.

Page 71: Keterampilan Evaluasi Mental

f. Deja pense :

Kesalahan persepsi dimana pikiran-pikiran yang baru dirasakan sebagai pikiran-pikiran atau pengalaman terdahulu.

g. Jamais vu :

Kesalahan persepsi dimana seseorang merasa asing dengan situasi nyata yang pernah dialaminya.

Page 72: Keterampilan Evaluasi Mental

3. Hypermnesia :

Penyimpanan dan pengingatan kembali yang berlebih-lebihan.

4. Eidetic Images :

Ingatan visual yang hampir semuanya

berupa halusinasi yang gamblang.

Page 73: Keterampilan Evaluasi Mental

IX. Inteligence :- Kemampuan untuk memahami, memanggil,

menggerakkan, dan membangun secara terpadu hal-hal yang telah dipelajari saat menjumpai situasi yang baru.

1. Mental Retardation :Kurangnya nilai intelegenci sehingga mempegaruhi penampilan social maupun vocasional.Ringan : IQ 50-55 s/d 70.Sedang : IQ 35 / 40 atau 50 s/d 55.Rendah : IQ 20 / 25 s/d 30 / 35.Sangat rendah : kurang dari 20 atau 25.Obsolescent atau idiot Usia mental kurang dari 3 tahun.Imbecle : Usia mental 3 sampai 7 tahun..Moron : Usia mental sekitar 8 tahun.

Page 74: Keterampilan Evaluasi Mental

2. Dementia :

Fungsi Intelektual yang memburuk secara menyeluruh akibat kelainan organic tanpa kesadaran berkabut.

PseudoDementia :

Gambaran klinis yang sama dengan Dementia yang bukan disebabkan kelainan otak organic, lebih karen depresi.

Page 75: Keterampilan Evaluasi Mental

X. Insight ( Daya Tilikan ) :Kemampuan dari pasien untuk memahami penyebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi.

A. Intelectual Insight :Memahami realitas objektis dilingkungan sekitarnya, tanpa kemampuan untuk menerapkan pemahaman dengan berbagai cara untuk mengatasi situasi.

B. True Insight.Memahami realitas yang objektivedari suatu situasi berpasangan dengan dorongan motivasi dan emosi, untuk mengatasi masaalah.

C. Impaired Insight :Berkurangnya kemampuan untuk memahami realitas objektif dari suatu situasi.

Page 76: Keterampilan Evaluasi Mental

XI. Judgment :Kemampuan untuk melakukan penilaian suatu situasi secara benar dan bertindak sesuai dengan situasi tersebut.

A. Critical Judgment :Kemampuan untuk menilai, membedakan dan memilih pilihan yang berbeda-beda dalam satu situasi.

B. Automatic Judgment :Penampilan refleks dari satu kegiatan.

C. Impaired Judgment .Berkurangnya kemampuan untuk mamahami satu situasi secara benar dan melakukan tindakan yang sesuai.

Page 77: Keterampilan Evaluasi Mental

TERIMA KASIH.