ketentuan umum diktat hikespi - · pdf fileyang diutamakan ialah laporan lengkap yang...

96
Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya 1 Ketentuan Umum Diktat HIKESPI Diktat Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Tehnik Penelusuran Gua HIKESPI ini dibuat untuk kalangan terbatas dan dipergunakan untuk pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh HIKESPI. Setiap kali proses pencetakan ulang maupun perbanyakan oleh pihak lain tidak diperkenankan tanpa sepengetahuan dan seijin oleh HIKESPI Masukan dan informasi tambahan sangat dibutuhkan untuk perbaikan materi diktat ini selanjutnya. Kegiatan penelusuran gua merupakan kegiatan berisiko Diktat ini dapat digunakan sebagai referensi walaupun bukan hal yang mutlak (teknik berkembang sesuai berjalannya waktu). Bukan menjadi tanggung jawab HIKESPI bila terjadi suatu kecelakaan di dalam latihan yang mempergunakan diktat ini sebagai referensinya dan tidak terlebih dulu dikonsultasikan dengan HIKESPI.

Upload: lamquynh

Post on 30-Jan-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

1

Ketentuan Umum Diktat HIKESPI

Diktat Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Tehnik Penelusuran Gua HIKESPI ini dibuat untuk kalangan terbatas dan dipergunakan untuk pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh HIKESPI.

Setiap kali proses pencetakan ulang maupun perbanyakan oleh pihak lain tidak diperkenankan tanpa sepengetahuan dan seijin oleh HIKESPI

Masukan dan informasi tambahan sangat dibutuhkan untuk perbaikan materi diktat ini selanjutnya.

Kegiatan penelusuran gua merupakan kegiatan berisiko Diktat ini dapat digunakan sebagai referensi walaupun bukan hal yang mutlak (teknik berkembang sesuai berjalannya waktu). Bukan menjadi tanggung jawab HIKESPI bila terjadi suatu kecelakaan di dalam latihan yang mempergunakan diktat ini sebagai referensinya dan tidak terlebih dulu dikonsultasikan dengan HIKESPI.

Page 2: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

2

KODE ETIK PENELUSURAN GUA HIMPUNAN KEGIATAN SPELEOLOGI INDONESIA

FEDERATION OF INDONESIA SPELEOLOGYCAL ACTIVITIES

Penelusuran gua dilarang: Mengambil sesuatu – kecuali mengambil foto.

Meningkatan sesuatu – kecuali meninggalkan jejak kaki. Membunuh sesuatu – kecuali membunuh waktu.

Kode etik ini pertama kali dicetuskan oleh National Speleological Society

(Amerika Serikat). Karena mudah dipahami setiap penelusuran gua, maka kode

etik ini diterima secara internasional dan menjadi pegangan bagi semua

penelusuran gua.

Setiap penelusuran gua dilarang mengeluarkan atau memindahkan sesuatu dari bahan gua tanpa tujuan jelas. Bila dilakukan untuk tujuan ilmiah maka tindakan itu harus selektif dan dilaksanakan oleh yang berwenang.

Mengambil binatang dalam gua untuk tujuan identifikasi (taksonomi) misalnya,

harus disertai kesadaran bahwa jumlah binatang unik itu mungkin sangat

terbatas. Dengan demikian, jumlahnya harus dievaluasi terlebih dahulu dan

hanya diambil satu atau dua spesimen untuk penelitian. Sebelumnya wajib

diketahui, bahwa tidak ada peneliti lain yang sudah mengambil binatang yang

sama, dari gua yang sama, untuk penelitian pula.

Kegiatan penelusuran gua wajib dilaksanakan secara tertib, hati – hati dan penuh pengertian. Hindarilah penelusuran gua belantara, yang belum dikelola untuk kunjungan umum, secara masal.

Page 3: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

3

Menelusuri gua belantara oleh banyak orang sekaligus, dengan aneka sumber

cahaya untuk penerangan akan merubah iklim mikro gua. Hal ini akan

mengusik kehidupan binatang khas gua: apabila kalau para penelusur itu hiruk

pikuk. Kelelawar dan burung walet penghuni gua senantiasa terganggu oleh

keberadaan penelusur gua. Binatang yang memegang peran penting untuk

menjaga keseimbangan ekologi di atas permukaan tanaha, potensial pindah

tempat bila suatu gua belantara terlampau sering dikunjungi orang.

Kegiatan menelusuri gua, baik dari segi olahraga, petualangan maupun ilmiah, bukanlah hal yang perlu dipertontonkan dan tidak perlu penonton.

Ingat bahwa tidak semua orang yang berkeinginan memasuki gua menjiwai

kode etik dan moral penelusuran gua. Banyak di antaranya masih bersifat

vandalis yang sering mengotori gua, mencoret-coretinya, bahkan mematahkan

dekorasi gua berumur ribuan tahun atau menangkap binatang khas gua untuk

cindera mata (suvenir). Karenanya jangan mengajak sembarang orang masuki

gua dengan tujuan untuk mempertontonkan kebolehan, keberanian atau

keterampilan si pengajak. Bila suatu gua dirusak vandalis yang ternyata pernah

diajak seorang penelusur gua, maka si pengajak yang bertanggung jawab.

Penelusur gua wajib bertindak wajar. Tidak melampui batas kemampuan fisik maupun teknik dan kesiapan mental dirinya sendiri. Tidak memandang rendah kesanggupan sesama penelusur.

Cukup sering terjadi atau kecelakaan dalam gua karena penelusur

memaksakan dirinya melakukan tindakan – tindakan teknis yang belum

dikuasai secara sempurna. Hal ini dilakukan karena rasa malu terhadap

sesama penelusur yang lebih terampil atau dicemoohkan bila terbukti tidak

mampu. Itu sebabnya

Page 4: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

4

pemimpin penelusur gua wajib mengenal keadaan fisik, mental dan derajat

ketrampilan masing – masing penelusur gua. Ketrampilan teknis, mental dan

fisik penelusur gua yang paling tidak mampu harus dijadikan patokan intensitas

penelusuran gua.

Senantiasa menunjukkan respek pada penelusur gua lain dengan cara Tidak mengambil atau memindahkan alat atau perlengkapan yang sedang

digunakan atau ditinggalkan mereka tanpa izin pemiliknya.

Tidak melakukan tindakan – tindakan yang membahayakan penelusur gua

lain.

Tidak menghasut pihak ke tiga untuk menghalangi penelusur gua lainnya

memasuki gua.

Tidak melakukan duplikasi penelitian yang sedang dilakukan peneliti lain,

pada gua yang sama.

Tidak melakukan publikasi kepertualangan dalam media masa dengan tujuan

memamerkan diri atau kelompok dan menyebut nama serta lokasi gua, karena

hal itu senantiasa mengundang para vandalis dan petualang lainnya yang tidak

atau belum memiliki kode etik dan moral penelusuran gua, untuk mengunjungi

gua tersebut.

Secara internasional butir kode etik ini dipegang teguh. Bila suatu lokasi gua

belantara dipublikasikan dalam media massa, diimbuhi dengan deskripsi

keindahan, keunikan atau “tantangan “ gua tersebut, maka berita demikian

senantiasa menjadi daya tarik bagi petualang lain, yang belum tentu memiliki

ketrampilan yang memadai dan etika konservasi lingkungan alam bawah tanah.

Akibatnya ialah rusaknya gua tersebut atau muzibah yang dialami oleh

penelusur yang belum siap mental, fisik dan teknis. Publikasi untuk umum

Page 5: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

5

dalam media massa boleh dilakukan, asal proporsional. Tidak dilebih-lebihkan,

dan pakailah nama maupun lokasi fiktif gua. Yang diutamakan ialah laporan

lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan

para pemberi rekomendasi serta izin penelusuran gua.

Bila dibutuhkan surat rekomendasi untuk mendapat izin menelusuran suatu

gua, maka penerima rekomendasi dan izin wajib membuat laporan selekasnya,

yang diserahkan kepada pihak – pihak tersebut.

KEWAJIBAN PENELUSUR GUA

Senantiasa memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah

kebanjiran pada musim hujan.

Senantiasa menyadari, bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan

hak, tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugrah, rahmat, karunia dan berkah

(privilege)

Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua: koservasi (pencagaran) gua

dan lingkungannya. Karenanya wajib menjaga kebersihan gua dan

lingkungannya.

Wajib memberi pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada

penelusur gua dari rombongan lain yang membutuhkannya.

Bertindak sopan dan tidak menggangu ketenteraman penduduk didekat lokasi

system perguaan. Tidak boleh menyinggung perasaan mereka.

Page 6: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

6

Mengikuti secara patuh dan seksama semua prosedur perizinan yang

dipersyaratkan dan memberi laporan kepada pemberi izin.

Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian –

bagian yang berbahaya dalam gua tertentu.

Bila mengalami suatu muzibah, maka hal itu tidak boleh dirahasikan. Wajib

dilaporkan kepada penduduk dan pemerintahan daerah setempat, kepada

pengawas dan pengelola wilayah tersebut dan semua penggiat penelusur gua

yang dikenal, untuk disebarluaskan, agar jangan sampai muzibah tersebut

terulang kembali.

Bila ada rencana menelusuri gua, wajib memberitahukan kepada keluarga,

rekan atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat

data sebagai berikut:

1. Maksud dan tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana waktu

keluar, daftar nama penelusur lengkap alamat dan nomor telepon.

2. Bila sampai terjadi muzibah, atau belum keluar pada waktu yang sudah

ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa.

3. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin penelusur gua yang

kompeten, berwibawa dan sudah berpengalaman. Khususnya dalam

menentukan kesiapan mental, fisik dan derajat ketrampilan penelusuran

gua, yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua.

Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum memasuki gua:

peta geologi, peta topografi, keadaan iklim, khususnya curah hujan, peta-peta

Page 7: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

7

gua yang ada, literatur terkait, menghubungi nara sumber, mengumpulkan dan

menganalisa informasi penduduk setempat atau jurukunci perihal gua tersebut.

Wajib mempersiapkan diri secara fisik, mental dan ketrampilan menggunakan

semua alat atau perlengkapan yang harus tersedia secara lengkap, sesuai

kebutuhkan.

BAHAYA-BAHAYA PENELUSURAN GUA DAN PENCEGAHANNYA

HIMPUNAN KEGIATAN SPELEOLOGI INDONESIA FEDERATION OF INDONESIA SPELEOLOGYCAL ACTIVITIES

Apabila hendak membicarakan “BAHAYA” penelusuran gua, maka secara

konseptual dan diakui secara INTERNASIONAL ialah adanya dua pengertian

yang berbeda pendekatannya.

Kedua pengertian itu harus diperhatikan secara bersama, tidak boleh terpisah

dan keduanya harus ditangai secara bersama. Baik dari segi perizinan,

rekomendasi, kegiatan penelusuran gua, pendataan gua, konsep pengolahan

gua, untuk tujuan apapun.

1. Pengertian ANTROPOSENTRISME.

2. Pengertian SPELEOSENTRISME.

1. ANTROPOSENTRISME. Dalam pemikiran ANTROPOSENTRISME, yang diperhatikan sebagai obyek

utama ialah MANUSIA PENGUNJUNG GUA.

MANUSIALAH yang perlu dilindungi terhadap bahaya. Ia harus aman, nyaman

menelusuri gua.

Page 8: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

8

Hal ini terutama dianut secara salah, karena hanya memperhatikan satu segi

saja) oleh para konsultan, pihak berwenang, pada waktu membuka gua untuk

umum.

Karena hanya mengutamakan keselamatan manusia, maka gua dikorbankan

dan akan rusak.

Bahaya – bahaya dari sudut pandang ANTROPOSENTRISME:

1.1. Terpeleset / terjatuh dengan akibat fatal, atau gegar otak, terkilir, terluka,

patah tulang, dsb.

Hal ini paling sering terjadi, antara lain karena: penelusur terburu-buru,

loncat, salah menduga jarak yang dilangkahi, dsb.

1.2. Kepala terantuk atap gua / stalaktit / bentukan gua lainnya.

Akibatnya: luka memar, luka berdarah, gegar otak. Wajib pakai helm.

1.3. Tersesat. Terutama bila lorong bercabang – cabang dan daya orintasi

pemimpin regu penelusuran gua kurang baik. Karenanya setiap

penelusur wajib dilakukan dengan penuh perhatian oleh setiap penelusur. Bentuk lorong yang telah dilewati, dibelakang punggung

harus diperhatikan secara periodic, karena saat kembali pasti berbeda

dengan saat pergi.

Pada setiap percabangan ditnggalkan tanda yang mudah diperhatikan

dan tidak merusak lingkungan (misalnya tumpukan batu, atau kertas

berwarna dan berefleksi bila kena sorotan lampu (fluorensensi) yang

mudah diangkat kembali). Bisa juga menelusi gua sambil mengukurnya

dengan tali topofil. Pulangnya tinggal ikuti tali tersebut sambil

menggulungnya kembali. Hal ini tambah penting, apabila kecuali

bercabang gua bertingkat banyak.

1.4. Tenggelam. Terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan

tanpa mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di

bawah tanah. Bahaya menjadi semakin nyata kalau harus melewati air

Page 9: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

9

terjun atau jeram deras. Apabila kalau harus melakukan penyelaman

bebas tanpa alat dan penelusur kurang mahir berenang / menyelam.

Mengarungi sungai yang dalam, harus pakai tali pengaman dengan lintasan tetap.

1.5. Kedinginan (hipotermia). Hal ini terutama bila lokasi gua jauh di atas

permukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya

angin kencang yang berhembus dalam rolong tersebut.

Diperberat apabila penelusur lelah, lapar, tidak pakai pakian memadai.

Karenanya harus tepat tahu lokasi mulut gua dan lorong-lorong,

ketinggiannya di atas permukaan laut (diukur pakai altimeter), suhu air

dan udara dalam gua. Harus pula masuk gua dalam keadaan fisik sehat,

cukup makan dan bawa makanan cadangan bergizi tinggi.

1.6. Dehidrasi, Kekurangan cairan. Hal ini sudah merupakan bahan penelitian

cermat di Perancis (lihat Warta Speleo No 9 1987, halaman 49-53).

Hampir senantiasa, bila sudah timbul rasa haus, sudah ada gejala

dehidrasi dan minum cairan sudah terlambat: tidak akan memenuhi

kebutuhan lagi.

Karenanya sudah merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar

lagi lagi, bahwa sebelum memasuki gua, setiap penelusur harus minum

secukupnya. Semakin mengeluarkan tenaga, harus cukup istirahat dan

minum kembali. Cairan paling tepat untuk menghindari dehindrasi ialah

larutan oralit atau garam anti-diare.

1.7. Keruntuhan atap atau dinding gua.

Ini memang nasib sial, tetapi sudah cukup sering terjadi di luar negeri

menaiki tebing dengan andalan pada paku tebing yang dindingnya rapuh.

Atau bila kebetulan terjadi gempa bumi.

Page 10: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

10

Karenanya wajib mempelajari dan memperhatikan sifat batu – batuan

dinding dan atap gua. Runtuhan atap yang berserakan bukan berarti gua

itu rapuh, karena mungkin saja atap itu sudah puluhan tahun yang lalu

runtuh, tetapi penelusur wajib memperhatikan apakah lapisan – lapisan

batu gamping yang menunjung atap itu kuat sudah terlihat terlepas.

1.8. Radiasi dalam gua. Hal ini belum diperhatikan sama sekali di Indonesia,

padahal di luar negeri sudah merupakan bahaya nyata. Terutama akibat

gas radioaktif RADON dan turunannya. Penelusur yang sering memasuki gua yang ber gas Radon ini, dapat

menyerap secara akumulatif gas ini ke dalam paru – parunya, dan

terbukti, apabila penelusur gemar merokok, maka bahaya menderita

kanker paru – paru akan berlipat ganda. Itu sebabnya sangat dicela

penghisap rokok menjadi penelusur gua. Merokok di dalam gua dilarang

mutlak karena meracuni udara gua dan merusak paru-paru penelusur

lainnya yang tidak merokok.

1.9. Keracuanan gas. Ini yang paling ditakuti awam.

Memang bahaya itu ada, terutama bila sirkulasi dalam gua kurang baik.

Gas yang senantiasa ada dalam gua ialah gas CO2, karena tetasan air

dari dinding dan atap gua senantiasa mendifusikan gas CO2 ini.

Lebih-lebih bila terlihat menjuntai akar-akar pohon, atau banyak bahan

organic yang membusuk di atas lantai gua (daun, ranting, dsb yang

hanyut ke dalam gua sewaktu banjir). Gejalanya: nafas akan sesak,

frekuensi bertambah banyak, melebihi keadaan normal. Dengan

mengeluarkan tenaga yang relatif ringan, nadi bertambah cepat secara

tidak seimbang. Karenanya setiap penelusur gua wajib mengetahui

frekuensi nadinya masing-masing pada saat pada saat istirahat dan

mengeluarkan tenaga. Gerakan nafas menjadi dalam. Jantung berdebar,

mata berkunang-kunang.

Page 11: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

11

Kemudian kepala menjadi pening, mual, hilang orentasi, bahkan tidak

ingat nama teman. Timbul kemudian halusinasi, pingsan dan mati.

Wajib bagi kita bawa lilin. Nyalakan bila mulai timbul gejala sulit bernafas.

Bila kandungan CO2 rendah, lilin, bahkan korek api tidak akan menyala.

Jangan andalkan cahaya lampu karbit. Lampu karbit masih menyala,

padahal si pemakainya mungkin sudah pinsang.

Gas racun dapat juga akibat penggunaan dinamit untuk membongkar

bukit kapur. Di Belgia (1982) terbukti gas racun merambat sampai 3 km

lebih dari lokasi penelusur gua, dengan akibat fatal bagi 7 orang

sekaligus. Jangan memasuki gua bila disekitarnya ada pendinamitan.

Gua yang banyak kelelawarnya juga tinggi kandungan CO2-nya (Gua

Ngerong, Tuban; Gua Lawa, Nusakambangan; dsb). Hal ini karena

kelelawar membutuhkan banyak O2 sewaktu terbang, terusik oleh

masuknya orang ke dalam gua (sehingga orangnya juga kekurangan O2)

dan tumpukan guano (khususnya bila jenis kelelawarnya pemakan buah

atau penghisap, nectar), yang mengalami proses fermentasi / peragian,

akan menghasilkan banyak gas CO2.

Gua yang banyak kelelawarnya hanya boleh dimasuki pada malam hari,

saat gua itu tidak ada kelelawarnya. Lorong penuh kelelawar harus

dihindari.

1.10. Penyakit – penyakit akibat kuman / virus, dsb.

1.10.1. Histoplasmosis.Teramat sering diderita penelusuran gua di AS,

terutama bila lorongnya penuh guano kering. Parasit

Histoplasmosis capsulatum bila terhirup, akan menginfeksi

paru-paru. Gejalanya sering mirip TBC, lengkap dengan batuk

berdarah, sesak nafas, tubuh lemah, dan sering pula gagal

diobati dokter, karena menyangka adanya TBC paru-paru (juga

menurut gambaran Rontgen). Pasien wajib memberitahukan

Page 12: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

12

pada dokter akan kemungkinan penyakit ini, yang baru

terungkap setelah dilakukan tes darah tertentu (titer

histoplasma diperiksa dan akan memberi hasil tertinggi).

Parasit ini bahkan bisa menyebar ke seluruh darah, ginjal dan

otak, dengan akibat kematian. Karenanya wajib menghindari

gua kelelawar dan bila tetap ingin menelusurinya wajib

memakai tutup hidung khusus. Tutup hidung itu dapat dibeli di

beberapa toko besi atau pakai tutup hidung ahli bedah.

1.10.2. Rabies. Hal ini sungguh mengejutkan pada penelusur gua di

TEXAS, karena ada 7 penelusur sekaligus mati, terinfeksi

rabies, padahal tidak digigit kelelawar, yang terkadang memang

terinfeksi virus rabies. Gua FRIO yang mereka masuki memang

banyak sekali kelelawarnya. Ketika ada tim dokter yang meneliti

udara dalam gua, ternyata penuh dengan tetesan liur kelelawar,

yang mengandung virus rabies.

Virus ini memasuki paru-paru karena terhirup oleh bernafasnya

penelusuran gua dan matilah penelusur itu, tanpa digigit

kelelawar. Hal ini sekali lagi dapat disegah, apabila tidak

memasuki gua yang banyak kelelawarnya, dan bila tetap

memasukinya, harus pakai masker/tutup hidung). Di Indonesia

belum ada yang meneliti apakah kelelawar ada yang sakit

rabies. Yang jelas di Indonesia tidak ada vampir, penghisap

darah. Kelelawar terjangkit rabies akibat menghisap darah

ternak atau binatang yang menderita rabies. MULUS FEET.

Ketika tim Inggris menelusuri gua-gua di Mulu (Serawak)

selama beberapa minggu banyak yang kulit kaki dan jari-jarinya

rusak. Terinfeksi berat, bahkan sampai membusuk. Diduga

bahwa hal ini ditimbulkan oleh gabungan infeksi jamur dan

Page 13: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

13

bakteri. Kaki harus tetap kering, dan bila basah terendam air,

jangan dibiarkan basah berjam-jam lamanya. Sebaiknya secara

teratur mengganti kaos kaki dan ditaburi bedak antibiotika.

Gatal-gatal terutama di bagian-bagian yang tidak tertutup

pakaian. Hal ini sering sekali terjadi di Indonesia. Diduga bahwa

gatal-gatal ini, yang berupa bintil-bintil dan persisten selama

beberapa bulan.dtimbulkan oleh gigitan kutu (ektoparasit)

kelelawar, yang juga mungkin dijumpai dalam guanonya.

Leptospisis. Hal ini banyak makan korban pada penelusur gua

di Mulu. Badan mengigil, demam, pegal-pegal, lemas. Diduga

malaria, ternyata pada saat diteliti secara serologis, di Inggris

terbukti akibat tertular kuman leptospira, yang biasanya

ditemukan dalam kencing tikus. Hal ini terutama serta

minumnya tercemar kencing tikus gua.

1.10.3. Gigitan binatang beracun.

Ular, kalajengking, Lipan. Ular terjerumus dalam gua melalui

lubang atap atau hanyut akibat banjir. Ular tersebut menjadi

pemangsa kelelawar. Gigitan binatang apapun harus dianggap

serius, dan penelusur yang digigit atau disengat harus keluar

gua. Itu sebabnya setiap langkah dalam gua harus dilakukan

dengan hati-hati, penuh kewaspadaan. Apalagi bila memegang

sesuatu pada dinding atau atap gua untuk menjadi

keseimbangan.Keracuan bahan pencemar air dalam gua.

Berbagai insektisida dan pupuk kimia, dapat merupakan

polutan dan dapat membahayakan penelusur gua. Tim dari

Lembaga Ekologi UNPAD pada tahun 1989 dapat

membuktikannya adanya kandungan DDT dalam tetesan air

dari plafon Gua Petruk.

Page 14: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

14

1.10.4. Sambaran petir. Tidak ada yang menyangka, bahwa masuk

dalam gua tidak menghindarkan seseorang dari sambaran

petir. Hal ini berulang kali terbukti, bahwa jauh ke dalam gua,

petir masih dapat menyambar pula.

1.10.5. Bahaya akibat kesalahan atau kegagalan peralatan

Hal ini terutama terjadi, apabila kurang persiapan membawa

sumber cahaya. Betapa mudahpun suatu gua, penelusur tetap

akan mati, bila tidak cukup sumber cahaya. Apabila kalau

sampai terserang banjir berjam-jam lamanya. Setiap penelusur

gua paling sedikit harus bawa tiga sumber cahaya yang

berbeda (termasuk lilin). Sumber cahaya utama harus

dipadamkan sewaktu terjebak banjir. Bila perlu selama

beberapa jam harus digelapkan, agar masih cukup tersedia

sumber cahaya untuk keluar gua setelah banjir lewat.

1.10.6. Akibat CAVE DAVING. Di AS (Florida) dalam kurun waktu 10

tahun, yang mati akibat kegiatan CAVE DIVING sudah belasan.

Hal ini justeru dialami oleh yang mahir OPEN DIVING (di laut /

danau). Mereka kurang hati-hati, dan kurang tingkat disiplinnya

terhadap waktu dan jarak tempuh. Berbeda dengan

penyelaman di udara terbuka, di atas penyelam gua

menghadang atap gua. Bila sudah terdesak waktu dan setiap

kali terantuk atap gua, maka penyelam gua biasanya panik

dengan akibat fatal karena menghabiskan udara yang

dibutuhkan.

Pada umumnya dianut pameo bahwa, bahwa menelusuri gua itu jauh

lebih aman daripada naik kendaraan menuju gua atau pulang dari penelusuran

gua. Jalan raya adalah tempat yang jauh lebih rawan daripada gua.

Page 15: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

15

Keamanan menelusuri gua sangat tergantung kepada sikap dan tindak tanduk si penelusur gua itu sendiri. Untuk memudahkan si penelusur gua

mengingat semua tindakan pengaman, maka HIKESPI telah menyusun

ringkasan singkat mudah diingat.

Kemana Anda pergi memasuki gua, beritahukanlah kepada teman atau

keluarga; KAPAN perginya, ke lokasi mana dan KAPAN pulangnya.

Empat orang adalah jumlah MINIMAL yang dianggap aman untuk menelusuri

gua. Bila satu yang celaka, satu menemaninya, dua yang keluar gua minta

pertolongan.

Alat-alat yang dibawa harus memadahi. Setiap pemakai harus paham betul

cara menggunakannya.

Membawa TIGA SUMBER CAHAYA, lengkap dengan cadangan perlatannya,

merupakan kewajiban mutlak.

Ajak selalu orang yang berpengalaman dalam teknik penelusuran dan

berwibawa. Ia juga harus mengetahui seluk beluk lingkungan di bawah tanah.

Nafas sesak dan tersengal-sengal merupakan pertanda, bahwa ruang gua

penuh karbodioksida. Karenanya harus cepat keluar gua.

Akal sehat, ketrampilan, persiapan matang, perhitungan cepat dan tepat, serta

pengalaman, menjadi PEGANGAN PENELUSURAN GUA, bukan adu nasib

atau kenekatan.

Naluri keselamatan yang ada pada setiap penelusur gua harus dikembangkan

dan diperhatikan, karena naluri ini sering diandalkan sebagai factor pengaman

ampuh.

2. SPELEOSENTRISME. Perlu diketahui, bahwa pemikiran dari segi BAHAYA PENELUSUR

TERHADAP GUA, tidak mendapat perhatian yang seimbang. Hal ini

Page 16: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

16

disebabkan akibat keacuhan, kurang pengertian terhadap bentukan alam

yang begitu peka, rendah daya dukungnya, rendah daya lentingnya.

Akibat orang masuk gua dapat dipelajari dari serial foto yang sering dibuat

di Eropa dalam jangka waktu 10 sampai 50 tahun. Apa yang pada tahun

1800 masih merupakan gua utuh, pada tahun 1850 sudah mulai rusak.pada

tahun 1900 sudah rusak sebagaian besar, pada tahun 1950 sudah rusak

total. Di Jawa boleh dijadikan contoh Gua Intan sebelah Gua Jatijajar, yang

semula indah (sebelum PD II), kini sudah rusak total.

Satu-satunya cara mencegah perusakan gua ialah dianutnya:

2.1. KODE ETIK PENELUSURAN GUA

Secara internasional disepakati, bahwa

menjelaskan/memberitahukan lokasi gua kepada awam, apabila

melalui media massa, adalah pelanggaran kode etik terberat,

apabila si penemunya belum yakin, ada instansi yang dapat

melindungi gua itu. Belum ada yang kompeten mengelolanya.

2.2. HARUS DITETAPKAN SISTEM PERIZINAN DAN REKOMENDASI

KETAT.

untuk menelusuri gua belantara yang belum dibuka untuk umum.

Hal ini secara konsekuen harus diikuti oleh perorangan atau

instansi manapun yang ingin memasuki gua tertentu, dan harus

jelas apa tujuannya. Harus ditindaklanjutkan dengan penyerahan

laporan yang bermutu. Pemberi rekomendasi harus berani

bertanggung jawab dan ikut dipersalahkan, bila sampai gua itu

rusak atau terjadi hal – hal yang menyebabkan kemuduran kualitas

gua itu.

2.3. SECARA KONSEKUEN DITETAPKAN UNDANG – UNDANG

TEPAT YANG MELINDUNGI GUA DAN BIOTA DALAM GUA.

Page 17: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

17

Di AS setiap gua didenda minimal US$ 500,-. Undang-Undang

lingkungan hidup dan perlindungan jenis harus ditetapkan secara

konsisten.

2.4. AKSES TETAP DIBIARKAN SULIT.

Sekali akses dipermudah, para vandalis dengan berbondong –

bondong akan mendatangai gua dan merusaknya.

2.5. LARANGAN MEDIA MASSA MENERBITKAN ARTIKEL

MENGENAI GUA-GUA INDAH DAN PEKA.

Hal ini sulit diterapkan dan butuh pengertian dari media massa.

Redaksi harus sadar, bahwa PUBLIKASI mengenai lokasi gua

hampir senantiasa berbau publisitas, untuk memenuhi ego si

penyebar berita. Hampir tidak ada pemikiran atau tanggung jawab

moral dari si penyebar berita, akan bahaya perusakan gua oleh

tindakannya itu. Jadi si penyebar berita TIDAKLAH MANUSIA

YANG BERTANGGUNG JAWAB

2.6. JANGAN MENGAJAK SEMBARANG ORANG MEMASUKI GUA.

Secara internasional terbukti berulangkali, bahwa yang diajak itu

mungkin orang yang bermoral tinggi dan menjunjung tinggi etika

konservasi, namun ia pada gilirannya mengajak orang lain. Orang

lain mengajak lagi orang lain, yang sama sekali tidak dikenal oleh

pengajak pertama. Pada gilirannya masuklah para vandalis.

Mengantarkan peminat masuk gua, padahal belum kenal pada

peminat itu, juga pelanggaran etika. Sering hanya didasari ingin

pamer dan agar dirinya dianggap orang berpengalaman atau orang

terkenal. Padahal ia sebenarnya orang yang tidak bertanggung jawab.

2.7. GUA DITUTUP.

Page 18: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

18

Biasanya dengan pintu gua (CAVE GATE) desain khusus,

sehingga tidak mengusik keluar-masuknya biota gua, khususnya

kelelawar dan burung kapinis dan wallet.

2.8. MENGSAKRALKAN GUA.

Biar dianggap keramat. Dijaga jurukunci, yang senantiasa

mengawasi penelusur gua.

2.9. MELARANG TOTAL MEMASUKI GUA.

Hal ini perlu diberlakukan, bagi gua yang memiliki nilai ilmiah tinggi,

amat peka, atau mempunyai nilai strategis tinggi. Juga apabila

memiliki nilai ekonomis tinggi oleh adanya sarang wallet, misalnya.

Pelarangan harus secara konsekuen dilakukan dengan

menempatkan penjaga di dekat mulut gua.

2.10. TIDAK MENYEBARKANLUASKAN LAPORAN DAN PETA GUA.

Laporan hanya untuk diserahkan kepada instansi pemberi izin dan

rekomendasi. Atau pada instansi yang mempunyai kepentingan

(PUSLIT ARKENAS, LIPI, dsb).

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penelusur gua terhadap gua dan isinya

banyak sekali. Bahaya itu berupa perusakan yang sifatnya PERMANEN atau

hanya SEPINTAS, KUMULATIF atau SINERGISTIK.

Gangguan atau perusakan permanen timbul, misalnya akibat gua itu “dipugar”

dengan patung – patung, seperti dalam gua Jatijajar. Biarpun patung-patung itu

disingkirkan, gua sudah kepalang rusak dan tidak mungkin diperbaiki. Juga

apabila sedimen dibuang, seperti pernah dianjurkan seorang pakar geologi

untuk memugar suatu gua di Jawa Tengah.

Sedimen merupakan tapak sejarah yang tidak dapat diganti, apabila dibuang.

Para ahli arkeologi, lapis demi lapis meneliti sedimen untuk menemukan fosil-

Page 19: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

19

fosil zaman prasejarah. Para ahli paleontologi, palinologi, sedimentologi

(paleomagnetisme) akan kehilangan jejak, apabila sedimen terusik, diangkat,

demi untuk memudahkan turis umum memasuki gua.

Efek KUMULATIF terjadi bila banyak orang mengakibatkan gangguan yang

sifatnya penjumlahan sederhana. Misalnya 10 orang meninggalkan jejak 10 kali

lebih banyak dari 1 orang.

Efek SINERGISTIK terjadi bila timbul penjumlahan efek negatif secara deret

ukur. Jauh lebih banyak daripada penjumlahan sederhana. Contoh : 5 kali

memasuki gua yang banyak kelelawarnya dalam satu hari, menimbulkan

gangguan yang tidak sama dengan penjumlahan sederhana ( lima kali

terganggu ). Kelelawar begitu terusik, sehingga akan pindah tempat.

Efek negatif itu bisa berupa:

− Memasukkan bakteri, cendawan, ragi dari dunia luar ke dalam dan

merusak gua mikroekosistem gua.

− Hiruk pikuknya penelusur gua mengusik ketenangan abadi gua dan

karenanya juga mengganggu biota gua yang sudah mengadaptasi diri

mereka pada kesepian abadi.

− Lampu terang benderang mengusik biota gua. Dapat menumbuhkan

algae yang merusak.

− Bau karbit, Asap obor, dapat merusak lingkungan gua dan mengganggu

biota gua.

− Coret-coret, pengecatan dinding dan dekorasi gua.

− Pematahan dekorasi gua untuk dibawa pulang sebagai cindera mata.

Pengambilan mutiara gua. Menginjak formasi kalsit atau gipsun yang

teramat peka dan mudah rusak.

− Mencemari air dalam gua oleh karbit atau sisa makanan/minuman.

Merusak biota gua.

Page 20: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

20

Untuk menjaga keutuhan lingkungan gua, HIKEPSI berhasil pula menyusun

ringkasan policy yang mudah diingat:

Kepekaan gua dan lingkungannya terhadap setiap bentuk pencemaran harus

selalu diingat oleh penelusur gua.

Otoritas yang berwenang dalam konservasi alam hendaknya dihubungi untuk

diajak bekerja sama.

Nasehat dari ilmuwan dan saran-saran mereka senantiasa harus diperhatikan

dan dijadikan NARA SUMBER.

Sumber daya AIR, BIOTA, FORMASI dan SEDIMEN GUA perlu dijaga

kelestariannya.

Ekologi di dalam dan di luar gua ERAT HUBUNGANNYA dan berada dalam

KESEIMBANGAN DINAMIS.

Rehabilitasi kerusakan gua dan lingkungannya sangat sangat mustahil

dilakukan.

Vandalisme amat merusak gua dan lingkungannya. Harus aktif ditentang atau

dihindari.

Amankan gua dan lingkungannya, agar bebas coretan dan pencemaran.

Sadarkan semua pihak akan pentingnya hampir semua gua sebagai sumber

daya alam, yang karenanya perlu dilindungi.

Inisiatif ikut menjaga kelestarian gua dan lingkungannya, besar artinya bagi

NUSA, BANGSA dan GENERASI yang akan datang.

Yang penting saat ini ialah MENDATA SELURUH GUA yang ada di Indonesia

secara terintegrasi, karena tanpa pendataan tepat, mungkin gua - gua akan

lenyap dari bumi persada Indonesia.

Page 21: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

21

SPELEOLOGI

Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : Spalion = Gua

dan Logos = ilmu. Jadi secara harfiah

diterjemahkan ilmu yang mempelajari tentang

gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu

sendiri, speleologi juga mempelajari tentang

lingkungan di sekitar gua.

Menurut IUS (International Union of Speleology)

anggota komisi X UNESCO PBB yang

berkedudukan di Wina, Austria :

“ Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang “

Menurut R.K.T.Ko (Speleogiawan) :

“Setiap lubang di bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit,

yang terbentuk melalui sistem percelahan, rekahan atau aliran sungai yang

kadang membentuk suatu lintasan aliran sungai bawah tanah”

Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu

pada saat udara diluar panas maka didalam gua akan terasa sejuk, begitu pula

sebaliknya. Sifat tersebut menyebabkan gua dipergunakan sebagai tempat

berlindung. Gua – gua yang banyak ditemukan di Pulau Jawa dan pulau –

pulau lainnya di Indonesia, sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua

karst. Gua merupakan suatu lintasan air di masa lampau dan kini kering (gua

fosil) atau dimasa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya

mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala

fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supaya

memahami cara – cara gua terbentuk dan bagaiman memanfaatkannya

Page 22: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

22

sebagai sumber daya alam yang mempeunyai nilai estetika tinggi sebagai objek

wisata gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.

Di dunia ini terdapat berbagai jenis gua alam yaitu :

1 Gua garam (NaCl) : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari garam

2 Gua es : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari es, akibat

dari es yang mencair sebagian.

3 Gua Lava : Akibat aliran lava yang sudah mati, biasanya pada

gunung yang tidak aktif lagi.

4 Gua batu kapur : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari batu

kapur atau batu gamping ( CaCo3 )

5 Gua gips : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari bahan

gips.

90% dari gua-gua di dunia adalah gua yang materi pembentuknya dari batu

kapur.

Sejarah Penelusuran Gua

Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan

peninggalan – peninggalan, berupa sisa makanan, tulang belulang, dan juga

lukisan – lukisan, dapat disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua

sejak puluhan tahun silam yang tersebar di benua Eropa, Afrika, dan Amerika.

Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont, ahli

bedah dari Somerset, England (1674). Ia seorang ahli tambang dan geologi

amatir, tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing)

Page 23: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

23

sedalam 20 meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3

meter, serta ketinggian plafon 10 meter, dengan menggunakan penerangan

lilin. Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan

jurang (internal pitch). Ia mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur

sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan

penemuan ini pada Royal Society, Lembaga Pengetahuan Inggris. Orang yang

paling berjasa mendeskripsikan gua – gua antara tahun 1670-1680 adalah

BARON Johann Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat

peta, sketsa, dan melahirkan buku setebal 2800 halaman.

Joseph Nagel, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk

memetakansistem perguaan di Kerajaan Astro-Hongaria. Sedangkan wisata

gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari

Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di

Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic mengembangkannya

sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi

penerang dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times pada tahun

1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari

keuntungan.

Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia budak belian yang

dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah

disekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1838. dan kini

gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.

Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua –

gua. Baik gua sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa. Namun

semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu

Page 24: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

24

terhadap gua perlulah didokumentasikan dan dihargai sebagai potensi budaya

bangsa. Maka Antropologi juga merupakan bagian Speleologi.

Lahirnya Ilmu Speleologi

Secara resmi ilmu Speleologi lahir pada abad – 19 berkat ketekunan Edward Alferd Martel. Sewaktu kecil ia sudah

mengunjung gua Hahn di Belgia

dengan ayahnya seorang

Paleontologi, kemudian juga

mengunjungi gua Pyrenee di Swiss

dan Itali. Pada tahun 1888 ia mulai

mengenalkan penelusuran gua

dengan peralatan, pada setiap musim

panas ia dan teman – temannya mengunjungi gua – gua dengan membawa 2

gerobak penuh peralatan, bahan makanan, dan alat fotografi. Martel membuat

pakaian berkantung banyak yang sekarang disebut cover all (wearpack).

Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin besar, korek api,

batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku

catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan telepon lapangan

yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau

naik atau menuruni dengan tali.

Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 m di sumuran

ranabel, dekat Marseille, Perancis dan selama 45 menit tergantung di

kedalaman 90 m. Ia mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang

digantungi spon yang dibasahi alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik

keatas mencapai atap gua. Hingga kini Edward Alfred Martel disebut bapak

Page 25: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

25

Speleologi. Kemudian banyak ahli speleologi seperti : Pournier, Jannel, Biret, dan banyak lagi.

Baru setelah PD I Robert De Jolly dan Nobert Casteret mampu mengimbangi

MARTEL. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari

alluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan “Cave

Diving” pada tahun 1922, dengan menyelami gua Motespan yang di dalam gua

itu ditemukan patung – patung dan lukisan bison serta binatang lain dari tanah

liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan

perburuan binatang, ditandai adanya bekas – bakas tombak dan panah. Namun

dalam PD II, gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan, karena

pertahanan di gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan bom pada

waktu itu.

Perkembangan Speleologi di Indonesia

Di Indonesia speleologi relatif tergolong suatu ilmu

yang baru. Dalam hal ini masih sedikitnya ahli – ahli

speleologi maupun pendidikan formal tentang

speleologi. Speleologi baru berkembang sekitar tahun

1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama

“SPECAVINA”, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN

(alm) dan RKT Ko

Namun karena adanya perbedaan prinsip dari

keduanya maka terpecah, dan mereka masing –

masing mendirikan perhimpunan :

Page 26: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

26

− Norman Edwin (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA

BUMI”,

− Robby KT. Ko mendirikan Hikespi pada tahun 1983

Pada tahun tersebut bermunculan club-club speleologi di Indonesia seperti ASC

yang berdiri pada tanggal 1 Januari 1984, SSS – Surabaya, DSC – Bali, SCALA

– Malang, dll.

Ilmu yang berkaitan erat dengan Speleologi

Dalam mempelajari Speleologi memerlukan pendekatan dari berbagai disiplin

ilmu, antara lain :

1. Hidrologi karst : Ilmu yang mempelajari tentang sistem perairan

pada kawasan karst

2. Speleogenesis : Ilmu yang mempelajari tentang proses

terbentuknya gua

3. Biospeleologi : Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan yang

terdapat di dalam gua.

4. Geomorfologi karst : Ilmu yang mempelajari bentuakan alam di sekitar

maupun di dalam gua.

5. Sedimentologi gua : Ilmu yang mempelajari tentang sedimen gua

6. Antropologi : Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia

7. Arkeologi : Ilmu yang mempelajari tentang peninggalan

kebudayaan manusia masa lalu.

8. Paleontologi : Ilmu yang mempelajari tentang fosil binatang

maupun tumbuhan masa lalu.

Page 27: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

27

KARSTOLOGI

Karst ialah suatu bentang alam formasi batuan karbonat (CaCO3, MgCO3 atau campuran keduanya) yang telah mengalami proses pelarutan. Batuan karbonat terlarut oleh asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk akibat interaksi air hujan dengan CO2 atmosferik maupun oleh CO2 biogenik, yang berasal dari sisa tanaman yang membusuk (humus) di atas permukaan tanah

Kata karst berasal dari bahasa Jerman, yang mengambil alih kata carso dari bahasa Italia, atau krs dari bahasa Slovenia. Di Indonesia, ada usaha geologiwan yang menterjemahkannya dengan istilah curing, kras atau kars Karst - ialah suatu daerah sebelah Timur Laut kota Trieste, di daerah Slovenia, yang pada tahun 1850, tampak sangat gersang, oleh deforestasi selama berabad-abad. Ini adalah kawasan yang pertama kali dideskripsi oleh geologiwan abad lalu ( Cvijic dll). Kini, oleh mpenghijauan kembali, kawasan tersebut sudah tertutup hutan yang cukup lebat, tetapi tetap dinamakan Karst. Kawasan karst - ialah suatu bentangalam yang menampakkan karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya di dalam air, yang lebih tinggi dari kawasan lain. Yang bisa menampakkan relief karst : Batuan karbonat - Kalsium karbonat. Kalsium magnesium karbonat (dolomit) Evaporit - Lebih mudah larut dari batuan karbonat: Halit (NaCl, KCl) Gipsum. Eksokarst lebih ditekuni para geologiwan, endokarst lebih ditekuni para speleologiwan. Endo dan eksokarst harus dikuasai oleh ahli karstologi. Harus dipahami istilah-istilah : Pseudokarst-Juvenile karst-Mature karst-Exhumed karst-Palaeokarst-Relictkarst-Holokarst-Merokarst-Thermokarst -Volcanokarst-Fluvial karst-Permafrost karst-Bare and Covered karst-Subsoil and mantled karst-Free karst-

Page 28: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

28

Impounded karst-Sujacent atau interstratal karst-Burried karst-Biokarst-Tropical karst-Arid karst. Gvozdeckij (1965) melakukan klasifikasi karst sebagai berikut : 1. Karst terbuka (bare karst). Tidak tertutup apa-apa. 2. Karst tertutup (covered karst), oleh sedimen yang tidak ada

hubungannya dengan masa batugamping itu sendiri.(aluvium, sandstone, fluvoglacial).

3. Karst tertutup tanah yang berasal dari batugamping itu sendiri (terra rossa)

4. Karst terpendam (burried karst). Tertutup sempurna oleh batu-batuan yang lebih muda, secara kebetulan ditemukan sewaktu diadakan pengeboran atau membuat sumuran.

5. Karst tropika. 6. Karst permafrost.

Karstologi - Ilmu yang mempelajari fenomena karst dari berbagai aspek ilmiah secara interdisipliner. Aspek-aspek ilmiah karstologi : 1. Geomorfologi - topografi karst, 2. Morfogenesis karst. 3. Micro karst forms- bentukan karst mikro. 4. Litologi dan stratigrafi batuan karbonat. 5. Hidrologi karst. 6. Sedimentologi karst. 7. Denudasi karst. 8. Ekologi karst. 9. Vegetasi karst. 10. Masalah agraria di kawasan karst. 11. Masalah peternakan di kawasan karst. 12. Kependudukan di daerah karst. 13. Masalah kesehatan di kawasan karst. 14. Arkeologi. 15. Paleontologi. 16. Pariwisata kawasan karst. 17. Konservasi kawasan karst. 18. Eksploitasi kawasan karst. 19. Bendungan di kawasan karst. 20. Nilai strategi kawasan karst

Page 29: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

29

Morfogenesis Kawasan Karst Faktor-faktor yang mempengaruhinya :

1) Litologi-Jenis kemurnian batuan karbonat. -Kelulusan (permeabilitas) batuan. -Kesarangan (porositas) batuan. -Kemampatan (compactness) batuan.

2) Sistem percelahan-rekahan pada batuan. 3) Tektonisme. 4) Sistem kekar-sesar-patahan yang ada. 5) Iklim masa lalu dan masa kini. Intensitas curah hujan.

(tropical karst, arid karst) 6) Kualitas air hujan (hujan asam) 7) Jenis penutup di atasnya (tanah, vegetasi, batuan klastik, dsb) 8) Ketinggian di atas permukaan laut.(lowland, middle, highland karst). 9) Pengaruh uap air laut(coastal exposure surface)

10) Pengaruh aliran sungai (fluvial karst) 11) Pengaruh vulkanisme.(abu gunung berapi) 12) Proses fisiko-kimiawi, seperti case hardening, yaitu represipitasi batugamping

yang larut oleh air hujan.

Page 30: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

30

13) Pengaruh biologis (lichen-algae-akar pepohonan-detritus, dsb). 14) Perusakan lingkungan karst oleh ulah manusia. Geomorfologi atau topografi karst - ilmu yang mempelajari bentukan alam karst. Yang menjadi kendala ialah peristilahan, yang tidak seragam, karena sejak semula digunakan istilah lokal, untuk bentukan alam karst tertentu. Contoh-contoh : Unthuk - Istilah bahasa Jawa untuk bukit khas di kawasan Gunung Sewu. Secara internasional dikenal sebagai conical hill, tetapi dengan bentuk yang lain daripada yang telah dikenal, sehingga dinamakan Gunung Sewu type hill. Pepino hills - Sederetan bukit karst di Puerto Rico, Mogote - Bukit karst yang berdiri sendiri atau berkelompok tetapi terpisah satu sama lain. Cenote - Sumuran yang berisi air di jazirah Yucatan. Turmkarst-Towerkarst-Karst a tourelles - Bukit terjal menyerupai menara. Dolina-sinkhole-closed depression - cekungan di daratan karst. Polje (Slovenia) - Wang (Malaysia) - Hojo (Cuba) - Plans (Perancis) - Dataran karst yang dilingkari perbukitan karst, yang biasanya dialiri sungai. Kekacauan dalam peristilahan ini, ditanggulangi dengan beberapa simposium internasional, yang menghasilkan kesepakatan peristilahan melalui Glossary of Karst Terminology (1970-Contributions to the International Hydrological Decade). Geological Nomenclature (1980-Royal Geological and Mining Society of the Netherlands) dalam bahasa Inggeris-Belanda-Perancis-Jerman-Spanyol. Beberapa bentukan morfologi karst : Doline Doline ialah cekungan tertutup (close depression) yang memiliki kedalaman antara 2 m sampai 100 m dengan diameter 10 m sampai 1000 m. Umumnya berkelompok dan dapat juga berjauhan. Cvijic (1893) membedakan doline dalam bentuk :

1. Doline berbentuk mangkuk, bila cekungan itu berdiameter 10 kali ukuran kedalamannya, derajat kemiringannya antara 10o-20o, bentuk dasar rata tertutup tanah dan sering becek.

2. Doline berbentuk corong dengan diameter 2 kali – 3 kali kedalamannya, dinding dari batuan atau tanah dengan kemiringan 30o-40o, bentuk dasarnya sempit.

3. Doline berbentuk sumur dengan perbandingan diameter lebih kecil daripada ukuran kedalamannya, dinding terbuat dari batuan, terjal sekali bahkan tegak lurus bersatu dengan dasarnya.

Page 31: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

31

Uvala (Slovenic) Cvijic (1901) mendeskripsikan istilah ini untuk cekungan dan dasar yang luas dan tidak rata. H. Lemann (1970) mengartikan untuk lembah yang memanjang, kadang-kadang berkelok-kelok dan biasanya dasarnya menyerupai cawan di daerah karst. Tidak disebutkan dasarnya rata menyerupai indikasi doline yang letaknya berdekatan. IUS (International Union of Speleology, Fink, 1973) menganut pendapat H. Lemann tetapi dengan dasar yang tidak rata. Sinking creek Sinking creek ialah sungai yang mengalir di daerah karst tetapi menghilang karena masuk ke aliran bawah tanah. Sink Sink merupakan tempat sungai permukaan lenyap (surface runoff), yaitu dimana air menghilang secara difusi melalui material alluvium. Swallow Hole Swallow hole terjadi apabila sungai permukaan menghilang melalui lubang yang nyata terlihat. Poljes Menurut Frans Von Steinberg (1961), poljes merupakan depresi di daerah karst yang luas arealnya, sedangkan Fink (1983) dari IUS, mengemukakan bahwa poljes adalah depresi ekstensi di daerah tertutup di semua sisi, sebagian besar terdiri dari lantai yang datar, dengan batasan yang terjal di beberapa bagian dan dengan sudut yang nyata antara dasar atau poljes serta tepi yang landai atau terjal. Poljes memiliki drainase bawah tanah dan dapat kering sepanjang tahun serta dialiri pada saat-saat tertentu dan bahkan tergenang. Biasanya luasnya beberapa kilometer, berkelok-kelok dan dasarnya tertutup deposit alluvium atau residu pelapukan (terrarossa, gravel dan lainnya), lantai poljes biasanya tidak permeabel. Danau Karst Letaknya biasanya berada pada cekungan, terbentuk karena dasarnya kedap air akibat akumulasi dari lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air. Danau karst sering disebut danau perenial bila dijumpai sepanjang tahun, dan non perenial jika hanya dijumpai pada musim hujan. Natural Bridge (Jembatan Karst) Merupakan suatu fenomena yang menyerupai jembatan di kawasan karst. Faktor-faktor yang mempengaruhi karstifikasi endogenik dan eksogenik

Page 32: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

32

yaitu faktor iklim, vegetasi, pedologi, geofisik, fisiokimia, stratigrafi, dan ketebalan, kepadatan, porositas, permeabilitas batu gamping itu sendiri. Faktor vulkanisme juga mempengaruhi proses karstifikasi. Adapun komponen batuan karbonat terdiri dari konstituen alakenin (butiran kerangka atau bioclast, oncoid, intraclast, dan butiran bergumpal serta oids) mikrit dan semen (klasaitik dan aragonit maupun dolomit). Sedangkan komponen non karbonat dibagi menjadi non-detrial (tanah liat, debu, dan pasir) dan diagenetik (Folley, 1959). Batuan karbonat merupakan batuan yang dominan di kawasan karst. Secara mineralogi, mineral karbonat pada kawasan karst terdiri dari kalsit, dolomit, aragonit. Kalsit adalah kalsium karbonat rombohedral, proses substitusi pada kalsit terjadi dengan Fe, Mn, Zn, dan CO atau substitusi dengan ion Mg sampai 20 mol persen. Dolomit adalah kalsium magnesium karbonat (CaMg(CO3)2), dengan kandungan berkisar antara 50-58 mol persen dan ion Mg dapat disubstitusi dengan Sr, Ba, Pb, dan K. Batu-batuan ini akan berpengaruh pada karakteristik karst yang ditujukan oleh struktur geologi karst, yaitu porositas, permeabilitas dan sistem patahan. Proses pembentukan geomorfologi karst sangat dipengaruhi oleh proses:

• Kimia (pelarutan dan pengendapan)

H20 + CO2 H2CO3 Air karbon dioksida asam karbonat H2CO3 + CaCO3 Ca(HCO3)2

Batu gamping Kalsium bikarbonat Ca2+ + 2HCO3

2 • Fisis

Pelapukan, peretakan, patahan, gravitasi transfer, peruntuhan, erosi Porositas Porositas menunjukkan ruangan yang terisi oleh udara atau air dalam batuan atau sedimen, diungkapkan dalam persen dari jumlah total material. Untuk kepentingan hidrologi yang perlu diperhatikan ialah ruangan-ruangan yang saling berhubungan, karena pori-pori yang terisolasi tidak berperan dalam perpindahan air.

Page 33: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

33

Porositas primer dalam batuan karbonat ialah ruangan-ruangan terbuka dalam batuan tersebut, yang sudah timbul sejak deposisi, diagenesis dan litifikasi. Porositas sekunder ialah jumlah ruangan terbuka dalam batuan yang ditimbulkan oleh proses pasca litifikasi seperti fruktuasi (joint, flauts, parting) atau akibat terjadinya pelarutan (solution cavities). Permeabilitas Permeabilitas merupakan efisiensi batuan untuk menyalurkan air. Permeabilitas primer adalah kemampuan batuan untuk menyalurkan air melalui pori-pori atau ruangan intergranuler yang sudah ada sejak pembentukannya dan saling berhubungan. Permeabilitas sekunder bila penyaluran air itu melewati ruangan-ruangan yang timbul kemudian, seperti joint, bedding, fault, misalnya akibat gerakan tektonik Suatu kawasan karst, permeabilitas dan porositas ini sangat variabel, karena tidak terlepas dari keanekaragaman struktur dan diagenesis batu gamping. Pada bagian batu gamping yang telah mengalami karstifikasi, biasanya permeabilitas dan porositas primernya rendah, tetapi permeabilitas dan porositas sekundernya tinggi. Pada batu gamping tidak mengalami karstifikasi, permeabilitas dan porositas tinggi dan tidak dijumpai permeabilitas sekunder. Pada batu gamping terdapat aliran difusi (diffuse flow). Pada batuan karbonat yang telah mengalami karstifikasi, yang menonjol ialah terbentuknya saluran-saluran terpilih (prefered channels) yang meluruskan air ke arah local base level atau zona phreatik. Permeabilitas umumnya dinyatakan dengan jarak yang ditempuh air dalam suatu permeabilitas tertentu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan. Sistem Patahan Pada batuan yang tidak mengalami permeabilitas intergranuler primer, joint adalah penting untuk memulai perkolasi air ke bawah (Stringfield dkk., 1979). Sedangkan bedding planes bagi penyaluran air bawah tanah (Palmer, 1977) tetapi pergerakannya tetap dipengaruhi oleh adanya patahan-patahan. Joint adalah patahan yang paling sering dijumpai di akifer karbonat. Orientasinya adalah hampir tegak lurus dengan bedding plannes. Bahkan Grice (1968) menemukan joint yang sejajar letaknya dengan bedding plannes di Canada (Manatoba, Grand Rapides. Joint secara primer mempengaruhi arah aliran sebelum terjadi ruangan terlarut (solution cavities) dalam akifer karbonat. Joint yang tidak vertikal akan mempengaruhi gerakan air literal dan melebar melalui proses korosi (pelarutan batu gamping secara kimiawi). Distribusi dari joint dan bedding plannes ini dari satu bagian karst dan bagian karst lainnya dapat berbeda. Menurut Kasting (1977) hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap air tanah (bila melancarkan aliran dalam akifer, antara lain dengan

Page 34: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

34

menghubungkan beberapa aliran akifer yang tadinya terisolasi), bisa pula negatif bila aliran air terhambat karenanya. Bentukan Karst Mikro

Obyek penelitian yang amat menarik perhatian para ahli geomorfologi karst, ialah variasi bentukan yang tampak pada permukaan batuan karbonat, akibat proses pelarutan atau pelapukan. Banyak sekali nama yang lokal yang digunakan untuk mendeskripsi aneka bentukan ini, tetapi kini semua bentukan mikro itu dikenal dengan sebutan Karren, Lapies atau Schratten. Morfologi Karren itu tergantung dari : 1. Distribusi, sifat dan banyaknya hujan. (air maupun salju) 2. Sifat fisik dan kimiawi batugamping. 3. Reaksi kimiawi yang meliputi CaCO3, CO2 dan H2O. 4. Ada tidak adanya penutup tanah, tanaman, humus dsb. 5. Sudut kelandaian permukaan batugamping 6. Fase iklim masa lampau. Jenis - Jenis Karren Rillenkarren - Trittkarren - Rinnenkarren - Spitzkarren - Meanderkarren - Rundkarren - Kluftkarren - Hohlkarren - Deckenkarren - Kamenitza (Tinajita) - Solution Notch - Limestone pavement - Seekarren - Rainpits. Dapat terjadi di dalam tanah, di udara luar atau perbatasan tanah-udara. Morfogenesis Endokarst Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1) Infiltrasi. 2) Perkolasi. 3) Rhizolith (sistem perakaran tanaman) 4) Korosi (Chemical erosion) 5) Korasi (Mechanical erosion) 6) Proses peruntuhan ruangan bawah tanah. (Collapse of underground

voids) 7) Tektonisme dan gempa bumi. 8) Sistem kekar-sesar-patahan. 9) Kegiatan pertambangan.

10) Sedimentasi dalam gua. 11) Pengendapan batukapur atau kalsit (speleothems).

Page 35: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

35

Peralatan dan Perlengkapan Penelusuran Gua Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan yang memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan

• Standard keamanan (safety) 1. UIAA (Union International des Associations d’Alpinisme) 2. CE (Conformite aux Exigences) 3. EN (European Norm) 4. CEN ( Comite Europeen de Normalisation)

• Kekuatan dan daya tahan Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang direkomendasikan. Alat harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentanterhadap abrasi / gesekan, air, lumpur, batuan kapur. Peralatan gua vertkal direkomendasikan yang telah melewati ”individually tested” yang ditandai dengan beban maksimal ”MAX” dan beban aktif ”USE”

• Fungsionalitas Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan dan penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu di pahami fungsi – fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan (simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalah”berat”, yang hal ini berpengaruh terhadap daya tahan/stamina dari penelusur gua.

Uraian standard peralatan penelusuran gua :

• Cover All Fungsi : Pakaian pelindung Bahan : PVC, Nylon fabric,

Keterangan : Bahan cover all mampu melindungi dari gesekan, basah dan dingin, disesuaikan dengan tipe gua.

• Sepatu

Fungsi : Alas dan melindungi kaki Jenis : Sepatu Boot, PDL

Keterangan : Sepatu mampu melindungi mata kaki, tahan terhadap gesekan, grip dan sol tahan air dan lumpur.

Page 36: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

36

• Helm Fungsi : Melindungi kepala dari benturan Jenis : Speleo helmet

Keterangan : Bahan terbuat dari fiber carbon, kevlar atau polycarbonate. Helm didesign mampu meredam benda yang jatuh menimpa helm.

• Pencahayaan Fungsi : Memberikan penerangan Jenis : Electrical lamp dan carbide model

Peralatan Gua Vertikal :

• Tali Fungsi : Alat utama untuk lintasan SRT Jenis : Static dan Dynamic Keterangan :

Hal yang perlu diperhatikan : - Ukuran diameter tali / size - Abrasi / gesekan - Simpul - Bahan kimia - Umur tali

• Peralatan Rigging

Fungsi : Untuk membuat anchor / tambatan Jenis :

1. Natural anchor : Webbing / sling (turbular dan flat)

2. Bolting Anchor : Hammer, Driver, Spits, Bolting bag, Hanger, Pyton.

Page 37: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

37

• Carabiner Fungsi : sebagai penghubung atau pengkait Jenis : carabiner screwgate, non screw, auto lock

• SRT set Alat personal SRT Set terdiri dari:

1. Harness Fungsi : Sebagai penghubung utama badan dan alat lainnya. Jenis : Sit harness, Body harness

2. Maillon Rapide 8 mm Fungsi : sebagai penghubung harness dan alat ascending dan descending Jenis : Delta MR dan semi circular

3. Cowstail Pendek dan Panjang Fungsi : Sebagai pengaman dan penghubung ascender Jenis : Dynamic rope dan Webbing (spelegyca)

Page 38: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

38

4. Carabiner Fungsi : Sebagai penghubung alat Jenis :

a. O carabiner screw gate b. O carabiner non screwgate /

C.friksi c. D screwgate

5. Descender Fungsi : Alat turun Jenis : Auto stop, Rack, Simple

6. Ascender Fungsi : Alat naik Jenis : a. Croll / alat naik di dada b. Jammer / alat naik di tangan c. Basic jammer / alat naik di

tangan

7. Chest Harnest Fungsi : sebagai penghubung croll dengan badan Jenis : Webbing soft

8. Foot Loop

Fungsi : Sepagai pijakan kaki Jenis : Static rope dan webbing

Page 39: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

39

Peralatan transport : Fungsi : Alat tambahan untuk membawa peralatan dan logistik

Jenis : Tackle bag, waterproof bag, perahu karet

Peralatan rescue :

1. Pulley (single & tandem)

2. Houling set terdiri dari : pulley, basic, 2 bh oval carabiner screwgate

3. Mini traxion / pro traxion

4. Survival blanket

Page 40: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

40

PENGETAHUAN SIMPUL SIMPUL DASAR

Salah satu bagian yang harus dimiliki seorang penelusur gua adalah

pengetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah

dan cepat. Untuk itu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan dalam hal ini

ditekankan untuk memahami dengan baik tentang pengetahuan simpul. Banyak

sumber yang menyarankan untuk mempelajari simpul sebanyak – banyaknya,

yang masing – masing punya kegunaan sendiri.

Pendekatan yang disarankan saat ini menganggap jauh lebih baik

menggunakan simpul. Tetapi perlu diketahui berbagai macam simpul demana

dibutuhkan untuk suatu hal yanmg bersifat darurat maupun kesulitan lain

selama melakukan penelusuran gua. Untuk pendalaman dan pemahaman

simpul yang penting dan sering digunakan dalam penelusuran gua secara detail

untuk memudahkan jika dalam keadaan darurat, pertolongan akan lebih mudah

dilakukan seorang penelusur dalam membuat simpul tanpa harus berpikir dua

kali. Hal ini cenderung berlaku sebagai otomatis, karena penelusur dapat

membuat simpul dengan cepat dan benar.

Kriteria Simpul Yang Baik. Simpul yang baik untuk penelusuran gua Vertikal dibagi 5 ( lima ) kriteria, antara lain sebagai berikut :

1. Mudah dibuat.

2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.

3. Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun

tertumpuk pada saat dibebani.

4. Mudah dilepas / diurai setelah dibebani.

5. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin

Page 41: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

41

Figure eight loop

bowline

Alpine butterfly

False butterfly

Double bowline On a bight

Tape

Figure nine loop

Rabbit

Page 42: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

42

Double fisherman

Triple figure eight Italian / Munter hitch

Page 43: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

43

Teknik Penelusuran Teknik Penelusuran Gua Horisontal Penelusuran tanpa perlengkapan

Dalam lintasan horizontal, penelusur biasanya membawa perlengkapan

personal dan barang mereka dalam tas caving kecil. Paling mudah, serta cara

paling efektif dan dengan dampak minimal terhadap gua dalam lintasan jalan

adalah dengan mengikuti jalan yang sama dengan jalan yang dilewati oleh

anggota team di depan, dengan hati-hati menghindari area sensitive (flowstone,

stalactites, stalagmites, rimstone, dsb). Jalan dengan santai dan hindari

perubahan kemiringan yang tidak perlu-meskipun ini ditempuh dengan jarak

yang lebih jauh. Ini akan menghemat tenaga. Perhatikan pandangan di depan

untuk membantu menaruh pijakan kaki.

Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus

memperlambat jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader

harus berhenti dan tidak melanjutkan jalannya seketika saat anggota paling

belakang sampai padanya, ini akan memberi waktu istirahat pada anggota team

yang lain.

Beri waktu istirahat secara berkala, hal ini untuk memberikan tubuh kita

waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan gua. Kondisi gua yang lembab dan

wearpack yang menangkap penguapan tubuh melalui keringat yang

menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita menjadi basah.

Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas wearpack ketika melewati lintasan

kering.

Page 44: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

44

Lintasan merayap Tergantung pada bawaannya, penelusur dapat

membawa tasnya dalam posisi : Kita dapat

memperkecil kelelahan dengan memvariasikan

gerakan saat berjalan.

Canyons Dan Meanders Lintasan canyons tinggi, lintasan sempit

berkelok-kelok yang terkadang

membutuhkan tenaga extra saat

menelusurinya.

Down Climbing

Duck Walking Dan Merayap Pada lintasan rendah

Posisi : Chimneys & Traverses

Page 45: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

45

Teknik Vertikal Rapelling (Descending / Abseiling) dengan decender.

Pada posisi free drop seperti di

sebelah kiri , tubuh menggantung pada

anchor menggunakan cowstail pendek

dan gunakan lutut untuk keseimbangan.

Jika terdapat pijakan yang bagus,

coestail pendek tidak terbebani sebelum

turun. Kemudian buka sisi penutup

descender dalam posisi menyilang.

Pasang tali dalam posisi ‘S’ di

descender, lalu tegangkan tali pada

descender. Dengan cara menariknya

untuk menghindari kendornya tali yang

tidak perlu.

Ketika tali telah dilewatkan pada

karabiner friksi, mulai untuk turun.

Mengontrol kecepatan turun

Kita bisa megatur kecepatan turun dengan cara

memegang tali dengan 1 tangan atau dua tangan. Dibawah

karabiner friksai. Begantung pada kesukaan masing-masing.

Jika tangan kiri bebas, gunakan untuk memegang

descender, untuk membantu memberikan keseimbangan pada

tubuh. Dalam turun free hang dimana kaki kita samasekali tidak

Page 46: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

46

menyentuh dinding gua, sebaiknya kita dalam posisi setengah duduk.dengan

posisi dada parallel dengan tali

Berhenti pada Rapelling Kuncian full lock adalah cara teraman untuk berhenti

secara penuh dan mengunci descender selama turun. Ini hanya

boleh dilakukan jika descender dalam posisi terbebani. Jika tidak

terbebani, meskipun dalam hentakan yang pendek akan merusak

descender japabila tidak ditempatkan secara benar pada karabiner

yang dihubungkn pada Maillon Rapide.

1. Pegang perlahan descender dengan tangan kiri

2. Buat kuncian half – lock menggunakan tangan kanan

3. Lengkapi kuncian half lock, dengan full lock

Melintasi Rebelay / Intermediate Melintasi rebelays membutuhkan beberapa

teknik :

1. Turun perlahan dan hentikan rappel

ketika berada di posisi sejajar dengan

rebelay, sedikit sisa tali harus tersedia di

bawah descender.

2. Kaitkan cowstail pendek pada karabiner

dengan pintu menghadap ke kamu,

dengan menggunakan simple

descender, satu tangan masih

memegang tali selama operasi ini.

3. Teruskan turun hingga beban berpindah

ke short cowstail, setelah itu pindahkan

descender lalu pasang pada tali

Page 47: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

47

selanjutnya yang berada di bawah rebelay, usahakan sedekat mungkin

dengan rebelays

4. Melepas cowstail, Lepas cowstail dengan berdiri di atas. dinding atau

di loop yang dibuat oleh tali atas. Jangan lupa untuk

melepas tali dari karabiner friksi

5. Teriakkan sinyal “Rope Free” sehingga orang di atas bisa

melanjutkan turun. Jangan pernah melepaskan

pandangan dari descender, ini akan membantu

memposisikan dan membebani dengan benar sebelum

mulai turun

Melintasi sambungan tali atau simpul Prosedur 1

1. Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas

karabiner friksi dari tali), pasang cowstail pendek pada simpul

sambungan tali.

2. Pasang upper ascender (yang terkait pada cowstail panjang) sejajar

dengan wajah

3. Berdiri pada footloop, pasang croll diantara upper ascender dan

descender, beban tubuh menggantung pada croll

4. Pindahkan descender ke bawah sambungan tali, kunci

5. Turun kan croll dengan berdiri pada footloop kemudian upper ascender

sedekat mungkin dengan simpul

6. Lepas croll dan turun perlahan ini akan memindahkan beban dari croll

ke descender; pastikan descender terpasang dengan benar pada

karabinernya sebelum membebaninya.

7. Lepas upper ascender dari tali, lanjutkan turun

Page 48: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

48

Prosedur 2 1. Turun sampai descender berhenti pada

sambungan tali (lepas karabiner

friksi dari tali),

2. Pasang upper ascender diatas

descender sekitar 10 cm. lepas

cowstail panjang kemudian pasang

pada simpul sambungan tali.

3. Berdiri pada footloop, letakkan

cowstail pendek pada tali di atas

ascender

4. Duduk, beban berada pada cowstail pendek

5. Descender menjadi kendor; lepas dari tali dan

pasang kembali

Melintasi Deviasi 1. Berhenti rappel ketika sejajar deviasi, kunci descender jika perlu.

2. Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk

membuat deviasi menjadi sedikit kendor.

3. Saat melakukan ini, lepas karabiner deviasi dengan tangan yang bebas

dan taruh di atas descender.

4. Buka kunci descender dan mulai turun.

Page 49: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

49

Membawa Tackle Bag Ketika berada di tali,tackle bag caving

diletakkan menggantung di bawah, dikaitkan pada

maillon rapide. Membawa tackle bag di punggung

ketika kita di tali, akan mendorong kita ke belakang

serta membuat kehilangan keseimbangan, juga

membuat kerja yang tidak perlu

pada otot abdominal dan tangan..

Untuk menghindari terbelitnya

tackle bag dengan tali utama,

gunakan kaki kanan untuk

menahan tali utama, Gunakan

kaki untuk mengarahkan tackle

bag dari tali jika tackle bag ada

kemungkinan untuk mengayun.

Taruh tackle bag di punggung untuk sementara waktu jika ada

kemungkinan bahaya batuan jatuh atau ketika mendekati aliran air

Menuruni Pits Panjang Tali basah bisa menambah hingga 50%

berat daripada tali normal. Pada lorong vertical

yang amat panjang, bertambahnya bobot tali

bisa membuatnya sulit untuk memasang

descender. Pemecahannya adalah dengan

memasang hand ascender dengan posisi

terbalik pada maillon rapide.Ini akan membuat

kedua tangan bebas , yang akan memberi

cukup tali yang diperlukan untuk memasang

Page 50: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

50

decender. Ketika descender sudah terpasang, lepas ascender, dan

mulailah turun.

Di awal. Kamu mungkin akan menaruk tali, pertama dengan kedua

tangan dan kemudian dengan satu tangan, selanjutnya kamu akan

merasakan teknik rappel yang normal. Bila memakai descender auto-lock,

hilangkan pengunciannya dengan karabiner, sehingga kamu akan

mendapat dua tangan untuk menarik tali.

Untuk rappelling di atas 200 meter tanpa sebuah rebelay, gunakan

escender rack. Dengan menambahkan palang atau barnya ketika turun,

akan menambah gerakan friksinya.

Memanjat Tali dengan Menggunakan System Frog Rig

Perkembangan dan penggunaan dari system sit – stand (duduk –

berdiri)- yang secara luas dikenal sebagai system Frog- telah secara tajam

mengurangi penggunaan tangga baja caving. Selama era tangga baja, tali

hanyalah digunakan untuk turun, dengan turun memakai friksi pada punggung

sebelum ditemukannya figure of eight descender Di awalnya belum ditemukan

teknik untuk menaiki tali yang sederhana, efisien dan semua anggota team bisa

menggunakannya.

Adalah Andre Meozzi seorang anggota aktif Speleo Club de la

Tronche (Isere, France), yang pertama kalinya mengembangkan teknik modern.

Anggota club ini mengadopsi metodenya dengan antusias, dan hal ini

membantu mereka untuk membuat kemajuan yang signifikan dalam eksplorasi

mereka.Namun metode sit-stand belum bisa diterima dengan begitu cepatnya

dimana-mana pada saat itu, Hanya saja pada saat EFS (Ecole Francais de

Speleologie) sekolah caving Perancislah yang memanggil anggota klub La

Tronche untuk mengelola sesi latihan . Sekarang di Eropa telah mengadopsi

system Frog rig

Page 51: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

51

Perlengkapan Sebuah ascender yang dipasang pada sebuah footloop dihubungkan pada

karabiner cowstail panjang, Ascender dada, Croll (ditemukan oleh Fernand

Petzl) diletakkan antara harness dada dengan maillon rapide.500 gram pada

perlengkapan personal dibandingkan dengan berat kabel baja yang sekitar 12,5

Kg per 100 meter. Disinilah letak revolusi pada perbedaan keduanya.

Teknik - Buka penutup chest ascender dengan gerakan memutar pada handlenya,

masukkan tali di dalamnya.

- Gunakan gerakan yang sama pada ascender atas, letakkan sejajar dengan

mukaPilih sebuah single footloop , taruh satu kaki pada footloop untuk

membantu mendorong tubuh ke atas. Untuk mengatur panjang footloop,

berdiri tegak sambil memegang footloop yang dibuat tegang dengan kaki

menginjak tanah dan didalam footloop. Harness dada (chest harness) harus

dikenvangkan dan Croll diposisikan di tali. Pada posisi ini, bagian bawah

dari upper ascender harus 2 – 3 cm di atas chest ascender.

-

Page 52: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

52

Teknik memanjat terbagi dalam 2 (dua) fase : 1. Dorong upper ascender setinggi mungkin. Bersamaan, ngkat kaki,

tekuk lutut hingga tumit berada di bawah selangkangan. Taruh satu

kaki pada footloop diatas yang satunya akan membantu mendorong

kaki bawah ke belakang, menambah gerakan pada tali.

2. Jaga tubuh dan kepala tetap lurus saat mendorong kaki ke bawah dan

belakang, dengan kaki yang bebas diletakkan di atas yang lain untuk

membagi kerja diantara keduanya. Pada saat bersamaan gunakan

lengan untuk membantu menjaga tubuh bagian atas untuk dekat dan

sejajar dengan tali. Hindari menarik tubuhmu sendiri dengan lengan;

biarkan kaki untuk melakukannya. Lengan memiliki jumlah otot yang

lebih sedikit daripada kaki, menggunakan lengan akan dengan cepat

melelahkan. Ketika kaki telah sepenuhnya berdiri, taruh beban tubuh

dengan cara duduk pada chest ascender. Ini akan melengkapi satu

siklusnya. Dorong lagi upper ascender, melangkah pada footloop, dan

seterusnya

Mengunci tali dengan kedua kaki dan antara footloop dengan satu kaki

Istirahat selama pemanjatan, akan memberikan tubuh untuk mengambil posisi yang paling

nyaman

Page 53: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

53

Naik melewati Rebelay 1. Hentikan upper ascender sekitae2-3 cm di

bawah simpul

2. Pasang cowstail pendek pada anchor

3. Berdiri pada footloop, lepas croll dan

transfer beban pada cowstail pendek

4. Pasang croll pada tali atas, tarik tali di

bawah croll hingga croll tegang

5. Pindahkan upper ascender dari tali bawah

dan letakkan pada tali atas, di atas croll

sejajar dengan wajah

6. Mulai memanjat dengan berdiri pada footloop dan tarik tali di bawah

croll

7. Setelah 1 – 2 langkah naik, cowstail pendek akan mengendur, dan

lepas cowstail pendek

8. Periksa anchor rebelay apakah benar posisinya, lanjutkan memanjat

Keluar dari pitch langkah-langkah sama dengan melewati rebelay

Page 54: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

54

Melewati Simpul 1. Bawa upper ascender sekitar 2 – 3

cm di bawah simpul, naikkan croll

setinggi mungkin.Pasang cowstail

pendek pada simpul.

2. Pindahkan upper ascender dari tali

dan tempatkan di atas simpul, cukup

tinggi untuk memberikan tempat pada

Croll

3. Dengan berpijak pada footloop dan

pindahkan croll ke tali di atas simpul

4. Lepas cowstail pendek

5. Lanjutkan naik.

Page 55: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

55

Rigging

Teknik pemasangan lintasan baik vertical maupun horizontal yang

digunakan untuk melewati medan.gua. Hal yang perlu diperhatikan dalam

rigging :

- Aman

- Tidak merusak peralatan

- Dapat dilewati oleh anggota tim

- Siap digunakan untuk rescue

Persiapan Memilih panjang tali

Jika terdapat dokumentasi suatu survey system perguaan, dan kita

bermaksud untuk melaksanakan survey di kawasan tersebut, kita bisa melihat

informasi rigging yang tepat.

Namun hal ini tidak berlaku apabila kita bermaksud ntuk melaksanakan

survey di daerah yang baru atau untuk melanjutkan eksplorasi. Dalam hal ini

kita membutuhkan beberapa pengetahuan mengenai kawasan karst yang akan

kita survey, dan terutama informasi morfologi kawasan tersebut. Ini akan

membantu kita untuk menentukan jumlah tali yang harus dibawa. Jumlah juga

bergantung pada jumlah tim serta durasi eksplorasi yang direncanakan. Ukuran

tali tergantung pada kemampuan teknik tim serta frekuensi penggunaannya.

Pengecekan awal Kondisi semua tali harus dicek lagi sebelum atau ketuka dimasukkan ke dalam

tas. Selama pemeriksaan ini, setiap tali harus dilepas ikatannya serta dicek

secara visual dan manual terhadap kemungkinan rusaknya mantel tali,

perbedaan diameter atau kekakuan yang mengindikasikan adanya kerusakan

pada inti tali

Memberi simpul ujung (end knot)

Page 56: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

56

Simpul bisa berupa sebuah simpul delapan, tidak terlalu ketat, ditempatkan

kira-kira 1 meter dari ujung tali. Ynag mana simpul ini bisa disambung dengan

tali yang lain ketika tali pertama sudah habis sebelum dasar pitch tercapai.

Pastikan semua tali yang akan dugunakan sudah tersimpul pada ujungnya.

Packing tali Pertama sekali adalah menempatkan simpul stopper pada ujung tali.

Dan biarkan simpul tergantung di luar tackle bag, kemudian masukkan sisa tali

ke dalam. Masukkan tali sejangkauan tangan dan tidak membuat gulungan

pada taliyang mana tali akan terpeluntir dan menyebabkan tali sukar diuraikan

ketika kelur dari tas.

Tambatan Alami (Natural Anchors) Cek setiap kali menggunakan natural anchors dengan menggunakan

hammer, harus tidak terdengar kosong ketika

dipukul. Juga ratakan permukaan yang terlihat tajam.

Perhatikan arah lintasan, jangan biarkan

sling lepas dengan sendirinya ketika arah lintasan

berubah gunakan simpul jangkar yang semakin

Page 57: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

57

membelit ketika dibebani, meskipun ini akan mengurangi kekuatan sling

sebesar 20%.

Pohon Ketika kita menemukan posisi yang baik, pohon merupakan anchor yang bagus

untuk turun di entrance. Selama mereka hidup, tua, dan memiliki perakaran

yang bagus di tanah, mereka umunya kuat. Sebuah pohon yang kuat bisa

digunakan sebagai anchor dobel.

Tonjolan batuan Tonjolan biasanya kuat namun mereka biasanya

memiliki sudut tajam; yang mana harus diratakan

Page 58: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

58

dengan hammersebelum di rigging, namun jangan meratakan keseluruhan

dinding gua !!!Kurangi saja kemungkinan merusak tali. Jika menggunakan

anchor ini, gunakan sling untuk melindungi tali utama dari gesekan.

Eyeholes dan Jughandles Frekuensi dan kekuatan eyehole

sebagian besar tergantung pada

sifat alami batuan. Kita biasanya

dapat menjumpai di lintasan sungai

karena mereka merupakan hasil

dari proses korosi aktif batuan. Jika

mereka cukup kuat, sangatlah

praktis untuk menggunakan

mereka. Dibutuhkan sling webbing

atau tali

Batuan dan Chockstones Selalu periksa kondisi batuan, jika terdapat di Lumpur atau

serpihan batu, yang tidak bisa menahan tarikan yang akan

diberikan.

Chockstone yang tertjepit diantara dua dinding akan stabil,

Pasang dengan sling.

Page 59: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

59

Pemasangan Back Up Anchors

Slack atau panjang tali yang masih bisa diterima, namun

akan terasa hentakan yang tidak nyaman jika anchor primer

jebol

Jka unchor utama gagal, tegangan tali antara P dan s

menerima beban tanpa hentakan, memastikan kenyamanan

dan aman

Rigging jenis ini mengantarkan baik tali

maupun caver pada fall factor 2. Tidak

bisa diterima

Terdapat slack yang tidak perlu antara P

dan S, meningkatkan jarak jatuh dan

beban hentakan, meski fall factor masih di

bawah 1 dan tidak mencapai tingkat

bahaya. Kerugian yang lain bentuk seperti

ini boros tali

Dalam konfigurasi “false factor 2” ini, menempatkan simpul pada anchor primer

yang sejajar dengan anchor sekunder akan mengurangi potensi jatuh pada

nilai yang rendah

Page 60: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

60

Pada konfigurasi ini, gagalnya anchor P akan mencegah back up uang aman,

atau jika gagalnya terjadi pada saat caver mendekati anchor, dia akan

terpelanting dengan keras ke dinding

Y – Belay Pengaturan ini akan membagi beban antara 2 poin

anchor. Y-Belay terutama digunakan dalam :

1. Di meander (anchor pada dinding sebelah),

dimana ini akan mencegah abrasi pada tali

2. Jika dinding tidak memiliki overhang. Hanya

Y- Belay atau deviasi yang menyediakan

sebuah free hang

3. Rigging ini membagi beban diantara kedua

anchor, mencegah beban hentakan jika salah

satu anchor gagal.

Simpul yang digunakan ada beberapa macam,

namun yang biasa digunakan adalah double

Page 61: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

61

bowline on a bight dan double figure of eight on a bight

Semakin besar sudut yang dibentuk antara dua anchor Y – Belay akan

meningkatkan beban pada setiap anchor. Sudut ini tidak bisa lebih dari 120o

karena simpul menjadi ketat dan tali dari semula elastis, akan bertambah

panjang

Jika salah satu anchor dalam Y-Belay gagal, tidak terjadi hentakan atau

pendulum jika anchor kedua sudah tegang. Semakin keci;sudut yang dibentuk,

semakin sedikit panjang tali yang memisahkannya, maka akan semakin kecil

pula kemungkinan pendulum

Rebelay

Meskipun kita sudah benar

memasang lintasan di pitch atas dan

tali bebas, namun ada kemungkinan

akan menyentuh batuan di bawah.

Dalam hal ini perlu untuk menginstal

rebelay.

Page 62: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

62

Deviasi Seperti rebelay, deviasi juga menjaga tali dari

titik gesekan. Perbedaannya adalah deviasi tidak

dianchor dengan loop. Tali hanya dipasang karabiner dan

sling yang dikaitkan pada dindin

titik gesek,membalikakn arah tali menj

Mengarahkan

li secara umum

g berlawanan dengan

auhi batuan. Sudut

nchor utam

aruslah kuat dan dianggap sama dengan anchor utama dan harus didouble.

yang dibentuk biasanya rendah. Sling yang dipake kecil

dan tidak sekuat pada anchor rebelay

ta

sebesar 15o, menyebabkan gaya yang

bekerja pada sling seb

caver. Nilai akan mem

kali untuk sudut 30

esar ¼ dari beban

besar sebanyak ½

sudut yang

pada

a. Pada hal ini anchor poin

o. Jika

dibentuk sangat besar dan mencapai 60o,

sling dianggap sama dengan beban

a

h

Page 63: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

63

Dasar Pemetaan Gua

I. Pendahuluan

mbaran proyeksi 2 (dua) dimensi dengan skala lebih

- Suatu gambaran proyeksi dengan skala lebih kecil dari medan

.

ng terkait dalam speleologi.

lasi system perguaan dengan gua-

ngembangan gua sebagai objek wisata

Sebagai data / rekaman keadaan gua pada saat itu (biasanya

II. Peral1.

Definisi Peta

- Suatu ga

kecil dari suatu bidang 3 dimensi yang mempunyai batas-batas

tertentu

sebenarnya

Manfaat Peta Gua

- Merupakan bukti otentik bagi penelusuran gua, sebagai team /

penelusur pertama yang menelusuri gua tersebut.

- Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeleologi,

Hidrologi, ataupun ilmu ya

- Untuk mencari korelasi kore

gua di sekitarnya.

- Kepentingan Hankamnas

- Pariswisata untuk memudahkan dalam menentukan

prencanaan dalam pe

-

disertai dengan foto)

atan Yang Digunakan Kompas

Page 64: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

64

Mengetahui atau mengukur derajat perbedaan antar lorong

terhadap arah sumbu utara magnetis

Pita ukur 2.

dan atasnya,pita ukur yang digunakan adalah

idapat sampai satuan sentimeter

ngan

4.

an pita ukur.

embar Kerja (worksheet)

bil selama survey.

Diusahakan yang terbuat dari bahan tahan air

D

III. sesuai derajat ketilitian

saat survey dilaksanakan. Oleh British Cave Research Association

njadi 6 (enam) tingkatan ditambah satu tingkatan

khusu

1.

ket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di luar

2. Grade 2

Untuk grade 5

yang terbuat dari bahan fiber, panjang maksimum 30 meter,

ketelitian yang d

3. Klinometer

Mengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar de

satuan derajat

Topofil

Pada prinsipnya mempunyai fungsi sama deng

5. Catatan L

Dipergunakan untuk mencatat data yang diam

6. ATK

igunakan untuk mencatat data hasil survey

Standard Grade (Tingkatan) Dan Klassifikasi Peta Gua Peta gua yang dibuat memiliki tingkatan

(BCRA)dibagi me

s. Adapun pembagian tingkatan tersebut :

Grade 1

Gambar / s

gua dengan dasar ingatan dari si pembuat peta terhadap lorong-

lorong yang digambar.

Page 65: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

65

Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di

3.

bantuan kompas, tali

kur yang ditandai tiap meternya, memiliki ketelirtian pengukuran

m per 5 meter, dilakukan jika waktu sangat terbatas,

4. Grade 4

telah menggunakan kompas, klinometer serta

5.

engukuran dengan kompas prismatic, klinometer, pita ukur

engan toleransi kesalahan pengukuran jarak adalah

sdalam gua tanpa alat ukur apapun, hanya atas dasar perkiraan.

Grade 3

Sket yang digambar di dalam gua dengan

u

satuan 25 c

penggunaan klinometer sangat dianjurkan

Pengukuran

meteran dari bahan kain.

Grade 5

P

fiberglass, d

< 10 cm dan + 1o

Grade 6 6.

ada dasarnya sama dengan grade 5, tetapi kompas dan

a diletakkan pada tripod sehingga tida/ akan

7. Grade X

P

klinometerny

bergerak sewaktu akan dilakukan pengukuran.

Menggunakan peralatan teodolit serta pita ukur metalik

Page 66: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

66

Selain membuat tingkat ketelitian (grade) peta gua, BCRA juga

embu

Cla

Detai antar station survey

IV. Survei Dan1. Metod

Ada d

a.

data pada station

ertama, sedang target pada station kedua. Setelah

pembacaan selesai pembaca dan pencatat data berpindah

ke station kedua, target pindah ke station ketiga. Dan

seterusnya sampai station terakhir.

m at klassifikasi perincian survey yaitu

Class A

Semua detail dibuat di luar gua atas dasar ingatan

ss C

Class B

Detail lorong diestimasi dan dicatat di dalam gua

Detail diukur pada tiap station survey

Class D

l diukur pada station survey dan

Pengambilan Data e dan Arah survey

ua metode survey, yaitu:

Forward Method

Dimana pembaca alat dan pencatat

p

Page 67: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

67

b.

caan selesai, target

pindah ke station ketiga, dilakukan pembacaan. Setelah

selesai pembaca dan pencatat pindah ke station keempat.

Setelah selesai target1pindah ke station kelima,

pembacaan dilakukan dan seterusnya

ipergunakan untuk menentukan

ahan ekstrim bentuk lorong

. Batas pengukuran (30 m)

Leapfrog Method

Pembaca alat dan pencatat data pada station kedua, target

pada station pertama. Setelah pemba

) yaitu :

-

a (entrance) sampai ujung lorong

dasar gua atau sampai terakhir.

Arah survey ada 2 (dua

Top to Bottom

Pengukuran dimulai di mulut gu

/

- Bottom to Top

Pengukurran dari ujung lorong / dasar gua sampai entrance jadi

kebalikan dari system pertama

2. Penentuan Station

Dasar pertimbangan yang dapat d

suatu station survey yaitu:

a. Pertimbangan arah

b. Perub

c

Page 68: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

68

d. Perubahan elevasi lorong )pitch, climb)

3. Organisasi Team Survey

t

- Orang Kesatu aca alat (membawa

- Orang Kedua

- Orang Ketiga

- Orang Keempat

vaasi (kemiringan lantai)

- Orang Kelima : ebagai leader, penentu titik

station maupun sebagai pemasang

lintasan pada pengukuran gua

vertikal

4. Data Yang direkam

Worksheet Survey

rhitungan hasil survey

e. Temuan penting (biota, ornament khusus, litoogi khusus,

dsb.)

Idealnya dalam sa u team survey pemetaan gua terdiri dari 5 (lima)

orang dengan pembagiann tugas sebagai berikut :

: Sebagai pemb

klinometer, kompas, dan meteran)

: Sebagai pencatat data pengukuran

: Sebagai descriptor / menggambar

bentuk lorong

: Sebagai target pengukuran,

membawa ujung meteran. Tinggi

badan 0rang pertama dan orang

keempat ini diusahakan sama,

dengan tujuan untuk mengurangi

kesalahan dalam pengukuran

sudut ele

S

Pe

Page 69: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

69

Legenda Peta

eomorfologi

ent) tanpa uraian

peleothem rusak

talaktite

talagmite

olumn / Pilar

Gordyn

G Speleothem (ornam S S S C

Page 70: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

70

Helectute Moon Milk Gourdam Calcite floor Scalop Pothole Alur Plafon Dan masih banyak lagi !!!

Page 71: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

71

Lumpur Pasir Kerikil bulat Chip (tajam) Boulder/Runtuhan Bangunan

Page 72: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

72

Page 73: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

73

Page 74: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

74

Page 75: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

75

Biospeleologi

• Bios = hidup; kehidupan • Speleo = gua • Logos = ilmu

Biospeleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan beserta kondisi lingkungan hidup organisme di dalam gua Gua dibagi menjadi 4 zona gua :

1. Zona terang, termasuk dalam bagian ceruk 2. Zona senja, zona peralihan antara bagian terang dan bagian gelap gua 3. Zona gelap, dengan fluktuasi suhu. Masih dipengaruhi iklim luar gua 4. Zona gelap, tanpa fluktuasi suhu. Tidak dipengaruhi iklim luar gua.

Aspek yang dipelajari :

1. Organisme 2. Hub. Organisme dg lingkungan 3. Material organik sbg makanan dasar. 4. Parameter lingkungan.

Biota Gua

• Trogloxene (Troglo = gua; xenos = tamu) • Troglophile (Troglo = gua; phileos = cinta) • Troglobion (Troglo = gua; bios = hidup)

FAUNA AVERTEBRATA GUA Yayuk R. Sudihardjono

Gua merupakan salah satu bentuk ekosistem yang unik dan khas, yang

tidak dapat dijumpai pada bentuk ekosistem lainnya. Keunikan gua tidak hanya

pada apa yang terkandung di dalamnya, tetapi juga bentuk morfologinya yang

juga dapat mengundang decak kagum pengunjungnya. Karena keunikannya

tersebut, banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya dari berbagai aspek,

baik geologi, arkeologi, morfologi maupun biota penghuninya.

Page 76: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

76

Di Indonesia penelitian hewan tanah masih dirasa sangat kurang

apalagi biota gua. Keberadaan fauna tanah/gua mempunyai arti penting dalam

rantai ekosistem, yang antara lain membantu perombakan bahan organik dalam

membantu pembentukan tanah. Terbatasnya peminat penelitian akan fauna

tanah/gua menjadi kendala dalam pengembangan pengetahuannya. Oleh

karena itu, tidak heran apabila pengetahuan fauna tanah maupun gua di

Indonesia masih sangat terbatas. Dengan terbatasnya pengetahuan yang ada,

menjadi salah satu sebab misteri yang menyangkut dayaguna fauna tanah/gua

belum tersingkap. Hal ini menjadi tantangan untuk menggali pengetahuan fauna

tanah maupun gua. Dengan demikian keberadaannya dapat didayagunakan

sebagaimana mestinya bagi tanpa mengurangi kelestarian eksistensinya.

EKOLOGI GUA

Kekhasan atau keunikan ekisistem di dalam gua disebabkan oleh

beberapa faktor yang terkomposisi. Faktor yang dimaksudkan antara lain

berupa suhu, pencahayaan, kelembaban, keadaan lantai dasar dan dinding,

vegetasi penutup di atasnya, dan kandungan oksigen. Karena kekhasannya

tersebut, maka di dalam gua hanya hidup jenis-jenis flora dan fauna yang

mampu beradaptasi dengan kondisi setempat.

Faktor utama yang berpengaruh langsung terhadap fauna gua adalah

iklim, sedang faktor tidak langsungnya adalah proses karstifikasi dan

pembentukan hutan di atasnya. Vegetasi biasanya lebih banyak dan

beranekaragam pada dataran tinggi (>3.700m), misalnya di hutan tropika,

pegunungan, dan hutan lumut. Pada umumnya, lantai jenis hutan-hutan

tersebut kaya akan bahan organik. Bahan-bahan organik ini akan terombak,

dan mengalami mineralisasi, membentuk tanah. Sebagian serasah dan humus

Page 77: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

77

terbawa ke dataran lebih rendah melalui aliran air (banjir, arus, dlsb.), dan

sebagian lagi meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Beberapa organisme permukaan tanah, dengan cara yang sama yaitu

hanyut, terbawa meresap-meresap ke dalam tanah. Mikroklimat yang

ditemukan di dalam tanah besar, kemungkinan besar mirip dengan mikroklimat

tempat asal (permukaan tanah/lantai hutan). Dengan menemukan mikroklimat

yang sama dan terpenuhinya kebutuhan pakan. maka organisme permukaan

tanah yang masuk ke dalam tanah akan mampu mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan akhirnya berkembang menjadi organisme tanah

Dengan cara yang sama, organisme tanah dapat mencapai gua.

Mikroklimat dan tersedianva pakan yang cukup menjadikan alasan kuat bagi

organisme tanah untuk bertahan di dalam gua. Oleh karena itu, beberapa jenis

fauna tanah juga dapat dijumpai di dalam gua. bahkan sampai di dekat daerah

akumulasi guano pun dapat ditemukan organisme tanah. Organisme tanah

yang mampu menyesuaikan diri dengan mikroklimat, dan cukup mendapatkan

pakan di dalam gua. akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya

dan ahirnya menjadi fauna gua. Beranekaragam jenis binatang dapat

ditemukan di dalam gua Beberapa jenis antropoda dapat ditemui di dalam gua,

antara lain Collembola. Coleoptera (Staphylinidae, Pselapidae, Caraboidea),

Lepidoptera, Diplopoda, Isopoda, Labah-labah, dlsb. Kelompok yang

disebutkan merupakan fauna terestrial di dalam gua, yang pada umumnya

masih mempunyai ciri bukan organisme gua, seperti masih adanya mata dan

pigmen. Sebaliknya, beberapa di antaranya menyesuaikan diri dengan

mengalami modifikasi organ-organ tertentu. Dari 27 jenis Collembola yang

diperoleh dari gua dari Simbu, Lae, Telefomin, Irlandia 10 Jenis di antaranya

masih menunjukkan bentuk morfologi fauna serasah atau lantai hutan

(Deharveng 1981). Bournes (1980, dalam Deharveng 1981) meneliti dengan

cermat asal muasal fauna gua. Diperoleh catatan adanya laba-laba, Diptera,

Page 78: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

78

Lepidoptera, Isopoda, dan Myriapoda. Binatang akuatik yang dapat ditemukan

di gua misalnya udang, kepiting, Coleoptera (Disticidae), larva Diptera, dan

Heteroptera.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kelelawar di

dalam gua dalam jumlah banyak. Kelelawar ini menghasilkan timbunan kotoran

(guano) yang tidak sedikit. Guano dapat menjadi sumber pakan bagi beberapa

kelompok artropoda. Timbunan guano yang cukup tebal, adanya beberapa

artropoda yang memanfaatkan guano atau jamur yang tumbuh di atasnya

sebagai sumber pakannya, menyebabkan terbentuknya ekosistem guano yang

dihuni oleh janis-jenis fauna guano.

TROGLOBION DAN TROGLOMORF

Troglobion adalah hewan yang seluruh hidupnya ada di dalam gua.

Pada umumnya kelompok troglobion ini memiliki morfologi khas. Pada daerah

dataran rendah tidak ditemukan bentuk troglomorf yang khas (Deharveng

1981), beberapa masih dilengkapi dengan mata dan pigmen. Berbeda dengan

yang ditemukan di dataran tinggi tampak adanya bentuk-bentuk troglomorfi

yang khas. Bentuk troglomorfi itu antara lain tidak bermata, tubuh pipih, dan

tidak berpigmen, misalnya terlihat pada jenis-jenis yang tercatat dari gua Simbu

dan Telfomin. Contoh jenis yang dilaporkan dari gua dengan ketinggian 1500m

yaitu Isopoda (Styloniscidae dan Philosciidae), Coleoptera, Collembola

(Neanuridae). Troglobion akuatik misalnya cacing pipih, Polychaeta, lintah,

Gastropoda, Crustacea, Cbleoptera (Dysticidae). Namun demikian terdapat

variasi cukup tinggi dari kelompok troglobion ini. Variasi terjadi karena adanya

evolusi adaptasi (Deharveng 1981). Fauna gua memiliki keanekaragaman

cukup tinggi. Tercatat ada 10 kelas hewan Invertebrata yang dapat ditemukan

di dalam gua (Daftar 1). Namun, masing-masing gua menunjukkan komposisi

Page 79: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

79

jenis penghuninya yang berbeda untuk gua satu dengan lainnya (Daftar 2).

Perbedaan komposisi jenis penghuni gua ini disebabkan oleh faktor mikroklimat

masing-masing gua.

Daftar 1. Beberapa kelas invertebrata gua

A. Akuatik:

• Crustacea (13 jn)

B. Terestrial:

• Protozoa (4 jn)

• Annelida

• Oligochaeta

• Gastropoda

• Arachnida (33 jn)

• Crustacea (13jn)

• Diplopoda (2-4 jn)

• Chilopoda

• Symphyla

• Pauropoda

• Insecta

1. Thysanura

2. Diplura (7 jn)

3. Protura

4. Collembola (13 sk, 68 mg, 114 jn)

5. Blattodea (4 jn)

6. Isoptera

7. Orthopthera,

8. Psocopthera (7 mg, 10 jn)

Page 80: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

80

9. Homoptera

10. Heteroptera

11. Coleoptera (8 mg, 12 jn)

12. Lepidoptera ---guano

13. Hymoneptera

14. Diptera (2 jn)

*Daftar 2. Fauna invertebrata di beberapa gua di ASEAN (Deharveng & Lerlerc 1986)

Kelompok fauna\gua Batu Mulu Thai Bl

Thai Slt

Maros

Gastropoda + ? + ? * Arachnida

Amblypyga Schizomida Palpigradi Arane Opilion Pseudoscorpion Acarina,Trombii-dae

+ ? ? + ? - ?

+ ? ? + * ? ?

0 - - + - * +

+ - 0 + - - ?

+ - 0 + - - -

Isopoda, Gniscoidea Styliscidae Philosicidae Armadillidae

? ? +

? ? +

* + +

. - +

? + +

Dilopoda + + + + + Insecta collembola

-Troglopedetes -Sinella

? ?

? ?

+ +

+ +

? ?

Insecta, Pterygota -Blattodea -Orthoptera -Heteroptera -Leipidoptera -Diptera -psocoptera

+ + + + + *

+ + * + + 0

+ + * + + +

- + * + + ?

* + ? ? + ?

+ =melimpah banyak; * =ada tetapi tidak banyak; - = Jarang;

Page 81: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

81

? +Tidak dijumpai, Mungkin ada; 0 = mungkin tidak ada; Thai bl = Thailand Barat Laut; Thai Slt = Thailand Selatan

FAUNA GUANO

Banyak jenis fauna yang hidup pada lapisan guano. Hewan guano ini

hidup dari guanonya atau jamur yang tumbuh di atasnya. Fauna yang dikenal

hidup dari jamur yang tumbuh pada guano adalah Collembola, antara lain

marga Sinelle, Pseudosinel1a, dan Onychiurus. Lantai beberapa gua yang

dilapisi guano juga dapat ditemukan adanya Diplopoda (kaki seribu), tungau

(terutama suku Uropodidiae), kecoa/cecunguk yang biasanya berukuran besar,

larva Diptera dan Lepidoptera (Tinaeidae), Coleoptera (Silphidae, dan

Catopidae). Kelompok Coleoptera (Scarabaeidae), Diplura, Isopoda

(Oniscoidea) dikenal sebagai hewan koprofagus (pemakan kotoran binatang),

dan pemakan detritus serta jamur dari guano.

Di antara fauna yang hidup dari guano atau jamur yang tumbuh pada

lapisan guano, juga ditemukan kelompok pemangsa fauna guano. Kelompok ini

antara lain ialah Acarina (Mesostima) Schizomida, labah-labah besar, dan

Amblypyga (Ketonggeng), Chilopoda, beberapa Coleoptera (Carabidae,

Staphylinidae), dan beberapa Hemiptera (Reduviidae). Kelimpahan jenis fauna

gua sangat dipengaruhi oleh suhu udara di dalam gua. Biasanya suhu di dalam

gua guano berkisar 34,5° (di luar 32,0°). Suhu yang agak hangat ini disebabkan

oleh adanya fermentasi guano.

Page 82: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

82

COLLEMBOLA

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Collembola merupakan salah satu kelompok fauna tanah/gua yang

berukuran kecil. Panjang tubuhnya berkisar 0,25-8,00mm. Pada umumnya

warna tubuh mirip dengan warna tanah, hitam, coklat, abu-abu tua, tetapi ada

beberapa yang berwarna cerah keperakan, merah merona, atau kehijauan.

Dalam klasifikasi lama, Collembola masih dimasukkan ke dalam klas

Insecta. Tetapi sekarang, Collembola merupakan klas tersendiri di bawah

induk-klas Hexapoda. Dibandingkan dengan Insecta, Collembola mempunyai

persamaan karakter yaitu adanya kepala, teraks, dan abdomen; kaki 3 pasang;

dan sepasang antena. Perbedaannya adalah abdomen Collembola hanya 6

ruas, tidak mempunyai mata majemuk, dan tidak mempunyai sayap atau

modifikasinya.

Collembola mudah dijumpai di permukaan tanah, atau di dalam tanah

yang tertutup oleh serasah dan/atau humus tebal. Habitat yang disukai

Collembola adalah permukaan tanah yang berhumus tebal, lembab tidak

basah, dan tidak terkena cahaya matahari secara langsung atau tempat yang

terlindung.

Collembola merupakan salah satu kelompok fauna gua yang penting.

Kepentingannya terlihat dari populasi dan keanekaragamannya yang cukup

tinggi dibanding kelompok artropoda lainnya, serta peranannya. Oleh karena

itu, penelitian fauna gua selalu tidak akan lepas dengan pengamatan kekayaan

jenis Collembola-nya. Sebagai fauna gua, Collembola memiliki kekhasan

persebaran. Pada setiap gua dapat ditemukan komposisi jenis Cellembola yang

berbeda.

Page 83: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

83

Jenis-jenis Collembola dapat dibedakan menjadi kelompok yang

terbatas di gua dan yang bukan hanya di gua (Daftar 3). Pembagian tersebut

adalah sebagai berikut:

A. Jenis-jenis Collembbola gua.

1. Acherontiella. non-troglomorffi: guano dan tanah gua di Sulawesi

Selatan, Thailand, Eropa, dan Amerika.

2. Wil1emia, edafomorfi : guano di Sulawesi Selatan, Malaysia, dan

Thailand.

3. Troglopedetes, mempunyai variasi morfologi dari non-troglomorfi tinggi

: di Thailand.

4. Psoudoparanella : di Malaysia

5. Sinella (coecobrya) coececa. Tanpa pigmen : tanah gua, guano di Asia

Tenggara.

6. Sinella (Sinella) spp., troglomorfi : di Asia Tenggara

7. Pseudosinella troglomorfi: Gua Filipina, Sulawesi, dan Halmahera.

8. Oncopodura tricuspis, troglomorfi : Thailand Utara.

B. Jenis yang tidak terbatas di gua

1. Arrhopalites spp. di Thailand dan Sulawesi

2. Folsomides exiquus, Folsomia onychiurina, F. candida dan Isotomiella

sp. dapat dijumpai di beberapa gua di Asia Tenggara.

3. Beberapa jenis yang keberadaannya di gua karena sesuatu hal, seperti

terbawa arus air sungai, dan banjir.

Daftar 3. Collembola yang dikoleksi di gua-gua Sulawesi dan Halmahera

No Jenis Gua Macam Habitat

1 Willemia sp. M Tanah, Gua

Page 84: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

84

2 Branchystomella sp. M Tanah 3 Blasconura sp. M Tanah 4 Friesea sp. M Tanah 5 Lobella sp. M Tanah 6 Micranurida sp. M Tanah 7 Paleonura sp. M Tanah 8 Paranura sp. M Tanah 9 Pseudachorutella sp. M Tanah 10 Mesaphorura sp. M,W Tanah 11 Denisia sp. M Tanah 12 Folsomides exsiquus. M Tanah, Gua 13 Folsimides sp. M,W Tanah 14 Folsomina sp. W Tanah, Gua 15 Isotomiela sp. M,W Tanah, Gua 16 Harlomillea sp. A,W Tanah, Gua 17 Lepidocyrtus sp. W Tanah 18 Pseudosinella sp. M,W,A,H Gua 19 Sinella(caecobrya) sp. W Gua, Guano 20 Arripalites sp. M,T Tanah, Gua 21 megalothorak sp. M,W Tanah

M: Gua karst Maros ; W: Gua karst Mampu, Watampone

A : Gua karst magana Malawa ; T: Gua karst Londa, Toraja

H : Gua batu lubang, Halmahera;

Dikutip dari Deharvberg 1987 b.

Page 85: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

85

Peran dan Peranannya

Perombak bahan organik dan pembantu pembentukan tanah

Dalam hidupnya Collembola memerlukan jamur, ganggang hijau, hifa,

bagian bahan organik, dan jasad renik lainnya sebagai pakannya. Jasad renik

tersebut diperoleh dari bahan organik yang akan dan sedang mengalami

perombakan. Collembola membantu perombakan bahan organik secara fisik

dan kimia. Secara fisik karena Collembola memecah bahan organik menjadi

fraksi-fraksi yang lebih kecil, sedangkan secara kimia melalui pencernaannya.

Bahan organik yang menjadi pakan Collembola bukan hanya yang berasal dari

tumbuhan, tetapi juga yang berupa bangkai artropoda lainnya. Jamur yang

dimakan tidak semuanya tercerna, bagian yang tidak tercerna ini tersebar ke

lain tempat. Dengan cara ini, Collembola membantu menyebarluaskan jamur.

Aktifitasnya dalam mencerna bahan organik dan menyebarkan jamur perombak

dapat diartikan sebagai bantuan Collembola dalam pembentukan tanah.

Indikator, tinqkat kesuburan tanah

Untuk menjamin kehidupannya Collembola memerlukan air,

kelembaban, kandungan bahan kimia, sumber bahan organik, ph, dan juga

tekstur tanah atau butiran-butiran tanah. Oleh karena itu, dapat diharapkan

bahwa pada suatu keadaan tanah tertentu akan dapat dijumpai jenis-jenis

Collembola tertentu pula. Pada kondisi tanah yang berbeda, akan dijumpai

populasi dan komposisi jenis Collembola yang berbeda. Perbedaan ini

disebabkan karena beberapa jenis Collembola tertentu peka terhadap unsur

kimia tertentu, kelembaban, pH, tekstur tanah dan/atau faktor lainnya.

Sebaliknya, ada jenis-jenis tertentu pula yang tidak peka terhadap faktor-faktor

fisik tersebut. Kelompok yang tidak peka ini tidak dapat dijadikan indikator.

Page 86: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

86

Potensi Collembola sebagai indikator- tingkat kesuburan tanah sudah cukup

lama diketahui, namun pemanfaatannya secara praktis belum ada.

Dalam memonitor populasi Collembola untuk mengetahui keadaan

tanah perlu pula diamati populasi musuh alaminya, antara lain tungau. Dalam

situasi alami normal (tanpa gangguan), populasi Collembola dan pengendalinya

selalu dalam keadaan berimbang.

Indikator tingkat pencemaran tanah

Collembola termasuk makhluk yang peka terhadap perubuhan fisik

maupun biotik tanah. Bahan pencemar yang masuk merembes ke dalam tanah

juga berpengaruh terhadap populasi Collembola. Yang dimaksudkan dengan

bahan pencemar antara lain bahan limbah kimia dan pestisida,.

Statusnya di Indonesia

Setiap Jenis racun serangga mempunyai pengaruh yang berbeda

terhadap Collembola. Simazine dapat membunuh Collembola dan tungau,

tetapi tidak untuk cacing. Methanal dapat mematikan semua serangga tanah

kecuali yang hidup pada kedalaman tanah >15cm. Aldrin, Oialdrin, dan

Heptakhlor dapat menurunkan populasi tungau tetapi meningkatkan populasi

Collembola.

Perubahan populasi Collembola yang mencolok dijadikan indikator

terjadinya pencemaran tanah. pencemaran dapat dipantau dengan memantau

populasi collembola secara teratur.

Indikator pengolahan tanah yang baik

Pengolahan lahan dengan cara pembakaran sangat merugikan

lingkungan tanah itu sendiri. Pada kenyataannya, setelah pembakaran meso-

fauna tanah tinggal 45%, sedangkan Collembola dan Lumbricidae tinggal 6%.

Collembola dan fauna tanah lainnya merupakan makhluk-makhluk

Page 87: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

87

pembentuk tanah yang kehadirannya diperlukan oleh siapa saja. Dengan

demikian dampak pembakaran lahan akan semakin dirasa merugikan semua

pihak, oleh karena itu harus dihentikan. Sebab dengan berkurangnya populasi

Collembola dan fauna tanah lainnya berarti pula proses perombakan bahan

organik dan pembentukan tanah terhambat.

Peranannya di dalam gua

Peranan Collembola gua tidak berbeda dengan rekannya yang berada

di luar gua. Di dalam gua kehadiran Collembola diharapkan dapat

mempercepat proses perombakan bahan organik yang menimbun di lantai. Hal

ini dapat jelas diamati pada gua yang memiliki lapisan guano yang cukup tebal.

Collembola dapat dikumpulkan dari lapisan guano yang sudah tidak segar,atau

yang sudah mulai/mengalami perombakan. Dalam kegiatannya sebagai

perombak guano, tentu saja proses perombakannya dilakukan bersama dengan

jenis-jenis fauna lainnya. Collembola dikenal sebagai pemakan jamur. Jamur

yang dimakannya tidak seluruhnya dapat dicerna, sebagian masih

diekskresikan kembali dalam bentuk jamur. Dalam hal sebagian pemakan jamur

ini, peran Collembola cukup besar yaitu sebagai pemencar dan penyubur

pertumbuhan jamur dalam lapisan guano. Adanya jamur mempercepat proses

perombakan guano. Dengan tidak secara langsung Collembola membantu

proses perombakan guano.

Di samping membantu perombakan bahan organik gua, besar

kemungkinan kehadiran Collembola dalam gua Juga dapat menjadi indikator

tingkat pencemaran. Tidak tertutup kemungkinan meskipun gua berada di

dalam tanah, bahan pencemar dapat meresap hingga mencapai lantai gua, dan

mencemari kehidupan yang ada di dalamnya. Ukuran populasi dan komposisi

jenis Collembola dapat menjadi petunjuk yang sangat berharga bagi

ada/tidaknya pencemaran pada lantai hutan.

Page 88: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

88

PPPK Praktis / Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Penggunaan ketrampilan sesuai prinsip pengobatan cedera atau penyakit akut dengan

menggunakan sarana atau materi yang tersedia pada saat itu.

Tujuan :

1. Penyelamatan hidup korban

2. Mencegah kondisi memburuk atau cacat

3. Menunjang penyembuhan

Tanggung jawab selaku pelaku P3K dalam melakukan pertolongan :

1. Nilai situsai. Dapatkah anda menolong? Amankah bagi anda? Amankah bagi

korban ? jika tidak jangan lakukan. Jangan menambah korban lagi karena

tenaga anda masih dibutuhkan untuk menolong korban-korban lainnya.

2. Mengenal kondisi terancam bahaya dan prioritas pertolongan. Harus dapat

menganalisa koondisi yang mengancam nyawa korban dan tepat dalam

melakukan prioritas pertolongan sesuai dengan tingkat/beratnya cidera korban.

3. Melakukan pertolongan sesuai dengan teori P3K yang diketahui dan jangan

coba-coba melakukan pertolongan yang kemudian hari tidak dapt

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

4. Mengatur dan merencanakan transportasi kefasilitas kesehatan yang terdekat

dan memadai.

Langkah-langkah dalam situasi darurat :

1. Keselamatan Amankah untuk anda? Korban? Sekitarnya?

2. RESPON pengamatan awal sadar atau tidak sadarnya korban.

3. AIRWAY pembukaan jalan pernafasan dan tindakan posisi stabil merupakan

langkah penting dalam resusitasi (PPGD). Keadaan hipoksia menyebabkan

Page 89: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

89

cidera dan kematian otak dalam 3 menit. Usahakan tidak ada benda/zat asing

yang menutup/mengganggu saluran pernafasan.

4. BREATHING. Setelah jalan nafas terbuka maka penting agar dapat bernafas

secara normal. Lakukan ventilasi dengan ambubag atau dengan resutisasi dari

mulut ke mulut.

5. CIRCULATION. Bila penderita mengalami henti jantung CPR (cardiopulmo

resuscitation) harus segera dilakukan. Denyut nadi dan tekanan darah harus

normal (60-80/menit untuk dewasa 100 untuk anak 140 untuk bayi).

Tiga situasi yang menjadi prioritas:

1. Henti nafas atau henti jantung

2. Pendarahan besar

3. Ketidaksadaran

Page 90: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

90

Daftar Pustaka

Bogli A. (1980) Karst Hydrology and Physical Speleology. Springer Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. Pages 85, 86, 87, 88, 90. Deharveng, L.1981. The Fauna of Caves. Spelonca suppl. (3):38-39.

Deharveng, L & P. Lerlerc, 1985. 20. considerations sur le peuplement des milieux

terestres. Expedition thai- Maros 85 – Raport speleologique. Edit. Assoc.

Pyreneenne de speleologie, Toulouse : 174-177.

Deharveng, L 1987a. Cave Colembolla of South-East Asia. The Korean Journal Of

Systematic Zoology 3(2) : 165-174.

Deharveng, L 19787b. 13-Colembolles cavernicoles et edaphiques de Sulawesi

et des moluqes. In expedition Thai-Maros (86) :133-142. ed. Aps.

Touluse.

Marbach, George, 2001, Alpine Caving Technique

Merchant, Dave. 2007. Life On A Line :The Underground Rope Rescue Manual. 2nd

Edition.

Hill. Carol Cave Minerals National Speleological Society 1976

NSS, Caving Basic

NSS, Caving Rescue

Matalabiogama, 1987. Studi habitat kelelawar Gua dan inventarisasi biota

gombong selatan. Laporan Fak biologi UGM. 27 hal

Petzl. 2006. catalog petzl 2006

Petzl. 2006. Work Solutions 2006.

R.K.T. Ko, Kumpulan Makalah Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia 1983 –2003 Richard, Dave. 2004 Knot Break Strength vs Rope Break Strength. Journal Smith D, et al. (1976) The Science of Speleology. Academic Press. London pages 179 till 184.

Page 91: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

91

Sampurno-Geologi 1999 dalam Pariwisata-Kumpulan Makalah Lokakarya Geowisata sebagai materi kelompok halaman 26 – 27 Suhardjono, Y.R. 1988. Fauna gua Petruk. Laporan perjalanan.

Swart, Peter. 2001. “Caving” The essential guide to equipment and techniques. New

Holland Publisher

Online Source : http://rschp2.anu.edu.au:8080/aboutme.html www.beal-planet.com www.cro.org.uk www.petzl.com www.ses.nsw.gov.au

Page 92: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

92

Daftar Istilah 1. akifer : merupakan formasi batuan yang dapat

menyimpan atau meluluskan air dalam jumlah yang cukup banyak melalui celah-celahnya

2. allogenic water : air yang berasal dari luar daerah karst 3. authigenic water : merupakan air hujan atau air imbuhan yang jatuh

dipermukaan kawasan karst. 4. ascending : Teknik naik dalam prosedur SRT (single rope

tecnique) 5. bare karst : karst terbuka, kawasan karst yang tidak punya

lapisan penutup 6. base flow : aliran dasar, berasal dari aliran tegak dan panjang

untuk mencapai alur drainase utama. 7. batu gamping : batuan yang minimal mengandung 80% mineral

karbonat yang berupa kalsium karbonat atau magnesium karbonat.

8. bedding joint : patahan vertikal diantara lapisan sedimentasi batu gamping.

9. bedding plane : patahan horizontal diantara lapisan sedimentasi batu gamping.

10. bell hole : dome kecil pada plafon gua yang berbentuk lonceng.

11. boulder : bongkahan batu gamping yang terdapat di dalam gua.

12. calsidophilic/calcicol : vegetasi yang menyukai batu gamping. 13. canopy : bentukan endokarsik, aliran vadose yang mengalir

di atas bongkahan batu membentuk tudung serupa payung.

14. chamber : ruangan besar dalam gua. 15. chocked air : hambatan oleh udara di dalam lorong, sehingga

aliran air mengalami penundaan. Terutama disebabkan tertutupnya lorong secara sempurna oleh air.

16. climb up : teknik memanjat dalam penelusuran (atas) 17. coloumn : stalaktit dan stalakmit yang menyatu membentuk

pilar. 18. conical hills : bukit-bukit di daerah kapur yang menyerupai

kerucut. 19. contact spring : sumber air yang merupakan kumpulan air dari

sistem percelahan.

Page 93: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

93

20. covered karst : karst tertutup, kawasan karst yang bagian permukaannya tertutup oleh sedimentasi yang tidak ada hubungannya dengan masa batu gamping itu sendiri (alluvium, sandstone, fluvoglacial).

21. danau karst : tampungan air di kawasan karst, letaknya biasanya pada cekungan tertentu karena dasarnya kedap air akibat akumulasi dari lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air.

22. descending : Tehnik menuruni lintasan dalm teknik SRT (single rope technique)

23. diffuse flow : aliran air yang menghilang karena memasuki sistem percelahan.

24. direct flow : aliran langsung, masuknya air ke dalam tanah melalui sistem rucutan terbuka atau tertutup (ponora, luweng, dan sebagainya).

25. doline : cekungan-cekungan di daerah karst yang berkelompok maupun tunggal, depresi dari cone / bukit.

26. dolomit : sifat jenis batuan karst (dolomit), yang serupa mineral kalsit yang secara petrografis dapat dipisah atau dibedakan dari indeks refraksinya.

27. down stream : penelusuran gua dengan mengikuti arah air mengalir.

28. drainase : pola atau sistem aliran-aliran 29. drapery : bentukan serupa gordyn tipis yang ujungnya

bergerigi, serupa gergaji. 30. evaporasi : penguapan baik oleh tanaman diatas daerah kars

maupun langsung. 31. evaportranspirasi : oleh Schulz (1976) didefinisikan sebagai

penguapan dari daerah atau aliran sungai akibat pertumbuhan tanaman di dalamnya.

32. exsurgence : sungai yang muncul dari air kondensasi dan perkolasi intern kawasan kars, baik sebagian maupun seluruhnya.

33. fast and turbulent : aliran air dengan kecepatan tinggi dan bersifat direct flow turbulensi, karena adanya kemiringan hidraulik

yang mengeliminir penundaan. 34. flood over flow spring : sumber air sewaktu banjir. 35. flowstone : deposit endokarsik hasil dari, endapan aliran

kalsit melalui celah horisontal yang dijumpai pada dinding/teras/lantai dua.

Page 94: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

94

36. fracture spring : sumber air pada patahan batuan 37. gourdyn : deposit endokarsit hasil dari, endapan aliran

kalsit, membentuk tirai/layar, terletak pada dinding atau plafon gua.

38. gravel : jenis butiran serupa pasir 39. gravity fed spring/ spring under gravity/ : sumber air dengan aliran bebas terlihat free flow spring sebagai sungai yang keluar dari gua atau celah. 40. halit : jenis batuan yang bersifat lebih mudah larut

daripada batuan karbonat 41. helektit : deposit endokarsik hasil dari, endapat kalsit dari

tetesan perkolasi berbentuk bunga karang yang terbalik.

42. hyper ventilation : fenomena dalam gua, dimana kadar oksigen rata- rata di bawah prosentase normal. Baik disebabkan oleh vegetasi yang ada di atasnya ataupun dari proses kimia pembentukan speleothem.

43. infiltration : perembesan air melalui system percelah-rekahan batuan

44. inlet : aliran air masuk, yang memberi imbuhan pada aliran pertama

45. intermittent spring / ebbing and flowing spring/ periodic spring : sumber air periodik 46. kalsit : kalsium karbonat rombohedral/hexagonal

biasanya terlihat sebagai hablur kristal yang bagus dan jelas.

47. kremnofit : sejenis tanaman berbatang lunak, sering terlihat merembet di dinding kapur

48. local base level : ketinggian muka air tanah setempat 49. lorong fosil : zona hidrografi gua yang kondisi hidrologisnya

relatif amat minim, kelembaban rendah, suhu relatif tinggi, serta tingkat kerapuhan yang tinggi.

50. lorong vadose : suatu zona hidrografi gua yang sangat dipengaruhi oleh air infiltrasi dan air lebih rendah dibandingkan lorong fosil

51. macrogourdam : deposit endokarsik hasil dari, endapan kalsit yang membentuk petak-petak perkolasi, lebih bersifat transisional karena masih terfluktuasi. Memiliki suhu tinggi dan kelembaban besar

Page 95: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

95

52. microgourdam : deposit endokarsik hasil dari, endapan kalsit yang membentuk petak-petak kecil, muncul dari lantai gua

53. natural bridge : merupakan suatu fenomena yang menyerupai jembatan di daerah batu gamping

54. perkolasi : aliran air yang menembus aliran tanah dan batuan karbonat di kawasan karst

55. permeabilitas : tingkat kelulusan batuan untuk menyalurkan air 56. pitch : lorong vertikal pada gua yang harus dituruni

dengan alat bantu 57. poljes : depresi ekstensi daerah karst tertutup di semua

sisi, lantainya tidak permeabel, dengan batasan terjal di beberapa bagian dan sudut yang nyata

58. porositas : tingkat kesarangan batuan atau sedimen dalam bentuk prosen dari jumlah total material

59. presipitasi : curah hujan kawasan 60. resurgence : sungai yang meluncur setelah melewati bagian

interior daerah karst 61. run off : air larian, tergantung pada intensitas dan lamanya

hujan, sudut kemiringan atau keterjalan perbukitan, jenis ketebalan, kepadatan dan kelulusan air tanah penutupnya

62. sandstone : jenis batuan yang terbentuk karena perekatan pasir

63. sodastraw : deposit endokarsit hasil dari, endapat kalsit dari tetesan perkolasi berbentuk sedotan, bening, berongga, muncul di plafon gua

64. solution cavities : proses pelarutan batuan oleh air dan reaksi asam 65. speleogenesis : proses pembentukan atau terjadinya gua beserta

lorong-lorongnya 66. speleothem : bentukan-bentukan endokarsik apapun bentuknya 67. spring on bedding joint : sumber air pada lapisan batuan 68. stalakmit : deposit endokarsik hasil dari, endapan kalsit dari

tetesan perkolasi 69. stalaktit : deposit endokarsik hasil dari, endapan kalsit dari

tetesan perkolasi, muncul dari plafon gua 70. static pool : kolam / telaga, di dalam gua yang terisi air

sepanjang tahun 71. sump : akhir lorong aktif menyerupai pool 72. swallow hole : sistem perguaan yang berada di punggungan

bukit, terjadi akibat turunnya local base level

Page 96: Ketentuan Umum Diktat HIKESPI - · PDF fileYang diutamakan ialah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi serta izin

Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya

96

73. tectonic uplift : pengangkatan lapisan permukaan bumi akibat gerakan tektonik

74. terrarossa : tanah alvisol, berwarna merah kecoklatan dan terhampar di atas kawasan karst, terbentuk oleh pelapukan batuan karbonat, bersifat kedap air

75. top hill : sistem perguaan di puncak bukit, terjadi akibat runtuhnya puncak gua

76. top soil : lapisan tanah permukaan 77. troglobion : hewan yang sudah beradaptasi penuh terhadap

kegelapan abadi gua dan tidak pernah beranjak ke bagian terang gua

78. up stream : penelusuran gua bertentangan dengan arah air mengalir

79. uvala : cekungan yang memanjang dan tidak rata (Cvijic, 1901), lembah memanjang dan berkelok-kelok, dasarnya menyerupai cawan di daerah karst (H. Lehman)

80. water table : permukaan air tanah