ketebalan
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Ketebalan
1/71
Skripsi Geofisika
IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL
DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR
ELTRIT BIMA FITRIAN
H221 10 263
-
8/17/2019 Ketebalan
2/71
IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL
DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR
Oleh
ELTRIT BIMA FITRIAN
H 221 10 263
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
-
8/17/2019 Ketebalan
3/71
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN
VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA
MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR
Nama : ELTRIT BIMA FITRIAN
Stambuk : H 221 10 263
Program Studi : GEOFISIKA
Disetujui
Tim Pembimbing,
Pembimbing Utama
-
8/17/2019 Ketebalan
4/71
ABSTRACT
identification distribution of nickel laterite and nickel ore volume calculation is a
research to conducted in order to determine how wide spread and large reserves of
nickel contained in Anoa area so that further exploration can be done commercially.Identification of the spread laterite using by correlation of data drill, then processed
by the Software ArGcis 9.3 and Surpac 6.1.2 while calculating the volume of nickelore using the method by Area Of Influence (Area of Effect). Spreading value ofnickel are influenced by topography and slope, while the results of the calculation of
volume nickel ore obtained amounted to 2.913.682 m3.
Keywords: Distribution of nickel laterite, calculate the volume of nickel ore, Anoaarea, ArGcis 9.3, Surpac 6.1.2, the influence of local methods.
-
8/17/2019 Ketebalan
5/71
SARI BACAAN
Identifikasi sebaran nikel laterit dan perhitungan volume bijih nikel merupakan
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas penyebaran dan
seberapa besar cadangan bijih nikel yang terdapat pada daerah Anoa sehingga dapatdilakukan eksplorasi lanjut secara komersial. Identifikasi penyebaran nikel laterit
menggunakan korelasi data bor, kemudian diolah oleh Software ArGcis 9.3 danSurpac 6.1.2 sedangkan perhitungan volume bijih nikel menggunakan metode Area
Of Influence (Daerah Pengaruh). Penyebaran kadar Ni dipengaruhi oleh bentuk
topografi dan kemiringan lereng sedangkan hasil perhitungan volume bijih nikel yang
diperoleh adalah sebesar 2.913.682 m3.
Kata Kunci : Distribusi sebaran nikel laterit, menghitung volume bijih nikel, daerah
Anoa, ArGcis 9.3, Surpac 6.1.2, metode daerah pengaruh.
-
8/17/2019 Ketebalan
6/71
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, berkat dan
karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul :“IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME
BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR ”,
yang merupakan tugas akhir untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana
Fisika Program Studi Geofisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin.
D l t li i i li d i b h l i k i i i i tid k l d i
-
8/17/2019 Ketebalan
7/71
Penulis juga ingin menyampaikan penghormatan dan rasa terima kasih yang tulus
serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Tasrief Surungan, M.Sc selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas
MIPA Unhas dan Bapak Syamsuddin, S.Si, MTselaku Sekertaris Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Unhas.
2. Bapak Dr. Muhammad Alimuddin Hamzah, M.Eng selaku Ketua Program
Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UNHAS
3.
Bapak Rachman Kurniawan,S.Si,M.Si selaku Penasihat Akademik yang telah
banyak memberikan arahan.
4. Bapak Dr. Muh. Altin Massinai, MT,Surv selaku Pembimbing Utama yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya serta memberi motivasi,
k d h d l k i i i i
-
8/17/2019 Ketebalan
8/71
8. Staf pegawai baik itu dari Jurusan Fisika maupun dari Fakultas yang telah
banyak membantu.
9. Bapak Wanni S.T dan Bapak Budhi Kumarawarman S.T selaku pembimbing
penulis saat berada di PT.Vale Indonesia.
10. Wahyuni Palimbunga, sepupu yang merangkap sahabat dan kak Anggy Andriana
Putri terimakasih untuk segala dukungan,doa, semangat dan kasih sayang kalian.
11. Kanda-kanda Fisika 2007 sebagai panitia Progresip 2010, kanda-kanda 2008
sebagai pengurus, kanda- kanda 2009 sebagai panitia BK 2010 yang juga telah
memberikan motivasi dan bantuannya selama penulis menjadi junior kalian.
12. Adik-adik angkatan 2011, 2012, dan 2013.
13. Teman-teman alumni EXACT SMAN.1. Towuti yang telah menemani masa-
masa SMA penulis hingga penulis bisa sampai pada tahap penyelesaian skripsi.
-
8/17/2019 Ketebalan
9/71
17. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberi bantuan dan kemudahan dalam proses penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
skripsi ini dan tentunya juga buat kebaikan penulis sendiri.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan segala kebaikan kepada seluruh pihak
yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna terutama bagi
penulis dan pihak – pihak terkait pada umumnya. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin
-
8/17/2019 Ketebalan
10/71
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. ii
ABSTRAK …………………………………………………………………...……iii
SARI BACAAN…………………………………………………………….……..iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ..v
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. …….xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
-
8/17/2019 Ketebalan
11/71
II.2.4. Tipe Endapan Nikel Laterit ......................................................................... 11
II.2.4.1. Tipe West Block ........................................................................................ 11
II.2.4.2. Tipe East Block ........................................................................................ 11
II.3. Drilling/ Pemboran ......................................................................................... 13
II.4. Perhitungan Volume Bijih Nikel Menggunakan Metode Poligon (Area Of
Influence)…………………………………………………………………………………..15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 17
III.1. Daerah Penelitian .......................................................................................... 17
III.2. Data Yang Digunakan ................................................................................... 18
III.3.Prosedur Penelitian.......................................................................................18
-
8/17/2019 Ketebalan
12/71
IV.4. Penentuan Ketebalan Bijih Nikel .................................................................. 35
IV.5. Penentuan Volume Bijih Nikel ..................................................................... 35
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 38
V.1 .......................................................................................................... Kesimpulan
................................................................................................................................ 38
V.2. ................................................................................................................... Saran
................................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
8/17/2019 Ketebalan
13/71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Satuan Litotektonik sulawesi………………………………4
Gambar 2.3 Profil Nikel Laterit Sorowako…….…………………………….9
Gambar 2.4 Endapan Laterit Sorowako………………………………….….12
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian...……………………………...………...17
Gambar 3.2 Daerah Pengaruh…...................................................................20
Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian…………………………………………..22
Gambar 4.1 Penampang 3D Korelasi Lapisan Limonit................................23
Gambar 4.2 Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit……………………..25
Gambar 4.3 Penampang 3D Korelasi Lapisan Bedrock ……………………..26
-
8/17/2019 Ketebalan
14/71
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perhitungan volume Bijih Nikel………………………………………….36
-
8/17/2019 Ketebalan
15/71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Assay
Lampiran 2 Data Assay Bijih Nikel
Lampiran 3 Data Kadar dan Volume Limonit
Lampiran 4 Data Kadar dan volume Saprolit
Lamporan 5 Data Kadar dan Volume Bijih Nikel
Lampiran 6 Data Kedalaman dan Elevasi Bijih Nikel
Lampiran 7 Gambar Titik Bor
Lampiran 8 Gambar Korelasi Lapisan Limonit
-
8/17/2019 Ketebalan
16/71
Lampiran 16 Gambar Peta Distribusi Nikel Pada Lapisan Saprolit
Lampiran 17 Gambar Peta Ketebalan Lapisan Limonit
Lampiran 18 Gambar Peta Ketebalan Lapisan Saprolit
-
8/17/2019 Ketebalan
17/71
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar kedua dunia setelah Rusia yang
memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia pada tahun
2010. Salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia berada pada daerah
Sorowako, Sulawesi Selatan. Endapan laterit Sorowako di Sulawesi Selatan
merupakan sumber utama logam nikel di Indonesia yang telah di tambang dan diolah
dengan menggunakan teknik peleburan konvensional oleh PT.Vale Indonesia.
Endapan laterit nikel Sorowako terdiri dari dua tipe berdasarkan tingkat serpentinisasi
batuan asalnya yaitu tipe Barat dan tipe Timur. Bijih tipe Barat berasal dari hasil
pelapukan kimia batuan peridotit tak terserpentinkan sedangkan bijih tipe Timur
-
8/17/2019 Ketebalan
18/71
1.2 Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada identifikasi sebaran nikel laterit dan penentuan volume
bijih nikel di wilayah penambangan PT.Vale Indonesia, Sorowako Sulawesi Selatan
dengan menggunakan korelasi data bor.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sebaran endapan nikel laterit yang terdapat di daerah tambang
PT.Vale Indonesia dengan menggunakan korelasi data bor.
2. Mengetahui volume bijih nikel.
-
8/17/2019 Ketebalan
19/71
BAB II
TI NJAUAN PUSTAKA
II.1 Geologi Regional
Pulau Sulawesi terletak di bagian tengah wilayah kepulauan Indonesia dengan luas
wilayah 174.600 km². Mempunyai bentuk yang unik yang menyerupai huruf K
dengan empat semenanjung, yang mengarah ke timur, timur laut, tenggara dan
selatan. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di sebelah
utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku di sebelah
timur. Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang kompleks karena merupakan
tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak ke
arah Utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat dan lempeng Eurasia yang
bergerak ke arah Selatan-Tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng
-
8/17/2019 Ketebalan
20/71
3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirkan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf Permo-Karbon, batuan plutonik yang bersifat granitis berumur Trias
dan batuan sedimen Mesozoikum.
-
8/17/2019 Ketebalan
21/71
1. Satuan batuan sedimen yang berumur Kapur terdiri dari batugamping laut dalam
dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan
kemiringan ke arah Barat.
2. Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal Tersier umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan
umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi
pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat di bagian utara.
3. Endapan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur Kuarter, umumnya
terdapat di bagian utara dekat desa Sorowako.
II.2 Nikel Laterit
Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses
i i b l l j h di l i k ik b l fik i k di
-
8/17/2019 Ketebalan
22/71
Istilah Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later , yang artinya bata (membentuk
bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata). (Guilbert,
1986).
Bijih nikel laterit biasanya terdapat di daerah tropis atau sub-tropis yang terdiri dari
pelapukan batuan ultramafik yang mengandung zat besi dan magnesium dalam
tingkat tinggi. Deposit tersebut biasanya menunjukkan lapisan yang berbeda karena
adanya kondisi cuaca.
II.2.1 Genesa Endapan Nikel Laterit
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung
olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.30%
nikel (Sundari, 2012).
-
8/17/2019 Ketebalan
23/71
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun
selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini
merupakan proses pelapukan dan leaching . Unsur Ni sendiri merupakan unsur
tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur
Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin
adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg,
Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni yang
terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat
turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock ( Harzburgit ). Ikatan dari Ni yang
b i i d i d k b k i l d
-
8/17/2019 Ketebalan
24/71
II.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Nikel
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nikel adalah :
1. Batuan asal
Batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit.
Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni 0.2% - 0.3% yang
merupakan batuan dengan elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya,
mempunyai mineral-mineral yang paling mudah untuk lapuk seperti olivin dan
piroksen. Mempunyai komponen-komponen yang mudah larut, serta akan
memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
-
8/17/2019 Ketebalan
25/71
Struktur yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan yang dapat
mempermudah masuknya air ke dalam batuan.
5. Topografi
Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-
reagen lainnya. Untuk daerah landai, air akan bergerak perlahan-lahan sehingga
akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui
rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat
pada daerah-daerah yang landai seperti kemiringan sedang. Hal ini menerangkan
bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah curam,
jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
-
8/17/2019 Ketebalan
26/71
Gambar 2.3 Profil Nikel Laterit Sorowako (Ahmad, 2008)
1. Zona Top Soil (overburden)
Merupakan bagian paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya adalah
akar tumbuhan, humus, oksida besi, dan sisa-sisa organik lainnya. Pada zona ini
umumnya kenampakan overburden pada core ditunjukkan dengan warna cokelat
kemerahan dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah. Ketebalan lapisan
tanah penutup rata-rata 0.3 meter sampai dengan 6 meter.
2. Zona limonit
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya
meliputi oksida besi yang dominan, geothit dan magnetit. Ketebalan lapisannya
rata-rata 8-15 meter. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada
zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada. Umumnya mineral-mineral di
-
8/17/2019 Ketebalan
27/71
sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin,
krisopras dan garnierit. Pada zona ini umunya berwarna cokelat muda kekuningan
hingga abu-abu hitam kehijauan. Zona ini merupakan alterasi dari bedrock
dimana proses-proses pelapukan kimia lebih aktif sehingga pada zona ini sering
dijumpai silika oksidasi (SiO2). Serta pada zona ini kaya akan mineral-mineral
seperti olivin, garnierit dan crysopras.
4. Zona bedrock
Zona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah
yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum
sudah tidak mengandung mineral ekonomis.
II.2.4 Tipe Endapan Nikel Laterit
-
8/17/2019 Ketebalan
28/71
II.2.4.1 Tipe West Block
Pada daerah west block batuan didominasi oleh harzburgit dengan beberapa batuan
dunit yang kaya olivin. Kandungan olivin tinggi dan piroksen yang hadir umumnya
orthopiroksen. Batuan di daerah ini umumnya tidak terserpentinisasi atau sedikit
terserpentinisasi.. Sifat material yang relatif keras menyebabkan kesulitan dalam
penambangan, namun batuan di daerah ini menunjukkan rasio silika magnesia yang
relatif lebih tinggi di banding east block . (Ahmad, 2005)
II.2.4.2 Tipe East Block
Daerah east block didominasi oleh lherzolit dengan kandungan olivin yang rendah
dan mengandung orthopiroksen maupun klinopiroksen. Peningkatan derajat
serpentinisasi di daerah ini didukung juga oleh peningkatan kandungan magnetik
dalam material batuan. Sifat batuan relatif lebih lunak dan menunjukkan rasio silika
-
8/17/2019 Ketebalan
29/71
Gambar 2.4 Endapan laterit Sorowako (Ahmad, 2005)
II.3 Dril l ing /Pemboran
Drilling /Pemboran mempunyai tujuan untuk mencari data subsurface dan kemudian
mengetahui model penyebaran endapan nikel laterit di bawah permukaan bumi,
kemudian memperkirakan cadangannya. Dengan memperlihatkan peta geologi yang
ada, dan letak titik – titik spasi pemboran dengan informasi surveyor . Sebagai contoh
pada saat surveyor di daerah tebing,lembah,punggungan, atau terdapat bongkahan
batuan yang terlihat di permukaan yang dapat diinterpetasikan oleh geologist
sebagai daerah yang laterisasinya intensif atau tidak sehingga dari informasi tadi
geologist dapat menentukan titik bor prioritas untuk yang lebih efisien untuk di bor.
Dalam tahap pemboran ada hal yang perlu untuk diketahui dimana hal ini dilakukan
-
8/17/2019 Ketebalan
30/71
eksplorasi. Pemboran ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat
mengenai ketebalan, kadar % Ni, serta besarnya cadangan.
Pemboran dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai
kandungan ore dari suatu daerah, termasuk profil dari titik yang dibor. Sampel yang
diambil dari hasil pemboran ini akan dianalisa persentase kandungan Ni, Co, Fe,
SiO2, dan MgO. Kemudian data ini akan dianalisa lebih lanjut berdasarkan Cut off
Grade yang berlaku. Jika terdapat indikasi bijih (ore), maka daerah itu akan
ditambang, dan jika tidak terdapat indikasi bijih (ore), daerah tersebut akan
ditinggalkan.
Pada laterit, geologist berhadapan dengan variasi dari skala vertikal akibat
karakteristik pelapukan yang dapat berbeda walaupun jarak antara titik pemboran
-
8/17/2019 Ketebalan
31/71
Hal yang dibutuhkan oleh alat bor untuk dapat dengan efektif beroperasi adalah :
Akses, untuk memobilisasi rig (alat bor), biasanya merupakan jalan yang relatif
sudah dibersihkan, datar – landai (biasanya merupakan lintasan yang melingkar
apabila berada di sebuah bukit)
Drilling pad (dudukan alat bor), posisi tempat ini didapatkan dari hasil
surveying atas rencana titik pemboran yang telah dilakukan sebelumnya. Area
ini harus datar, mempunyai tempat pembuangan air pemboran, dan menghadap
ke jalan utama untuk memudahkan proses mobilisasi rig . Sebelum membuat
drilling pada operator dozer harus mengukur berapa tinggi material dan setelah
itu mengukur ketinggian kupasan (cut) material untuk keperluan control
morphology pada saat permodelan.
Mesin bor jacrow ataupun formos
-
8/17/2019 Ketebalan
32/71
II.4 Perhitungan Volume Bijih Nikel Menggunakan Metode Poligon (Area Of
I nf luence)
Metode poligon adalah suatu metode perhitungan dengan konsep dasar yang
menyatakan bahwa seluruh karakterisktik endapan suatu daerah diwakili oleh satu
titik tertentu. Jarak titik bor di dalam poligon dengan batas poligon sama dengan jarak
batas poligon ke titik bor terdekat (Agus, 2005).
Pada metode poligon ini semua faktor ditentukan untuk titik tertentu pada endapan
mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah jarak dari titik-titik sekitarnya
yang membentuk daerah pengaruh. Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik
akan membentuk suatu poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan
diestimasi cadangannya diganti oleh beberapa persegi poligon, setiap persegi poligon
atau blok menggambarkan volume daerah suatu titik.
-
8/17/2019 Ketebalan
33/71
t = Tebal bijih (m)
Sedangkan untuk menghitung volume total dari masing-masing poligon digunakan
persamaan :
Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 … + Vn ……………………………………… (2.2)
Dimana :
V1 + V2 + V3 + V4 + … + Vn = Volume masing-masing poligon (m3)
-
8/17/2019 Ketebalan
34/71
Daerah Anoa merupakan daerah penelitian yang berada pada daerah wilayah kuasa
pertambangan PT.Vale Indonesia. Secara administratif terletak pada daerah
Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan.
Secara sistem koordinat berada pada 120o 48' 26" – 121
o 31' 43" BT dan 02
o 13' 05" –
02o
55' 50" LS dan merupakan daerah eksplorasi tipe West Block dengan rasio silica
magnesia yang relatif tinggi, dengan luas daerah penelitian adalah 279.496 m2.
-
8/17/2019 Ketebalan
35/71
spasi titik bor 50 meter x 50 meter, kemudian dilakukan verifikasi data dan
pengolahan data dari data core tersebut berdasarkan deskripsi geologi untuk
pengerjaan tahap selanjutnya. Data yang digunakan dalam penelitian dapat dibagi
menjadi 2 :
1. Data lubang bor yang berisi data menegenai posisi/koordinat lubang bor berupa
easting , northing dan elevasi.
2. Data kadar yang berisi informasi kadar pada tiap-tiap interval kedalaman tertentu
pada masing-masing lubang bor.
Selanjutnya kedua basis data ini digabungkan menjadi satu basis data yang berisikan
informasi secara menyeluruh tentang posisi kadar dari tiap-tiap lubang bor. Data ini
terdiri atas nama drill hole, easting, northing, elevasi dan kadar dari unsur layer
saprolit dan layer limonit.
-
8/17/2019 Ketebalan
36/71
III.3.2 Tahap Pengolahan Data
Pada proses pengolahan data dilakukan beberapa langkah pengolahan data.
Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume bijih
nikel dan penyebaran nikel pada daerah penelitian. Adapun tahap pengolahan data
dari daerah penelitian yaitu :
a. Pengolahan Data Assay
Pengolahan data sekunder dimulai pada pengolahan data Assay yang berisikan
informasi mengenai kadar dari tiap-tiap interval kedalaman lubang bor yang
terdiri atas nama drill hole, easting, northing, elevasi dan kadar dari unsur layer
saprolit dan layer limonit.
b. Menentukan Nilai Berat Kering
Menentukan nilai berat kering (dry weight) Nikel yang diperoleh dari data core
-
8/17/2019 Ketebalan
37/71
…………………………………………………………… (3.1)
d. Menentukan Ketebalan Bijih
Ketebalan endapan bijih dapat dihitung berdasarkan kedalaman setiap lapisan
yang dianggap sebagai bijih nikel. Yaitu dengan menjumlahkan nilai interval bijih
pada tiap-tiap lubang bor.
e. Menentukan Luas Daerah Pengaruh
Dalam menentukan luas masing-masing daerah pengaruh, metode yang dilakukan
adalah dengan menghitung setengah luas daerah pengaruh yang berbeda di
samping kiri – kanan, atas dan bawah daerah sehingga membentuk suatu bujur
sangkar dengan interval jarak titik bor 50 x 50 meter.
-
8/17/2019 Ketebalan
38/71
= Batas Daerah Pengaruh Titik Bor
f. Menentukan Volume Bijih
Dalam penentuan volume bijih nikel pada daerah penelitian, maka dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
V = A.t …………………………………………………………. (3.3)
III.3.3 Membuat Penampang Korelasi Data Bor
Pada pembuatan peta korelasi, dibutuhkan data input berupa database yang berisikan
informasi mengenai data data assay, litologi, collar dan survei yang dibuat dengan
bantuan software MS. Excel 2013 dengan format comma separated value (CSV).
Data-data tersebut dibuat dalam suatu tabel teratur dan sistematis. Hal ini
-
8/17/2019 Ketebalan
39/71
III.4 Bagan Alir Penelitian
Dry Weight x Ni
Kajian Pustaka
Data Sekunder
Saprolit
Mulai
Kadar Ni
Limonit
-
8/17/2019 Ketebalan
40/71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Titik Bor Daerah Anoa
-
8/17/2019 Ketebalan
41/71
IV.2 Korelasi Lapisan Limonit
Gambar 4.2 Korelasi Lapisan Limonit
Gambar 4.2 merupakan korelasi lapisan limonit pada lintasan 1. Pada gambar 4.2
dilakukan pengkorelasian antara setiap lubang untuk setiap lapisan dan untuk setiap
-
8/17/2019 Ketebalan
42/71
Gambar 4.3merupakan korelasi lapisan limonit pada lintasan 1. Pada gambar 4.3
dilakukan pengkolerasian antara setiap lubang untuk setiap lapisan dan untuk setiap
lintasan sehingga akan diperoleh penampang 3D untuk lapisan saprolit.
IV.4 Korelasi Lapisan Bedrock
-
8/17/2019 Ketebalan
43/71
Saprolit dan Bedrock yang masing-masing dari ketiga lapisan laterit tersebut akan
dibuatkan penampang korelasinya, yaitu sebagai berikut :
Penampang 3D Korelasi Lapisan Limonit
-
8/17/2019 Ketebalan
44/71
dengan baik karena memiliki waktu untuk proses pengayaan tersebut dan umumnya
akan terbentuk endapan yang lebih tebal sehingga perbedaan ketebalan ini
menyebabkan adanya perbedaan volume pada setiap lubang bor. Sebagai contoh
diambil 2 perhitungan volume pada lubang bor C100222 diperoleh volume sebesar
22.500 m3 dan pada lubang bor C135163 diperoleh volume sebesar 10.000 m
3.
Terlihat pada setiap lubang bor, warna merah menunjukkan batas lapisan limonit,
warna hijau menunjukkan batas lapisan saprolit dan warna biru menunjukkan batas
lapisan bedrock.
Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit
-
8/17/2019 Ketebalan
45/71
topografi daerah penelitian, adanya perbedaan ketebalan ini mempengaruhi perbedaan
volume pada setiap lubang bor. Sebagai contoh diambil 2 perhitungan volume pada
lubang bor C100222 diperoleh volume sebesar 8.625 m3 dan pada lubang bor
C135163 diperoleh volume sebesar 13.250 m3. Terlihat pada setiap lubang bor, warna
merah menunjukkan batas lapisan limonit, warna hijau menunjukkan batas lapisan
saprolit dan warna biru menunjukkan batas lapisan bedrock.
Penampang 3D Korelasi Lapisan Bedrock
-
8/17/2019 Ketebalan
46/71
dilakukan perhitungan volume, hal ini disebabkan karena pada lapisan bedrock tidak
terdapat bijih nikel yang bernilai ekonomis sehingga tidak dilakukan penambangan
pada lapisan ini. Terlihat pada setiap lubang bor, warna merah menunjukkan batas
lapisan limonit, warna hijau menunjukkan batas lapisan saprolit dan warna biru
menunjukkan batas lapisan bedrock.
Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit, Limonit dan Bedrock
-
8/17/2019 Ketebalan
47/71
IV.6 Peta Distribusi Nikel
Peta Distribusi Ni Pada Lapisan Limonit
Gambar 4.9 Peta Distribusi Nikel (Ni) pada lapisan Limonit
-
8/17/2019 Ketebalan
48/71
Kurangnya kadar nikel (Ni) pada lapisan limonit terjadi karena nikel (Ni) merupakan
unsur yang mudah terlarut, sehingga akan mudah terbawa ke zona yang lebih dalam.
Nikel (Ni) umumnya akan lebih banyak terbentuk pada lapisan saprolit setelah
mengalami proses pelapukan secara terus-menerus. Penyebaran nikel (Ni) pada
lapisan limonit juga dipengaruhi oleh kondisi topografi lereng. Berdasarkan Gambar
4.9 menunjukkan bahwa sebaran nikel (Ni) pada daerah puncak memiliki kadar
kurang dari 1.1% dan semakin meningkat pada daerah lereng. Hal ini disebabkan
karena adanya erosi yang membawa unsur nikel ke daerah yang lebih rendah.
Peta Distribusi Ni Pada Lapisan Saprolit
-
8/17/2019 Ketebalan
49/71
Pada lapisan saprolit, secara kimiawi zona ini ditandai dengan kelimpahan unsur Mg
dan nikel (Ni) serta berkurangnya unsur Fe. Penyebaran nikel (Ni) bergantung dari
arah aliran air tanah dan sangat dipengaruhi oleh bentuk morfologinya, dimana air
tanah bergerak dari pegunungan-pegunungan ke arah lereng dan membawa Ni, Mg
dan Si mengalir ke zona pelindihan. Kemudian nikel (Ni) akan terjebak pada tempat-
tempat terdapatnya banyak rekahan dan lereng dengan kemiringan yang relatif landai
hingga sedang yang merupakan topografi yang ideal untuk terjadinya keseimbangan
antara proses mekanik dan proses kimia sehingga memberikan kontribusi pengayaan
nikel.
Pada gambar 4.10 adalah peta distribusi nikel (Ni) pada lapisan saprolit. Pada peta
dapat terlihat, kadar nikel (Ni) terendah pada lapisan saprolit memiliki kadar kurang
-
8/17/2019 Ketebalan
50/71
rendah jika dibandingkan dengan nikel (Ni) berkadar tinggi, hal ini disebabkan
karena kemungkinan unsur Ni tidak terakumulasi dengan baik pada daerah topografi
dengan kemiringan lereng yang sangat landai.
Peta Ketebalan Limonit
-
8/17/2019 Ketebalan
51/71
karena memiliki waktu untuk proses pengayaan tersebut dan umumnya akan
terbentuk endapan yang lebih tebal. Akibat lereng yang curam, maka erosi yang
terjadi akan kuat sehingga menyebabkan zona limonit dan saprolit tererosi.
Pada gambar 4.11 merupakan peta ketebalan lapisan limonit. Pada peta dapat dilihat
daerah yang memiliki ketebalan pada zona limonit. Nilai ketebalan limonit terbanyak
berada diatas 15 m ditunjukkan dengan warna biru sedangkan untuk nilai ketebalan
limonit terendah berada dibawah 5 m ditunjukkan dengan warna abu-abu.
Salahsatu faktor yang mempengaruhi ketebalan dari suatu endapan adalah kondisi
topografi. Pada peta sebaran ketebalan limonit dapat terlihat, umumnya ketebalan
limonit yang berada diatas 15 m tersebar pada daerah yang memiliki topografi landai
yaitu pada arah utara dan puncak bukit hal ini disebabkan karena pada daerah ini
-
8/17/2019 Ketebalan
52/71
Peta Ketebalan Saprolit
-
8/17/2019 Ketebalan
53/71
Pada gambar 4.12 merupakan peta ketebalan lapisan saprolit. Pada peta menunjukkan
penyebaran ketebalan saprolit tidak merata. Ketebalan dengan nilai tertinggi
ditunjukkan dengan daerah yang berwarna hijau dengan kadar lebih dari 15 m dan
nilai terendah yang ditunjukkan oleh warna merah dengan kadar kurang dari 5 m.
Pada peta, terlihat penyebaran ketebalan zona saprolit yang tidak merata, umumnya
ketebalan dengan kadar tertinggi berada di arah utara, hal ini disebabkan karena
kondisi topografi dan morfologi yang menyebabkan adanya aktivitas pengikisan
(erosi) sehingga membawa material-material penyusun ikut tererosi. Selain itu,
Adanya ketebalan minimum saprolit disebabkan oleh batuan dasar yang
terserpentinisasi lemah, sehingga proses pembentukan zona saprolit hanya terjadi
pada permukaan bongkah batuan lapuk. Sedangkan pada lapisan saprolit yang tebal
-
8/17/2019 Ketebalan
54/71
IV.8 Penentuan Ketebalan Bijih Nikel
Perhitungan Ketebalan bijih (Ore) ditentukan untuk mengetahui seberapa besar
volume dari akumulasi kandungan bijih nikel dalam setiap lubang bor. Untuk
menentukan ketebalannya maka terlebih dahulu dilakukan penentuan
kandungan/kadar bijih nikel pada setiap lubang bor yang sesuai dengan COG (cut off
grade) yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan ketebalan bijih dengan
menghitung besarnya nilai kedalaman bijih berdasarkan COG (cut off grade) nya.
IV.9 Penentuan Volume Bijih Nikel
Perhitungan volume nikel laterit di daerah penelitian dilakukan berdasarkan pada data
yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. Data-data pemboran tersebut kemudian
dianalisis sesuai dengan kadar nikel untuk mengetahui ketebalan bijih (ore) dari tiap
-
8/17/2019 Ketebalan
55/71
Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah data loging bor spasi 50 meter x 50
meter. Untuk menghitung volume maka didapat dengan mengalikan antara luas blok
dengan ketebalan bijih (ore) pada data log bor. Luas blok dihitung berdasarkan segi
empat yang terbentuk dari daerah pengaruh yaitu batas luar dari daerah
pengaruhsuatu titik bor yang merupakan setengah dari spasi titik bor.
Besar volume ditentukan untuk mengetahui seberapa besar cadangan bijih nikel
sehingga dapat dilakukan penambangan.
Perhitungan Volume Bijih Nikel
Tabel 4.1 Perhitungan Volume Bijih Nikel
Jenis Hole Ketebalan (t) Luas (A) V (A.t)
Lapisan Id (m) (m2) (m
3)
-
8/17/2019 Ketebalan
56/71
Tabel 4.1 merupakan tabel contoh perhitungan volume bijih nikel pada lapisan
limonit dan lapisan saprolit dengan mengambil masing-masing 6 titik lubang bor
dari 160 titik pada setiap lapisan sebagai contoh perhitungan volume bijih nikel.
Setelah dilakukan dilakukan perhitungan volume bijih nikel untuk setiap lubang bor
pada lapisan limonit dan saprolit, maka dilakukan perhitungann total sehingga
diperoleh volume bijih nikel pada lapisan limonit sebesar 816.675 m3 dan volume
total pada lapisan saprolit sebesar 2.097.007 m3.
Hasil perhitungan volume bijih nikel untuk setiap lubang bor (160 titik) pada lapisan
limonit dan lapisan saprolit memiliki total volume bijih nikel yang berbeda. Lapisan
saprolit memiliki total volume bijih nikel yang lebih besar jika dibandingkan dengan
total volume bijih nikel pada lapisan limonit, hal ini disebabkan karena pada lapisan
saprolit, lebih banyak nikel yang terendapkan.
-
8/17/2019 Ketebalan
57/71
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian dan pembahasan, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan peta distribusi nikel (Ni) pada lapisan limonit dan saprolit, penyebaran
kadar nikel (Ni) dipengaruhi oleh bentuk topografi dan kemiringan lereng.
Semakin besar kemiringan lereng maka ketebalan endapan Ni yang terbentuk akan
semakin tipis. Sebaliknya, bila kemiringan lereng sedang sampai landai maka
endapan yang terbentuk akan lebih tebal.
2. Berdasarkan hasil perhitungan volume bijih nikel (Ni) pada lapisan limonit dan
-
8/17/2019 Ketebalan
58/71
DAFTAR PUSTAKA
Agus, H., 2005. Metode Perhitungan Cadangan. Departemen Teknik Pertambangan
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung
(ITB) : Bandung.
Ahmad, Waheed., 2005. Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy,
Weathering Processes and Laterit formation. PT. International NickelIndonesia : Sorowako, South Sulawesi.
Ahmad, Waheed., 2008. Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy,Weathering Processes, formation and exploration. PT. International Nickel
Indonesia: Sorowako, South Sulawesi.
Guilbert, J.M. 1986.,The Geology of Ore Deposits. W.H Freeman and Company
Newyork.
Massinai, Muhammad Altin, Saiful Damphelas., 2013. Laporan Akhir Inventarisasi
Zona Mineralisasi Panas Bumi dan Batubara di Kabupaten DonggalaSulawesi Tengah. PT. Grafis Internusa : Pemda Kabupaten Donggala.
Semardalena, Pratiwi., 2010. Perhitungan Cadangan Bijih Nikel Laterit Dengan
Menggunakan Metode Poligon Pada Bukit TLA4 Daerah Tambang Tengah
-
8/17/2019 Ketebalan
59/71
Sundari, Woro., 2012, Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi
Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi
Sulawesi Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupang.
Surawan Yudi,.2014, Optimalisasi Penggunaan ERT(Electrical Resistivity
Tomography)Konfigurasi Gradient Dalam Memaksimalkan Eksplorasi
Nikel Laterit . Universitas Hasanuddin: Makassar.
Tonggiroh Adi, Suharto, Mustafa Muhardi,. 2012 Analisis Pelapukan Serpentin dan Endapan Nikel Laterit Daerah Palangga Kabupaten Konawe Selatan
Sulawesi Tenggara. Universitas Hasanuddin : Makassar.
-
8/17/2019 Ketebalan
60/71
LAMPIRAN 7
-
8/17/2019 Ketebalan
61/71
LAMPIRAN 8
-
8/17/2019 Ketebalan
62/71
LAMPIRAN 9
-
8/17/2019 Ketebalan
63/71
LAMPIRAN 10
-
8/17/2019 Ketebalan
64/71
LAMPIRAN 11
-
8/17/2019 Ketebalan
65/71
LAMPIRAN 12
-
8/17/2019 Ketebalan
66/71
LAMPIRAN 13
-
8/17/2019 Ketebalan
67/71
LAMPIRAN 14
-
8/17/2019 Ketebalan
68/71
AMPIRAN 15
-
8/17/2019 Ketebalan
69/71
LAMPIRAN 17
-
8/17/2019 Ketebalan
70/71
LAMPIRAN 18
-
8/17/2019 Ketebalan
71/71
LAMPIRAN 16