ketebalan

Upload: nofera-ayu-hapsari

Post on 06-Jul-2018

372 views

Category:

Documents


51 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Ketebalan

    1/71

    Skripsi Geofisika

    IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL

    DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

    ELTRIT BIMA FITRIAN

    H221 10 263

  • 8/17/2019 Ketebalan

    2/71

    IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL

    DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

    Oleh

    ELTRIT BIMA FITRIAN

    H 221 10 263

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

    SARJANA SAINS

  • 8/17/2019 Ketebalan

    3/71

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN

    VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA

    MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

    Nama : ELTRIT BIMA FITRIAN

    Stambuk : H 221 10 263

    Program Studi : GEOFISIKA

    Disetujui

    Tim Pembimbing,

    Pembimbing Utama

  • 8/17/2019 Ketebalan

    4/71

    ABSTRACT 

    identification distribution of nickel laterite and nickel ore volume calculation is a

    research to conducted in order to determine how wide spread and large reserves of

    nickel contained in Anoa area so that further exploration can be done commercially.Identification of the spread laterite using by correlation of data drill, then processed

     by the Software ArGcis 9.3 and Surpac 6.1.2 while calculating the volume of nickelore using the method by Area Of Influence (Area of Effect). Spreading value ofnickel are influenced by topography and slope, while the results of the calculation of

    volume nickel ore obtained amounted to 2.913.682 m3.

    Keywords: Distribution of nickel laterite, calculate the volume of nickel ore, Anoaarea, ArGcis 9.3, Surpac 6.1.2, the influence of local methods.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    5/71

    SARI BACAAN

    Identifikasi sebaran nikel laterit dan perhitungan volume bijih nikel merupakan

     penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas penyebaran dan

    seberapa besar cadangan bijih nikel yang terdapat pada daerah Anoa sehingga dapatdilakukan eksplorasi lanjut secara komersial. Identifikasi penyebaran nikel laterit

    menggunakan korelasi data bor, kemudian diolah oleh Software ArGcis 9.3 danSurpac 6.1.2  sedangkan perhitungan volume bijih nikel menggunakan metode  Area

    Of Influence  (Daerah Pengaruh). Penyebaran kadar Ni dipengaruhi oleh bentuk

    topografi dan kemiringan lereng sedangkan hasil perhitungan volume bijih nikel yang

    diperoleh adalah sebesar 2.913.682 m3.

    Kata Kunci :  Distribusi sebaran nikel laterit, menghitung volume bijih nikel, daerah

     Anoa, ArGcis 9.3, Surpac 6.1.2, metode daerah pengaruh. 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    6/71

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, berkat dan

    karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan judul :“IDENTIFIKASI SEBARAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME

    BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR ”, 

    yang merupakan tugas akhir untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana

    Fisika Program Studi Geofisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Hasanuddin.

    D l t li i i li d i b h l i k i i i i tid k l d i

  • 8/17/2019 Ketebalan

    7/71

    Penulis juga ingin menyampaikan penghormatan dan rasa terima kasih yang tulus

    serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

    1.  Bapak Dr. Tasrief Surungan, M.Sc  selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas

    MIPA Unhas dan Bapak Syamsuddin, S.Si, MTselaku Sekertaris Jurusan Fisika

    Fakultas MIPA Unhas.

    2.  Bapak Dr. Muhammad Alimuddin Hamzah, M.Eng  selaku Ketua Program

    Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UNHAS

    3. 

    Bapak Rachman Kurniawan,S.Si,M.Si selaku Penasihat Akademik yang telah

     banyak memberikan arahan.

    4.  Bapak Dr. Muh. Altin Massinai, MT,Surv selaku Pembimbing Utama yang

    telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya serta memberi motivasi,

    k d h d l k i i i i

  • 8/17/2019 Ketebalan

    8/71

    8.  Staf pegawai baik itu dari Jurusan Fisika maupun dari Fakultas yang telah

     banyak membantu.

    9.  Bapak Wanni S.T dan Bapak Budhi Kumarawarman S.T selaku pembimbing

     penulis saat berada di PT.Vale Indonesia.

    10.  Wahyuni Palimbunga, sepupu yang merangkap sahabat dan kak Anggy Andriana

    Putri terimakasih untuk segala dukungan,doa, semangat dan kasih sayang kalian.

    11.  Kanda-kanda  Fisika 2007  sebagai panitia Progresip 2010,  kanda-kanda 2008

    sebagai pengurus, kanda- kanda 2009 sebagai panitia BK 2010 yang juga telah

    memberikan motivasi dan bantuannya selama penulis menjadi junior kalian.

    12.  Adik-adik angkatan 2011, 2012, dan 2013.

    13.  Teman-teman alumni EXACT SMAN.1. Towuti yang telah menemani masa-

    masa SMA penulis hingga penulis bisa sampai pada tahap penyelesaian skripsi.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    9/71

    17.  Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah

     banyak memberi bantuan dan kemudahan dalam proses penulisan ini.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan

    keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis

    mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan

    skripsi ini dan tentunya juga buat kebaikan penulis sendiri.

    Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan segala kebaikan kepada seluruh pihak

    yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung

    kepada penulis. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna terutama bagi

     penulis dan pihak  –  pihak terkait pada umumnya. Semoga Allah senantiasa

    melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    10/71

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. ii

    ABSTRAK …………………………………………………………………...……iii

    SARI BACAAN…………………………………………………………….……..iv

    KATA PENGANTAR  .......................................................................................... ..v

    DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..ix 

    DAFTAR GAMBAR  ................................................................................. …….xiii 

    DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xiv

    DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xvi 

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    11/71

    II.2.4. Tipe Endapan Nikel Laterit ......................................................................... 11

    II.2.4.1. Tipe West Block  ........................................................................................ 11

    II.2.4.2. Tipe East Block  ........................................................................................ 11

    II.3. Drilling/ Pemboran ......................................................................................... 13

    II.4. Perhitungan Volume Bijih Nikel Menggunakan Metode Poligon (Area Of

     Influence)…………………………………………………………………………………..15

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 17

    III.1. Daerah Penelitian .......................................................................................... 17

    III.2. Data Yang Digunakan ................................................................................... 18

    III.3.Prosedur Penelitian.......................................................................................18

  • 8/17/2019 Ketebalan

    12/71

    IV.4. Penentuan Ketebalan Bijih Nikel .................................................................. 35

    IV.5. Penentuan Volume Bijih Nikel ..................................................................... 35

    BAB V PENUTUP ............................................................................................... 38

    V.1 .......................................................................................................... Kesimpulan

     ................................................................................................................................ 38

    V.2. ................................................................................................................... Saran

     ................................................................................................................................ 38

    DAFTAR PUSTAKA 

    LAMPIRAN

  • 8/17/2019 Ketebalan

    13/71

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Peta Satuan Litotektonik sulawesi………………………………4 

    Gambar 2.3 Profil Nikel Laterit Sorowako…….…………………………….9 

    Gambar 2.4 Endapan Laterit Sorowako………………………………….….12 

    Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian...……………………………...………...17

    Gambar 3.2 Daerah Pengaruh…...................................................................20

    Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian…………………………………………..22 

    Gambar 4.1 Penampang 3D Korelasi Lapisan Limonit................................23

    Gambar 4.2 Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit……………………..25

    Gambar 4.3 Penampang 3D Korelasi Lapisan Bedrock ……………………..26

  • 8/17/2019 Ketebalan

    14/71

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Perhitungan volume Bijih Nikel………………………………………….36 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    15/71

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Assay

    Lampiran 2 Data Assay Bijih Nikel

    Lampiran 3 Data Kadar dan Volume Limonit

    Lampiran 4 Data Kadar dan volume Saprolit

    Lamporan 5 Data Kadar dan Volume Bijih Nikel

    Lampiran 6 Data Kedalaman dan Elevasi Bijih Nikel

    Lampiran 7 Gambar Titik Bor

    Lampiran 8 Gambar Korelasi Lapisan Limonit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    16/71

    Lampiran 16 Gambar Peta Distribusi Nikel Pada Lapisan Saprolit

    Lampiran 17 Gambar Peta Ketebalan Lapisan Limonit

    Lampiran 18 Gambar Peta Ketebalan Lapisan Saprolit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    17/71

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar kedua dunia setelah Rusia yang

    memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia pada tahun

    2010.  Salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia berada pada daerah

    Sorowako, Sulawesi Selatan. Endapan laterit Sorowako di Sulawesi Selatan

    merupakan sumber utama logam nikel di Indonesia yang telah di tambang dan diolah

    dengan menggunakan teknik peleburan konvensional oleh PT.Vale Indonesia. 

    Endapan laterit nikel Sorowako terdiri dari dua tipe berdasarkan tingkat serpentinisasi

     batuan asalnya yaitu tipe Barat dan tipe Timur. Bijih tipe Barat berasal dari hasil

     pelapukan kimia batuan peridotit tak terserpentinkan sedangkan bijih tipe Timur

  • 8/17/2019 Ketebalan

    18/71

    1.2 Ruang Lingkup 

    Penelitian ini dibatasi pada identifikasi sebaran nikel laterit dan penentuan volume

     bijih nikel di wilayah penambangan PT.Vale Indonesia, Sorowako Sulawesi Selatan

    dengan menggunakan korelasi data bor. 

    1.3 Tujuan

    Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :

    1.  Mengetahui sebaran endapan nikel laterit yang terdapat di daerah tambang

    PT.Vale Indonesia dengan menggunakan korelasi data bor.

    2.  Mengetahui volume bijih nikel.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    19/71

    BAB II

    TI NJAUAN PUSTAKA

    II.1 Geologi Regional

    Pulau Sulawesi terletak di bagian tengah wilayah kepulauan Indonesia dengan luas

    wilayah 174.600 km². Mempunyai bentuk yang unik yang menyerupai huruf K

    dengan empat semenanjung, yang mengarah ke timur, timur laut, tenggara dan

    selatan. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di sebelah

    utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku di sebelah

    timur. Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang kompleks karena merupakan

    tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak ke

    arah Utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat dan lempeng Eurasia yang

     bergerak ke arah Selatan-Tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng

  • 8/17/2019 Ketebalan

    20/71

    3.  Mandala Geologi Banggai Sula, dicirkan oleh batuan dasar berupa batuan

    metamorf Permo-Karbon, batuan plutonik yang bersifat granitis berumur Trias

    dan batuan sedimen Mesozoikum.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    21/71

    1.  Satuan batuan sedimen yang berumur Kapur terdiri dari batugamping laut dalam

    dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan

    kemiringan ke arah Barat.

    2.  Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal Tersier umumnya terdiri dari jenis

     peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan

    umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi

     pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat di bagian utara.

    3.  Endapan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur Kuarter, umumnya

    terdapat di bagian utara dekat desa Sorowako.

    II.2 Nikel Laterit

     Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses

    i i b l l j h di l i k ik b l fik i k di

  • 8/17/2019 Ketebalan

    22/71

    Istilah Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later , yang artinya bata (membentuk

     bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata). (Guilbert,

    1986).

    Bijih nikel laterit biasanya terdapat di daerah tropis atau sub-tropis yang terdiri dari

     pelapukan batuan ultramafik yang mengandung zat besi dan magnesium dalam

    tingkat tinggi. Deposit tersebut biasanya menunjukkan lapisan yang berbeda karena

    adanya kondisi cuaca.

    II.2.1 Genesa Endapan Nikel Laterit

    Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung

    olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.30%

    nikel (Sundari, 2012).

  • 8/17/2019 Ketebalan

    23/71

    Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan

    magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun

    selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini

    merupakan proses pelapukan dan leaching . Unsur Ni sendiri merupakan unsur

    tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur

     Ni berada dalam ikatan  serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin

    adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg,

     Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.

    Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni yang

    terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat

    turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock   ( Harzburgit ). Ikatan dari Ni yang

    b i i d i d k b k i l d

  • 8/17/2019 Ketebalan

    24/71

    II.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Nikel 

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nikel adalah :

    1.  Batuan asal

    Batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit.

    Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni 0.2% - 0.3% yang

    merupakan batuan dengan elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya,

    mempunyai mineral-mineral yang paling mudah untuk lapuk seperti olivin dan

     piroksen. Mempunyai komponen-komponen yang mudah larut, serta akan

    memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

    2.  Iklim

    Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi

    kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya

  • 8/17/2019 Ketebalan

    25/71

    Struktur yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan yang dapat

    mempermudah masuknya air ke dalam batuan.

    5.  Topografi

    Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-

    reagen lainnya. Untuk daerah landai, air akan bergerak perlahan-lahan sehingga

    akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui

    rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat

     pada daerah-daerah yang landai seperti kemiringan sedang. Hal ini menerangkan

     bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah curam,

     jumlah air yang meluncur lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat

    menyebabkan pelapukan kurang intensif.

    6.  Waktu

  • 8/17/2019 Ketebalan

    26/71

    Gambar 2.3 Profil Nikel Laterit Sorowako (Ahmad, 2008)

    1.  Zona Top Soil (overburden) 

    Merupakan bagian paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya adalah

    akar tumbuhan, humus, oksida besi, dan sisa-sisa organik lainnya. Pada zona ini

    umumnya kenampakan overburden pada core ditunjukkan dengan warna cokelat

    kemerahan dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah. Ketebalan lapisan

    tanah penutup rata-rata 0.3 meter sampai dengan 6 meter.

    2.  Zona limonit

    Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya

    meliputi oksida besi yang dominan,  geothit   dan magnetit. Ketebalan lapisannya

    rata-rata 8-15 meter. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada

    zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada. Umumnya mineral-mineral di

  • 8/17/2019 Ketebalan

    27/71

    sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin,

    krisopras dan garnierit. Pada zona ini umunya berwarna cokelat muda kekuningan

    hingga abu-abu hitam kehijauan. Zona ini merupakan alterasi dari bedrock  

    dimana proses-proses pelapukan kimia lebih aktif sehingga pada zona ini sering

    dijumpai silika oksidasi (SiO2). Serta pada zona ini kaya akan mineral-mineral

    seperti olivin, garnierit  dan crysopras.

    4.  Zona bedrock

    Zona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah

    yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum

    sudah tidak mengandung mineral ekonomis.

    II.2.4 Tipe Endapan Nikel Laterit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    28/71

    II.2.4.1 Tipe West Block  

    Pada daerah west block   batuan didominasi oleh harzburgit dengan beberapa batuan

    dunit yang kaya olivin. Kandungan olivin tinggi dan piroksen yang hadir   umumnya

    orthopiroksen. Batuan di daerah ini umumnya tidak terserpentinisasi atau sedikit

    terserpentinisasi.. Sifat material yang relatif keras menyebabkan kesulitan dalam

     penambangan, namun batuan di daerah ini menunjukkan rasio silika magnesia yang

    relatif lebih tinggi di banding east block . (Ahmad, 2005) 

    II.2.4.2 Tipe East Block  

    Daerah east block   didominasi oleh lherzolit dengan kandungan olivin yang rendah

    dan mengandung orthopiroksen maupun klinopiroksen. Peningkatan derajat

    serpentinisasi di daerah ini didukung juga oleh peningkatan kandungan magnetik

    dalam material batuan. Sifat batuan relatif lebih lunak dan menunjukkan rasio silika

  • 8/17/2019 Ketebalan

    29/71

    Gambar 2.4 Endapan laterit Sorowako (Ahmad, 2005) 

    II.3 Dril l ing /Pemboran

     Drilling /Pemboran mempunyai tujuan untuk mencari data  subsurface dan kemudian

    mengetahui model penyebaran endapan nikel laterit di bawah permukaan bumi,

    kemudian memperkirakan cadangannya. Dengan memperlihatkan peta geologi yang

    ada, dan letak titik – titik spasi pemboran dengan informasi  surveyor . Sebagai contoh

     pada saat  surveyor   di daerah tebing,lembah,punggungan, atau terdapat bongkahan

     batuan yang terlihat di permukaan yang dapat diinterpetasikan oleh geologist

    sebagai daerah yang laterisasinya intensif atau tidak sehingga dari informasi tadi

    geologist dapat menentukan titik bor prioritas untuk yang lebih efisien untuk di bor.

    Dalam tahap pemboran ada hal yang perlu untuk diketahui dimana hal ini dilakukan

  • 8/17/2019 Ketebalan

    30/71

    eksplorasi. Pemboran ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat

    mengenai ketebalan, kadar % Ni, serta besarnya cadangan.

    Pemboran dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai

    kandungan ore dari suatu daerah, termasuk profil dari titik yang dibor. Sampel yang

    diambil dari hasil pemboran ini akan dianalisa persentase kandungan Ni, Co, Fe,

    SiO2, dan MgO. Kemudian data ini akan dianalisa lebih lanjut berdasarkan Cut off

    Grade  yang berlaku. Jika terdapat indikasi bijih (ore), maka daerah itu akan

    ditambang, dan jika tidak terdapat indikasi bijih (ore), daerah tersebut akan

    ditinggalkan.

    Pada laterit, geologist berhadapan dengan variasi dari skala vertikal akibat

    karakteristik pelapukan yang dapat berbeda walaupun jarak antara titik pemboran

  • 8/17/2019 Ketebalan

    31/71

    Hal yang dibutuhkan oleh alat bor untuk dapat dengan efektif beroperasi adalah :

      Akses, untuk memobilisasi rig  (alat bor), biasanya merupakan jalan yang relatif

    sudah dibersihkan, datar –  landai (biasanya merupakan lintasan yang melingkar

    apabila berada di sebuah bukit)

       Drilling pad   (dudukan alat bor), posisi tempat ini didapatkan dari hasil

    surveying atas rencana titik pemboran yang telah dilakukan sebelumnya. Area

    ini harus datar, mempunyai tempat pembuangan air pemboran, dan menghadap

    ke jalan utama untuk memudahkan proses mobilisasi rig . Sebelum membuat

    drilling pada operator dozer  harus mengukur berapa tinggi material dan setelah

    itu mengukur ketinggian kupasan (cut)  material untuk keperluan control

    morphology pada saat permodelan.

      Mesin bor jacrow ataupun formos 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    32/71

    II.4 Perhitungan Volume Bijih Nikel Menggunakan Metode Poligon (Area Of

    I nf luence)

    Metode poligon adalah suatu metode perhitungan dengan konsep dasar yang

    menyatakan bahwa seluruh karakterisktik endapan suatu daerah diwakili oleh satu

    titik tertentu. Jarak titik bor di dalam poligon dengan batas poligon sama dengan jarak

     batas poligon ke titik bor terdekat (Agus, 2005).

    Pada metode poligon ini semua faktor ditentukan untuk titik tertentu pada endapan

    mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah jarak dari titik-titik sekitarnya

    yang membentuk daerah pengaruh. Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik

    akan membentuk suatu poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan

    diestimasi cadangannya diganti oleh beberapa persegi poligon, setiap persegi poligon

    atau blok menggambarkan volume daerah suatu titik.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    33/71

    t = Tebal bijih (m)

    Sedangkan untuk menghitung volume total dari masing-masing poligon digunakan

     persamaan :

    Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 … + Vn ……………………………………… (2.2) 

    Dimana :

    V1 + V2 + V3 + V4 + … + Vn = Volume masing-masing poligon (m3)

  • 8/17/2019 Ketebalan

    34/71

    Daerah Anoa merupakan daerah penelitian yang berada pada daerah wilayah kuasa

     pertambangan PT.Vale Indonesia. Secara administratif terletak pada daerah

    Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan.

    Secara sistem koordinat berada pada 120o 48' 26" –  121

    o 31' 43" BT dan 02

    o 13' 05" –  

    02o

    55' 50" LS dan merupakan daerah eksplorasi tipe West Block dengan rasio silica

    magnesia yang relatif tinggi, dengan luas daerah penelitian adalah 279.496 m2.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    35/71

    spasi titik bor 50 meter x 50 meter, kemudian dilakukan verifikasi data dan

     pengolahan data dari data core  tersebut berdasarkan deskripsi geologi untuk

     pengerjaan tahap selanjutnya. Data yang digunakan dalam penelitian dapat dibagi

    menjadi 2 :

    1.  Data lubang bor yang berisi data menegenai posisi/koordinat lubang bor berupa

    easting , northing  dan elevasi.

    2.  Data kadar yang berisi informasi kadar pada tiap-tiap interval kedalaman tertentu

     pada masing-masing lubang bor.

    Selanjutnya kedua basis data ini digabungkan menjadi satu basis data yang berisikan

    informasi secara menyeluruh tentang posisi kadar dari tiap-tiap lubang bor. Data ini

    terdiri atas nama drill hole, easting, northing, elevasi dan kadar dari unsur layer  

    saprolit dan layer  limonit.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    36/71

    III.3.2 Tahap Pengolahan Data

    Pada proses pengolahan data dilakukan beberapa langkah pengolahan data.

    Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume bijih

    nikel dan penyebaran nikel pada daerah penelitian. Adapun tahap pengolahan data

    dari daerah penelitian yaitu :

    a.  Pengolahan Data Assay

    Pengolahan data sekunder dimulai pada pengolahan data Assay yang berisikan

    informasi mengenai kadar dari tiap-tiap interval kedalaman lubang bor yang

    terdiri atas nama drill hole, easting, northing, elevasi dan kadar dari unsur layer  

    saprolit dan layer  limonit.

    b.  Menentukan Nilai Berat Kering

    Menentukan nilai berat kering (dry weight) Nikel yang diperoleh dari data core 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    37/71

     …………………………………………………………… (3.1) 

    d.  Menentukan Ketebalan Bijih

    Ketebalan endapan bijih dapat dihitung berdasarkan kedalaman setiap lapisan

    yang dianggap sebagai bijih nikel. Yaitu dengan menjumlahkan nilai interval bijih

     pada tiap-tiap lubang bor.

    e.  Menentukan Luas Daerah Pengaruh

    Dalam menentukan luas masing-masing daerah pengaruh, metode yang dilakukan

    adalah dengan menghitung setengah luas daerah pengaruh yang berbeda di

    samping kiri  –   kanan, atas dan bawah daerah sehingga membentuk suatu bujur

    sangkar dengan interval jarak titik bor 50 x 50 meter.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    38/71

    = Batas Daerah Pengaruh Titik Bor

    f.  Menentukan Volume Bijih

    Dalam penentuan volume bijih nikel pada daerah penelitian, maka dapat dihitung

    dengan menggunakan persamaan :

    V = A.t …………………………………………………………. (3.3) 

    III.3.3 Membuat Penampang Korelasi Data Bor

    Pada pembuatan peta korelasi, dibutuhkan data input berupa database yang berisikan

    informasi mengenai data data assay,  litologi, collar dan survei yang dibuat dengan

     bantuan  software MS. Excel 2013 dengan  format comma separated value  (CSV).

    Data-data tersebut dibuat dalam suatu tabel teratur dan sistematis. Hal ini

  • 8/17/2019 Ketebalan

    39/71

    III.4 Bagan Alir Penelitian

     Dry Weight x Ni

    Kajian Pustaka

    Data Sekunder

    Saprolit

    Mulai

    Kadar Ni

    Limonit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    40/71

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Titik Bor Daerah Anoa

  • 8/17/2019 Ketebalan

    41/71

    IV.2 Korelasi Lapisan Limonit

    Gambar 4.2 Korelasi Lapisan Limonit

    Gambar 4.2 merupakan korelasi lapisan limonit pada lintasan 1. Pada gambar 4.2

    dilakukan pengkorelasian antara setiap lubang untuk setiap lapisan dan untuk setiap

  • 8/17/2019 Ketebalan

    42/71

    Gambar 4.3merupakan korelasi lapisan limonit pada lintasan 1. Pada gambar 4.3

    dilakukan pengkolerasian antara setiap lubang untuk setiap lapisan dan untuk setiap

    lintasan sehingga akan diperoleh penampang 3D untuk lapisan saprolit.

    IV.4 Korelasi Lapisan Bedrock  

  • 8/17/2019 Ketebalan

    43/71

    Saprolit dan  Bedrock yang masing-masing dari ketiga lapisan laterit tersebut akan

    dibuatkan penampang korelasinya, yaitu sebagai berikut :

      Penampang 3D Korelasi Lapisan Limonit 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    44/71

    dengan baik karena memiliki waktu untuk proses pengayaan tersebut dan umumnya

    akan terbentuk endapan yang lebih tebal sehingga perbedaan ketebalan ini

    menyebabkan adanya perbedaan volume pada setiap lubang bor. Sebagai contoh

    diambil 2 perhitungan volume pada lubang bor C100222 diperoleh volume sebesar

    22.500 m3  dan pada lubang bor C135163 diperoleh volume sebesar 10.000 m

    3.

    Terlihat pada setiap lubang bor, warna merah menunjukkan batas lapisan limonit,

    warna hijau menunjukkan batas lapisan saprolit dan warna biru menunjukkan batas

    lapisan bedrock.

      Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    45/71

    topografi daerah penelitian, adanya perbedaan ketebalan ini mempengaruhi perbedaan

    volume pada setiap lubang bor. Sebagai contoh diambil 2 perhitungan volume pada

    lubang bor C100222 diperoleh volume sebesar 8.625 m3  dan pada lubang bor

    C135163 diperoleh volume sebesar 13.250 m3. Terlihat pada setiap lubang bor, warna

    merah menunjukkan batas lapisan limonit, warna hijau menunjukkan batas lapisan

    saprolit dan warna biru menunjukkan batas lapisan bedrock.

      Penampang 3D Korelasi Lapisan Bedrock

  • 8/17/2019 Ketebalan

    46/71

    dilakukan perhitungan volume, hal ini disebabkan karena pada lapisan bedrock tidak

    terdapat bijih nikel yang bernilai ekonomis sehingga tidak dilakukan penambangan

     pada lapisan ini. Terlihat pada setiap lubang bor, warna merah menunjukkan batas

    lapisan limonit, warna hijau menunjukkan batas lapisan saprolit dan warna biru

    menunjukkan batas lapisan bedrock.

      Penampang 3D Korelasi Lapisan Saprolit, Limonit dan Bedrock  

  • 8/17/2019 Ketebalan

    47/71

    IV.6 Peta Distribusi Nikel

      Peta Distribusi Ni Pada Lapisan Limonit

    Gambar 4.9 Peta Distribusi Nikel (Ni) pada lapisan Limonit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    48/71

    Kurangnya kadar nikel (Ni) pada lapisan limonit terjadi karena nikel (Ni) merupakan

    unsur yang mudah terlarut, sehingga akan mudah terbawa ke zona yang lebih dalam.

     Nikel (Ni) umumnya akan lebih banyak terbentuk pada lapisan saprolit setelah

    mengalami proses pelapukan secara terus-menerus. Penyebaran nikel (Ni) pada

    lapisan limonit juga dipengaruhi oleh kondisi topografi lereng. Berdasarkan Gambar

    4.9 menunjukkan bahwa sebaran nikel (Ni) pada daerah puncak memiliki kadar

    kurang dari 1.1% dan semakin meningkat pada daerah lereng. Hal ini disebabkan

    karena adanya erosi yang membawa unsur nikel ke daerah yang lebih rendah.

      Peta Distribusi Ni Pada Lapisan Saprolit

  • 8/17/2019 Ketebalan

    49/71

    Pada lapisan saprolit, secara kimiawi zona ini ditandai dengan kelimpahan unsur Mg

    dan nikel (Ni) serta berkurangnya unsur Fe. Penyebaran nikel (Ni) bergantung dari

    arah aliran air tanah dan sangat dipengaruhi oleh bentuk morfologinya, dimana air

    tanah bergerak dari pegunungan-pegunungan ke arah lereng dan membawa Ni, Mg

    dan Si mengalir ke zona pelindihan. Kemudian nikel (Ni) akan terjebak pada tempat-

    tempat terdapatnya banyak rekahan dan lereng dengan kemiringan yang relatif landai

    hingga sedang yang merupakan topografi yang ideal untuk terjadinya keseimbangan

    antara proses mekanik dan proses kimia sehingga memberikan kontribusi pengayaan

    nikel.

    Pada gambar 4.10 adalah peta distribusi nikel (Ni) pada lapisan saprolit. Pada peta

    dapat terlihat, kadar nikel (Ni) terendah pada lapisan saprolit memiliki kadar kurang

  • 8/17/2019 Ketebalan

    50/71

    rendah jika dibandingkan dengan nikel (Ni) berkadar tinggi, hal ini disebabkan

    karena kemungkinan unsur Ni tidak terakumulasi dengan baik pada daerah topografi

    dengan kemiringan lereng yang sangat landai.

      Peta Ketebalan Limonit 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    51/71

    karena memiliki waktu untuk proses pengayaan tersebut dan umumnya akan

    terbentuk endapan yang lebih tebal. Akibat lereng yang curam, maka erosi yang

    terjadi akan kuat sehingga menyebabkan zona limonit dan saprolit tererosi.

    Pada gambar 4.11 merupakan peta ketebalan lapisan limonit. Pada peta dapat dilihat

    daerah yang memiliki ketebalan pada zona limonit. Nilai ketebalan limonit terbanyak

     berada diatas 15 m ditunjukkan dengan warna biru sedangkan untuk nilai ketebalan

    limonit terendah berada dibawah 5 m ditunjukkan dengan warna abu-abu.

    Salahsatu faktor yang mempengaruhi ketebalan dari suatu endapan adalah kondisi

    topografi. Pada peta sebaran ketebalan limonit dapat terlihat, umumnya ketebalan

    limonit yang berada diatas 15 m tersebar pada daerah yang memiliki topografi landai

    yaitu pada arah utara dan puncak bukit hal ini disebabkan karena pada daerah ini

  • 8/17/2019 Ketebalan

    52/71

     

    Peta Ketebalan Saprolit 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    53/71

    Pada gambar 4.12 merupakan peta ketebalan lapisan saprolit. Pada peta menunjukkan

     penyebaran ketebalan saprolit tidak merata. Ketebalan dengan nilai tertinggi

    ditunjukkan dengan daerah yang berwarna hijau dengan kadar lebih dari 15 m dan

    nilai terendah yang ditunjukkan oleh warna merah dengan kadar kurang dari 5 m.

    Pada peta, terlihat penyebaran ketebalan zona saprolit yang tidak merata, umumnya

    ketebalan dengan kadar tertinggi berada di arah utara, hal ini disebabkan karena

    kondisi topografi dan morfologi yang menyebabkan adanya aktivitas pengikisan

    (erosi) sehingga membawa material-material penyusun ikut tererosi. Selain itu,

    Adanya ketebalan minimum saprolit disebabkan oleh batuan dasar yang

    terserpentinisasi lemah, sehingga proses pembentukan zona saprolit hanya terjadi

     pada permukaan bongkah batuan lapuk. Sedangkan pada lapisan saprolit yang tebal

  • 8/17/2019 Ketebalan

    54/71

    IV.8 Penentuan Ketebalan Bijih Nikel

    Perhitungan Ketebalan bijih (Ore) ditentukan untuk mengetahui seberapa besar

    volume dari akumulasi kandungan bijih nikel dalam setiap lubang bor. Untuk

    menentukan ketebalannya maka terlebih dahulu dilakukan penentuan

    kandungan/kadar bijih nikel pada setiap lubang bor yang sesuai dengan COG (cut off

     grade) yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan ketebalan bijih dengan

    menghitung besarnya nilai kedalaman bijih berdasarkan COG (cut off grade) nya.

    IV.9 Penentuan Volume Bijih Nikel

    Perhitungan volume nikel laterit di daerah penelitian dilakukan berdasarkan pada data

    yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. Data-data pemboran tersebut kemudian

    dianalisis sesuai dengan kadar nikel untuk mengetahui ketebalan bijih (ore) dari tiap

  • 8/17/2019 Ketebalan

    55/71

    Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah data loging  bor spasi 50 meter x 50

    meter. Untuk menghitung volume maka didapat dengan mengalikan antara luas blok

    dengan ketebalan bijih (ore) pada data log bor. Luas blok dihitung berdasarkan segi

    empat yang terbentuk dari daerah pengaruh yaitu batas luar dari daerah

     pengaruhsuatu titik bor yang merupakan setengah dari spasi titik bor. 

    Besar volume ditentukan untuk mengetahui seberapa besar cadangan bijih nikel

    sehingga dapat dilakukan penambangan.

      Perhitungan Volume Bijih Nikel 

    Tabel 4.1 Perhitungan Volume Bijih Nikel

    Jenis Hole Ketebalan (t) Luas (A) V (A.t)

    Lapisan Id (m) (m2) (m

    3)

  • 8/17/2019 Ketebalan

    56/71

    Tabel 4.1 merupakan tabel contoh perhitungan volume bijih nikel pada lapisan

    limonit dan lapisan saprolit dengan mengambil masing-masing 6 titik lubang bor

    dari 160 titik pada setiap lapisan sebagai contoh perhitungan volume bijih nikel.

    Setelah dilakukan dilakukan perhitungan volume bijih nikel untuk setiap lubang bor

     pada lapisan limonit dan saprolit, maka dilakukan perhitungann total sehingga

    diperoleh volume bijih nikel pada lapisan limonit sebesar 816.675 m3  dan volume

    total pada lapisan saprolit sebesar 2.097.007 m3.

    Hasil perhitungan volume bijih nikel untuk setiap lubang bor (160 titik) pada lapisan

    limonit dan lapisan saprolit memiliki total volume bijih nikel yang berbeda. Lapisan

    saprolit memiliki total volume bijih nikel yang lebih besar jika dibandingkan dengan

    total volume bijih nikel pada lapisan limonit, hal ini disebabkan karena pada lapisan

    saprolit, lebih banyak nikel yang terendapkan. 

  • 8/17/2019 Ketebalan

    57/71

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Dari hasil uraian dan pembahasan, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai

     berikut :

    1. Berdasarkan peta distribusi nikel (Ni) pada lapisan limonit dan saprolit, penyebaran

    kadar nikel (Ni) dipengaruhi oleh bentuk topografi dan kemiringan lereng.

    Semakin besar kemiringan lereng maka ketebalan endapan Ni yang terbentuk akan

    semakin tipis. Sebaliknya, bila kemiringan lereng sedang sampai landai maka

    endapan yang terbentuk akan lebih tebal.

    2. Berdasarkan hasil perhitungan volume bijih nikel (Ni) pada lapisan limonit dan

  • 8/17/2019 Ketebalan

    58/71

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus, H., 2005.  Metode Perhitungan Cadangan. Departemen Teknik Pertambangan

    Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung

    (ITB) : Bandung.

    Ahmad, Waheed., 2005.  Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy,

    Weathering Processes and Laterit formation. PT. International NickelIndonesia : Sorowako, South Sulawesi.

    Ahmad, Waheed., 2008.  Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy,Weathering Processes, formation and exploration.  PT. International Nickel

    Indonesia: Sorowako, South Sulawesi.

    Guilbert, J.M. 1986.,The Geology of Ore Deposits. W.H Freeman and Company

     Newyork.

    Massinai, Muhammad Altin, Saiful Damphelas., 2013.  Laporan Akhir Inventarisasi

     Zona Mineralisasi Panas Bumi dan Batubara di Kabupaten DonggalaSulawesi Tengah. PT. Grafis Internusa : Pemda Kabupaten Donggala.

    Semardalena, Pratiwi., 2010.  Perhitungan Cadangan Bijih Nikel Laterit Dengan

     Menggunakan Metode Poligon Pada Bukit TLA4 Daerah Tambang Tengah

  • 8/17/2019 Ketebalan

    59/71

    Sundari, Woro., 2012,  Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi

    Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi

    Sulawesi Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupang.

    Surawan Yudi,.2014, Optimalisasi Penggunaan ERT(Electrical Resistivity

    Tomography)Konfigurasi Gradient Dalam Memaksimalkan Eksplorasi

     Nikel Laterit . Universitas Hasanuddin: Makassar.

    Tonggiroh Adi, Suharto, Mustafa Muhardi,. 2012 Analisis Pelapukan Serpentin dan Endapan Nikel Laterit Daerah Palangga Kabupaten Konawe Selatan

    Sulawesi Tenggara. Universitas Hasanuddin : Makassar.

  • 8/17/2019 Ketebalan

    60/71

     

    LAMPIRAN 7

  • 8/17/2019 Ketebalan

    61/71

     

    LAMPIRAN 8

  • 8/17/2019 Ketebalan

    62/71

     

    LAMPIRAN 9

  • 8/17/2019 Ketebalan

    63/71

     

    LAMPIRAN 10

  • 8/17/2019 Ketebalan

    64/71

     

    LAMPIRAN 11

  • 8/17/2019 Ketebalan

    65/71

     

    LAMPIRAN 12

  • 8/17/2019 Ketebalan

    66/71

     

    LAMPIRAN 13

  • 8/17/2019 Ketebalan

    67/71

     

    LAMPIRAN 14

  • 8/17/2019 Ketebalan

    68/71

     

    AMPIRAN 15

  • 8/17/2019 Ketebalan

    69/71

     

    LAMPIRAN 17

  • 8/17/2019 Ketebalan

    70/71

     

    LAMPIRAN 18

  • 8/17/2019 Ketebalan

    71/71

    LAMPIRAN 16