kesker dan pak.doc

33
KESEHATAN KERJA DAN PAK UNIVERSITAS ANDALAS “ RESPIRATORY DISORDER ” Oleh : Kelompok 11 Nova Lucyana 1311211002 Riyani Putri Pertiwi 1311211065 Susi Warni 1311211096 Zulfa Yandra 1311211015

Upload: dian-purnama

Post on 14-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESKER DAN PAK.doc

KESEHATAN KERJA DAN PAK

UNIVERSITAS ANDALAS

“ RESPIRATORY DISORDER ”

Oleh :

Kelompok 11

Nova Lucyana 1311211002

Riyani Putri Pertiwi 1311211065

Susi Warni 1311211096

Zulfa Yandra 1311211015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016

Page 2: KESKER DAN PAK.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Kesehatan Kerja dan PAK. Makalah

ini kami susun dengan judul “RESPIRATORY DISORDER” .

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah dan

pihak-pihak yang selama ini turut membantu kami. Semoga Allah memberikan

balasan yang sepadan atas budi baik yang selama ini diberikan.

Tidak lupa kami mohon maaf atas segala kesalahan yang kami perbuat

selama menyelesaikan makalah ini.

Dengan selesainya penyusunan makalah ini kami berharap agar makalah ini

dapat memberikan manfaat pada pembelajaran kita pada mata kuliah Kesehatan

Kerja dan PAK. Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini

akan kami terima dengan senang hati.

Padang, Januari 2016

Penulis

i

Page 3: KESKER DAN PAK.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

2.1 Kerusakan Pada Sistem Pernapasan...................................................................3

BAB 3 : PEMBAHASAN............................................................................................7

3.1 Jurnal 1................................................................................................................7

3.1.1 Pembahasan Jurnal.......................................................................................7

3.1.2 Metode Penelitian........................................................................................8

3.1.3 Hasil Penelitian............................................................................................8

3.1.4 Kesimpulan................................................................................................12

3.2 Jurnal 2..............................................................................................................13

3.2.1 Metode Penelitian......................................................................................13

3.2.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan.............................................................14

3.2.3 Kesimpulan................................................................................................16

BAB 4 : PENUTUP....................................................................................................17

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................17

4.2 Saran.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: KESKER DAN PAK.doc

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua mahluk hidup bernafas. Bernafas adalah proses menghirup udara dan

mengeluarkan udara. Di dalam udara terkandung berbagai macam gas, salah satunya

adalah oksigen. Gas yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah oksigen. Oleh karena

itu, hanya oksigen yang diambil dari udara untuk pernafasan. Oksigen adalah salah

satukebutuhan yang sangat vital. Seorang manusia atau hewan masih dapat bertahan

hidupbeberapa hari tanpa air atau beberapa minggu tanpa makan, tetapi tanpa

oksigen hanya beberapa menit saja. Pernafasan mengeluarkan gas karbon dioksida.

Gas karbon dioksidadikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru.

Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan

dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut:

rongga hidung faring trakea bronkus  paru-paru (bronkiol dan alveolus).

Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan

udara sebelum sampai ke alveoli.Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang

memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui

batuk ataupun bersin.

Namun banyak sekali kelainan dari sistem pernapasan yang dapat mengganggu

proses dari pernapasan kita. Dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa

kerusakan pada sistem pernapasan dan kemajuan dalam bidang kedokteran yang

berkaitan dengan ganggguan sistem pernapasan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Kerusakan apa saja yang dapat mengganggu kerja dari sistem pernapasan ?

2.   Apa saja penyebab-penyebab dari kerusakan sistem pernapasan ?

3. Bagaimana gangguan fungsi paru pada pekerja industri penggilingan padi di

demak ?

1

Page 5: KESKER DAN PAK.doc

2

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyakit-penyakit dari gangguan sistem pernapasan

2. Untuk memahami penyebab dari gangguan sistem pernapasan

3. Untuk mengetahui gangguan fungsi paru pada pekerja industri penggilingan padi

di Demak.

Page 6: KESKER DAN PAK.doc

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerusakan Pada Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami

gangguan. Gangguan ini biasanya dapat berupa kelainan, penyakit, atau karena ulah

dan perilaku manusia itu sendiri (seperti merokok). Penyakit atau gangguan yang

menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkan terganggunya proses

pernapasan atau bahkan merusak saluran pernafasan. Beberapa kelainan dan penyakit

akibat kerusakan pada sistem pernapasan pada manusia antara lain sebagai berikut :

a.           Asma

Asma dikenal dengan bengek yang disebabkan oleh bronkospasme. Asma

merupakan penyempitan saluran pernapasan utama pada paru-paru yang

menimbulkan serangan sesak napas dan mengi yang berulang. Gejala penyakit ini

ditandai dengan susah untuk bernapas atau sesak napas.  Penyempitan saluran

pernapasan dapat disebabkan oleh hal berikut :

1. Sumbatan jalan nafas yang sebagian reversibel.

2. Radang jalan nafas sehingga merusak sel epitel saluran nafas.

3. Reaksi yang berlebihan pada jalan nafas terhadap berbagai rangsangan, misal

reaksi alergi.

Penyakit ini tidak menular dan bersifat menurun. Kondisi lingkungan yang

udaranya tidak sehat atau telah tercemar akan memicu serangan asma. Penderita

asma diobati dengan obat-obatan yang disebut bronkodilator.Obat ini tidak diminum

atau disuntikkan ke penderita tetapi digunakan sebagai inhaler (dihirup).

b.          Bronkitis Kronis

Penyebab dari penyakit ini adalah Peradangan kronis pada saluran udara paru-

paru biasanya disebabkan oleh rokok.Jarang sekali, infeksi akut yang berulang

menimbulkan bronkitis kronis.Pada bronkitis kronis, bronkus, saluran udara utama

menuju paru-paru, meradang, membengkak, dan menyempit akibat iritasi oleh asap

tembakau, infeksi berulang, atau paparan lama terhadap zat polutan. Saluran udara

3

Page 7: KESKER DAN PAK.doc

4

yang meradang mulai menghasilkan dahak berlebihan, awalnya menyebabkan batuk

mengganggu di waktu lembap dan dingin, lalu berlanjut sepanjang tahun.

Gejalanya seperti suara serak, mengi, dan sesak napas juga timbul.Akhirnya si

penderita merasa sesak napas bahkan di saat sedang istirahat.Jika terjadi infeksi

saluran napas sekunder, dahak dapat berubah warna dari bening atau putih menjadi

kuning atau hijau.

c.           Faringitis

Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri pada

waktu menelan makanan atau kerongkongan terasa kering.Gangguan ini disebabkan

oleh infeksi bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok.

d.          Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan

kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru.Pada emfisema, gelembung

udara (alveolus) menjadi teregang berlebihan.Mereka juga meluruh dan menyatu

sehingga luas permukaan penyerap oksigen jadi berkurang.Alveolus tidak hanya

kehilangan daerah pertukaran udaranya, tapi udara juga terjebak di dalam akibat

penurunan elatisitas dinding alveolus.Akibatnya, paru-paru mengembang berlebihan,

volume udara yang masuk dan keluar paru-paru berkurang, dan lebih sedikit oksigen

yang dapat diserap ke dalam aliran darah.Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan

oksigen yang diperlukan.Emfisema membuat penderita sulit bernafas.Penderita

mengalami batuk kronis dan sesak napas.

Sebagian besar penderita emfisema adalah para perokok berat dalam waktu

lama, walaupun kelainan bawaan langka yang disebut defisiensi alfa1-antitripsin juga

dapat menyebabkan emfisema.Meskipun kerusakan akibat emfisema biasanya

ireversibel (tak bisa kembali), berhenti merokok kadang dapat memperlambat

perkembangan penyakit dan memungkinkan silia untuk pulih kembali.Silia sendiri

adalah rambut-rambut kecil di permukaan lapisan saluran udara paru-paru.

Gejala dari penyakit ini adalah sesak napas, mengi, sesak dada, mengurangi

kapasitas untuk kegiatan fisik, batuk kronis, kehilangan nafsu makan dan berat, serta

kelelahan.

Jika Anda perokok, berhenti merokok adalah cara pencegahan terbaik. Bagi

yang sudah terkena, berhenti merokok dapat mengurangi penyebaran penyakit.

Page 8: KESKER DAN PAK.doc

5

e.           Pneumonia (radang paru-paru)

Peradangan dari gelembung udara mikroskopik paru-paru yaitu alveolus dan

saluran udara terkecil yaitu bronkiolus atau disebut pneumonia.Pneumonia dapat

timbul di berbagai daerah di paru-paru.Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus

atau potongan besar paru-paru.Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang

mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus paru-paru.

Selain itu, ada juga yang disebut bronkopneumonia yang menyerang seberkas

jaringan di salah satu paru-paru atau keduanya.

f.            Tuberculosis (TBC)

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis.Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus

terdapat bintil-bintil.TBC dapat menyebabkan kematian.Sebagian besar orang yang

terinfeksi oleh bakteri tuberculosis menderita TBC tanpa mengalami gejala, hal ini

disebut latent tuberculosis. Apabila penderita latent tuberculosis tidak menerima

pengobatan maka akan berkembang manjadi active tuberculosis. Active tuberculosis

adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak mampu untuk melawan bakteri

tuberculosis yang terdapat dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi terutama

pada bagian paru-paru.

TBC dapat di atasi dengan terapi.Terapi TBC yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut.

1)   Pengguna vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG diberikan mulai

dari bayi. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 –

15 tahun, sehingga pada usia 12 – 15 tahun dapat dilakukan vaksinasi ulang.

2)   Pengobatan pada pasien latent tuberculosis.

3)   Pengobatan pada active tuberculosis dengan menggunakan antibiotik selama

kurang lebih 6 bulan tidak boleh putus.

g.           Pneumotoraks 

Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang disebut

pleura.Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura tertembus dan

udara masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru mengempis.Membran

pleura dipisahkan oleh lapisan cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan

Page 9: KESKER DAN PAK.doc

6

mereka.Keseimbangan tekanan antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan

paru-paru memungkinkan paru-paru "terisap" ke dalam dinding dada.

h.          Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mempunyai karakteristik keterbatasan

jalan napas yang tidak sepenuhnya reversibel.PPOK adalah kelainan jangka panjang

di mana terjadi kerusakan jaringan paru-paru secara progresif dengan sesak napas

yang semakin berat.PPOK terutama meliputi bronkitis kronis dan emfisema, dua

kelainan yang biasanya terjadi bersamaan.

Gejala utama dari penyakit ini sesak napas, batuk, dan produksi sputum

(riak).Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea

melalui mulut.Biasanya juga disebut dengan expectoratorian.

Penyebabnya adalah udara masuk dan keluar dari paru-paru terhambat dan

kemampuan paru-paru untuk mengambil oksigen untuk memenuhi kebutuhan normal

tubuh berkurang.Sejauh ini faktor penyumbang terbesar risiko PPOK adalah

merokok.

i.             Efusi pleura

Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru

disebut efusi pleura.Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau pleura dilumasi

oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru mengembang dan berkontraksi

dengan halus dalam dinding dada.Infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis, gagal

jantung, dan beberapa kanker dapat menimbulkan pengumpulan cairan di antara

pleura.Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang menekan paru-paru.

j.            Dipteri

Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium

diptherial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada rongga faring maupun laring

oleh lendir yang dihasilkan bakteri tersebut.

k.          Kanker paru-paru

Biasanya terjadi Pada usia setengah baya yang sering merokok. Penyakit ini

dapat dipicu oleh polusi udara dan polusi asap rokok yang mengandung hidrokarbon

termasuk benzopiren.

Page 10: KESKER DAN PAK.doc

7

BAB 3 : PEMBAHASAN

3.1 Jurnal 1

Analisis Faktor Risiko Kadar Debu Organik Di Udara Terhadap

Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Penggilingan Padi Di Demak.

3.1.1 Pembahasan Jurnal

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kadar debu organik di

lingkungan kerja terhadap gangguan fungsi paru pada pekerja industri penggilingan

padi di Kabupaten Demak. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :

menganalisis faktor risiko kadar debu organik di udara, umur pekerja, masa kerja,

jenis pekerjaan, penggunaan Alat Pelindung Diri, Kebiasaan Merokok terhadap

gangguan fungsi paru. Menurut Maters (1991) yang dimaksud dengan pencemaran

udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam

lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi

oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek

pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Untuk pencemaran debu organik Nilai

Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan adalah 4 mgr/m udara. Pencemaran udara

dapat terjadi karena adanya sumber pencemar, termasuk industri penggilingan padi

yang dipengaruhi pula oleh faktor kelembaban, suhu udara, serta arah dan kecepatan

angina.

Untuk mengetahui fungsi paru para pekerja dapat dilakukan deteksi fungsi

paru dengan mengukur Force Vital Capacity (FVC) untuk mendeteksi gangguan

restriksi, Force Expiratory Capacity 1 st minute (FEV1) dan perbandingan antara

FVC/FEV1 untuk gangguan obstruksi (7-12).

Adapun dampak debu organik di udara terhadap kesehatan tenaga kerja

adalah Bronchitis industri, Asma kerja, Kanker paru dan lain lain. Upaya untuk

mengurangi dampak debu terhadap kesehatan tenaga kerja adalah mengurangi hal

tersebut adalah dengan melakukan shielding, penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD), mengurangi faktor risiko potensial lainnya seperti merokok, dan riwayat

penyakit paru. Sedangkan Hipotesis peneltian ini adalah : Ada pengaruh faktor

risiko kadar debu organic di udara, umur pekerja, masa kerja, jenis pekerjaan,

Page 11: KESKER DAN PAK.doc

8

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok dan Riwayat pernah

mengidap penyakit paru terhadap gangguan fungsi paru.

3.1.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat eksplanatori,

dengan mengambil data dari responden secara survei dan menggunakan pendekatan

secara cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah Pekerja Industri

Penggilingan Padi di Kabupaten Demak, penarikan sampel dilakukan dengan cara

simple Random Sampling.

Pengukuran fungsi paru dilakukan dengan menggunakan Spirometer,

pengukuran kadar debu dengan menggunakan Dust sampler, sedangkan data

karakteristik responden, penggunaan APD, riwayat penyakit paru dan kebiasaan

merokok dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur.

Analisis data penelitian dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.

Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap

gangguan fungsi paru dengan Chi Square Test dan untuk mengetahui besarnya faktor

risiko dilakukan dengan menghitung Rasio Prevalens masing – masing faktor risiko.

Sedangkan analisis multivariat dengan menggunakan Regresi Logistik untuk

mengetahui besarnya pengaruh faktor risiko secara bersama – sama terhadap

gangguan fungsi paru.

3.1.3 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 3 perusahaan industri penggilingan padi dengan

sampel sebanyak 45 orang pekerja dari : UD Sari Bumi (7 orang), UD Mutiara Prima

(29 orang) dan UD Sumber Baru II (9 orang), terdiri dari 15 orang (33,33 %) laki –

laki dan 30 orang (66,67 %) perempuan. Tingkat pendidikan responden relatif masih

rendah, tamat SD / sederajat (46,7 %), selanjutnya adalah tamat SLTP (24,4 %),

tamat SLTA (17,8 %) dan tidak tamat SD/sederajat (11,1 %), tinggi badan antara 150

– 169 cm, berturut turut 155 – 159 (24,4 %), 160 –164 (24,4 %), dan 165 – 169 (22,2

%), berat badan terdiri dari : 50 – 54 kg (20 %), 55 – 59 kg (24,4 %) dan 60 – 64 kg

(26,7 %). masa kerja < 5 tahun (26,7 %) masa kerja = 5 tahun (73,33 %). bagian

Page 12: KESKER DAN PAK.doc

9

slep (82 %), sedangkan pada bagian pecah kulit (11%) dan ayakan (7 %). Sedangkan

distribusi data menurut fungsi paru 19 orang (42,2 %) normal dan 26 orang (57,8 %)

gangguan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko umur menunjukkan

tidak ada perbedaan yang bermakna (p value=0.213) antara umur tua dan muda

terhadap kejadian gangguan fungsi paru. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ari Susanto, tetapi sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ady Setiawan. Menurut Bannet (1997) bahwa umur akan

cenderung mempengaruh daya tahan tubuh terhadap kejadian suatu penyakit. Kian

bertambah umur seseorang akan kian menurun pula daya tahan tubuh seseorang.

Dengan demikian umur tidak berpengaruh langsung terhadap gangguan kesehatan

seseorang. Oleh karena itu hasil penelitian satu sama lain dapat saja berbeda.

Distribusi pekerja menurut faktor risiko kadar debu terdiri dari 11 orang

(24,4%) berada pada ruang dengan kadar debu < NAB, dan 34 orang (75.6%) bedara

pada ruang dengan kadar debu diatas NAB. hasil uji statistik menunjukkan ada

perbedaan yang bermakna (p value = 0.002, RP = 3,883) antara pekerja yang berada

pada ruang < NAB dan > NAB. Hasil penelitian ini Analisi Faktor Risiko sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, at. al, Adi Setiawan (1996) serta

Ari Sosanto (2002), keseluruhan hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa

kadar debu organik yang melebih Nilai Ambang Batas berhubungan dan berpengaruh

terhadap kejadian Gangguan fungsi paru pada pekerja. Distribusi Faktor risiko masa

kerja terdiri dari subjek menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami gangguan

fungsi paru pada pekerja < 5 tahun adalah 2.2 % dan pada pekerja = 5 tahun adalah

55.6 %. Rasio Prevalens (RP) adalah 8,333 ( CI = 3.822 – 309.145. Uji statistik juga

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna masa kerja terhadap kejadian

gangguan fungsi paru dengan χ2= 16.399 p value = 0,000. Masa kerja menentukan

lama paparan seseorang terhadap faktor risiko, kian lama paparan (masa kerja) kian

besar kemungkinan seseorang mendapatkan faktor risiko tersebut. Sumakmur (1998)

menyatakan bahwa salah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan

fungsi paru adalah lamanya seseorang terpapar polutan tersebut. Hal ini berarti

semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama pula waktu paparan terhadap

polutan tersebut. Menurut Bannet bahwa konsentrasi dan lama paparan terhadap

polutan berbanding lurus dengan gangguan fungsi paru.

Faktor risiko APD terdiri dari 9 orang menggunakan dan 36 orang tidak

menggunakan, uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

Page 13: KESKER DAN PAK.doc

10

penggunaan APD terhadap fungsi paru (p value = 0.766). Hasil penelitian ini

bertentangan dengan teori dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring, at. Al

(1999) bahwa penggunaan masker dengan ukuran 5 – 3 µ dapat menurunkan kadar

debu yang masuk ke paru paru pekerja hingga 87,6 %. Hal ini dapat disebabkan oleh

penggunaan masker yang tidak rutin, masker yang kurang memenuhi syarat.

Faktor risiko kebiasaan merokok terdiri dari 60 % (27 orang) pekerja

mempunyai kebiasaan merokok, dan hanya 40 % saja pekerja yang tidak mempunyai

kebiasaan merokok.

Berdasarkan hasil uji statistik, ada perbedaan yang bermakna antara pekerja

yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak merokok (p value = 0.001). Rasio

prevalens pekerja dengan kebiasaan merokok terhadap kejadian gangguan fungsi

paru adalah 2,8 kali lebih besar. Menurut Epler, GR(2000) kebiasaan merokok

merupakan faktor penyerta potensial terjadinya gangguan fungsa paru. Kebiasaan

merokok bukan hanya akan mengurangi tingkat pertukaran oksigen dalam darah,

tetapi juga akan menjadi faktor cpotensial dari beberapa penyakit paru, termasuk

karsinoma paru.

Data pekerja menurut riwayat penyakit paru terdiri dari : 42,2 % mempunyai

riwayat penyakit paru, dan sebagian besar (57.8 %) pekerja tidak mengidap penyakit

paru. Hasil analisis bivariat faktor risiko mengidap penyakit paru dengan Gangguan

Funsi paru menunjukkan pekerja yang mempunyai riwayat penyakit (94.7 %) lebih

besar dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyei riwayat prnyakit (30,8

%), dengan Rasio Prevalens sebesar 3,075 kali. Uji statistik menunjukkan

kemaknaan dengan p value = 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Susanto, at al dan penelitian Setiawan, at. al. yang mendapatkan

bahwa pekerja yang pernah mengidap penyakit paru berhubungan secara bermakna

terhadap gangguan fungsi paru, serta ditunjang pula oleh pendapat Bannet (1997)

bahwa pekerja yang mempunyai riwayat penyakit paru akan lebih mudah

mendapatkan gangguan fungsi paru dibandingkan dengan pekerja yang tidak

mempunyai riwayat penyakit paru Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing –

masing faktor risiko terhadap kejadian gangguan fungsi paru secara bersdama –

sama, dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik terhadap

factor risiko dengan hasil sebagai berikut :

Page 14: KESKER DAN PAK.doc

11

Tabel : Hasil Analisis multivariat faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

gangguan fungsi paru pada pekerja Industri Penggilingan padi di Kabupaten Demak,

2003.

NO FAKTOR

RISIKO

B df p value Odd

Ratio

(OR)

95.0% C.I.

Lower Upper

1 Kadar Debu 3,018 1 0.039 2.451 1.168 35.946

2 Masa Kerja 4.130 1 0.024 6.154 1.171 224.81

8

3 Kebiasaan

Merokok

2.038 1 0.156 0.674 0.460 128.10

5

4 Riwayat

Penyakit

Paru

3.535 1 0.021 4.310 1.703 69.121

Constant -7,455 1 0.005 0.001

Berdasarkan hasil analisis multivariat tersebut diatas, faktor risiko yang

paling berpengaruh terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja industri

padi di Kabupaten Demak berturut – turut adalah masa kerja (B =4.130, p value =

0.024), riwayat pernah mengidap penyakit paru (B = 3.535, p value = 0.021), kadar

Debu organik di udara pada ruang kerja (B = 3.018, p value = = 0,039). Sedangkan

kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian gangguan fungsi paru (p

value = 0,156).

Berdasarkan hasil analisis Regresi Logistik tersebut diketahuibahwa pekerja

yang bekerja di ruang dengan kadar debu di udara melebihi NAB, masa kerja lama

(lebih dari 5 tahun), dan mempunyai riwayat penyakit paru akan memiliki

probabilitas untuk mendapat gangguan fungsi paru sebesar 100 % - 3,59 % = 96.41

%

Page 15: KESKER DAN PAK.doc

12

3.1.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari beberapa

faktor risiko yang diteliti Analisis bivariat menunjukkan gangguan fungsi paru

tersebut terbukti secara bermakna dipengaruhi oleh kadar debu organik di udara yang

melebihi NAB dengan p value = .002, serta di perberat oleh faktor potensial yaitu :

masa kerja (p value = .000), serta kebiasaan merokok (p value =0.001) dan riwayat

pernah mengidap penyakit paru (p value =0,000). Sedangkan variabel kontrol

lainnya seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan dan penggunaan Alat Pelindung

Diri, tidak berpengaruh terhadap kejadian gangguan fungsi paru. Rasio prevalensi

dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian fungsi paru adalah : kadar

debu organik di udara yang melebihi NAB dengan Ratio Prevalence = . 2,451 kali,

serta di perberat oleh faktor potensial yaitu : masa kerja (Ratio Prevalence = . 6.154

kali), dan riwayat pernah mengidap penyakit paru (Ratio Prevalence =4.310 kali).

Upaya untuk mengurangi gangguan fungsi paru pada pekerja industri

penggilingan padi di kabupeten Demak ini, kiranya dilakukanpengawasan dan

pengendalian secara berkala secara terintegrasi dari pihak penelola industri

penggilingan padi, Balai Hiperkes dan Dinas Kesehatan setempat yaitu : 1)memantau

dan mengendalikan kadar debu di udara ruang kerja bagi para pekerja, 2) melakukan

shielding pada sumber debu yang ada, 3)melakukan uji fungsi paru pada seluruh

pekerjanya, 5)memberikan penyuluhan atau bentuk kegiatan lain yang bertujuan

untuk lebih meningkatkan kesadaran pada para pekerja tentang faktor risiko 6)

pengobatan rutin dan replacement ke ruang yang kadar debu organiknya di bawah

Nilai Ambang Batas.

Page 16: KESKER DAN PAK.doc

13

3.2 Jurnal 2

Pajanan Debu Batubara Dan Gangguan Pernafasan Pada Pekerja

Lapangan Tambang Batubara

3.2.1 Metode Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat dekriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian adalah pekerja lapangan tambang batubara. Besar

sampel penelitian ini adalah 28 orang dengan kriteria inklusi untuk pekerja dengan

jenis kelamin laki-laki, tempat tinggal kurang dari 2 km dari perusahaan, bekerja

pada shift siang, tidak merokok dan bersedia menjadi responden penelitian ini.

Penelitian ini memerlukan waktu selama dua bulan yaitu pada bulan Maret –

April 2007. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di PT. Kalimantan Prima

Persada Sungai Puting Rantau, Kalimantan Selatan. Variabel dalam penelitian ini

adalah kadar debu respirabel dan gangguan pernafasan pada pekerja lapangan PT.

Kalimantan Prima Persada Sungai Puting. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat ukur debu “Low Volume Dust Sampler”, dilengkapi dengan

pompa penghisap udara yang dihubungkan dengan filter penyaring debu respirabel,

timbangan analitik dengan sensitivitas 0,1 mg, termometer dan higrometer, alat

kalibrasi, stop watch, desikator, pinset, tripod, serta kuesioner untuk mengetahui

karakteristik dan gangguan pernafasan pada pekerja.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder

berupa data jumlah pekerja berdasarkan umur, pendidikan, dan masa kerja, data

kesakitan dan kematian pekerja, data kecelakaan kerja, struktur organisasi, peta

wilayah perusahaan dan data jam kerja perusahaan.

Analisis data melalui tabulasi pengukuran kadar debu respirabel yang

dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB). Data dari kuesioner ditabulasi

secara manual dan dibuat tabulasi data dalam bentuk tabel persentase dan

diiterprestasikan secara deskriptif sesuai dengan data karakteristik tenaga kerja dan

gangguan pernafasan pada pekerja.

Page 17: KESKER DAN PAK.doc

14

3.2.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Hasil pengukuran kadar debu respirabel di PT. Kalimantan Prima Persada

Sungai Puting dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Debu Respirabel di PT. Kalimantan Prima Persada

Sungai Puting, 2007

No Waktu

Pengukuran

(Jam)

Hasil Rerata

(mg/m

3)

NAB (mg/m3) Keterangan

1 08.00 – 10.00 2,08

2,19 2 >NAB2 10.00 – 12.00 2,50

3 13.00 – 15.00 2,92

4 15.00 – 17.00 1,25

Tabel 1. menunjukkan bahwa kadar debu respirabel yang ada di lapangan sedikit

melebihi nilai ambang batas normal yaitu sebesar 2,19 mg/m. Hal ini dikarenakan

waktu pengukuran pada siang (pukul 08.00 – 17.00), dimana suhu dan kecepatan

angin meningkat, sehingga jumlah kadar debu respirabel di lapangan semakin besar.

Mendekati sore hari (pukul 15.00 – 17.00) kadar debu respirabel turun. Tingginya

kadar debu di tempat kerja dapat menyebabkan terjadinya kelainan faal paru.

Kegiatan penimbunan batubara, dalam bentuk gunungan akan menimbulkan dampak

terhadap penurunan kualitas udara, berupa peningkatan debu udara ambien. Dispersi

debu batubara terjadi karena bantuan angin yang berhembus mengenai tumpukan

batubara, saat penurunan dan penaikan batubara ke kendaraan pengangkut (Wang,

2004).

Tabel 2. Gangguan Pernafasan yang Dialami Pekerja Lapangan PT. Kalimantan

Prima Persada Sungai Puting, 2007

No Gangguan Pernafasan Jumlah Persentase (%)

1 Batuk kering 14 23,73

2 Batuk berdahak 15 25,42

3 Sesak nafas 8 13,56

Page 18: KESKER DAN PAK.doc

15

4 Asma akibat kerja 7 11,86

5 Alergi debu 3 5,08

6 Keluhan pada dada 6 10,17

7 TAK (tanpa ada keluhan) 6 10,18

Jumlah 59 100,00

Tabel 2. menunjukkan adanya gangguan pernafasan pada pekerja lapangan PT.

Kalimantan Prima Persada Sungai Puting.

Gangguan pernafasan yang sering diderita responden adalah batuk berdahak dan

batuk kering.

Dalam dosis besar, semua debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan

reaksi walaupun ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir berlebihan, bila terus

berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus (Vallyathan, 2000). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2000), menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara konsentrasi debu tinggi dengan terjadinya kelainan

faal paru. Debu yang masuk ke saluran inspirasi menyebabkan reaksi mekanisme

pertahanan non-spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan

gangguan fagostosis makrofag. Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan

menyebabkan produksi lendir bertambah dan otot polos di sekitar jalan nafas

terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.

Penyakit yang ditimbulkan akibat terhirup banyaknya debu dapat dihindari

dengan berbagai cara diantaranya adalah upaya pengandalian administratif,

pengendalian teknis dan pemakaian APD. Upaya pengendalian teknis permesinan

dalam mengurangi dampak gangguan pernafasan meliputi pemeliharaan mekanis dan

rancangan ulang proses yang dimaksudkan untuk melenyapkan, mengisolir atau

mengumpulkan emisi debu dengan cara sebagai berikut (Weeks, 2003):

1. Proses separasi, otomasi atau penutupan. Secara umum melengkapi semua daerah

kerja dengan ventilasi sehingga udara bersih bisa masuk;

2. Pengaturan operasi kerja, perlengkapan dan peralatan kerja untuk mencegah

penyebaran debu;

3. Menggunakan metode basah untuk mencegah terbentuknya debu;

Page 19: KESKER DAN PAK.doc

16

4. Memilah tempat kerja dengan menetapkan tempat kerja tertentu untuk proses

tertentu.

Praktek kerja yang tepat dan benar harus diterapkan dalam pemakaian bahan

atau pelaksanaan proses kerja yang berpotensi mengakibatkan terbentuknya debu di

lingkungan kerja. Praktek kerja tersebut hendaknya meliputi (Weeks, 2003):

1. Syarat pemakaian dan pemeliharaan sistem mesin pengolah, instalasi, dan alat

perlengkapan sesuai dengan instruksi yang digariskan;

2. Membasahi batubara di tempat kerja sebelum dilakukan pengolahan, pemakaian,

kontak tangan, pengolahan dengan mesin, pembersihan, atau pemindahan;

3. Upaya untuk membersihkan mesin dan daerah kerja secara teratur mengikuti

metode yang tepat dan benar;

4. Pemakaian alat pelindung diri secara tepat dan benar.

3.2.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan

bahwa hasil pengukuran kadar debu respirabel di PT. Kalimantan Prima Persada

Sungai Puting sebesar 2,19 mg/m , dimana kadar tersebut melebihi Nilai Ambang

Batas. Gangguan pernafasan yang dialami pekerja lapangan PT. Kalimantan Prima

Persada antara lain batuk kering, batuk berdahak, sesak nafas, asma akibat kerja,

alergi debu, keluhan pada dada. Gangguan pernafasan banyak dialami oleh

responden dengan karakteristik berdasarkan kelompok umur yaitu umur 15-30 tahun

(60,71%), pendidikan yaitu SLTA/sederajat (42,86%), dan masa kerja yaitu

responden dengan masa kerja < 2 tahun (39,28%).

Page 20: KESKER DAN PAK.doc

17

BAB 4 : PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Paru-paru adalah suatu organ yang sangat vital di dalam tubuh manusia

sebab paru-paru adalah organ pernapasan manusia.Pada dasarnya penyakit paru-paru

tidaklah berat. Hal ini semuanya berawal dari kelalaian manusia dimulai dari

menjaga lingkungan dari tercemarnya udara dan sampai dengan sebagian manusia

malah sengaja memasukkan racun kedalam tubuhnya melalui paru-paru dengan cara

mengisap rokok dan lain sebagainya.

Penyakit paru-paru ada yang bisa disembuhkan dan juga yang tidak bisa

disembuhkan.Tapi pada dasarnya lebih banyak penyakit paru-paru yang bisa

disembuhkan dari pada penyakit paru yang belum bisa disembuhkan hal ini

tergantung kepada kita semua bagaimana cara kita menjaga kesehatan kita.

4.2 Saran

Gangguan pernapasan akibat kerja di Indonesia harusnya mendapatkan

perhatian yang serius, ini semua dikarenakan masih sedikitnya laporan mengenai

gangguan pernapasan di tempat kerja. Ini semua terjdi karna masih banyak yang

beranggapan bahwa penyakit pernapasan merupakan penyakit yang sepele.

Page 21: KESKER DAN PAK.doc

DAFTAR PUSTAKA

ANWARI, I. P. 2014. Makalah Sistem Pernapasan | Makalah Sistem Respirasi pada

Manusia.

http://www.mediapustaka.com/2014/10/makalah-sistem-pernapasan-

makalah.html, diakses tanggal 24 Januari 2016

S, F. S. N., JOKO, T. & SETIANI, O. 2004. Analisis Faktor Risiko kadar debu

Organik di udara terhadap Gangguan fungsi Paru pada Pekerja Industri

Penggilingan Padi di Demak. Kesehatan Lingkungan Indonesia, 3.

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/9641,diakses

tanggal 24 Januari 2016.

S, Q, K, L. & S, R. 2008. Debu Batubara dan Gangguan Pernafasan JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, 4.