keseimbangan cairan

25
Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa oleh: Kuntarti, S.Kp., M. Biomed # Pendahuluan Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam- basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO 2 , dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh. Komposisi Cairan Tubuh Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang

Upload: nadia-aiiuu

Post on 20-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

keseimbangan cairan

TRANSCRIPT

Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa oleh: Kuntarti, S.Kp., M. Biomed #PendahuluanManusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.Komposisi Cairan TubuhTelah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.Perpindahan Substansi Antar Kompartmen Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.DifusiPartikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Ficks law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.2. Peningkatan permeabilitas.3. Peningkatan luas permukaan difusi.4. Berat molekul substansi.5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.OsmosisBila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.FiltrasiFiltrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.Transport aktifTransport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.Keseimbangan Cairan dan ElektrolitPengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. 1. Pengaturan volume cairan ekstrasel. Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara: 1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjalJumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui: Perubahan osmolaritas di nefronDi sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH). Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan ElektrolitSebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.Keseimbangan Asam-BasaKeseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.2. katabolisme zat organik3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh3. mempengaruhi konsentrasi ion Kbila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:1. mengaktifkan sistem dapar kimia2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihanAda 4 sistem dapar:1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.Ketidakseimbangan Asam-BasaAda 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.KESIMPULANPengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.Daftar Pustaka Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed. California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc. Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San Fransisco: Pearson Education.

Cara Perpindahan Cairan

Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zatberpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Difusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarutmenembus membran kapiler dan sel yaitu : Permebelitas membran kapiler dan sel Konsenterasi Potensial listrik Perbedaan tekanan.

Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaankonsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yangrendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktifberbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentukadenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kaliumdan natrium.

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan cairan

Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membrane semipermiabel.1.Tekanan cairan . Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.Tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung di sebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut kristaloid. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse inravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena yang hipotonik yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding dengan konsentrasi plasma darah. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit A. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. GinjalGinjal memiliki peranan yang besar bagi tubuh karena berfungsi sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa dalam darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Ginjal memiliki kemampuan tersebut karena memiliki glomerulus sebagai penyaring cairan. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus) kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selny menyerap semua bahan yang di butuhkan. Jumlah urin yang di produksi ginjal, dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. KulitMerupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses pengaturan panas disarafi

3. Paru-paruOrgan paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml per hari. Pengeluaran tersebut di pengaruhi perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan.contohnya saat melakukan olahraga berat.

4. GastrointestinalMerupakan saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Saat kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml per hari.

B. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi hampir 90% dari total berat badan. Secara keseluruhan persentase cairan tubuh berdasarkan usia berbeda. Bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu kebutuhan cairan dalam tubuh di pengaruhi oleh banyaknya lemak dalam tubuh. Semakin banyak lemak yang terkandung dalam tubuh semakin sedikit cairan yang diperlukan.Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dancairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.Proportion Of Body FluidProsentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dantergantung beberapa hal antara lain :a.Umurb.Kondisi lemak tubuhc.Sex

KEBUTUHAN AIR YANG BERDASARKAN USIA DAN BERAT BADANUSIA KEBUTUHAN AIR

JUMLAH AIR DALAM 24 JAM ml/kg BERAT BADAN

3 hari 250-300 80-1001 tahun 1150-1300 120-1352 tahun4 tahun10 tahun14 tahun18 tahunDewasa 1350-1500 115-1351600-1800 100-1102000-2700 70-852200-2700 50-602200-2700 40-502400-2600 20-30

C. Cara Perpindahan Cairan

Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zatberpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Difusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarutmenembus membran kapiler dan sel yaitu : Permebelitas membran kapiler dan sel Konsenterasi Potensial listrik Perbedaan tekanan.

Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaankonsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yangrendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktifberbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentukadenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kaliumdan natrium.

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan cairan

Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membrane semipermiabel.1.Tekanan cairan . Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.Tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung di sebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut kristaloid. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse inravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena yang hipotonik yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding dengan konsentrasi plasma darah. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

2. Membrane semipermiabel.merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membrane semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.Jenis CairanCaira1. n zat gizi atau (nutrient)Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrient dapat melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrient dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrient terdiri atas :a. karbohidrat dan air, contoh: glukosa, fruktusa, serta invert sugar.b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.c. Lemak, contoh: lipomun dan liposyn2. Blood volume expandersBlood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Pada pasien dengan luka bakar yang berat sebagan besar cairan akan hilang dari pembuluh darah didaerah luka. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan:

1. hipovolume atau dehidrasiGangguan tersebut karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pemenuhan cairan. Biasanya di alami oleh pasien diare dan muntah. Tiga macam dehidrasi, yaitu:a. Dehidrasi isotonik, yaitu kehilangan sejumlah air atau cairan dan elektrolitnya yang seimbang. b. Dehidrasi hipertonik, yaitu kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolit daripada air atau cairan.2 .Hipervolume/over hidrasiTerdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan:1. Hipervolume (peningkatan volume darah)2. Edema(kelebihan cairan pada interstisial)Normal cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat diantara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada pada darah verifer, atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan kepermukaan interstisial sehingga menyebabkan edema anasarka(edema yang terdapat di seluruh tubuh).Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga kemembran kapiler paru-paru dan dapat meningkatkan kematiaan. Keadaan edema ini di sebabkan oleh gagal jantung yng mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.

Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).

o KationKation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkankation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatusistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.Kation terdiri dari : Natrium Kalium Kalsium Magnesium

.o AnionAnion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) danbikarbonat (HCO3), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO4).Anion terdiri dari : Klorida Bikarbonat Fosfat

Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinyasama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraselulertetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.

a. NatriumNatrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.12 Kadarnatrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:- Left atrial stretch reseptor- Central baroreseptor- Renal afferent baroreseptor- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)- Atrial natriuretic factor- Sistem renin angiotensin- Sekresi ADH- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)Ekskresi natrium dapat dilakukan oleh ginjal berupa urine, dan sebagaian kecil melalui tinja, keringat, air mata.

b. KaliumKalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperanpenting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter. Kalium berpengaruh pada fungsi pernapasan. Partikel penting dalam kalium berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru-paru, jaringan pencernaan.dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresikalium lewat urine, faeces,dan keringat

c. KalsiumKalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu.Zat ini memiliki kadar 4-5m Eq/L. Kalsium dikeluarkan lewat faeces, keringat dan urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake,besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi olehkelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah(pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pankreas.

d. MagnesiumMagnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kadar dari zat ini adalah 1,5-2,5 m Eq/L Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya di tur oleh kelenjar paratiroid. Zat ini dipengaruhi oleh kalsium.e. Chloride (Cl -) :- Kadar berlebih di ruang ekstrasel- Membantu proses keseimbangan natrium- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster- Sumber : garam dapur

f. BikarbonatAsam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasilakhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dansangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. Kadar bikarbonat arteri adalah 22-26 m Eq/L, sedangkan kadar bikarbonat vena adalah 24-30 m Eq/Lg. Fosfat - Kadarnya 2,5-4,5mg/100ml- Bagian dari fosfat buffer system- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.-pengeluaran melalui urineJenis Cairan ElektrolitCairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap, yang terdiri dari isotonok (normal), hopotonik, hipertonik.Gangguan dalam pemenuhan kebutuhan elektrolit:1. HiponatreaKeadaan dimana kadar natrium dalam plasma kurang dari standrtnya. Gejalanya adalah mual, muntah diare. Hal ini disebabkan oleh haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering.2. HipernatremiaKeadaan dimana kadar nartium dalam plasma tinggi. Gejalanya antara lain mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan tekanan kulit membengkak. Hal ini di sebabkan oleh dehidrasi, diare, asupan air yang berlebih namun asupan garam sedikit. 3. HipokalemiaKeadaan dimana kadar kalium dalam darah kurang. Terjadi pada pasien yang diare berkepanjanagan. Gejalanya antara lain denyut nadi lemah, turunya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunak otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium dalam plasma turun.4. HiperkalemiKeadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang berlebih melalui intravena. Gejalanya antara lain mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritma, kelemahan, jumlah urin sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas (peka rangsang),serta kalium dalam plasma lebih. 5. HipokalsemiaKeadaan dimana kadar kalsium dalam palama darah rendah. Gejalanya antra lain kram otot dan parut, kejang, bingung,kesemutan pada jari dan sekitar mulut. Hal ini disebabkan pengaruh penggangkatan kelenjar gondok dan kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal 6. HiperkalsemiaKeadaan dimana kadar kalsium dalam plasma darah tinggi. Penyebabnya adalah karena pengankatan kelenjar gondok dan banyak makan vitamin D. Gejalanya antara lain nyeri tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma. 7. HipomagnesiaKeadaan dimana kadar magnesium dalam darah kurang. Gejalanya antara lain iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi, dan konvulsi,. 8. Hipermagnesia Keadaan dimana kadar magnesium dalam darah tinggi. Gejalanya antara lain koma, gangguan pernafasan.

Keseimbangan Asam Basa

Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa tersebut dapat di ukur dengan pH(derajat keasaman).Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35-7,45. Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem Buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi(pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan Buffer cairan tubuh yaitu larutan Bikarbonat,larutan buffer fospat,dan larutan buffer protein. Sistem buffer ini sendiri terdiri dari natrium bikarbonat(NaHCO3),kalium bikarbonat(KHCO3),dan asam karbonat(H2CO3).Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru-paru hingga nilai pH menjadi standar(normal) melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan kelebihan H2CO3 dari darah yang dapat meningkatkan pH. Kadar pH yang rendah, konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut Asidosis. Sebaliknya pH yang tinggi, konsentrasi ion H+ rendah disebut Alkalosis.

Jenis Asam Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat komplek. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga Ph darh normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.

Gangguan / Masalah Keseimbangan Asam Basa

1) Asidosis RespiratorikAsidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh dan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pernapasan, peningkatan PCO2 artieri di atas 45 mmHg, dan penurunan pada Ph yakni kurang dari 7,35. Keadaan dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dll.

2) Asidosis MetabolikAsidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam. Kadaan ini ditandai dengan adanya penurunan Ph kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/L.

3) Alkalosis RespiratorikAlkalosis resoiratorik suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, Ph labih dari 7,45. keadaan ini dapat disebabkan oleh karena adanya hiperpentilasi, kecemasan, emboli paru-paru,dll.

4) Alkalosis MetabolikAlkalosis metabolik suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan Ph arteri lebih dari 7,45, atau secara umum keadaan asam basa dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 Plasma Gangguan Asam BasaMeningkatMenurunMenurunMeningkatMenurunMenurunMeningkatMeningkatMeningkatMenurunMenurunMeningkatAsidosis respiratorikAsidosis metabolikAlkalosis respiratorikAlkalosis metabolik

Tindakan untuk Mengatasi Masalah atau Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit:

1. Pemberian cairan melalui infusMerupaka tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang di lakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini di lakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

A. PERSIAPANI. Persiapan Klien- Cek perencanaan Keperawatan klien- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukanII. Persiapan Alat- Standar infus- Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan- Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan- Bidai / alas infus- Perlak dan torniquet- Plester dan gunting- Bengkok- Sarung tangan bersih- Kassa seteril- Kapas alkohol dalam tempatnya- Bethadine dalam tempatnya

B. PELAKSANAAN- Perawat cuci tangan- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran- Mengisis selang infus Membuka plastik infus set dengan benar Tetap melindungi ujung selang seteril Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas Menggantung cairan infus di standar cairan infus Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam ) Mengisi selang infus dengan cairan yang benar Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan Cek adanya udara dalam selang- Pakai sarung tangan bersih bila perlu- Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus- Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi- Memilih vena yang tepat dan benar- Memasang torniquet- Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus- Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan- Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah samping- Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan- Torniquet dicabut- Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit- Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi- Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering- Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut- Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien- Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien- Perawat cuci tangan- Catat tindakan yang dilakukan

C. EVALUASI- Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikian juga respon klien terhadap pemberian tindakanCara menghitung Tetesan infus

a. Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)TETESAN PERMENIT = JUMLAH CAIRAN YANG MASUK / LAMANYA INFUS (JAM) X 3atauTETESAN PERMENIT = KEBUTUHAN CAIRAN X FAKTOR TETESAN / LAMANYA INFUS (JAM) X 60 MENIT Keterangan:Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15 tetes/menit dan 20 tetes/menit).Contoh:Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam maka tetesan per menit adalah:TETESAN PERMENIT= 1000 ml /1 X 3 = 333/menitatauTETESAN PERMENIT= 1000 ml x 20 / 1 x 60 menit = 333/menit

b. Anak:

TETESAN PERMENIT (MIKRO) = JUMLAH CAIRAN YANG MASUK / LAMANYA INFUS (JAM)Contoh:Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250 mikroL dalam 2 jam, maka tetesan per menit adalah:TETESAN PERMENIT (MIKRO) = 250 / 2 = 125 TETES PERMENIT

2.Transfusi DarahMerupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.Persiapan alat dan bahan:1. standar infus2. perangkat transfusi3. NaCl 0,9%4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien5. jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran6. pengalas7. tourniquet/ pembendung8. kapas alkohol 70%9. plester10. gunting11. kasa steril12. betadine13. sarung tanganProsedur kerja1. Cuci tangan2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan3. hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfusi dengan menusukkannya.4. isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udara keluar.5. letakkan pengalas.6. lakukan pembendungan dengan tourniquet.7. gunakan sarung tangan.8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk9. lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas10. cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum/abocath11. tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang transfusi12. buka tetesan13. lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.14. beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester15. setelah NaCl 0,9% masuk sekitar kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah di siapkan.16. darah sebelum di masukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluarsa.17. lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.18. catat respon terjadi19. cuci tangan