kesehatan dan gizi pada anak usia tk
TRANSCRIPT
Kesehatan dan Gizi pada Anak Usia TK : Makalah
Minggu, Juni 12, 2011 Admin Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan prasekolah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.27
Tahun 1990 diselenggarakan untuk meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan serta daya cipta
yang diperlukan oleh anak sebelum memasuki pendidikan dasar.
Usia 0–6 tahun merupakan masa yang sangat menentukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam usia itu anak berada
dalam masa peka untuk menerima rangsangan terarah dan didorong
ketingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dengan
demikian diharapkan pembiasaan perilaku dan kemampuan dasar anak
dapat berkembang dan tumbuh secara baik dan benar. Oleh karena itu
pendidikan sejak usia awal bagi anak usia ini cukup penting dan sangat
menentukan masa depannya.
Salah satu bentuk pendidikan prasekolah adalah Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) yaitu merupakan suatu bentuk organisasi terkecil,
dimana anak-anak dapat bermain dan melakukan aktivitas di bawah
bimbingan para tutor dan petugas dengan cara mengembangkan fungsi-
fungsi kejiwaan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan yang harus
dilalui setiap anak. Dari identifikasi yang telah dilakukan ternyata
sasaran anak usia prasekolah yang belum terbina melalui program ini
masih banyak.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas maka dipandang perlu SKB
Grobogan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam membuat
percontohan dan pengendalian mutu program pendidikan luar sekolah,
pemuda dan olah raga untuk ikut mengembangkan dan
menyelenggarakan Program Pendidikan Anak Usia Dini.
1.2 Tujuan Permasalahan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,
yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar
ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama)
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di
masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003
ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan
PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan
sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
Infant (0-1 tahun)
Toddler (2-3 tahun)
Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
1.3 Metode Penyusunan Masalah Metode penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Program Gizi Dan Kesehatan
2. Penyelenggaraan Program Makan di TK
3. Fungsi Penyelenggaraan Makan di TK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Program Gizi Dan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Gizi dan kesehatanGizi dan kesehatan adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,
transportasi, penyimpanan,
Kesehatan dan gizi dapat diartikan sebagai suatu hal yang
mendatangkan sehat atau kebaikan dengan diberikan zat makanan yang
dibutuhkan tubuh. Dalam memberikan makanan bayi ASI merupakan
makanan utama, sedang lainnya sebagai makanan pelengkap. Anak usia
1 - 3 tahun sangat rentan terhadap penyakit gizi. Mereka boleh diajari
makan sendiri, dengan cara mencicipi makanan yang lunak, tidak pedas
dan tidak merangsang. Pemberian makanan manis pada anak usia dini
tidak boleh terlalu banyak supaya tidak terjadi karies (gigi berlubang),
oleh karena itu anak perlu belajar menggosok gigi. Pada usia 4 - 6 tahun
kebutuhan nutrient anak relatif kurang, sebab anak sudah bisa memilih
makanan sendiri, untuk itu pengertian tentang nilai tentang gizi boleh
diajarkan. Kesehatan dan gizi anak sangat penting untuk diperhatikan
sejak dini mulai dari dalam kandungan. Kesehatan dan gizi itu sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang
mendapat gizi yang seimbang dan sehat akan tumbuh menjadi manusia
yang berkualitas. Sejak anak masih dalam kandungan kesehatan dan gizi
perlu diperhatikan, melalui ibunya. Cara mengusahakannya, antara lain
dengan memberikan kebiasaan untuk berdisiplin.
Potensi anak dapat dikembangkan jika anak sehat secara fisik maupun
mentalnya. Perawatan kesehatan pada anak usia dini dapat diawali dari
pemberian makanan yang sehat dan menjaga kebersihan. Pemberian
makanan yang sehat dapat menjaga kesehatan, mendidik anak untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada
anak harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan kebutuhan anak. Anak
yang alergi terhadap makanan tertentu berikan makanan pengganti
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pengembangan potensi anak
secara menyeluruh dapat dilakukan melalui stimulasi yang cukup.
Stimulasi dini perlu dilakukan sejak bayi lahir, bahkan sejak dalam
kandungan. Rangsangan dilakukan setiap hari pada semua sistem indra,
gerak kasar dan halus, mengajak berkomunikasi, serta merangsang
perasaan yang menyenangkan, serta pikiran bayi dan Balita. Stimulasi
sebaiknya dilakukan terus-menerus saat berinteraksi dengan bayi atau
Balita dan dilakukan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih
sayang. kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah
satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh
kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas
maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan
makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber
zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan
sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal
dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil
olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan
buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan
mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ-organ tubuh.
2.1.2 Penilaian Status GiziStatus gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2) Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara
yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT
dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara
lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan
timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT
hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)IMT = -------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk
Indonesia adalah sebagai berikut:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat
<>
Kurus sekali
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0Gemuk Kelebihan berat badan tingkat
ringan25,1 – 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan
menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan
jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan
gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2) Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2) Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap.
BAB IIIPENUTUP
III.1. KesimpulanKesehatan dan gizi anak sangat penting untuk diperhatikan sejak
dini mulai dari dalam kandungan. Kesehatan dan gizi itu sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang
mendapat gizi yang seimbang dan sehat akan tumbuh menjadi manusia
yang berkualitas. Sejak anak masih dalam kandungan kesehatan dan gizi
perlu diperhatikan, melalui ibunya. Cara mengusahakannya, antara lain
dengan memberikan kebiasaan untuk berdisiplin.
Potensi anak dapat dikembangkan jika anak sehat secara fisik
maupun mentalnya. Perawatan kesehatan pada anak usia dini dapat
diawali dari pemberian makanan yang sehat dan menjaga kebersihan.
Pemberian makanan yang sehat dapat menjaga kesehatan, mendidik
anak untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat. Makanan yang
diberikan kepada anak harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan
kebutuhan anak. Anak yang alergi terhadap makanan tertentu berikan
makanan pengganti untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Pengembangan potensi anak secara menyeluruh dapat dilakukan melalui
stimulasi yang cukup. Stimulasi dini perlu dilakukan sejak bayi lahir,
bahkan sejak dalam kandungan. Rangsangan dilakukan setiap hari pada
semua sistem indra, gerak kasar dan halus, mengajak berkomunikasi,
serta merangsang perasaan yang menyenangkan, serta pikiran bayi dan
Balita. Stimulasi sebaiknya dilakukan terus-menerus saat berinteraksi
dengan bayi atau Balita dan dilakukan dalam suasana menyenangkan dan
penuh kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2001.
Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.
Moehji, S. Ilmu Gizi. Jilid I. Bhatara Karya Pustaka, Jakarta, 1982.
Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2002.