kesalahan penerjemahan kalimat tanya pada …

12
446 KESALAHAN PENERJEMAHAN KALIMAT TANYA PADA WEBTOON MY PRE-WEDDING KARYA ANNISA NISFIHANI Siti Lathifatussa’diyyah Muhammad Yunus Anis, S.S., M.A. Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan berbagai variasi penerjemahan kalimat tanya, kesalahan penerjemahan dan cara untuk mengatasi kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik catat. Selanjutnya dilakukan analisis data menurut Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, ditemukan adanya enam variasi penerjemahan kalimat tanya, yaitu kalimat tanya yang diawali kata tanya dalam penerjemahannya sebanyak 18 data, kalimat tanya yang di tandai tanda tanya “?” dalam penerjemahannya sebanyak 73 data, kalimat tanya yang di tandai dengan penggunaan partikel kah sebanyak 2 data, kalimat imperatif yang diterjemahkan menjadi kalimat tanya sebanyak 3 data, kalimat tanya yang diterjemahkan menjadi kalimat imperatif sebanyak 3 data, dan kalimat tanya yang dalam BSu tidak diawali kata tanya namun dalam BSa diawali dengan kata tanya sebanyak 51 data. Kedua, ditemukan tiga kesalahan penerjemahan pada tataran sintaksis, yaitu kesalahan dalam urutan kata (word order) sebanyak 58 data, penghilangan (omission) sebanyak 12 data, dan kegagalan mentransfer maksud sebanyak 6 data. Ketiga, cara mengatasi kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding dengan menggunakan tiga teknik penerjemahan, yaitu teknik harfiah, teknik reduksi dan teknik padanan lazim. Kata kunci: Variasi Penerjemahan, Kalimat Tanya, Kesalahan Penerjemahan, Webtoon My Pre-Wedding, Teknik Penerjemahan. PENDAHULUAN Simatupang (1999: 2) menyatakan bahwa menerjemahkan adalah proses pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan mengungkapkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk bahasa sasaran yang mengandung makna yang sama dengan makna bentuk-bentuk bahasa sumber tersebut. Di zaman modern ini, kegiatan penerjemahan mengalami perkembangan pesat. Karya-karya yang diterjemahkan pun sudah banyak tersebar, karya tersebut bisa berupa karya sastra, ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan lain-lain. Di tambah dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang didukung oleh adanya fasilitas internet dapat memudahkan masyarakat dalam proses berinteraksi, sampai dengan tukar-menukar informasi dan pesan. Salah satu media sosial untuk berkomunikasi yang dikenal saat ini adalah media sosial LINE. Sekarang ini, orang lebih banyak menggunakan media sosial LINE karena penggunaannya lebih mudah dan fiturnya pun beragam. Salah satu fitur tambahan yang diberikan oleh LINE adalah webtoon. Webtoon berasal dari bahasa Korea yang dikenal sebagai komik daring, merupakan komik digital yang di distribusikan lewat jaringan internet dan dapat di baca dalam berbagai bahasa baik karya asli ataupun karya terjemahan.

Upload: others

Post on 28-Mar-2022

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PRE-WEDDING KARYA ANNISA NISFIHANI
Universitas Sebelas Maret Surakarta
penerjemahan kalimat tanya, kesalahan penerjemahan dan cara untuk mengatasi
kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding. Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik catat.
Selanjutnya dilakukan analisis data menurut Miles dan Huberman. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, ditemukan adanya enam variasi
penerjemahan kalimat tanya, yaitu kalimat tanya yang diawali kata tanya dalam
penerjemahannya sebanyak 18 data, kalimat tanya yang di tandai tanda tanya “?”
dalam penerjemahannya sebanyak 73 data, kalimat tanya yang di tandai dengan
penggunaan partikel –kah sebanyak 2 data, kalimat imperatif yang diterjemahkan
menjadi kalimat tanya sebanyak 3 data, kalimat tanya yang diterjemahkan menjadi
kalimat imperatif sebanyak 3 data, dan kalimat tanya yang dalam BSu tidak
diawali kata tanya namun dalam BSa diawali dengan kata tanya sebanyak 51 data.
Kedua, ditemukan tiga kesalahan penerjemahan pada tataran sintaksis, yaitu
kesalahan dalam urutan kata (word order) sebanyak 58 data, penghilangan
(omission) sebanyak 12 data, dan kegagalan mentransfer maksud sebanyak 6 data.
Ketiga, cara mengatasi kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My
Pre-Wedding dengan menggunakan tiga teknik penerjemahan, yaitu teknik harfiah,
teknik reduksi dan teknik padanan lazim.
Kata kunci: Variasi Penerjemahan, Kalimat Tanya, Kesalahan Penerjemahan,
Webtoon My Pre-Wedding, Teknik Penerjemahan.
PENDAHULUAN
pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan mengungkapkannya
kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk bahasa sasaran yang
mengandung makna yang sama dengan makna bentuk-bentuk bahasa sumber tersebut.
Di zaman modern ini, kegiatan penerjemahan mengalami perkembangan pesat.
Karya-karya yang diterjemahkan pun sudah banyak tersebar, karya tersebut bisa berupa
karya sastra, ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan lain-lain. Di tambah dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang didukung oleh adanya fasilitas
internet dapat memudahkan masyarakat dalam proses berinteraksi, sampai dengan
tukar-menukar informasi dan pesan.
Salah satu media sosial untuk berkomunikasi yang dikenal saat ini adalah media
sosial LINE. Sekarang ini, orang lebih banyak menggunakan media sosial LINE karena
penggunaannya lebih mudah dan fiturnya pun beragam. Salah satu fitur tambahan yang
diberikan oleh LINE adalah webtoon. Webtoon berasal dari bahasa Korea yang dikenal
sebagai komik daring, merupakan komik digital yang di distribusikan lewat jaringan
internet dan dapat di baca dalam berbagai bahasa baik karya asli ataupun karya
My Pre-Weddding adalah salah satu cerita dalam LINE webtoon karya Annisa
Nisfihani, seorang komikus asal Indonesia. Cerita tersebut diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab oleh kontributor pembaca yang kemudian diunggah oleh akun yang
bernama “Ddadino”. Webtoon ini diterjemahkan agar dapat dinikmati oleh selain
masyarakat Indonesia. Adapun dalam komik terdapat berbagai percakapan atau dialog
yang dilakukan oleh para karakter, pada umumnya percakapan atau dialog tidak akan
jauh dari pertanyaan dan jawaban. Hal inilah yang membuat peneliti mengambil kalimat
tanya sebagai objek penelitiannya dengan melihat banyaknya data yang terdapat pada
komik tersebut.
Dari uraian diatas, penelitian ini membahas tiga permasalahan sebagai berikut:
1). Bagaimana variasi penerjemahan kalimat tanya yang terdapat pada webtoon My Pre-
Wedding?, 2). Bagaimana kesalahan penerjemahan kalimat tanya yang terdapat pada
webtoon My Pre-Wedding?, dan 3). Bagaimana cara mengatasi kesalahan penerjemahan
kalimat tanya yang terdapat pada webtoon My Pre-Wedding.
Penelitian mengenai kesalahan penerjemahan telah banyak dilakukan oleh
peneliti dan pemerhati bahasa Arab, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Faiq Ainurrafiq (2015) berjudul “Analisis Kesalahan Penerjemahan Kitab Balaghah Al-
Wadihah Karya Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin”. Pada penelitian ini ditemukan adanya
beberapa kesalahan dalam penyusunan kalimat pada bahasa sasaran, kesalahan pada
penggunaan efektifitas kalimat, kesalahan penerjemahan pada kosakata, serta kesalahan
dalam aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek kosakata, frasa dan
kalimat.
kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding belum pernah
dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dan diharapkan dapat
melengkapi penelitian sebelumnya serta dapat memberikan wawasan yang lebih terkait
dengan variasi penerjemahan, kesalahan penerjemahan dan teknik penerjemahan.
TEORI DAN METODOLOGI Terdapat tiga teori yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
A. Kesalahan Penerjemahan
Norrish 1983 (dalam Rita 2008: 5) mengemukakan bahwa menganalisis
kesalahan penerjemahan dapat dipelajari secara empiris yakni dengan mencari letak
kesalahan yang ada, baik pada kesalahan makna dan gramatikal. Norrish (1983) pun
menyebutkan kesalahan penerjemahan yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu 1.
Kesalahan semantik, 2. Kesalahan morfologis dan 3. Kesalahan sintaksis. Pada
penelitian kali ini, penulis akan menganalisis kesalahan penerjemahan pada tataran
sintaksis, karena pada webtoon My Pre-Wedding terdapat beberapa kesalahan
penerjemahan dalam tataran sintaksis. Kesalahan sintaksis dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu:
Ketidakmampuan penerjemah menampilkan urutan kata yang sesuai dalam
bahasa sasaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1). Kesalahan urutan kata dalam frasa nomina
Frasa nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda.
Frasa verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kerja.
448
dihilangkannya elemen-elemen BSu dalam terjemahan. Penghilangan ini
mengakibatkan hilangnya sebahagian pesan yang ada dalam teks BSu. Penghilangan ini
ditemukan pada kelas kata seperti berikut.
1). Penghilangan Verba
Verba merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Penghilangan verba sebagai
unsur inti akan menghilangkan pesan penting dari teks BSu.
2). Penghilangan Nomina
Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda baik
yang bersifat kongkrit maupun abstrak. Penghilangan nominan akan menghilangkan
subjek, objek, pelengkap ataupun keterangan pada teks aslinya.
3). Penghilangan Adverbia
4). Penghilangan Adjektiva
Adverbia atau kata sifat yang merupakan sebuah kata yang berfungsi untuk
mensifati suatu benda atau pun lainnya.
5). Penghilangan Konjungsi.
Konjungsi atau kata hubung adalah kata yang berungsi menghubungan dua kata
atau dua kalimat.
c. Kegagalan Mentransfer Maksud dari Bahasa Sumber.
Kegagalan mentrasfer maksud adalah keadaan di mana maksud atau pesan yang
terkandung dalam BSu menjadi tidak tersampaikan dalam BSa. Sehingga
pengalihbahasaan teks tersebut dikatakan gagal.
B. Teknik Penerjemahan
Menerjemahkan teks dari BSu ke BSa pastilah menggunakan suatu teknik dalam
mengalihbahasakann teks tersebut. Teknik adalah sesuatu yang praktis, sesuai dengan
sifatnya yang praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis
penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun penerjemahan
tertentu (Machali, 2009: 107).
Delapan belas teknik penerjemahan yang dikemukaan oleh Molina dan Albir
(2002: 509), yaitu: 1. Adaptasi, 2. Amplifikasi, 3. Peminjaman, 4. Kalke, 5.
Kompensasi, 6. Deskripsi, 7. Kreasi Diskursif, 8. Padanan Lazim, 9. Generalisasi, 10.
Amplifikasi Linguistik, 11. Kompresi Linguistik, 12. Penerjemahan Harfiah, 13.
Modulasi, 14. Partikularisasi, 15. Reduksi, 16. Substitusi, 17. Transposisi, dan 18.
Variasi. Dari beberapa jenis teknik penerjemahan tersebut, teknik yang penulis tekukan
untuk mengatasi kesalahan penerjemahan yaitu sebanyak tiga teknik. Berikut akan
dijelaskan mengenai ketiga teknik tersebut.
1). Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Teknik penerjemahan yang mengalihkan suatu ungkapan dalam BSu secara kata
per kata ke dalam BSa. Merupakan teknik langganan yang sering digunakan oleh
penerjemah karena tergolong teknik yang cukup simpel.
2). Reduksi (Reduction)
Memadatkan informasi yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Pemadatan informasi yang dilakukan tidak boleh mengubah pesan dalam teks
bahasa sumber.
449
Menerjemahkan istilah dalam bahasa sumber dengan istilah yang sudah lazim
dalam bahasa sasaran. Istilah dalam bahasa sumber tersebut umumnya berdasarkan
kamus atau ungkapan sehari-hari.
Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah pertanyaan
yang biasanya di tandai dengan kata tanya atau pun tanda tanya (?). Arti kalimat tanya
adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk memperoleh jawaban
dari pihak yang ditanya. Kalimat tanya juga sering dikatakan sebagai kalimat interogatif
yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta keterangan ihwal sesuatu yang belum
diketahui oleh penutur (Al Farisi, 2011: 231). Dalam bahasa Arab, kata tanya disebut
juga dengan .
Manaf (2009: 23) menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Sintaksis: Teori
dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa, kalimat tanya
mempunyai beberapa ciri sebagai berikut.
a. Kalimat tanya diawali dengan kata-kata tanya (5W+1H) yaitu What, Who, Why, Where,
When + How (apa, siapa, kenapa, di mana, kapan + bagaimana).
b. Kalimat tanya selalu diakhiri dengan tanda tanya (?).
c. Kalimat tanya menggunakan partikel atau imbuhan- kah pada bagian akhir kata tanya,
seperti apakah, bukankah, siapakah, dan lain-lain.
(,).
e. Kalimat tanya yang membutuhkan jawaban ya atau tidak memiliki intonasi menaik pada
bagian akhir kalimat. Sedangkan kalimat tanya yang membutuhkan respon jawaban
panjang memiliki intonasi menurun pada bagian akhir.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, di mana peneliti adalah sebagai intrumen kunci. strategi pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan) yang telah di kemukakkan oleh Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono 2015: 91). Adapun pemaparan hasil diuraikan dalam
tulisan menggunakan metode deskriptif, di mana penulis akan menuliskan dengan
menarik kesimpulan dari rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, ditemukan adanya enam variasi penerjemahan kaliamat
tanya, diantaranya yaitu:
1). Kalimat Tanya yang Diawali dengan Kata Tanya dalam Penerjemahannya
Terdapat 18 data yang ditemukan pada variasi ini, yaitu dengan diawali oleh
kata tanya apa, kenapa, kapan dan bagaimana. Adapun contoh kalimat mengenai variasi
kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya sebagai berikut.
BSu: Apa nanti aku juga jadi galak kayak kakak yak? (MPW: Episode 7).
BSa:

Hal Sa aknu syarisatan mitsluh (MPW: Episode 7).
Data diatas merupakan kalimat tanya yang menanyakan sesuatu keadaan dan
membutuhkan jawaban berupa suatu keterangan atau penjelasan. Ni’mah (1988: 126)
450
menyebutkan jika kata tanya “Apa” dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi
/m/mdz/ “/”. Sedangkan jawaban untuk kata “/” dalam bahasa Arab
biasanya berupa penjelasan tentang hal yang ditanyakan. Kata “” merupakan
terjemahan dari kata “Apakah” yang hanya mempunyai dua jawaban yaitu “Iya atau
Tidak” (Ni’mah: 1988: 188). Sedangkan dalam kamus Al-Munawwir (1997: 1512) kata
diterjemahkan menjadi “Adakah”, sedangkan kata “Apakah” diterjemahkan ”“
menjadi kata “” (Al-Munawwir, 1997: 1304).
Kutipan kalimat di atas merupakan sebuah pertanyaan mengenai keadaan Adelia
dimasa mendatang. Saat itu Adelia tengah melihat kakaknya sedang memarahi anaknya,
kemudian Adelia pun bergumam dalam hati “Apa nanti aku juga jadi galak kayak kakak
yak?”. Jawaban atas pertanyaan Adelia tersebut membutuhkan jawaban pasti antara “iya
atau tidak”. Jika jawaban berupa penjelasan maka akan menimbulkan ke-ambiguan
dalam jawaban tersebut, karena hal yang ditanyakan oleh Adelia belum terjadi.
Oleh karena itu, dalam bahasa Arab (BSa) penerjemah menggunakan kata “”
untuk menerjemahkan kata “Apa”. Meskipun tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan
antara kalimat dalam BSu dan Bsa, namun hal tersebut bisa berterima. Dengan
demikian, kata “Apa” dalam bahasa Arab (BSa) tidak hanya bisa diterjemahkan menjadi
dengan melihat konteks tuturan yang ”“ namun dapat diterjemahkan menjadi ”/“
terjadi.
2). Kalimat Tanya yang Di tandai dengan Tanda Tanya “?” dalam Penerjemahannya
Terdapat 73 data yang ditemukan pada variasi ini, karena lazimnya kalimat
tanya memang di tandai dengan menggukana tanda baca tanya “?”. Adapun contoh
kalimat mengenai variasi kalimat tanya yang di tandai dengan tanda tanya “?” sebagai
berikut.
BSa:
Hal ant masyghlatun?
(MPW:Episode 1).
Kalimat dalam BSu diakhiri dengan tanda baca tanya “?” dan begitupun dalam
BSa diakhiri dengan tanda baca tanya. Hal itu menunjukkan kesesuaian penerjemahan
antara kalimat dalam BSu dan BSa.
3). Kalimat Tanya yang Di tandai dengan Penggunaan Partikel –Kah
Terdapat 2 data yang ditemukan pada variasi ini. Partikel yang ditemukan
merupakan gabungan dari kata “Apa+kah” menjadi “Apakah”. Adapun contoh kalimat
mengenai variasi kalimat tanya yang di tandai dengan dengan penggunaan partikel -kah
sebagai berikut.
BSu: Apakah benar ini kediaman rumah mbak Adelia? (MPW:Episode 8).
BSa:
Hal Hadz manzilun Adelia? (MPW:Episode 8).
Kalimat dalam BSu diawali dengan kata tanya “Apakah” yang merupakan
gabungan dari kata tanya “Apa+kah” dan diterjemahakan oleh penerjemah
menggunakan kata tanya /hal/ “”. Kata “Apakah” dalam bahasa Arab diterjemahkan
451
menjadi “” dan jawaban dari kata apakah hanya ada dua yaitu “Iya dan Tidak”
(Ni’mah: 1988: 188).
Pada teks di atas, kalimat dalam BSu diawali dengan kata tanya “Apakah” dan
diterjemahakan oleh penerjemah ke dalam BSa menggunakan kata tanya “”. Hal itu
menunjukkan kesesuaian penerjemahan antara kalimat tanya dalam BSu dan Bsa.
4). Kalimat Imperatif yang Diterjemahkan Menjadi Kalimat Tanya
Terdapat 3 data yang ditemukan pada variasi ini. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan penerjemah menyesuaikan dengan konteks yang tengah di bicarakan.
Adapun contoh kalimat mengenai variasi kalimat lain yang diterjemahkan menjadi
kalimat tanya sebagai berikut.
(MPW:Episode1).
BSa:
Hal tatazaujayn? (MPW:Episode1).
Kalimat dalam BSu bukanlah kalimat tanya melainkan kalimat imperatif. Hal itu
terlihat pada penggunaan tanda seru “!” di akhir kalimat yang menunjukkan bahwa itu
adalah sebuah pernyataan yang bersifat mengharuskan atau berupa perintah (Sidu, 2013:
80). Sedangkan pada BSa terjadi perubahan di mana kalimat tersebut diterjemahkan
menjadi kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya /hal/ “” dan diakhiri dengan
tanda tanya “?”.
5). Kalimat Tanya yang Diterjemahkan Menjadi Kalimat Imperatif
Terdapat 3 data yang ditemukan pada variasi ini. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan penerjemah menyesuaikan dengan konteks yang tengah di bicarakan.
Adapun contoh kalimat mengenai variasi kalimat lain yang diterjemahkan menjadi
kalimat tanya sebagai berikut.
BSa:
!!! ! !!! 'Um!!! Khlati gharbuhu! Ana khifun!!! (MPW:Episode 8).
Kalimat dalam BSu merupakan kalimat tanya. Hal itu terlihat pada penggunaan
tanda tanya “?” di akhir kalimat yang menunjukkan bahwa itu adalah sebuah
pertanyaan. Sedangkan pada BSa terjadi perubahan di mana kalimat tersebut
diterjemahkan menjadi kalimat lain (imperatif) yang diakhiri dengan tanda seru “!”.
6). Kalimat Tanya yang dalam Bsu Tidak Diawali Kata Tanya Namun dalam Bsa
Diawali Kata Tanya.
Terdapat 51 data yang ditemukan pada variasi ini. Adapun contoh kalimat
mengenai variasi kalimat lain yang diterjemahkan menjadi kalimat tanya sebagai
berikut.
BSa:
Hal mzalt nishf nimatun? (MPW:Episode 3).
452
Kalimat dalam BSu merupakan kalimat tanya namun tidak diawali dengan
atribut 5W+1H atau kata tanya. Namun pada BSa diterjemahkan dengan diawali kata
tanya “”. Hal ini bisa terjadi karena dalam kaidah berbahasa Arab kata tanya ataupun
yang sering di sebut dengan “ ”/adawtul istifhm/ selalu berada di awal
kalimat dan tidak boleh didahului oleh kata lain kecuali harf jar atau mudhaf (Ni’mah,
1988: 191). Oleh karena itu, penerjemah banyak menggunakan kata tanya pada BSa,
karena menyesuaikan dengan kaidah kebahasaan dalam BSa agar terjemahannya dapat
berterima dan mudah untuk dipahami.
B. Kesalahan Penerjemahan Ditinjau dari Tataran Sintaksis
Pada penelitian ini ditemukan adanya tiga kesalahan penerjemahan kalimat
tanya berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Norrish 1983 (dalam Rita 2008: 5),
yaitu sebagai berikut.
1). Kesalahan Pada Urutan Kata (Word Order)
Terdapat 58 data yang ditemukan memiliki kesalahan pada urutan kata (word
order). Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya ketidakmampuan penerjemah dalam
menampilkan urutan kata yang sesuai antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Kesalahan pada urutan kata ini terbagi menjadi dua yaitu kesalahan pada urutan dalam
frasa nomina dan frasa verbal. Adapun contoh kesalahan penerjemahan dalam urutan
frasa nonima sebagai berikut.
BSa:
Hal intahayti al-mahmmul-khshatu biki? (MPW:Episode 3).
Pada data di atas, terjadi kesalahan penerjemahan pada urutan kata yaitu pada
frasa nomina “kerjaanmu” yang diterjemahkan menjadi kata “ ” dalam BSa
(bahasa Arab). Penerjemahan kata “kerjaan” dengan kata “ ” dalam bahasa Arab
memang sudah lazim dan tepat, namun penerjemah menambahkan kata “ ” setelah
kata “ ” sehingga hasil terjemahan akan menjadi “pekerjaan khusus”. Padahal kata
dalam BSu tidak menunjukkan adanya ke-khususan pada pekerjaan tersebut. Adapun
koreksi penulis dalam menerjemahkan frasa nomina di atas adalah sebagai berikut.
Koreksi:
Hal „amaluki qad intah?
Penulis menerjemahkan kata “Kerjaanmu” menjadi “ di mana penggunaan ”
kata “ ” yang berarti “pekerjaan” lebih tepat dibandingkan dengan kata “ ” yang
berarti “tugas” (Al-Munawwir, 1997: 973).
Selain itu contoh kesalahan penerjemahan dalam urutan frasa verbal sebagai
berikut.
BSa:
Hal kalat wajbatu ghadika bada? (MPW:Episode 1).
453
Pada data di atas, terjadi kesalahan penerjemahan pada urutan kata yaitu pada
frasa verbal “makan siang” yang diterjemahkan menjadi kata “ ” dalam
BSa (bahasa Arab). Pada kata “ ” terdapat kesalahana penerjemahan, di
mana pada kata “ ” ditemukan adanya penambahan huruf alif maqsurah “” yang
seharusnya tidak ada pada kata tersebut. Selain itu terdapat pula kata yang berulang
terlihat pada adanya penambahan kata “ ” yang berarti “makan” dan kata “ ”
yang berarti “makan siang” (Al- Munawwir, 1997: 998). Hal tersebut membuat hasil
terjemahan menjadi tidak efisien.
Alangkah lebih baik, apabila kata “ ” tidak perlu digunakan dalam
penerjemahan. Karena hal tersebut menimbulkan kesalahan pada aspek padanan kata
dan efektifitas penerjemahan. Adapun koreksi penulis dalam menerjemahkan frasa
verbal di atas adalah sebagai berikut.
Koreksi:
Hal tanwalti wajbatul-ghadi?
Pada koreksian tersebut, penulis menghilangkan kata “ ” dan menerjemahkan
teks tersebut secara harfiah, sehingga penerjemahan yang di hasilkan menjadi lebih
efektif dan tidak ada kata yang berulang.
2). Penghilangan (Omission)
sebagai berikut.
BSu: Adelia : Meka, ini si Adimas ngasih ginian maksudnya apa?
BSa:
: Adelia : Meka, m mana hadz? (MPW:Episode 2).
Pada data di atas, terdapat penghilangan verbal pada BSa. Di mana kata “ini si
Adimas ngasih ginian” tidak diterjemahkan, sehingga penerjemahan dalam BSa
terkesan lebih pendek daripada kalimat aslinya. Penghilangan verba yang di maksud
adalah pada kata “ngasih” yang dituliskan dalam bahasa non formal.
Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena dalam webtoon My Pre-Wedding
terdapat gambar yang menunjukkan jika Adimas memberikan sesuatu kepada Adelia
dan ia menanyakan pemberian tersebut kepada Meka, namun apabila teks tersebut
dibaca tanpa adanya gambar maka akan mengakibatkan kerancuan makna dan
menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung dalam teks tersebut. Adapun
koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai berikut.
Koreksi:
: Meka, Athn Adimas syayan, m mana hadz?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada percakapan tersebut terdapat
gambar yang menunjukkan suatu hal yang telah di berikan Adimas kepada Adelia. Agar
tidak menimbulkan pertanyaan akhirnya penulis menerjemahkan tersebut secara harfiah,
454
sehingga penerjemahan yang dihasilkan menjadi sesuai dengan BSu dan tidak ada yang
di hilangkan.
BSa:
Mdz taqln? (MPW: Episode 6).
Pada data di atas, terdapat penghilangan nomina pada BSa. Di mana kata “orang
tuaku” tidak diterjemahkan, sehingga menimbulkan makna yang ambigu karena pada
BSa tidak ada subjek yang tepat. Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena dalam
webtoon My Pre-Wedding terdapat gambar yang menunjukkan ketika Adelia
mengatakan kalimat tersebut, dia tengah memikirkan kedua orang tuanya, namun
apabila teks tersebut dibaca tanpa adanya gambar maka akan mengakibatkan kerancuan
makna dan menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung dalam teks
tersebut. Adapun koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
M ra'yu walidayya?
Pada dasarnya penerjemah tidak menghilangkan nomina “orang tuaku”, hanya
saja penerjemah mengganti kata “orang tuaku” menjadi dhamir. Dhamir tersebut dapat
disebut merujuk kepada kedua orang tua Adelia karena kalimat setelahnya merupakan
penjelasan dari kalimat sebelumnya. Namun hal itu akan menjadi ambigu apabila tidak
ada kalimat penjelas setelahnya. Maka, lebih tepat apabila kata “orang tuaku”
diterjemahkan secara harfiah saja dan tidak digantikan dengan dhamir.
c. Penghilangan adverbia
BSu: Meka : (Mengangguk) Habis maghriban jadi traktiran kan? (MPW: Episode 4).
BSa:
( :) Meka : (Hazza ra'sahu)Laqad intahaytu satukfa'n shachchun? (MPW: Episode 4).
Pada data di atas, terdapat penghilangan adverbia pada BSa. Di mana kata “habis
maghriban” tidak diterjemahkan, sehingga menghilangkan keterangan yang terdapat
dalam BSu dan menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung dalam teks
tersebut. Adapun koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
( :) Meka : (Hazza ra'sahu) Hal taknu haflata bada maghrib?
Pada teks di atas, penulis kembali memunculkan adverbia yang sebelumnya
telah dihilangkan agar keterangan yang dimaksud dalam BSu tetap dapat tersampaikan.
3). Kegagalan Mentransfer Maksud dari Bahasa Sumber
Terdapat 6 data yang memiliki kegagalan dalam mentransfer maksud. Di mana
kalimat introgatif diterjemahkan menjadi kalimat imperatif dan begitu pula sebaliknya.
Adapun contoh kegagalan mentransfer maksud sebagai berikut.
BSu: Menikahlah denganku!
(MPW:Episode1).
455
BSa:
...... Hal tatazawjayn? (MPW:Episode1).
Pada data di atas, terdapat kesalahan mentransfer maksud dari BSu yang
diterjemahkan ke dalam BSa. Di mana teks BSu merupakan suatu kalimat perintah yang
di tandai dengan adanya tanda seru (!), namun dalam BSa diterjemahkan menjadi
kalimat tanya yang di tandai dengan adanya kata tanya () dan tanda tanya (?). Hal
tersebut dapat terjadi karena penerjemah menyesuaikan dengan konteks yang tengah di
bicarakan, di mana Adimas secara tiba-tiba melamar Adelia. Sehingga penerjemah
merubah teks tersebut dari kalimat imperatif menjadi kalimat introgatif. Adapun koreksi
penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai berikut.
Koreksi:
Teks tersebut diterjemahkan secara harfiah oleh penulis. Sehingga maksud yang
terkandung dari BSu tetap tersampaikan dengan baik.
C. Cara Mengatasi Kesalahan Penerjemahan
Adapun cara untuk mengatasi kesalahan penerjemah yaitu dengan menggunakan
teknik penerjemahan. Teknik yang digunakan ialah teknik yang dikemukakan oleh
Molina dan Albir (2002: 509). Berikut teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
mengatasi kesalahan penerjemahan.
1). Teknik Harfiah
penerjemah sebagai berikut.
BSa:
Hal intahayti al-mahmmul-khshatu biki? (MPW:Episode 3).
Koreksi:
Hal „amaluki qad intah?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan pada urutan kata (word
order) dalam frasa nomina. Terlihat pada adanya penambahan kata pada terjemahan
kata makan siang, hal tersebut membuat hasil penerjemahan yang terkesan bertele-tele
dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, penerjemah bisa menggunakan teknik
penerjemahan harfiah. Di mana penerjemah mengalibahasakan teks BSu ke dalam BSa
secara kata perkata yang kemudian disesuaikan dengan BSa. Dengan begitu penerjemah
akan menghasilkan terjemahan yang lebih akurat, efisien dan berterima.
2). Teknik Reduksi
penerjemah sebagai berikut.
BSa:
Hal sa aknu qdirahu „al liqa sayyid Adimas? (MPW:Episode 3).
456
Koreksi:
Hal sayyid Adimas hunka?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan urutan kata (word order)
dalam frasa nomina. Hal tersebut terlihat dari adanya penambahan kata pada BSa,
Sehingga penerjemahan jauh lebih panjang daripada teks aslinya dan menghasilkan
makna yang ambingu. Dalam mengatasi hal tersebut, penerjemah dapat menggunakan
teknik penerjemahan reduksi. Di mana penerjemah akan meringkas dengan
menghilangan beberapa kata dari BSu yang tidak perlu diterjemahkan dalam BSa. Hasil
terjemahan pun akan lebih efektif serta maksud dari teks tersebut akan tetap
tersampaikan dengan baik.
penerjemah sebagai berikut.
BSu: Orang tua satu itu maunya apa sih? (MPW:Episode 10).
BSa:
Dzalika rajulul-qadmu, mdz yurdu haqqan? (MPW:Episode 10).
Koreksi:
Mdz yurdu ahadal-wlidayni?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan pada terjemahan kata “orang
tua” yang diterjemahkan menjadi “ “ Kata .” memang sudah tepat ”
untuk menerjemakan kata orang tua, tetapi konteks yang dimaksud pada kalimat ini
bukanlah orang pada zaman dahulu, tetapi maksud dari orang tua dalam teks ini adalah
Ayah dan Ibu. Untuk itu, penerjemah diharuskan menggunakan teknik penerjemahan
padanan lazim agar membuat teks BSa tidak bermakna ambigu dan mudah di pahami
serta tidak menghilangkan maksud dari BSu.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini tiga hal yang dapat
ditarik kesimpulan. Pertama, variasi penerjeman kalimat tanya yang terdapat pada
webtoon MPW terdiri dari enam macam variasi penerjemahan. Keenam variasi tersebut
berupa 1). Kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya dalam penerjemahannya
sebanyak 18 data, 2). Kalimat tanya yang di tandai dengan tanda tanya “?” dalam
penerjemahannya sebanyak 73 data, 3). Kalimat tanya yang di tandai dengan
penggunaan partikel –kah sebanyak 2 data, 4). Kalimat imperatif yang diterjemahkan
menjadi kalimat tanya sebanyak 3 data, 5). Kalimat tanya yang diterjemahkan menjadi
kalimat imperatif sebanyak 3 data, dan 6). Kalimat tanya yang dalam BSu tidak diawali
kata tanya namun dalam BSa diawali kalimat tanya sebanyak 51 data. Variasi
penerjemahan yang di tandai dengan tanda baca tanya “?” memiliki jumlah data
terbanyak yaitu 73 data dan variasi yang paling rendah adalah variasi penerjemahan
yang di tandai dengan partikel –kah sebanyak 2 data.
Kedua, kesalahan penernejamah yang dikaji adalah kesalahan pada tataran
sintaksis yang meliputi tiga hal yaitu 1). Kesalahan pada urutan kata (word order)
sebanyak 58 data yang terdapat pada urutan frasa nomina dan frasa verba, 2).
457
Penghilangan (omission) sebanyak 12 data yang terdapat pada penghilangan verba,
penghilangan nomina dan penghilangan adverbia, dan 3). Kegagalan mentransfer
maksud sebanyak 6 data.
penerjemahan yang akurat, berterima dan mudah untuk dipahami yaitu dengan
menggunakan teknik penerjemahan. Beberapa teknik penerejehaman yang bisa
digunakan adalah teknik penerjemahan harfiah, teknik reduksi dan teknik padanan
lazim.
Progressif.
Al Farisi, Zaka, 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Al Mutarjim, Abu Ahmad, 2015. Terjemahan Mulakhkhos Qawaid Al- Lughah Al-
„Arabiyah karya Fuad Nimah. Jakarta: terjemahmulakos.wordpress.com
Chaer, Abdul. 2008. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Functionalist Approach. Barcelona: Universitat Autònoma de Barcelona.
Norrish, John. 1983. Language Learners and Their Errors. Hongkong: The Macmillan
Press Limited.
Rochayah, Machali. 2009. Pedoman bagi Penerjemah: Panduan Lengkap bagi Anda
yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional. Bandung: Penerbit Kaifa.
Sidu, La Ode. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu Press.
Simatupang, Maurits D.S. 1999. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Depdiknas.
Sugiyono, 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
JURNAL
Anis, Muhammad Yunus, dkk. 2015. “Pengembangan Tema dalam Buku Al-Qiraah
Ar-Rasyidah untuk Pelatihan Menulis Kreatif Bahasa Arab”. Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban (online), Vol.2, No. 2, 31
Desember 2015.
Analisis Sintaksis”. Prosiding Seminar Nasional: Masa Depan Bahasa Arab
Antara Prospek dan Tantangan. Hal 1-15.
Erlinda, Rita. 2008. “Analisis Kesalahan Morfologis dan Sintaksis dalam Karya
Terjemahan”. Studia Akademika: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Vol. VI
No.1, Juni 2008. (di akses pada hari selasa, 17 Oktober 2017).
Faiq, Ainurrafiq. 2015. “Analisis Kesalahan dalam Penerjemahan Kitab Al-Balaghah
Al-Wadihah Karya Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin”. Cendekia Vol. 13 No. 1,
Januari - Juni 2015. (di akses pada hari jum’at, 06 Oktober 2017).
http://id.m.wikipwdia.org/wiki/Webtoon di akses pada hari selasa, 26 September 2017