bab ii metode penerjemahan kalimat deklaratif · menerjemahkan setiap klasifikasi data. kalimat...

33
26 BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF Penelitian ini mengkaji data dari novel “Al-Launu Al-A>khar” karya Abdul Qudous tahun 1999. Novel ini diterjemahkan oleh Ali Gufron dengan judul “ An Evening In Cairo (Cinta di Titik Nol)” pada tahun 2005 Data yang diambil berupa kalimat deklaratif yang kemudian diklasifikasikan menurut Al-Ja>rim (2007: 169). Dari klasifikasi tersebut data dibedakan lagi berdasarkan pola susunan kalimat. Peneliti akan menentukan metode yang digunakan untuk menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita. Kalimat berita disebut juga dengan kalimat deklaratif. Al-Khuli (1982: 56) berpendapat kalimat deklaratif apabila disepadankan ke dalam linguistik Arab menjadi kalam ikhbariyyah. Akan tetapi dalam definisi terjadi perbedaan antara kalimat deklaratif dengan kalam khabar. Apabila melihat dari definisi Al-Ja>rim (2007: 153), kalam khabar adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Sedangkan kalimat deklaratif merupakan kalimat yang menyampaikan informasi tanpa melihat benar-salah informasi tersebut. Adapun dalam penelitian ini data akan dibagi berdasarkan teori dari Al- Ja>rim. Al-Ja>rim (2007: 169) membagi kalam khabar menjadi tiga jenis. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 159 kalimat deklaratif Arab (kalam khabar) yang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Kalimat deklaratif kalam khabar ibtida>i ditemukan sebanyak 82 kalimat, kalam khabar thalabi sebanyak 51 kalimat dan kalam khabar inkary sebanyak 16 kalimat.

Upload: nguyenanh

Post on 16-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

26

BAB II

METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF

Penelitian ini mengkaji data dari novel “Al-Launu Al-A>khar” karya Abdul

Qudous tahun 1999. Novel ini diterjemahkan oleh Ali Gufron dengan judul “ An

Evening In Cairo (Cinta di Titik Nol)” pada tahun 2005 Data yang diambil

berupa kalimat deklaratif yang kemudian diklasifikasikan menurut Al-Ja>rim

(2007: 169). Dari klasifikasi tersebut data dibedakan lagi berdasarkan pola

susunan kalimat. Peneliti akan menentukan metode yang digunakan untuk

menerjemahkan setiap klasifikasi data.

Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki

makna menyampaikan berita. Kalimat berita disebut juga dengan kalimat

deklaratif. Al-Khuli (1982: 56) berpendapat kalimat deklaratif apabila

disepadankan ke dalam linguistik Arab menjadi kalam ikhbariyyah. Akan tetapi

dalam definisi terjadi perbedaan antara kalimat deklaratif dengan kalam khabar.

Apabila melihat dari definisi Al-Ja>rim (2007: 153), kalam khabar adalah kalimat

yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta.

Sedangkan kalimat deklaratif merupakan kalimat yang menyampaikan informasi

tanpa melihat benar-salah informasi tersebut.

Adapun dalam penelitian ini data akan dibagi berdasarkan teori dari Al-

Ja>rim. Al-Ja>rim (2007: 169) membagi kalam khabar menjadi tiga jenis. Pada

penelitian ini ditemukan sebanyak 159 kalimat deklaratif Arab (kalam khabar)

yang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Kalimat deklaratif kalam khabar

ibtida>i ditemukan sebanyak 82 kalimat, kalam khabar thalabi sebanyak 51

kalimat dan kalam khabar inkary sebanyak 16 kalimat.

Page 2: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

27

kalam khabar

Kalam Khabar Ibtida>i

fi’liyyah ismiyyah

kalam khabar thalabi

fi’liyyah

ismiyyah

kalam khabar inkary

fi’liyyah ismiyyah

Menurut Ni‟mah (1988: 19) berdasarkan pola susunan kalimatnya, dari

setiap jenis kalam akan dibedakan lagi menjadi dua, yaitu ismiyyah dan fi’liyyah,

begitu juga dengan kalam khabar. Apabila digambarkan dengan bagan menjadi

seperti berikut :

Bagan 2.1 pembagian kalam khabar

Analisis kalam khabar dilakukan berdasarkan pendapat Al-Ja>rim (2007:

153). Kemudian dianalisis berdasarkan pola susunan kalimatnya menurut Ni‟mah

(1988:19) seperti telah disebutkan pada bagan di atas.

A. Kalam Khabar Ibtida>i

Kalam khabar Ibtida>i merupakan suatu kalimat berita dimana mitra tutur

tidak mengetahui apapun tentang apa yang disampaikan penutur, sehingga mitra

tutur mendapatkan informasi baru dari penutur. Menurut Al-Ja>rim (2007: 169),

kalam khabar ibtida>-i yaitu kalam khabar yang bebas dari hukum yang

terkandung di dalam kalimat (yang akan diucapkan). Dalam kondisi demikian,

kalimat disampaikan tanpa disertai adat taukid atau penguat. Dalam BSu, dapat

Page 3: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

28

dibedakan dengan memperhatikan ada atau tidak charf taukid. Jika tidak ada maka

itulah kalam khabar ibtida>-i. Berdasarkan pola susunan kalimatnya, Kalam

khabar Ibtida>i dibedakan menjadi dua, yaitu pola fi’liyyah dan pola ismiyyah.

1. Pola Fi’liyyah

Pola fi’liyyah atau lebih dikenal dengan Jumlah fi’liyyah merupakan

kalimat yang selalu diawali dengan kata kerja atau verba. Sebagaimana pendapat

Ni‟mah (1988: 19) yang menjelaskan jumlah fi’liyyah (kalimat verba) yaitu kalimat

yang dimulai dengan verba atau kata kerja. Jadi, Kalam khabar Ibtida>i yang

memakai pola jumlah fi’liyyah adalah kalimat berita yang disampaikan kepada

mitra tutur yang tidak mengetahui informasi dari penutur dan dimulai dengan verba.

Menurut Newmark (1988: 45) metode penerjemahan suatu teks ada dua,

SL emphasis (hasil penerjemahan menekankan pada TSu) dan TL emphasis (hasil

terjemah lebih menekankan pada TSa). Dari dua metode tersebut, penerjemah lebih

banyak mrnggunakan SL emphasis ketika menerjemahkan kalam khabar ibtida>-i

pola fi’liyyah tersebut. SL emphasis menurut Newmark (1988: 45) memiliki empat

indikasi penerjemahan yang digambarkan dalam diagram V, yaitu 1) word for

word translation, 2) literal translation, 3) faithful translation dan 4) semantic

translation.

a. Penerjemahan Kata demi Kata (Word for Word Translatio)

Ketika dalam proses penerjemahkan menggunakan metode word for word

maka hal yang dapat diperhatikan adalah penerjemahan perkata. Penerjemahannya

sama dan sesuai dengan kamus dan susunannya sesuai dengan TSu tanpa

memperhatikan konteksnya. Seperti pada contoh data berikut.

Page 4: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

29

(1) Data nomor A.1

BSu :

الح و أ ن محة اي ك الحأ د ب أ س

Sa-abda-u al chika>yata min awwaliha> (Al-Qudu>s, 1999 : 7).

BSa :

Aku akan memulai cerita ini dari awal (Ghufron, 2005 : 7).

Pada data pertama di atas, merupakan kalimat yang diawali dengan fi’l

mudha>ri’ / kata kerja sekarang yaitu kata “أبدأ” /abda-u/ yang menurut Al-

Munawwir (1997: 63) berasal dari kata verba “بدأ” /bada-a/ yang berarti memulai.

Kata verba tersebut berubah menjadi kata verba sekarang atau dengan fi’l

mudha>ri’ karena ditambah huruf mudhara’ah “ا” /alif/ yang menunjukkan subyek

dari verba. Ghulayayni (2009: 161) menyebutkan apabila fi’l mudha>ri’ diambil

dari fi’l ma>dhi dan mendapat tambahan huruf mudha>ra’ah. Huruf mudha>ra’ah ada

empat, yaitu : “أ” /alif-hamzah/, “ت” /ta/, “ن” /nun/ dan “ي” /ya/.

Apabila lebih diperhatikan lebih jelas, metode yang digunakan adalah

word for word translation (terjemah kata per kata). Hal itu karena selain secara

kata per kata maknanya mengacu pada BSu, secara struktural kalimat pun disusun

berdasarkan sususan kalimat dalam BSu. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

BSu Makna kamus Hasil terjemahan

أ د ب أ -س

Sa-abda-u

Memulai (1997: 63) Aku akan

memulai

ة اي ك الح

al chika>yata

Cerita/kisah (1997: 287) Cerita ini

ن مح

min

Dari (1997: 1360) Dari

لحو أ

Awwali Yang awal(1997: 49) awal

اى

ha> Dia perempuan (1997: ) -nya

Page 5: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

30

Tabel 2.1 makna leksikal data A.1

Setelah diterjemahkan dengan terjemah per kata (word for word

translation) yag diterjemah sesuai kamus, perhatikan data di bawah ini, yang

menerjemahkan setelah masuk dalam kalimat.

الح و أ ن محة اي ك الحأ د ب أ س

Sa Abda-u Alchikayata Min Awwaliha

1 2 3 4 5

Akan Memulai Cerita Dari Awal

1 2 3 4 5

Bagan 2.2 word for word translation

Dari tabel 2.1 di atas, makna leksikal Bsu diambil dari kamus Al-

Munawwir (1997). Makna yang dipakai penerjemahpun sama dengan makna

leksikal. Secara struktural pada TSa, penerjemah menyusunnya sesuai dengan

TSu. Sehingga kalimat tersebut menggunakan metode word for word. Kalimat di

atas merupakan kalimat berita bahwa penutur akan memulai cerita masa lalu atau

cerita tentang hidupnya dari awal. Mitra tutur, dalam hal ini adalah pembaca, tidak

mengetahui apapun tentang apa yang akan dituturkan oleh penutur. Mitra tutur

tidak mengetahui masa lalu penutur, tidak tahu tentang cerita hidup penutur.

Sehingga penutur tidak menggunakan kata atau kalimat taukid. Hal itu karena

mitra tutur percaya dengan informasi yang disampaikan mitra tutur. Sehingga

kalimat ini disebut kalam khabar ibtida>-i, karena mitra tutur belum mengetahui

informasi yang disampaikan dan tidak menggunakan charf taukid.

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Page 6: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

31

Pada proses penerjemahan yang menggunakan metode literal translation,

penerjemah mencari konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan

BSa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula

dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian

menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal BSa. Penerjemah

juga menggunakan metode ini dalam menerjemahkan kalimat ibtida-i yang

berpola fi’liyyah.

(2) Pada data A. 63

BSu : صحق ار فحن ن ي ابش ع م ص ق ر أ ت ن ك Kuntu arqushu ma’a sya>bun yajnunu fi ar-raqshi (Quddous, 1999:

17) BSa : “Aku berpasangan dengan seorang pemuda yang gila dansa”

(Ghufron, 2005: 21)

Pada data di atas, kalimat diawali oleh verba lampau “كنت” (kuntu)

sebagaimana yang diungkapkan dalam kamus Al-Munawwir (1997: 1241) yang

berasal dari كان ( ka>na ), kemudian berubah menjadi “كنت” /kuntu/ karena

bertambah subyek “أنا” /ana> / yang berarti saya. Dalam ilmu sharaf / morfologi

arab كان /ka>na/ merupakan Fi’l mu’tal. Fi’l mu’tal menurul Al-Ghulayayni

(2009: 39) adalah fi’l yang salah satu huruf aslinya berupa huruf ‘illah.

Ketika menerjemahkan teks data A.63 di atas, penerjemah menggunakan

metode literal translation atau penerjemahan harfiah. Hal itu bisa dilihat dengan

adanya sedikit perbedaan dalam menerjemahkanya dengan makna dari kamus

(word for word). Perhatikan tabel berikut.

Bsu Makna kamus BSa

ت ن ك Kuntu

Menjadi (1997: 1241) -

ص ق ر أ Menari (1997: 521) Aku berpasangan

Page 7: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

32

Arqushu

ابش sya>ban

Kaum muda (Maurid,

2006:495)

Pemuda

ن ن ي yajnunu

Menjadi gelap/menjadi

gila (1997: 215)

Yang gila

فحfi

Dalam, di, (Maurid,

2006:697)

-

صحق ار ar-raqshi

Tarian (1997: 521) Dansa

Bagan 2.2 makna leksikal data A.63

Penerjemah menggunakan metode literal translation (terjemah harfiah)

yang lebih menekankan pada BSu. Penerjemah mencoba untuk menerjemahkan

per kata lebih dahulu kemudian menyesuaikan susunan kata-kata dalam BSu

sesuai dengan gramatikal BSa. Ketika menyesuaikan dengan gramatikal BSa, kata

“ ت ن ك ” /kuntu/ merupakan keterangan waktu lampau pada kalimat tersebut, bisa

diartikan „dahulu‟ karena menyesuaikan gramatikal BSa kata verba tersebut tidak

disampaikan. Selain itu, penerjemah mengubah makna “ ص ق ر أ ” /arqushu/ menjadi

„berpegangan‟, apabila diterjemahkan sesuai kamus Al Munawwir (1997: 521)

yaitu „menari‟ maka susunan kalimat menjadi terdengar ambigu. Kata verba “ ن ن ي ”

/yajnunu/ dalam BSa berubah fungsi menjadi sifat, bukan lagi sebagai verba.

Apabila diterjemahkan berdasarkan per-kata menjadi „Aku (telah) menari dengan

seorang pemuda yang dia gila tarian/dansa‟ kemudian penerjemah menyesuaikan

gramatikal dan sususan kata-kata dalam BSa sehingga kalimat yang muncul

menjadi „aku berpasangan dengan seorang pemuda yang gila dansa‟

Kalimat yang digunakan penerjemah juga berupa kalimat berita. Penutur

menyampaikan bahwa dia berdansa dengan seorang yang gila dansa. Kalimat

berita tersebut termasuk kalimat berita tidak langsung. Penuturnya adalah tokoh

Page 8: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

33

“Mirfat”, sedangkan mitra tuturnya adalah tokoh ”Aku”. Hal ini disampaikan

Qudous (1999: 17) bahwa Mirfat memberitahu mitra tutur jika dia telah berdansa

dengan seorang pemuda yang sangat gila dansa. Tidak ada taukid pada kalimat di

atas, karena mitra tutur tidak mengetahui dengan siapa penutur berdansa sehingga

mitra tutur mempercayai apa yang disampaikan penutur. Mitra tutur tidak

mengetahui jika penutur pernah berdansa dengan seseorang. Maka penutur

menyampaikan informasi tersebut dan mitra tutur mempercayainya. Mitra tutur

yang dimaksud adalah paman Mirfat, hal ini disebutkan Quddous (1999: 17) pada

kalimat sebelumnya yang merupakan sebuah pernyataan dialog antara Mirfat dan

paman yaitu “ قصني..ورقدرأيتك قصوأنتت يىنحىتالأفسدعليكار ملأحاولأنت ” /laqad ra-

aituki wa anti tarqushi >na… wa lam ucha>wila an tari>ni> chatta la> afsada ‘alaiki ar-

raqshi/.

c. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)

Penerjemahan yang menggunakan metode semantic translation

(penerjemahan semantis) biasanya hasil terjemahan menjadi lebih luwes.

Penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan BSa. Menurut Machali (2009: 79)

penerjemahan semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan

menyelasakan dengan nilai estetika makna. Perhatikan data berikut.

(3) Data A.12

BSu :

كأستاذأوعاملنفساىن كانتحتسيب كأنناأصدقاءأورمبا كانتتتحدثاىلاهستلجأإريورتمدعينيهايفأ ارالياةإىلأبعدممات

Ka>nat tatachadtsa ila>ya ka-annana> asdiqa>-i Au rubbama

ka>nat tuchissu bi ka-ustadzin au ‘a>limin nafsa>ni> talja-u

alaihi li-tamudda ainaiha fi asra>ri al-chayati ila> ab’ada

mimma> tara>hu

Page 9: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

34

BSa : Ia berbicara denganku seperti seorang sahabat.

Barangkali mirfat menganggapku guru atau psikiater

yang bisa diajak membincangkan rahasia-rahasia hidup

Pada kalimat di atas diawali oleh verba “تتحدث” yang menunjukkan

apabila kalimat tersebut berpola fi‟liyyah. Verba yang digunakan adalah verba

present/ fi’l mudla>ri’, akan tetapi sebelum kata tersebut telah disebutkan waktu

terjaadinya ‚كانت‛. Subyek pada kalimat di atas terdapat pada verba namun

disebutkan secara implisit.

Penerjemah menerjemahkan kalimat di atas bukan lagi secara word for

word atau harfiah lagi, karena penerjemah mulai melakukan penambahan

maupun pengurangan sacara struktural sehingga kalimat bisa diterima dan

difahami dengan baik oleh pengguna BSa. Hal tersebut dapat dilihat ketika

penerjemah menerjemahkan kalimat “أصدقاء كأننا اىل تتحدث Penerjemah .”كانت

menerjemahkannya dengan „Ia berbicara denganku seperti seorang sahabat‟.

Penerjemah tidak menyebutkan waktu. Sedangkan nilai estetika yang terdapat

pada BSu, yaitu tasybih/ keserupaan, oleh penerjemah berusaha membuat

kalimatnya sepadan secara gramatikal.

2. Pola Ismiyyah

Kalam khabar ibtida-i yang kedua adalah Jumlah ismiyyah. Jumlah

ismiyyah merupakan kalimat yang dimulai dengan ism atau nomina. Menurut

Ni‟mah (1988: 19) kalimat berpola ismiyyah tersusun oleh mubtada’ dan khabar,

bukan fi’l (Predikat) dan fa>’il (subyek). Berdasarkan metode penerjemahannya,

kalimat dengan pola ismiyyah juga memiliki dua metode, SL emphasis (tendensi

terjemahan kepada BSu) dan TL emphasis (tendensi terjemahan pada BSa). Akan

Page 10: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

35

tetapi dalam prosesnya, penerjemah lebih banyak menggunakan SL emphasis.

Newmark (1988: 45) berpendapat jika SL emphasis memiliki empat metode, yaitu

word for word translation, literal translation, faighful translation dan semantic

translation.

a. Penerjemahan kata demi kata (Word for Word Translation)

Menurut Newmark (1988:45) Penerjemah berupaya mereproduksi makna

kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal

teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi

penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada atau dibiarkan.

Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu.

(1) Data A.13

BSu : مريفتريستشخصيةسهلة Mirfatu laisat syakhshiyatan sahlatan (Quddous, 1999: 9)

BSa : “Mirfat bukanlah pribadi yang mudah” (Ghufron, 2005:10)

Kalimat ini merupakan contoh dari kalam khabar ibtida-i (kalam khabar

yang memberikan informasi kepada mitra tutur yang belum mengetahui isi

informasi) yang berpola ismiyyah karena kalimat diawali oleh nomina yang

berupa nama seseorang “مريفت” (Mirfatu). Nikmah (1988: 17) menjelaskan apabila

pengisi ism/ nomina memiliki banyak variasi. Ism (nomina)merupakan kata yang

menunjukkan pada unsur makna manusia, hewan, tumbuhan, benda mati

(jama>dun), tempat, waktu, sifat, atau makna yang bebas dari waktu. Sedangkan

kata “مريفت” /Mirfatu/ adalah kelompok manusia “انسان” /insa>nun/. Nomina “مريفت”

/Mirfatu/ merupakan mubtada’ dari kalimat BSu. Dari penjelasan tersebut benar

adanya jika kalimat pada data A.13 di atas merupakan kalimat berpola ismiyyah.

Page 11: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

36

Penerjemah menggunakan metode word for word saat menerjemahkan

kalimat tersebut. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut.

BSu Makna kamus BSa

مريفتMirfatu

- Mirfat

ريستlaisat

Tidak (1997: 1301) Bukanlah

شخصية

syakhshiyatan

Seseorang Pribadi

سهلة

sahlatan

‘mudah‟ (1997: 672) Yang mudah

Tabel 2.3 makna leksikal pada data A.13

BSu:

مريفتريستشخصيةسهلة Mirfatu Laisat Syakhshiyatan Sahlatan

1 2 3 4

Mirfat Bukanlah Pribadi Yang mudah

1 2 3 4

Bagan 2.3 penerjemahan kata demi kata (word for word) data A.13

Penerjemah mengikuti setiap hasil terjemahan dari kamus untuk

menerjemahkan teks tersebut. Secara gramatikal penerjemah juga mengikuti

susunan yang terdapat pada BSu. Pada hasil penerjemahan data di atas,

penerjemah mengikuti pola kalimat yang diawali oleh nomina “Mirfat”.

Sedangkan menurut fungsinya, nomina “Mifrat” sebagai subyek. Fungsi predikat

ditempati oleh negasi “bukanlah”. Sedangkan pada frasa “pribadi yang mudah”

berfungsi obyek. Kalimat “Mirfat bukanlah pribadi yang mudah” termasuk

kalimat efektif, karena tidak bertele-tele. Sebagaimana yang disampaikan

Rahmadi dan Nugraheni (2012: 45) yang menyebutkan salah satu ciri kalimat

efektif adalah kalimat tidak bertele-tele dan sistematis.

Page 12: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

37

Penutur menyampaikan jika Mirfat merupakan seseorang berpribadi sulit.

Mitra tutur yang tidak mengenal pribadi Mirfat akan dengan mudah percaya akan

informasi yang disampaikan oleh penutur. Sehingga penutur tidak memerlukan

tambahan taukid. Mitra tutur pada kalimat ini adalah pembaca. Penutur

menjelaskan tentang obyek tuturannya.

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Newmark (1988: 45) menyebutkan jika penerjemahan jenis ini merupakan

penerjemahan yang linear dengan BSu. Penerjemahan jenis ini beradan diantara

word for word transalation dan free translation. Penerjemah menggunakan makna

kamus sebagai pedoman dalam menerjemahkan, akan tetapi melakukan perubahan

sesuai kehendaknya.

(2) Data A.16

BSu : وىيالتدرىماذاتفعلهبذااجلمال

Wa hiya la> tadri> ma>dza> taf’al bihadza al jama>l (Quddous, 1999: 9)

BSa : “Mirfat tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan kecantikan

ini” (Ghufron, 2005: 10).

Kalimat pada data A.16 di atas merupakan kalam khabar ibtida-i berpola

ismiyyah. Kalimat dimulai dengan ism dhamir atau kata ganti orang. Kata ganti

yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga perempuan “ىي” /hiya/. Nikmah

(1988: 17) menjelaskan apabila Ism / kata benda memiliki banyak macamnya.

Sedangkan dhamir merupakan kelompok manusia. Penerjemah menerjemahkan

ىي“ hiya/ merujuk pada tokoh Mirfat. Menurut Al Munawwir (1997 : 1522)/ ”ىي“

.hiya: dlami>ru lilgha>-ibatu/ yang berarti dia perempuan/ ”:ضمريرلغائبة

Page 13: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

38

Kalimat diawali oleh ism /nomina. Ism yang digunakan adalah ism

dhamir (kata ganti orang). Posisi mubtada’ (yang dijelaskan) diisi oleh ism

dhamir, sedangkan posisi khabar diisi oleh kalimat “تفعل ماذا تدرى <la> tadri/ ”ال

ma>dza> taf’al/. Pada kalimat “تفعل ماذا تدرى la> tadri> ma>dza> taf’al/ merupakan/ ”ال

sebuah klausa bebas. Menurut Tarigan (2009: 9) klausa bebas merupakan kalimat

sempurna. Khabar (yang menjelaskan) berfungsi sebagai penjelas dari mubtada’.

Sehingga kalimat “تفعل تدرىماذا la> tadri> ma>dza> taf’al/ merupakan penjelasan/ ”ال

dari nomina “ىي” (hiya). Tetapi dalam BSa kejadiannya tidak seperti itu. Karena

dalam BSa, tidak ada yang menjelaskan ( khabar) dan dijelaskan (Mubtada’),

yang ada pada kalimat dalam BSa adalah SPOK.

Penerjemah menggunakan metode literal translation ketika

menerjemahkan kalimat di atas. Hal tersebut dapat dilihat ketika menerjemahkan

setiap kata dalam BSu menjadi BSa. Perhatikan bagan berikut.

BSu Makna kamus BSa

Dia perempuan Mirfat ىي

Tidak mengetahui tidak tahu التدرى

Apa Apa ماذا

melakukan yang harus ia lakukan تفعل

Ini Dengan - ini هبذا

kecantikan Kecantikan اجلمال

Tabel 2.4 makna leksikal data A.16

Dari tabel 2.4 di atas penerjemah melakukan penambahan ketika

menerjemahkan verba “تفعل”. Walaupun penambahan hanya bersifat struktural,

akan tetapi secara makna tetap sama. Penerjemah merubah letak susunan

gramatikal. Sehingga terlihat lebih berterima pada BSa.

Page 14: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

39

Penutur menyampaikan kepada mitra tutur jika “ىي” /hiya/ sangatlah

cantik. Akan tetapi “Dia” tidak mengetahui untuk apa kecantikan yang

dimilikinya. Sehingga mitra tutur percaya kepada informasi tentang kecantikan

Mirfat tanpa perlu untuk menegaskannya.

c. Penerjemahan Semantis (Semantic translation)

Menurut Machali (2009: 79) Penerjemahan semantis (semantic

translation) lebih luwes daripada penerjemahan setia. Hal itu karena pada

penerjemahan setia lebih kaku dan tidak disepadankan dengan kaidah BSa atau

lebih terikat dengan BSu, sedangkan penerjemahan semantis lebih fleksibel dalam

BSa.

(3) pada data A.28

BSu : وملأجدمنيبحثعنارعقلكلهميبحثونعنارشكل

Kullahum yabchaTSu>na ‘an asy-syaqli wa lam ajid man yabchaTSu ‘an al-aqli (Quddous, 1999: 10)

BSa : “Mereka semua mencari tubuh. Aku tidak menemukan

seorangpun yang mencari akal” (Ghufron, 2005: 12)

Kalimat ini juga merupakan kalimat yang berpola ismiyyah karena

dimulai atau diawali kata ganti /dhamir/, yaitu dhamir ىم /hum/ , kata ganti orang

ketiga yang berarti “mereka”. Kata ىم (hum) merupakan salah satu kata yang tidak

mengalami perubahan pada akhir katanya atau mabniy. Kalimat dimulai dengan

mubtada’ yang diisi oleh kata ganti orang ketiga. Sedangkan pengisi khabar

berupa kalimat sempurna. Pada kalimat sempurna pengisi khabar terdapat subyek,

predikat dan obyek. Subyek dan predikat tergabung menjadi satu satu pada kata

./yabchatsu>na/ ”يبحثون“

Page 15: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

40

Penerjemah menggunakan metode semantic translation. Penerjemah

menyesuaikan hasil terjemahan dengan khalayak pembaca BSa, aspek kebahasaan

dan isi terjemahan langsung dapat dimengerti oleh pembaca karena penerjemah

membuat hasil terjemahan menjadi susunan semantis yang mudah dan berterima

pada BSa.

Penuturnya yaitu Mirfat, sedangkan mitra tuturnya yaitu tokoh “Aku”.

Penutur kembali menyampaikan jika “mereka” (teman kuliah dari penutur) hanya

mencari tubuh atau kecantikan saja. Mitra tutur tidak mengetahui maksud atau

tujuan “mereka” sehingga penutur memberi tahu maksud atau tujuan “mereka”.

Pada tuturan di atas penutur tidak menggunakan charf taukid. Dia menganggap

mitra tutur percaya pada informasi yang dia sampaikan.

Dari contoh data di atas, sebagaimana dijelaskan oleh Ja>rim (2007: 169),

bahwa kalam khabar ibtida>i merupakan kalimat deklaratif atau kalimat berita

yang mitra tutur terbebas ada berita tersebut. Mitra tutur tidak mengetahui isi

berita tersebut. Sehingga penutur menyampaikan berita tersebut tanpa harus ada

taukidan pada tuturan kalimatnya agar mitra tutur percaya kepada berita yang

dibawanya. Selain itu Kalam khabar ibtida>i masih dibedakan lagi berdasarkan

pola susunan kalimatnya. Walaupun berbeda pola penyusunan kalimat dalam

BSu, penerjemah menyamakan semua perbedaan dalam BSa. Karena dalam BSa

hanya memiliki satu pola dalam penyusunan kalimat.

B. Kalam Khabar Thalabi

Variasi kalimat khabar yang selanjutnya yaitu kalam khabar thalabi.

Menurut Al-Ja>rim (2007: 169) mukhathab atau mitra tutur ragu terhadap hukum

Page 16: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

41

dan ingin memperoleh suatu keyakinan dalam mengetahuinya. Dalam kondisi

demikian, lebih baik kalimat disampaikan disertai dengan kata taukid agar dapat

menghilangkan keraguan di benak mitra tutur. Mitra tutur telah mengetahui kabar

berita yang disampaikan penutur, akan tetapi mitra tutur ragu dengan kebenaran

informasi tersebut. Penutur harus meyakinkan kebenaran berita yang

disampaikannya dengan menggunakan ta’ki>d. Sehingga mitra tutur dapat percaya

dan hilang rasa ragu tersebut.

Penutur menggunakan taukid, menurut Ni‟mah (1988: 147) charf taukid

atau huruf taukid dibedakan menjadi dua, yaitu charf yang masuk ke dalam

nomina dan charf yang masuk kedalam verba. charf yang masuk ke dalam nomina

adalah أن /anna/ dan إن /inna/. ada juga charf taukid yang masuk kedalam verba,

yaitu قد /qad/. Sebagaimana pada bagan 2.1 di atas, jika kalam khabar thalabi

dibedakan lagi menjadi dua, yaitu pola fi’liyyah dan pola ismiyyah.

1. Pola Fi’liyyah

Pola fi’liyyah atau lebih dikenal dengan jumlah fi’liyyah, sebagaimana

telah dijelaskan di atas yaitu kalimat yang dimulai dengan verba atau kata kerja.

Sedangkan kalam khabar thalabi berpola fi’liyyah merupakan kalimat yang

menyampaikan informasi, akan tetapi mitra tutur ragu kebenaran informasi

tersebut sehingga penutur menggunakan charf taukid atau taukid untuk

menghilangkan keraguan mitra tutur dan kalimat dimulai dengan fi’l dimana charf

taukid yang masuk kedalam fi’l adalah قد /qad/. Dalam menerjemahkan kalam

khabar thalabi berpola fi’liyyah penerjemah menggunakan dua metode, metode

yang menekankan pada BSu (SL emphasis) dan metode yang menekankan pada

BSa (TL emphasis). Pada pola ini, peneliti menemukan metode SL emphasis yang

Page 17: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

42

lebih banyak digunakan oleh penerjemah. Menurut Newmark (1988: 45), SL

emphasis (sourge linguage emphasis) memiliki empat metode, yaitu word for

word translation, literal translation, faightful translation dan semantic translation

a. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Metode ini menekankan hasil terjemahan pada teks sumber. Penerjemah

mewujudkan makna kontekstual BSu. Penerjemah menerjemahkan dari terjemah

perkata, kemudian menyesuaikan terhadap Bsa. Perhatikan data berikut.

(1) Data B.19

BSu:

ةعنستعددأصدقائهاوعدماإلبقاءعلىصداقةأيمنهمسأرتهاوقد م

Wa qad sa-altuha> maratan ‘anni sirrin ta’tadu ashdiqa>-iha> wa ‘adami al-ibqa>-i ‘ala> shada> watin ayyi minhum (Quddous, 1999:10)

BSa : “Suatu kali, aku bertanya mengapa ia memiliki banyak

sekali teman pria dan tidak bertahan dengan salah satu dari

mereka” (Ghufron, 2005 :12)

Kalimat berawal dari kata “سأرتها” /sa-altuha>/, menurut Al Munawwir

(1997: 600) berasal dari kata “ سألي .”sa-ala-yasalu/ yang berarti “meminta/ ”سأل

Verba yang digunakan berupa verba lampau.

Penerjamah menggunakan metode yang menekankan hasil terjemahan

pada TSu. Penerjemah menggunakan metode literal translation. Penerjemah

awalnya menerjemahkan per-kata tetapi kemudian menyesuaikan susunan kata-

katanya sesuai dengan gramatikal BSa. Seperti ketika menambahkan kata tanya

mengapa untuk membuat susunan gramatikalnya sesuai dengan BSa dan

berterima.

Page 18: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

43

Penerjemah menerjemahkan kalimat di atas dengan subyek “aku”. Aku

yang dimaksud adalah tokoh aku dalam cerita. Sedangkan obyeknya adalah huruf

yang berarti dia perempuan, dan merujuk pada tokoh mirfat. Subyek dan (<ha) ”ىا“

obyek merupakan nomina yang tergabung menjadi satu dengan verba. Adapun

hasil terjemahannya, penerjemah menggunakan pola yang diawali dengan nomina.

Nomina yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yaitu “aku”.

Pada kalimat di atas, penutur memberi pemahaman dan keyakinan kepada

mitra tutur tentang informasi yang disampaikan penutur. Mitra tutur ragu akan

kebenaran informasi yang diterimanya. Informasi yang diterima mitra tutur

tentang kebenaran penutur dalam menanyakan teman pria Mirfat. Sehingga

penutur menggunakan charf taukid قد /qad/ untuk meyakinkan penutur. Karena

kalimat yang digunakan adalah pola fi’liyyah. Dimana kalimat dimulai dengan fi’l

madhi (kata kerja lampau).

b. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)

Menurut Machali (2009: 79) Penerjemahan semantis (semantic

translation) lebih berterima daripada penerjemahan setia karena pada

penerjemahan setia akan lebih kaku dan tidak berterima dengan kaidah BSa atau

lebih terikat dengan BSu, sedangkan penerjemahan semantis menjadi lebih

fleksibel dengan BSa.

(2) pada data B.8

BSu :

ىاداكنارسواد..حبوإنكنتقدوجدتنفسيبعدىا اءشع غارقافحبفتاةمس زوجيتسعاد

Page 19: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

44

Wa in kuntu qad wajadtu nafsi ba’daha> gha>riqa>n fu chubbu fata>ti samra>-u sya’riha> da>kinu as-sawa>di.. chubbi zaujati>> sa’a>di ... (Quddous, 1999: 8)

BSa :“Meskipun setelah itu aku terhanyut dengan cinta wanita

coklat berambut hitam pekat, yaitu cinta istriku, Su‟ad.”

(Ghufron, 2005: 8)

Pada kalimat di atas, penulis memulai kalimat dengan verba “كنت” /kuntu/.

Menurut Al Munawwir (1997: 1241) verba “كنت” /kuntu/ berasal dari kata كان

/ka>na/. Kemudian berubah menjadi “كنت” /kuntu/ karena mendapat tambahan

dhamir rafa’ muttashil (kata ganti orang yang dapat tersambung dengan kata lain)

berupa huruf “ت” /ta/. Menurut Ni‟mah (1988: 114) dhamir rafa’ muttashil adalah

dhamir yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu bergabung dengan verba.

Setelah charf قد /qad/ penulis menggunakan fi’l ma>dhi atau verba berkala

lampau “وجدت” yang menurut kamus Al Munawwir (1997: 1538) berasal dari “ وجد

وجدي ” /wajada-yu>jidu/ yang berarti menemukan- memperoleh. Charf قد /qad/ yang

diikuti dengan verba lampau memiliki makna penekanan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ni‟mah (1988 : 150) yang mengatakan bahwa charf taukid قد /qad/

yang diikuti kata kerja lampau (fi’l ma>dli) memiliki makna taukid yang juga

berfungsi untuk memperkuat tuturan. Seperti Kalimat B.8 di atas yang

menggunakan charf taukid قد (qad), setelah charf tersebut menggunakan fi’l ma>dli

atau kata kerja lampau. Sedangkan apabila charf taukid قد /qad/ digunakan pada

kata kerja sekarang (fi’l mudla>ri’) memiliki makna ‚jarang‛. \

Penerjemah menggunakan metode semantic translation. Penerjemah

melakukan perubahan untuk menghasilkan terjemahan mudah dipahami dalam

BSa. Pada kalimat “كنتقدوجدتنفسيبعدىا Wa in kuntu qad wajadtu nafsi/ ”وإن

ba’daha> / penerjemah menerjemahannya menjadi klausa terikat “Meskipun setelah

Page 20: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

45

itu”. Penerjemah merubah kalimat sempurna menjadi klausa terikat. Apabila

diterjemahkan kalimat tersebut bisa jadi berupa seperti ini “ Dulu, setelah itu aku

mendapati diriku…‛ sehingga verba ‚وجدت‛ /wajadtu/ dan kala kalimat

diterjemahkan juga kedalam BSa. Klausa ‚Meskipun setelah itu” merupakan

klausa terikat karena tidak mengandung struktur klausa. Menurut Tarigan (2009:

10) suatu klausa dikatakan bebas apabila mengandung struktur S dan P, apabila

tidak mengandung struktur S dan P maka disebut kalusa terikat.

Penutur menjelaskan jika penutur terhanyut cinta kepada perempuan

berambut hitam, yaitu Su‟ad. Sebelumnya, penutur telah mengucapkan jika ia

jatuh cinta kepada seorang berkulit putih. Mitra tutur meragukan akan kebenaran

tuturan penutur yang mengatakan jika ia telah terhanyut pada cinta seorang

berkulit hitam. Penutur menegaskan dengan charf taukid agar mitra tutur tidak

meragukan apa yang ia ungkapkan.

2. Pola Ismiyyah

Pada pola ini, kalimat diawali oleh ism (nomina) karena merupakan kalam

khabar thalabi maka harus ada charf taukid. Sedangkan taukid yang masuk

kedalam ism adalah أن /anna/ dan إن /inna/ yang masuk ke dalam nomina. Pada

pola ini penerjemah juga menggunakan satu metode saja, yaitu SL emphasis (hasil

terjemahan tendensi terhadp BSu). Penerjemah banyak memperhatikan BSu dari

pada BSa.

Page 21: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

46

a. Penerjemahan Kata demi Kata (Word for word translation)

Telah dijelaskan beberapa kali pada data yang telah lalu, apabila

penerjemah yang menggunakan metode ini hanya menerjemahkan per-kata dan

sesuai dengan makna leksikal dan susunan yang digunakan pada Bsa sesuai

dengan Bsu. Perhatikan contoh berikut.

(1) Data B.2

BSu : درؤيتو حهباوأحسمبتعةحلوةجمل فاينأف

Fa inni> afracha biha> wa achsa bimut’ati chulwati li-mujaradi ru’yatiha> (Quddous, 1999: 7)

BSa “Aku gembira dan merasa senang dengan melihatnya”(Ghufron,

2005 :7)

Pola yang digunakan penutur pada kalimat ini adalah pola ismiyyah.

Kalimat diawali dengan dhamir atau kata ganti. Dhamir tergabung dengan partikel

inni>/. Menurut Ni’mah (1988: 116) dhamir (kata/ ”اين“ inna/ sehingga menjadi/ إن

ganti orang) tersebut termasuk dhamir nasab mutasilah. Dhamir (kata ganti

orang) tersebut merupakan mubtada’, sedangkan khabarnya adalah ‚هبا ح ‛أف

/afracha biha>/. Khabar pada kalimat di atas merupakan kalimat sempurna. Dimana

terdapat subyek , predikat dan obyek. Kata “ح afracha/ menurut kamus Al/ ”أف

Munawwir (1997: 1042) berasal dari kata “ ح حيف ف ” /faricha yafrachu/ yang

berarti „bergembira‟. Kata “ح afracha/ merupakan predikat sedangkan/ ”أف

subyeknya implisit dalam verba. Subyek yang terdapat pada verba “ح /afracha/ ”أف

adalah kata ganti orang pertama.

Penerjemah menggunakan metode word for word translation (terjemah

per-kata). Penerjemah menerjemahkan per-kata dan merangkainya seperti teks

Page 22: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

47

pada BSu. Hasil terjemahan tidak terasa kaku karena penerjemah jeli memilh kata

walaupun diterjemahkan word for word translation . Pada hasil terjemahannya,

kalimat tetap dimulai oleh nomina yang berupa kata ganti orang pertama tunggal

“aku”. Penerjemah juga menghilangkan obyek pada kalimat pertama, sehingga

kalimat menjadi “aku gembira”. Kata “gembira” merupakan hasil terjemah dari

kata “ح .Ketika dilihat dalam BSa, kalimat tersebut termasuk kalimat sempurna .”أف

Kalimat telah senyap.

Penutur merupakan tokoh “Aku”, sedangkan mitra tuturnya adalah

pembaca. Tokoh “Aku” menyampaikan jika bahagia dan senang jika melihat

“dia”. Kata “dia” kembali pada Mirfat, keponakan penutur. Akan tetapi mitra

tutur tidak percaya dengan adanya seorang paman yang jatuh cinta, yang senang

dan gembira ketika melihat keponakannya. Penutur menggunakan kata إن /inna/

untuk meyakinkan mitra tutur tentang informasi yang penutur sampaikan.

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan

lurus (linear translation) berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan

penerjemahan bebas (free translation). Dalam proses penerjemahannya,

penerjamah mencari konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan

BSa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula

dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian

menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa.

(2) Data B.47

BSu : كأسودأوأبيض..ماأعجبىنفيوىوشخصيتو إىنملأحسبو

Page 23: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

48

Inni lam achisu bihi ka-aswadi au abyadli.. ma> a’jabani> fi>hi huwa

syakhshiyatihi (Quddous, 1999: 8).

BSa : aku tidak merasa kalau dia berkulit hitam atau putih. Yang aku

kagumi kepribadiannya (Ghufron, 2005: 8).

Pada data B.47 di atas, kalimat dimulai dengan kata benda yang berupa

kata ganti pertama yang digabung dengan taukid “إىن” /inni>/. charf taukid yang

digunakan adalah paartikel “إن” /inna/. Dengan adanya partikel tersebut benar

apabila kalimat tersebut adalah kalam khabar thalabi. Selain itu kalimat tersebut

juga berpola ismiyyah karena diawali oleh nomina “ انأ ” /ana>/.

Ketika menerjemahkan kalimat di atas penerjemah menggunakan metode

literal translation. Kata-kata yang digunakan penerjemah sesuai dengan yang

dijelaskan di kamus. Hanya saja penerjemah merubah sedikit setiap katanya.

Seperti pada kalimat “كأسودأوأبيض Inni lam achisu bihi ka-aswadi au / ”إىنملأحسبو

abyadli /. Perubahan pertama yang dilakukan penerjemah adalah menghilangkan

charf taukid. Sehingga hasil terjemahan langsung dimulai dengan kata ganti

orang. Kemudian penerjemah juga merubah kata „dia‟ yang pada BSu berupa

obyek menjadi subyek.

c. Penejemahan Semantis (Semantic Translation)

Pada penerjemahan semantis (semantic translation), hasil terjemahan

menjadi lebih luwes daripada penerjemahan setia. penerjemahan semantis lebih

berterima dengan BSa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan

semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan cara

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

(3) Data B.50

BSu : فىتوركنكالمنهمحياولاصطيادى يدونمع إىنأحسكأهنمالي

Page 24: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

49

Inni uchissu ka-annahum ya yuri>du>nama’rifati> walakinna kulla>

minhum yucha>wilu ishthiya>di (Quddous, 1999: 15)

BSa : aku merasa kalau mereka tidak ingin mengenalku. Mereka hanya

ingin menangkapku. (Ghufron, 2005: 17)

Kalimat di atas diawali oleh dhamir “ انأ ” /ana>/ yang di gabung dengan

charf taukid. Sehingga kalimat tersebut merupakan kalam khabar thalabi yang

memiliki pola ismiyyah atau diawali oleh nomina.

Ketika menerjemahkannya, penerjemah menggunakan metode semantic

translation. Hal tersebut dapat diperhatikan pada hasil terjemahan yang luwes dan

sesuai konteks pada BSu. Seperti halnya pada klausa “كالمنهمحياولاصطيادى” / kulla>

minhum yucha>wilu ishthiya>di/ yang diterjemahkan „mereka hanya ingin

menangkapku‟ hal tersebut sesuai dengan konteks yang disampaikan pada kalimat

sebelumnya. Nilai estetika pada BSu terletak pada kalimat “فىت يدونمع / ”كأهنمالي

ka-annahum ya yuri>du>nama’rifati/ tetapi penerjemah tidak memperhatikannya.

Ketika memperhatikan beberapa contah ismiyyah di atas, maka akan

menemukan beberapa perbedaan. Dalam suatu kalimat berpola ismiyyah, kalimat

berupa mubtada’ (sesuatu yang dijelaskan) dan khabar (yang menjelaskan).

Mubtada’ bisa berupa kata ganti orang dan benda. Sedangkan pengisi khabar juga

berbeda-beda. Ada yang berupa sifat dari mubtada‟, dapat berupa kalimat

sempurna yang terdiri dari subyek dan predikat, tetapi juga bisa berupa frasa.

Setelah memperhatikan semua contoh di atas, kalam khabar thalabi masih

dibedakan lagi menurut pola kalimat yang digunakan, jumlah ismiyyah atau

jumlah fi’liyyah. Sesuai yang diungkapkan Ja>rim (2007: 169) jika kalam khabar

thalabi harus menggunakan charf taukid yang berfungsi untuk meyakinkan mitra

Page 25: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

50

tutur jika informasi yang disampaikan itu benar. Sehingga tidak ada lagi

keraguan mitra tutur terhadap infomasi yang dibawa penutur.

C. Kalam Khabar Inkary

Jenis kalam khabar yang ketiga yaitu kalam khabar inkary. Kalam khabar

disebut inkari apabila mitra tutur mulai meragukan informasi yang disampaikan.

Menurut Al-Ja>rim (2007: 169) mitra tutur mengingkari atau menegasikan isi

kalimat. Dalam kondisi demikian, kalimat wajib disertai taukid dengan lebih dari

satu taukid sesuai dengan frekuensi keingkarannya. Kalimat yang demikian

disebut inkari.

Kalimat jenis ini merupakan suatu kalimat yang menyampaikan informasi,

akan tetapi mitra tutur mengingkari kebenaran informasi yang disampaikan

penutur. Seorang penutur harus meyakinkan mitra tutur tentang informasi yang

disampaikan. Dalam bahasa Arab, untuk meyakinkan mitra tutur penutur

menggunakan tauki>d.

Penggunaan ta’ki>d pada kalam khabar thalabi dan kalam khabar inkary

sama saja. Jika kalam khabar thalabi penutur meyakinkan mitranya yang ragu

dengan informasi yang disampaikan penutur. Untuk meyakinkan mitra tutur

maka penutur menggunakan satu charf ta’ki>d. Sedangkan kalam khabar inkary

harus benar-benar dapat memberi keyakinan kepada mitra tutur yang

mengingkari informasi yang disampaikan penutur. Penutur dapat menggunakan

charf ta’ki>d lebih dari satu.

Page 26: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

51

Selain dalam penggunaan charf taukid, kalam khabar inkary juga memiliki

dua pola penulisan, yaitu fi’liyyah dan ismiyyah. Kedua pola tersebut merupakan

pola dasar dalam pembuatan kalimat berbahasa Arab.

1. Pola Fi’liyyah

Pola fi’liyyah telah banyak dijelaskan di atas. Dimana pola ini selalu

diawali oleh fi’l atau kata kerja, baik lampau, sekarang maupun yang akan datang.

Sebagaimana dengan yang disampaikan Ni‟mah (1988: 19) menyebutkan jika “مجلة

jumlah fi’liyyah (jumlah fi’liyyah hiya al-lati> yabda-u bi fi’l) ”فعلةةىةيارةىتتبةدأبفعةل

yaitu kalimat yang diawali dengan fi‟l.

Ketika menerjemah teks, penerjemah menggunakan dua metode. Newmark

(1988:45) menyebutkan kedua metode tersebut SL emphasis dan TL emphesis. SL

emphasis merupakan metode yang dimana hasil dari terjemahan lebih mengacu

pada teks sumbernya. Sedangkan TL emphasis, lebih menekankan pada teks

sasaran. Penerjemah lebih banyak menggunakan TL emphasis dalam

menerjemahkan kalam khabar inkari yang berpola fi‟liyyah. Hal ini dapat dilihat

dari macam-macam metode turunan dari TL emphasis (hasil terjemah bertendensi

kepada Bsa). Kembali Newmark berpendapat (1988:45) jika turunan dari metode

TL emphasis ada empat: Adaption (adaptasi), Free translation (penerjemahan

bebas), Idiomatic translation (penerjemahan idiom) , Communicative Translation

(penerjemahan komunikatif). Akan tetapi tidak semua turunan tersebut digunakan

oleh penerjemah. Penerjemah le menggunakan Communicative Translation

a. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Penerjemahan yang dilakukan dengan metode idiomatic translation

berusaha membuat pesan dari TSu akan tetapi cenerung mendistorsi makna.

Page 27: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

52

Ketika menyusun ulang pesan ke TSa, penerjemah menggunakan kata yang lebih

arab dan ungkapan idiom yang tidak didapati pada BSu. Perhatikan data berikut :

(1) Data C.13

BSu : ةمتتعتفيها كانتأكثم قصرقد بار

Laqad ka>nat aktsara marratan tamata’tu fi>ha> bi ar-raqsi (Quddous

: 117)

BSa : “Itulah kali pertama aku bisa sangat menikmati dansa” (Ali

Ghufron : 21)

Pada data C.13 dimulai oleh verba lampau “كانت”/ka>nat/. Menurut kamus

Al Munawwir (1997: 1241) verba tersebut berasal dari كان /ka>na/, Keterangan

waktu disebutkan dengan verba “كانت” /ka>nat/ yang menunjukkan waktu lampau.

Menurut Al-ja>rim (2007:169) lafadz taukid kalam khabar ada banyak, yaitu inna,

anna, qasam, dua nun taukid (nu khafifah dan nun tsaqilah), charf tanbih, charf

za>idah, qad, dan amma syarthiyah. Kalimat di atas memiliki dua charf taukid

yaitu ل (lam ibtida’i) dan قد (qad).

Penutur menyakinkan mitra tutur jika dia benar-benar pertama kalinya bisa

menikmati dansa. Ia menggunakan dua charf tauki>d untuk meyakinkan mitra

tutur yang mengingkari atau menolak kebenaran informasi yang dibawa penutur.

charf ta’ki>d yang digunakan yaitu ل (lam ibtida’i) dan قد (qad).

Pada kalimat C.13 di atas penerjemah menggunakan metode idiomatic

translation. Hal ini bisa dilihat ketika penerjemah menerjemahkan kata “ة م ”أكث

/aktsara marratan/ yang diterjemahkan menjadi „pertama kali‟. Pada TSa

penerjemah juga menghilangkan idiom “فيها” / fi>ha> /.

Page 28: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

53

b. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)

Ketika menggunakan metode communicative translation, penerjemahan

disesuaikan dengan pembaca TSa. Penerjemah sangat memperhatikan aspek

kebahasaan pada TSa. Sehingga amanat dapat langsung dimengerti oleh pengguna

BSa. Penerjemah merubah istilah-istilah yang sukar dengan istilah yang familar

ole pengguna BSa.

(2) Data C.2

BSu :

كنتأعيشسخصيةزوجىتسعادرغمسخصيىتمعوقدتكاملت اأىن جبمالومنبه مدحتوأمحبيبىتارصغريةمريفتبياضنيفنيزوخةأخي

Wa qad taka>malat sakhshiyati> ma’a sakhshiyatu zaujati> su’a>da

raghma anni> kuntu a’i>su munbahiran bijama>li wa baya>dli ni>fi>ni

zaujatu akhi> midchat wa ummu chabi>bati> ash-shaghirata mi>rfat

(Quddous, 1999: 8)

BSa : Pribadiku cocok dengan pribadi istriku su‟ad, meskipun aku

silau dengan kecantikan dan putihnya Nevin, istri saudaraku dan

ibu dari kekasih kecilku Mirfat (Ghufron, 2005: 8)

Pada data di atas kalimat diawali dengan verba “تكاملت”/taka>malat/.

Menurut Al Munawwir (1997: 1230) kata “تكاملت” /taka>malat/ bermakna

„sempurna‟. Selain dimulai dengan verba, kalimat tersebut menggunakan dua

charf taukid, yaitu “وقد” /qad/ dan “أىن” /anni>/. Hal itu bisa dilihat pada data yang

bergaris bawah di atas.

Ketika menerjemahkan kalimat C.2 di atas, penerjemah menggunakan

metode communicative translation. Dimana penerjemah menggunakan kata-kata

yang mudah difahami oleh pengguna BSa. Pada kalimat “ا كنتأعيشمنبه <anni / ”أىن

kuntu a’i>su munbahiran / sebenarnya bermakna „sungguh aku dulu hidup dengan

kekaguman‟ kemudian enerjemah memilih kata yang lebih efektif dan

Page 29: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

54

komunikatif dengan hanya mengatakan „aku silau‟. Kata „silau‟ memiliki makna

yang lebih dari sekedar kekaguman.

2. Pola Ismiyyah

Tidak jauh berbeda dengan pola ismiyyah sebelumnya, jika pola ismiyyah

selalu diawali oleh ism atau kata benda. Kata benda memiliki banyak macam,

yaitu seperti unsur makna manusia, hewan, tumbuhan, benda mati (jama>dun),

tempat, waktu, sifat, atau makna yang bebas dari waktu.

Ketika menerjemahkan kalam khabar inkary yang berpola ismiyyah

penerjemah lebih banyak menggunakan metode yang menekankan pada TSa. Dari

empat metode turunan yang disampaikan Newmark (1988: 45) yaitu Adaption,

free translation, idiomatic translation, communicative translation, hanya tiga

yang digunakan oleh penerjemah, Free translation (penerjemahan bebas),

Idiomatic translation (penerjemahan idiom) , communicative trasnltion

(penerjemahan komunicatif).

a. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Apabila suatu teks diterjemahkan menggunakan metode ini, maka yang

terjadi adalah seorang penerjemah hanya menerjemahkan isi dari TSu.

Penerjemah tidak memperhatikan bentuk dari teks tersebut, bahkan penerjemah

mengorbankan bentuk pada TSu. Metode ini dapat membuat TSa lebih panjang

namun juga bisa lebih pendek dari TSu.

Page 30: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

55

(1) Data C.7

BSu :

كانتتقدمإىلعائلتهاعش كلبنت اتارشبانوركنوريسمعىنذركأنكالمنهماملتكنتدعوإىلاربيتإالارصديقارذىحتسبأهنامطمئنةإريوو

إىلأنصداقتووصلتإىلحدأنتقدموإىلارعائلة

Wa laisa ma’na> dzalik anna kulla banatan ka>nat taqdimu

ila> ‘a>ilatiha> ‘asyara>tu asy-syaba>nu walakin kulla

minhuma >lam takun tad’u> ila> baitin illa ash-shadi>qu

alladzi tachissu bi-annaha> muthmainatun ilaihi wa ila>

shada>qatihi wa shalat ila> chaddi an taqdimahu ila> al-‘a>-

ilati (Quddouus, 1999: 11)

BSa : Tapi bukan berarti kedua anak perempuan itu

memperkenalkan berpuluh teman pria mereka kepada

keluarga. Masing-masing mereka hanya akan mengajak

teman prianya bermain ke rumah setelah merasa yakin dan

setelah hubungan persahabatan itu layak untuk

diperkenalkan kepada keluarga (Ghufron, 2005: 11-12)

Penerjemah menggunakan metode free translation dalam menerjemahkan

kalimat C.7. Hal ini dapat dilihat pada saat menerjemahkan klausa “ارذىحتسبأهنا

ارعائلة إىل تقدمو أن حد إىل صلت و صداقتو أن إىل و إريو <alladzi tachissu bi-annaha/ ”مطمئنة

muthmainatun ilaihi wa ila> shada>qatihi wa shalat ila> chaddi an taqdimahu ila> al-

‘a>-ilati / yang diterjemahkan menjadi „setelah merasa yakin dan setelah hubungan

persahabatan itu layak untuk diperkenalkan kepada keluarga‟. Penerjemah benar-

benar melakukan penambahan pada hasil terjemahan. Seperti kata “إريو ”مطمئنة

diterjemahkan menjadi „setelah merasa yakin‟, padahal pada BSu tidak dijelaskan

kapan teman itu diajak pulang tetapi penerjemah menambahkan kata setelah.

Penerjemah juga menghilangkan obyeknya.

Page 31: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

56

b. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Ketika menerjemahkan dengan metode idiomatic translation, penerjemah

akan menyampaikan pesan dari TSu dengan menggunakan kesan yang lebih akrab

dan dengan menggunakan idiom yang terdapat pada BSa.

(2) Data C.8

BSu :

كلنا وأصبحو عائلتو فنا وع كاملة وفة ارشابمع ىذا فنا ع مطمئنونألننا اآلباءواألمهاتيتزاورون

Wa kulna> muthmainu>na liannana> ‘arafna> haza asy-sya>ba

ma’ru>fatan ka>milatan wa ‘arafna> ‘a>-iltihi wa ashbacha al-

a>ba>-a wa al-ummaha>ti yataza>waru>n (Quddous, 1999: 13)

BSa : kami semua puas karena telah mengenal betul pemuda

itu dan semua keluarganya Masing-masing orang tua

sudah saling berkunjung (Ghufron, 2005: 14)

Kalimat pada data C.8 diawali dengan kata ganti orang pertama jamak

yang menunjukkan itu termasuk kalimat yang berpola ismiyyah. Penulis juga

menyebutkn pada kalimat tersebut charf taukid.

Penerjemah menerjemahkan kalimat di atas mengacu kepada BSa. Dapat

dilihat pada hasil terjemahan yang lebih panjang karena penerjemah melakukan

penambahan agar kalimat tersebut berterima pada BSa. Penerjemah merubah

beberapa idiom yang terdapat pada BSu, seperti pada frasa “كاملة وفة ”مع

/ma’ru>fatan ka>milatan / yang diterjemahkan menjadi „mengenal betul‟. nomina

tersebut berubah menjadi verba. Selain itu juga terjadi pada idiom “اآلباءواألمهات” /

a>ba>-a wa al-ummaha>ti / yang berubah menjadi “masing-masing kedua orang tua”

Page 32: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

57

c. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)

Metode penerjemahan komunikatif berupaya untuk menerjemahkan makna

kontekstual pada BSu baik secara aspek kebahasaan maupun isi teks. Hasil

terjemahan diupayakan memiliki bentuk makna dan fungsi yang selaras dengan

BSa. Isi terjemahan langsung dapat dimengerti oleh pembaca BSa. Istilah- istilah

sulit diganti dengan istilah yang familiar dengan pembaca.

(3) Data C.1

BSu :

يناجلمالوإن كنتأمتىنحىتفأمهاأيامشباىبارذيسح نأروالأنأتزوجهاأىن أخىمدحتسبقىنإريها

Annahu al-jama>lu alladzi sichrani> fi ummiha> ayya>mu syaba>bi> chatta anni kuntu atamanni> an atazawwajiha> lau la> anna akhi madchat sabaqani> ilaiha> (Ihsan Abdel Quddous : 7)

BSa : “Itulah kecantikan yang membuatku jatuh hati pada

ibunya saat muda dulu. Sampai-sampai waktu itu aku berharap bisa

meminangnya kalau saja tidak kedahuluan saudaraku.. mendhat” (Ali

Ghufron : 8)

Kalimat diawali dengan dhamir atau kata ganti orang ketiga tunggal yaitu

Kata ganti tersebut termasuk dhamir muttasil karena tersabung dan tidak .(hu) ”ه“

dapat berdiri sendiri. Ghulayayni (2009: 88) menjelaskan jika dhamir muttasil

tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bisa bergabung dengan “ االا” kecuali dalam

syair. Anak kalimat juga dimulai dengan dhamir atau kata ganti orang pertama.

Dari data ini, penutur menggunakan tiga lafadz penguat, yaitu satu inna

dan dua anna. Ketiga charf taukid terletak pada إنواجلمال, /Annahu al-jama>l /أىنكنت

أخةىمةدحتسةبقىنإريهةانأ anni kuntu atamanni>/, dan/ أمتةىن / anna akhi madchat

Page 33: BAB II METODE PENERJEMAHAN KALIMAT DEKLARATIF · menerjemahkan setiap klasifikasi data. Kalimat deklaratif merupakan salah satu jenis kalimat yang memiliki makna menyampaikan berita

58

sabaqani> ilaiha>/. Penutur ingin meyakinkan mitra tutur yang mengingkari

informasi tentang seorang perempuan yang sangat cantik. Bahkan kecantikan

yang telah membuat penutur jatuh hati untuk kedua kalinya dan sampai berebut

dengan saudara laki-lakinya, Mendhat.