kesadaran hukum masyarakat jakarta barat...

111
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT TERHADAP PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: Adnan Chaidar NIM: 1111043200021 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/ 1437H

Upload: dinhkhanh

Post on 10-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT TERHADAP

PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

Adnan Chaidar

NIM: 1111043200021

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016/ 1437H

Page 2: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen
Page 3: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen
Page 4: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen
Page 5: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

v

ABSTRAK

Adnan Chaidar. NIM 1111043200021. Kesadaran Hukum Masyarakat

Jakarta Barat Terhadap Perkawinan Lintas Agama Di Indonesia. Perbandingan

Hukum, Perbandingan Madzab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016. x + 79 halaman.

Skripsi ini membahas mengenai perkawinan lintas agama, perbandingan

berbasis hukum nasional dan agama dimaksudkan untuk mengetahui setiap agama

yang melakukan praktik perkawinan lintas agama. Permasalahan dalam penelitian

ini adalah bahwa setiap agama memiliki aturan, perbedaan mekanisme dalam

melangsungkan perkawinan lintas agama, pemilihan perkawinan lintas agama

didasarkan pada aspek kesadaran hukum. Dalam hal ini, yang menjadi masalah vital

dalam perkawinan lintas agama adalah tata cara perkawinan lintas agama, latar

belakang keluarga, kesadaran hukum masyarakat dalam mematuhi undang-undang.

Oleh sebab itu, perlu untuk mengetahui perbandingan kesdaran hukum dari setiap

agama dalam menyikapi perkawinan lintas agama di Indonesia dan khususnya

wilayah Jakarta Barat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan pendekatan

empiris(sosiologis) dan dianalisis dengan analisis komparatif. Data dalam penelitian

ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama penelitian kualitatif dan data

wawancara lapangan sebagai pelengkap penelitian.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perkawinan lintas agama terjadi

bukan hanya pada satu agama, tetapi setiap agama yang diakui di Indoensia

melakukan praktik perkawinan lintas agama. Setiap individu yang melakukan

praktik perkawinan lintas agama memiliki motif yang berbeda antara satu indivu

dengan individu lain, salah satu faktor yang paling sering ditemui adalah menikah

karna saling mencintai dan keluarga mengedepankan asas kebebasan beragama,

serta tidak memiliki kesadaran hukum.

Kata Kunci : Perkawinan, Lintas Agama, Hukum, Di Indonesia

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, SH, M.A.

Hidayatulloh, SHI, M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1986 s.d. 2016.

Page 6: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,

taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Kesadaran Hukum Masyarakat Jakarta Barat Terhadap Perkawinan Lintas Agama Di

Indonesia”. Shalawat beserta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat hambatan dan

kesulitan yang penulis temui. Namun berkat kesabaran, keikhlasan, kesungguhan hati

dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung, sehingga penulis tetap bersemangat dalam penyelesaian skripsi

ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dan Ibu Siti Hana, Lc, M.Ag. sebagai

Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Madzab dan Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Beliau tiada henti memberikan motivasi dan semangat kepada penulis,

serta dengan rasa tulus ikhlas dapat meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.

Page 7: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

vii

3. Bapak Dr.H.Yayan Sopyan, SH, MA. selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Hidayatulloh, SHI, M.H selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar telah

membimbing, mengajarkan, memberikan banyak arahan, dan saran-saran

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga ilnu yang telah Bapak

ajarkan dan arahkan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

4. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. selaku penguji I dan Bapak

Dr.H.Umar Al Hadad, MA selaku penguji II, yang telah memberikan arahan dan

saran dari hasil skripsi saya yang telah diujikan dalam sidang munaqasah,

sehingga dapat selesai dengan baik.

5. Pimpinan dan staf Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat yang dengan baik

menerima dan membantu penulis dalam mendapatkan sumber data penelitian

yang dibutuhkan untuk penelitian.

6. Kepada seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

ilmu dan pengalaman hidup dengan ikhlas kepada penulis.

7. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi perpustakaan.

8. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Chairul Achyar dan Ibu Hasunah

yang dengan sabar dan rasa tulus selalu mendo’akan, memberi Motivasi dan

ketegasan agar penulis dapat menyelesaikan studi yang pada akhirnya bisa

bekerja untuk membantu kebutuhan hidup keluarga.

Page 8: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen
Page 9: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

A. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ................................................... 8

E. Metodelogi Penelitian ......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13

BAB II TEORI KEPATUHAN DAN PERKAWINAN

A. Religion Rights ................................................................................... 15

B. Right To Marriage .............................................................................. 25

C. Tinjauan Kepatuhan Hukum dalam Perkawinan ................................ 30

D.Perkawinan Beda Agama (Filosofis Hukum Nasional) ...................... 33

E. Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Yudisial Review

Undang-Undang Perkawinan (Perkawinan Lintas Agama) ................ 39

Page 10: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

x

BAB III PERKAWINAN LINTAS AGAMA DI JAKARTA BARAT

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Jakarta Barat ........................ 40

a. Geografi ........................................................................................... 40

b. Pemerintahan ................................................................................... 41

c. Kependudukan ................................................................................. 43

d. Pendidikan dan Kebudayaan ........................................................... 46

B. Perkawinan Lintas Agama Dalam Perspektif Pelaku ........................ 50

BAB IV ANALISIS KEPATUHAN HUKUM PERKAWINAN

LINTAS AGAMA

A. Analisis Motivasi Perkawinan Lintas Agama .................................... 53

B. Analisis Sinkronisasi Pelaku Perkawinan Lintas Agama

antara Undang- Undang Perkawinan dan Ketentuan Agama .............. 57

C. Analisis Rekapitulasi Hasil Wawancara ............................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 61

B. Saran dan Kritik .................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 70

Page 11: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara filosofis, tujuan agama memberi pedoman dalam menjalani

kehidupan bagi umat manusia agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang ada

dan salah satu aturan tersebut terdapat dalam perkawinan. Perkawinan pada setiap

agama dianggap sakral karena dilakukan sekali seumur hidup. Layaknya suatu

hubungan yang sakral maka perkawinan diikat dalam hubungan yang tidak sekedar

perdata melainkan lahir dan batin. Perkawinan secara filosofis merupakan salah satu

aspek pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan masyarakat yang sempurna.

Perkawinan bukan saja hanya sebagai satu jalan yang amat mulia untuk mengatur

kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan

menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan

menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan lainnya.1 Di setiap

agama memiliki aturan mengenai kriteria ideal dalam memilih pasangan hidup dan

kesamaan agama adalah hal yang sangat diutamakan. Salah satunya pada agama Islam

perkawinan sudah seharusnya dilaksanakan oleh sesama muslim sesuai dengan syariat

Islam.

Ajaran Nabi Muhammad S.A.W memberikan kriteria tersendiri bagi setiap

muslim yang ingin memiliki pasangan hidup dan agama ada pada urutan pertama

1Jaenal Aripin dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam. (Jakarta, UIN Jakarta

Press:2006) Cet 1 H.116.

Page 12: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

2

dalam kriteria mendapatkan pasangan hidup. Islam mengatur manusia dalam hidup

berjodoh-jodohan itu melalui jenjang perkawinan yang ketentuannya dirumuskan

dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan.2

Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui oleh negara yaitu Islam, Katolik,

Kristen, Hindu, Budha, Kong Hucu dan terdapat penganut kepercayaan lain.3

Keberagaman agama telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap bentuk pola

hubungan antar pemeluk agama di Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan sosial

kemasyarakatan dan khususnya diajukan dalam bidang perkawinan. Serba serbi

kehidupan yang dijalani setiap manusia terutama kehidupan pada jenjang perkawinan

melahirkan banyak persoalan. Jenis persoalan yang muncul beragam dan

membutuhkan analisis secara berbeda seiring perbedaan dan keberagaman persoalan

tersebut.4

Perkembangan hukum perkawinan di Indonesia ditandai dengan Rancangan

Undang-Undang (RUU) perkawinan pada Tanggal 16 Agustus 1973. Diajukannya

RUU perkawinan menimbulkan reaksi keras dari kalangan umat Islam. RUU tersebut

sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam dan timbul sebuah anggapan bahwa

RUU perkawinan ingin mengkristenkan Indonesia. Pasal-pasal yang menimbulkan

keberatan di kalangan umat Islam itu dihapuskan. Setelah adanya rapat yang

dilakukan berulang kali, akhirnya pada tanggal 22 Desember 1973 melalui fraksi-

2Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2008) cet ketiga (3) H.13.

3Penetapan Presiden Republik Indonesia, Nomor 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan dan

Penyalahgunaan/ Penodaan Agama.

4Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya. (Jakarta: PT. Prima

Heza Lestari, 2006) cet 1 H.36.

Page 13: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

3

fraksi DPR, RUU tersebut disetujui untuk disahkan. Pada tanggal 2 Januari 1974

RUU tentang perkawinan disahkan DPR menjadi UU No 1 Tahun 1974 tentang

Undang-Undang Perkawinan yang selanjutnya berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober

1975. Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974 dianggap telah mencakup seluruh elemen

agama yang ada di Indonesia.5

Meskipun sudah berlaku selama 42 tahun6 sejak diundangkannya Undang-

Undang Perkawinan ini bukan berarti tidak ada masalah dalam pelaksanaannya,

diantara permasalahan tersebut adalah tentang perkawinan lintas agama. Pada

perkawinan lintas agama kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat yang

menjadi hal sangat penting dan menentukan berlakunya suatu hukum dalam

masyarakat. Adanya perkawinan lintas agama ini menimbulkan perspektif hukum

bahwa kesadaran hukum masyarakat menyangkut faktor apakah agar suatu ketentuan

hukum itu diketahui, dipahami, dihargai, diakui dan ditaati oleh masyarakat sebagai

pengguna hukum.7 Persoalan perkawinan lintas agama bukanlah hal baru yang terjadi

di Indonesia, beberapa artis pernah melakukan perkawian lintas agama diantaranya

Lidya Kandou dengan Jamal Mirdad,8 dan yang sedang hangat dalam perbincangan

5Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia

(Jakarta:Prenada Media, 2004) H.23.

6 Undang-Undang Perkawinan Berlaku 2 Januari 1974-2016.

7Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum.(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2013). H.98.

8Dadan Eka, “Polemik Nikah Beda Agama”. Artikel diakses pada 3 Maret 2016 dari

http://www.cekricek.co.id/index.php/statistics/celebnews/1270-polemik-menikah-beda-agama.

Page 14: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

4

antara Tessa Kaunang dengan Sandi Tumiwa9 yang semuanya berakhir dengan

perceraian. Realitas sejarah juga membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah

menikah dengan perempuan ahlul Kitab, yakni Maria al-Qibtiah. Demikian pula

Hudlaifah bin Yaman, sahabat Nabi yang tergolong senior kawin dengan perempuan

Yahudi, tetapi perkawinan mereka sebagian ulama melarang dan tidak

membenarkannya.10

Permasalahannya adalah ketika sepasang manusia yang ingin melaksanakan

perkawinan tapi berlainan agama antara satu dengan yang lainnya, maka Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tidak mengatur hal tersebut, karena perkawinan yang

dimaksud dalam undang-undang No.1 Tahun 1974 adalah dua orang yang di

Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan Indonesia, bukan perkawinan lintas agama satu dengan yang

lain.

Adapun konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dalam perkawinan lintas agama

menyatakan hal yang bertolak belakang, bahwa dalam memilih istri atau pasangan

hidup tidak ada yang boleh membatasi termasuk instansi sekalipun. Syaratnya adalah

suka sama suka dan tidak merugikan orang lain. Umumnya hukum mengikuti agama

yang dianut seseorang. Jika orang itu memeluk agama Islam, hukum Islamlah yang

berlaku baginya. Perkawinan yang dilakukan atas dasar suka sama suka bertentangan

9Andiasti Anjani, ”suami muallaf tessa kaunang isyaratkan pilih nikah beda agama”. Artikel

diakses pada 3 Maret 2016 http://celebrity.okezone.com/read/2014/06/17/33/1000352/suami-mualaf-

tessa-kaunang-isyaratkan-pilih-nikah-beda-agama.

10

Hamid Lansono, Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif .(Restu Ilahi: Jakarta 2005)

H.11.

Page 15: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

5

dengan ajaran hukum perkawinan yang berlaku bagi agama yang dianut (In

Complexu). Pasal 28B UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak

membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.11

Pada dasarnya perkawinan lintas agama yang terjadi di kalangan masyarakat

hanyalah penyelewengan dari praktik yang ada, dan itu terjadi pada masyarakat

perkotaan yang relatif lebih maju.12

Tidak adanya pengaturan perkawinan lintas agama

secara tegas dan eksplisit dalam Undang-Undang perkawinan termasuk pencatatannya

mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum. Apabila benar terjadi praktik seperti

itu, maka status hukum perkawinan menjadi tidak jelas.

Berangkat dari permasalahan pada tema diatas maka penulis mengangkat judul skripsi

“Kesadaran Hukum Masyarakat Jakarta Barat Terhadap Perkawinan Lintas

Agama Di Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

1. Adakah dampak terhadap perkawinan lintas agama pada aspek toleransi agama?

2. Bagaimana hukum di Indonesia mengatur perkawinan lintas agama?

3. Bagaimana perkembangan praktik perkawinan lintas agama di Jakarta Barat?

11Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) h.115.

12

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) H

.248.

Page 16: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

6

4. Adakah sanksi hukum positif bagi pelaku kasus perkawinan lintas agama pada

setiap agama di Indonesia?

5. Apa saja motif para pelaku perkawinan lintas agama di wilayah Jakarta Barat?

6. Apakah seseorang dalam memilih pasangan hidup menekankan pada satu rumpun

agama?

7. Bagaimana opini para ulama tentang perkawinan lintas agama di Indonesia?

8. Apakah setiap agama di Indonesia membenarkan cinta yang melampaui agama?

9. Bagaimana masyarakat menyikapi perkawinan lintas agama di Indonesia?

10. Bagaimana pandangan agama tentang ketaatan pemeluknya terhadap hukum

perkawinan lintas agama?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian skripsi ini penulis memberikan batasan pada bahasan perkawinan lintas

agama secara khusus dari aspek kesadaran hukum. Penulis akan menggunakan data

perkawinan dari Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta, Jakarta Barat dan tidak

menggunakan data dari KUA.

Page 17: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

7

2. Rumusan Masalah

Dari serangkaian latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, dan batasan masalah

yang penulis hadirkan, perumusan masalah yang dirumuskan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai beikut:

1. Bagaimana motif dan latar belakang para pelaku Perkawinan Lintas Agama di

wilayah Jakarta Barat ?

2. Bagaimana perkembangan kesadaran hukum pada Perkawinan Lintas Agama di

wilayah Jakarta Barat?

3. Bagaimana pandangan berbagai agama yang diakui di Indonesia tentang ketaatan

pemeluknya terhadap hukum Perkawinan Lintas Agama?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penyusunan skripsi dalam penelitian perkawinan lintas agama ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui apa motif para pelaku memilih pasangan lintas agama.

b. Untuk mengetahui gambaran kesadaran hukum masyarakat pada paktik

perkawinan lintas agama di Indonesia, khususnya Jakarta Barat.

c. Untuk mengetahui aspek empiris pasangan perkawinan lintas agama antara

Undang-Undang perkawinan dengan ketentuan agama.

Page 18: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

8

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya:

a. Sebagai gambaran yang sistematis dan komprehensif terhadap permasalahan

perkawinan lintas agama.

b.Sebagai masukan kepada agamawan, ahli hukum, perencana kebijakan di bidang

hukum dan pranata sosial dalam menyikapi perkawinan lintas agama.

E. Review Studi Terdahulu

Banyak kasus perkawinan lintas agama yang terjadi belakangan ini menjadi

suatu perdebatan dikalangan masyarakat. Dijumpai dalam surat kabar yang terbit setiap

hari, topik bahasan yang muncul berkaitan dengan perkawinan lintas agama baik yang

dilakukan artis maupun orang masyarakat umum. Antara lain pembahasan yang muncul

berkaitan dengan dampak agama terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan lintas

agama dan status hukum perkawinan lintas agama di Indonesia.

Ada beberapa studi yang pernah membahas perkawinan lintas agama. Dalam

Skripsi bertajuk “Penyelesaian Perceraian Beda Agama Di Indonesia (Studi Kasus Yuni

Shara-Henry Siahaan)”. Ditulis Meilisa Fitri Harahap (2011). Penyelesaian perceraian

beda agama di Indonesia pada proses penyelesaian perceraiannya sama dengan perceraian

pada umumnya. Perkawinan beda agama seakan-akan di perbolehkan di Indonesia

berdasarkan pada Pasal 66 Undang -undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

sehingga tidak terdapat perbedaan mengenai proses penyelesaiannya dengan perceraian

pada umumnya, dimana seseorang dapat mengajukan permohonan cerai atau gugatan

cerainya ke Pengadilan Negeri buat mereka yang memiliki agama di luar Islam dan

pengadilan agama bagi mereka yang memiliki agama Islam. Kemudian jika mereka

Page 19: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

9

melakukan perkawinan beda agama maka gugatan cerai atau permohonan cerai dapat

diajukan ke Pengadilan Negeri di wilayah tempat tinggal penggugat.13

Jurnal dengan judul “Kawin Beda Agama Dalam Legislasi Hukum Perkawinan

Indonesia Perspektif HAM”. Ditulis Faiq Tobroni. Mengenai pembolehan perkawinan

beda agama adalah sekedar dalam rangka menegakan prinsip-prinsip Pluralisme,

nasionalisme, HAM, demokrasi kemaslahatan yang antroposentris. Pembolehan ini

didasari oleh suatu keyakinan mereka bahwa masalah ini adalah masalah ijtihad.14

Adapun dalam penelitian ini penulis akan berbeda pandangan dengan apa yang telah di

jelaskan pada karya ilmiah ini, dalam pembahasan yang akan penulis sajikan pada

perkawinan lintas agama ini mengutamakan pada kesadaran hukum masyarakat dalam

negara bagi para pemeluk kepercayaan agama masing-masing.

Jurnal berjudul “Perkawinan Beda Agama Antar Warga Negara Indonesia Di Luar

Negeri Sebagai Bentuk Penyelundupan Hukum Dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan”. ditulis oleh Novina Eky Dianti. Perkawinan antar WNI berbeda

agama di luar negeri merupakan salah satu bentuk dari pengaturan perkawinan dalam

ruang lingkup Perdata Internasional yang terdapat dua sistem hukum yang berbeda dan

perkawinan tersebut mengandung unsur asing (Foreign Element). 15

13

Harahap, Meilisa Fitri. “Penyelesaian Perceraian Beda Agama Di Indonesia (Studi

Kasus Yuni Shara-Henry Siahaan)”. Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2011.

14 Faiq Tobroni. “Kawin Beda Agama Dalam Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia

Perspektif HAM”. Jurnal Hukum UII. Volume 11 No.2 Januari 2011.

15Novina Eky Dianti. “Perkawinan Beda Agama Antar Warga Negara Indonesia Di Luar

Negeri Sebagai Bentuk Penyelundupan Hukum Dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan”. Jurnal. Hukum. UNS. Volume.2 No.5 Oktober 2015.

Page 20: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

10

Jurnal berjudul “Dasar Legitimasi Sosiologis Gagasan Perubahan Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 Dalam Konteks Perubahan Sosial” ditulis oleh Drs. Noryamin

Aini. MA. Bahwa perubahan Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974 tidak hanya pada isu

teknis tetapi juga pada isu subtantif. Gagasan perbaikan tersebut berbasiskan sosial yang

terjadi di masyarakat. Orang sering mengatasnamakan Tuhan dan kepentingan publik

untuk menentang perubahan hukum yang berdimensi agama. Terlepas dari perdebatan

tersebut Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974 tetap dipertahankan, sementara di sisi lain

perubahan sosial tidak mungkin dibendung, maka akan banyak persoalan hukum yang

sulit terselesaikan.16

Adapun dalam penelitian ini penulis berbeda dengan studi terdahulu yang pernah

membahas perkawinan lintas agama di Indonesia. Pada pembahasan ini penulis berbeda

dengan yang lalu, karena mengutamakan kesadaran hukum masyarakat terhadap praktik

perkawinan lintas agama yang ada di Indonesia khususnya wilayah Jakarta Barat. Data

yang penulis gunakan juga berbeda dengan studi yang pernah membahas perkawinan

lintas agama. Penulis menggunakan data hasil wawancara pelaku perkawinan lintas

agama serta narasumber dari Suku Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil DKI Jakarta

serta Suku Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Jakarta Barat.

16

Noryamin Aini. “Dasar Legitimasi Sosiologis Gagasan Perubahan Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 Dalam Konteks Perubahan Sosial”. SYARIAH:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurnal

Ilmu Hukum, No, Volume, Juni 2007

Page 21: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

11

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan empiris (sosiologis).

Penelitian empiris adalah penelitian yang memandang hukum sebagai kenyataan sosial,

kenyataan kultur.17

Penelitian ini melihat hukum dalam arti nyata dan meneliti

bagaimana penerapan hukum di lingkungan masyarakat. Dengan demikian kajian empiris

dunianya adalah das sein (apa kenyataannya) Pada penelitian ini penulis akan meneliti

hubungan antar individu dengan individu di masyarakat. Penelitian ini sebagai penelitian

hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam masyarakat, badan hukum dan

pemerintah.

2. Sumber Data Penelitian

Data yang digunkan penulis berupa data perkawinan. Data perkawinan yang digunakan

merupakan data dokumenter hasil wawancara dengan Dinas Kependudukan Dan Catatan

Sipil DKI Jakarta dengan Dinas Kepndudukan Dan Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat,

dan data perkawinan selanjutnya didapatkan dari wawancara penuturan narasumber yang

melakukan praktik perkawinan lintas agama. Ada dua jenis sumber data yang penulis

gunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Primer: laporan wawancara perkawinan lintas agama pada

Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta(Kepala Bidang Data dan Informasi) dan

Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat(Kepala Bidang Catatan Sipil) yang

17

Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.

(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2012) H.2.

Page 22: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

12

jumlahnya masing-masing satu orang responden, selanjutnya data hasil

wawancara dengan narasumber yang melakukan praktik perkawinan lintas

agama yang jumlahnya sepuluh orang responden secara acak d.

2. Sumber Sekunder: Data laporan hasil penelitian terdahulu yang berupa

angka-angka ataupun data tentang motif para pelaku melakukan

perkawinan lintas agama di Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan penulis yaitu melalui membaca dokumen (studi dokumen). Studi

dokumen yaitu penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai

literatur, adapun literatur yang digunakan tidak terbatas hanya kepada buku-buku tetapi

dapat berupa bahan-bahan dokumentasi dari Dinas Kependudukan Dan Kantor Catatan

Sipil DKI Jakarta dan Jakarta Barat. Ada dua teknik pengumpulan data yang penulis

kerjakan. Pertama, disajikan laporan data hasil wawancara dengan pihak kantor catatan

Sipil DKI Jakarta dan Jakarta Barat tentang perkawinan lintas agama. Kedua, data

wawancara yang diambil dari penuturan sepuluh narasumber yang melakukan praktik

perkawinan lintas agama yang berasal dari agama yang berbeda. Selanjutnya penulis

menggunakan teknik sampling snowball dalam melengkapi data, teknik sampling

snawball adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel

dalam suatu jaringan atau hubungan yang terus menerus.18

18

Nina Nurdiani, Teknik Sampling Snawball Dalam Penelitian

Lapangan.Engineering:Binus University. Jurnal Engineering, Vol 5, Desember 2014.

Page 23: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

13

4. Tipe Analisis Data

Analisis data ini memadukan data secara deskriptif dan komparatif, metode deskriptif

adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek/objek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat) berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana

adanya atau disebut perilaku nyata.19

Selanjutnya dilakukan perbandingan (comparative)

berupa data perkawinan di Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta dan Jakarta Barat untuk

kemudian mengetahui perkawinan beda agama pada setiap agama. Serta deskripsi

pengalaman narasumber yang telah melakukan perkawinan beda agama.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan Skripsi ini mengacu pada buku”Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis membagi pembahasannya menjadi lima

bab, selanjutnya tiap bab dibagi dengan susunan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Pada bab ini berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan atau perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

(review) studi terdahulu, motode penelitian, sistematika penulisan.

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum.(Jakarta:Universitas Indonesia (UI-

Press) 1986) cet.3 H.32.

Page 24: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

14

BAB II: Bab ini memaparkan tentang pandangan kepatuhan hukum dalam hukum

perkawinan di Indonesia terhadap praktik perkawinan lintas agama. Akan di

jelaskan mengenai kesadaran hukum secara mendasar dan ciri-ciri kepatuhan

hukum. Selanjutnya disajikan hak-hak beragama dalam kebebasan beragama,

hak bagi setiap individu untuk menikah, dan filosofi hukum nasional

perkawinan lintas agama di Indonesia, dan Putusan Mahkamah Konstitusi

Tentang Yudisial Review Undang-Undang Perkawinan (Perkawinan Lintas

Agama).

BAB III: Bab ini memaparkan tentang data perkawinan beda agama di wilayah Jakarta

Barat yang didapatkan dari Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta dan Jakarta Barat.

Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam dengan para pelaku yang

melalukan praktik perkawinan lintas agama.

BAB IV: Bab ini memaparkan analisis data perkawinan lintas agama untuk melihat

sinkronisasi kepatuhan pelaku perkawinan lintas agama terhadap undang-

undang RI No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka selanjutnya akan

diketahui motif yang menjadi dasar para pelaku melakukan praktik perkawinan

lintas agama di wilayah Jakarta Barat.

BAB V: Penulis mengakhiri pembahasan dengan Penutup. Bab ini berisikan

kesimpulan, saran, dan berupa daftar pustaka. Skripsi ini dilengkapi pula

dengan berbagai lampiran.

Page 25: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

15

BAB II

TEORI KEPATUHAN HUKUM DAN PERKAWINAN

A. Religion Right (Hak-hak Dalam Beragama)

Wacana kebebasan beragama sesungguhnya sudah berkembang sejak

bangsa ini akan diproklamirkan tahun 1945 silam, bahkan jauh sebelum itu.

Melalui Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI), wacana ini hangat diperdebatkan founding father, khususnya dalam

perumusan pasal 29 UUD 1945. Selain itu telah ditemukan sejumlah kasus tindak

pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, terjadi peningkatan

pelanggaran dari kurun waktu 2013 sebesar 39 kasus sampai 2014 meningkat

menjadi 67 kasus.20

Hal tersebut semakin mengindikasikan bahwa peraturan yang

mengatur kebebasan beragam di Indonesia masih diperlukan kajian mendalami.

Kebebasan beragama di Indonesia mengacu pada UUD 1945 Pasal 29 ayat 2.

Pasal ini menyatakan bahwa setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan

untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya.

Pasal 28E ayat 1 UUD 1945 perubahan kedua mengakui adanya hak setiap

warga negara atas kebebasan beragama atau kepercayaan, demikian juga Pasal 28I

ayat 1 UUD 1945 perubahan kedua, menjelaskan hak beragama dan

20

Rakhmatullah, “Negara Diduga Lakukan 67 Pelanggaran Kebebasan Beragama”

Artikel diakses pada 9 Juni 2016 dari http://nasional.sindonews.com/read/941354/13/2014-

negara-diduga-lakukan-67-pelanggaran-kebebasan-beragama-1419339576.

Page 26: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

16

berkepercayaan adalah HAM yang tidak bisa dikurangi dan dibatasi dalam kondisi

apapun. Bahkan Pasal 28i ayat 4 UUD 1945 perubahan kedua, mempertegas

kewajiban negara terutama pemerintah untuk melindungi, memajukan,

menegakkan dan memenuhi HAM. Kewajiban negara melindungi dan memenuhi

hak atas kebebasan beragama dan kepercayaan mengandung pengertian, bahwa

negara tidak mempunyai wewenang mencampuri urusan agama dan kepercayaan

setiap warga negaranya. Sebaliknya, negara harus memberikan perlindungan

terhadap setiap warga negaranya untuk melaksanakan ibadah

keagamaan/kepercayaan.

Abraham Kuyper membagi kebebasan beragama (religious freedom)

menjadi tiga pengertian: religious pluralism , social pluralism dan confessional

pluralism. Religious pluralism artinya, bahwa manusia berhak untuk memilih dan

pindah agama tanpa campur tangan orang lain. Confessional pluralism artinya,

manusia selain berhak memilih, juga berhak untuk menjalankan agama yang

dipilihnya. Social pluralism artinya, agama berhak untuk menjadi hati nurani

masyarakat. Sedangkan menurut Menurut William L. Reese, negara yang

memaksakan agama tertentu kepada rakyatnya akan membahayakan terhadap

stabilitas politik.21

Agama adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam memilih

pasangan hidup, namun pada lain hal orang memilih pasangan yang berbeda

21

Reese, Dictionary of Philosophy and Religion. (New York: Humanities Books,

1999). H.32

Page 27: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

17

agama karena faktor umur yang semakin menua serta kesulitan mendapatkan

jodoh. Pada permasalahan mengenai perkawinan beda agama bukan sekadar

persoalan anak yang dilahirkan dalam perkawinan, tetapi jauh daripada itu

bagaimana setiap agama memandang perkawinan yang dilakukan dengan dasar

cinta namun melampaui agama yang seharusnya menjadi pijakan dalam memilih

pasangan hidup yang akan membawanya pada arah tujuan yang lebih baik.

Ada beberapa agama yang disebut dalam Al-Qur‟an, tetapi disebutkannya

beberapa agama dalam Al-Qur‟an tidak dapat dikatakan sebagai pemberian

legitimasi atas keabsahan eksistensinya. Pandangan berbagai agama yang diakui

di Indonesia terhadap perkawinan lintas agama sebagai berikut:

1. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Islam

Hukum Islam adalah Hukum Allah yang prinsipnya berlaku universal

tidak terbatas oleh tempat dan zaman. Akan tetapi hal ini tidak menutup

kemungkinan adanya hukum Islam yang berlaku secara khusus pada tempat

tertentu dan waktu tertentu. Untuk itu kita juga mengenal adanya Hukum Islam

Indonesia yang berlaku di Indonesia pada saat ini yang didalamnya termasuk

hukum Perkawinan. Tentang pernikahan laki-laki muslim dengan yang non

muslim adalah hal yang kontroversial dikalangan para fuqoha sejak dahulu

bahkan sejak zaman sahabat. Bila dapat dirangkum maka terpilih menjadi tiga

golongan.

Page 28: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

18

a. Golongan Pertama

Golongan ini termasuk Jumhur Ulama berpendapat bahwa pernikahan laki-laki

muslim dengan perempuan non muslim Ahl Al-Kitab diperbolehkan. Sedang

selain Yahudi dan Nasrani, hukumnya haram.22

Mereka beralasan dengan ayat quran Al-Maidah ayat 5:

Artinya: Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)

orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal

(pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga

kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang

menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu,

bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak

dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

22

Syaikh Humaidhy, Kawin Campur Dalam Syariat Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

1993) Hlm 30

Page 29: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

19

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam)

Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.

Pandangan ini menimbulkan dua argumentasi. Pertama, ayat ini

membolehkan menikahi wanita Ahli Kitab yang Muhsonat. Mujahid menafsirkan

kata muhsonat dalam ayat ini adalah afaif (menjaga kehormatan dirinya) dan

huriah (merdeka/bukan budak).23

(Asy-Syaukani, Fathul Qodir, Vol. 2 Hal. 22).

Sehingga syarat muhshonat (afaif dan huriah) ini harus ada pada diri wanita ahlul

kitab yang akan dinikahi oleh seorang muslim. Kedua, kronologis ayat-ayat

madaniah, yang turunnya sesudah hijriah. Hal ini memperkuat penunjukan ayat ini

terhadap hukum.

b. Golongan Kedua

Golongan ini berpendapat bahwa menikahi wanita non muslim haram hukumnya.

Golongan ini dianut antara lain Ibnu Umar dan Syi‟ah Imamiah.24

Mereka

beralasan dengan beberapa dalil. Pertama, Al-Baqarah ayat 221 yang berbunyi:

23

Muhammad Ghalib M, Ahlul Kitab, Makna dan Cakupannya.

(Jakarta:Paramadina,1998) H.166.

24Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah.(Jakarta:Haji Mas Agung 1991), H.5.

Page 30: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

20

Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-

orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia

menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-

perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.25

Kedua, Al-Mumtahanah ayat 10 yang berbunyi:

25

Mohammad Asmawi, Nikah(Dalam Perbincangan dan Perdebatan). (Yogyakarta:

Darussalam Perum Griya Suryo Asri F-10, 2004) cet 1 H.139.

Page 31: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

21

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan)

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah

mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka

tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula

bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah

mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta

mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah

mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu.

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

c. Golongan Ketiga

Golongan ini berpendapat bahwa menikahi wanita ahl al-kitab hukum asalnya

halal, namun situasi dan kondisi menghendaki ketentuan lain.

2. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Katolik

Bagi gereja katolik memandang perkawinan sebagai sakramen, yakni suatu

upacara agama yang sakral/suci karenanya harus diatur dan diselenggarakan oleh

Page 32: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

22

gereja, dan bagi mereka sah tidaknya perkawinan bukan karena catatan sipil

gereja. Adapun perkawinan lintas agama dalam agama katolik dibedakan antara

yang berbeda gereja (mixta religio) dengan yang berlainan agama (Disparatis

Kultus).26

Untuk pertama pada prinsipnya dilarang tetapi masih mungkin

dilakukan dengan izin gereja. Mengenai larangan itu karena salah satunya tidak

dibaptis dan akibatnya perkawinan itu tidak sah.

3. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Kristen

Pada agama Kristen perkawinan dipandang sebagai masalah keperdataan.

Gereja tidak mencampuri dan tidak pula berfungsi mengesahkan suatu

perkawinan. Suatu perkawinan dinyatakan sah oleh pejabat pemerintah, maka

gereja hanya meneguhkan dan memberkatinya. Di Indonesia perkawinan bagi

Kristen Protestan sah atas nama Undang-Undang bila dilakukan pada kantor

catatan sipil. Oleh Kerena itu perkawinan adalah tanggung jawab pemerintah,

bukan tanggung jawab gereja. Nikah sebagai persekutuan hidup antara pria dan

wanita bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup yang kedalam rahmat dan

kasih tuhan, dalam rangka mewujudkan kebahagiaan tersebut maka agama Kristen

Protestan menganjurkan penganutnya kawin dengan orang yang seiman

sebagaimana bunyi kitab 2 korentus 6 ayat 14.

26

Muhammad Daud Ali, “Perkawinan Campuran Antar orang-orang yang berbeda

agama”. (Jakarta:Al-Hikmah 1993) H.51.

Page 33: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

23

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan

orang-orang yang tidak percaya, sebab persamaan apakah yang terdapat dalam

kebenaran atau kedurhakaan atau bagaimanakah terang bersatu dengan gelap”27

4. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Hindu

Agama Hindu adalah agama yang mempercayai tiga tuhan yang dianggap

suci. Ketiganya bersatu tidak dapat dipisahkan, karena asal kejadiannya satu.

Perkawinan dalam hukum agama Hindu dikenal dengan “wiwaha”. Perkawinan

bersifat religius dan obligator, karena dikaitkan dengan kewajiban untuk

mempunyai putra untuk menebus dosa orang tuanya. Karena perkawinan bagian

dari agama maka harus memenuhi “syarat” sesuai hukum agama.28

Pada

perkawinan lintas agama Hindu tidak membenarkan pemeluknya nikah dengan

non Hindu, bila dilakukan maka harus memeluk agama Hindu terlebih dahulu,

bila tidak dilakukan maka tidak sah sekalipun dicatat di kantor catatan sipil.

5. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Budha

Pada agama Budha terdapat aturan yang bernama ahinsa (yakni tanpa

kekerasan) pengertiannya bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh

melakukan kekerasan baik secara fisik maupun mental terhadap manusia dan

binatang. Agama Budha tidak mengatur perkawinan karena ketika agama Budha

lahir masyarakat telah memiliki hukum perkawinan yang dianggap mapan. Jika

27

Departemen Agama RI,”Modul Keluarga Bahagia Sejahtera dan Bertanggung

Jawab”. (Jakarta:Ditjen Bimas Kristen Protestan,1996) hlm 36

28 Anak Agung Gde Okta Netra, “Tuntunan Dasar Agama Hindu”. (Jakarta:Ditjen

Bimas Hindu dan Budha,2001) hlm 47

Page 34: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

24

ingin melangsungkan perkawinan lintas agama tidak ada larangan dengan agama

lain tetapi sebainya dilakukan sesama agama Budha. Bila salah satunya bukan

beragama Budha maka tidak membuat batalnya perkawinan tersebut.29

Berkeluarga dalam agama Budha tidaklah menjadi suatu kewajiban bagi umatnya,

akan tetapi berkeluarga hanyalah menjadi suatu pilihan apakah ia ingin

berkeluarga atau tidak berkeluarga.30

6. Perkawinan Lintas Agama Pada Agama Kong Hucu

Agama KongHucu atau nama aslinya Ryu Jio, yang berarti agama bagi

orang yang lembut hati, agama ini merupakan agama tertua di tempat

kelahirannya di Tiongkok. Pada saat itu belum ada agama lain, karena ini belum

dikenal perkawinan lintas agama. Meski demikian tidak ada satu ayat pun yang

melarang atau membolehkan perkawinan dengan yang berbeda keyakinan.31

Pernikahan dinyatakan sah apabila terjadi antara laki-laki dan perempuan dewasa,

tidak ada unsur paksaan, mendapat persetujuan kedua orang tua, diteguhkan

dalam suatu upacara keagamaan, meski untuk salah satu mempelai tidak

diharuskan berpindah keyakinan.

Menurut Undang-undang Dasar 1945 Negara Indonesia berdasarkan:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

29

A.Basic Djalil, Pernikahan Lintas Agama. (Jakarta: Pustaka 2003) H.128.

30Pandhita Sasanjaya, Tuntunan Perkawinan dan Hidup Berkeluarga dalam Agama

Budha. (Jakarta:Ditjen Bimas Hindu dan Budha, 2002) H.2.

31Hs. Tjhie Tjay Ing, Hak Asasi Beragama dan Perkawinan Konghucu. (Jakarta:

Gramedia Pustaka Umum dan MATAKIN, 1998) H.53.

Page 35: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

25

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan.

5. Keadilan Sosial.

Sebagai dasar pertama, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa bukan saja

meletakkan dasar moral di atas Negara dan Pemerintah, tetapi juga memastikan

adanya kesatuan Nasional yang berasas keagamaan. Pengakuan sila pertama (Ke-

Tuhanan Yang Maha Esa) tidak dapat dipisah pisahkan dengan Agama, karena

adalah salah satu tiang pokok daripada perikehidupan manusia dan bagi bangsa

Indonesia adalah sebagai sendi perikehidupan Negara dan unsur mutlak dalam

usaha nation-building.

Hidup berbangsa dan bernegara dalam pluralitas keberagamaan ini ibarat

kita berada di tengah-tengah pasar tradisional. Dalam pasar terdapat berbagai

macam dagangan dipasarkan oleh berbagai penjual yang beragam agama dan

aliran kepercayaannya.

B. Right To Marriage (Hak Untuk Menikah)

Kata nikah berasal dari bahasa Arab ( النكاح ) yang berarti kawin atau

perkawinan. Kata ini sudah diadopsi dan menjadi kata bahasa Indonesia yang

begitu populer serta ditujukan pada hajat manusia yang lain jenis dalam

Page 36: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

26

meresmikan perjodohannya.32

Sedangkan kata kawin sering diidentikkan dengan

hal-hal negatif dan berbau kebinatangan. Manusia yang meresmikan

perjodohannya dengan pasangan pilihannya dan disaksikan oleh masyarakat

sebagai saksi dari peresmian disebut telah melaksanakan nikah, sedangkan

manusia yang melakukan kumpul kebo bisa disebut kawin karena tidak berbeda

jauh dengan binatang dalam menyalurkan nafsu birahinya, serta tidak

mengindahkan setiap aturan, norma dan nilai-nilai sosial yang telah ditetapkan

agama, karena itu pernikahan yang baik adalah pernikahan yang dilakukan pria

dan wanita yang sama akidah, akhlak dan tujuannya, di samping cinta dan

ketulusan hati. Di bawah naungan keterpaduan itu, kehidupan suami istri akan

tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga akan bahagia dan anak-anak

akan sejahtera.33

Dalam hal perkawinan, para ahli fiqh memberikan arti kawin dalam arti

kiasan. Imam Abu Hanifah memakai arti “setubuh”, sedangkan Imam Syafi‟i

memakai arti “perjanjian perikatan”. Jika ditinjau dari segi adanya kepastian

hukum dan pemakaian perkataan “kawin” di dalam Al-Quran dan hadits, maka

kawin dengan arti “perjanjian perikatan” lebih tepat dan banyak dipakai daripada

“kawin” dengan arti “setubuh”.34

Dan hadits Nabi, perkataan “kawin” pada

32

Mohammad Asmawi, Nikah (dalam perbincangan dan Perbedaan). (Yogyakarta:

Darussalam Perum Griya Suryo Asri F-10, 2004) H.17.

33Chuzaimah T.Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam

Kontemporer. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008) cet 1 H.9.

34Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet 3 (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993) H.93.

Page 37: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

27

umumnya diartikan dengan “perjanjian perikatan”. Firman Allah Swt (QS. An-

Nur 24/32):

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan

hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-

Nya) lagi Maha mengetahui.

Kawin merupakan penggabungan dan pencampuran. Sedangkan menurut

istilah syari‟at kawin berarti akad antara pihak laki-laki dan wali perempuan yang

karenanya hubungan badan menjadi halal. Kawin berarti akaq dalam arti

sebenarnya dan berarti hubungan badan yang artinya majazi (metafora).35

Sedangkan menurut Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pasal 1, “Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.36

35

Syaikh Hasan Ayub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Al-kautsar, 2005) H.3.

36Undang-Undang Perkawinan di Indonesia No.1 Tahun 1974 Pasal 1 (Surabaya:Al-

Kola)

Page 38: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

28

Pada umumnya perkawinan menurut agama merupakan perbuatan yang

suci, yaitu suatu perikatan anatara dua pihak dalam menaati dan memenuhi

anjuran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan berumah tangga serta berkerabat

tetangga berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jadi,

perkawinan dilihat dari segi keagamaan adalah suatu perikatan jasmani dan rohani

yang membawa akibat hukum terhadap agama yang dianut kedua calon mempelai

beserta keluarga dan kerabatnya. Hukum agama telah menetapkan kedudukan

manusia dengan iman dan taqwanya, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak dilakukan. Oleh sebab itu, pada dasarnya setiap agama tidak

dapat membenarkan perkawinan yang berlangsung tidak seagama.37

Dapat kita lihat bahwa Undang-Undang Perkawinan benar-benar telah

menutup pintu perkawinan lintas agama, karena beberapa aturan yang telah

ditetapkan sebelumnya, termasuk ketentuan dalam hukum perdata (BW),

ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (stbl. 1993 No. 74), peraturan

perkawinan campuran Stbl. 1898 No. 158, dan peraturan lain yang mengatur

perkawinan antar pemeluk agama selain Undang-Undang Perkawinan pun

dinyatakan tidak berlaku.38

Begitupun bila dilihat dalam Kompilasi Hukum Islam,

ditegaskan bahwa perbedaan agama menjadi salah satu faktor terjadinya larangan

perkawinan.39

37

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan,(Bandung: Mandar Maju, 2003) cet 2 H.10.

38UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 66 Tentang Perkawinan.

39KHI Pasal 40

Page 39: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

29

Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua

makhluk tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk

beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-

masing pasangan siap melakukan peran yang positif dalam mewujudkan tujuan

perkawinan.

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup

bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturan. Sebagai

Sunnatullah yang diberikan kepada manusia, perkawinan bukan sekedar persoalan

jasmani saja tetapi rohani ikut berperan dalam melangsungkan perkawinan.

Perkawinan merupakan realisasi kehormatan bagi diri setiap manusia sebagai

makluk Tuhan yang bermoral dan berakal dalam penyaluran seks yang telah ada

sejak lahir.40

Pasal 23 ICCCPR (Internasional Covenant on Civil and Political Right) sebagai

berikut:41

1. Hak untuk melangsungkan perkawinan harus bertolak pada perlindungan

keluarga bukan indivisu.

2. Pasangan yang menikah siap secara mental dan telah memiliki kecakapan

hukum.

40

Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan(Jakarta:Rajawali Pers, 2003). H.14.

41 Suparman Marzuki dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta, Pusat Studi Hak

Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII),2008) cet pertama, h.105.

Page 40: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

30

3. Hak untuk melangsungkan perkawinan harus sejalan dengan hak asasi lainnya.

Hak tersebut merupakan hak beragama yang implikasinya bukan hanya sekedar

perdata namun juga pidana.

Pada perkawinan lintas agama Kompilasi Hukum Islam berbeda dengan

pendapat jumhur yang menghalalkan orang Islam menikah dengan wanita

kitabiyah. Disini Kompilasi Hukum Islam terlihat menonjolkan kaidah Syaddu

Al-Dzari‟ah (menutup peluang). Adapun dalam kaitannya dengan nikah lintas

agama adalah melarang sesuatu hal yang dibolehkan atau dihalalkan, di mana

akan terdapat resiko tinggi karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan

yang fatal. Bila dapat memahami isi dari Kompilasi Hukum Islam membuat

ulama Indonesia sepakat dan sepaham dengan Kompilasi Hukum Islam yang

sejalan dengan kelompok yang melarang mengawini kitabiyah, hal tersebut

bukan berarti tidak sejalan dengan Al- Qur‟an tetapi memperhatikan

kemaslahatan sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.42

C. Tinjauan Kepatuhan Hukum dalam Perkawinan Beda Agama

Pada konsep ilmu kewarganegaraan yang mempunyai tujuan to be a good

citizenship. Bila dilihat dari tahapan kewarganegaraan seorang warganegara yang

baik tidak hanya sebatas pada tataran civic knowledge tetapi sudah mencapai pada

tahapan civic disposition. Sedangkan hukum sendiri mempunyai tujuan untuk

menciptakan suatu masyarakat yang tertib, menjamin keadilan sosial dalam

42

Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama (Perspektif Fiqh dan Kompilasi Hukum

Islam). Jakarta: 2008. H.148.

Page 41: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

31

masyarakat dan sarana penggerak pembangunan. Bila di lihat dari kedua

pengertian diatas maka terdapat satu hubungan anatara keduanya, yaitu bagaimana

mewujudkan suatu masyarakat yang tertib.

Seorang warga negara yang baik adalah warga negara yang taat pada

hukum positif (hukum yang sedang berlaku), tetapi pada faktanya masih banyak

warga negara tidak mentaati peraturan-peraturan hukum yang ada. Selanjutnya

Widjaya mengatakan ada dua sifat kepatuhan. Yaitu:

1. Kepatuhan bersifat statis, yaitu sesuai dengan peraturan perundang-undangan

berupa ketentuan-ketentuan yang ada di masyarakat.

2. Kepatuhan bersifat dinamis, yaitu menitikberatkan kepatuhan yang timbul dari

dalam diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral, keinsyafan dari dalam diri

yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.

Budaya hukum sangat erat hubungannya dengan kesadaran hukum dan

diwujudkan dalam bentuk perilaku sebagai cermin kepatuhan hukum di dalam

masyarakat. Suatu paham kesadaran hukum sebenarnya berkisar pada diri warga

masyarakat merupakan suatu faktor yang menentukan bagi sahnya hukum. Pada

mulanya masalah kesadaran hukum timbul di dalam proses penerapan daripada

hukum positif tertulis.

Ide tentang kesadaran warga masyarakat sebagai dasar sahnya hukum

positif tertulis diketemukan di dalam ajaran tentang Rechtgefuhl atau

Rechtbewusstsein yang intinya adalah bahwa tidak ada hukum yang mengikat

warga-warga masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukumnya. Akhir-akhir ini

Page 42: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

32

banyak dipermasalahkan tentang merosotnya kesadaran hukum dalam masyarakat

dan salah satunya terjadi pada perkawinan lintas agama. Pandangan mengenai

merosotnya kesadaran hukum disebabkan karena terjadinya pelanggaran-

pelanggaran hukum dan ketidakpatuhan terhadap hukum. Jadi kesadaran hukum

sebenarnya merupakan kesadaran atau nila-nilai yang terdapat di dalam diri

manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.

Selanjutnya pada kepatuhan hukum yang umumnya menjadi pusat perhatian

adalah basis-basis atau dasar daripada kepatuhan tersebut. Menurut Bierstedt,

maka dasar-dasar kepatuhan adalah:

a. Indoctrination, sebab pertama suatu warga masyarakat mematuhi kaedah-

kaedah adalah karena dia diindoktrinir untuk berbuat hal baik maupun

buruk. Sejak kecil manusia telah dididik agar mematuhi kaedah hukum yang

berlaku di masyarakat.

b. Habituation, karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, lama

kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaedah-kaedah yang

berlaku.

c. Utility, pada dasarnya manusia mempunyai kecendrungan untuk hidup

pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang

belum tentu pantas untuk orang lain.

Page 43: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

33

d. Grup Identification, salah satu sebab mengapa seseorang patuh pada kaedah

adalah karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk

mengadakan identifikasi dengan kelompok.43

Kesadaran hukum merupakan suatu proses kesiapan diri untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu, menanggapi hal tertentu dengan didasari atas

pengertian, pemahaman, penghayatan dan pertimbangan-pertimbangan nalar dan

moral yang disertai kebebasan sehingga ia dapat bertanggungjawab secara sadar.

Pemberian sanksi pada hakikatnya merupakan reaksi terhadap pelanggaran

kaedah-kaedah kelompok. Sanksi dapat berwujud sanksi positif atau sanksi

negatif. Sanksi positif adalah unsur yang mendorong terjadinya kepatuhan atau

perikelakuan yang sesuai dengan kaedah dan norma yang ada. Sebaliknya sanksi

negatif menjatuhkan hukuman kepada pelanggaran kaedah kelompok.

D. Perkawinan Lintas Agama (Perspektif Hukum Nasional)

Jauh sebelum berlakunya Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974, di Indonesia pernah berlaku peraturan Hukum Antara Golongan yang

mengatur masalah perkawinan campuran. Perkawinan yang dimaksud adalah

peraturan yang dulu dikeluarkan pemerintah kolonial Belanda yang diberi nama

Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR) atau Peraturan Tentang Perkawinan

Campuran sebagaimana dimuat dalam Staatsblad 1898 No. 158. Pasal 1 dari

Peraturan Tentang Perkawinan Campuran tersebut terdapat tiga pandangan

43

Soerjono Soekanto,. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (suatu analisa

sosiologi hukum). (Jakarta:Cv Rajawali 1982) Hlm 225

Page 44: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

34

diantara ahli-ahli Hukum Antar Golongan, mengenai pertanyaan apakah GHR

berlaku pula untuk perkawinan antar agama dan antar tempatnya.

Perkawinan lintas agama ini dahulu penting bagi mereka yang termasuk

golongan rakyat Indonesia asli Timur asing bukan Tionghoa, karena agama ikut

menentukan hukum yang berlaku bagi mereka, kecuali mereka menundukan diri

pada Hukum Perdata Barat (BW), sebagaimana telah diatur di dalam Staatsblad

Tahun 1917 No.12 tentang Penundukkan Sukarela. Dengan berlakunya Undang-

Undang perkawinan (UUP) NO.1 Tahun 1974, seperti disebut pada pasal 66 UUP,

semua ketentuan –ketentuan perkawinan dahulu seperti GHR, HOCI dan Hukum

Perdata Barat serta peraturan perkawinan lainnya sepanjang telah diatur dalam

undang-undang tersebut, dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal (2) UUP berbunyi:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaan itu. Pada penjelasan UUP ditegaskan “dengan

perumusan pasal 2 ayat 1 ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaan itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Prof Hazairin, secara tegas menafsirkan pasal 2 ayat 1 beserta

penjelasannya dengan menyatakan, “bagi orang Islam tidak ada kemungkinan

untuk kawin dengan melanggar hukum agamanya sendiri. Demikian pula dengan

orang Kristen dan non muslim lain yang dijumpai di Indonesia. Disisi lain

perkawinan lintas agama dapat dijelaskan sebagai berikut.

“Perkawinan lintas agama tersebut merupakan ikatan lahir dan bathi antara

seorang pria dan seorang wanita yang berbeda agama, menyebabkan

Page 45: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

35

tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat dan tata

cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya masing-masing,

dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.”

Ada tiga sistem perkawinan yang terdapat di Indonesia, yakni sistem endogami,

eksogami dan eleutherogami.44

1. Sistem endogami, sistem perkawinan ini mengharuskan seseorang mencari jodoh

atau lingkungan sosial, kerabat, kelas sosial atau lingkungan pemukiman. Sistem

ini jarang terjadi di Indonesia. Pada masalalu hanya dapat ditemukan di tanah

toraja. Tetapi dalam waktu dekat sistem ini akan lenyap jika hubungan dengan

daerah lain menjadi terbuka.

2. Sistem eksogami, sistem perkawinan ini mengharuskan seseorang mencari jodoh

diluar lingkungan sosial (suku), kerabat, golongan sosial atau lingkungan

permukiman, seperti di daerah gayo, minagkabau, sumatera selatan. Sitstem ini

pun lama kelamaan semakin memudar sehingga larangan kawin sesuku

diperlakukan pada lingkungan keluarga yang sangat terbatas saja.

3. Sistem eleutherogami, sitem perkawinan ini tidak mengenal larangan – larangan

seperti dua sistem sebelumnya yang telah di jelaskan. Larangan terjadi jika ada

ikatan keluarga senasab dan hubungan keluarga seperti yang terdapat dalam

Islam.

44Yawirman, Hukum Keluarga (Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan

Aadat Dalam Masyarakat Matrilineal Minagkabau).(Jakarta: 2013. Rajawali Pers.) H.132.

Page 46: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

36

Fatwa MUI Nomor: 4/Munas UII/MUI/8/2008

ق ذَّ ٌم ذ س اف لو ا ء ر د ح ال ص لو ا ة ل ج ىل ع ه 45

Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan) daripada menarik

kemaslahatan.

Asas Hukum Lex Spesialis Derogat Legi Generali, yang artinya peraturan

yang bersifat umum dikesampingkan oleh peraturan yang bersifat khusus jika

pembuatnya sama.46

Maksud dari asas ini adalah bahwa terhadap peristiwa khusus

wajib diperlakukan Undang-Undang yang khusus dalam peristiwa itu, walaupun

untuk peristiwa khusus tersebut dapat juga diterapkan menggunakan Undang-

Undang yang menyebut peristiwa yang lebih luas atau lebih umum yang dapat

juga mencakup peristiwa khsus tersebut.

Undang-Undang Perkawinan mengatur tentang perkawinan dan subtansi

tentang dasar perkawinan, syarat perkawinan, pencegahan perkawinan, batalnya

perkawinan. Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi

Kependudukan mengatur tentang peristiwa penting yang terdiri dari kelahiran,

kematian, perceraian, perkawinan, pengangkatan anak, pengesahan anak.

Jika dikaji dalam segi perkawinannya maka sahnya perkawinan secara

umum diatur dalam Undang-Undang Perkawinan dan secara khusus diatur dalam

45

Al-Imam Jalaluddin Abdul-ar Rahman bin Abi Bakr as-sayuti, al asybah wa an-

Nazair, (Semarang:Toha Putra) H.59.

46Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia (satu kajian teoritik). (Jakarta:Sinar

Grafika,2004) H.56.

Page 47: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

37

Undang-Undang No.24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan. Dari

segi sahnya pada umumnya telah ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Perkawinan bahwa sahnya perkawinan sahnya hukum agama yang dianut.

Pasal 35 poin a hanya berkedudukan sebagai peraturan hukum yang mendasari

dicatatatkannya perkawinan lintas agama, meskipun perkawinan lintas agama

dapat dicatatatkan tidak berarti perkawinan lintas agama tersebut secara serta

merta dianggap telah sah. Sahnya perkawinan tetap didasarkan pada Pasal 2 ayat

(1) Undang-Undang Perkawinan. Adanya Pasal 35 poin a hanya sebagai jalur

khusus untuk mencatatkan perkawinan lintas agama.47

E. Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Yudisial Review Undang-Undang

Perkawinan (Perkawinan Lintas Agama)

Mahkamah konstitusi merupakan institusi kehakiman di Indonesia yang

memiliki wewenang untuk melakukan judicial review (uji materiil) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Putusan

yang dihasilkan oleh mahkamah konstitusi bersifat final, tidak memiliki upaya

hukum untuk ditinnjau kembali.

Diskusi hangat muncul saat beberapa orang mahasiswa dan Alumnus

Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) mempersoalkan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Perkawinan mengenai syarat sahnya perkawinan, terutama

47

Mifta Adi Nigraha, Dualisme Pandangan Hukum Perkawinan Beda Agama antara

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-Undang No.23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Privat Law edisi

I, h.58.

Page 48: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

38

berkaitan dengan keabsahan kawin lintas agama. Norma pasal itu dinilai pemohon

berimplikasi tidak sahnya perkawinan di luar hukum agama, sehingga

mengandung usur „pemaksaan‟ warga negara mematuhi agama dan

kepercayaannya di bidang perkawinan.

Mahkamah Konstitusi (MK) sendiri menolak pengujian Pasal 2 ayat (1)

UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai syarat sahnya perkawinan

terkait kawin beda agama. Mahkamah menganggap Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Perkawinan sama sekali tidak bertentangan dengan UUD 1945.

“pemohonan pemohon tidak beralasan secara hukum, menyatakan menolak

permohonan para pemohon untuk seluruhnya”. Putusan mengenai yudisial review

perkawinan lintas agama telah diputuskan dengan nomor 68/PUU-XII/2014.

Pemohon beralasan beberapa kasus perkawinan lintas agama menimbulkan akses

penyelundupan hukum. Alhasil, pasangan perkawin lintas agama kerap menyiasati

berbagai cara agar perkawinan mereka sah secara hukum, misalnya perkawinan di

luar negeri, secara adat, atau pindah agama sesaat.

Selanjutnya para pemohon meminta MK membuat tafsir yang mengarah

pada pengakuan negara terhadap perkawin lintas agama. Disisi lain, Mahkamah

Konstitusi menganggap UU perkawinan ini telah dapat mewujudkan prinsip-

prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 serta dapat menampung

segala kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Terlebih lagi Pasal 28J UUD

1945 menyebutkan dalam menjalankan hak dan kebebasan setiap warga negara

Page 49: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

39

wajib tunduk terhadap pembatasan yang ditetapkan Undang-Undang yang salah

satunya dengan pertimbangan nilai-nilai agama.48

Pernikahan adalah hal yang sakral. Jadi, pernikahan tidak hanya peristiwa

hukum semata. Di Indonesia, masyarakatnya religius sehingga pernikahan

merupakan peristiwa sakral, bahkan pernikahan adalah ibadah. Mahkamah

Konstitusi memiliki prinsip ketuhanan yang diamanatkan dalam UUD 1945

merupakan perwujudan dari pengakuan keagamaan. Sebagai negara yang

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, tindakan atau perbuatan yang dilakukan

oleh warga negara mempunyai hubungan yang erat dengan agama dan salah

satunya adalah perkawinan. Adapun negara berperan untuk memberikan

perlindungan warga negara untuk membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan yang sah, yang merupakan wujud dan jaminan

keberlangsungan hidup manusia.49

Perkawinan tidak boleh hanya dilihat dari aspek formal semata, tetapi

juga harus dilihat dari aspek spiritual dan sosial. Agama menetapkan tentang

keabsahan perkawinan, sementara undang-undang menetapkan keabsahan

administratif yang dilakukan oleh negara.

48

Agus Syahbani, “Babak Akhir Kawin Beda Agama” Artikel diakses pada 9 Juni 2016

dari Hukum Online.com.

49Sandro Gatra, “Menag Apresiasi MK Soal Pernikahan Beda Agama"

http://nasional.kompas.com/read/2015/06/22/16532691/Menag.Apresiasi.MK.soal.Pernikahan.Bed

a.Agama. Artikel diakses pada 9 Juni 2016

Page 50: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

40

BAB III

TATA CARA PERKAWINAN LINTAS AGAMA

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

A. Gambaran umum lokasi penelitian di Jakarta Barat

a. Geografi

Kota administrasi Jakarta Barat dirancang untuk menjadi daerah

pusat bisnis yang baru di Jakarta dan sekitarnya, khususnya pada

kecamatan Kembangan. Dimana telah dibangun Mall, pusat perbelanjaan,

rumah sakit, pusat perkantoran, sekolah, dan lain sebagainya telah

dibangun pada kecamatan tersebut.

Kota Administrasi Jakarta Barat merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut, dan terletak pada posisi

106° 22‟42‟‟ s/d 106° 58‟18‟‟ BT dan 5° 19‟12‟‟ s/d 6° 23‟54‟‟ LS, dengan

luas wilayah berdasarkan SK Gubernur nomor 171 Tahun 2007 adalah

129,54 KM2. Jakarta barat terbagi menjadi 8 kecamatan, masing-masing

kecamatan mempunyai luas wilayah sebagai berikut, yakni Kecamatan

Kembangan 24,16 KM2, Kecamatan Kebon Jeruk 17,98 KM

2, Kecamatan

Palmerah 7,51 KM2, Kecamatan Grogol Petamburan 9,99 KM

2,

Kecamatan Tambora 5,40 KM2, Kecamatan Taman Sari 7,73 KM

2,

Page 51: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

41

Kecamatan Cengkareng 26,54 KM2, dan yang terakhir yaitu kecamatan

paling luas di wilayah Jakarta Barat Kecamatan Kalideres 30,23 KM2.50

b. Pemerintahan

Berdasarkan Undang-Undang No 29 Tahun 2007 Pasal 19, Jakarta Barat

merupakan kota Administrasi yang dipimpin oleh seorang Walikota dan

dibantu Wakil Walikota yang diangkat oleh Gubernur dari kalangan Pegawai

Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan Undang-Undang tersebut kota Administrasi

Jakarta Barat bukan daerah otonom, karena Legislatif ada diwilayah tingkat 1

atau Provinsi. Jumlah kecamatan sebanyak 8 kecamatan, 56 Kelurahan serta

582 Rukun Warga (RW) dan 6548 Rukun Tetangga(RT).

Jumlah PNS Pemerintah, Kota Administrasi Jakarta Barat

Tahun 2012-2014

Gol 2012 2013 2014

I 52 56 47

II 1 656 1 694 1 383

III 3 580 3 771 3 615

50

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

Page 52: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

42

IV 4 679 4 399 4 175

Total PNS 9 967 9 920 9 220

Sumber: Kantor Kepegawaian Kota Administrasi Jakarta Barat

Untuk membiayai pembangunan, pada tahun 2014 Kota Administrasi

Jakarta Barat menghabiskan anggaran sebesar 3,56 Triliyun rupiah. Sejak tiga

periode anggaran berfluktuatif, yaitu masing-masing 2,08 Triliyun Rupiah di

tahun 2012, dan 2,70 Triliyun Rupiah di Tahun 2013, dan pada tahun 2014

sedikit naik yaitu pada kisaran 3,56 Triliyun Rupiah. Sedangkan jika dilihat

dari daya serap anggaran di tahun 2012 mencapai 86,91 persen, namun di

tahun berikutnya sedikit mengalami kenaikan yaitu hanya 91,26 persen pada

tahun 2013, untuk tahun 2014 menurun yakni 67,10 persen.

Kegiatan pembangunan ini dilakukan oleh SKPD-SKPD di tingkat

Walikota, sudin teknis, tingkat kecamatan, hingga tingkat kelurahan. Bahkan

masih ada kegiatan di bawah pemerintahan di tingkat kelurahan. Sesuai

dengan keputusan Gubernur nomor 88 Tahun 2004 Tentang pemberian uang

bantuan intensif operasional kepada Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT

dan RW) sebagai bantuan dana kegiatan RT dan RW.

Page 53: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

43

c. Kependudukan

Hampir dari seperempat bagian dari total penduduk di Wilayah DKI

Jakarta bertempat tinggal di kota Administrasi Jakarta Barat. Persentase

penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan pada tahun

2014, yaitu penduduk usia produktif pada kelompok usia (15-64) Tahun

tercatat mencapai 72,41 persen, kelompok usia dibawah 15 tahun sebesar

24,36 persen, serta pada kelompok usia lansia 65 tahun keatas hanya 3,23

persen. Sehingga angka ketergantungan penduduk (Depedency Ratio)

mencapai 38,10 persen yang artinya untuk 100 jiwa usia produktif (15-64)

tahun menanggung sekitar 38 jiwa usia tidak produktif (usia dibawah 15 tahun

dan diatas 65 tahun).

Penduduk kota Administrasi Jakarta Barat sejak tahun 2012 sampai

dengan tahun 2014 berkisar 2,4 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk

masing-masing sebesar 1,48 persen pada tahun 2012, 1,45 persen untuk tahun

2013 dan 1,41 persen pada tahun 2014. Tingkat kepadatan penduduk di kota

Administrasi Jakarta Barat meningkat sejak periode 2012-2014, yakni dari

18.237 jiwa tiap KM2 pada tahun 2012 menjadi 18.762 jiwa tiap KM

2 pada

tahun 2014. Sementara itu jumlah Rumah tangga di kota Administrasi Jakarta

Barat pada Tahun 2014 sebanyak 648,1 ribu, dengan rata-rata 3,75 persen

anggora rumah tangga, artinya pada setiap rumah tangga terdapat 3-4 juta

jiwa.

Page 54: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

44

Indikator Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Barat

Tahun 2012-2014

Uraian 2012 2013 2014

Jumlah penduduk

(000Jiwa)

2 362,4 2 396,6 2 430,4

Pertumbuhan

penduduk (%)

1,48 1,45 1,41

Kepadatan

Penduduk (jiwa)

18,237 18,501 18,762

Sex Ratio (L/P) 103,2 102,9 102,7

Jumlah Rumah

Tangga (000)

631,9 643,4 648,1

Rata-Rata ART

(Jiwa)

3,74 3,72 3,75

% Penduduk Menurut Kelompok Umur

0-14 Tahun 23,99 24,18 24,36

15-65 Tahun 73,05 72,73 72,41

>=65 Tahun 2,96 3,09 3,23

Sumber: Proyeksi Penduduk Final, Badan Pusat Statistik Jakarta Barat.

Page 55: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

45

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk kota

administrasi Jakarta Barat Tahun 2014 adalah 2.430.410 jiwa, terdiri atas

1.231.126 laki-laki 1.199.284 perempuan. Data hasil proyeksi penduduk

tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Jakarta Barat bertumpu di

Kecamatan Cengkareng (555.972) jiwa (22,88 persen) kemudian diikuti oleh

kecamatan Kalideres sebesar 431.296 jiwa (17,75 persen), kecamatan Kebon

Jeruk sebesar 357.788 jiwa (14,72 persen). Kecamatan Palmerah, Grogol

Petamburan, Tambora, dan Taman Sari adalah 4 kecamatan yang memiliki

tingkat penyebaran penduduk dibawah 10 persen, yang masing-masing secara

berurutan berjumlah 202.373 jiwa (8,33 persen), 232.697 jiwa (9,57 persen),

239.474 jiwa (9,85 persen), 110.008 jiwa (4,53 persen).

Penduduk Kota Administrasi Jakarta Barat Menurut Kecamatan

dan Jenis Kelamin

Kecamatan L P L+P

Kembangan 150 295 150 507 300 802

Kebon Jeruk 179 312 178 476 357 788

Palmerah 103 582 98 791 202 373

Grogol

Petamburan

103 582 98 791 202 373

Page 56: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

46

Tambora 113 795 118 902 232 697

Taman Sari 54 901 55 107 110 008

Cengkareng 248 930 271 042 555 972

Kalideres 219 581 211 715 431 296

Jakarta Barat 1 231 126 1 199 284 2 430 410

Sumber: Proyeksi Penduduk, BPS Kota Adm Jakarta Barat

Laju pertumbuhan penduduk kota Administrasi Jakarta Barat per tahun

selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 1,83 persen.

Sementara itu hasil proyeksi penduduk, pada tahun 2014 mengalami

penurunan menjadi 1,41 persen. Bila dirinci menurut kecamatan, laju

pertumbuhan penduduk tahun 2014 Kecamatan Kembangan adalah yang

tertinggi dibanding kecamatan-kecamatan lain yakni sebebsar 2,30 persen,

sementara terendah terdapat pada kecamatan Taman Sari yakni 0,07 persen.

d. Pendidikan dan Kebudayaan

Penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Administrasi Jakarta Barat yang

buta huruf pada tahun 2014 sebesar 0,74 persen. Angka ini lebih rendah jika

dibandingkan kondisi tahun 2013 dan tahun 2012, dimana masing-masing sebesar

0,96 persen dan 1,18 persen. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM

melalui jalur pendidikan, antara lain melalui pemberian dana BOS (Bantuan

Operasional Sekolah) oleh pemerintah DKI Jakarta Melalui APBD, memberikan

Page 57: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

47

kontribusi yang cukup besar dalam mencetak persentase angka partisipasi sekolah

pada tingkat pendidikan dasar (7-15 tahun).

APS (Angka Partisipasi Sekolah) Kota Administrasi Jakarta Barat selama

tahun 2012-2014 cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari Angka Partisipasi

Sekolah tahun 2014 yakni, pada jenjang pendidikan SD (usia 7-12 Tahun) sebesar

100,00 persen, jenjang pendidikan SLTP (usia 13-15 Tahun) sebesar 95,19 persen,

dan jenjang pendidikan SLTA (usia 15-18 Tahun) sebesar 68,49 persen, seta pada

usia 19-24 Tahun sebesar 22,32 persen. Jika dilihat tingkat pendidikan yang

ditamatkan menurut jenis kelamin pada Tahun 2014, tampak bahwa ada perbedaan

yang cukup signifikan pada penduduk yang tamat SMU sederajat, dimana laki-laki

sebesar 39,67 persen dan perempuan sedikit lebih kecil yaitu 32,03 persen. Hal

yang sama juga dialami oleh penduduk yang menamatkan pendidikan pada jejang

DIV/S1 dan S2/S3.

Kebudayaan

Jakarta Barat sebagai bagian dari DKI Jakarta merupakan daerah yang

cukup padat dengan dua ribu jiwa penduduk yang tersebar kepada masing-masing

kecamatan yang terdiri dari berbagai macam bangsa dan suku bangsa dari seluruh

Indonesia. Keanekaragaman ditambah dengan pengaruh bangsa asing melahirkan

keanekaragaman corak seni dan budaya. Beberapa lamanya daerah ini menjadi

tempat berkumpulnya berbagai bangsa dan suku suku bangsa dan bermacam-

macam adat istiadat, bahasa dan budaya daerah masing-masing. Berbaurnya suku-

suku bangsa dari seluruh tanah air dengan bangsa lain seperti Cina, Arab, Turki,

Page 58: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

48

Persia, Inggris dan Belanda mengakibatkan terjadinya perkawinan di antara

mereka, sehingga terjadilah perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup

hingga melahirkan corak budaya dan tata cara yang baru. Dengan demikian sejak

abad ke 19 nampak suatu proto type etnis Betawi.

Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari

oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh masyarakat Betawi. Kesenian Betawi

tersebut antara lain Lenong dan Topeng Blantik. Keduanya merupakan seni drama

tradisional. Juga seni tari seperti tari Topeng, Ondel-ondel, tari Ronggeng Topeng

dan lain-lain. Seni suara dan seni musiknya adalah rebana, gambang Kromong,

Tanjidor dan sejenisnya. Bahkan wayang juga ada, wayang betawi dengan dialek

melayu betawi.51

Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti

hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan

perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih

teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon

kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda

pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan

orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan

membantu terlaksananya perkawinan tersebut. Biasanya prosedur yang ditempuh

51Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Kebudayaan Jakarta

Barat, Diakses 2 Mei 2016 dari

http://www.jakarta.go.id/jakartaku/pariwisata_budaya.htm.

Page 59: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

49

sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara

pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu melamarnya

ke orang tua si gadis. Komposisi penduduk Jakarta sangat beragam terdiri dari

beberapa entitas etnis yang mendiami wilayah di DKI Jakarta (masyarakat local)

diantaranya Sunda, Jawa, China dan penduduk asli Jakarta yang disebut “Orang

Betawi,”. Selain entitas etnis dominan tersebut terdapat kelompok etnis besar

masyarakat lainnya yang datang dari luar Jakarta diantaranya etnis Minangkabau,

Batak, Manado dan Maluku dengan kepadatan penduduk Lima Belas Ribu orang

per kilometer persegi.

Meskipun Jakarta sebagai kota kosmopolitan, namun seni budaya yang

berakar pada tradisi nenek moyang masih terus terjaga keberadaannya. Kesenian

Ondel-ondel, Tanjidor, Lenong, upacara adat Perkawinan dan Khitanan masih

sering ditemui di beberapa pelosok kota Jakarta-disamping keberadaan seni-seni

tradisional yang dibawa oleh masyarakat pendatang seperti Kuda Lumping, Reog

Ponorogo, Wayang golek, wayang orang, dan ketoprak. Pesona dan daya tarik

obyek wisata yang ada di wilayah Kotamadya Jakarta Barat berupa museum dan

peninggalan bersejarah berarsitektur gaya Eropa maupun Cina, seperti Bangunan

Langgam Cina, Bangunan Toko Merah, dll. Selain itu juga Jakarta Barat memiliki

gedung yang paling tua di Jakarta yaitu Gedung Museum Jakarta yang terletak di Jl.

Taman Fatahillah No. 1 di daerah Kota, serta tempat-tempat peribadatan tua seperti

Masjid Angke, Gereja Katholik Santa Maria De Fatima, dll.

Page 60: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

50

e. Struktur Masyarakat Jakarta Barat

DKI Jakarta yang terdiri dari 10.075.300 jiwa52

penduduk dan kota

administrasi Jakarta Barat terdiri dari 2.430.410 jiwa merupakan wilayah yang

cukup luas dengan masyarakat yang plural. Pluralitas masyarakat Jakarta bisa

dilihat dari adanya individu-individu dari berbagai latar belakang etnis, ras,

budaya dan agama yang berbeda. Dilihat dari realita ini maka bisa dikatakan

bahwa DKI Jakarta dan khususnya Jakarta Barat merupakan melting pot atau

wadah peleburan identitas budaya. Atas pertimbangan ini maka penulis memilih

Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai sasaran penelitian.

B. Perkawinan Lintas Agama Dalam Perspektif Pelaku

Fenomena perkawinan lintas agama di daerah Jakarta Barat ini menarik

untuk dicermati, meskipun menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan, bahkan

telah diberikan fatwa haram oleh Majelis Ulama Indonesia, pada kenyataannya

perkawinan lintas agama ini semakin marak dipraktikan dan berkembang di

masyarakat. Perkawinan Lintas agama di Indonesia khususnya wilayah Administrasi

Jakarta Barat merupakan polemik yang berlarut-larut tanpa ada penyelesaian yang

jelas walaupun sudah memiliki Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang telah menjadi payung hukum dalam pelaksanaannya.

Pada dasarnya permasalahan perkawinan lintas agama adalah masalah

spiritual yang tidak tampak kongkrit secara fisik material, akan tetapi yang tidak

tampak itu bisa diabaikan. Wawancara (Deep Interview) dengan Kepala Bidang

52

BPS Provinsi DKI Jakarta. Data Jumlah Penduduk DKI Jakarta. Diakses 3 Mei 2016

Page 61: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

51

Pencatatan Sipil Jakarta Barat, menunjukan bahwa angka perkawinan beda agama

sulit untuk didapatkan perkembangannya setiap tahun, karena itu pada perkawinan

beda agama tidak dicatatkan pada Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Jakarta Barat, data yang dicatat pada Kantor Catatan Sipil hanya perkawinan Non

Muslim, jika ada pasangan yang ingin mencatatkan perkawinan yang berbeda

agama kami meminta bukti mereka telah di bai‟at.53

Hasil wawancara yang berbeda dilakukan pada Kantor Suku Dinas

Kependudukan DKI Jakarta, hasilnya, secara resmi kami belum pernah

mencatatkan perkawinan beda agama khususnya wilayah kota Administrasi Jakarta

Barat, tetapi yang sifatnya adalah konsultasi maka kami menerima dengan tangan

terbuka. Pada perkawinan lintas agama ini kami memiliki dasar hukum tersendiri

yaitu Pasal 35 Undang-Undang Administrasi Kependudukan, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan menyebutkan bahwa

perkawinan berdasarkan penetapan pengadilan, oleh sebab dasar itu jika ada

pasangan beda agama yang ingin mencatatkan perkawinan pada Kantor Suku Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil harus berdasarkan penetapan pengadilan.54

Pada dasarnya perkawinan lintas agama yang terjadi pada masyarakat

Jakarta Barat tidak terlepas dari persoalan penyesuaian hukum terhadap perubahan

yang terjadi dalam masyarakat, terutama yang dimaksud adalah hukum tertulis atau

53

Neni, Wawancara Perkawinan Lintas Agama Di Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat,

Jakarta,13 Maret 2016

54 Alina Balqis, Wawancara Perkawinan Lintas Agama Di Kantor Catatan Sipil DKI

Jakarta, Jakarta,16 Maret 2016

Page 62: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

52

perundang-undangan (dalam arti luas). Perubahan sosial yang begitu cepat,

sebagaimana terlihat jelas dalam fenomena urbanisasi, tentu saja telah memberikan

kontribusi penting terhadap apa yang disebut individu versus kelompok di era

modern ini. Sekulerisasi pun berkembang, individu akhirnya tidak lagi melihat

hukum dan agama sebagai satu kesatuan bentuk rasionalisasi dalam kehidupan,

hukum dan agama yang semula menduduki menduduki posisi sentral dalam

kehidupan ditarik kewilayah privat yang merupakan unsur pribadi setiap orang dan

tidak boleh dicampuri siapapun.

Salah satu doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad SAW

ق ل ن ٌ ى د ل ع ً ث ل ق ت ث ش ب ى ل لقٌ ة ا ل ٌا ه

“Wahai tuhan yang membolak balikan hati, mantapkan hatiku dalam memeluk dan

melaksanakan agamamu”.

Pelaku perkawinan lintas agama lupa bahwa hati adalah wadah perasaan,

seperti amarah, senang, benci, iman, ragu, tenang, gelisah dan sebagainya.

Semuanya tertampung dalam hati. Pelaku umumnya sadar dan pernah mengalami

hati menginginkan sesuatu, tetapi akal menolaknya. Ini bukti bahwa Allah yang

menguasai hati. Akan tetapi, jangan menduga bahwa semua yang tertampung di

dalam hati atau terbolak baliknya perasaan adalah hasil perbuatan Allah yang

sewenang-wenang. Jangan menduga demikian terhadap keputusan hati ketika

memilih pasangan lintas agama, karena napsu dan setan pun ikut berperan dalam

gejolak hati.

Page 63: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

53

BAB IV

ANALISIS KEPATUHAN HUKUM PERKAWINAN LINTAS AGAMA

A. Analisis Motivasi Perkawinan Lintas Agama

Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan

mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama akan

berperan ketika pemeluknya memahami dengan baik dan benar, menghayati dan

mengamalkan ketentuan itu. Agama akan lumpuh serta hilang fungsi dan

peranannya jika pemahaman, penghayatan, dan pengamalan itu tidak mendapat

tempat dalam kehidupan pemeluknya. Pada perkawinan lintas agama

sesungguhnya telah diatur dalam Alquran, baik kepada laki-laki Muslim maupun

perempuan Muslimah.

Pertama, hukum menikahi musyrik dan murtad. Para ulama bersepakat

bahwa seorang Muslim diharamkan menikahi musyrik. Orang-orang yang telah

menyekutukan Allah Swt. diharamkan untuk dinikahi oleh Muslim, termasuk di

dalamnya murtad. Mazhab Ḥanafiyyah, Shāfi‟iyyah, dan mazhab lainnya

menyamakan murtad dengan musyrik, sehingga menikahi murtad pun hukumnya

adalah haram.55

Karena orang yang murtad adalah orang yang tidak lagi

memegangi agama Allah Swt. Terjadinya perkawinan lintas agama pasti lahir dari

beberapa faktor yang mempengaruhi pola hubungan diantara indivu dengan

55

Wahbah al-Zuhaylī, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, jilid IX, (Bayrūt: Dār al-Fikr,

1997), h. 665.

Page 64: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

54

individu, beberapa faktor yang ikut serta mendukung banyaknya terjadi

perkawinan lintas agama di kota Administrasi Jakarta Barat, antara lain:

Pertama, Konteks masyarakat Jakarta Barat yang sangat majemuk.

Kemajemukkan tersebut dapat terlihat dari segi agama, budaya serta etnik yang

merupakan faktor pendukung cukup penting terjadinya perkawinan lintas agama.

Realitas ini kemudian menimbulkan kesadaran diantara berbagai kelompok sosial

akan pentingnya menumbuhkan sikap toleransi, saling menerima dan menghargai

satu sama lain. Perbedaan agama, keyakinan, suku dan ras harus diakui dan juga

diterima sebagai bagian dari kehidupan masyarakat perkotaan dengan dilandasi

semangat persaudaraan serta nilai kemanusiaan. Cara pandang inilah yang

kemudian dikenal dengan nama Pluralisme.

Kedua, Munculnya gagasan pluralisme. Seiring berkembangnya informasi dan

ilmu pengetahuan membuat menjamurnya lembaga atau wadah sosial yang

berlandaskan persaudaraan yang tulus tanpa memandang latar belakang etnis, ras,

agama, atau bahkan ideologi. Di wilayah Jakarta, lembaga-lembaga seperti itu

cukup banyak ditemukan, diantanya: Yayasan Paramadina yang dirintis oleh

Nurcholis Madjid. Jaringan Islam Liberal, sampai kepada Forum-Forum dialoog

yang membahas persoalan agama dan Pluralisme. Adanya lembaga-lembaga ini

secara tidak langsung berhasil mensosisialisasikan ide pluralisme dengan baik di

kalangan masyarakat, kemudian juga mempengaruhi cara berfikir serta bertindak

dan berinteraksi. Hasilnya, masyarakat tidak lagi memandang bahwa perbedaan

agama, ras, etnis sebagai sebuah hambatan untuk bekerjasama dan hidup

berdampingan termasuk dalam memilih pasangan hidup. Contoh pada pasangan

Page 65: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

55

beda agama Henry Siahaan dan Yuni shara, mereka menyatakan bahwa mereka

tetap seiman walaupun berebeda agama, lanjutnya Henry mengatakan bahwa

perbedaan itu harus disyukuri bukan justru menjadi penghalang. Baginya yang

penting adalah bukan bukan masuk Islam ataupun Kristen tetapi masuk surga.56

Ketiga, Tren di Kalangan Artis. Faktor lain yang diyakini sebagaian orang sebagai

pemicu maraknya perkawinan lintas agama yaitu perilaku para Artis yang

seringkali diidolakan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja sampai kepada

yang tua. Pengidolaan yang berlebihan membuat sebagian masyarakat berusaha

mengikuti gaya hidupnya, tidak terkecuali dalam hal memilih pasangan hidup

yang berbeda keyakinan. 57

Keempat, arus globalisasi. Globalisasi pada era modern terus berkembang pesat

seiring dengan perubahan zaman, globalisasi tidak hanya melahirkan kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga menyertakan proses asimilasi budaya.

Budaya barat salah satunya, mereka memiliki kekuatan informasi dan intelektual

sehingga mereka bisa mulai memasuki budaya lain. Otomatis asimilasi budaya

inilah yang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap nilai agama dan perilaku

individu. Globalisasi seperti ini ikut memicu maraknya perkawinan lintas agama

ini, melalui media dan teknologi informasi saat ini menjadikan dunia ibarat desa

56

Linda Hindasah, Perkawinan Beda Agama Perspektif Pelaku.(Skripsi UIN Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum 2005) h.43

57Budi Hardiyanto, Pernikahan Beda Agama Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Khoirul

Bayan,2003) h.30

Page 66: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

56

yang kecil, dimana segala hal yang terjadi di plososk dunia manapun bisa dikeahui

bahkan mempengaruhi kehidupan di belahan dunia lain.

Adapun menurut mazhab Ḥanafī, Shāfi‟ī, dan Mālikī, menikahi Ahl al-

Kitāb hukumnya adalah makruh. Mazhab Ḥanbalī menyatakan menikahi Ahl al-

Kitāb adalah khilāf yang utama karena „Umar ibn al-Khaṭṭāb pernah mengatakan

kepada para sahabat yang menikahi wanita Ahl al-Kitāb yang berstatus dhimmī

agar menceraikannya. Para sahabat pun menceraikan istri-istri dari Ahl al-Kitāb,

kecuali Khudhayfah. Adapun Ahl al-Kitāb yang berstatus ḥarbī, menurut mazhab

Ḥanafī haram hukumnya menikahi mereka apabila berada di dār al-ḥarb. Mazhab

Shāfi‟ī dan Mālikī berpendapat haram hukumnya.

„Abd al-Raḥmān al-Jāzirī mengemukakan bahwa Mazhab Ḥanafī

mengharamkan menikahi Ahl al-Kitāb yang berada di dār al-ḥarb. Mazhab Mālikī

memakruhkan Ahl al-Kitāb secara mutlak, baik dhimmi maupun ḥarbī. Tapi,

menikahi Ahl al-Kitāb di dār al-ḥarb sangat dimakruhkan. Pendapat kedua dari

mazhab Mālikī justru tidak memakruhkan secara mutlak. Sedangkan mazhab

Shāfi‟ī menikahi Ahl al-Kitāb makruh hukumnya apabila mereka berada di dār al-

Islām dan lebih makruh lagi jika mereka berada di dār al-ḥarb.58

Adapun menurut Muḥammad Jawad Mughniyah, keempat mazhab sepakat

bahwa sibh kitāb, seperti Majusi, tidak boleh dinikahi. Keempat mazhab hanya

sepakat bahwa seorang laki-laki Muslim boleh menikahi wanita Ahl al-Kitāb,

yakni wanita Yahudi dan Nasrani dan tidak sebaliknya.

58

Abd al-Rahmān al-Jazīrī, Kitāb al-Fiqh „alā Madhāhib al-Arba„ah, jilid IV, (Bayrūt: Dār

al-Fikr al-„Ilmiyah, t.t.), h.73

Page 67: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

57

Nabi Muhammad Saw memberikan pertimbangan dalam memilih

pasangan dengan sabda beliau:

ا او ح ج ا و ه ث س ح ل ا و ه ا ل و ل ع ت ر ل ج ا ز لو ا ح ك ن ت ن ٌ اّالذ ات ذ ت ز ف ظ ا ا ف ه ن ٌ ذ ل و ل ه

)رواه ااتخا ر ي و هسلن عن ا تً هز ٌز ج( اك ذ ٌ ت ت ز ت

“Perempuan biasanya dinikahi karena empat faktor: karena hartanya, karena

keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka raihlah yang

memiliki agama, (kalau tidak) engkau akan merugi” (HR.Bukhari dan Muslim

melalui Abu Hurairah).59

B. Analisis Sinkronisasi Pelaku Perkawinan Lintas Agama Antara Undang-

Undang Perkawinan Dengan Ketentuan Agama

Pada dasarnya Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974 disusun

berdasarkan pancasila bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam UU Perkawinan ini

tidak dibahas secara eksplisit tentang perkawinan lintas agama, walaupun

landasan hukumnya dapat kita temui pada Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang

Perkawinan yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilaksanakan

menurut masing-masing hukum agama dan kepercayaannya. Pasal ini menjadi

rujukan dalam persoalan perkawinan lintas agama. Pasal 2 ayat 1 ini memberikan

kepercayaan sepenuhnya kepada hukum masing-masing agama tentang persoalan

59

M.Quraish Shihab, Perempuan. (Lentera Hati:Ciputat,2003) h.349

Page 68: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

58

perkawin lintas agama mengenai diperbolehkan atau dilarangnya perkawina

tersebut.60

Di Indonesia Perkawinan lintas agama dapat dilakukan bila salah satu

pasangan yang akan melaksanakan perkawinan lintas agama terlebih dahulu

melakukan perpindahan agama, sehingga saat melangsungkan perkawinan

menjadi satu agama. Pada sisi lain, pernyataan tersebut cukup bertentangan

dengan prinsip yang dipegang teguh dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai

konstitusi dasar, Pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya kebebasan

beragama bagi setiap warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Kesan yang

diperlihatkan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, menyatakan sebuah

penentangan terhadap perkawinan lintas agama, hal ini terlihat pada Pasal 2 ayat

(1) UU No.1 Tahun 1974 yang bebrunyi: “perkawinan adalah sah, apabila

dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.”

Karena setiap agama dalam pemikirannya cenderung menolak perkawinan lintas

agama, maka demikian secara implisit UU ini juga menolak perkawinan lintas

agama.

Setiap agama di dunia mengakui pentingnya akhlak (etika-moral) yang

baik dan karakter yang tangguh, karena dengan akhlak atau karakter inilah suatu

bangsa akan tetap terjaga eksistensinya dan menjadi bangsa yang maju. Dinamika

masyarakat serta terjadinya proses modernisasi dan globalisasi mengakibatkan

terjadinya perubahan sosial secara cepat. Perubahan sosial ini berimplikasi kepada

60

Abdi Pujiasih, Pernikahan Beda Agama Menurut Islam Dan Katolik, (UIN

Jakarta:Fakultas Ushuludin, 2008) h.24

Page 69: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

59

perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial di masyarakat, pola prilaku, struktur

serta lapisan masyarakat, interaksi sosial, sebagainya. Perubahan ini selain

membawa kemajuan juga membawa tantangan, bahkan suatu problematika bagi

eksistensi moralitas dan karakter.61

Individu dengan moralitas dan akhlak yang

baik akan menjauhi larangan, begitupula dalam larangan perkawinan lintas agama,

setiap individu yang melakukan perkawinan lintas agama terdapat pertanyaan

besar yang berkaitan dengan kesadaran hukum.

C. Rekapitulasi Hasil Wawancara

Dapat disimpulkan dari hasil rekapitulasi hasil wawancara dengan pelaku

perkawinan lintas agama. Pada usia perkawinan, pelaku perkawinan lintas agama

sangat beragam tetapi data menunjukan mereka yang telah menikah dengan yang

berbeda agama berada pada rentang usia 20 ke atas, sedangkan tahun perkawinan

lebih beragam, ada yang menikah berada di bawah tahun 2000 dan ada pula yang di

atas tahun 2000. Rata-rata mereka memiliki anak dari hasil perkawinan, dan hal

menarik anak hasil perkawinan lebih memilih agama dari pihak istri, jika istri

beragama Islam maka agama tersebut yang menjadi keyakinan anak.

Menarik untuk diketahui, salah satu responden memberikan informasi

mengenai status anak yang awalnya mengikuti agama Katolik yang menjadi agama

ibunya, mereka semua berpaling dari agama Katolik ketika menemukan pasangan

hidup, pilihannya berpaling dari agama Katolik di dasarkan karena pasangan dari

61

Masykuri Abdillah, Islam Dan Dinamika Sosial Politik Di Indonesia. (Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Utama,2011) h.163

Page 70: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

60

anak tersebut beragama Islam, karena pihak pasangan beragama Islam maka anak

yang sebelumnya mengikuti keyakinan ibu berpaling menjadi keyakinan ayah yaitu

Islam, uniknya semua anak hasil perkawinan lintas agama dengan pasangan Islam

untuk agama ayah dan Katolik untuk agama ibu hilang pengaruhnya ketika mereka

mendapat pasangan hidup, dan Islam adalah agama yang dipilih anak untuk

menikah dengan pasangannya.

Dari hasil wawancara pelaku perkawinan lintas agama didapatkan hasil

bahwa indikator kesadaran hukum masyarakat Jakarta Barat terlihat masih sangat

rendah. Dimulai dari indikator pertama tentang pengetahuan hukum, pelaku telah

mengetahui perkawinan lintas agama telah diatur oleh hukum tertulis, kedua setiap

pelaku yang telah melakukan praktik perkawinan lintas agama kurang memiliki

pemahaman agama tentang apa yang benar dan apa yang salah. Ketiga, sikap

hukum dari masing-masing individu yang cenderung memberi penilaian terhadap

produk hukum, dan keempat yaitu perilaku hukum dari para pelaku perkawinan

lintas agama agar bisa mematuhi peraturan yang telah berlaku.

Dengan demikian perkawinan lintas agama adalah suatu problema di

masyarakat yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan. Perkawinan lintas

agama yang terjadi pada masyarakat terjadi karena setiap individu tidak memiliki

kesadaran hukum atau tingkat kesadaran hukum yang rendah. Baginya perkawinan

adalah hal yang sakral sekali seumur hidup dilaksanakan. Padahal mereka para

pelaku perkawinan lintas agama sadar bahwa perkawinan lintas agama bukan

pilihan terbaik dalam membentuk keluarga, dan apapun yang menjadi alasan dari

perkawinan lintas agama tetaplah salah.

Page 71: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pokok bahasan terhadap permasalahan yang terdapat dalam

penelitian kesadaran hukum masyarakat Jakarta Barat terhadap perkawinan lintas

agama ini penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, Perkawinan lintas agama dalam pandangan para pelaku

perkawinan lintas agama adalah sah adanya, namnun menurut ketentuan agama

perkawinan lintas agama adalah hal yang tidak dianjurkan maka dari itu Majelis

Ulama Indonesia(MUI) memberi fatwa haram terhadap perkawinan lintas agama.

Pelaku memandang Agama sebagai suatu yang sangat pribadi, maka setiap orang

berhak memahami agama dengan caranya masing-masing, dan yang terpenting

adalah tidak memaksakan agama untuk orang lain. Jelas pandangan ini salah

adanya, bahwa pada dasarnya setiap agama tidak merekomendasikan perkawinan

lintas agama, dan mereka yang melalukan perkawinan lintas agama telah

melanggar ketentuan agama dan hukum, daripada itu perkawinan juga bukan

hanya dilihat dari aspek formal tetapi juga dari aspek moral dan spiritual.

Kedua, ada beberapa alasan atau motif mengapa seorang muslim atau non

muslim menikah dengan yang berbeda keyakinan. Menurut mereka, cinta

bukanlah sekedar alasan untuk dilaksanakannya perkawinan lintas agama, lebih

dari itu terdapat hal yang lebih penting. Misalnya, dalam perkawinan lintas

agama asumsi masyakat dalam menyikapi perkawinan lintas agama bertolak

Page 72: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

62

belakang dengan keinginan pelaku yang menyebut bahwa perkawinan lintas

agama tidak rawan konflik seperti asumsi yang berkembang di masyarakat, serta

kesadaran hukum masyarakat untuk melihat perkawinan lintas agama sebagai

bentuk pluralitas dan tidak bedampak pada percerain dalam perkawinan maupun

stabilitas negara.

Faktor kedudukan wanita yang menjadi nomer dua setelah laki-laki dalam

agama Islam dianggap sebagai alasan dalam tejadinya perkawinan lintas agama

agama, mereka beranggapan bahwa dalam agama lain setelah dilakukan

perkawinan posisi wanita tidak banyak berbeda dengan laki-laki, hal ini yang

menganggap bahwa wanita berada pada posisi Second Class sehingga perkawinan

lintas agama dianggap jalan yang terbaik dalam perkawinan.

Faktor usia, sulitnya mencari jodoh tidaklah berpengaruh besar, beberapa

diantara para pelaku yang melakukan perkawinan beda agama telah melakukan

perkawinan lintas agama sejak usia 20 tahun untuk pihak wanita, sedangkan dari

pihak laki-laki lebih matang secara usia, itu artinya perkawinan lintas agama tidak

semata-mata karena sulitnya mendapatkan jodoh.

Ketiga, ketika seseorang menentukan piihan untuk memilih pasangan hidup,

dalam hal ini adalah perkawinan lintas agama, ada beberapa faktor penting yang

mempengaruhi persepsi atau pandangan suatu tindakan para pelaku nikah lintas

agama dan hal itu justru lebih banyak didasarkan pada pertimbangan yang berasal

dari situasi lingkungan dan kemampuan dirinya. Faktor-faktor tersebut berasal

dari pendidikan, sosial, budaya, dan ekonomi. Para pelaku perkawinan lintas

Page 73: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

63

agama memiliki latar belakang pendidikan cukup tinggi. Pendidikan yang mereka

dapatkan menimbulkan cara pandang baru dalam berbagai hal dan salah satunya

untuk memahami perkawinan lintas agama. Faktor lain berupa sosial budaya, pada

umumnya mereka hidup dilingkungan sosial yang cukup terbuka dan tidak terlaku

mempermasalahkan hal-hal yang sifatnya pribadi.

Dilain hal mereka memiliki pergaulan yang luas dan membuat cara

pandang mereka semakin terbuka akan perkawinan, umumnya mereka bergaul

dengan komunitas-komunitas yang terdiri dari individu dengan latar belakang

etnis, budaya dan agama yang berbeda. Adanya interaksi sosial yang cukup dekat

antara masing-masing Individu yang berbeda latar belakang merupakan sebuah

kondisi logis yang terjadi pada lingkungan sosial seperti ini. Kondisi sosial seperti

ini yang mengharuskan mereka membaur, bersikap terbuka, toleran satu sama lain

dan saling menghargai perbedaan.

Selain itu, para pelaku pada umumnya memiliki pandangan pemahan

hukum dan agama tersendiri dalam memahami agama yang menurut orang lain

belum tentu benar tetapi sudah benar dimata para individu. Selanjutnya dari segi

ekonomi merupakan foktor lain yang cukup signifikan daalam pertimbangan

pengambilan keputusan yang dilakukan para pelaku perkawinan lintas agama.

Penolakan, misalnya dari pihak keluarga dan penolakan ini bisa berakibat pada

pemutusan keuangan dari pihak keluarga.

Page 74: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

64

B. Kritik dan Saran

Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural dengan

banyaknya etnis suku serta budaya melahirkan corak agama yang berbeda pada

setiap daerah di Indonesia. Lahirnya perkawinan lintas agama sebagai hasil dari

perkawinan kedua agama yang berbeda menjadi satu adalalah fakta yang terjadi di

masyarakat DKI Jakarta khususnya Jakarta Barat. Penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Lahirnya Undang-Undang RI No.1 Tahun 1974 sebagai acuan dalam hal

perkawinan di Indonesia dapat dijadikan dasar bagi para pelaku perkawinan

agar menghindari praktik perkawinan lintas agama bukan menjadi celah untuk

melakukan perkawinan lintas agama. Pancasila sebagai Grundnorm(norma

dasar) layaknya bukan sekedar diketahui, tetapi lebih dari itu dapat dimaknai

dalam kehidupan masyarakat multikultural yang pada urutan pertama jelas

berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Agama sebagai pedoman hidup dalam menentukan baik dan buruk seharusnya

menjadi dasar setiap pelaku untuk menentukan langkah dalam perkawinan

yang sakral. Cinta bukanlah segalanya, karena cinta tanpa dasar agama adalah

bodong. Agama ada bukan karena cinta, melainkan cinta ada karena agama.

3. Keluarga adalah institusi pertama dalam kehidupan setiap manusia. Semenjak

lahir hal pertama kali yang di kenal adalah keluarga, basis keluarga yang

menjadikan agama sebagai pedoman hidup paling utama memberikan tameng

bagi setiap individu untuk menghindari terjadinya perkawinan lintas agama.

Page 75: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

65

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi:

Abbas, Ahmad Sudirman, Problematika Pernikahan dan Solusinya. (Jakarta: PT. Prima

Heza Lestari, 2006) cet 1.

Abdillah, Masykuri Islam Dan Dinamika Sosial Politik Indonesa,(Jakarta:PT Gramedia

Utama,2011).

Aini, Noryamin. Wawancara Perkawinan Lintas Agama.( Jakarta. 10 Oktober 2015).

Ali, Achmad dan Heryani, Wiwie. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.

(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2012).

Al-Imam Jalaluddin Abdul-ar Rahman bin Abi Bakr as-sayuti, al asybah wa an-Nazair,

(Semarang:Toha Putra 2000).

Al-Jazīrī, Abd al-Rahman. Kitāb al-Fiqh „alā Madhāhib al-Arba„ah, jilid IV, (Bayrūt: Dār

al-Fikr al-„Ilmiyah, t.t.)

Aripin, Jaenal dan Lathif, Azharudin, Filsafat Hukum Islam.(Jakarta: UIN Jakarta

Press:2006).

Asshiddiqie, Jimly, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)

Asmawi, Mohammad Nikah(Dalam Perbincangan dan Perdebatan). (Yogyakarta:

Darussalam Perum Griya Suryo Asri F-10, 2004) cet 1

Page 76: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

66

Ayub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, (Jakarta: Al-kautsar, 2005).

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. Data Jumlah Penduduk DKI Jakarta.

Balqis, Alina Wawancara Perkawinan Lintas Agama di Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil DKI Jakarta,( Jakarta,16 Maret 2016).

Muhammad Daud Ali, “Perkawinan Campuran Antar orang-orang yang berbeda

agama”. (Jakarta:Al-Hikmah 1993).

Depag RI, “Himpunan Peraturan Perundang Undangan dalam Lingkungan Peradilan

Agama”. (Jakarta,2001).

Djalil, Ahmad Basiq, Pernikahan Lintas Agama. (Jakarta: Pustaka 2003).

Ghalib, Muhammad, Ahlul Kitab, Makna dan Cakupannya. (Jakarta:Paramadina,1998)

Ghozali, Abdul Rahmhan, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2008) cet 3.

Hadikusuma, Hilman Hukum Perkawinan,(Bandung: Mandar Maju, 2003) cet 2

Hardiyanto, Budi, Pernikahan Beda Agama Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Khoirul

Bayan,2003).

Humaidhy, Syaikh, Kawin Campur Dalam Syariat Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

1993).

Junaedi, Dedi Bimbingan Perkawinan(Jakarta:Rajawali Pers, 2003).

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013).

Page 77: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

67

Lansono, Hamid dan Jamil, Muhammad Hukum Islam Alternatif (.Restu Ilahi: Jakarta

2005).

Manan, Abdul. Aspek-Aspek Pengubah Hukum. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2013).

Manan, Bagir, Hukum Positif Indonesia (satu kajian teoritik). (Jakarta:Sinar

Grafika,2004).

Marzuki, Suparman dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta, Pusat Studi Hak

Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII),2008). Cet 1

Mukhtar, Kamal Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,(Jakarta: Bulan Bintang,

1993). Cet 3

Nuruddin, Amir dan Tarigan, Azhari Akmal Hukum Perdata Islam Di Indonesia

(Jakarta:Prenada Media, 2004).

Neni, Wawancara Perkawinan Lintas Agama Di Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat,

(Jakarta,13 Maret 2016).

Shihab, Quraish, Perempuan. (Lentera Hati:Ciputat,2003).

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum.(Jakarta:Universitas Indonesia (UI-

Press) 1986).

T.Yanggo, Chuzaimah dan AZ, Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam

Kontemporer. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008) cet 1

Page 78: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

68

Yawirman, Hukum keluarga (karakteristik dan prospek doktrin islam dan adat dalam

masyarakat matrilineal minagkabau). (Jakarta: 2013. Rajawali Pers).

Zuhdi, MasyfukMasail Fiqhiyah.(Jakarta:Haji Mas Agung 1991).

Skripsi:

Harahap, Meilisa Fitri. “Penyelesaian Perceraian Beda Agama Di Indonesia (Studi Kasus

Yuni Shara-Henry Siahaan)”. (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas

Andalas, 2011).

Hindasah, Linda “Perkawinan Beda Agama Perspektif Pelaku.” (Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta,2005).

Jamaludin. “Hukum Perkawinan Beda Agama Tinjauan: Agama-agama Yang Ada Di

Indonesia”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.)

Nugraha, Miftah Adi “Dualisme Pandangan Hukum Perkawinan Beda Agama antara

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-

Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan”.(Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Privat Law edisi I).

Pujiasih, Abdi “Pernikahan Beda Agama Menurut Islam Dan Katolik”, (Skripsi S1

Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta,2008).

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

INPRES No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

Page 79: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

69

Penetapan Presiden Republik Indonesia, Nomor 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan dan

Penyalahgunaan/ Penodaan Agama.

Undang-Undang No.24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan.

Jurnal/Artikel:

Anjani, Andiasti,”suami muallaf tessa kaunang isyaratkan pilih nikah beda agama”.

Artikel diakses pada 3 Maret 2016

http://celebrity.okezone.com/read/2014/06/17/33/1000352/suami-mualaf-

tessa-kaunang-isyaratkan-pilih-nikah-beda-agama.

Dianti, Novina Eky. “Perkawinan Beda Agama Antar Warga Negara Indonesia Di Luar

Negeri Sebagai Bentuk Penyelundupan Hukum Dari Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”. Jurnal. Hukum. UNS. Volume.2

No.5 Oktober 2015.

Eka, Dadan“Polemik Nikah Beda Agama”. Artikel diakses pada 3 Maret 2016 dari

http://www.cekricek.co.id/index.php/statistics/celebnews/1270-polemik-

menikah-beda-agama.

Gatra, Sandro“Menag Apresiasi MK Soal Pernikahan Beda Agama"

http://nasional.kompas.com/read/2015/06/22/16532691/Menag.Apresiasi.

MK.soal.Pernikahan.Beda.Agama. Artikel diakses pada 9 Juni 2016

Nurdiani, Nina ”Teknik Sampling Snawball Dalam Penelitian Lapangan.Engineering:Binus

University. Jurnal Engineering, Vol 5, Desember 2014.

Rakhmatullah, “Negara Diduga Lakukan 67 Pelanggaran Kebebasan Beragama”

Artikel diakses pada 9 Juni 2016 dari

http://nasional.sindonews.com/read/941354/13/2014-negara-diduga-

lakukan-67-pelanggaran-kebebasan-beragama-1419339576.

Syahbani, Agus “Babak Akhir Kawin Beda Agama” Artikel diakses pada 9 Juni 2016

dari Hukum Online.com.

Tobroni, Faiq. “Kawin Beda Agama Dalam Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia

Perspektif HAM”. Jurnal Hukum UII. Volume 11 No.2 Januari 2011.

Page 80: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen
Page 81: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

PEDOMAN WAWANCARA

Hasil Wawancara Menegenai Perkawinan Beda Agama di Wilayah Jakarta Barat.

Kecamatan Kebon Jeruk. DKI Jakarta.

Nama: Ibu Alina Balqis

Jabatan: Kepala Bidang Data dan Informasi

Tanggal Wawancara: 16 Maret 2016

Tempat Wawancara: Ruang Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil DKI Jakarta.

Pertanyaan :

1. Apa fungsi dan tugas Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI

Jakarta?

Jawaban: Sesuai dengan Pergub 237 Tahun 2014 Organisasi dan tugas Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil memiliki tugas:

1. Melakukan Pendaftaran Penduduk.

2. Melakukan Pencatatan Sipil.

3. Melakukan Pengolahan Data Kependudukan.

Intinya yang menjadi tugas Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yaitu

Tiga(3) pilar tersebut.

Page 82: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

2. Apa yang anda ketahui tentang perkawinan beda agama?

Jawaban: Perkawinan beda agama itu merupakan perkawinan yang dilakukan

oleh pasangan yang berbeda keyakinan(agama).

3. Apakah perkawinan beda agama tahun 2010-2015 dicatat pada kantor catatan

sipil DKI Jakarta?

Jawaban: Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan Pasal 35 perkawinan berdasarkan penetapan pengadilan. Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta tidak pernah mencatatkan

perkawinan beda agama di wilayah DKI Jakarta.

4. Apa dasar hukum Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta pada praktik perkawinan

beda agama?

Jawaban: Adapun yang menjadi dasar hukum Kantor Catatan Sipil pada

perkawinan beda agama adalah Pasal 35 UU administrasi kependudukan.

Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

menyebutkan perkawinan berdasarkan penetapan pengadilan. Namun kami

Tetap berpedoman pada Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.

Page 83: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

5. Apa pernah ada pasangan beda agama yang meminta dicatatkan pada Kantor

Catatan Sipil DKI Jakarta?

Jawaban: secara resmi tidak ada. Namun yang sifatnya konsultasi ada.

Beberapa bulan yang lalu ada seorang ibu datang ke kantor saya karena ingin

mencatatkan perkawinan beda agama yang dilakukan anaknya di Bali tetapi

dia memiliki domisisli di DKI Jakarta, namun kami menolak dan berpedoman

penetapan pengadilan.

6. Jika ada pasangan yang berbeda agama berniat mencatatkan perkawinannya di

Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta bagaimana anda menyikapinya?

Jawaban: kami meminta persyaratan penetapan pengadilan. Penetapan

pengadilan merupakan dasar hukum bagi kami sebagai Instansi pelaksana

untuk mencatatatkan perkawinan.

7. Bagaimana prosedur perkawinan beda agama yang anda ketahui sebagai

pejabat Kantor Catatan Sipil?

Jawaban: Acuan kami tetap berpedoman kepada penetapan pengadilan. Dinas

kependudukan dan catatan sipil tetap meminta pengesahan secara agama.

Persyaratan lain sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan.

Page 84: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

8. Apakah Kementrian Dalam Negeri(Kemendagri) melayani pasangan yang

ingin melakukan perkawinan beda agama?

Jawaban: Kemendagri kakinya adalah Dinas Kependudukan di seluruh

Indonesia. Melalui UU No.23 tahun 2006 menyelipkan perkawinan beda

agama pada pasal 35. Kemendagri hanya mengeluarkan peraturan dan sebagai

Instansi pelaksananya Dinas kependudukan dan Catatan Sipil.

9. Perkawinan luar negri apa sama dengan perkawinan beda agama?

Jawaban: Adanya UU No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan. Pejabat kedutaan merangkap sebagai pejabat pencatatan sipil.

Hal ini dimaksudkan karena beberapa negara tidak memiliki pejabat

pencatatan sipil seperti Arab Saudi. Selanjutnya dimaksudkan untuk

mengeluarkan akte perkawinan. Jika negara tersebut sudah memliki catatan

sipil maka pihak kedubes hanya sebagai pelapor saja. Di luar negeri urusan

perkawinan bukan sekedar urusan agama (Hukum Perdata). Ada dualisme

dalam perkawinan luar negeri sebenarnya, pada perkawinan beda agama di

Indonesia tidak dibolehkan tetapi perkawinan luar negeri dibolehkan dengan

melakukan pelaporan untuk dicatatkan.

Page 85: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

10. Menurut anda apakah penganut agama Islam cukup banyak dalam perkawinan

beda agama?

Jawaban: Saya tidak memiliki data lengkap mengenai agama yang paling

banyak penganutnya dalam perkawinan beda agama. Tetapi perkawinan itu

ada dan saya akan berusaha mendapatkan data dikemudian hari.

11. Apakah anda setuju bila perkawinan beda agama itu dilegalkan di Indonesia?

Jawaban: Saya berfikir sebagai aparatur negara, apabila peraturan itu ada kami

hanya tinggal melaksanakan saja, dan saya setuju dengan UU No.1 Tahun

1974. Nikah itu memang harus seagama, karna seagama saja masih terdapat

perbedaan paham apalagi yang berbeda agama. Pada perkawinan beda agama

justru lebih banyak ujungnya cerai.

12. Apakah setiap agama di Indonesia membenarkan cinta yang melampaui

agama?

Jawaban: Kita sebagai manusia kadang-kadang tidak bisa membedakan antara

cinta dan nafsu, cinta yang benar adalah cinta di jalan Allah. Cinta yang

berbalut nafsu tidak bertahan lama. Cinta dan Nafsu nuansanya jelas berbeda.

Cinta bila melihat kekurangan ada niat untuk memperbaiki dan cinta itu

datang dari Allah, ketika cinta melabrak aturan Allah itu bukan cinta

melainkan nafsu.

Page 86: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

13. Sanksi hukum bagi pelaku perkawinan beda agama apakah dianggap perlu?

Jawaban: Kalau dilihat dari aturan agama ia perlu, tetapi kalau hukum negara

tidak ada sanksinya, kalau di Islam itu jelas Zinah.

14. Dalam hal kepatuhan terhadap hukum agama, agama mana yang menurut

anda patuh terhadap aturan perkawinan beda agama?

Jawaban: Saya fikir setiap agama tidak merestui perkawinan beda agama,

tetapi saya tidak tahu persis agama mana yang patuh terhadap ketentuan

agama masing-masing. Agama katolik memberi dispensasi boleh menikah

beda agama tetapi agama mereka yang memberkati, dan itu sama saja artinya

tidak membolehkan. Walaupun dalam Al-Quran Surat Al-Maidah

diperbolehkan tetapi sudah tidak mungkin ditemukan kriteria yang dimaksud.

15. Apakah perlu dilakukan revisi terhadap Undang-Undang No.1 Tahun 1974

Tentang perkawinan?

Jawaban: Kalau saya sebagai petugas apapun yang sudah di putuskan oleh

Undang-Undang kami hanya melaksanakan sebagai aparatur pencatatan sipil,

dan posisi kami adalah netral.

16. Bagaimana status hukum perkawinan beda agama yang anda ketahui?

Jawaban: Karna kami belum pernah mencatatkan perkawinan beda agama,

tetapi kalau sudah di catatkan itu artinya sah sah saja menurut hukum negara.

Kami berbicara hukum negara bukan hukum agama.

Page 87: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

17. Seberapa besar dampak terhadap agama yang ditimbulkan dari perkawinan

beda agama?

Jawaban: Saya sebenernya tidak tahu persis dampak yang timbul dari

perkawinan beda agama, karna kami sebagai aparat Pencatatan Sipil belum

pernah meneliti, kebanyakan yang langgeng adalah yang melebur dalam satu

agama tetapi yang kuat satu sama lain dampaknya kepada perceraian, seperti

yang terjadi pada kalangan artis di Indonesia.

18. Menurut anda apakah negara berhak melarang perkawinan beda agama?

Jawaban: Negara harusnya memfasilitasi, posisi negara saat ini sudah bagus

bahwa perkawinan adalah urusan agama, dan negara tugasnya hanya mencatat

saja. Bukan urusan perdata seperti yang terjadi di luar negeri semacam

perikatan semata.

19. Jika terjadi perkawinan luar negeri yang berpotensi beda agama, negara mana

yang pada umumnya menjadi tujuan melangsungkan perkawinan?

Jawaban: Saya tidak tahu persis negara mana yang menjadi tujuan perkawinan

luar negeri yang berpotensi beda agama, kami justru mengetahui dari media.

Ketika pelaporan kami tidak menyelidiki ataupun menanyakan, karena bagi

kami sepanjang perkawinan itu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.

Sepengetahuan saya jika ingin melangsungkan perkawinan luar negeri yang

Page 88: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

dijadikan tujuan yaitu negara Australia umumnya dan jika menyimpang

biasanya terjadi di Hongkong.

PEDOMAN WAWANCARA

Nama: Ibu Neni

Jabatan: Kepala Bidang Pencatatan Sipil Jakarta Barat

Tanggal Wawancara: 13 Maret 2016

Tempat Wawancara: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Barat

Pertanyaan :

1. Apa tugas Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat?

Jawaban: Tugas pejabat pencatatan sipil itu melakukan pencatatan peristiwa

penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang meliputi

kelahiran, kematian, perkawinan, pereraian, pengakuan anak, pengesahan

anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan.

2. Jika saya membtuhkan data perkawinan beda agama dari tahun 2010-2015

pada Kantor Catatn Sipil Jakarta Barat apakah data itu ada?

Jawaban: Tidak ada, karna kami tidak pernah mencatat perkawinan beda

agama di Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat. Perkawinan yang dicatat pada

Page 89: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat merupakan perkawinan non muslim yang

tetap satu agama dan bukan berbeda agama.

3. Apakah perkawinan beda agama dicatat pada Kantor Catatan Sipil Jakarta

Barat?

Jawaban: Tidak, kami tidak mencatat perkawinan beda agama karna Undang-

Undang dengan tegas melarangnya.

4. Apa dasar hukum Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat pada praktik perkawinan

beda agama?

Jawaban: Sesuai dengan Undang-Undang no.1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1

bahwa perkawinan sah bila dilakukan menurut agama dan kepercayaan

masing-masing.

5. Apa pernah ada pasangan beda agama yang meminta dicatatkan pada Kantor

Catatan Sipil Jakarta Barat?

Jawaban: Dulu pernah ada pasangan yang berbeda agama ingin mencatatkan

perkawinannya di Kantor Catatan Sipil Jakarta Barat sebelum saya menjabat

sebagai Kepala Bidang Pencatatan Sipil Jakarta barat, tetapi saya menolaknya

dan kemudian pasangan tersebut tidak kembali lagi.

6. Jika ada pasangan yang berniat mencatatkan perkawinannya di Kantor Catatan

Sipil Jakarta Barat bagaimana sikap anda?

Page 90: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawaban: Kami tidak mencatatkan perkawinan beda agama, yang kami catat

hanya perkawinan non muslim tetapi tetap satu agama.

7. Bagaimana prosedur pernikahan beda agama yang anda ketahui sebagai

pejabat Kantor Catatan Sipil?

Jawaban: Mereka yang ingin kawin beda agama harus di baptis unutk

kemudian menyerahkan surat keterangan telah di baptis dan perkawinannya

dianggap seagama bukan berbeda agama.

8. Kemendagri apa melayani perkawinan beda agama?

Jawaban: Kemendagri hanya mengeluarkan produk hukum, tidak pernah

melaksanakan pencatatan, karena Instansi Pelaksanya tetap Dinas

Kependudukan dan Catatan sipil.

9. Perkawinan luar negri apa sama dengan perkawinan beda agama?

Jawaban: Perkawinan luar negeri dilangsungkan di Luar negeri dan kami

hanya mencatat atas bukti laporan telah terjadi perkawinan luar negeri.

10. Apakah anda setuju bila perkawinan beda agama itu dilegalkan di Indonesia?

Jawaban: Undang-Undang perkawinan melarangnya dan saya tidak setuju

karna undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 saja telah melarangnya.

Page 91: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

PEDOMAN WAWANCARA

Hasil Wawancara Mengenai PERKAWINAN LINTAS AGAMA di Wilayah Jakarta

Barat.

1. Nama: Sugih (Hindu)

Aira (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Aira

Waktu Wawancara: 27 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2008 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Agama Istri Islam sebelum atau sesudah menikah, sedangkan agama

suami saya sebelumnya Hindu tetapi ketika menikah menjadi Muallaf

dengan masuk Islam. Setelah menikah kembali pada agama lamanya

yaitu hindu.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan lintas?

Jawab: Ada. kami memiliki satu orang anak perempuan.

Page 92: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak ikut agama Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang agama saya Islam beserta keluarga sedangkan agama

suami saya Hindu yang taat, tetapi karena ingin menikah dan mencintai

saya dia menjadi muallaf.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Setelah menikah suami kembali pada kepercayaan agama yang lama

yaitu Hindu maka kami hidup dalam rumah tangga yang berbeda

keyakinan, namun kami saling menghargai satu sama lain. Jika saya

sedang melaksanakan solat lima waktu maka suami saya tidak melarang,

begitupun saat melaksanakan ibadah puasa, terkadang dia ikut saat

berbuka saja.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik pasti ada namun kami tetap saling menjaga kepercayaan antara

satu sama lain sampai sekarang kami masih menjadi suami istri.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Page 93: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: kami menikah di KUA, Suami sudah menjadi muallaf sebelum kami

menikah.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah, karena kami meinkah di KUA dengan pasangan atau suami

saya menjadi muallaf dengan berpindah keyakinan pada agama Islam.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Istri 24 tahun dan Suami 27 tahun.

2. Nama Pasangan: Rudy Hutama (Islam)

Mini Kiswanto (Katolik)

Tempat Wawancara: Kediaman Rudy Hutama

Tanggal Wawancara: 27 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2010 kami melangsungkan pernikahan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah.

Jawab: Saya beragama Islam dan Istri Katolik, sebelum dan sesudah menikah

tetap memegang agama masing-masing.

Page 94: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan lintas agama?

Jawab: Belum.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab:

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Keluarga saya memiliki beragam agama tetapi orang tua saya beragama

Islam, sedangkan keluarga dari pihak Istri yaitu Katolik yang taat.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan yang berbeda agama,

seperti apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Saya beserta Istri saling toleransi, saat waktunya saya melakukan ibadah

yang wajib maka istri saya sudah pasti tahu dan begitupun saat istri saya

yang sedang melaksanakan ibadah untk agamanya, saya tidak

mengganggunya.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Bukan hanya dalam pernikahan lintas agama saja, setiap pernikahan

pasti ada konflik baik kecil atau besar tergantung kita bisa atau tidak

Page 95: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

melewatinya. Selama bisa memahami satu sama lain konflik kami bisa

atasi dengan kominikasi yang baik.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Saya mengikuti prosedur pernikahan pada agama Katolik, dan kami

hanya melangsungkan perkawinan secara agama katolik saja yaitu

agama istri saya.

Tanya: Apakah perkawinan lintas agama anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Kalau secara agama kami telah melakukan perkawinan secara agama

katolik. Secara negara kami mencatatkannya pada catatan sipil untuk

pernikahan non muslim.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawab: Istri 25 dan Suami 32

3. Nama: Peter (Kristen)

Selvi (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Selvi

Tanggal Wawancara: 27 Maret 2016

Page 96: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2012 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Agama saya Islam sebelum atau sesudah menikah, sedangkan agama

suami saya sebelum dan sesudah menikah adalah Kristen.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada. Kami memiliki satu orang anak perempuan.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak ikut agama saya yaitu Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang agama saya Islam beserta keluarga sedangkan agama

suami saya beserta kelarganya Kristen yang taat, karena berasal dari

Batak.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Toleransi dalam berumah tangga belum sempat kami rasakan karena

setelah menikah kami langsung bercerai.

Page 97: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik itu ada dan sering, karena dari pihak keluarga pria meminta

pihak perempuan untuk pindah kepada agama Kristen, namun saya

menolak karena murtad dalam agama Islam adalah dosa besar.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami sebenarnya menikah Secara Sirrih. Setelah ada desakan untuk

berpindah agama maka kami memutuskan untuk bercerai.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama tetapi tidak secara negara, karena kami menikah

secara sirih.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawaban: Istri 24 dan Suami 26 Tahun.

4. Nama: Wuu Kang Un (Kong Hucu)

Miranti Dewi (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Miranti Dewi

Page 98: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanggal Wawancara: 27 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2006 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Agama saya Islam sebelum atau sesudah menikah, sedangkan agama

suami saya sebelum dan sesudah menikah adalah Kong Hucu.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Tidak, Kami tidak memiliki anak.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Tidak ada.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang agama saya Islam beserta keluarga sedangkan agama

suami saya beserta keluarganya Kong Hucu yang taat, karena dari sejak

lahir sudah mengikuti agama oarang tuanya.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Page 99: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: Toleransi dalam berumah tangga kami lakukan dengan memberi

kebebasan dalam beragama contohnya saat beribadah antara satu sama

lain tidak melarang teapi yang terjadi justru sebaiknya, suami saya tidak

suka ketika saya beribadah sesuai anjuran agama Islam. Pernikahan

kami tidak berlangsung lama sampai akhirnya kami bercerai.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: konflik itu ada dan sering, karena dari pihak suami meminta pihak

perempuan yaitu saya untuk pindah kepada agama Kong Hucu, namun

saya menolak dengan alasan murtad dalam agama Islam adalah dosa

besar.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara Islam. Setelah ada desakan untuk berpindah

agama maka kami memutuskan untuk bercerai.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Istri 23 dan Suami 27 Tahun.

Page 100: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

5. Nama: Adrian (Kristen)

Intan (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Intan

Tanggal Wawancara: 29 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak tahun 1999 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Agama saya Islam sebelum atau sesudah menikah, sedangkan agama

suami saya sebelum dan sesudah menikah adalah Kristen.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Iya, kami memiliki tiga orang putri.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Agama anak kami Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Page 101: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: latar belakang agama saya Islam beserta keluarga, sedangkan agama

suami saya beserta keluarganya Kristen yang taat, karena dari sejak lahir

sudah mengikuti agama oarang tuanya.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Suamiku saat menikahiku sudah masuk Islam terlebih dahulu, baru

setelah itu menikah dengan saya, kalau dengan keluarga suamiku saya

bersikap cuek saja dan memberi kebebasan.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Banyak sekali perbedaan sehingga terjadi konflik antara saya dan suami,

adapun faktor pihak keluarga saya yang kurang setuju sampai kepada

masalah ekonomi saat itu bukan agama.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Saya meminta suami untuk masuk Islam terlebih dahulu.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah tentu saja.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Page 102: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: Istri 27 tahun dan Suami 29 tahun.

6. Nama: Agus (Katolik)

Setiawati (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Setiawati

Tanggal Wawancara: 29 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 1994 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Katolik, sesudah menikah tetap Katolik.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada. Kami memiliki dua orang anak laki-laki.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak beragama Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Page 103: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: Latar belakang keluarga mengusung asas kebebasan dalam memilih

agama. Tidak ada paksaan atau tekanan dalam memilih agama.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Seperti saling mengingatkan saat waktu ibadah.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik pasti ada namun, kami tetap saling menjaga kepercayaan antara

satu sama lain, dan saling menyikapi permasalahan dengan baik.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara Agama Islam.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawab: Suami 28 tahun dan Istri 26 tahun.

Page 104: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

7. Nama: Julian (Kristen)

Safitri (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Setiawati

Tanggal Wawancara: 29 Maret 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2004 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Kristen, sesudah menikah tetap Kristen.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada. Kami memiliki satu orang anak perempuan.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak beragama Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang keluarga Islam dan sempat tidak setuju menikah dengan

yang berbeda agama.

Page 105: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Seperti saling mengingatkan antara satu dengan yang lain saat waktu

ibadah.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik pasti ada namun, kami tetap saling menjaga kepercayaan antara

satu sama lain, dan saling menyikapi permasalahan dengan baik.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara agama Kristen.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawab: Suami 27 tahun dan Istri 24 tahun.

Page 106: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

8. Nama: Hendra (Kristen)

Nurlaela (Islam)

Tempat Wawancara: Kediaman Nurlaela

Tanggal Wawancara: 2 April 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2009 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Kristen, sesudah menikah tetap Kristen.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada, kami memiliki satu orang anak laki-laki.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak beragama Islam.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang keluarga Islam dan sempat tidak setuju menikah dengan

yang berbeda agama. Takut suatu saat pindah agama.

Page 107: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Seperti saling mengingatkan satu sama lain jika waktu ibadah. Saling

memahami kondisi dalam keluarga.

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konfliki ada karena kita berbeda pandangan terhadap agamanamun,

kami tetap saling menjaga kepercayaan antara satu sama lain, dan

saling menyikapi permasalahan dengan baik.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara agama Islam dengan meminta suami masuk Islam

terlebih dahulu.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawab: Istri 25 tahun dan Suami 27.

9. Nama: Rama Subagio (Budha)

Natasha (Hindu)

Page 108: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tempat Wawancara: Kediaman Natasha

Tanggal Wawancara: 5 April 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Jawab: Sejak Tahun 2005 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Hindu, sesudah menikah tetap Hindu.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada, kami memiliki dua orang ana laki-laki dan perempuan.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak beragama Hindu.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang keluarga Hindu dan sempat tidak setuju menikah dengan

yang berbeda agama. Takut pindah keyakinan.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Seperti saling mengingatkan saja satu sama lain jika waktu ibadah.

Tidak ada paksaan saat waktunya Ibadah.

Page 109: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik pasti ada namun, kami tetap saling menjaga kepercayaan antara

satu sama lain, dan saling menyikapi permasalahan dengan baik serta

dewasa.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara agama Hindu.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawab: Istri 24 tahun dan Suami 25 tahun.

10. Nama: Rezeki (Islam)

Linda (Katolik)

Tempat Wawancara: Kediaman Linda

Tanggal Wawancara: 7 April 2016

Tanya: Pada tahun berapa anda melangsungkan perkawinan lintas agama?

Page 110: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Jawab: Sejak Tahun 1968 kami melangsungkan perkawinan.

Tanya: Apakah agama anda? Sebelum dan sesudah menikah

Jawab: Katolik, sesudah menikah tetap Katolik.

Tanya: Apakah anda memiliki anak dari hasil perkawinan?

Jawab: Ada, kami memiliki 4 orang anak satu laki-laki dan tiga perempuan.

Tanya: Agama apa yang menjadi pilihan anak?

Jawab: Anak beragama Katolik dari kecil hingga besar tetapi menikah secara

agama Islam atas permintaan dari keluarga mempelai.

Tanya: Bagaimana latar belakang agama dari pihak keluarga anda?

Jawab: Latar belakang keluarga Katolik, karena memang dari kecil saya sudah

beragama Katolik. Sedangakan bapak mayoritas keluarga beragama

Islam tetapi mendukung dan memberi kebebasan untuk menikah dengan

yang beda agama.

Tanya: Ketika sudah menjadi keluarga dalam perkawinan lintas agama, seperti

apa anda menjaga toleransi agama dalam keluarga?

Jawab: Seperti saling mendukung dalam setiap aktivitas dan memahami satu

sama lain, karena tidak ada paksaan dalam agama Katolik.

Page 111: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT JAKARTA BARAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42593... · 2018-11-23 · ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama pen

Tanya: Apakah dalam perkawinan lintas agama yang anda lakukan sering

terjadi konflik keluarga?

Jawab: Konflik pasti ada namun, kami tetap saling menjaga kepercayaan antara

satu sama lain, dan saling menghargai sehingga setiap masalah bisa

kami selesaikan secara kepala dingin, karena prinsip agama Katolik

tidak ada perceraian.

Tanya: Bagaimana proses perkawinan lintas agama yang anda lakukan?

Jawab: Kami menikah secara agama Islam kemuadian untuk pengesahan di

gereja Katolik dengan cara dispensasi yaitu pengesahan.

Tanya: Apakah perkawinan anda sah secara negara dan agama?

Jawab: Iya sah secara agama dan negara.

Tanya: Pada usia berapa anda melangsungkan perkawinan?

Jawaban: Istri 20 tahun dan Suami 28 tahun.