pen den gar an

18
INDERA PENDENGARAN ----------------------------------------------------------------- Pelaksanaan : Kamis, 7 April 2011 Nama Kelompok : Nita Zelfia Dhiniati Luzi M. (080917005) Osmalina Nur Rahma (080917018) Amadea Kurnia Nastiti (080917033) Widia Aulia (080917041) Nareswari Karina Mukti T.D (080917049) Royan Dawud Aldian (080917046) Program Studi S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Upload: nita-zelfia

Post on 21-Jul-2015

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

INDERA PENDENGARAN -------------------------------------------------------------------------------------Pelaksanaan : Kamis, 7 April 2011

Nama Kelompok :Nita Zelfia Dhiniati Luzi M. Osmalina Nur Rahma Amadea Kurnia Nastiti Widia Aulia Nareswari Karina Mukti T.D Royan Dawud Aldian (080917005) (080917018) (080917033) (080917041) (080917049) (080917046)

Program Studi S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN Indera pendengaran merupakan salah satu system sensorik khusus yang menerima informasi berupa getaran suara dari sumber suara yang ditransmisikan ke system saraf. Pada proses tersebut terdapat struktur fungsional, yang terdiri dari : 1. Telinga luar yang terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus, yang menerima getaran suara dari berbagai sumber suara mencapai membrane timpani. Di sini gelombang suara diteruskan secara mekanis. 2. Telinga tengah yang dibatasi oleh membrane timpani, terdiri dari tulang-tulang maleus, inkus, dan stapes. Daerah ini selain mempunyai fungsi meneruskan gelombang suara menuju ke ruang telinga bagian dalam, secara mekanis juga untuk proteksi terhadap suara yang merusak. 3. Di dalam ruang telinga bagian dalam getaran suara masih diteruskan secara mekanis dalam cairan endolymph, dan baru menjadi gelombang listrik setelah melewatii membrane basilaris. Getaran suara dapat pula diteruskan melalui tulang-tulang tengkorak (cranium) mencapai reseptor pendengaran (organ korti pada kokhlea) di ruang telinga bagian dalam.

Hearing Loss Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena konduksi (tuli konduksi) dan hilang pendengaran karena syaraf (tuli syaraf/persepsi). 1. Tuli Konduksi (Conduction Deafness)

Ganguan karena hambatan konduksi suara pada meatus acusticus externus dan telinga tengah, dimana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah. Tuli konduksi dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran (hearing aid). 2. Tuli Persepsi (Perception Deafness) Gangguan karena rusaknya sebagian atau seluruh hair cell atau reseptor pendengaran pada organ korti. Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau seluruh frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi belum dapat diobati. 3. Tuli Sentral (Central Deafness) Gangguan pada lintasan saraf pendengaran atau pada pusat pendengaran di otak.

Bentuk ketulian yang dialami dapat diketahui melalui pemeriksaan pendengaran. Pemeriksaan faal pendengaran dapat dilakukan dengan mempergunakan alat, antara lain : 1. Garpu Tala Pemeriksaan mengguanakan garpu tala dapat mendeteksi adanya tuli konduksi dan tuli persepsi. Garpu tala yang digunakan memiliki frekuensi yang berbedabeda antara lain, 128, 256, 512, 1024, 2048.Ada tiga macam tes garpu tala yaitu: a. Tes Rinne Tujuan dari tes rinne adalah membandingkan antara air conduction (AC) konduksi melalui udara dengan bone conduction (BC) konduksi melalui tulang pada telinga. Pada orang normal konduksi melalui udara (air conduction) lebih baik dibandingkan konduksi melalui tulang. b. Tes Weber Tujuan dari tes weber ini adalah memeriksa ada tidaknya pengerasan suara (lateralisasi) pada salah satu sisi telinga pada subyek dengan membandingkan BC telinga kanan dan kiri. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi. Berbagai kemungkinan lateralisasi antara lain:1. Tuli konduksi kanan apabila telinga sebelah kanan mendengar getaran

yang lebih keras.

2. Tuli persepsi kanan apabila sisi telinga kiri mendengar getaran yang lebih

keras3. Atau terjadi tuli konduksi dan atau tuli persepsi pada kedua telinga dengan

degradasi yang berbeda. c. Tes Schwabach Tujuan dari tes schwabach adalah membandingkan bone conduction (BC) anatara pemeriksa dengan pasien. Umumnya untuk orang normal tidak berbeda dengan pemeriksa yang normal. Apabila terdapat konduksi melalui tulang (BC) pasien lebih jelek dari pemeriksa kita dapat mengambil kesimpulan adanya perception deafness. Bila BC pasien lebih baik dari pemeriksa dapat disimpulkan adanya gangguan telinga tengah atau telinga luar. 2. Audiometer Audiometri adalah cara pemeriksaan pendengaran dengan audiometer yang memiliki suatu ossilator elektronik yang dapat memberikan nada-nada dari berbagai frekuensi dari intensitas suara untuk masing-masing frekuensi, sehingga kita bisa memeriksa hearing loss seseorang.

Pada pemeriksaan audiometric dapat diketehui besar intensitas suara yang dapat didengar oleh subyek dengan satuan yang disebut Bel pada pemeriksaan dengan frekuensi murni (pure tone). Alat dan caranya disebut pula sebagai Audiometri Nilai Ambang (tone threshold audiometry). Pemeriksaan ini adalah salah satu cara dari bermacam-macam audiometric. Dengan cara pemeriksaan ini dapat member data-data yang lebih baik dari pada pemeriksaan menggunakan garpu tala. Pada pemeriksaan air conduction rangsangan yang lebih keras pada salah satu telinga dapat pula merangsang telinga sisi yang lain, misalnya pada rangsangan sebesar 50 dB. Maka bila ada perbedaan hearing loss antara telinga kiri dan telinga kanan kurang lebih 50 dB, harus dicegah terdengarnya rangsang pada telinga yang lebih sehat yang tidak kita periksa. Pencegahan ini dengan cara memberi masking pada telinga yang sehat tersebut. Pada pemeriksaan dengan bone conduction kita harus selalu memberi masking pada telinga yang tidak diperiksa karena getaran pada tulang cranium dapat merangsang kedua telinga dengan intensitas yang hampir sama kuatnya.

Masking Telah diketahui bahwa adanya satu suara akan menurunkan kemampuan seseorang untuk mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relatif atau absolute pada reseptor dan serabut saraf auditorik yang sebelumnya terangsang terhadap rangsangan lain. Tingkat suara yang menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, efek penyamaran suara latar akan meningkatkan ambang pendengaran dengan besaran tertentu dan dapat diukur.

II. TUJUAN Mempelajari cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan audiometer.

III. METODE KERJA Alat dan Bahan 1. Garpu tala, frekuensi 2048, 1024, 512, 256, 128 Hz. 2. Kapas 3. Air 4. Audiometer

Tata Kerja

Pemeriksaan Dengan Garpu Tala Pemeriksaan dengan garpu tala ada beberapa macam, yaitu : cara rinne, Scwabach, dan Webber. Prinsip pemeriksaan dengan cara ini adalah : a. Rinne : Membandingkan air conduction (AC) konduksi melalui udara dengan bone conduction (BC) konduksi melalui tulang. Pada orang normal konduksi melalui udara (Air Conduction/AC) lebih baik dibandingkan konduksi melalui tulang (Bone Conduction/BC)

b. Weber : Memeriksa ada tidaknya pemgerassan suara (lateralisasi) pada salah satu sisi telingan pada subyek dengan membandingkan BC telinga kanan dan kiri. Lateralisasi dapat terjadi oleh berbagai kemungkinan, misalnya : 1. Tuli konduksi kanan apabila sisi telinga kanan tersebut terdengar getaran lebih keras dibandingkan sisitelinga yang lain. 2. Tuli persepsi kanan apabila sisi telinga kiri mendengar getaran lebih keras dibandingkan sisi telinga kanan. 3. Atau terjadi tuli konduksi dan atau tuli persepsi pada kedua telinga dengan gradasi yang berbeda.

Pemeriksaan Occlusion Effect pada BC Bila dengan sengaja dilakukan penyumbatan (oklusi) pada telinga normal dengan cara menekan pinna, maka seharusnya subyeknya akan mendengar suara rangsang yang mengeras. Bila tidak demikian, maka kemungkinan hal ini dapat disebabkan adanya oklusi atau gangguan lain pada telinga luar (meatus acusticus extercus) dan atau telinga bagian tengah (Middle car). c. Schwabach : Membandingkan bone conduction (BC) antara pemeriksaan dan orang coba. Umumnya untuk orang normal tidak berbeda dengan pemeriksa yang normal. Bila terdapat konduksi melalui tulang (BC) yang lebih jelek dari pemeriksa, kita dapat mengambil kesimpulan adanya perception deafness. Bila BC lebih bak dari pemeriksa, dapat disimpulkan adanya gangguan telinga tengah atau telinga luar. Tata Kerja Dengan Menggunakan Garpu Tala 1. Cara Rinne (dengan 5 garpu tala) 1. Pegang garpu tala pada gagangnya. Getarkan kedua ujung garpu tala dengan dipukulkan pada telapak tangan atau mendekatkan kedua ujung garpu tala kemudian secara mendadak dilepaskan (seperti mencubit). Jangan sekali-kali dipukulkan je pinggir meja atau benda yang keras. 2. Tempelkan dengan sedikit tekanan gagang dari garp tala pada prosesus mastoideus pada sisi telinga yang diperiksa sampai subyek memberi tanda tidak mendengar. 3. Segera pindahkan garpu tala kesisi lubang telinga lebih kurang 1,5 cm dengan kedua ujungnya mengarah keatas pada bidang frontal dan dengarkan getarannya.

Hasilnya : Rinne positif (+) bila subyek masih mendengar suara setelah dipindahkan ke sisi lubang telinga. 4. Catatlah waktu (dalam detik) saat pemindahan garpu tala sampai subyek memberi tanda tidak mendengar lagi. Lakukan ini pada telinga kanan dan kiri pada semua garpu tala (5 frekuensi) 5. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat salah satu telinga dengan kapas yang dibasahi air dan lakukan tes Rinne ini pada telinga yang disumbat tersebut (cukup dengan salah satu garpu tala).

2. Cara Weber (dengan salah satu garpu tala saja) 1. Garpu tala yang digetarkan ditempelkan pada verteks atau dahi (pada gris median) subyek. 2. Tanyakan apakah terdengar sama keras pada kedua telinga. Hasilnya : Jika terdengar sama keras berarti tidak ada lateralisasi Jika terdengar berbeda berarti ada lateralisasi, dinyatakan pada sisi yang mendengar lebih keras. 3. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat dengan kapas yang dibasahi air. Perhatian : dalam praktikum ini yang disumbat dengan kapas hanya 1 (satu) lubang telinga saja. Misalnya telingan kanan subyek. Disini pemeriksaan dilakukan hanha dengan menggunakan 1 garpu tala.

3. Cara Schwabach (dengan sala satu garpu tala saja) 1. Garpu tala yang digetarkan ditempelkan pada prosesus mastoideus sisi telinga yang diperiksa, sampai subyek memberi tanda sudah tidak mendengar lagi. 2. Segera garpu tala dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa (dengan telinga normal). Bila pemeriksa masih mendengar suara getaran, disebut Schwabach memedek (subyek mendengar dalam waktu lebih pendek dari pemeriksa).

-

Bila pemeriksa sudak tidak mendengar suara getaran, ada kemungkinan Schwabach normal atau memanjang. Untuk memastikannya dilakukan dengan membalik tes yaitu dari pemeriksa ke subyek.

3. Lakukan pula pada teliga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat salah satu telinga dengan kapas yang dibasahi air. Di sini pemeriksaan dilakukan hanha dengan menggunakan satu frekuensi garpu tala.

Pemeriksaan Dengan Audiometri Persiapan : 1. Subyek duduk membelakangi audiometer. 2. Menghidupkan audimeter dengan menekan tombol on-off, biarkan beberapa menit untuk pemanasan. 3. Memilih jenis nada 4. Memasang ear phone pada kedua telinga (tanda merah untuk telinga kanan, biru untuk telinga kiri). 5. Memberikan tombol tekan tanda mendengar pada subyek. 6. Telinga kanan diperiksa lebih dahulu. Pelaksanaan : 1. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan dengan frekuensi 1000 Hz dan intensitas 40dB. Bunyikan suara dengan menekan tombol selama 1-2 detik (untuk menghindari adaptasi). Tujuaannya agar subyek mengenal jenis suara yang akan diperiksa. Bila belum mendengar, naikkan intensitas 5 dB (tiap kali) sampai di atas nilai ambang pendengaran subyek (dapat mendengar suara). 2. Frekuensi tetap 1000 Hz. Pilih intensitas -10 dB. Naikkan intensitas 5 dB (tiap kali) sampai subyek mendengar suara. Lalu intensitas diturunkan 10 dB sampai tak terdengar. Dinaikkan lagi 5 dB (tiga kali) sampai terdengar kembali untuk mencari nilai ambang. Catat nilai ambang pada audigram. 3. Melakukan prosedur no.2 untuk berbagai frekuensi dengan urutan : 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, 8000 Hz. 4. Mengulangi frekuensi 1000 Hz lalu 500 dan 250 Hz

5. Bila ada perbedaan > atau = 20 dB diantara 2 oktaf yang berturutan, tes lah pada interoctave responses yaitu 750, 1500Hz. 6. Mencatat data nilai ambang yang diperoleh pada audiogram. 7. Melakukan hal yang sama untuk telinga kiri. Catatan : Beri tenggang waktu 2 detik untuk membunyikan suara lagi. Catatan : menurunkan intensitas tiap kali 10 dB. Menaikkan tiap kali 5 dB.

IV. HASIL LAPORAN PRAKTIKUM 1. PEMERIKSAAN DENGAN GARPU TALA a. Rinne Nama orang coba : Amadea Kurnia Nastiti

KANAN (detik) Garpu Tala 2048 Tidak disumbat BC = 5.53 s AC = 7.35 s BC = 6.6 s AC = 17.03 s BC = 7.31 s AC = 19.91 s BC = 9.52 s AC = 22.15 s BC = 12.93 s AC = 22.15 s Disumbat Kapas BC = 1.78 s AC = 0 s BC = 12.41 s AC = 8.81 s BC = 15.0 s AC = 10.54 s BC = 19.29 s AC = 6.29 s BC = 21.58 s AC = 16.84 s

KIRI (detik) Tidak Disumbat BC = 7.11 s AC = 8.14 s BC = 7.65 s AC = 12.63 s BC = 7.84 s AC = 14.14 s BC = 11.39 s AC = 16.04 s BC = 17.61 s AC = 22.19 s

1024

512

256

128

Nama Orang coba : Royan Dawud Aldian Frekuensi Garpu tala 2048 1024 512 256 128 KANAN (detik) Tidak disumbat 8.34 24.36 26.33 20.86 21.4 (-) Disumbat Kapas KIRI (detik) Tidak Disumbat 6.44 12.43 21.40 11.40 35.54

b. Weber Orang coba 1 Tanpa Penyumbatan Tidak ada lateralisasi (-) Orang coba 2 Tanpa penyumbatan equal c. Schwabach Orang Coba 1 :Amadea Kurnia Nastiti - Tanpa Disumbat : Dari orang coba ke pemeriksa Dari pemeriksa ke orang coba ::Kanan disumbat Latelarisasi kanan Kanan Disumbat Lateralisasi Kanan (+ ) F 512 Hz

Keterangan : (-) artinya tidak mendengar lagi (+) artinya masih mendengar Kesimpulan : swabach normal

- Dengan Sumbatan di telinga kanan Dari orang coba ke pemeriksa Dari pemeriksa ke orang coba :+ :-

Keterangan : (-) artinya tidak mendengar lagi (+) artinya masih mendengar Kesimpulan : swabach memendek

Orang Coba 2 : Royan Dawud Aldian - Tanpa Disumbat : Dari orang coba ke pemeriksa : Dari pemeriksa ke orang coba : Keterangan : (-) artinya tidak mendengar lagi (+) artinya masih mendengar Kesimpulan : swabach normal

- Dengan Sumbatan di telinga kanan Dari orang coba ke pemeriksa : + Dari pemeriksa ke orang coba : -

Keterangan : (-) artinya tidak mendengar lagi (+) artinya masih mendengar Kesimpulan : swabach memendek

2. PEMERIKSAAN DENGAN AUDIOMETER

Nama Umur Jenis Kelamin Tanggal Waktu

: Widia Aulia A. : 19 th : Perempuan : 7 April 2011 : 10.30 WIB

Nama Umur Jenis Kelamin Tanggal Waktu

: Royan Dawud Aldian : 19 th : Laki-laki : 7 April 2011 : 10.30 WIB

IV. PEMBAHASAN 1. Tes Rinne Pada dasarnya tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Untuk orang normal, penghantaran bunyi melalui udara selalu lebih baik daripada melalui tulang. Berdasarkan hasil praktikum, pada orang coba masih mendengar getaran garpu tala setelah dipindahkan dari prosesus mastoideus karena Air Conduction (AC) lebih besar daripada Bone Conduction (BC) sehingga dapat dikatakan bahwa pendengaran orang coba normal. Pada tes ini kami juga menguji seakan-akan telinga dalam keadaan sakit dengan cara menyumbat telinga dengan kapas basah. Dan hasilnya terbukti bahwa pada saat telinga disumbat,waktu pasien untuk dapat mendengar di prosesus

mastoideus lebih lama daripada tanpa disumbat. Menurut data hasil praktikum Bone Conduction (BC) lebih lama dibanding Air Conduction (AC) sehingga dapat dikatakan bahwa saat disumbat pendengaran orang coba mengalami gangguan (tidak normal). 2. Tes Weber Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui Bone Conduction (BC) telinga kanan dan kiri pasien. Pada orang normal suara getaran akan terdengar sama besarnya atau dapat disebut tidak ada lateralisasi. Sedangkan pada telinga yang terganggu akan terjadi lateralisasi pada salah satu telinga. Berdasarkan hasil pengamatan pada kelompok kami tidak terjadi lateralisasi pada telinga kanan maupun kiri pasien. Namun, ketika telinga kanan disumbat terjadi lateralisasi di telinga kanan Hal ini disebabkan oleh pasien yang mendengar getaran garpu tala yang diletakkan pada vertex pasien lebih keras pada telinga kanan.

3. Tes Schwabach Tes ini bertujuan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang antara pasien dan penguji. Pasien dikatakan normal bila pasien dan penguji memiliki hasil yang sama yakni sama-sama mendengar atau tidak mendengar suara getaran. Dan berdasarkan hasil yang telah diperoleh kelompok kami menunjukkan bahwa pasien adalah normal karena pada saat pasien sudah tidak dapat mendengar suara getaran, pemeriksa pun juga tidak dapat mendengar suara getaran. Begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien adalah Schwabach normal.

PEMERIKSAAN DENGAN AUDIOMETER Pemeriksaan dengan mempergunakan audiometri berbeda dengan pemeriksaan rinne weber schwabach dengan garputala. Banyak jenis audiometer, pada praktikum ini kami menggunakan audiometer Welch allyn yang lebih menekankan pada

pemeriksaan secara manual dengan nada murni. Pemeriksaan ini berdasarkan frekuensi pendengaran dimana tiap frekuensi memiliki taraf intensitas bunyi mulai dari -10 dB sampai pasien mendengar getaran atau bunyi dari audiometer. Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing telinga secara bergantian, hal ini dilakukan agar diketahui telinga mana yang memiliki gangguan. Audiometer memiliki nilai ambang nada, nilai inilah yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui

pasien memiliki telinga normal atau tidak. Nilai ambang nada pendengaran normal seseorang berada pada -10-26 dB. Tabel 1. Klasifikasi kehilangan pendengaran.Kehilangan dalam Desibel -10-26 27-40 41-55 56-70 71-90 >91 Klasifikasi Pendengaran normal Kehilangan pendengaran kecil Kehilangan pendengaran ringan Kehilangan pendengaran sedang Kehilangan pendenngaran berat Kehilangan pendengaran sangat berat

Gambar 2. Threshold Audiometry.

V. DISKUSI

Pertanyaan 1.Berilah interpretasi hasil pemeriksaan pada praktikum ini. 2.Kemungkinan kelainan apa saja yang dapat ditemukan bila a) rinne : positif, b) Weber : tidak ada lateralisasi , c) Swabach : memanjang 3. Berapa nilai ambang pendengaran nilai normal ?

Jawaban 1.a. Tes Rinne Pada tes rinne untuk AC > BC, berarti merupakan Rinne positif yang dapat disimpulkan sebagai kondisi telinga normal. Sedangkan untuk BC>AC ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi yaitu: -Tuli Konduksi -Tuli Persepsi a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul. c. Tes Weber Tes weber dilakukan untuk membandingkan Bone Conduction (BC) telinga kanan dan kiri pasien. Pemeriksaan pendengaran dengan cara Weber. Interpretasi: a) Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. b) Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: 1) Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media disebelah kanan. 2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih parah. 3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. 4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih parah dari pada sebelah kanan. 5) Tuli persepsi dan tuli konduksi jarang terdapat di sebelah kanan. C. Tes Schwabach Tes swabach dilakukan untuk membandingkan Bone Conduction (BC) orang coba dan Bone Conduction (BC) pemeriksa.

Jika waktu mendengar pemeriksa lebih panjang daripada objek yang diperiksa, maka disebut Schwabach memendek. Namun sebaliknya, jika waktu mendengar pemeriksa lebih pendek daripada objek yang diperiksa, maka disebut Schwabach memanjang. Interpretasi : *Normal *Pada tuli konduksi : Schwabach normal : Schwabach memanjang.

* Pada tuli sensori neural : Schwabach memendek 2.a. Rinne positif : Telinga normal b.Weber tanpa lateralisasi : normal. kemampuan mendengar antara telinga kiri dan kanan seimbang. c.Schwabach memanjang : Tuli Konduksi.ER RINNE POSITIF WEBER Tidak ada lateralisasi

SCHHASIL Normal

SWABACH Sama dengan pemeriksa

NEGATIF

Lateralisasi ke telinga yang sakit

Memanjang

Tuli konduktif

POSITIF

Lateralisasi ke telinga yang sehat

memendek

Tuli neural sensori

3. -10 26 dB

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur.&Hall,john. 2006. Medical Physiology . University of Medical Center : Mississipi Koizora, Neeya. 2009. Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test. dalam www.blogspot.com. Wahyu, Setyo, dr.M.Kes. Ketulian : Pemeriksa dan penyebabnya. PLB, Universitas Pendidikan Indonesia