kerjasama ekonomi regional dimulai - ekon.go.id · stasi tw iii-2015 resensi buku 23 muhammad hatta...

28
VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015 www.ekon.go.id Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tinjauan Ekonomi & Keuangan KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI http://www.illustrationsource.com/ http://www.illustrationsource.com/

Upload: hoangnhu

Post on 19-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015 www.ekon.go.id

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Tinjauan Ekonomi & Keuangan

KERJASAMA EKONOMI REGIONAL

diMULAI ! !! !!! !

http://www.illustrationsource.com/

http://www.illustrationsource.com/

Page 2: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

PEMBINA:

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

PENGARAH:

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan

KOORDINATOR:

Bobby Hamzar Rafinus

EDITOR:

Edi Prio Pambudi

Puji Gunawan

Ratih Purbasari Kania

ANALIS:

Puji Gunawan, Thasya Pauline, Sri Purwanti, Hesti

Wahyudi Surasmono, Susiyanti, Trias Melia, Desi

Maola Ayu Saputri

KONTRIBUTOR:

Kementerian Perdagangan, Universitas Indonesia

DAFTAR ISI 03

02

E d i t o r i a l

Ekonomi Internasional

04 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

05 Perkembangan Harga Minyak

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

06 Paket Kebijakan OJK Jilid III

Laporan Utama

10 KESR vs Pembangunan Berkelanjutan

15 Peran Otoritas Lokal dan Sistem

Kluster dalam KESR

Investasi

20 Perkembangan Investasi Tw III-2015

Resensi Buku

23 Muhammad Hatta

Energi

24 Infrastruktur Migas di KTI

Perdagangan

26 Memaksimalkan Potensi Ekspor ke

Pasar ASEAN

Page 3: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

EDITORIAL

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk

mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan.

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari komoditas yang dikonsumsi oleh

rumah tangga. Bagi para pengambil kebijakan, IHK dan inflasi dapat menggambarkan stabilitas moneter

dan perekonomian. Pada tingkat korporat inflasi dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak

bisnis. Sementara di tingkat mikro seperti rumah tangga/masyarakat inflasi dijadikan dasar penyesuaian

pengeluaran-pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap.

Pengukuran inflasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan IHK berdasar pada Survei Biaya Hidup

(SBH) tahun 2012 sebagai tahun dasar. SBH 2012 hanya dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33

ibukota provinsi dan 49 kota besar lainnya. Artinya masih banyak Kota yang tidak masuk dalam

penghitungan IHK.

Secara kaidah ilmu statistik, metodologi sampling dapat dibenarkan dan dapat menghemat biaya biaya

yang terkait dengan perhitungan inflasi nasional. Biaya-biaya tersebut utamanya menjadi besar, jika

dikaitkan dengan pengambilan sampling di lapangan. Mempetimbangkan belum dilakukannya perhitungan

Inflasi oleh seluruh daerah, daerah-daerah non sampling IHK juga dibenarkan untuk menggunakan inflasi

kota/kabupaten yang memiliki karaketeristik relatif sama (sister city) untuk menghitung tingkat Inflasinya.

Diluar hal tersebut diatas, sebenarnya kebutuhan perhitungan Inflasi sampai dengan level kota/ Kabupaten

telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kementerian Keuangan misalnya, menggunakan

tingkat inlflasi daerah sebagai dasar perkiraan alokasi DAK selain pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan alokasi DAK yang digunakan dalam penyusunan Undang-Undang mengenai APBN. Selama

ini Kementerian Keuangan masih menggunakan GDP Deflator (GDP Nominal dibagi atas GDP Riil) untuk

menghitung tingkat inflasi daerah.

Pemerintah Daerah selama ini juga melakukan perhitungan Inflasi. Pedoman Penyusunan APBD yang

ditetapkan melalui Permendagri tiap tahun juga mengharuskan Pemerintah Daerah untuk menyusun

indikator ekonomi makro daerah dalam penyusunan APBD termasuk APBD perubahannya.

Diluar dari kewajiban penghitungan dan penggunaan inflasi daerah oleh Instansi diatas, maka Kepala

Daerah juga berkepentingan untuk mengukur tingkat inflasi untuk beberapa alasan berikut :

a. Hampir diseluruh daerah telah terbentuk Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

TPID membutuhkan tingkat inflasi untuk mengukur efektifitas dan efisiensi kegiatan yang dilakukan

dalam rangka mengendalikan inflasi daerahnya

b. Adanya Kebijakan Pengupahan terbaru dalam Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2015. Dalam PP

ini, Upah minimum ditentukan berdasarkan Upah minimum (UM) tahun berjalan ditambah dengan

hasil perkalian antara Upah minimum tahun berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi nasional

tahun berjalan dan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun berjalan. Kedepannya,

penggunakan Inflasi nasional dalam Penetapan UM secara rasional harusnya bergeser kepada

penggunaan Inflasi Daerah. Namun dikarenakan belum semua daerah secara formal menghitung

inflasi, maka untuk saat ini Inflasi nasional masih digunakan

03

Page 4: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

10.63

9.48

7.75 7.68 7.35

0

2

4

6

8

10

12

2010 2011 2012 2013 2014

pertumbuhanPDBChina(%)

27.735

10.334

7.0198.674

0

5

10

15

20

25

30

2010 2011 2012 2013

pertumbuhaneksporchina(%)

Pada tahun 2013, perekonomian Tiongkok ditopang oleh permintaan domestik (93,4% dari total PDB)

yang terdiri dari investasi (43,8% dariPDB) dan konsumsi (49,5% dari PDB) Sementara itu, ekspor neto,

yang kontribusinya relatif kecil terhadap PDB, yaitu 6,09% pada tahun 2013, lebih rendah

dibandingkan angka pada tahun 2010 sebesar 8,3%. Meskipun pangsa ekspor neto relatif kecil,

dampaknya terhadap investasi cukup besar, dikarenakan sebagian investasi tersebut terkait dengan

pemenuhan permintaan ekspor.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mengalami trend penurunan.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun dari 10,63% pada tahun 2010 menjadi 7,35% pada tahun 2014

yang merupakan pertumbuhan terendah sejak tahun 1991. Melambatnya pertumbuhan ekonomi

Tiongkok dipengaruhi oleh penurunan permintaan ekspor khususnya dari negara-negara maju dan

penurunan investasi yang merupakan dampak lanjutan dari kebijakan pengetatan kredit yang

dilakukan sejak tahun 2010. Kebijakan pengetatan kredit tersebut bertujuan untuk meredakan

gelembung harga properti di Tiongkok. Pertumbuhan investasi menurun dari 11,56% pada tahun 2010

menjadi 9,39% di tahun 2013.

Selain itu, perlambatan ekonomi Tiongkok tersebut dikarenakan pemerintah Tiongkok sedang

berusaha menjadikan ekonominya lebih kepada berbasis konsumsi domestik daripada bergantung

pada ekspor dan investasi. Namun pertumbuhan konsumsi masih belum cukup kuat untuk

mengimbangi dampak dari pertumbuhan ekspor dan investasi yang melambat.

PERTUMBUHAN

EKONOMI

TIONGKOK

EKONOMI INTERNASIONAL

Ilwa Nuzul Rahma

Foto: www.forbes.com

04

Page 5: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Pada semester I 2014, harga minyak dunia masih berada diatas 100 dolar AS per barel. Namun, terjadi

penurunan tajam sejak semester II 2014 hingga menyentuh level 57,33 dolar AS per barel pada akhir

tahun 2014 dengan penurunan sebesar 48,97% dalam kurun waktu enam bulan. Penurunan ini

tercermin pada pergerakan harga minyak Brent (Grafik 1). Penurunan tersebut berlanjut hingga

pertengahan Oktober 2015 dengan level terendah mencapai 42,69 dolar per barel yang terjadi pada

tanggal 24 Agustus 2015

Grafik 1 Perkembangan Harga Minyak Brent (dalam dolar AS)

Penurunan yang terjadi sejak semester II 2014 dipengaruhi oleh perubahan permintaan dan

penawaran dari minyak sehingga menciptakan keseimbangan harga minyak yang relatif rendah.

Dilihat dari sisi permintaan, menurunnya permintaan minyak dari beberapa Negara, terutama

Tiongkok, dikarenakan oleh perlambatan ekonomi negara tersebut. Sedangkan dari sisi penawaran

(supply), meningkatnya produksi shale oil di AS dan kebijakan pelonggaran peraturan ekspor minyak

oleh otoritas AS meningkatkan jumlah penawaran minyak. Selain AS, Iran juga meningkatkan jumah

produksi minyak nya. Meredanya ketegangan politik di Timur Tengah dan tindakan Organisasi

Negara-Negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk mempertahankan level produksinya mengindikasikan

tidak ada faktor-faktor yang dapat menahan kelebihan penawaran. Permintaan yang rendah dan

besarnya penawaran minyak menyebabkan harga semakin turun.

Setelah harga minyak bertahan dibawah 50 dolar AS per barel pada bulan September 2015, di awal

Oktober 2015 harga minyak kembali naik diatas 50 dolar AS per barel. Hal ini didorong oleh

pernyataan Rusia yang siap untuk bertemu produsen minyak lain baik itu negara anggota OPEC

maupun non-OPEC untuk membahas situasi di pasar minyak dunia saat ini.

EKONOMI INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK

Ilwa Nuzul Rahma

0

20

40

60

80

100

120

Jan-14

Feb-14

Mar-14

Apr-14

May-14

Jun-14

Jul-1

4

Aug-14

Sep-14

Oct-14

Nov-14

Dec-14

Jan-15

Feb-15

Mar-15

Apr-15

May-15

Jun-15

Jul-1

5

Aug-15

Sep-15

Oct-15

05

Page 6: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI

PAKET KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BULAN SEPTEMBER 2015 Puji Gunawan

Seiring dengan rangkaian paket kebijakan

Pemerintah merespon kondisi ekonomi global

kepada perekonomian nasional, Otoritas jasa

keuangan (OJK) Kembali mengeluarkan paket

kebijakan dalam rangka menambah pasukan valas

ke dalam sistem keuangan Indonesia melalui Surat

Edaran nomor S-246/S.01/2015 tertanggal 15

September.

06

Page 7: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Secara garis besar, beberapa ketentuan baru

tersebut meliputi :

1. Pembukaan Rekening Turis dengan Saldo

Terbatas antara 2.000 dolar AS – 50.000 dolar

AS:

a. menunjukkan identitas berupa paspor.

b. Setoran pertama minimal 2.000 dolar AS

dan saldo maksimal 50.000 dolar AS

c. Jumlah saldo dibawah 10.000 dolar AS

dikenakan biaya lebih tinggi.

2. Pembukaan Rekening Warga negara Asing

(WNA) dengan Saldo Tidak Terbatas (>50.000

dolar AS) cukup menggunakan paspor dan 1

(satu) dokumen tambahan tertentu (misalnya:

referensi dari bank terkait di negara asal WNA,

surat keterangan domisili setempat, identitas

istri, foto kopi kontrak tempat tinggal, atau

kartu kredit/ debet).

3. Rekening WNA dengan Saldo Khusus dalam

jumlah besar (> 1.000.000 dolar AS)

c. menggunakan paspor dan dokumen

tambahan tertentu (misalnya: referensi

dari bank terkait di negara asal WNA, surat

keterangan domisili setempat, identitas

istri, fotokopi kontrak tempat tinggal, atau

kartu kredit/ debet).

a. Pajak bunga deposito lebih rendah dari

pajak pada umumnya, dan diterapkan

secara progessive (lebih banyak saldo,

lebih rendah pajaknya).

b. Diprioritaskan pembukaan rekening ini

hanya oleh bank-bank tertentu yang

memenuhi syarat manajemen risiko dan

kehati-hatian perbankan.

Upaya-upaya mempermudah pembukaan

rekening diatas diyakini tidak hanya

menambah pasukan valas ke dalam

perekonomian. Di level yang lebih mikro,

kebijakan tersebut bagi perbankan akan secara

otomatis meningkatkan current account and

saving account (CASA) serta mengurangi

investment gap antara dana pihak ketiga dan

kredit yang pada akhirnya dapat juga

dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaaan

infrastruktur nasional.

Penambahan pasokan valas dan upaya

mengurangi tekanan kepada mata uang rupiah

tentunya terus diupayakan Pemerintah

bersama dengan OJK dan Bank Indonesia (BI).

Sebelumnya, BI juga telah mengeluarkan

peraturan pelaksana kewajiban penggunaan

mata uang Rupiah di wilayah Indonesia.

Beberapa kebijakan BI terkait lainnya meliputi :

1. Menjaga stabilisas nilai tukar Rupiah

Menjaga kepercayaan pelaku pasar di

pasar valas melalui pengendalian volatitas

nilai tukar rupiah

Memelihara kepercayaan pasar terhadap

pasar Surat Berharga Negara melalui

pembelian di pasar sekunder, dengan

tetap memerhatikan dampaknya terhadap

ketersediaan Surat Berharga Negara bagi

inflow dan likuiditas pasar uang

07

Page 8: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

2. Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah.

Mengubah mekanisme lelang Reverse

Repo (RR) SBN dari variable rate tender

menjadi fixed rate tender, menyesuaikan

pricing RR SBN, dan memperpanjang

tenor dengan menerbitkan RR SBN 3

bulan

Mengubah mekanisme lelang Sertifikat

Deposito Bank Indonesia (SDBI) dari

variable rate tender menjadi fixed rate

tender dan menyesuaikan pricing SDBI,

serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan

Menerbitkan kembali Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) bertenor 9 bulan dan 12

bulan dengan mekanisme lelang fixed rate

tender dan menyesuaikan pricing.

3. Memperkuat pengelolaan supply dan demand

valas.

Menyesuaikan frekuensi lelang Foreign

Exchange (FX) Swap dari 2 kali seminggu

menjadi 1 kali seminggu

Mengubah mekanisme lelang Term

Deposit (TD) Valas dari variable rate tender

menjadi fixed rate tender, menyesuaikan

pricing, dan memperpanjang tenor sampai

dengan 3 bulan.

Menurunkan batas pembelian valas

dengan pembuktian dokumen underlying

dari yang berlaku saat ini sebesar

US$100.000 menjadi US$25.000 per

nasabah per bulan dan mewajibkan

penggunaan NPWP.

Mempercepat proses persetujuan ULN

Bank dengan tetap memperhatikan asas

kehati-hatian.

Dari sisi Pemerintah, kebijakan yang telah

dikeluarkan untuk mengurangi tekanan kepada

Rupiah dan mendorong masuknya valas kepada

sistem keuangan nasional meliputi :

1. menambah jumlah negara yang

mendapatkan fasilitas bebas visa ke

Indonesia. Sebelumnya beberapa

kebijakan Pemerintah

2. memerintahkan BUMN untuk mengurangi

pengeluaran dalam bentuk Dollar

3. memberikan fasilitas-fasilitas kepada

Industri dan pelalau usaha yang

berorientasi ekspor

4. Memberikan fasilitas keringanan pajak

atas Devisa Hasil ekspor yang masuk ke

dalam sistem perbankan nasional

5. Mendorong BUMN untuk melakukan

Hedging untuk protofolio valas yang

dimiliki

Berbagai upaya yang dilakukan diatas tentu perlu

didukung oleh semua pihak, baik pelaku usaha

maupun masyarakat umum. Tindakan-tindakan

spekulatif yang memberikan tekanan pada mata

uang rupiah tentunya akan merugikan

perekonomian secara keseluruhan. Pelaku usaha

juga diharapkan untuk lebih memanfaatkan

pembiayaan usaha dari dalam negeri dan

mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam

bentuk mata uang asing.

08

Page 9: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

L A P O R A N U T A M A

KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL (KESR) VS PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN: SUATU ULASAN

PERAN OTORITAS LOKAL DAN SISTEM KLUSTER DALAM KESR

Page 10: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN:

LAPORAN UTAMA

KESR VS

SEBUAH ULASAN

PENDAHULUAN

Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) terlihat

semakin marak dalam konstelasi hubungan internasional

berkaitan dengan upaya Pembangunan Berkelanjutan.

KESR bukan hanya sebatas kegiatan mendukung

kemampuan suatu daerah dalam pemenuhan kebutuhan

penduduk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

namun jalinan kerja sama ekonomi baik di tingkat lokal,

kluster, regional maupun global agaknya tidak dapat

dihindari masyarakat dunia yang kian terbuka. Terkait

isu menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di

penghujung 2015, kemampuan bekerja sama sekaligus

daya saing Indonesia tentunya akan diuji, terutama di

daerah yang berbatasan langsung dengan negara

ASEAN lainnya, seperti Provinsi Kepulauan Riau,

Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Berkenaan

dengan itu, kerja sama antara otoritas pusat dan daerah

perlu ditingkatkan agar kinerja pembangunan ekonomi

tetap dapat dipertahankan demi tujuan

menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia dapat

tercapai.

KERJA SAMA EKONOMI DEMI PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Jaringan dan kerja sama yang baik mutlak diperlukan

dalam proses pembangunan berkelanjutan. Mengingat

di era globalisme tidak ada satu pun negara yang dapat

bertahan sendirian, maka kerja sama inter-regional pada

berbagai tingkat sangat penting dalam upaya

pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan,

walaupun tetap saja ada sejumlah pendapat skeptis

yang membantah hal tersebut.

Kerja sama ekonomi pada intinya adalah upaya

menciptakan sistem jaringan ekonomi yang baik.

Mempel-Śnieźyk (2014) menegaskan peran penting

kerja sama dalam ekonomi modern, yaitu untuk

menciptakan sistem yang berfungsi dengan baik antara

aktor-aktor ekonomi lokal seperti para pelaku wirausaha,

institusi lingkungan bisnis, pemangku kepentingan di

bidang riset dan pengembangan, serta otoritas lokal.

Dengan demikian, sistem ekonomi di tingkat lokal

sangat penting artinya dalam mencapai Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development

Goals) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-bangsa.

Dengan demikian, sistem ekonomi pun secara krusial

memerlukan jaringan lalu lintas kerja sama ekonomi

yang dapat memberikan jalan bagi kerja sama baik di

tingkat lokal, nasional, regional maupun global dalam

upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Dalam hal ini, tujuan pembangunan tidak lagi hanya

mencakup wacana pengurangan kemiskinan dan

kelaparan, peningkatan pendidikan dasar dan kesehatan,

selain pembangunan dan penguatan kemitraan seluruh

dunia, namun lebih mengutamakan pertumbuhan

ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan

meningkatkan standar hidup melalui akselerasi

pertumbuhan pendapatan dan pekerjaan.

Oleh sebab itu, sejalan dengan perkembangan zaman,

Prisca Delima

10

Page 11: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

kerja sama internasional pun semakin terpicu dengan

timbulnya kesadaran untuk bertindak bersama ke arah

pembangunan yang berkelanjutan. Komitmen terkini

pelbagai negara dalam menerapkan kebijakan

pembangunan berkelanjutan sebagian besar adalah

dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dalam

bidang ekonomi, sosial dan lingkungan yang juga

ditujukan memberikan keuntungan bagi generasi

mendatang. Dengan kebijakan semacam itu tentunya

peran inovasi sangat diperlukan sehingga sektor riset

dan pengembangan, lingkungan yang inovatif, serta

kemampuan ekonomi untuk menerapkan berbagai hasil

riset menjadi tolok ukur tingkat kemampuan inovatif

suatu perusahaan ataupun wilayah. Walaupun dari segi

ekonomi, penilaian ekonomi menjadi tolok ukur utama,

namun pengembangan ilmu pengetahuan dan

perkembangan teknologi serta inovasi, perlu dilakukan

terus-menerus karena itu semua adalah elemen utama

untuk memastikan terjadinya pembangunan serta

keuntungan ekonomi yang diperoleh dari sistem yang

berdaya saing. Kebutuhan akan keberlanjutan itulah

yang kemudian memicu sistem ekonomi mengadaptasi

berbagai teknologi dan pengetahuan baru yang

kemudian berkontribusi terhadap pembangunan sosial

ekonomi, berpengaruh pada kualitas hidup,

membangun masyarakat informasi, memberikan jalan

terhadap peningkatan, dan pencapaian baru ekonomi

berbasis lingkungan.

PEMBANGUNAN SUB-REGIONAL DALAM BIDANG

EKONOMI

Tantangan ekonomi yang dihadapi negara-negara pada

abad ke-21 mengarah pada perbaikan visi kebijakan

ekonomi. Sebagai contoh, Uni Eropa memasang strategi

Europe 2020. Dalam hal ini, Uni Eropa menghadapi

kelemahan struktural pasar Eropa dengan bersama-

sama menentukan prioritas, “smart growth, based on

knowledge and innovation; sustainable growth,

promoting a more resource efficient, greener and

competitive economy; inclusive growth, fostering a high

employment economy delivering economic, social and

territorial cohesion” (Guide to Research and Innovation

Strategies for Smart Specialisation, 2012). Bagaimana

dengan ASEAN? MEA Blueprint 2015 agaknya tidak mau

kalah dengan mengusung, “(i) a highly integrated and

cohesive economy; (ii) a competitive, innovative, and

dynamic ASEAN; (iii) enhanced connectivity and sectoral

cooperation; (iv) a resilient, inclusive, people-oriented,

and people-centred ASEAN; and (v) a global ASEAN

(ASEAN, 2008).

Secara ideal, pembangunan sosial ekonomi di seluruh

dunia memang perlu didukung kerja sama di tingkat

regional antara negara yang sudah maju dengan yang

kurang maju untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang

setara. Kerja sama semacam itu kemudian mau tidak

mau mengarahkan tugas para pemegang kepentingan

untuk menciptakan inovasi yang berpotensi tinggi

dalam bidang budaya, kekuatan ekonomi internal serta

dalam ikatan sosial dan institusional yang kuat. Mempel-

Śnieźyk (2014) juga menegaskan bahwa pembangunan

dan penguatan kemitraan di seluruh dunia akan dicapai

dengan mendukung kegiatan otoritas lokal, institusi

non-pemerintah dan komunitas lokal serta menyebarkan

gagasan kerja sama yang mendukung inovasi. Seluruh

kegiatan tersebut kini marak dilakukan European

Commission untuk meningkatkan jejaring strategi

ekonomi antaranggota.

Selain inovasi, tren-tren baru dalam kebijakan regional

yang dilakukan Uni Eropa menggarisbawahi kerja sama

di tingkat lokal serta mengidentifikasi domain regional

dengan menggunakan kluster (Mempel-Śnieźyk, 2014).

Dalam hal ini, Mempel-Śnieźyk (2014) mengutip

Independent Research Forum (2013) dan menegaskan

bahwa “Sustainable improvement in human wellbeing is

the ultimate purpose of all development effort. Achieving

that purpose substantially depends on a foundation that

binds together and gives balanced weight to economic

progress, social equity, a healty environment and

democratic governance. These dimensions of

development are too deeply intertwined to treat

separately”. Dengan demikian, kemajuan dalam bidang

ekonomi memang tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan lingkungan sosial dan politik, termasuk

perkembangan jaringan kerja sama dalam bidang

tersebut. Salah satu cara yang dianggap terbaik untuk

meningkatkan inovasi dalam bidang ekonomi adalah

kerja sama regional dengan membangun sistem

regional.

Membangun sistem regional pun tidak terbatas pada

upaya pemerintah belaka. Banyak studi yang

menyebutkan pentingnya peran perusahaan termasuk

swasta, otoritas lokal, sektor logistik, sektor Riset dan

Pengembangan,

11

Page 12: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

serta institusi pendukung bisnis dalam bekerja sama

untuk menjalin strategi yang dapat dianggap memiliki

potensi, membuat inovasi baru yang radikal, ataupun

modernisasi melalui proses adaptasi teknologi ataupun

proses yang benar-benar baru. Sektor swasta pun

menjadi pemicu penerapan inovasi ini sementara

pemerintah lokal berpartisipasi dalam menciptakan

kondisi yang berfokus pada pembangunan ekonomi

yang inovatif. Untuk mendukung hal tersebut,

pemerintah lokal dapat menjalankan koordinasi

berbagai kegiatan ekonomi, membantu pemecahan

masalah ataupun konflik yang terjadi, menginisasi

proyek ekonomi yang menguntungkan bagi

pembangunan yang harmonis, menginisiasikan kerja

sama antara perusahaan dan lingkungan bisnis serta

menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi

wirausahawan baru (Mempel-Śnieźyk, 2013 dalam

Mempel-Śnieźyk, 2014).

MODEL INOVASI DALAM PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Kerja sama ekonomi berbasis jaringan biasa terhubung

melalui berbagai kerja sama dan hubungan persaingan

ataupun hubungan dengan sektor ekonomi lainnya.

Kerja sama semacam ini dapat terpusat pada universitas,

institusi riset dan pengembangan, dengan dukungan

serta hubungan antara otoritas lokal yang ada. Interaksi

semacam ini kerap digambarkan dengan model triple

helix untuk menjelaskan hubungan dinamis antara

perusahaan, sektor riset dan pengembangan, serta

pemerintah sebagai pihak yang berwenang. Dalam hal

ini, proses pembelajaran yang ada terbangun melalui

kerja sama mutual yang bertujuan untuk membangun

sistem yang inovatif.

Model triple helix (Gambar 1) meskipun kerap

dipergunakan di Indonesia serta dipergunakan dalam

pembuatan kebijakan, namun sebenarnya terbukti tidak

efektif berdasarkan kondisi sosial masyarakat Indonesia

yang bersifat kolektif atau kekeluargaan. Berdasarkan

kondisi sosial tersebut, sering kali model triple helix

malah berakibat mengungkung kebebasan

berkreativitas masyarakat karena lebih terfokus pada

dan terkendali oleh/atau institusi atau badan tertentu

Gambar 1 Triple Helix Model (Leydesdorff,2009)

Sebagai masyarakat dengan tingkat kolektivisme tinggi

atau terdapat saling ketergantungan kuat

antarkomponen masyarakat yang ada seperti yang

terlihat dalam masyarakat Indonesia (Hofstede &

Hofstede, 2005), maka dimensi komunitas masyarakat

menjadi komponen yang sangat penting di Indonesia.

Pelibatan komunitas masyarakat menjadi penting artinya

di Indonesia mengingat jumlah penduduk yang tinggi.

Selain itu, penciptaan lapangan kerja dan kewirausahaan

dengan sistem ekonomi berbasis masyarakat menjadi

penting dilakukan berkenaan dengan keberadaan

kolektivisme tinggi di dalam masyarakat. Di sisi lain,

peningkatan dalam tingkat pendidikan dan infrastruktur

terutama dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi yang ada di Indonesia dapat mengarah pada

penciptaan pemahaman dan pengetahuan baru yang

mengarah pada proses inovasi. Bahkan, dalam sejumlah

penelitian yang melibatkan inovasi pada industri kreatif

di Indonesia, model inovasi quintuple helix (Gambar 2)

yang menekankan peran serta masyarakat dalam

partisipasi pembangunan terlihat lebih mampu

menumbuhkembangkan modal sosial sehingga tercipta

berbagai inovasi baru yang mendukung pembangunan

berkelanjutan.

Gambar 2 Quintuple Helix model (Carayannis, dkk.,

2012)

12

Page 13: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Pada dasarnya, model inovasi berbasis quintuple helix

mengusung lima pilar, yaitu pilar sistem lembaga

politik/pemerintahan - sistem politik yang menciptakan

modal politik dan hukum; pilar sistem pendidikan/riset

yang terdiri dari akademia dan sistem pendidikan yang

menciptakan modal manusia; pilar sistem ekonomi yang

terdiri dari industri dan sektor bisnis yang menciptakan

modal ekonomi; pilar komunitas publik mencakup

publik yang berbasis media dan budaya serta

menciptakan modal informasi dan sosial; serta pilar

lingkungan tempat publik berada yang menciptakan

modal alam. Masing-masing pilar berproses dalam

menciptakan pengetahuan yang kemudian berujung

pada pengetahuan dan pemahaman dalam prosesnya.

Seluruh pilar tersebut kemudian saling terkait satu sama

lain dan menciptakan pusaran pemahaman

pengetahuan sehingga pada akhirnya dapat

memberikan kecakapan yang berujung pada solusi yang

dibutuhkan ataupun inovasi baru. Pengelolaan

implementasi yang kreatif dari berbagai inovasi

tersebutlah yang kemudian akan menjadi basis dari

pembangunan yang berkelanjutan. Model inovasi

quintuple helix ini dipercaya dapat mengarah pada

dampak ekonomi yang lebih kuat serta pengalaman

pengguna berbagai produk/jasa yang lebih baik pula,

namun demikian, proses pengembangan inovasi

merupakan hal yang tetap membuat pembangunan

selalu tanggap terhadap perubahan lingkungan yang

ada (Delima, 2013).

Keunggulan model quintuple helix jika dibandingkan

dengan triple helix apabila diterapkan pada masyarakat

Indonesia lebih terletak pada jalinan karakteristik sosial

yang terdapat di dalamnya. Jaringan proses penciptaan

pengetahuan dan pemahaman yang melibatkan

masyarakat banyak dianggap lebih mampu

menggerakkan gelombang inovasi daripada yang

terdapat pada model triple helix. Hal in sangat erat

kaitannya dengan karakteristik masyarakat Indonesia

yang beragam. Perbedaan yang ada, baik kultur ataupun

kondisi lokal khusus tertentu mampu membuat produk-

produk ekonomi yang spesifik dan berdaya saing.

Kondisi lokal yang demikian sebenarnya secara alami

dapat membentuk kluster-kluster UKM berbasis lokal

yang sangat kompetitif dengan keunggulan komparatif

ekonomi yang tinggi pula. Permasalahannya kemudian

adalah bagaimana mengelola kondisi ini secara kreatif

terkait kemajuan dalam infrastruktur dan teknologi

sehingga pasar - baik lokal, regional, maupun global

dapat diraih. Hal inilah yang menjadi inti pertumbuhan

masyarakat berbasis kultur dan media, sehingga

masyarakat dapat membentuk kapasitas sebagai

information and social capital.

Pembentukan masyarakat ekonomi Indonesia sebagai

information and social capital sedikit banyak terlihat

dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

Indonesia 2025 yang menghilang bersama pergantian

kepemimpinan dalam pemerintahan. Penguatan

berbasis partisipasi masyarakat semacam ini pula – baik

dalam skala usaha kecil dan menengah (UKM) ataupun

skala yang lebih besar - yang sebenarnya dapat

menguatkan posisi tawar Indonesia sebagai bagian dari

MEA.

JARINGAN DAN KERJA SAMA SISTEM EKONOMI

REGIONAL

Jaringan yang terjalin antara pemerintah pusat, institusi

dan perusahaan berskala nasional kemudian menjadi

semakin diperlukan untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi agar mengarah ke pembangunan yang

berkelanjutan. Terkait masalah ini, pembangunan

kewirausahaan yang dinamis dan peningkatan inovasi

merupakan tantangan tersendiri yang membutuhkan

keahlian dan pemahaman khusus terutama di negara

sedang berkembang seperti Indonesia. Jaringan kerja

sama yang semakin mengglobal tidak dapat menafikan

bentuk-bentuk kerja sama ataupun dapat pula sekaligus

persaingan regional sebagaimana yang terjadi pada

Indonesia menjadi bagian dari MEA. Untuk menjaga

interaksi yang baik dengan negara tetangga sekaligus

meningkatkan kesejahteraan rakyat, mau tidak mau

Indonesia harus beradaptasi akan perkembangan

ekonomi regional, bahkan dalam lingkup lebih luas lagi,

yaitu antar-kawasan ataupun global.

Rencana keberadaan MEA (Gambar 3) yang mewujud

pada akhir 2015 ini adalah kesepakatan membentuk

pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. MEA

diharapkan dapat meningkatkan daya saing ASEAN

sebagai suatu kesatuan agar dapat menyaingi Republik

Rakyat Tiongkok dan India dalam menarik investasi

asing. Rencana keberadaan MEA memang menarik

mengingat pasar tunggal ini akan menjadi pasar dengan

jumlah konsumen terbanyak di dunia dengan komposisi

dewasa muda, serta pertumbuhan ekonomi yang

memungkinan untuk mengeluarkan dana untuk

berbelanja.

13

Page 14: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Penjualan barang dan jasa yang dapat dilakukan dengan

mudah ke seluruh Asia Tenggara ini akan membuat

kompetisi semakin ketat di kawasan, baik dalam segi

perdagangan maupun dalam pasar tenaga kerja

profesional.

Gambar 3 Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN,2008)

Walaupun keberadaan MEA akan membuat ASEAN

semakin dinamis dan kompetitif, namun sejumlah gerak

cepat tentunya sangat diperlukan Indonesia dalam

memperkuat perekonomian nasional. Dalam hal ini,

pengembangan sumber daya manusia beserta

kapasitasnya menjadi sangat krusial untuk dapat

memiliki daya saing. Selain itu, pengakuan kualifikasi

professional atas tenaga kerja Indonesia agar dapat

setara dengan tenaga kerja asing pun perlu dilakukan.

Dengan pembangunan sumber daya manusia Indonesia

yang tepat, keberadaan MEA akan mampu mendorong

persaingan sehat serta inovasi-inovasi baru yang

berujung pada peningkatan kesejahteraan penduduk

Indonesia, namun apabila hal tersebut tidak dilakukan,

kemungkinan tenaga kerja Indonesia tergeser akan

menjadi keniscayaan. Dalam hal ini, peran pemerintah

Indonesia sangat dibutuhkan dalam pembuatan

kebijakan yang mendorong inovasi pasar agar produk,

jasa, serta tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di

kawasan dan ketahanan ekonomi Indonesia tetap

terjaga.

Walaupun dasar diwujudkannya MEA adalah untuk

kemakmuran, perdamaian, serta keuntungan bagi

penduduk ASEAN (Letchumanan, 2015), disparitas

antarnegara ASEAN tidak dapat dipungkiri. Tujuan untuk

menciptakan pasar tunggal dan basis produksi,

meningkatkan daya saing, mempromosikan

pembangunan ekonomi yang setimbang serta

mengintegrasikan ASEAN ke dalam ekonomi global

terkendala sulitnya menyinergikan pasar regional dan

hub-hub produksi agar aliran barang, jasa, investasi,

modal, dan tenaga kerja ahli dapat terjadi. Kesiapan

Indonesia dalam berperan serta secara aktif pun banyak

dipertanyakan, mengingat sistem dan jaringan logistik

nasional dianggap masih belum memadai dalam

memfasilitasi arus barang dan jasa dalam negeri.

CATATAN PENUTUP

Kerja sama ekonomi regional memang diperlukan

Indonesia untuk penguatan pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan. Namun benarkah demikian?

Agaknya, Indonesia jauh lebih membutuhkan penguatan

pembangunan ekonomi dengan memberdayakan sistem

kluster dalam negeri sebagai basis produksi barang dan

jasa untuk pemenuhan kesejahteraan penduduk, serta

jaringan kerja sama nasional yang solid baik horizontal

maupun vertikal yang menjamin pemerataan

penyebaran barang dan jasa daripada hanya

menggantungkan diri pada kerja sama ekonomi regional

belaka. Alih-alih mendapatkan keuntungan dalam

pembangunan berkelanjutan, bukan tidak mungkin kerja

sama ekonomi regional malah akan berdampak pada

tekanan pada produksi dalam negeri sehingga Indonesia

hanya berlaku sebagai konsumen belaka. Dalam hal ini,

kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah serta

berbagai institusi perencanaan pembangunan

memegang peranan yang sangat penting dalam

menentukan arah dan kebijakan serta peta jalan

pembangunan ekonomi Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa bukan hanya kerja sama

ekonomi regional yang Indonesia perlukan untuk

penguatan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Namun, masih banyak hal lain yang diperlukan

Indonesia. Sistem pemerintahan yang mumpumi dengan

desentralisasi, sistem perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah, sistem logistik yang strategis dalam

mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar-

sektor ekonomi dan antarwilayah demi pertumbuhan

ekonomi sekaligus pemersatu yang strategis untuk

ketahanan wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan

adalah sejumlah hal yang harus dipenuhi Indonesia

dalam mempertahankan daya saing serta eksistensinya.

Pemenuhan berbagai aspek tersebut niscaya akan

mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang

berkelanjutan.

14

Page 15: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

LAPORAN UTAMA

P ERAN OTORITAS LOKAL

DAN SISTEM KLASTER DALAM

KESR Prisca Delima

PENDAHULUAN

Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) dalam percaturan hubungan internasional semakin

melibatkan jaringan dan kerja sama dalam upaya mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam

hal ini, kemampuan suatu daerah dalam pemenuhan kebutuhan penduduk sekaligus untuk

mempertahankan daya saing di pasar nasional dan regional akan menjadi semakin penting. Terkait

keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), otoritas lokal pun dituntut untuk semakin siap dan

tahan uji dalam melakukan kerja sama ekonomi yang bersifat tahan uji sekaligus mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kondisi geografi Indonesia yang unik memberikan

tantangan tersendiri bagi kerja sama ekonomi. Sebagai wilayah yang dipersatukan oleh jaringan

perairan sebagai suatu kesatuan, kerja sama antara otoritas pusat dan daerah dituntut untuk mampu

merajut integritas nasional sekaligus meningkatkan ketahanan perekonomian di batas-batas terdepan

wilayah Indonesia

PERAN OTORITAS LOKAL DAN KLUSTER DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kerja sama yang berhasil dalam proses pembangunan berkelanjutan tidak dapat menafikan keberadaan

jaringan dan kerja sama yang mumpuni sebagai suatu keniscayaan. Dalam hal ini, sistem yang berfungsi

dengan baik antara aktor-aktor ekonomi lokal seperti para pelaku wirausaha, institusi lingkungan bisnis,

pemangku kepentingan di bidang riset dan pengembangan, serta otoritas lokal perlu bekerja dengan

baik. Kebijakan pembangunan dalam bidang ekonomi pun seyogyanya semakin menumbuhkan

kesadaran untuk bertindak bersama dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan dalam bidang

ekonomi, sosial dan lingkungan agar tingkat dan kualitas hidup masyarakat semakin tinggi seiring

dengan kondisi ekonomi yang kuat dan kompetitif.

Oleh sebab itu, peran otoritas lokal serta kerja sama jaringan yang ada sangat diperlukan dalam

mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan dunia modern (Mempel-Śnieźyk,

2014). Dalam hal ini, peran otoritas lokal dalam hal memicu tumbuhnya perusahaan kecil dan menengah

15

Page 16: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

(UKM) menjadi penting karena keberadaannya yang dianggap sebagai salah satu pilar penting ekonomi

berkat kontribusinya dalam hal memicu pertumbuhan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja.

Keberadaan sejumlah UKM yang semakin tergantung pada adanya keterkaitan yang kompleks dalam

suatu sektor dapat memicu timbulnya kluster. Kluster yang timbul dapat bersifat pasar bisnis yang dapat

diidentifikasi, kluster bisnis tertentu, maupun kluster ekonomi (Porter, 1998). Apabila struktur kluster

semakin terbangun sehingga membentuk suatu bentuk kerja sama yang bersifat terstruktur dan

terintegrasi cukup tinggi, maka kemudian terjadilah jaringan ekonomi (Gunasekaran, 2006).

Peran otoritas lokal dalam pembangunan sosial ekonomi terus-menerus berubah dan saling

berkelindan. Berbasis data pada era krisis finansial di Indonesia, UKM mampu menjadi alat transformasi

ekonomi. Dalam hal ini, UKM menjadi pilar pendukung dalam menciptakan pekerjaan baru serta

mencegah pengangguran yang terjadi sebagai dampak likuidasi dan perestrukturisasian badan usaha

milik negara. Kegiatan dan pembangunan sektor UKM berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi

berkelanjutan meskipun masih terkendala kurangnya struktur peraturan perundangan yang mendukung,

kesulitan pembiayaan, serta persaingan usaha yang lebih berpihak pada perusahaan besar. Dalam upaya

menciptakan iklim bisnis yang baik untuk mendukung UKM, otoritas lokal memang lebih dianjurkan

untuk membentuk sistem bisnis setempat yang dapat memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya

manusia, ataupun menciptakan ketersediaan lokasi melalui perencanaan spasial. Penciptaan jaringan

kerja sama atau broker jaringan ini akan menguntungkan bagi pembangunan sosial ekonomi dan

pembangunan berkelanjutan pada umumnya.

Pada awalnya, kerja sama mutual berdasarkan struktur teritorial yang disebut kluster muncul

berdasarkan gagasan distrik industri dan model persaingan sempurna dari Alfred Marshall (1920, dalam

Mempel-Śnieźyk, 2014). Konsep kluster secara khusus pun muncul berdasarkan teori spesialisasi

produksi, industri utama dan distrik industri, kutub pertumbuhan yang memicu dampak limpahan serta

model wajik persaingan usaha dan menjadi tren pada tahun 1990-an. Konsep ini masih dianggap

penting karena memberi para pembuat kebijakan kesempatan untuk mempersingkat berbagai kebijakan

ke arah suatu obyektif yaitu untuk menstimulasi pertumbuhan lewat inovasi. Namun demikian, kluster

yang mendukung pembangunan berkelanjutan harusnya memungkinkan “productively source for inputs,

access information, technology and institutions; and coordinate with other firms both horizontally and

vertically” (Kuah, 2002 dalam Mempel-Śnieźyk, 2014). Namun demikian, penting untuk diingat bahwa

kluster yang berhasil adalah yang secara langsung berkontribusi pada investasi dalam infrastruktur,

menstimulasi infrastruktur yang inovatif, meningkatkan signifikansi sektor riset dan pengembangan

regional, mempromosikan gagasan masyarakat informasi dan meningkatkan ketersediaan layanan

pendukung bisnis khusus. Kluster seyogyanya membantu menciptakan lingkungan yang mendukung

untuk pembangunan kewirausahaan yang dinamis serta mendorong timbulnya inovasi. Kompleksitas

yang ada memang tidak dapat menafikan fakta bahwa perwujudan kluster yang berkesinambungan

tetap merupakan tantangan tersendiri yang membutuhkan keahlian dan pemahaman khusus.

PERAN OTORITAS LOKAL INDONESIA DAN SISTEM KLUSTER

Peran otoritas lokal serta kerja sama jaringan yang ada sangat diperlukan terutama dalam membangun

UKM. Keberhasilan UKM juga sangat membantu perekonomian daerah-daerah lokal terutama apabila

jaringan UKM membentuk kluster yang berdaya saing. Kluster UKM dapat digunakan sebagai strategi

pengurangan ongkos logistik dan memaksimalkan efisiensi baik untuk mendapatkan bahan baku

maupun pemasaran produk (Manno, 2000). Pengembangan kluster dianggap sesuai untuk

memaksimalkan peningkatan produk-produk dan layanan berpotensi komoditas rendah atau yang

terkait hubungan langsung dan kerja sama antara orang per orang serta lingkungan alam tempatnya

berada (Manno, 2000). Dengan kerja sama sistem kluster ini, sektor UKM dapat lebih meningkat lagi

berkat dampak positif yang ditimbulkan komoditasi. Keberhasilan sistem kluster ini terlihat pada sentra-

16

Page 17: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

sentra industri kerajinan di Indonesia yang berkembang pesat seperti di Garut dan Tasikmalaya-Jawa

Barat, Ubud-Bali, Kota Gede-D.I. Yogyakarta dan lain sebagainya.

Meskipun dirasakan manfaatnya dalam pembangunan ekonomi, sektor UKM pun turut menyumbang

berbagai permasalahan. Sebagai contoh, sektor UKM di Eropa menyumbang 64% polusi industri

(Mempel-Śnieźyk, 2014). Data mengenai polusi industri yang ditimbulkan UKM di Indonesia agaknya

memang belum tersedia. Namun apabila dikaitkan dengan kesulitan dalam mencari sumber daya

keuangan, melakukan dan mempromosikan kegiatan lingkungan, situasi yang dihadapi UKM di mana

pun agaknya sama saja - UKM masih mendapatkan banyak tantangan dalam mentransformasikan

tantangan lingkungan menjadi kesempatan, terutama dalam hal pengurangan biaya, dampak

lingkungan serta efisiensi energi. Tantangan untuk go-green dalam sektor UKM masih berkisar pada

biaya yang tinggi serta kesulitan dalam hal sertifikasi termasuk mendapatkan sertifikat sistem

pengelolaan lingkungan hidup. Kesulitan yang dihadapi ini memang membuat UKM menjadi tidak

peduli atau enggan untuk mendapatkannya. Namun demikian, tren terkini menunjukkan ada gerakan

untuk bertindak bersama, terutama karena keberadaan kluster yang mempromosikan kolaborasi dan

jaringan kerja khusus, agar berbagai kendala yang dihadapi dapat terlampaui, misalnya Koperasi

Pedagang Kaki Lima, Koperasi Pasar dan lain sebagainya. Sistem kluster di Indonesia juga terpicu

teknologi baru serta penggunaan media baru (new media) sehingga lebih menggerakkan pasar UKM.

Sejumlah kasus pembangunan ketahanan ekonomi, seperti yang dilakukan pemerintah Polandia adalah

dengan membangun perdagangan domestik yang kuat serta keluaran industri yang kuat dan menguasai

pasar (CBRE, 2011). Dalam membangun industri yang kuat ini, Polandia membangun sektor manufaktur

secara bersamaan dengan jaringan logistik dan pegudangan. Terkait pembangunan logistik, Indonesia

sebenarnya telah memiliki berbagai rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

Indonesia untuk jangka 2011-2025, termasuk dengan adanya pengembangan Sistem Logistik Nasional

(Sislognas). Sislognas sungguh diperlukan dalam meningkatkan efisiensi dan memperbaiki daya saing

ekonomi, terutama untuk mengedepankan jalur logistik yang terintegrasi antarpulau dan terkoneksi

ekonomi secara internasional. Namun demikian, dalam konteks kekinian, Sislognas perlu mengkaji ulang

keberadaan jaringan kluster. Kajian mendetail diperlukan untuk valuasi pengembangan kluster dengan

melihat ongkos ekonomi dibandingkan dengan keuntungan ekonomi komparatif (atau bahkan absolut)

yang dapat diperoleh.

Perencanaan jaringan transportasi laut sebagai tulang punggung logistik Indonesia yang digadang-

gadang dalam konteks Poros Maritim pemerintah, yang disebutkan akan bertumpu di Kuala Tanjung

untuk Indonesia Barat dan Bitung untuk Indonesia Timur, agaknya belum mengakomodasi jaringan

antarkluster. Apabila Kuala Tanjung dan Bitung direncanakan sebagai pelabuhan hub internasional,

tentunya di antara kedua titik tersebut perlu dibangun sejumlah hub sebagai pelabuhan pengumpul.

Realisasi pelabuhan pengumpul ini hingga saat tulisan ini dibuat agaknya masih terkendala berbagai hal.

Pada intinya, jaringan transportasi laut dengan berbagai hub perlu pula terintegrasi dengan jaringan

transportasi darat beserta kluster-kluster pusat produksi dan pegudangan yang ada untuk mencapai

efisiensi ekonomi sehingga dapat memberikan keuntungan tambahan.

Salah satu hal yang sering diabaikan otoritas pusat maupun lokal di Indonesia adalah kondisi geografis

Indonesia sebagai daerah kepulauan dengan tingkat heterogenitas tinggi terkait sumber daya alam dan

sumber daya manusia. Hal ini sebenarnya sangat membuka peluang pembangungan sistem kluster yang

dihubungkan dengan hub-hub logistik agar tingkat persebaran barang dan jasa serta perdagangan

antardaerah dapat meningkat. Sistem kluster ini sebenarnya dapat pula direncanakan berbasis sejumlah

koridor ekonomi Indonesia (Gambar 1), yang masing-masing berlaku sebagai pusat produksi dan

pengolahan produk-produk unggulan yang terdapat di dalam bagian klusternya. Namun demikian,

17

Page 18: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

terdapat sejumlah pertanyaan mengenai keabsahan sentra produksi dan pengelolahan hasil industri

yang terdapat pada masing-masing koridor yang dianggap dapat membatasi serta menghalangi

kreativitas para pelaku ekonomi khususnya pada sektor UKM.

Gambar 1 Koridor Ekonomi Indonesia (Sislognas, 2012)

Berdasarkan pembelajaran dari sejumlah sistem kluster yang ada, jelaslah bahwa peran pembangunan

sistem logistik dengan hub atau simpul-simpul logistik nasional menjadi sangat penting untuk

menciptakan daerah-daerah yang menjadi pemicu dan penggerak pembangunan ekonomi baru.

Khususnya di Indonesia, pengembangan INSW (Indonesian National Single Window) dapat memperkuat

jaringan logistik antarwilayah sehingga diversifikasi pengelolaan kekayaan alam menjadi lebih terjamin.

Di sisi lain, heterogenitas yang ada dalam karakteristik sumber daya alam dan sumber daya manusia

Indonesia pun akan dapat lebih terkelola dengan baik. Hal inilah yang sebenarnya perlu diperhatikan

otoritas lokal yang ada di Indonesia. Karena, sistem pengelolaan yang baik berbasis hub atau koridor

inilah yang akan mampu menghasilkan komoditas strategis dengan keunggulan ekonomi sebesar-

besarnya bagi masing-masing daerah. Keberhasilan pengelolaan kluster-kluster yang ada, beserta

kemampuan mengelola jaringan hub pada sistem logistik dan berbagai sistem terkait lainnya kemudian

akan membuat Indonesia mampu berperan dalam rantai pasok global sebagai penghasil komoditas dan

bukan sebagai konsumen belaka. Jaringan sistem logistik nasional itulah yang perlu direncanakan dan

diimplementasikan secara memadai.

Dalam kasus Indonesia, sistem logistik inilah yang sebenarnya sangat diperlukan, termasuk mengatur

jalinan kerja sama ekonomi antardaerah, baik jaringan lokal maupun jaringan nasional. Dalam hal ini,

peran otoritas pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi penting dalam menciptakan sistem yang

mampu berfungsi dengan baik antara aktor-aktor ekonomi lokal seperti para wirausahawan, institusi

lingkungan bisnis, pemangku riset dan pengembangan, serta otoritas lokal. Sistem seperti itulah yang

sebenarnya tersirat dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini sejalan dengan

tujuan pembangunan yang memberikan penekanan pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan dengan meningkatkan standar hidup melalui akselerasi pertumbuhan pendapatan dan

pekerjaan (sebagaimana tertera dalam Millenium Development Goals yang kemudian diteruskan dengan

Sustainable Development Goals). Tentunya, untuk mencapai tujuan ini juga diperlukan suatu bentuk

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Bentuk kerja sama yang menjadi tugas

para pemangku kepentingan ini adalah untuk menciptakan potensi yang tinggi untuk inovasi dalam

bidang budaya, kekuatan ekonomi internal serta dalam ikatan sosial dan institusional yang kuat

(Mempel-Śnieźyk, 2014). Tantangan yang perlu dihadapi tentunya penerapan perimbangan keuangan

18

Page 19: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

antara Pemerintah Pusat dan Daerah, beserta aspek pengawasan dan kendali yang agaknya masih

terkendala meskipun UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah telah lama ditetapkan.

Di sisi lain, percepatan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan tingkat kesejahteraan pun perlu dilakukan

terutama di daerah-daerah perbatasan yang berhadapan langsung dengan negara tetangga. Terutama

bagi provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, walaupun tidak tertutup provinsi

lainnya, peran otoritas lokal menjadi sangat krusial dalam menjaga ketahanan ekonomi dan daya saing

di daerah perbatasan sehingga tingkat ekonomi lokal pun dapat terjaga. Untuk menjamin hal inilah,

sistem dan jaringan logistik nasional perlu segera diperbaiki.

PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI INDONESIA

Pembangunan regional niscaya semakin terpicu dengan adanya keberadaan MEA. Tentunya, hal ini

dapat menjadi peluang ataupun tantangan tersendiri bagi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

yang cukup baik akan dipaksa mampu bersaing dengan kekuatan asing; barang produksi Indonesia akan

berhadapan langsung dengan kekuatan asing. Masalahnya, ongkos ekspor Indonesia menduduki posisi

ke-3 termahal di ASEAN dan impor yang termurah ke-3 di ASEAN (Permana, 2015). Dengan kondisi

demikian, apabila tidak terdapat intervensi yang tepat dari pemerintah, maka MEA hanyalah akan

menimbulkan ekses pasar yang tidak diinginkan. Pelambatan yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi

Indonesia ke tingkat 4.67% (BPS - kuartal II 2015) sangatlah perlu diwaspadai. Walaupun dapat berkilah

bahwa pelambatan ekonomi adalah pengaruh imbas perekonomian global, namun tanpa kebijakan

ekonomi yang memadai, perekonomian Indonesia akan semakin terpuruk.

Sejumlah upaya untuk meningkatkan infrastruktur dan industri di seluruh wilayah memang banyak

dilakukan. Indonesia pun memberlakukan zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas di sejumlah

wilayah dalam rangka mendorong industri nasional dan menarik investasi. Meskipun demikian, sangat

disayangkan pengelolaan zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas ini masih belum didukung

oleh peraturan perundangan yang stabil untuk jangka waktu tertentu ataupun penegakan hukum yang

jelas. Batam sebagai zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas misalnya, banyak dikeluhkan para

investor asing mengingat permasalahan perburuhan yang cukup mengganggu kinerja produksi barang

dan jasa. Perbaikan kualitas sumber daya manusia serta iklim investasi yang mendukung terutama

dengan adanya persaingan langsung dari zona perdagangan bebas Johor Bahru yang menawarkan

berbagai opsi logistik dan kenyamanan berinvestasi dan jaminan bebas konflik perburuhan membuat

banyak investor yang memiliki usaha di Batam mengalihkan investasinya ke Johor Bahru. Dengan

demikian, peran jaringan zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dan pengelolaan zonasi

pembangunan ekonomi Indonesia menjadi sangat penting artinya selain mendorong peningkatan

pertumbuhan ekonomi Indonesia, sekaligus berperan penting dalam menghadapi MEA dan berlaku

sebagai penyangga keberadaan Indonesia dalam pembangunan ekonomi baik regional maupun global.

CATATAN PENUTUP

Penguatan pembangunan ekonomi dengan memberdayakan sistem kluster dalam negeri sebagai basis

produksi barang dan jasa untuk pemenuhan kesejahteraan penduduk, serta jaringan kerjasama nasional

yang solid baik horizontal maupun vertikal yang menjamin pemerataan penyebaran barang dan jasa

sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah serta berbagai

institusi perencanaan pembangunan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan arah

dan kebijakan serta peta jalan pembangunan ekonomi Indonesia.

19

Page 20: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Nilai investasi Triwulan III 2015 merupakan realisasi investasi langsung yang dilakukan selama 3 bulan

periode laporan (Juli-September 2015) berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang

diterima BKPM dari perusahaan PMA dan PMDN. Diluar investigasi Migas, Perbankan, Lembaga

Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri Rumah Tangga, Nilai investasi dalam

Rp Triliun (T) dan Kurs US$ 1 = Rp 12.500 sesuai dengan APBN-P 2015.

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan III tahun 2015

Sumber : BKPM, 2015

INVESTASI

PENINGKATAN

INVESTASI

INDONESIA DI TW III,

Indonesia semakin optimis

menghadapi pasar global

Desi Maola Ayu Saputri

20

Page 21: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Realisasi investasi pada Triwulan III 2015 : Rp 140,3 T, meningkat 3,8% dari Triwulan II 2015 (Rp 135,1

T) atau meningkat 17,0% dari Triwulan III 2014 (Rp 119,9 T). Realisasi investasi pada Januari-

September 2015 : Rp 400,0 T, meningkat 16,7% dari tahun sebelumnya yaitu Januari-September 2014

(Rp 342,7T). Industri hilirisasi sumber daya mineral serta pariwisata dan kawasan mencatat kenaikan

tertinggi, 67% dan 63%. Sementara, industri padat karya masih belum pulih dengan penurunan

realisasi investasi sebesar 13%. Tidak hanya realisasi, komitmen investasi juga meningkat.

Perkembangan Realisasi Investasi Sektor Prioritas

Sumber : Bahan Diskusi Perkembangan Ekonomi terkini oleh BKPM, 2015

Hingga September 2015, BKPM telah menerbitkan izin prinsip penanaman modal senilai hampir Rp

1.300 triliun atau naik 36%. Sektor infrastruktur mencatat nilai komitmen tertinggi yang mencapai Rp

570 triliun. Sementara sektor pertanian tumbuh paling pesat dan bahkan mencapai angka 241%.

Kawasan Asia merupakan sumber utama investasi asing di Indonesia. Periode Januari-September

2015, Singapura berkontribusi sebesar 16% terhadap total PMA, diikuti oleh Malaysia (14%), Jepang

(12%), Korea Selatan (5%), dan Belanda (4%). Amerika Serikat, Inggris, dan Australia masing-masing

berada di peringkat ke-6, ke-8, dan ke-11.

Perkembangan Realisasi Investasi 2010 – September 2015 per triwulan

21

Sumber : BKPM, 2015

Page 22: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Periode Januari-September 2015, realisasi PMDN dan PMA tertinggi ada di Koridor Jawa. Realisasi

PMDN terbesar berikutnya berada di Koridor Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tengara,

serta Maluku dan Papua. Sedangkan PMA terbesar berikutnya berada di Koridor Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua, serta Bali dan Nusa Tenggara.

Pada triwulan III-2015, secara sektoral kontribusi investasi terbesar oleh sektor industri makanan

terhadap total investasi PMDN, yaitu sebesar 13,6% dengan nilai investasi sebesar Rp 18,1 triliun.

Berbeda dengan invetasi PMA, minat investasi asing terbesar terdapat pada sektor pertambangan

mencapai 14,6% dari total nilai investasi PMA dengan nilai investasi sebesar US$ 3,1 miliar.

Pada triwulan III-2015, realisasi proyek investasi PMDN dan PMA terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat

yakni sebesar Rp 24,0 triliun atau 18,0% terhadap total investasi PMDN, dan realisasi investasi PMA

terbesar di Provinsi Jawa Barat sebesar US$ 5,2 miliar atau 24,3% terhadap total investasi PMA.

Investasi PMA terbesar di Indonesia berasal dari Singapura. Pada Triwulan III-2015, investasi PMA dari

Singapura tercatat US$ 3,5 miliar atau sebesar 16,4% terhadap total investasi PMA. Urutan ke-2 dan

ke-3 ditempati oleh Malaysia dan Jepang yaitu masing-masing sebesar US$ 2,9 miliar (13,6%) dan US$

2,5 miliar (11,8%).

Perkembangan Realisasi Investasi Periode Januari- September 2015

Sumber : Bahan Diskusi Perkembangan Ekonomi terkini oleh BKPM, 2015

Pemerintah terus melakukan reformasi untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Sehingga

diharapkan dapat mendorong perubahan pola pikir dan treatment Pemerintah dalam hal investasi.

Beberapa diantaranya adalah :

Pertama, merombak pelayanan investasi melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) tingkat

nasional di BKPM. Dua puluh dua kementerian dan lembaga negara sudah terintegrasi di PTSP pusat.

160 perizinan sudah didelegasikan kepada BKPM. Perizinan di sejumlah sektor prioritas sudah

disederhanakan. 9.600 izin sudah diterbitkan oleh PTSP Pusat hingga September 2015. Pemerintah

meluncurkan Izin Investasi Tiga Jam untuk investasi yang mempekerjakan minimal 1.000 TKI dan/atau

nilai investasi minimal Rp 100 miliar.

Kedua, menjalankan pemasaran dan pelayanan investasi dengan pendekatan yang lebih personal per

negara dan end-to-end. Dari sisi persepsi, kinerja ekonomi dan iklim investasi di Indonesia telah

memperoleh pengakuan dunia, termasuk dari existing investors. Riset ANZ pekan lalu menyatakan

bahwa Indonesia tetap menarik sebagai tujuan investasi. Sementara beberapa negara di Asia

Tenggara mengalami pertumbuhan investasi yang stagnan bahkan negatif.

22

Page 23: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

MOHAMMAD HATTA - HATI NURANI BANGSA Penulis : Deliar Noer ;Penerbit : Buku Kompas

RESENSI BUKU

Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama itu merupakan sosok penting di era Kebangkitan

Nasional maupun di era Kemerdekaan. Deliar Noer melalui karyanya yang berjudul “Mohammad Hatta Biografi

Politik” mencoba merekonstruksi sepak terjang Mohammad Hatta di bidang perpolitikan Indonesia. Kisah inspiratif

dan pengalaman politik Mohammad Hatta begitu berharga untuk dilewatkan begitu saja oleh generasi setelahnya.

Deliar Noer memulai biografi politik Mohammad Hatta sejak beliau pertama kali berkenalan dengan dunia politik

sampai akhirnya beliau wafat. Deliar Noer menulis buku ini begitu detail sesuai dengan periodesasi perubahan

perpolitikan Indonesia. Biografi ini setidaknya menggambarkan tiga fase kehidupan Mohammad Hatta antara lain

kehidupan remaja dan latar belakang keluarga, fase menimba ilmu di Indonesia dan Belanda dan fase beliau

mengabdikan diri untuk Indonesia. Ketiga fase tersebut telah memberikan gambaran utuh mengenai sosok tokoh

proklamator yang inspiratif ini.

Fase kecil Mohammad Hatta menggambarkan latar belakang keluarganya. Terlahir di Minangkabau, sebuah kota

yang kental dengan nuansa Islam telah membentuk pribadi Hatta menjadi seorang yang religius dan taat

beribadah. Pengetahuan tentang agama didapat dari pengajian serta bacaan. Untuk itu pandangan politik,

ideologi, dan pemikiran Hatta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh serta pandangan Islam yang telah dipelajari

sejak kecil. Tinggal di Minangkabau yang berkembang menjadi pusat perekonomian serta Ayah tiri yang seorang

saudagar telah membuat kecintaan Hatta kepada perekonomian mulai tumbuh.

Ketertarikan Hatta pada dunia politik muncul ketika beliau masih menuntut ilmu di MULO. Ketika Hatta

melanjutkan sekolah di Jakarta dia bertemu dengan tokoh-tokoh seperti Bahder Djohan, Haji Agus Salim, Abdoel

Moeis, dan lainnya. Dari merekalah Hatta memperdalam pengetahuannya tentang agama dan politik. Tahun 1921

Hatta pergi ke Belanda untuk bersekolah.

Fase ketiga dalam kehidupan Hatta ialah sepak terjang Hatta di bidang politik praktis. Bermula sebagai aktifis di

kumpulan pelajar seperti Indische Vereniging, kemudian turut mempersiapkan kemerdekaan RI, menjadi satu dari

dua bapak proklamator Republik Indonesia. Idelalisme dan ideologi Hatta di bidang politik, tidak tidak

terpengaruh oleh perubahan perpolitikan Indonesia seperti Masa pendudukan Jepang, Revolusi, Demokrasi

Parlementer, Demokrasi terpimpin, bahkan pada periode Orde Baru. Dari periode perpolitikan itu semua, satu hal

yang perlu dicatat dari seorang Mohammad Hatta ialah sikap rendah hati, berjiwa sosial, religius, dan

pengorbanan pada bangsa tidak berubah sedikitpun.

Tulisan biografi ini menggambarkan pribadi Mohammad Hatta yang begitu melakat erat dengan Islam, Ekonomi,

dan Sosial. Salah satu bentuk nyata perpaduan ketiganya dalam diri seorang Mohammad Hatta ialah ketika Hatta

mendirikan Koperasi. Koperasi merupakan satu bentuk usaha yang betujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

Koperasi merupakan bidang usaha yang anti kapitalis yang cenderung eksploitatif. Islam juga tidak menyukai

eksploitasi terhadap apapun.

Hatta kecil telah tumbuh dari latar belakang keluarga yang kokoh memegang Islam, masa sekolah, dan kiprahnya

di bidang politik sehingga mampu membentuknya menjadi tokoh nasional yang akan selalu tercatat dalam sejarah

Indonesia.

Sri Purwanti

23

Page 24: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

ENERGI

MEMBANGUN

INFRASTRUKTUR MIGAS

KAWASAN

TIMUR

INDONESIA Thasya Pauline

Wilayah eksplorasi potensi minyak dan gas bumi

Indonesia pada masa depan akan bergeser ke kawasan

Indonesia timur (KTI). Pemetaan tersebut jauh berbeda

dengan potensi migas saat ini yang masih berkutat di

wilayah eksplorasi Indonesia bagian barat, yang lebih

banyak menghasilkan minyak bumi. Ketika wilayah

eksplorasi migas sudah bergeser ke kawasan Indonesia

timur, Indonesia akan lebih banyak memproduksi gas

bumi. Studi yang telah dilakukan SKK Migas

memperkirakan ada cadangan gas bumi mencapai 55

TSCF (trillions of standard cubic feet) di wilayah

Indonesia timur. Jauh lebih besar dibandingkan potensi

minyak bumi yang hanya 656 juta MSTB.

Eksplorasi migas di wilayah Indonesia timur bukan

perkara yang mudah. Salah satu tantangannya ialah

kedalaman eksplorasi di laut dalam yang mencapai lebih

dari 1.000 meter di bawah permukaan laut. Kedalaman

itu jauh lebih sulit dibandingkan ketika mengeksplorasi

migas di wilayah Indonesia bagian Barat yang paling

dalam hanya 100 meter di bawah permukaan laut.

Selain itu, wilayah Indonesia bagian timur belum

memiliki infrastruktur sebaik Indonesia bagian barat

untuk menunjang kegiatan eksplorasi serta produksi

minyak dan gas bumi.

Dukungan Anggaran

Komisi VII DPR-RI menyepakati usulan anggaran

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 sebesar Rp14,915

trilliun. Dengan kesepakatan ini, Kementerian ESDM

mendapatkan alokasi tambahan anggaran sebesar Rp4,9

triliun. Sebelumnya Komisi VII DPR RI pada tanggal 17

September 2014 yang lalu, telah menyetujui APBN 2015

Kementerian ESDM sebesar Rp 10,024 triliun. Dengan

tambahan Rp 4.9 triliun ini maka total anggaran

Kementerian ESDM menjadi Rp14,916 triliun.

Usulan tambahan anggaran sebesar Rp 4,9 triliun akan

digunakan untuk memperkuat infrastruktur energi yaitu

pembangunan infrastruktur minyak dan gas bumi

(migas) Rp3,419 triliun, infrastruktur ketenagalistrikan

Rp544 miliar, dan infrastruktur energi baru terbarukan

Rp1,036 triliun.

Pembangunan Infrastruktur

Untuk mendorong pengembangan migas di Indonesia,

salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah adalah

membangun infrastruktur. Terdapat lima infrastruktur

migas yang menjadi fokus yaitu pembangunan

infrastruktur migas untuk wilayah kepulauan, pipa gas,

infastruktur untuk daerah yang tidak dapat dibangun

Foto: www.linkedin.com

24

Page 25: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

pipa, jaringan gas bumi untuk rumah tangga serta SPBG.

Pembangunan infastruktur untuk wilayah kepulauan

difokuskan pada pembangunan depo-depo di wilayah

Indonesia Timur yang saat ini masih sangat kurang.

Bahkan di beberapa pulau, sama sekali tidak memiliki

SPBU dan tangki penyimpanan. Kekurangan ini

menyebabkan harga BBM menjadi sangat mahal apabila

terjadi gelombang laut yang besar.

Fokus proyek infrastuktur ketiga adalah pembangunan

infrastruktur gas untuk pulau-pulau di Timur Indonesia

yang tidak bisa dibangun pipa. Untuk itu, Pemerintah

akan membangun sarana untuk mendistribusikan LNG

ke pulau-pulau. Proyek yang akan selesai dalam waktu

dekat adalah LNG untuk pembangkit listrik di Benoa,

Bali, yang beroperasi pada Agustus-September.

Infrastruktur serupa akan dibangun di Gorontalo dan

Makassar.

Upaya mendorong pengembangan industri migas ke

daerah timur Indonesia menjadi bagian dari strategi

nasional. Melalui pengembangan industri migas ke KTI

akan memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan

memberikan dampak terhadap kesejahteraan

masyarakat. Meski demikian perlu dukungan dari

pemerintah pusat ataupun daerah untuk memberikan

kemudahan investasi di sektor migas.

Proyek-proyek Infrastruktur yang akan dibangun

pemerintah untuk tahun anggaran 2015 ini, sektor

migas yang akan dibangun antara lain, konversi mitan

ke LPG, Pilot project konversi BBM ke bahan bakar gas

untuk nelayan, pembangunan sarana bahan bakar gas

untuk transportasi, pembangunan kilang LNG-LCNG

station.

Untuk sektor ketenagalistrikan, pemerintah akan

membangun program listrik pedesaan di 33 provinsi.

Pembangunan infrastruktur energi terbarukan yang

akan dilaksanakan antara lain, Pengembangan Energi

Terbarukan (PLTS-Hybrid PLTD) dan PLTS Terpusat

(kawasan perbatasan, pulau terluar dan daerah

terpencil), Pembangunan PLTMH, PLT-Bayu, Pilot Unit

Pengolahan BBM Sintetis, Pembangunan Biogas

Komunal, Percontohan Mobil Listrik berbasis Surya di

Pulau Sumba, PJU Pintar di Pulau Sumba dan

Pengembangan Hutan Energi di Pulau Sumba.

Upaya Mendorong Investasi

Investasi di bidang migas secara umum masih diminati,

termasuk ekplorasi dan eksploitasi di kawasan Indonesia

timur. Kawasan Indonesia timur yang memiliki potensi

minyak dan gas masih memiliki daya tarik bagi para

investor meski memiliki banyak kendala. Kekhawatiran

dari investor yang hendak menanamkan modalnya

terkait ketidakpastian mendapatkan ladang migas yang

produktif. Resiko eksplorasi migas sangat tinggi

mengingat eksplorasi satu sumur migas saja

membutuhkan dana yang sangat besar sementara

resiko sumur tersebut tidak produktif juga sangat besar.

Memang masih diakui sebagian besar kendala di

Indonesia timur masih didominasi lahan hijau yang

belum tersentuh. Sehingga akses transportasi dan

infrastruktur memang jadi kendala tersendiri. Dengan

begitu, infrastruktur harus disediakan dari awal.

Untuk mendorong investasi dalam eksplorasi dan

eksploitasi migas utamanya di kawasan timur Indonesia,

pemerintah terus mendorong upaya penyederhaan dan

kemudahan berinvestasi di industri migas. Salah satu

upaya yang sedang dilakukan pemerintah adalah

melakukan revisi Undang-Undang Minyak dan Gas

Bumi. Selain itu, Kementerian ESDM sedang mengkaji

perizinan satu pintu di sektor migas yang nantinya akan

dilimpahkan ke BKPM dengan harapan tidak ada lagi

hambatan faktor birokrasi dan tumpang tindih perizinan

lahan oleh pemerintah daerah.

Referensi: Kementerian ESDM, katadata.com

25

Page 26: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

PERDAGANGAN

MEMAKSIMALKAN POTENSI EKSPOR

KE PASAR ASEAN

Hanya dalam hitungan hari Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC). Sejalan

dengan diberlakukannya AEC, maka akan terjadi pergerakan bebas di pasar barang dan jasa, tenaga kerja

serta investasi. Momentum pergerakan bebas barang dan jasa dapat menjadi tantangan sekaligus

peluang bagi Indonesia. Apabila produk Indonesia memiliki daya saing yang rendah dibandingkan negara

ASEAN lainnya, maka Indonesia akan dibanjiri oleh produk-produk negara ASEAN lainnya. Sebaiknya,

daya saing produk Indonesia yang lebih tinggi dapat dijadikan potensi ekspor bagi Indonesia untuk

menyasar pasar ASEAN.

Secara nilai, pangsa ekspor ke ASEAN tercatat 22,3% terhadap total ekspor Indonesia ke dunia. Negara

ASEAN yang menjadi pasar tujuan utama Indonesia adalah Singapura (Pangsa 8,4%), diikuti oleh Malaysia

(Pangsa 5,2%), Thailand (Pangsa 3,7%), Filipina (Pangsa 2,6%) dan Vietnam (Pangsa 1,6%). Kelima negara

tujuan ekspor ini mencatat pangsa sebesar 21,6% terhadap total ekspor. Selain memiliki pangsa yang

tinggi, tren kenaikan rata-rata pertahun juga masih tercatat positif. Kendati positif, kenaikan ekspor rata-

rata per tahun ke lima negara tersebut cenderung tipis. Hal ini menunjukkan ekspor Indonesia ke lima

negara tersebut sudah mulai jenuh. Bahkan data pertumbuhan ekspor pada Januari-September 2015

terhadap periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) ke beberapa negara seperti Singapura,

Malaysia dan Thailand telah mencatatkan nilai yang negatif. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan

diversifikasi ekspor ke negara ASEAN lainnya mengingat mulai rendahnya potensi ekspor ke lima negara

utama tersebut.

Fitria Faradila

Calon Peneliti Ahli Pertama Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri,

Kementerian Perdagangan

26

Page 27: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 10 EDISI OKTOBER 2015

Tabel 1. Ekspor Indonesia ke ASEAN

2014 2015 15/14 10-14 2015

TOTAL EKSPOR 157.779 203.497 190.020 182.552 176.293 132.706 115.133 (13,2) 1,1 100,0

NON-ASEAN 124.432 161.398 148.191 141.922 136.471 102.591 89.432 (12,8) 0,6 77,7

ASEAN 33.348 42.099 41.829 40.630 39.822 30.116 25.701 (14,7) 3,2 22,3

SINGAPURA 13.723 18.444 17.135 16.686 16.807 12.835 9.682 (24,6) 3,1 8,4

MALAYSIA 9.362 10.996 11.278 10.667 9.759 7.379 5.965 (19,2) 0,5 5,2

THAILAND 4.567 5.897 6.635 6.062 5.830 4.486 4.287 (4,4) 5,3 3,7

PILIPINA 3.181 3.699 3.708 3.817 3.888 2.934 3.035 3,4 4,4 2,6

VIETNAM 1.946 2.354 2.274 2.401 2.451 1.694 1.897 11,9 4,9 1,6

BURMA 284 359 402 556 567 392 446 13,8 19,9 0,4

KAMBOJA 218 260 292 312 416 316 317 0,2 15,9 0,3

BRUNAI DARUSSALAM 61 82 82 123 100 76 67 (12,1) 15,1 0,1 LAOS 6 9 24 6 5 3 6 119,5 (7,4) 0,0

Perub. % Trend (%) Pangsa (%)NILAI : JUTA USD

TUJUAN EKSPOR2010 2011 2012 2013 2014

JANUARI - SEPTEMBER

Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015

Untuk memaksimal potensi ekspor ke ASEAN, Indonesia diharapkan dapat melakukan diversifikasi ekspor ke

negara ASEAN lainnya, seperti Burma (Myanmar), Kamboja dan Brunei Darussalam. Kendati memiliki pangsa

yang cenderung rendah, yakni 0,8% terhadap nilai ekspor, namun tren kenaikan rata-rata ekspor ke tiga

negara tersebut masih cukup tinggi diatas 15% per tahun selama 2010-2014, khususnya Burma. Selama 2010-

2014, ekspor Indonesia ke Burma mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,9% per tahun, tertinggi

dibandingkan ekspor ke negara ASEAN lainnya. Selain itu, pertumbuhan ekspor ke Burma (yoy) juga

mencatatkan nilai yang signifikan sebesar 13,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar Burma masih sangat

potensial dan diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan momentum tersebut.

Selain Burma, ekspor ke Kamboja juga mencatatkan tren kenaikan yang cukup tinggi sebesar 15,9%. Kendati

demikian, hingga September 2015 nilai ekspor hanya meningkat tipis sebesar 0,2% dibandingkan tahun

sebelumnya. Sama halnya dengan Kamboja, potensi ekspor ke Brunai Darussalam juga tinggi apabila dilihat

dari tren kenaikan rata-rata per tahunnya, namun secara jangka pendek ekspor turun cukup dalam sebesar

12,1% (yoy).

Untuk memaksimalkan potensi ekspor ke ASEAN, Indonesia diharapkan dapat melakukan dua strategi utama

yakni: (i) meningkatkan ekspor ke negara tujuan utama, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan

Vietnam melalui peningkatan daya saing produk Indonesia; dan (ii) mulai menyasar negara Burma, Kamboja

dan Brunai Darussalam melalui peningkatan kerjasama perdagangan dan melakukan analisis pasar untuk

mengetahui potensi produk Indonesia di tiga negara tersebut.

27

Page 28: KERJASAMA EKONOMI REGIONAL diMULAI - ekon.go.id · stasi Tw III-2015 Resensi Buku 23 Muhammad Hatta Energi 24 ... Seiring dengan rangkaian paket kebijakan Pemerintah merespon kondisi

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4 Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710 Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836 Email: [email protected]

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website