kerangka penilaian · 2020. 12. 15. · untuk indikator opsional, penilai memiliki keleluasaan...

22
Kerangka Penilaian Versi 0.2 | Oktober 2020

Upload: others

Post on 19-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Kerangka PenilaianVersi 0.2 | Oktober 2020

  • 1

    KERANGKA PENILAIAN VERSI 0.2 | OKTOBER 2020

    Tentang versi ini LandScale versi 0.2 menggabungkan umpan balik yang diterima pada versi 0.1 selama periode konsultasi publik pertama dengan

    pengujian lapangan dari bulan Agustus hingga Oktober 2019. Tanggapan dan perubahan utama pada versi 0.1 tersedia dalam

    Ringkasan Komentar Publik Versi 0.1.

    Versi 0.2 akan menjalani fase uji coba yang dilakukan di lebih dari 10 lanskap di seluruh dunia dan terbuka untuk komentar publik

    hingga 1 desember 2020. Pengalaman dan masukan dari proyek pilot, serta umpan balik dari konsultasi publik kedua, akan

    dimasukkan ke dalam versi 1.0, tersedia pada tahun 2021.

    Berikut adalah sumber daya yang masuk dalam Versi 0.2:

    ● Tinjauan LandScale: deskripsi singkat tentang apa itu LandScale, bagaimana cara kerjanya, siapa yang dapat

    menggunakannya, dan di mana akan diujicobakan

    ● Ringkasan kerangka penilaian: Sebuah deskripsi singkat tentang kerangka penilaian termasuk didalamnya pilar, tujuan dan

    indikator

    ● Kerangka penilaian (dokumen ini): tujuan, indikator, dan metrik kinerja yang merupakan ruang lingkup penilaian

    ● Panduan Penilaian: panduan rinci tentang proses pelaksanaan penilaian LandScale

    ● Mekanisme Verifikasi: sistem untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap panduan LandScale dan memverifikasi keakuratan

    hasil penilaian

    ● Panduan Klaim: informasi tentang jenis klaim yang dapat dibuat berdasarkan hasil penilaian LandScale dan proses untuk

    mengkomunikasikan klaim tersebut

    ● Sumber daya tambahan termasuk:

    ○ Lampiran 1: Kemitraan Lanskap Berkelanjutan

    ○ Lampiran 2: Peta Ekosistem Dunia dan Tipografi IUCN

    ○ Lampiran 3: Proses Penilaian Hak Asasi Manusia

    ○ Lampiran 4: Kondisi-kondisi Pendukung Hak Asasi Manusia

    ○ Berbagai lampiran yang terkait dengan sumber daya di atas

    http://www.landscale.org/overview-v0.2-INDhttp://www.landscale.org/af-summary-v0.2-INDhttp://www.landscale.org/assessment-guidelines-v0.2-INDhttp://www.landscale.org/verification-mechanism-v0.2http://www.landscale.org/claims-guidlines-v0.2http://www.landscale.org/annex1-slp-v0.2-INDhttps://www.landscale.org/annex2-typography-v0.2-INDhttps://www.landscale.org/hrap-v0.2-INDhttps://www.landscale.org/hrec-v0.2-INDhttps://www.landscale.org/how-it-works/#resources

  • 2

    Daftar isi

    Kata Pengantar

    Pilar

    Tujuan

    Indikator

    Metrik Penilaian

    Pilar 1: Ekosistem

    Pilar 2: Kesejahteraan Manusia

    Pilar 3: Tata Kelola

    Pilar 4: Produksi

  • 3

    Kata Pengantar

    LandScale menyediakan pendekatan berstandar untuk menilai dan mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan lanskap yang

    memungkinkan sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mengakses informasi yang dapat diandalkan yang dapat

    memandu dan mendorong peningkatan keberlanjutan dalam skala besar. Silakan lihat Tinjauan LandScale untuk informasi lebih

    lanjut tentang sistem LandScale dan bagaimana hal itu dapat membantu Anda.

    Dokumen ini menyajikan kerangka penilaian, yang didasarkan pada norma dan metode internasional utama untuk menilai

    keberlanjutan, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs). Kerangka ini disusun secara hierarkis untuk memenuhi dua

    kebutuhan yaitu konsistensi global dan kemampuan beradaptasi lokal yang mencakup empat pilar kinerja keberlanjutan: ekosistem,

    kesejahteraan manusia, tata kelola, dan produksi. Pilar dan tujuan menyediakan struktur holistik untuk menilai keberlanjutan, yang

    dapat disesuaikan oleh pengguna dengan lanskap yang berbeda dengan memilih indikator dan metrik kinerja yang sesuai konteks.

    Untuk panduan rinci dalam melakukan penilaian, silakan lihat Panduan Penilaian.

    Pilar

    Pilar menetapkan secara luas empat tema keberlanjutan yang termasuk dalam kerangka penilaian: ekosistem, kesejahteraan

    manusia, tata kelola, dan produksi. Tema-tema ini secara luas relevan di lanskap pedesaan di mana terdapat pertanian, kehutanan,

    industri ekstraktif, atau sektor ekonomi berbasis sumber daya alam lainnya. Meskipun pilar-pilar ini dijelaskan secara individual,

    namun semuanya saling terkait. Misalnya, tata kelola yang tidak memadai dan kegagalan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat

    berkontribusi pada degradasi ekosistem yang, pada gilirannya, dapat berdampak lebih jauh pada kesejahteraan dan produksi

    manusia.

    Tujuan

    Tujuan mewakili hasil keberlanjutan yang diinginkan dari setiap pilar. Tujuan-tujuan ini didasarkan pada masalah-masalah

    keberlanjutan utama sebagaimana yang ditetapkan dan dipahami berdasarkan penelitian ilmiah dan diuraikan dalam konvensi,

    kerangka kerja, dan komitmen internasional utama, seperti dalam SDGs, Deklarasi New York tentang Hutan, Tantangan Bonn

    Challenge, Prinsip-prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia.

    http://www.landscale.org/overview-v0.2-INDhttp://www.landscale.org/assessment-guidelines-v0.2-IND

  • 4

    Indikator

    Indikator merepresentasikan kondisi dan proses dalam lanskap yang menunjukkan kinerja terkait dengan tujuan. Indikator ditentukan

    berdasarkan kemampuannya untuk memberikan informasi yang berarti tentang kinerja dan tren keberlanjutan pada skala lanskap.

    Kerangka penilaian mencakup tiga kategori indikator:

    1. Indikator inti dianggap penting untuk keberlanjutan lanskap dalam semua konteks dan oleh karena itu diperlukan sebagai

    bagian dari semua penilaian.

    2. Indikator tergantung-lanskap harus dimasukkan dalam penilaian dalam konteks di mana indikator tersebut dianggap dapat

    diterapkan sesuai dengan kriteria yang diberikan dalam pedoman penilaian. Misalnya, indikator terkait kuantitas air harus

    dimasukkan dalam lanskap yang mengalami permasalahan air.

    3. Indikator opsional dapat disertakan dalam penilaian sesuai kebijaksanaan pengguna. Pengguna LandScale mungkin ingin

    menilai indikator opsional karena adanya konteks tambahan tentang keberlanjutan lanskap atau untuk mengatasi prioritas di

    dalam lanskap maupun aktor-aktor di dalamnya (misalnya, pemerintah, produsen, atau masyarakat sipil) atau aktor eksternal

    (misalnya, perusahaan swasta atau investor). Selain itu, indikator-indikator ini harus disertakan saat mengantisipasi klaim

    yang membutuhkan atau diperkuat oleh indikator-indikator tersebut.

    Metrik kinerja

    Metrik kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif dari status atau tren untuk setiap indikator. Setelah pengguna LandScale

    memilih dan menetapkan target, maka metrik dapat mengukur kemajuan atau pemenuhan target tersebut. Kerangka penilaian

    mencakup tiga jenis metrik kinerja untuk indikator inti dan tergantung-lanskap (lihat Pedoman Penilaian untuk informasi lebih lanjut)

    Pedoman Penilaian untuk informasi lebih lanjut):

    ● Wajib adalah metrik yang diperlukan kecuali jika penilai (asesor) menunjukkan bahwa data untuk indikator tidak tersedia atau

    bahwa metrik alternatif akan menghasilkan informasi yang lebih dapat diandalkan. Dalam hal ini, penilai dapat menentukan

    metrik alternatif untuk memberikan informasi tentang kuantitas atau kualitas yang sama dengan metrik yang diperlukan dan

    harus membenarkan penggunaan metrik tersebut sebagai pengganti metrik yang diperlukan

    ● Direkomendasikan adalah metrik yang direkomendasikan dan bersifat opsional, tetapi penggunaannya didorong untuk

    meningkatkan kepercayaan terhadap temuan hasil penilaian, memberikan dasar yang lebih kuat terhadap verifikasi hasil

    penilaian, dan membantu memperkuat klaim (lihat Mekanisme Verifikasi dan Panduan Klaim).

    http://www.landscale.org/assessment-guidelines-v0.2-INDhttp://www.landscale.org/verification-mechanismhttp://www.landscale.org/claims-guidlines-v0.2

  • 5

    ● Metrik Ditentukan-penilai adalah mentrik yang ditentukan penilai untuk beberapa indikator di mana diperlukan penyesuaian

    lokal yang lebih besar dalam memperhitungkan konteks lanskap dan variabilitasnya, dan oleh karena itu fleksibilitas yang

    lebih besar bagi penilai diperlukan untuk menyusun metrik yang bermakna dan praktis.

    Untuk indikator opsional, penilai memiliki keleluasaan lebih untuk memilih metrik. Pada beberapa indikator opsional, kerangka kerja

    penilaian menyediakan metrik yang direkomendasikan, sedangkan untuk indikator lainnya tidak menggunakan metrik ditentukan-

    penilai.

    Penyajian metrik dalam dokumen ini, dalam beberapa hal, telah disederhanakan; pedoman penilaian berisi deskripsi dan penjelasan

    metrik yang lengkap dan tepat. Panduan ini juga berisi informasi lebih lanjut tentang pemilihan metrik.

    Pilar 1: Ekosistem

    Bumi adalah rumah bagi beragam ekosistem alami1, termasuk di dalamnya hutan, sabana, padang rumput, lahan basah, bakau, dan

    lainnya. Ekosistem ini merupakan gudang keanekaragaman hayati dan menyediakan layanan ekosistem penting yang bermanfaat

    bagi manusia seperti sumber makanan, air bersih, udara bersih, pengatur iklim, siklus hara, dan nilai estetika dan budaya.

    Namun, ekosistem alami dunia menghilang dengan cepat dan sebagian besar yang tersisa sedang terdegradasi. Akibatnya, hilangnya

    keanekaragaman hayati semakin meningkat, emisi gas rumah kaca terestrial berkontribusi secara signifikan terhadap krisis iklim

    global, dan kapasitas ekosistem untuk menyediakan layanan penting, seperti air bersih, semakin berkurang.

    Pilar ini mencakup elemen-elemen keberlanjutan yang terkait dengan ekosistem yang sehat, seperti melestarikan dan memulihkan

    ekosistem alami, melindungi keanekaragaman hayati, dan memelihara atau meningkatkan layanan ekosistem utama. Ekosistem

    secara inheren bersifat kompleks dan menilai kelestariannya secara menyeluruh biasanya membutuhkan karakterisasi mendalam

    tentang komposisi, struktur, dan fungsinya. Perlakuan lengkap terhadap karakteristik ini berada di luar cakupan sebagian besar

    penilaian LandScale. Oleh karena itu, untuk alasan kepraktisan, LandScale berfokus pada indikator-indikator dan proksi kunci dari

    perubahan, kesehatan, dan cakupan ekosistem yang biasanya dapat dinilai menggunakan data sekunder. Penilai dapat

    memanfaatkan data dan kapasitas tambahan jika tersedia untuk penilaian yang melampaui persyaratan minimum LandScale melalui

    penyertaan indikator opsional dan metrik yang direkomendasikan, dan dengan melengkapi data sekunder dengan pengumpulan data

    primer baru.

    1 LandScale menggunakan istilah "ekosistem alami" untuk memasukkan tipe alami dan semi-alami di mana semi-alami yang dimaksud adalah ekosistem yang telah mengalami modifikasi oleh manusia tetapi tetap mempertahankan banyak elemen komposisi, struktur, dan fungsi dari tipe ekosistem alami aslinya.

  • 6

    Tabel 1. Pilar Ekosistem

    Tujuan 1.1 Melindungi dan memulihkan ekosistem alami

    Ekosistem alami sangat penting dalam usaha menjaga keanekaragaman hayati (lihat Tujuan 1.2) dan layanan ekosistem tempat manusia bergantung (lihat Tujuan 1.3). Jika ekosistem telah diubah atau rusak, restorasi dapat merevitalisasi kapasitas produktif dan nilai keanekaragaman hayatinya.

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    1.1.1 Perlindungan ekosistem alami

    Sejauh mana ekosistem alam dilindungi melalui cara hukum atau cara efektif lainnya

    Inti 1.1.1.1 Total luas (ha) & percentase (%) lanskap yng ditetapkan & dikelola untuk perlindungan2 jangka panjang (wajib) 1.1.1.2 Total luas (ha) & persentase (%) dari setiap tipe ekosistem alami yang dilindungi (wajib) 1.1.1.3 Persentase (%) luas kawasan lindung dengan pengelolaan3 yang efektif (direkomendasikan)

    15.1; 15.2; 15.3; 15.4; 15.5

    1.1.2 Konversi ekosistem alami

    Konversi ekosistem alami ke penggunaan lahan lain

    Inti 1.1.2.1 Total luas (ha) & persentase (%) luas ekosistem alam di lanskap yang baru saja dikonversi (wajib) 1.1.2.2 Tingkat konversi ekosistem alami (rata-rata luas [ha] & persentase [%] konversi per tahun) (wajib)

    15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5

    1.1.3 Degradasi ekosistem alami

    Degradasi4 ekosistem alami

    Inti 1.1.3.1 Total luas (ha) & proporsi (%) ekosistem alami di lanskap yang saat ini terdegradasi (wajib)

    1.1.3.2 Tingkat degradasi ekosistem alami (wajib)

    15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5

    2 Kawasan lindung termasuk yang terdaftar dalam Database Dunia tentang Kawasan Lindung dan kategori pengelolaan IUCN yang sesuai serta kawasan lain yang dilindungi dan dikelola dalam jangka panjang untuk menjaga komposisi, struktur, dan fungsi ekosistem. Termasuk antara lain lahan yang dikelola oleh masyarakat adat dengan tujuan perlindungan jangka panjang, kawasan konservasi milik pribadi, dan ekosistem alami yang berada di dalam unit pengelolaan hutan atau produksi bersertifikat. 3 Pengelolaan yang efektif harus dinilai berdasarkan kriteria yang jelas dalam hal efektivitas pengelolaan kawasan lindung, seperti yang ada dalam Standar Daftar Hijau IUCN https://www.iucn.org/theme/protected-areas/our-work/iucn-green-list-protected-and-conserved-areas. 4 "Terdegradasi" berarti ekosistem telah mencapai ambang degradasi atau deteksi degradasi menurut metode atau kumpulan data yang kredibel (lihat pedoman penilaian untuk metode, data, dan alat yang disarankan).

    https://www.iucn.org/theme/protected-areas/our-work/iucn-green-list-protected-and-conserved-areas

  • 7

    1.1.4 Restorasi ekosistem

    Restorasi ekosistem yang dikonversi dan terdegradasi

    Tergantung- Lanskap

    1.1.4.1 Total luas (ha) yang direstorasi5 (wajib) 1.1.4.2 Tingkat peningkatan (ha/tahun) total luas yang direstorasi (direkomendasikan)

    6.6; 15.1;

    15.2;15.3;

    15.5

    1.1.5 Konektivitas ekosistem alami

    Konektivitas dan fragmentasi ekosistem alam

    Pilihan 1.1.5.1 Metrik ditentukan-penilai tentang konektivitas dan/atau fragmentasi yang sesuai dengan jenis dan pola ekosistem alami (direkomendasikan)

    15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5

    Tujuan 1.2 Melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati

    Keanekaragaman hayati sangat penting bagi fungsi ekosistem dan menyediakan berbagai manfaat ekonomi dan sosial bgi manusia seperti makanan, siklus hara, kesuburan tanah, penyerbukan, dan perlindungan hama. Namun, keanekaragaman hayati berkurang dengan cepat di seluruh ekosistem bumi, sebagian besar karena hilangnya habitat. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman ekosistem (tercakup dalam tujuan 1.1), keanekaragaman spesies (fokus dari tujuan ini), dan keanekaragaman genetik (yang tidak termasuk dalam LandScale karena sulit untuk diukur pada skala lanskap). Mengurangi ancaman terhadap spesies dan melindungi serta memulihkan habitat alami adalah kunci untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan oleh karena itu menjadi fokus utama indikator untuk tujuan ini.

    5 “Area restorasi” didefinisikan sebagai: a) lahan di mana restorasi telah berhasil diselesaikan secara umum sesuai dengan rencana restorasi; atau b) restorasi saat ini sedang dilaksanakan melalui tindakan di lapangan tertentu dan / atau pengelolaan restorasi pasif sesuai dengan rencana restorasi.

  • 8

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    1.2.1 Ncaman terhadap species

    Perubahan ancaman terhadap spesies

    Inti 1.2.1.1 Perubahan ancaman terhadap spesies6 yang terancam (wajib)

    1.2.1.2 Perubahan ancaman terhadap populasi spesies indikator atau spesies lain yang diidentifikasi sebagai penting dalam lanskap (wajib, alternatif, atau direkomendasikan, tergantung pada konteks7)

    15.4; 15.5; 15.7; 15.8

    1.2.2 Konversi habitat keanekaragaman hayati

    Konversi ekosistem alami di wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati8

    Inti 1.2.2.1 Luas (ha) konversi ekosistem alami di dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati & persentase (%) dari kawasan yang diwakili (wajib)

    15.1; 15.4; 15.5

    1.2.3 Degradasi habitat keanekaragaman hayati

    Degradasi ekosistem di wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati9

    Pilihan 1.2.3.1 Luas (ha) & persentase (%) ekosistem alami yang terdegradasi di dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati (direkomendasikan)

    15.1; 15.4; 15.5; 15.8

    6 Spesies yang terancam mengacu pada daftar spesies yang terancam punah secara global, termasuk yang diklasifikasikan sebagai Critically Endangered (CR), Endangered (EN), Vulnerable (VU) atau Near Threatened (NT) dalam IUCN Red List of Threatened Species (www.iucnredlist.org). Perubahan ancaman terhadap spesies terancam harus dinilai menggunakan pendekatan standar yang disediakan oleh STAR (Metrik Pengurangan Ancaman Spesies dan Pemulihan https://www.iucn.org/regions/washington-dc-office/our-work/species-threat-abatement-and-recovery-star-metric). 7 Dalam lanskap di mana tidak ada spesies terancam dari Daftar Merah IUCN yang diketahui atau mungkin ada (yaitu, jika 1.2.1.1 tidak diwajibkan), metrik ini akan diwajibkan. Dalam lanskap di mana 1.2.1.1 diwajibkan, metrik ini direkomendasikan. 8 Ini termasuk Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional atau lokal.. 9 Ini termasuk Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional atau lokal.

    http://www.iucnredlist.org/

  • 9

    1.2.4 Restorasi habitat keanekaragaman hayati

    Restorasi ekosistem di wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati 10

    Pilihan 1.2.4.1 Luas (ha) & persentase (%) lahan yang direstorasi11 dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati (direkomendasikan)

    15.1; 15.4; 15.5; 15.8

    1.2.5 Perlindungan habitat keanekaragaman hayati

    Perlindungan wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati 12

    Pilihan 1.2.5.1 Luas(ha) & persentase (%) dari wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati yang dirancang dan dikelola untuk perlindungan jangka panjang13 (direkomendasikan)

    15.1; 15.2; 15.4; 15.5; 15.7

    Tujuan 1.3 Menjaga dan meningkatkan layanan ekosistem

    Layanan ekosistem adalah barang dan layanan yang disediakan oleh ekosistem dan yang menopang kesejahteraan manusia.

    Dengan demikian, pemeliharaan dan peningkatan layanan ini menjadi kunci untuk mendukung produksi komoditas, mata

    pencaharian, dan ketahanan di lanskap pedesaan.

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    1.3.1 Kuantitas air

    Kapasitas lanskap untuk menyediakan sumber daya air untuk digunakan manusia dan fungsi ekosistem

    Tergantung-Lanskap

    1.3.1.1 Kuantitas air musiman atau laju aliran badan air utama (misalnya, volume total, kedalaman, atau volume/waktu aliran) (wajib) 1.3.1.2 Pengambilan air dari permukaan atau air tanah versus pengisian ulang (rasio) (wajib) 1.3.1.3 Frekuensi gangguan atau kekurangan pasokan air untuk pertanian, sektor domestik & industri (jumlah hari rata-rata per tahun dimana terjadi gangguan atau kekurangan ketersediaan air) (direkomendasikan)

    6.3; 6.6; 15.1

    10 Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional atau lokal. 11 Lihat catatan kaki 8 untuk definisi area restorasi. 12 Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional atau lokal. 13 Lihat catatan kaki 2 untuk definisi area yang ditetapkan dan dikelola untuk perlindungan jangka panjang.

  • 10

    1.3.2 Kualitas air

    Kualitas sumber daya air untuk digunakan manusia dan fungsi ekosistem

    Tergantung-Lanskap

    1.3.2.1 Total padatan tersuspensi di badan air utama (rata-rata mg/l) (wajib) 1.3.2.2 Kebutuhan oksigen biokimia & kebutuhan oksigen kimiawi (mg/l) atau nutrisi (nitrogen dan fosfor) (beban/volume) di badan air utama (wajib) 1.3.2.3 Keanekaragaman makroinvertebrata akuatik di badan air utama (Kelompok Kerja Pemantau Biologis atau indeks lain bila sesuai) (direkomendasikan) 1.3.2.4 Konsentrasi logam atau racun lainnya (beban/volume) di badan air utama (direkomendasikan)

    3.9; 14.1; 15.1

    1.3.3 Sumber dan penyerap gas rumah kaca (GHG) sektor pertanian, kehutanan & penggunaan lahan lainnya (AFOLU)

    (Sumber) emisi gas rumah kaca (GHG) & sekuestrasi (serapan) yang terkait dengan AFOLU

    Pilihan 1.3.3.1 Tingkat emisi bersih gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan (tCO2e14/tahun) dalam beberapa tahun terakhir (direkomendasikan) 1.3.3.2 Tingkat sekuestrasi karbon terestrial (di atas dan di bawah tanah) pada tanaman & tanah di pertanian, kehutanan & penggunaan lahan produksi lainnya & lahan restorasi (tCO2e/tahun) (direkomendasikan) 1.3.3.3 Tingkat emisi gas rumah kaca dari produksi pertanian & pengolahan primer15 (tCO2e/tahun) (direkomendasikan)

    13.2

    1.3.4 Kesehatan tanah

    Status kesehatan tanah termasuk kesuburan, erosi & karbon organik tanah (SOC)

    Pilihan 1.3.4.1 Tingkat rata-rata erosi tanah16 (t/ha/tahun)

    (direkomendasikan) 1.3.4.2. Rata-rata% SOC di sampel yang mewakili lokasi produksi di seluruh lanskap (direkomendasikan)

    12.4; 15.3

    1.3.5 Layanan ekosistem lainnya

    Status layanan ekosistem lainnya yang menarik bagi pengguna LandScale atau pelaku lanskap lainnya

    Pilihan 1.3.5.1 Metrik yang ditentukan oleh penilai LandScale (direkomendasikan)

    6.5; 11.4; 11.5;13.1;15.8; lainnya

    14 tCO2e adalah singkatan dari: ton (t) ekuivalen karbon dioksida (CO2) (e). 15 Mencakup emisi dari operasi pertanian di lanskap (misalnya, penggunaan pupuk, konsumsi energi, dan emisi metana ternak) tetapi bukan dari perubahan penggunaan lahan pertanian atau dari emisi “jejak” pakan ternak yang dihasilkan di luar lanskap. 16 Ini dapat dihitung dengan mencakup keseluruhan lanskap atau untuk jenis kepentingan penggunaan lahan tertentu, seperti pertanian.

  • 11

    Pilar 2: Kesejahteraan Manusia (Human Well-Being)

    Kesejahteraan manusia diartikan sebagai keadaan kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Pengelolaan lanskap berkelanjutan

    sangat penting untuk mencapai kesejahteraan manusia secara luas di semua populasi manusia di suatu area. Namun, di banyak

    lanskap, tingkat kemiskinan yang tinggi, kerawanan pangan, kesehatan yang buruk, dan penyakit sosial lainnya adalah hal yang biasa.

    Kondisi tersebut dapat disebabkan atau diperburuk oleh distribusi manfaat ekonomi yang tidak merata dari kegiatan penggunaan

    lahan. Misalnya, pekerja dan komunitas lokal sering kali hanya menikmati sedikit dari nilai kontribusi mereka (misalnya, tenaga kerja

    dan tanah), terutama di negara berkembang.

    Distribusi manfaat yang lebih baik dan pengelolaan lanskap berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Hal ini secara

    luas mencakup unsur-unsur standar hidup yang layak serta hak asasi manusia yang dimiliki oleh semua orang. Pilar ini mencakup

    unsur keberlanjutan yang terkait dengan pemajuan kesejahteraan manusia dengan meningkatkan taraf hidup dan penghormatan,

    perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia, terutama bagi kelompok rentan dan terpinggirkan.

    Tabel 2. Pilar kesejahteraan manusia

    Tujuan 2.1 Meningkatkan taraf hidup, terutama bagi kelompok rentan dan/atau terpinggirkan

    Semua orang memiliki kebutuhan dasar seperti makanan, air, perumahan, dan layanan dasar (misalnya, sanitasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan). Pemenuhan kebutuhan ini membantu memastikan bahwa individu dan rumah tangga dapat mempertahankan standar hidup yang layak. Namun, di banyak daerah dimana terdapat kemiskinan yang meluas dan kurangnya layanan sosial dan infrastruktur membatasi pemenuhan bahkan untuk kebutuhan yang paling dasar, yang mengakibatkan tingginya angka malnutrisi, penyakit, dan akibat negatif lainnya. Penyakit ini seringkali paling parah terjadi pada kelompok rentan dan terpinggirkan. Mengurangi kemiskinan adalah salah satu elemen terpenting untuk memastikan bahwa penduduk lanskap maju menuju standar hidup yang layak. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, tidak hanya tentng pendapatan tunai tetapi juga akses ke layanan penting dan elemen fundamental lainnya dari standar hidup yang layak. Untuk alasan ini, LandScale menggunakan pendekatan holistik untuk menilai kemiskinan dan standar hidup, yang didasarkan pada ukuran kemiskinan multidimensi yang diakui, termasuk dari Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI), United Nations Development Program (UNDP), Bank Dunia, dan sebagian besar Indeks Kemiskinan Multidimensi Nasional (MPI). Langkah-langkah ini menangani berbagai aspek kebutuhan esensial rumah tangga, termasuk kesehatan, gizi, pendidikan, infrastruktur dasar, air, sanitasi, dan kebersihan.

  • 12

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    2.1.1 Aset dan pendapatan rumah tangga

    Tingkat kemiskinan moneter(tergantung pada garis kemiskinan nasional) dan aset rumah tangga

    Inti 2.1.1.1 Persentase (%) penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan lokal (atau, jika tidak ditentukan, berpenghasilan

  • 13

    2.1.5.3 Persentase (%) rumah tangga yang menggunakan kotoran hewan, kayu, arang atau batu bara sebagai bahan bakar untuk memasak atau untuk memanaskan (wajib)

    2.1.6 Kerentanan

    Proporsi penduduk yang baru-baru ini mengalami guncangan atau kejahatan yang parah

    Pilihan 2.1.6.1 Persentase (%) rumah tangga yang pernah mengalami guncangan parah (yaitu kehilangan pendapatan atau harta benda yang signifikan) dalam 12 bulan terakhir karena bencana alam atau kejadian yang disebabkan oleh manusia (direkomendasikan) 2.1.6.2 Persentase (%) rumah tangga yang pernah menjadi korban kejahatan dalam 12 bulan terakhir (direkomendasikan)

    1.5

    Tujuan 2.2 Menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia

    Meskipun hak asasi manusia dianggap tidak dapat dicabut oleh siapapun, pelanggaran hak asasi manusia tersebar luas dan mencakup perbudakan modern, pekerja anak, diskriminasi, penganiayaan, dan praktik perburuhan tidak adil lainnya. Usaha penghapusan pekerja anak dan kerja paksa, dan mengurangi dampak buruk pada hak asasi dasar manusia lainnya, penting artinya untuk memajukan hak asasi manusia universal.

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    2.2.1 Pekerja anak

    Insiden pekerja anak yang relevan dengan aktivitas produksi yang diminati

    Tergantung-lanskap

    2.2.1.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib) 2.2.1.2 Perkiraan jumlah pekerja anak dalam kegiatan produksi yang diminati (direkomendasikan)

    8.7; 8.8

    2.2.2 Kerja paksa

    Insiden kerja paksa yang relevan dengan aktivitas produksi yang diminati

    Tergantung-lanskap

    2.2.2.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib) 2.2.2.2 Perkiraan jumlah pekerja paksa dalam kegiatan produksi yang diminati (direkomendasikan)

    8.7; 8.8

  • 14

    2.2.3 Hak-hak pekerja

    Penghormatan terhadap hak-hak pekerja lainnya termasuk kebebasan berserikat, pembatasan jam kerja, perlindungan dari diskriminasi, dan penyediaan lingkungan kerja yang aman

    Tergantung-lanskap

    2.2.3.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib)

    8.5; 8.6

    2.2.4 Hak asasi manusia lainnya

    Status hak asasi manusia lainnya yang berpotensi terkena dampak kegiatan produksi

    Tergantung-lanskap

    2.2.4.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung hak asasi manusia lainnya yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib)

    10.3; lainnya

    Pilar 3: Tata kelola

    Masyarakat mengatur untuk membuat dan melaksanakan keputusan melalui proses tata kelola. Tata kelola yang baik dalam konteks

    pengelolaan lanskap berkelanjutan mengacu pada pengambilan keputusan dan proses kelembagaan yang diperlukan untuk mencapai

    tujuan pembangunan sosial, lingkungan, dan ekonomi di tingkat lanskap. Ini memerlukan minimalisasi korupsi, termasuk partisipasi

    semua pemangku kepentingan (termasuk kelompok rentan dan terpinggirkan) dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat saat ini

    dan masa depan.

    Yang penting bagi lanskap penghasil komoditas adalah elemen tata kelola yang terkait dengan penggunaan lahan dan sumber daya.

    Di banyak daerah, hak atas tanah dan sumber daya serta hak milik kurang jelas, sehingga terjadi pelanggaran hak, terutama pada

    kelompok rentan dan terpinggirkan. Lebih lanjut, keputusan dan kegiatan penggunaan lahan seringkali tidak terkoordinasi di antara

    dan antara otoritas pemerintah yang relevan dan pemangku kepentingan yang terkena dampak, yang menyebabkan penggunaan dan

    pengelolaan sumber daya yang buruk serta penipisan sumber daya, degradasi, dan konflik.

    Pilar ini mencakup elemen keberlanjutan yang terkait dengan tata kelola yang baik. Ini mencakup penilaian kepemilikan lahan dan

    sumber daya dan proses untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan penggunaan lahan dan praktik-praktik manajemen.

  • 15

    Tabel 3. Pilar tata kelola

    Tujuan 3.1 Mengakui dan melindungi hak atas lahan dan sumber daya, dan mengurangi konflik terkait

    Hak untuk mengakses, menggunakan, dan mengelola tanah dan sumber daya sangat penting bagi masyarakat yang bergantung pada kegiatan penggunaan lahan untuk mata pencaharian mereka. Namun, di banyak wilayah, kepemilikan lahan dan sumber daya kurang jelas, berkontribusi pada penipisan dan degradasi sumber daya, dan, dalam beberapa kasus, perampasan tanah dan sumber daya masyarakat adat dan masyarakat lokal, terkadang melalui kekerasan.

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    3.1.1 Kepemilikan lahan

    Sejauh mana hak untuk mengakses & menggunakan lahan jelas dan terjamin

    Inti 3.1.1.1 Persentase (%) lanskap dengan hak penguasaan lahan formal (wajib) 3.1.1.2 Metrik ditetapkan-penilai untuk dimensi gender dari hak kepemilikan lahan (direkomendasikan)

    1.4

    3.1.2 Konflik lahan

    Insiden konflik terkait lahan dan sumber daya yang belum terselesaikan

    Inti 3.1.2.1 Jumlah konflik atau keluhan lahan dan sumber daya yang belum terselesaikan, dan luas lahan (ha) yang terkena konflik tersebut (wajib) 3.1.2.2 Jumlah orang (misalnya, pembela lingkungan dan hak asasi manusia) yang menjadi korban kekerasan atau menerima ancaman kekerasan sebagai akibat dari konflik atas tanah & sumber daya (wajib)

    16.3

    3.1.3 Kepemilikan sumber daya

    Sejauh mana hak untuk mengakses & menggunakan sumber daya alam jelas & terjamin

    Pilihan 3.1.3.1 Metrik ditetapkan-penilai tentang akses & hak guna sumber daya alam utama di lanskap (direkomendasikan)

    1.4

  • 16

    Tujuan 3.2 Mendorong transparansi, partisipasi, inklusi, dan koordinasi dalam kebijakan, perencanaan, dan pengelolaan tata guna lahan

    Penggunaan lahan yang tidak direncanakan atau ilegal dapat mengakibatkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan yang timbul dari kebijakan yang saling bertentangan, tindakan atau kelambanan pemerintah, dan sengketa lahan dan sumber daya. Jika dilakukan dengan baik, perencanaan tata guna lahan dapat membantu memastikan bahwa pemangku kepentingan yang terkena dampak menyetujui kegiatan pengelolaan dan pemerintah mengadopsi rencana, kebijakan dan peraturan pendukung. Perencanaan tata guna lahan yang efektif lebih mungkin terjadi bila ada koordinasi yang kuat antara badan-badan pemerintah dan proses perencanaan tata guna lahan partisipatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan dan sesuai dengan pengetahuan tradisional.

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    3.2.1 Adopsi rencana penggunaan lahan & penegakan

    Status tata guna lahan atau rencana zonasi, dengan menghormati kesepakatan para pemangku kepentingan,adopsi & penegakan formal

    Inti 3.2.1.1 Kualitas dan status tata guna lahan dan/atau rencana zonasi (berdasarkan indikator Alat Pemeringkat Bentang Alam Berkelanjutan [SLRT] 1.1.1, 1.1.2 dan 1.1.3)17 (wajib) 3.2.1.2 Persentase (%) lanskap yang dicakup oleh tata guna lahan atau rencana zonasi yang secara resmi diadopsi dan dapat dilaksanakan (wajib) 3.2.1.3 Jumlah (ha) & persentase (%) lanskap yang tercakup dalam rencana tata guna lahan yang tumpang tindih dan bersaing (direkomendasikan) 3.2.1.4 Jumlah (ha) & persentase (%) lanskap dengan perubahan penggunaan lahan baru-baru ini yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan (direkomendasikan)

    11.b; 15.9

    17 The Sustainable Landscapes Rating Tool (SLRT) is available here.

    https://www.climate-standards.org/sustainable-landscapes-rating-tool/#:~:text=The%20Sustainable%20Landscapes%20Rating%20Tool,governance%20that%20enable%20sustainable%20landscapes.

  • 17

    3.2.2 Koordinasi instansi pemerintah dalam kebijakan penggunaan, perencanaan & pengelolaan lahan

    Tingkat koordinasi antar lembaga pemerintah dalam kebijakan penggunaan, perencanaan dan manajemen di seluruh tingkat pemerintahan di sektor terkait

    Inti 3.2.2.1 Kualitas dan status koordinasi pemerintah pada kebijakan tata guna, perencanaan, dan pengelolaan lahan lintas sektor (berdasarkan indikator SLRT 4.1.1, 4.1.2 dan 4.1.3) (wajib)

    15.9

    3.2.3 Partisipasi pemangku kepentingan dan inklusi dalam kebijakan penggunaan, perencanaan, dan pengelolaan lahan

    Status partisipasi dan inklusi dalamperencanaan penggunaan lahan tingkat lanskap dan tata kelola para pemangku kepentingan yang terlibat atau terdampak oleh kegiatan produksi

    Inti 3.2.3.1 Kualitas dan status partisipasi pemangku kepentingan dan inklusi dalam kebijakan tata guna , perencanaan, dan pengelolaan lahan (berdasarkan indikator SLRT 4.3.1, 4.3.2, 4.3.3, 4.3.4 dan 4.3.5) (wajib)

    15.6

    3.2.4 Ilegalitas dan korupsi terkait dengan lahan dan sumber daya

    Tingkat ilegalitasdan korupsi dalam alokasi hak, pengelolaan dan penggunaan lahan dan sumber daya alam

    Tergantung-lanskap

    3.2.4.1 Persepsi tingkat korupsi18 terkait dengan alokasi dan penggunaan lahan dan sumber daya (wajib) 3.2.4.2 Insiden ilegalitas terkait dengan penggunaan dan pengelolaan lahan dan sumber daya (wajib)

    16.5

    18 Menggunakan metodologi yang kredibel, sebagaimana ditentukan lebih lanjut dalam pedoman penilaian.

  • 18

    Pilar 4: Produksi

    Untuk memenuhi permintaan terhadap komoditas budidaya (seperti tanaman pangan, ternak, dan serat) dimana lahan produktif, air,

    dan input lainnya persediaannya terbatas, maka lanskap dan produsen terkait harus meningkatkan produktivitas dan efisiensi

    penggunaan sumber daya dari sistem produksi ini. Melakukan hal tersebut adalah penting untuk mengurangi kebutuhan pembukaan

    lahan baru untuk penanaman (yang berkontribusi pada deforestasi dan konversi), untuk memelihara layanan ekosistem, dan untuk

    meningkatkan keberlanjutan ekonomi sistem produksi.

    Pilar ini mencakup elemen keberlanjutan yang terkait dengan peningkatan sistem produksi yang berkelanjutan dan regeneratif

    komoditas budidaya, khususnya di bidang pertanian, wanatani, dan perkebunan hutan. Pilar ini tidak membahas produksi sumber

    daya yang tidak dapat diperbarui (misalnya mineral), juga tidak membahas sistem produksi yang melibatkan ekstraksi dari ekosistem

    alam, seperti pengelolaan dan pemanenan hutan alam untuk kayu atau badan air untuk ikan. Untuk sistem produksi seperti itu, ukuran

    produktivitas dan efisiensi penggunaan input yang relevan dengan sistem budidaya umumnya tidak berlaku dan diperlukan rangkaian

    indikator keberlanjutan yang berbeda. Jika ada permintaan pengguna untuk memasukkan langkah-langkah produksi untuk sektor-

    sektor tersebut di masa depan, LandScale akan berupaya untuk memasukkan indikator produksi yang sesuai untuk sektor-sektor

    tersebut ke dalam kerangka penilaian dari waktu ke waktu, dengan berkonsultasi dengan organisasi-organisasi yang diakui yang

    berfokus pada keberlanjutan sektor-sektor tersebut.

    Perhatikan bahwa pilar ini hanya membahas praktik produksi, produktivitas, dan efisiensi penggunaan input oleh komoditas budidaya.

    Dampak lingkungan dan sosial dari budidaya semacam itu - berikut dampak lingkungan dan sosial dari sektor produksi lainnya -

    masing-masing dibahas dalam pilar 1 dan 2. Misalnya, efek produksi pangan, ekstraksi mineral, dan aktivitas penebangan kayu

    terhadap kualitas air akan tercakup oleh indikator tergantung-lanskap1.3.2 tentang kualitas air.

    Tabel 4. Pilar produksi

    Tujuan 4.1 Mendorong sistem pertanian regeneratif, wanatani, dan produksi pohon

    Di banyak lanskap, sistem produksi yang ada mengakibatkan degradasi sumber daya alam seperti lahan subur, tanah, dan air. Hasil panen seringkali tidak optimal untuk wilayah tersebut, yang mengakibatkan pendapatan petani rendah, terutama bagi petani kecil yang tidak memiliki akses ke input, peralatan dan teknologi yang tepat. Pada skala yang lebih luas, kesenjangan hasil juga dapat meningkatkan tekanan untuk mengkonversi lahan tambahan untuk memenuhi permintaan konsumen. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya secara bersamaan, sambil menghindari penggunaan input eksternal yang tidak berkelanjutan, merupakan kunci untuk memenuhi permintaan global akan barang dari lahan produksi yang ada.

  • 19

    Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

    4.1.1 Produktifitas pertanian, wanatani & perkebunan pohon

    Produktivitas pertanian (tanaman & ternak), wanatani & sistem produksi pohon untuk sistem produksi utama di lanskap

    Tergantung-lanskap

    4.1.1.1 Produktivitas rata-rata tanaman (yield/ha) berdasarkan jenis tanaman (wajib) 4.1.1.2 Produktivitas rata-rata hewan yang dipelihara di padang rumput (unit ternak/ha atau produksi daging atau susu/ha) berdasarkan jenis hewan (wajib) 4.1.1.3 Produktivitas rata-rata hutan tanaman (volume kayu /ha) berdasarkan jenis hutan tanaman (wajib)

    2.3

    4.1.2 Efisiensi penggunaan input dalam sistem pertanian, wanatani & produksi pohon

    Efisiensi penggunaan input dalam sistem pertanian, wanatani & produksi pohon untuk sistem produksi utama di lanskap

    Tergantung-lanskap

    4.1.2.1 Efisiensi penggunaan pupuk (jumlah produk yang diproduksi per unit penggunaan nitrogen, fosfor, dan / atau kalium [NPK]) (wajib) 4.1.2.2 Efisiensi penggunaan air (jumlah produk yang diproduksi per unit penggunaan air) (wajib)

    2.4; 6.4; 12.3; 12.4

    4.1.3 Adopsi praktik-praktik pengelolaan lahan berkelanjutan

    Adopsi praktik-praktik pengelolaan lahan berkelanjutan (SLM) dalam operasi pertanian & perkebunan hutan untuk sistem produksi utama di lanskap

    Pilihan 4.1.3.1 Luas lahan (ha) untuk produksi tanaman utama, peternakan dan / atau produksi hutan tanaman yang memanfaatkan Pengendalian Hama Terpadu dan persentase (%) dari total areal produksi yang diwakilinya (direkomendasikan) 4.1.3.2 Luas lahan (ha) dengan praktik SLM spesifik lainnya yang sesuai dengan sistem tanaman, peternakan, dan / atau hutan tanaman dalam lanskap & persentase (%) dari total area produksi yang diwakili (dipisahkan menurut praktik SLM dan sistem produksi) (direkomendasikan) 4.1.3.3 Metrik ditetapkan-penilai tentang risiko lingkungan dan kesehatan dari penggunaan pestisida (direkomendasikan) 4.1.3.4 Luas dan persentase kebakaran di ekosistem alami akibat pengelolaan lahan pertanian (ha dan% dari lanskap yang terbakar / tahun) (direkomendasikan)

    2.4

  • 20

    4.1.4 Adopsi praktik-prkatik pengelolaan limbah berkelanjutan

    Adopsi praktik-praktik pengelolaan limbah berkelanjutan untuk limbah padat & air limbah pertanian

    Pilihan 4.1.4.1 Metrik ditentukan-penilai tentang penerapan praktik pengelolaan limbah berkelanjutan untuk limbah padat dan air limbah pertanian (direkomendasikan)

    6.3; 12.4;

    12.5

  • 21

    Tentang LandScale

    Rainforest Alliance, Verra, dan Conservation International mengembangkan LandScale dengan dukungan dari koalisi mitra yang terus

    bertambah. Hingga saat ini, para mitra termasuk the Climate, Community & Biodiversity Alliance, EcoAgriculture Partners, the

    International Union for Conservation of Nature (IUCN), the Nature Conservation Research Centre (NCRC), Proforest, dan Solidaridad.

    Sebuah kelompok penasihat, yang mewakili ahli di bidangnya dan calon pengguna LandScale, memberikan masukan dan panduan

    strategis dalam pengembangan inisiatif LandScale untuk membantu memastikan adanya kontribusi yang signifikan untuk mendorong

    perbaikan dalam keberlanjutan lanskap. Inisiatif global ini didukung oleh the International Climate Initiative (IKI) of the German

    Federal Ministry of the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) dan the BHP Foundation’s Environmental

    Resilience Global Signature Program. Kunjungi www.landscale.org untuk mempelajari lebih lanjut.

    http://www.landscale.org/

    LANDSCALE V0.2 COVERS.pdfAssessment Framework_V0.2_Oct2020_IND.pdf