kerangka pengelolaan lingkungan dan sosial...a. latar belakang program acgf green recovery ..... 4...

22
Diperbarui: 11 November 2020 CATATAN: Dokumen ini didukung dokumen-dokumen terkait sebagai berikut: Dokumen Terkait 1 ‘ADB Safeguards Policy Statement (2009)’ Dokumen Terkait 2 ‘ADB templates for categorization and monitoring’ Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ASEAN Catalytic Green Finance Facility - Green Recovery Program (ACGF GRP)

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

Diperbarui: 11 November 2020

CATATAN: Dokumen ini didukung dokumen-dokumen terkait sebagai berikut:

• Dokumen Terkait 1 ‘ADB Safeguards Policy Statement (2009)’ • Dokumen Terkait 2 ‘ADB templates for categorization and monitoring’

Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ASEAN Catalytic Green Finance Facility - Green Recovery Program (ACGF GRP)

Page 2: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

2

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

Singkatan

ACGF ASEAN Catalytic Green Finance Facility

ADB Asian Development Bank

AIF ASEAN Infrastructure Fund

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

CAP Corrective Action Plan

EIA Environmental Impact Assessment

EIB European Investment Bank

EHS Environmental, health and safety

EMP Environmental management plan

E&S/ES Environmental and Social

ESMF Environmental and Social Management Framework

FI Financial Intermediary

GCF Green Climate Fund

GRM Grievance redress mechanism

IEE Initial environmental examination

IFC International Finance Corporation

IP Indigenous Peoples

IPP Indigenous Peoples Plan

IR Involuntary Resettlement

PAP Project Affected People

PIAL Prohibited investment activity list

PSs Performance Standards

REA Rapid Environmental Assessment

RP Resettlement Plan

SIA Social Impact Assessment

SPS Safeguard Policy Statement

TNA Training Needs Assessment

Page 3: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

3

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery .............................................................................................................................. 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF GRP......................................................................................................................................................... 6 C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ACGF GRP ....................................................... 7

II. KERANGKA KERJA MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN SOSIAL UNTUK ACGF .................................................................. 10

A. Tujuan ESMF ............................................................................................................................................................................... 10 B. Prosedur Pengamanan................................................................................................................................................................. 11 C. Perlindungan Uji Tuntas............................................................................................................................................................... 15 D. Keterbukaan Informasi, Konsultasi dan Partisipasi ........................................................................................................................ 17 E. Pemantauan dan Pelaporan Kepatuhan ....................................................................................................................................... 19 F. Mekanisme Penanganan Keluhan ................................................................................................................................................ 20 G. Mekanisme Akuntabilitas............................................................................................................................................................. 20 H. Pengaturan Penerapan ................................................................................................................................................................ 20

LAMPIRAN 1. RANCANGAN DAN DAFTAR PERIKSA ADB UNTUK KATEGORISASI, TUNTUTAN DAN PEMANTAUAN .. 22

Page 4: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

4

I. PENDAHULUAN 1. Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF) untuk ASEAN Catalytic Green Finance Facility Green

Recovery Program (ACGF GRP) telah dikembangkan untuk memastikan bahwa risiko dan dampak sosial dan dampak

lingkungan dari seluruh proyek di bawah program ini akan diminimalisir dan dimitigasi ke level yang dapat diterima.

ESMF menetapkan prinsip, aturan, prosedur, dan pedoman untuk melakukan uji tuntas lingkungan dan sosial dari

proyek ACGF GRP yang potensial. Seluruh proyek ACGF GRP akan tunduk pada kebijakan dan persyaratan upaya

perlindungan ADB sebagaimana diuraikan dalam Pernyataan Kebijakan Perlindungan ADB (SPS)1. Jika kebijakan

perlindungan ADB diubah selama program berlangsung, persyaratan perlindungan ADB yang diterapkan pada saat

persiapan proyek akan berlaku.

2. SPS ADB bertujuan untuk membantu anggota yang merupakan negara berkembang (DMC) untuk mengatasi

risiko lingkungan dan sosial dalam proyek pembangunan, meminimalkan dan mengurangi, jika tidak menghindari,

dampak proyek yang merugikan manusia dan lingkungan. Disetujui oleh Dewan Direksi ADB pada Juli 2009, SPS ADB

didasarkan pada tiga kebijakan perlindungan sebelumnya tentang lingkungan, pemukiman kembali secara tidak

sukarela, dan Masyarakat Adat, dan memasukkannya ke dalam kerangka kebijakan terkonsolidasi yang

meningkatkan efektivitas dan relevansi. Dalam pelaksanaan SPS, ADB bekerja sama dengan peminjam untuk

mempraktikkan prinsip dan persyaratan kebijakan melalui tinjauan dan pengawasan proyek, serta dukungan

pengembangan kapasitas. SPS juga menyediakan platform dalam desain dan pelaksaan proyek untuk partisipasi

masyarakat yang terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya.

3. SPS ADB melibatkan proses terstruktur dari penyaringan dampak, penilaian, perencanaan, dan mitigasi untuk

mengatasi dampak merugikan dari proyek-proyek selama siklus proyek. Kebijakan upaya perlindungan

mengharuskan (i) dampak diidentifikasi dan dinilai pada awal siklus proyek; (ii) rencana untuk menghindari,

meminimalkan, mengurangi, atau memberi kompensasi atas potensi dampak merugikan tersebut dikembangkan

dan dilaksanakan; dan (iii) masyarakat yang terkena dampak diinformasikan dan dikonsultasikan selama persiapan

dan pelaksanaan proyek.

Latar Belakang Program ACGF Green Recovery 4. Program ASEAN Catalytic Green Finance Facility Green Recovery (ACGF GRP) adalah platform inovatif, multi-

instrumen, milik negara yang dirancang untuk meningkatkan investasi rendah emisi sebagai bagian dari stimulus

ekonomi COVID-19. Dengan berinvestasi dalam infrastruktur hijau2, yaitu yang rendah emisi serta ramah lingkungan

dan secara khusus menargetkan pemulihan pasca-COVID-19, program ini akan membantu negara-negara

menghindari lonjakan emisi dan degradasi lingkungan, sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan

menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan.

5. Program ini akan menggunakan pembiayaan GCF untuk memanfaatkan sumber daya dari ADB, ASEAN

Infrastructure Fund, mitra pembiayaan bersama lainnya, dan pemerintah. Investasi program ini akan

mendemonstrasikan tindakan praktis untuk pemulihan hijau dengan mengintegrasikan standar internasional untuk

1 ADB. 2009. Pernyataan Terkait Kebijakan Keamanan. Manila 2 Green infrastructure, Infrastuktur Hijau, untuk keperluan ACGF Green Recovery Program, didefinisikan sebagai infrastruktur yang memiliki

dukungan bagi iklim sekaligus berkontribusi pada pemikiran berwawasan lingkungan lain, misalnya menekan angka polusi, mendukung penghematan energi dan mendukung management pengelolaan sumber alam.

Page 5: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

5

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

dampak iklim, sehingga membuka jalan bagi pengembangan jaringan proyek rendah karbon jangka panjang,

menciptakan landasan bagi perubahan paradigma yang luas di Asia Tenggara.

6. ACGF-GRP disusun sebagai dana bergulir yang akan menggunakan GCF melalui dua putaran investasi. Program

ini akan memanfaatkan pendanaan GCF sebesar USD 350 juta (USD 320 juta berupa pinjaman + USD 30 juta dalam

bentuk hibah bantuan teknis) untuk melengkapi sumber daya ACGF guna mendukung proyek-proyek infrastruktur

ramah lingkungan pasca-COVID-19, proyek dengan dampak iklim yang besar dan proyek yang menciptakan lapangan

kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

7. ACGF GRP akan mencakup tiga komponen :

Komponen 1: Menurunkan risiko dana untuk proyek rendah emisi

8. Pinjaman GCF akan melengkapi pembiayaan ACGF dan ADB, serta pembiayaan dari mitra pembangunan lainnya

(yang sesuai), untuk mengurangi risiko dana guna meningkatkan kemampuan proyek infrastruktur ramah lingkungan

rendah emisi untuk memenuhi persyaratan perbankan. Program ini akan mendukung pinjaman untuk 23 proyek

rendah emisi yang berdaulat antara 2021 dan 2050, dengan setiap proyek memenuhi kriteria khusus terkait dampak

iklim, kemampuan memenuhi persyaratan perbankan, mobilisasi swasta dan penciptaan lapangan kerja ramah

lingkungan.

9. Proyek-proyek di bawah program ini akan dipilih dari jalur proyek ADB di setiap negara, tunduk pada

pemeriksaan kriteria kelayakan ACGF, dan konsultasi dengan pemerintah, serta tim sektor dan negara ADB.

Komponen 2: Pengembangan model dan struktur pembiayaan iklim yang inovatif

10. Pembiayaan GCF (hibah bantuan teknis) akan mendukung, mendemonstrasikan dan meningkatkan instrumen

dan struktur pembiayaan yang inovatif, dengan fokus pada : a) obligasi ramah lingkungan dan berkelanjutan; b)

model hibrida kerjasama pemerintah dan swasta untuk energi terbarukan dan kota berkelanjutan; dan c)

mekanisme pembiayaan pemulihan lingkungan yang inovatif.

Komponen 3: Dukungan kebijakan, pengetahuan dan pengembangan kapasitas

11. Pembiayaan GCF (hibah bantuan teknis) juga akan digunakan untuk membantu membangun kesadaran,

pengetahuan, dan dialog kebijakan lebih lanjut tentang keuangan berwawasan lingkungan di negara-negara ASEAN,

dengan tujuan khusus untuk mendukung peningkatan transaksi dan meningkatkan kapasitas untuk mengidentifikasi,

menyusun, dan melaksanakan peluang proyek rendah karbon dengan lebih baik. Selain mengembangkan strategi

keuangan berwawasan lingkungan dan melaksanakan event pengetahuan, pelatihan bertarget tentang keuangan

inovatif akan dilakukan melalui program '6 Champion' ACGF.

12. Pengembangan kapasitas di bawah komponen ini juga akan mendukung implementasi pengamanan yang

efektif melalui pelatihan yang ditargetkan bagi staf sponsor proyek untuk membangun kesadaran akan persyaratan

pengamanan (lingkungan dan sosial) ADB dan GCF, dan untuk meningkatkan keterampilan, kapasitas dan

pengetahuan tentang pemantauan dan pelaksanaan rencana pengelolaan yang terkait dengan lingkungan,

pemukiman kembali dan masyarakat adat.

Pengaturan Implementasi

13. Program ini akan dikelola oleh ADB sebagai Entitas Terakreditasi GCF dan sebagai Entitas Pelaksana

(sebagaimana didefinisikan oleh GCF). ADB akan bertanggung jawab untuk memberikan pinjaman dan dana bantuan

teknis dari GCF di bawah ACGF GRP. Dana GRP akan disediakan bersama dengan dana ADB untuk proyek-proyek

yang termasuk dalam ADB Country Partnership Strategies dan ADB Country Operations Business Plans. ADB akan

Page 6: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

6

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

mengelola dan mengawasi tim khusus ACGF Project Structuring Team, yang dikelola oleh para ahli yang bekerja

secara penuh (full time) dan yang tidak tetap (intermittent), untuk menjalankan program ini.

14. Program tersebut akan dihubungkan dengan ACGF, suatu fasilitas di bawah ASEAN Infrastructure Fund yang

dimiliki oleh negara-negara ASEAN dan ADB. ACGF diluncurkan pada 4 April 2019 di Chiang Rai, Thailand oleh para

menteri keuangan ASEAN di sela-sela ASEAN Finance Ministers Meeting.

Kategorisasi Risiko ACGF GRP

Risiko lingkungan dan sosial yang dapat terjadi dari sub proyek di bawah ACGF GRP

15. Sektor prioritas untuk program ini termasuk :

• Sistem energi terbarukan, efisiensi energi dalam industri dan bangunan, efisiensi energi dalam transportasi, penyimpanan energi dan transmisi untuk mendukung peningkatan integrasi terbarukan ke dalam jaringan listrik

• Sistem transportasi perkotaan rendah karbon, (light rail, metro rail, bus rapid transit), peralihan moda dan pengembangan kereta api antar kota, sistem transportasi umum, sistem transportasi aktif (termasuk bersepeda dan berjalan kaki), infrastruktur kendaraan listrik

• Proyek pertanian dan sumber daya alam berkelanjutan (termasuk elemen infrastruktur), misalnya reboisasi dan pengelolaan bakau berkelanjutan, pengembangan rantai nilai yang rendah karbon, perikanan

dan kesehatan laut yang berkelanjutan

• Proyek perkotaan multisektor hijau termasuk pasokan air dan pengolahan air limbah yang tahan terhadap perubahan iklim dan hemat energi, sanitasi, sistem pengelolaan limbah, pengendalian dan pengurangan

polusi

16. Meskipun risiko lingkungan dan sosial bersifat spesifik untuk setiap negara dan konteks, secara umum, proyek

di sektor prioritas di bawah program ini dapat menyebabkan sejumlah risiko yang harus diminimalkan dan dimitigasi

melalui ACGF GRP ESMF. Rangkuman mengenai hal ini tercantum pada Tabel 1.

Table 1. Risiko lingkungan dan sosial yang diantisipasi dalam proyek sektor prioritas

Sektor Prioritas

Contoh Risiko yang diantisipasi dalam Proyek

Kemungkinan Kategori Risiko ADB*

Lingkungan Sosial Pemukiman Kembali secara

tidak sukarela (IR) Pemukiman Kembali secara tidak sukarela

(IR)

Sistem Energi Terbarukan

Pembebasan lahan (terutama untuk lokasi proyek, area transmisi dan penyimpanan energi)

Limbah berbahaya (bahan peledak dan efluen) dan emisi, kebisingan selama konstruksi

Emisi Gas Rumah Kaca Pengelolaan material buangan dan material yang diperbarui Kebisingan dan shadow-effect

Masalah terkait perburuhan Lalu lintas, keselamatan, dan keamanan periode konstruksi

Pengelolaan banjir dan air badai lokal

Pembebasan lahan dapat memicu pengusiran secara fisik dan penurunan secara

ekonomi. Pemukiman kembali secara sementara juga mungkin terjadi

Penerimaan lingkungan dan bisnis (oposisi publik) Keterjangkauan sistem energi baru

Dampak masuknya pekerja / buruh Penerimaan visual

Bisa berisiko jika ada masyarakat adat (misalkan kota

Manila memiliki beberapa wilayah yang dihuni oleh

masyarakat adat, dan daerah kantong leluhur), maka diterapkan jaminan

proses untuk mendukung komunitas lebih luas.

A, B dan C

Page 7: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

7

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

Kurangnya infrastruktur pendukung

Transportasi Perkotaan

Rendah Karbon

Pembebasan lahan Limbah berbahaya (bahan peledak dan

efluen), emisi, kebisingan, debu dan polusi. Material Buangan Risiko perubahan sementara pada rute

(kendaraan lalu lintas) dan transportasi kendaraan konstruksi Tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan (periode konstruksi)

Kurangnya infrastruktur pendukung

Pemukiman kembali (sementara dan permanen)

Mata pencaharian Perubahan rute sementara Keterjangkauan transportasi

baru (untuk kelompok yang rentan dan kelompok muda) Pengelolaan banjir lokal dan air badai yang mempengaruhi

mata pencaharian Dampak masuknya pekerja / buruh

Masyarakat adat mungkin terpengaruh

di kota-kota tertentu (misalnya Filipina, Myanmar, Vietnam)

A, B dan C

Pertanian Berkelanjutan dan Sumber

Daya Alam

Pembebasan lahan Keanekaragaman Hayati Ekologi Perairan Polusi Pesisir

Eksploitasi sumber daya secara ilegal

Perubahan penggunaan lahan dan mata pencaharian Kemungkinan pemukiman kembali jika ada pengelolaan

hutan Perubahan mata pencaharian (karena adanya akses ke

vegetasi pantai dan perikanan) Kelompok Rentan

Masyarakat adat, daerah leluhur Diterapkan jaminan

proses untuk mendukung komunitas lebih luas.

A (kemungkinan besar untuk

lingkungan), B dan C

Perkotaan Multisektor

Ramah Lingkungan

Pembebasan lahan (termasuk lokasi pertanian atau padang rumput / hutan)

Limbah berbahaya dan beracun. Bau udara dan sampah Kualitas air dan habitat / ekologi

Emisi Gas Rumah Kaca Pengelolaan polusi dan bahan residu Manajemen lalu lintas kendaraan

(transportasi limbah dan konstruksi terkait) Tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan

Penggunaan dan Pembebasan lahan.

Pemukiman Kembali Keamanan selama konstruksi Kesehatan dan keluaran /

limbah Perubahan akses sumber daya air sementara.

Dampak masuknya pekerja / buruh Penerimaan lingkungan dan

bisnis (oposisi publik) Gangguan visual

Masyarakat adat mungkin terpengaruh

di kota-kota tertentu Diterapkan jaminan

proses untuk mendukung komunitas lebih luas.

A, B dan C

*lihat penghentian pemukiman kembali antara kategori A dan B di Tabel 2, sesuai dengan SPS ADB (2009).

Kategorisasi Risiko di bawah kerangka GCF

17. GRP ACGF dikategorikan sebagai I-1 di bawah kategorisasi risiko lingkungan dan sosial GCF. Di bawah program

tersebut, ADB akan memberikan pinjaman dan bantuan teknis dari dana GCF bersama dengan dana ADB. Karena program ini berfokus pada infrastruktur rendah emisi dan memiliki umur panjang 30 tahun, sub proyek

yang diklasifikasikan dalam semua kategori upaya perlindungan ADB (A, B dan C) kemungkinan besar akan dibiayai selama program berlangsung. Portofolio sub proyek program di masa mendatang dapat mencakup paparan kepada kegiatan dengan 'potensi risiko dan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan secara

signifikan yang, secara individu maupun kumulatif, beragam, tidak dapat diubah, atau belum pernah terjadi sebelumnya' seperti yang didefinisikan oleh GCF.

Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ACGF GRP

18. Untuk mengidentifikasi dan secara efektif menangani potensi dampak dari proyek-proyek yang didanai

menggunakan dana GCF (melalui ACGF GRP), Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF) telah dirumuskan

sesuai dengan SPS ADB. Setiap proyek pada awalnya akan ditinjau untuk manfaat teknis dan finansial sebelum

Page 8: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

8

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

tunduk pada pemeriksaan, tinjauan dan penilaian pengamanan yang sejalan dengan ESMF ini. Sistem ini akan

berlaku untuk setiap proyek yang menggunakan dana GCF (melalui ACGF GRP).

19. ESMF menyajikan peran, tanggung jawab, dan prosedur yang ada untuk menghindari, meminimalkan, dan

mengurangi segala :

a) dampak dan / atau risiko yang merugikan terhadap lingkungan; b) dampak dan risiko yang merugikan dari pemukiman kembali secara tidak sukarela; dan

c) dampak yang merugikan terhadap masyarakat adat3 dan komunitas mereka yang mungkin timbul dari pelaksanaan proyek dan sub proyek.

yang bersifat langsung, tidak langsung, yang dipicu dan yang bersifat kumulatif.

20. Semua proyek di bawah ACGF GRP akan dibiayai bersama dan diproses oleh ADB, dan harus memenuhi tujuan

dan persyaratan SPS ADB. Selain itu, dan sebagaimana diwajibkan sesuai SPS ADB, ADB akan menerapkan Pedoman

Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan (EHS) IFC untuk memastikan adanya langkah-langkah yang memadai

dalam proyek.4

21. Sesuai SPS ADB, ADB tidak akan mendanai proyek yang tidak sesuai dengan pernyataan kebijakan

perlindungannya, juga tidak akan mendanai proyek yang tidak mematuhi undang-undang dan peraturan sosial dan

lingkungan negara tuan rumah, termasuk undang-undang yang menerapkan kewajiban negara tuan rumah menurut

hukum internasional. Selain itu, ADB tidak akan mendanai aktivitas yang termasuk dalam daftar aktivitas investasi

yang dilarang (SPS Lampiran 5). Semua kategori upaya perlindungan ADB (A, B, dan C) dari proyek akan

dipertimbangkan dan persyaratan upaya perlindungan ADB akan berlaku untuk menghindari, meminimalkan,

memitigasi, dan memberikan kompensasi terhadap potensi risiko dan dampak.

22. Dalam pelaksanaan ESMF dan SPS ADB ini, ADB akan bekerja dengan pemerintah peminjam untuk memastikan

bahwa semua proyek ACGF GRP potensial akan:

i. diperiksa, dikategorikan, dan dinilai secara tepat dalam kaitannya dengan dampak dan risikonya terhadap lingkungan dan sosial sejalan dengan SPS ADB dan tindakan yang disepakati, jika ada, diidentifikasi untuk

memenuhi kesenjangan. ii. ditinjau dan dievaluasi terhadap kebijakan, undang-undang, peraturan dan standar nasional tentang

lingkungan, kesehatan, keselamatan; pemukiman kembali secara tidak sukarela dan pembebasan tanah;

masyarakat adat dan sumber daya budaya fisik; dan konsultasi publik yang bermakna; iii. menangani masalah gender dan pembangunan, termasuk melalui konsultasi yang bermakna jika relevan

(termasuk perempuan dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung dan rentan); iv. menetapkan mekanisme penanganan keluhan (GRM) untuk menerima dan memfasilitasi penyelesaian

masalah dan keluhan masyarakat yang terkena dampak terkait kinerja perlindungan lingkungan dan sosial

proyek; v. masuk dalam kontrak dengan kontraktor pekerjaan sipil, sub kontraktor dan penyedia barang dan jasa

lainnya untuk mempekerjakan tenaga kerja lokal jika memungkinkan, dan untuk memastikan kepatuhan

terhadap persyaratan perlindungan sosial ADB dan standar ketenagakerjaan inti internasional, sebagaimana didefinisikan dalam ADB’s Core Labor Standards Handbook.5

3 Perlu dicatat bahwa beberapa negara menggunakan terminologi berbeda untuk menyebutkan masyarakat adat. 4 International Finance Corporation. Pedoman tentang Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan. www.ifc.org/ehsguidelinestr 5 ADB, ILO. 2006. Core Labor Standards Handbook. Manila.

Page 9: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

9

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

23. Standar sementara ESS yang saat ini diterapkan oleh GCF adalah Standar Kinerja Lingkungan dan Sosial

Korporasi Keuangan Internasional (IFC). Sebagai entitas terakreditasi dari GCF, SPS dan prosedur ADB di tingkat

kelembagaan selaras dengan standar ESS GCF.

Page 10: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

10

II. KERANGKA KERJA MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN SOSIAL UNTUK ACGF

Tujuan ESMF

24. Pernyataan Kebijakan Perlindungan (SPS) ADB bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan hasil proyek dengan melindungi lingkungan dan masyarakat dari potensi dampak proyek yang merugikan. SPS menetapkan tujuan kebijakan, ruang lingkup, pemicu, dan prinsip untuk tiga bidang perlindungan utama: perlindungan

lingkungan (11 prinsip kebijakan), perlindungan pemukiman kembali secara tidak sukarela (12 prinsip kebijakan), dan (iii) masyarakat adat (9 prinsip kebijakan).

25. Tujuan pengamanan ADB6 adalah untuk :

• menghindari dampak merugikan dari proyek terhadap lingkungan dan orang yang terkena dampak, jika

memungkinkan;

• meminimalkan, mengurangi, dan / atau memberi kompensasi untuk dampak proyek yang merugikan

terhadap lingkungan dan orang yang terkena dampak ketika penghindaran tidak memungkinkan; dan

• membantu peminjam / klien untuk memperkuat sistem perlindungan mereka dan mengembangkan

kapasitas untuk mengelola risiko lingkungan dan sosial.

26. Berdasarkan hal ini, tujuan ESMF ini adalah untuk :

• menghindari potensi dampak lingkungan dan sosial yang bersifat langsung, tidak langsung, dan kumulatif

dan / atau risiko dari proyek yang didukungnya;

• meminimalkan atau mengurangi dampak / risiko lingkungan dan sosial yang merugikan;

• memastikan bahwa minimalisasi atau mitigasi dampak dan risiko lingkungan dan sosial memenuhi

persyaratan hukum dan peraturan nasional, dan persyaratan upaya perlindungan lingkungan dan sosial

ADB, menanamkan praktek terbaik internasional;

• memandu pemerintah peminjam dalam mempersiapkan proyek untuk penilaian oleh ADB, dan dalam

memantau, melaporkan, dan dalam melakukan tindakan korektif, jika ada;

• memastikan bahwa mekanisme yang efektif tersedia untuk kepatuhan pengamanan selama pelaksanaan

proyek, dan untuk melakukan tindakan korektif, jika diperlukan;

• mengembangkan kapasitas kelembagaan di antara staf pemerintah peminjam dalam upaya perlindungan

lingkungan dan sosial untuk kepatuhan upaya perlindungan; dan

• dalam menerapkan hal di atas, pastikan semua proyek yang didukung oleh dana GCF selaras dengan

standar ESS GCF.

6 ADB berpegang pada tujuan pengamanan dan pelaksanaannya. ADB memikul tanggung jawab untuk melakukan uji tuntas dan untuk meninjau, memantau, dan mengawasi proyek-proyek di seluruh daerah proyek ADB sesuai dengan prinsip dan persyaratan yang terkandung

dalam SPS. Dengan mematuhi pengamanan sosial dan lingkungan, ADB meningkatkan kemungkinan, transparansi, dan akuntabilitas dalam tindakan dan pengambilan keputusan; membantu peminjam/ klien mengelola dampak dan risiko sosial dan lingkungan; serta menduku ng keberlanjutan investasi jangka panjang. Mengubah komitmen ini menjadi hasil di lapangan bergantung pada upaya bersama, meski berbeda cara dari sisi ADB dan sisi peminjam/ kliennya.

Page 11: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

11

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

Peran, tanggung jawab dan kapasitas

27. SPS ADB menguraikan peran dan tanggung jawab ADB serta pemerintah peminjam. Pemerintah peminjam

diharuskan untuk melakukan penilaian sosial dan lingkungan, melakukan konsultasi yang berarti dengan masyarakat dan komunitas yang terkena dampak, mempersiapkan dan melaksanakan rencana upaya perlindungan, memantau

pelaksanaan rencana ini, dan menyiapkan serta menyerahkan laporan pemantauan. Peran ADB adalah menjelaskan persyaratan kebijakan kepada peminjam / klien, membantu peminjam / klien memenuhi persyaratan tersebut selama pemrosesan dan pelaksanaan proyek melalui program peningkatan kapasitas, memastikan uji tuntas dan

tinjauan, serta menyediakan pemantauan dan pengawasan. Peran ADB dalam memantau kepatuhan upaya perlindungan terus berlanjut selama implementasi proyek. Laporan penyelesaian proyek ADB dan laporan evaluasi kinerja proyek mencakup tinjauan atas pelaksanaan upaya perlindungan.

Persyaratan Pengelolaan Pengamanan untuk Pemerintah

28. ESMF ini sepenuhnya terintegrasi dengan persyaratan siklus proyek ADB. Proses uji tuntas yang dijelaskan dimulai pada awal siklus proyek ketika proyek sedang dipertimbangkan untuk mendapatkan pendanaan dari ADB.

Jika kepatuhan semua persyaratan perlindungan ADB tidak dapat dipenuhi, proyek tidak akan dibiayai oleh ADB, dan juga tidak akan dapat mengakses pembiayaan di bawah ACGF GRP. Untuk semua proyek ADB yang dibiayai, proses yang dijelaskan dalam ESMF akan tetap aktif sampai paparan Pemerintah untuk proyek tersebut selesai.

29. Prosedur yang harus diikuti dalam ESMF ini diringkas di sini dan dijelaskan secara rinci dalam SPS ADB. Langkah-langkah kunci mencakup penyaringan, kategorisasi, uji tuntas, pemantauan kepatuhan, dan pelaporan, yang semuanya dijelaskan di bagian berikut. Templat dan panduan untuk persiapan rencana EIA (AMDAL), IEE,

pemukiman kembali dan masyarakat adat7 tersedia dalam SPS ADB. Mengingat bahwa pemeriksaan dan kategorisasi ADB sangat penting dalam menunjuk pada jenis penilaian / rencana tertentu dan pelaporan yang diperlukan,

peminjam / klien akan disarankan untuk tidak menyiapkan rencana sebelum kategorisasi proyek disetujui oleh ADB.

30. Sebagai bagian dari penerapan SPS ADB, hal-hal menyangkut penilaian kebijakan nasional, peraturan dan standar tentang lingkungan, pemukiman kembali dan masyarakat adat akan dilakukan di tingkat proyek. Ini juga

termasuk penilaian kapasitas implementasi dari sisi peminjam, dan jika ada kesenjangan, jika dibutuhkan ADB dapat mendukung pengembangan kapasitas jika diperlukan.

Prosedur Pengamanan 31. Persyaratan dan proses yang dijelaskan di sini menyajikan prosedur yang harus diikuti dalam menerapkan SPS ADB dan seperti yang dipersyaratkan untuk Perantara Keuangan (FI)8. ADB mewajibkan perantara keuangan

untuk menentukan prosedur pengamanan yang diuraikan dalam SPS, termasuk: (i) prosedur penyaringan, kategorisasi dan peninjauan; (ii) dokumen perlindungan (misalnya, EIA, IEE, IR dan IPP); (iii) kompetensi staf; dan (iv)

pemantauan dan pelaporan untuk kategori risiko A, B dan C (Tabel 2).

7 Istilah Masyarakat Adat digunakan dalam arti umum untuk merujuk pada kelompok yang berbeda, rentan, sosial dan budaya yang me miliki

beberapa tingkat karakteristik seperti berikutt: (i) identifikasi diri sebagai anggota kelompok budaya adat yang berbeda dan p erbedaan ini diakui oleh masyarakat lainnya; (ii) keterikatan kolektif pada habitat tertentu secara geografis atau wilayah leluhur di wilayah proyek dan sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut; (iii) lembaga adat yang berhubungan dengan budaya, ekonomi, sosial, atau polit ik yang

terpisah dari masyarakat dan bukan budaya yang dominan; dan (iv) bahasa yang berbeda, sering kali berbeda dari bahasa resmi negara atau yang digunakan di wilayah. (ADB SPS 2009). 8 ADB SPS (2009), Tautan 4: Persyaratan Khusus 4: Persyaratan Khusus untuk Berbagai Modalitas Keuangan; Petunjuk Penggunaan (Ke bijakan Bank) Seksi OM D6/BP (Desember 2003)

Page 12: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

12

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

Penyaringan dan Kategorisasi

32. ADB menyaring semua proyek untuk kategorisasi perlindungan sosial dan lingkungan seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 2. Tautan ke formulir kategorisasi yang digunakan oleh staf ADB untuk tujuan ini diberikan dalam Lampiran 1.

Tabel 2. Kategori penyaringan risiko ADB untuk lingkungan, pemukiman kembali secara tidak sukarela dan masyarakat adat

LINGKUNGAN Kategori lingkungan proyek ditentukan oleh kategori komponen yang paling sensitif terhadap lingkungan, termasuk dampak langsung, tidak langsung, dampak yang dipicu, dan yang bersifat kumulatif. Setiap proyek yang diusulkan diteliti denga n seksama jenis, lokasi, skala, kepekaan dan besarnya potensi dampak lingkungannya. Tingkat kerincian dan kelengkapan EIA atau IEE

sebanding dengan signifikansi dari potensi dampak dan risiko (ADB SPS 2009).

Kategori A. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori A jika kemungkinan besar memiliki dampak lingkungan merugikan yang signifikan

yang tidak dapat diubah, beragam, atau belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak ini dapat mempengaruhi area yang lebih luas daripada lokasi atau fasilitas yang menjadi sasaran pekerjaan fisik. Diperlukan Analisis dampak lingkungan (AMDAL), termasuk rencana pengelolaan lingkungan (EMP).

Kategori B. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori B jika potensi dampak buruknya terhadap lingkungan kurang merugikan dibandingkan dengan proyek kategori A. Dampak ini bersifat spesifik di lokasi, hanya sedikit jika ada yang tidak dapat diubah, dan dalam

banyak kasus tindakan mitigasi dapat dirancang lebih siap daripada untuk proyek kategori A. Diperlukan Pemeriksaan lingkungan awal (IEE), termasuk EMP.

Kategori C. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori C jika kemungkinan besar memiliki dampak lingkungan yang minimal atau tidak merugikan sama sekali. EIA atau IEE tidak diperlukan, meskipun implikasi lingkungan perlu ditinjau.

Kategori FI. Proyek yang diusulkan melibatkan investasi dana ADB melalui FI. Persyaratan yang diuraikan dalam paragraf 52.

PEMUKIMAN KEMBALI SECARA TIDAK SUKARELA Kategori pemukiman kembali secara tidak sukarela ditentukan oleh kategori komponen yang paling sensitif dalam hal dampak pemukiman kembali secara tidak sukarela. Tingkat kerincian dan kelengkapan rencana pemukiman kembali sepadan dengan pentingnya potensi dampak dan risikonya. (ADB SPS 2009).

Kategori A. Sebuah proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori A jika kemungkinan besar memiliki dampak pemukiman kembali secara tidak sukarela yang signifikan. Dampak pemukiman kembali secara tidak sukarela dari proyek yang didukung ADB dianggap signifikan

(kategori A) jika 200 orang atau lebih akan mengalami dampak besar, yang didefinisikan sebagai (i) dipindahkan secara fisik dari perumahan, atau (ii) kehilangan 10% atau lebih dari aset produktif mereka (yang menghasilkan pendapatan). Dibutuhkan sebuah rencana pemukiman kembali, termasuk perhitungan dampak sosialnya.

Kategori B. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori B jika mencakup dampak pemukiman kembali secara tidak sukarela yang d ianggap tidak signifikan. SPS ADB mengkategorikan B jika kurang dari 200 orang akan mengalami dampak besar, yang didefinisikan sebagai (i)

dipindahkan secara fisik dari perumahan, atau (ii) kehilangan kurang dari 10% aset produktif mereka (yang menghasilkan pendap atan). Diperlukan RP rencana pemukiman kembali, termasuk penilaian dampak sosial.

Kategori C. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori C jika tidak memiliki dampak pemukiman kembali tidak secara sukarela. Tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan.

Kategori FI. Proyek yang diusulkan melibatkan investasi dana ADB melalui FI. Persyaratan yang diuraikan dalam paragraf 52.

MASYARAKAT ADAT Kategori Masyarakat Adat suatu proyek ditentukan oleh kategori komponen yang paling sensitif dalam hal dampaknya terhadap Masyarakat Adat. Signifikansi dampak proyek yang didukung ADB terhadap Masyarakat Adat ditentukan dengan

Page 13: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

13

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

menilai (i) besarnya dampak dalam hal (a) hak adat atas penggunaan dan akses terhadap tanah dan sumber daya alam; (b) status sosial ekonomi; (c) integritas budaya dan komunal; (d) status kesehatan, pendidikan, mata pencaharian, dan jaminan sosial; dan (e) pengakuan kearifan lokal; dan (ii) tingkat kerentanan komunitas Masyarakat Adat yang terkena dampak. Tingkat kerincian dan kelengkapan IPP

sebanding dengan signifikansi potensi dampak terhadap Masyarakat Adat. (ADB SPS 2009).

Kategori A. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori A jika kemungkinan besar akan berdampak signifikan pada Masyarakat Ad at. Diperlukan Rencana Masyarakat Adat (IPP), termasuk penilaian dampak sosial.

Kategori B. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori B jika kemungkinan memiliki dampak terbatas pada Masyarakat Adat. Diperlukan IPP, termasuk penilaian dampak sosial.

Kategori C. Proyek yang diusulkan diklasifikasikan sebagai kategori C jika diperkirakan tidak berdampak pada Masyarakat Adat. Tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.

Kategori FI. Proyek yang diusulkan melibatkan investasi dana ADB melalui FI. Persyaratan yang diuraikan dalam paragraf 51.

33. Pada tahap awal, proyek akan disaring berdasarkan daftar aktivitas investasi ADB yang dilarang (SPS,

Lampiran 5). Jika proyek melibatkan aktivitas yang dilarang, proyek tersebut tidak akan memenuhi syarat untuk didanai oleh ADB atau di bawah ACGF GRP. Jika tidak, ADB akan menunjukkan kepada pemerintah peminjam persyaratan perlindungan lingkungan dan sosial yang berlaku untuk proyek tersebut. ADB akan meninjau dan

menyetujui semua prosedur dan laporan sebagaimana ditentukan di dokumen ini.

34. Pada awal siklus proyek (biasanya pada tahap identifikasi proyek), ADB, berkonsultasi dengan pemerintah

peminjam, akan menyaring dan mengkategorikan proyek berdasarkan signifikansi potensi dampak dan risiko. Daftar periksa penilaian cepat berbasis sektor milik ADB digunakan untuk membantu penyaringan dan kategorisasi. Kemungkinan dampak lingkungan, pemukiman kembali secara tidak sukarela dan dampaknya pada masyarakat adat

akan dinilai. Daftar periksa akan menunjukkan signifikansi dampak yang terkait dengan proyek, mengklasifikasikannya sebagai Kategori A, B atau C (Tabel 2 dan 3). Jika proyek melibatkan investasi dana melalui perantara keuangan, proyek tersebut akan diklasifikasikan sebagai FI.

Penyaringan dan Kategorisasi Perlindungan Lingkungan

35. Persyaratan dan proses yang dijelaskan di dokumen ini menyajikan ringkasan dari prosedur yang harus diikuti dalam menerapkan SPS ADB, dan deskripsi lengkap diberikan dalam SPS ADB.

36. ADB, berkonsultasi dengan pemerintah peminjam, akan menyaring dan mengkategorikan proyek berdasarkan signifikansi potensi dampak dan risiko terhadap lingkungan. Daftar periksa penilaian cepat berbasis sektor milik ADB digunakan untuk membantu penyaringan dan kategorisasi (lihat lampiran 1). Berdasarkan penilaian

cepat, ADB menetapkan salah satu kategori lingkungan yang tercantum dalam Tabel 2.

37. Untuk semua proyek, pemerintah peminjam akan memastikan bahwa semua persyaratan peraturan

nasional yang berlaku dipatuhi.

38. Jika proyek diklasifikasikan dalam kategori A, persiapan AMDAL dan kerja lapangan akan mencakup konsultasi dengan ADB dan rancangan AMDAL dalam bahasa Inggris akan disediakan untuk penilaian oleh ADB. ADB

akan mewajibkan rancangan laporan AMDAL untuk diungkapkan di situs webnya setidaknya 120 hari sebelum persetujuan proyek. Jika proyek berada pada tahap pengembangan lanjutan, pemerintah peminjam akan diminta untuk meninjau AMDAL dan EMP dan dokumen pendukung lainnya termasuk laporan konsultasi publik. Jika terdapat

kesenjangan dengan persyaratan ADB, rencana tindakan korektif (CAP) akan disiapkan dan disepakati dengan ADB. Templat untuk laporan EIA disertakan dalam SPS ADB (SPS, Lampiran 1).

Page 14: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

14

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

39. Untuk proyek kategori B, Pemeriksaan Awal Lingkungan (IEE) akan diperlukan dengan EMP dalam bahasa Inggris. Jika proyek berada pada tahap pengembangan lanjutan, pemerintah peminjam akan diminta untuk meninjau

laporan yang ada (penilaian nasional) dan dokumen pendukung lainnya termasuk laporan konsultasi publik. Laporan ADB yang sudah jelas akan diungkapkan di situs web ADB. Jika terdapat kesenjangan dengan persyaratan ADB,

rencana tindakan perbaikan (CAP) akan disiapkan dan diselesaikan oleh ADB, untuk mengisi kesenjangan dan meningkatkan laporan. Templat untuk laporan IEE disertakan dalam ADB SPS (SPS, Lampiran 1).

Penyaringan dan Kategorisasi Upaya Perlindungan Sosial: Pemukiman Kembali secara Tidak Sukarela dan Masyarakat Adat

40. Persyaratan dan proses yang dijelaskan di sini menyajikan ringkasan dari prosedur yang harus diikuti dalam menerapkan SPS ADB, dan deskripsi lengkap diberikan dalam SPS ADB.

41. SPS ADB mengharuskan pemerintah peminjam untuk meninjau laporan proyek untuk menganalisis

kemungkinan dampak terhadap pemukiman kembali secara tidak sukarela dan masyarakat adat. Pemerintah harus melakukan uji tuntas sosial, termasuk satu atau lebih kunjungan lokasi, memverifikasi informasi tentang potensi

dampak. Uji tuntas awal ini diikuti dengan penyelesaian daftar periksa penilaian pengamanan sosial cepat ADB. ADB berkewajiban memastikan bahwa pemerintah peminjam mengatasi kesenjangan yang ada dan memberi tahu ADB tentang perubahan yang ada. Uji tuntas adalah proses yang berkelanjutan dan akan diperdalam jika sub proyek

kategori A dikejar.

42. Berdasarkan daftar periksa cepat dalam hal pemeriksaan perlindungan sosial, pemerintah peminjam akan merekomendasikan peringkat kategorisasi berdasarkan definisi ADB (SPS 2009) dan mencatatnya menggunakan

formulir kategorisasi.

43. Jika proyek diklasifikasikan dalam kategori A untuk pemukiman kembali secara tidak sukarela (IR), ADB

mewajibkan Pemerintah untuk bekerja sama dengan konsultan independen untuk menyiapkan rencana pemukiman kembali (RP) yang terperinci. Templat untuk RP termasuk dalam SPS ADB (SPS, Lampiran 2). ADB harus diikutsertakan dalam konsultasi selama persiapan RP dan pekerjaan lapangan. Draf RP, dalam bahasa Inggris, a kan

ditinjau oleh ADB. Draf dan RP final akan diungkapkan di situs web ADB. Jika proyek berada pada tahap pengembangan lanjutan, Pemerintah akan meninjau RP dan dokumen pendukung lainnya termasuk laporan

konsultasi publik. Jika terdapat kesenjangan dengan persyaratan ADB, rencana tindakan perbaikan (CAP) harus disiapkan dan disetujui dengan ADB. Jika proyek diklasifikasikan sebagai kategori B untuk pemukiman kembali secara tidak sukarela (Tabel 2 untuk batas penyaringan risiko untuk kategorisasi), RP akan diperlukan dan mengikuti

prosedur untuk proyek kategori A.

44. Sesuai SPS ADB, pemerintah peminjam, akan menghindari pemukiman kembali secara tidak sukarela, jika memungkinkan; untuk meminimalkan pemukiman kembali secara tidak sukarela dengan mengeksplorasi proyek dan

alternatif desain; untuk meningkatkan, atau setidaknya memulihkan, mata pencaharian semua orang yang dipindahkan secara riil relatif terhadap tingkat pra-proyek; dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat

miskin yang terlantar dan kelompok rentan lainnya. Perlindungan pemukiman kembali secara tidak sukarela mencakup pemindahan fisik (relokasi, hilangnya tanah tempat tinggal, atau kehilangan tempat tinggal) dan pengurangan ekonomi (kehilangan tanah, aset, akses terhadap aset, sumber pendapatan, atau mata pencaharian)

sebagai akibat dari (i) pembebasan lahan secara tidak sukarela, atau (ii) pembatasan secara tidak sukarela atas penggunaan lahan atau akses terhadap taman dan kawasan lindung yang ditunjuk secara hukum. Hal ini mencakup bahwa apakah kerugian dan pembatasan secara tidak sukarela itu berlaku penuh atau sebagian, permanen atau

sementara. Semua ketentuan SPS ADB (2009) harus dipenuhi.

45. Jika proyek diklasifikasikan dalam kategori A untuk masyarakat adat, pemerintah peminjam akan

menyiapkan Rencana Masyarakat Adat (IPP) secara terperinci. Templat untuk IPP disertakan dalam SPS ADB (SPS, Lampiran 2). Persiapan IPP dan kerja lapangan akan mencakup konsultasi dengan ADB dan draf IPP dalam bahasa Inggris akan disediakan untuk penilaian oleh ADB. Draf dan IPP final akan diungkapkan di situs web ADB. Jika proyek

diklasifikasikan sebagai kategori B untuk pemukiman kembali secara tidak sukarela (Tabel 2 untuk batas penyaringan

Page 15: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

15

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

risiko untuk kategorisasi) IPP akan diperlukan dan mengikuti prosedur seperti untuk proyek kategori A. Kategori B IPP yang sudah disetujui ADB akan diungkapkan.

46. Sesuai SPS ADB, pemerintah peminjam akan merancang dan melaksanakan proyek dengan cara yang menumbuhkan penghormatan penuh terhadap identitas, martabat, hak asasi manusia, sistem mata pencaharian,

dan keunikan budaya Masyarakat Adat seperti yang didefinisikan oleh Masyarakat Adat itu sendiri sehingga mereka (i) menerima manfaat sosial dan ekonomi yang sesuai dengan budaya, (ii) tidak menderita dampak merugikan sebagai akibat proyek, dan (iii) dapat berpartisipasi secara aktif dalam proyek yang mempengaruhi mereka.

Pemerintah peminjam harus mematuhi perlindungan IP dalam SPS ADB (2009).

47. Perlindungan Masyarakat Adat dipicu jika suatu proyek secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi martabat, hak asasi manusia, sistem mata pencaharian, atau budaya Masyarakat Adat atau mempengaruhi wilayah

atau sumber daya alam atau budaya yang dimiliki, digunakan, ditempati, atau diklaim oleh Masyarakat Adat sebagai domain atau aset leluhur. Dalam mempertimbangkan karakteristik ini, undang-undang nasional, hukum adat, dan

konvensi internasional apa pun yang di dalamnya negara menjadi suatu pihak, akan diperhitungkan. Sebuah kelompok yang telah kehilangan keterikatan kolektif pada habitat yang berbeda secara geografis atau wilayah leluhur di wilayah proyek karena pemutusan hubungan kerja akan mendapatkan haknya.

48. Untuk semua proyek, pemerintah peminjam akan memastikan bahwa persyaratan nasional yang terkait dengan masyarakat adat dipatuhi.

Perantara keuangan

49. Untuk proyek yang melibatkan investasi dana ADB ke atau melalui perantara keuangan (FI), ADB melakukan

uji tuntas perlindungan untuk menilai potensi dampak dan risiko lingkungan dan sosial yang terkait dengan portofolio FI yang ada dan kemungkinan portofolio di masa yang akan datang, serta komitmen dan kapasitasnya

dalam pengelolaan sosial dan lingkungan. Jika investasi FI memiliki sedikit risiko lingkungan atau sosial yang merugikan, atau tidak sama sekali, proyek FI akan diperlakukan sebagai proyek kategori C dan tidak perlu menerapkan persyaratan khusus lainnya. Semua FI lainnya akan diharuskan untuk memiliki atau menetapkan sistem

manajemen lingkungan dan sosial (ESMS) yang sesuai, sepadan dengan sifat dan risiko portofolio FI di masa yang akan datang untuk dipertahankan sebagai bagian dari sistem manajemen FI secara keseluruhan. ESMS akan

didokumentasikan dan disetujui oleh ADB dan FI.

50. Persyaratan detail untuk FI dirinci dalam SPS, Lampiran 4. Semua FI akan memastikan bahwa investasi mereka sesuai dengan undang-undang dan peraturan nasional yang berlaku dan akan menerapkan daftar kegiatan

investasi yang dilarang (ADB SPS Apendiks 5) terhadap sub proyek yang dibiayai oleh ADB. Jika sub proyek memiliki potensi dampak lingkungan atau sosial yang signifikan, FI akan diminta untuk memastikan bahwa sub proyek tersebut memenuhi persyaratan perlindungan ADB, termasuk mengenai pengungkapan informasi dan konsultasi.

Dalam kasus seperti itu, FI akan merujuk sub proyek ke ADB di awal proses uji tuntasnya dan ADB akan membantu FI dalam menilai sub proyek ini. Untuk sub proyek semacam itu, peminjam akan menyerahkan EIA, RP atau IPP

kepada ADB untuk mendapat izin sebelum subproyek disetujui.

Perlindungan Uji Tuntas

51. Untuk proyek-proyek yang diusulkan untuk pembiayaan, ADB akan melakukan tinjauan perlindungan, termasuk tinjauan dokumen perlindungan peminjam, sebagai bagian dari uji tuntasnya secara keseluruhan. Uji tuntas dan tinjauan perlindungan ADB menekankan pada penilaian dampak lingkungan dan sosial dan proses

perencanaan, selain dokumentasi perlindungan. Uji tuntas dan tinjauan melibatkan kunjungan lapangan serta tinjauan dokumen. Melalui uji tuntas dan tinjauan tersebut, ADB akan memastikan (i) bahwa semua potensi dampak dan risiko sosial dan lingkungan utama dari suatu proyek teridentifikasi; (ii) bahwa langkah-langkah efektif untuk

menghindari, meminimalkan, memitigasi, atau mengkompensasi dampak merugikan dimasukkan ke dalam rencana perlindungan dan desain proyek; (iii) bahwa peminjam / klien memahami prinsip-prinsip dan persyaratan kebijakan

upaya perlindungan ADB sebagaimana ditetapkan dalam SPS dan memiliki komitmen dan kapasitas yang diperlukan

Page 16: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

16

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

untuk mengelola dampak dan / atau risiko sosial dan lingkungan; (iv) bahwa peran pihak ketiga didefinisikan secara tepat dalam rencana perlindungan; dan (v) bahwa konsultasi dengan masyarakat yang terkena dampak dilakukan

sesuai dengan persyaratan ADB.

52. Sifat uji tuntas akan bergantung pada kompleksitas proyek dan kemungkinan dampaknya. Proyek kategori

C dapat didasarkan pada studi dokumen, proyek kategori B biasanya memerlukan studi dokumen dan kunjungan lapangan sedangkan untuk proyek kategori A, tinjauan skala penuh dilakukan termasuk kunjungan lapangan dan partisipasi staf proyek dalam konsultasi publik.

53. Laporan uji tuntas dan / atau rencana perlindungan dalam bahasa Inggris harus disiapkan untuk proyek kategori A dan B. Templat disediakan dalam SPS ADB, dan tautan diberikan dalam Lampiran 1. Untuk proyek kategori A, Pemerintah harus menyediakan dokumentasi lingkungan dan sosial di awal proses uji tuntasnya. Semua rencana

perlindungan (EIA, IEE, RP, IPP, ESMS) harus diberikan kepada ADB untuk ditinjau dan mendapat izin. Untuk proyek kategori A, draf EIA dipresentasikan kepada ADB Environment Thematic Group, ditinjau sejawat oleh ADB Safeguard

Department dan disetujui oleh ADB Chief Compliance Officer.

54. Sesuai SPS ADB, peminjam bertanggung jawab untuk menilai proyek dan dampak lingkungan dan sosialnya, menyiapkan rencana upaya perlindungan, dan terlibat dengan masyarakat yang terkena dampak melalui

pengungkapan informasi, konsultasi, dan partisipasi yang diinformasikan mengikuti semua prinsip kebijakan dan persyaratan perlindungan sesuai SPS ADB (2009). Peminjam akan menyerahkan semua informasi yang diperlukan, termasuk laporan penilaian, rencana / kerangka kerja perlindungan, dan laporan pemantauan, kepada ADB untuk

ditinjau. Peminjam harus mematuhi undang-undang, peraturan, dan standar negara tuan rumah, termasuk kewajiban negara tuan rumah menurut hukum internasional. Lebih lanjut, peminjam / klien harus melaksanakan

langkah-langkah upaya perlindungan yang disepakati dengan ADB untuk melaksanakan prinsip-prinsip kebijakan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Persyaratan Perlindungan 1–4. Untuk memastikan bahwa kontraktor melaksanakan langkah-langkah yang disepakati dengan tepat, peminjam akan memasukkan persyaratan upaya

perlindungan dalam dokumen lelang dan kontrak pekerjaan sipil.

Tabel 3. Persyaratan Perlindungan

Kategori (Peringkat

Risiko) Perlindungan Lingkungan

Perlindungan

Pemukiman Kembali

Secara Tidak Sukarela

Perlindungan Masyarakat Adat

Kategori A (dengan potensi

dampak

signifikan)

Mematuhi (i) Persyaratan

Perlindungan 1 SPS ADB (2009) dan (ii) undang-undang nasional.

Siapkan AMDAL (dengan EMP).

Mengungkapkan rancangan EIA 120 hari sebelum persetujuan

proyek. Menggunakan jasa ahli

eksternal yang berkualitas dan berpengalaman untuk

memverifikasi kepatuhan.

Mematuhi (i)Persyaratan

Perlindungan 2 dari ADB SPS (2009), termasuk persiapan RP

dengan penilaian sosial,

penyerahan, & tindakan (sebagaimana dianggap relevan

oleh ADB)

Mematuhi (i) Persyaratan Perlindungan 3 SPS ADB (2009), dan (ii) hukum nasional. Mempersiapkan dan mengikuti proses yang dianggap relevan oleh ADB. Dukungan masyarakat yang luas sebagaimana diuraikan dalam SPS ADB (2009) harus diperoleh. Konsultasi yang berarti harus dilakukan dan didokumentasikan. Siapkan Rencana IP (IPP)

Kategori B

(dengan dampak yang kurang signifikan)

Mematuhi (i) Persyaratan Upaya Perlindungan 1 SPS ADB (2009) dan (ii) undang-undang nasional.Menghasilkan IEE (dengan EMP). Mengungkapkan IEE sebelum persetujuan proyek.

Mematuhi (i) Persyaratan Upaya Perlindungan 2 SPS ADB (2009) dan (ii) hukum nasional. Siapkan RP dengan penilaian sosial.

Mematuhi (i) Persyaratan Upaya Perlindungan 3 SPS ADB (2009), dan (ii) hukum nasional. Mempersiapkan dan mengikuti proses yang dianggap relevan oleh ADB SPS (2009). Dukungan komunitas yang luas harus diperoleh. Konsultasi yang berarti

Page 17: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

17

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

harus dilakukan dan didokumentasikan.

Siapkan Rencana IP (IPP) Kategori C (dengan sedikit atau tanpa dampak)

Tinjau implikasi lingkungan. Mematuhi hukum nasional.

Menilai apakah ada dampak IR dan siapkan Laporan Uji Tuntas (DDR). Mematuhi hukum nasional

Mematuhi (i) Persyaratan Upaya Perlindungan 3 SPS ADB (2009), dan (ii) hukum nasional. Menilai apakah ada dampak IP dan menyiapkan DDR. Mematuhi hukum nasional.

Kategori FI Investasi memiliki potensi risiko lingkungan dan sosial (Kategori A dan B): menetapkan sistem pengelolaan lingkungan dan sosial (ESMS) sebagai bagian dari sistem pengelolaan FI secara keseluruhan. Untuk setiap sub proyek dengan risiko signifikan, persetujuan ADB atas AMDAL diperlukan sebelum persetujuan sub proyek.

Investasi berpotensi menimbulkan risiko pemukiman kembali secara tidak sukarela (Kategori A dan B): membangun sistem pengelolaan lingkungan dan sosial (ESMS) sebagai bagian dari sistem pengelolaan FI secara keseluruhan. Untuk setiap sub proyek dengan risiko signifikan, persetujuan ADB terhadap RP diperlukan sebelum persetujuan sub proyek.

Investasi memiliki potensi risiko masyarakat adat (IP) (Kategori A dan B): membangun sistem pengelolaan lingkungan dan sosial (ESMS) sebagai bagian dari sistem pengelolaan FI secara keseluruhan. Untuk setiap sub proyek dengan risiko signifikan, persetujuan ADB atas IPP diperlukan sebelum persetujuan sub proyek.

ADB = Asian Development Bank; EIA = environmental impact assessment, IEE = initial environmental examination, IPP

= indigenous peoples plan; RP = resettlement plan; EMP = environmental management plan.

Keterbukaan Informasi, Konsultasi dan Partisipasi 55. Sejalan dengan SPS ADB dan Kebijakan ADB mengenai Akses terhadap Informasi (Access to Information

Policy)9, ADB berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah peminjam untuk memastikan bahwa informasi yang relevan (baik positif maupun negatif) tentang masalah perlindungan sosial dan lingkungan tersedia untuk

publik tepat waktu, di tempat yang dapat diakses, dan dalam bentuk dan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat yang terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk masyarakat umum, sehingga mereka dapat memberikan masukan yang berarti ke dalam desain dan implementasi proyek. ADB akan

mempublikasikan dokumen perlindungan berikut di situs webnya di bawah halaman khusus untuk setiap proyek serta di bawah halaman ACGF-GRP :

• untuk proyek-proyek lingkungan Kategori A, draf laporan AMDAL setidaknya 120 hari sebelum

pertimbangan Dewan;

• draf kerangka penilaian dan tinjauan lingkungan, rancangan pemeriksaan lingkungan awal, draf kerangka

kerja dan / atau rencana pemukiman kembali, dan draf kerangka kerja perencanaan Masyarakat Adat dan / atau rencana sebelum penilaian proyek;

• penilaian dampak lingkungan akhir atau yang diperbarui dan / atau pemeriksaan lingkungan awal, rencana

pemukiman kembali, dan rencana Masyarakat Adat setelah diterima;

• rencana tindakan korektif yang disiapkan selama pelaksanaan proyek; dan laporan pemantauan lingkungan, pemukiman kembali secara tidak sukarela, dan Masyarakat Adat yang diserahkan oleh peminjam / klien

selama pelaksanaan proyek setelah diterima.

9 ADB. 2018. Akses pada Informasi terkait kebijakan. Manila. https://www.adb.org/documents/access-information-policy

Page 18: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

18

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

56. Tautan ke laporan-laporan ini juga akan tersedia di situs web GCF, sesuai dengan Kebijakan Pengungkapan

Informasi GCF dan Kebijakan Lingkungan dan Sosial GCF.

57. SPS ADB menguraikan persyaratan bagi pemerintah peminjam untuk melakukan konsultasi yang berarti

dengan berbagai pemangku kepentingan. Konsultasi yang berarti adalah proses yang harus (i) dimulai lebih awal dalam tahap persiapan proyek dan dilaksanakan secara berkelanjutan selama siklus proyek; (ii) memberikan pengungkapan informasi yang relevan dan memadai secara tepat waktu, yang dapat dimengerti dan mudah diakses

oleh masyarakat yang terkena dampak; (iii) dilakukan dalam suasana yang bebas dari intimidasi atau paksaan; (iv) inklusif dan responsif dalam hal gender, dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung dan rentan; dan (v) memungkinkan penggabungan semua pandangan yang relevan dari masyarakat yang terkena

dampak dan pemangku kepentingan lainnya ke dalam pengambilan keputusan, seperti desain proyek, langkah-langkah mitigasi, pembagian manfaat dan peluang pembangunan, dan masalah implementasi. Pemerintah

peminjam akan terlibat dengan komunitas, kelompok, atau orang-orang yang terkena dampak proyek yang diusulkan, dan dengan masyarakat sipil melalui pengungkapan informasi, konsultasi, dan partisipasi yang diinformasikan dengan cara yang sepadan dengan risiko dan dampak pada masyarakat yang terkena dampak.

58. Untuk proyek-proyek dengan dampak signifikan yang merugikan dalam hal lingkungan, pemukiman kembali secara tidak sukarela, atau Masyarakat Adat, tim proyek ADB akan berpartisipasi dalam kegiatan konsultasi untuk memahami keprihatinan penduduk yang terkena dampak dan memastikan bahwa keprihatinan tersebut ditangani

dalam rancangan proyek dan rencana upaya perlindungan.

59. Proses konsultasi akan menggunakan berbagai metode konsultasi formal dan informal seperti wawancara

mendalam, pertemuan publik, diskusi kelompok yang terfokus, dan lain-lain. Contoh informan kunci yang akan diajak berkonsultasi, selama persiapan dan pelaksanaan, termasuk pemangku kepentingan berikut :

(i) Kepala dan anggota rumah tangga yang mungkin terkena dampak

(ii) Rumah tangga yang terkena dampak termasuk kelompok rentan

(iii) Komunitas tuan rumah

(iv) Kelompok Adat (lihat juga SPS ADB)

(v) Perempuan yang terkena dampak serta komunitas tuan rumah

(vi) CSO dan LSM lokal, jika ada

(vii) Badan dan departemen pemerintah terkait

60. Sesuai SPS ADB, partisipasi perempuan akan dijamin dengan melibatkan mereka dalam konsultasi publik di

berbagai tingkat dan tahapan persiapan proyek dan dengan pengaturan, yang akan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadiri pertemuan tersebut. Peminjam akan memastikan bahwa pandangan dari orang-orang yang terkena dampak, terutama mereka yang rentan, dipertimbangkan dan ditangani dalam rencana yang relevan.

61. Jika sebuah proyek memiliki dampak pengambilalihan lahan dan pemukiman kembali secara tidak sukarela, setiap rencana pemukiman kembali harus disiapkan dan dilaksanakan dalam konsultasi yang erat dengan mereka

yang terkena dampak, dan melibatkan survei dan pertemuan masyarakat. Tingkat kompensasi dan bantuan akan ditentukan melalui konsultasi dengan orang-orang yang terkena dampak dan perwakilan mereka. Jumlah kompensasi akan ditetapkan hanya setelah kesepakatan dengan orang-orang yang terkena dampak tercapai.

Informasi pemukiman kembali termasuk pengukuran kerugian, penilaian aset secara rinci, hak dan ketentuan khusus, prosedur pengaduan, waktu pembayaran dan jadwal perpindahan akan diungkapkan kepada orang-orang yang terkena dampak. Pengungkapan akan dilakukan dengan cara yang dapat diakses oleh masyarakat yang terkena

dampak, yang memiliki tingkat literasi yang berbeda-beda. Rencana dalam bahasa lokal akan disediakan bagi masyarakat yang terkena dampak untuk jangka waktu yang wajar, yaitu setidaknya tiga bulan sebelum dislokasi

yang sebenarnya. ADB akan meninjau dan menyetujui rencana pemukiman kembali sebelum pencairan untuk semua sub proyek yang melibatkan dampak pemukiman kembali secara tidak sukarela.

Page 19: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

19

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

62. Sesuai SPS ADB, pemerintah peminjam akan mengadakan konsultasi yang bermakna dengan masyarakat adat dan etnis minoritas yang terkena dampak untuk memastikan bahwa mereka akan berpartisipasi setelah

diinformasikan sepenuhnya. Pemerintah akan merancang, melaksanakan, dan memantau kegiatan untuk mencegah proyek-proyek yang berdampak merugikan pada masyarakat adat dan etnis minoritas. Jika dampak tersebut tidak

dapat dihindari, Pemerintah akan bekerja untuk mengurangi dampak negatif tersebut, atau memberikan kompensasi yang memadai untuk itu. Selain itu, Pemerintah akan memungkinkan masyarakat adat dan etnis minoritas untuk berbagi manfaat sub proyek dengan cara yang sesuai dengan tradisi budaya mereka.

Pemantauan dan Pelaporan Kepatuhan 63. Tingkat kegiatan pemantauan, termasuk ruang lingkup dan periodisitasnya, akan sepadan dengan risiko dan

dampak proyek. Pemerintah peminjam akan menerapkan langkah-langkah perlindungan dan rencana perlindungan yang relevan, sebagaimana disepakati dengan ADB dan sesuai dengan ESMF ini, dan menyerahkan laporan pemantauan berkala tentang kinerja implementasinya. ADB akan mewajibkan pemerintah peminjam untuk:

• menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk memantau kemajuan pelaksanaan rencana upaya perlindungan,

• memverifikasi kepatuhan dengan tindakan pengamanan dan kemajuannya menuju hasil yang diinginkan,

• mendokumentasikan dan mengungkapkan hasil pemantauan dan mengidentifikasi tindakan korektif dan pencegahan yang diperlukan dalam laporan pemantauan berkala,

• menindaklanjuti tindakan ini untuk memastikan kemajuan menuju hasil yang diinginkan,

• menggunakan jasa ahli eksternal independen yang berkualifikasi dan berpengalaman untuk memverifikasi informasi pemantauan terhadap proyek dengan dampak dan risiko yang signifikan (yaitu proyek kategori A),

• menggunakan tenaga ahli eksternal atau panel penasihat untuk memantau pelaksanaan proyek untuk proyek yang sangat kompleks dan sensitif (di luar Kategori A), dan

• menyampaikan laporan pemantauan berkala tentang langkah-langkah pengamanan sebagaimana

disepakati dengan ADB.

64. Di tingkat proyek, ADB meninjau kinerja proyek terhadap komitmen peminjam sebagaimana disepakat i

dalam dokumen hukum. ADB akan melakukan tindakan pemantauan berikut untuk mengawasi pelaksanaan proyek :

• melakukan kunjungan lokasi secara berkala untuk proyek dengan dampak lingkungan atau sosial yang merugikan;

• melakukan misi pengawasan dengan tinjauan terperinci oleh spesialis / petugas perlindungan ADB atau konsultan untuk proyek-proyek dengan dampak sosial atau lingkungan yang merugikan yang signifikan

(yaitu proyek kategori A);

• meninjau laporan pemantauan berkala yang diserahkan oleh peminjam / klien untuk memastikan bahwa dampak dan risiko yang merugikan dapat dikurangi sesuai rencana dan sesuai kesepakatan dengan ADB;

• bekerja dengan peminjam / klien untuk memperbaiki setiap kegagalan untuk mematuhi komitmen perlindungan mereka, seperti yang dijanjikan dalam perjanjian hukum, dan melakukan perbaikan untuk menetapkan kembali kepatuhan yang sesuai; dan

• menyiapkan laporan penyelesaian proyek yang menilai apakah tujuan dan hasil yang diinginkan dari rencana perlindungan telah tercapai, dengan mempertimbangkan kondisi dasar dan hasil pemantauan.

65. Di tingkat program, ADB akan memantau kinerja perlindungan di seluruh portofolio sub proyek berdasarkan pemantauan tingkat proyek yang dilakukan oleh tim proyek ADB. Ringkasan informasi tentang kinerja dan kemajuan upaya perlindungan akan dimasukkan dalam Laporan Kinerja Tahunan (APR) yang diberikan oleh ADB kepada GCF.

Page 20: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

20

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

Mekanisme Penanganan Keluhan

66. Sesuai SPS ADB, ADB mewajibkan peminjam/klien untuk menetapkan dan menjalankan terus-menerus mekanisme penanganan keluhan saat menerima dan memfasilitasi penyelesaian masalah dan menangani keluhan masyarakat yang terkena dampak sosial dan lingkungan akibat kinerja peminjam/klien di tingkat proyek. Mekanisme

penanganan keluhan harus disesuaikan dengan risiko dan dampak proyek. Mekanisme tersebut harus dapat menanggulangi kecemasan dan keluhan masyarakat terdampak dengan segera, menggunakan proses yang dapat dimengerti serta transparan, responsif terhadap gender, sesuai budaya, dan mudah diakses oleh semua segmen

masyarakat terdampak. Peminjam/klien akan diinformasikan perihal dokumen GCF terkait Mekanisme Penanganan Masalah Secara Independen sebagai jalan untuk menangani keluhan selain yang sesuai persyaratan ADB.

Mekanisme Akuntabilitas 67. Masyarakat yang terkena dampak proyek juga dapat mengajukan keluhan melalui Mekanisme Akuntabilitas

ADB. Mekanisme Akuntabilitas ADB ini menyediakan forum dan proses independen sehingga masyarakat yang terkena dampak negatif dari proyek-proyek yang didanai ADB dapat menyampaikan suara mereka, dan mencari penyelesaian masalah, serta melaporkan jika terjadi dugaan pelanggaran kebijakan dan prosedur operasional yang

telah ditetapkan ADB. Mekanisme Akuntabilitas terdiri dari dua fase terpisah, yang terkait satu sama lain, yaitu: (i) fase konsultasi, dipimpin oleh fasilitator proyek khusus dari ADB yang melapor langsung kepada Presiden ADB, untuk membantu orang-orang yang terkena dampak proyek dalam menemukan solusi bagi masalah mereka; dan (ii) fase

tinjauan kepatuhan, dipimpin oleh panel beranggotakan tiga orang yang melapor kepada Dewan Direksi. Panel Peninjau Kepatuhan tersebut menyelidiki dugaan pelanggaran kebijakan dan prosedur operasional ADB,

sebagaimana didefinisikan oleh Dewan Direksi, termasuk kebijakan terkait upaya perlindungan, yang telah atau kemungkinan besar mengakibatkan kerugian langsung serta kerugian material bagi orang-orang yang terkena dampak proyek dan merekomendasikan cara memastikan bahwa proyek berjalan sesuai kepatuhan terhadap

kebijakan dan prosedur tersebut.

Pengaturan Penerapan

68. ACGF GRP ESMF akan dilaksanakan oleh ADB sebagai GCF AE serta Entitas Plaksana (Executing Entity EE) untuk ACGF GRP.

69. Pada tingkat program, ADB akan memantau pelaksanaan dan kinerja perlindungan di atas portofolio,

berdasarkan data hasil pemantauan tim proyek ADB. Peran ini akan dimasukkan dalam tanggung jawab fungsional tim yang mengelola ACGF GRP di Departemen Asia Tenggara ADB. Dalam peran ini, staf ADB yang mengelola ACGF

GRP akan bekerja sama dengan Ahli Perlindungan Lingkungan dan Sosial yang memantau keseluruhan portofolio ADB di Asia Tenggara.

70. Pada tingkat sub-proyek, pemerintah negara peminjam akan melakukan penilaian sosial dan lingkungan,

melakukan diskusi mendalam dengan orang-orang dan masyarakat yang terkena dampak, mempersiapkan dan melaksanakan rencana perlindungan, memantau pelaksanaan rencana ini, dan mempersiapkan serta menyerahkan laporan pemantauan.

71. ADB akan menjelaskan persyaratan kebijakan kepada peminjam/ klien, membantu peminjam/ klien memenuhi persyaratan tersebut selama proses pelaksanaan dan implementasi proyek melalui program peningkatan

kapasitas, memastikan uji kelayakan dan peninjauan, serta menyediakan pemantauan dan pengawasan. ADB akan memantau kepatuhan melaksanaka upaya perlindungan selama pelaksanaan proyek, dan laporan penyelesaian proyek ADB berikut laporan evaluasi kinerja proyek akan mencakup pemeriksaan pelaksanaan upaya perlindungan.

Tanggung jawab ADB dilaksanakan oleh Ahli Perlindungan Lingkungan dan Sosial yang tinggal di negara tempat proyek dilaksanakan serta berfokus pada sektor tertentu.

72. Di bawah Komponen 3, pembangunan kapasitas pendukung upaya perlindungan yang efektif untuk proyek -

proyek tertentu akan dilaksanakan melalui pelatihan yang ditargetkan bagi staf pendukung proyek, untuk

Page 21: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

21

ACGF Green Recovery Program – Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

membangun kesadaran akan persyaratan perlindungan (lingkungan dan sosial) yang ditetapkan ADB dan GCF, dan untuk memperkuat keterampilan, kemampuan dan pengetahuan tentang pemantauan dan pelaksanaan rencana

pengelolaan terkait lingkungan, pemukiman kembali dan masyarakat adat.

Page 22: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial...A. Latar Belakang Program ACGF Green Recovery ..... 4 B. Kategorisasi Risiko ACGF C. Prinsip-prinsip yang Mendasari Kerangka Kerja Pengelolaan

22

LAMPIRAN 1. RANCANGAN DAN DAFTAR PERIKSA ADB UNTUK KATEGORISASI, TUNTUTAN DAN PEMANTAUAN ADB menggunakan daftar periksa untuk penyaringan dan kategorisasi risiko yang disediakan dalam Dokumen Terkait

terkait dengan ESMF ini. Susunan daftar tersebut adalah sebagai berikut: SPS mencakup garis besar untuk Laporan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Rencana Pemukiman Kembali dan Rencana Masyarakat Adat yang harus

disiapkan untuk proyek Kategori A. SPS juga memasukkan garis besar untuk Kerangka Kerja Penilaian dan Tinjauan

Lingkungan, Kerangka Pemukiman Kembali dan Kerangka Perencanaan Masyarakat Adat yang harus disiapkan untuk

proyek Kategori FI.

Daftar Kegiatan Investasi yang Dilarang ADB Lihat Dokumen Tertaut 1 (ADB SPS 2009), Lampiran 5

Garis Besar Rancangan Laporan EIA Lihat Dokumen Terkait 1 (SPS ADB 2009), Lampiran 1, Data

Tambahan

Garis Besar Rencana Relokasi Pemukiman Lihat Dokumen Terkait 1 (SPS ADB 2009), Lampiran 2, Data

Tambahan

Garis Besar Rencana Terkait Masyarakat Adat Lihat Dokumen Terkait 1 (SPS ADB 2009), Lampiran 3, Data

Tambahan

Garis Besar Kerangka Penilaian Kerja dan

Kerangka Tinjauan Terkait Lingkungan

Lihat Dokumen Terkait 1 (SPS ADB 2009), Lampiran 4, Data

Tambahan

Garis Besar Kerangka Relokasi Pemukiman Lihat Dokumen Terkait 1 (SPS ADB 2009), Lampiran 4, Data

Tambahan

Garis Besar Perencanaan Kerja Terkait

Masyarakat Adat

Lihat Dokumen Terkait 1 (ADB SPS 2009), Lampiran 4, Data Tambahan

Daftar Penilaian Cepat Terkait Lingkungan Lihat Dokumen Tertaut 2, Bagian 1

Bentuk kategorisasi: lingkungan Lihat Dokumen Tertaut 2, Bagian 2

Formulir kategorisasi: relokasi pemukiman non

sukarela

Lihat Dokumen Terkait 2, Bagian 2

Formulir kategorisasi: Masyarakat Adat Lihat Dokumen Terkait 2, Bagian 2

Template umum yang digunakan ADB untuk

laporan pemantauan

Lihat Dokumen Tertaut 2, Bagian 3

Template yang digunakan ADB untuk laporan

pemantauan kegiatan sosial

Lihat Dokumen Tertaut 2, Bagian 3