keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

6

Click here to load reader

Upload: anjas-asmara-ssi

Post on 02-Jul-2015

3.885 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033XVolume 3, Nomor 2 Juli 2002Halaman: 236-241

Keragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Sungai di Kota SurakartaPlankton diversity as bioindicator of Surakarta rivers quality

OKID PARAMA ASTIRIN, AHMAD DWI SETYAWAN, MARTI HARINIJurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 557126

Diterima: 20 Pebruari 2001. Disetujui: 23 Juni 2001

ABSTRACT

Rivers have essential role in human cultures. They are sanctuary for amount of biodiversity, but threatened seriouslynow. The objective of this research is to know Surakarta (Solo) rivers quality based on plankton diversity. This townhas amount of kampongs and industrial estates that discard wastes to rivers directly. Plankton community is one ofthe river qualities indicators, because pollutant and other organisms can influence their population. The research wasconducted at four rivers in Surakarta, namely Pepe River, Premulung River, Anyar River and Jenes River. Data wascollected in triple before and after rivers through the town. Data was analyzed by diversity index of Shannon Wienner.The result indicated that Surakarta rivers had been polluted in degree of lightly to seriously.

© 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: bioindicator, plankton, pollutant, river, Surakarta (Solo) town.

PENDAHULUAN

Bengawan Solo merupakan salah satusungai besar di Indonesia dan merupakanyang terbesar di Jawa (Jalal, 1987). Sungadan laut Indonesia merupakan habitat bagi25% populasi ikan dunia (Groombridge, 1990).Namun sungai-sungai di Indonesia umumnyamengalami kerusakan karena penggundulanhutan, perusakan vegetasi tepian, pemindah-an aliran, penghilangan dan pengaturan arus,pembuangan limbah dari pemukiman, pertani-an, industri, penambangan pasir, eksploitasiberlebihan spesies endemik dan introduksispesies asing (Dudgeon, 1992).

Kota Surakarta (Solo) secara administratifterbagi menjadi 5 kecamatan, yang terbagi lagimenjadi 51 kelurahan, 562 rukun warga (RW)dan 2.515 rukun tetangga (RT). Di kota initerdapat 82 industri besar, 237 industri sedangdan 500 industri kecil. Pada umumnya lokasiindustri ini terletak di kawasan permukimandan tidak mengolah limbah secara benar,sehingga berpotensi mencemari sungai disekitarnya. Di samping itu rumah tangga yang

membuang limbah langsung ke sungai diyakinijuga cukup banyak, khususnya di sekitarbantaran sungai.

Permukiman di Kota Surakarta jugamerupakan sumber pencemar yang potensial.Terlebih di kota ini terdapat beberapapermukiman slum dan scuater antara lain diKampung Sewu dan Gandekan, KecamatanJebres, dimana sebagian penduduknyamembuang hajat langsung di atas sungai ataumenyalurkan limbah tinja langsung ke sungaitanpa pengolahan, serta. hampir seluruhsaluran limbah rumah tangga tidak kedap air.

Usaha pengendalian kerusakan sungai dankebijakan pengelolaannya mengharuskanpemantauan kualitas sungai. Pemantauan iniumumnya dilakukan dengan menggunakanparameter fisik atau kimia. Akhir-akhir inipemantauan dengan biota lebih diperhatikan,mengingat biota lebih tegas dalam meng-ekspresikan kerusakan sungai, karena biotaterpengaruh langsung sungai dalam jangkapanjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimiacenderung menginformasikan keadaan sungaipada waktu pengukuran saja. Di samping itu,

Page 2: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

ASTIRIN dkk. - Kualitas Sungai di Kota Surakarta 237

biota ramah lingkungan, murah, cepat danmudah diinterpretasi (Winarno, dkk., 2000).

Pencemaran dapat mengubah struktur eko-sistem dan mengurangi jumlah spesies dalamsuatu komunitas, sehingga keragamannyaberkurang. Dengan demikian indeks diversitasekosistem yang tercemar selalu lebih kecil daripada ekosistem alami. Diversitas di suatuperairan biasanya dinyatakan dalam jumlahspesies yang terdapat di tempat tersebut.Semakin besar jumlah spesies akan semakinbesar pula diversitasnya. Hubungan antarajumlah spesies dengan jumlah individu dapatdinyatakan dalam bentuk indeks diversitas.

Berdasarkan pengamatan pendahuluanmelalui uji fisikokimia diyakini bahwa sungai-sungai di Kota Surakarta, yaitu Sungai Pepe,Premulung, Anyar dan Jenes, telah tercemarberat. Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui keanekaragaman jenis zooplankton danfitoplankton pada keempat sungai tersebut,dan menetapkan kualitasnya berdasarkanindeks diversitas plankton.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan waktu penelitianLokasi penelitian meliputi empat sungai di

Kota Surakarta yang semuanya bermuara diBengawan Solo, yaitu Sungai Pepe,Premulung, Anyar dan Sungai Jenes. Setiapsungai ditentukan dua stasiun yaitu di hulu(sebelum memasuki kota) dan di hilir (setelahmelewati kota), masing-masing dengan tigaulangan. Penelitian dilaksanakan pada musimkemarau tahun 1999.

Alat dan bahanAlat yang digunakan meliputi jala plankton,

Sedgewick-Rafter Counting Cells (SRCC),hand counter, mikroskop, mikrometer okulerWipple, gelas ukur, ember plastik, pipet danbotol koleksi. Bahan kimia yang diperlukanadalah formalin 4% untuk pengawetan.

Cara kerjaData kualitatif dikoleksi dengan menarik

jala plankton, secara horizontal dan vertikal disungai. Pada lokasi yang memiliki banyakmakrofita terendam digunakan jala planktonbertangkai. Identifikasi jenis-jenis planktonmerujuk pada Davis (1955). Data kuantitatifdiperoleh dengan memampatkan air sungaiyang mengandung plankton dari volume

tertentu ke volume lebih kecil, yaitu airsebanyak 4 liter untuk perairan blooming atau6 liter untuk perairan normal dituangkan kedalam jala plankton yang telah dipasangi botolflakon volume 10 ml. Plankton yang terjaringdan menempel pada dinding jala disiramhingga masuk ke botol flakon, lalu diberi tigatetes formalin 4 % untuk pengawetan.

Sebanyak 1 ml air sampel diambil denganpipet dan dimasukkan dalam SRCC, laludiamati di bawah mikroskop yang telahdipasangi mikrometer okuler Wipple. Jumlahfitoplankton dan zooplankton pada 10 bidangpandang mikrometer dihitung, sehinggadiketahui jumlah plankton per liter. Planktonpada batas atas dan kiri batas mikrometer ikutdihitung, sedangkan plankton pada batasbawah dan kanan tidak dihitung.

Analisis dataJumlah organisme yang didapatkan dari

perhitungan, dianalisis dengan rumus indeksdiversitas Shannon Wienner (Odum, 1993),sedang klasifikasi derajat pencemaranperairan merujuk pada Lee (1978):

Tabel 1. Daftar klasifikasi derajat pencemaran.

No DerajatPencemaran

IndeksDiversitas

DO(ppm)

BOD(ppm)

SS(ppm)

NH3(ppm)

1. Tidak > 2,0 >6,5 <3,0 < 20 < 0,52. Ringan 2,0-1,6 4,5-6,5 3,0-4,9 20-49 0,5-0,93. Sedang 1,5-1,0 2,0-4,4 5,0-15 50-100 1,0-3,04. Berat <1,0 <2,0 >15 > 100 > 3,0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penurunan kualitas air sungai akibat limbahindustri dapat menurunkan kualitas air tanah disekitarnya melalui infiltrasi dan dispersi.Infiltrasi adalah masuknya air dan bahan-bahan terlarut ke dalam tanah, sedangkandispersi adalah pencampuran bahan-bahan didalam air secara fisik-kimia hingga homogen.Selaku organisme air, plankton mempunyaibanyak kelebihan sebagai tolok ukur biologisyaitu mampu menunjukkan tingkat ketidak-stabilan ekologi dan mengevaluasi berbagaibentuk pencemaran.

Pencemaran sungai di Kota Surakartaterutama berkaitan dengan limbah industri danrumah tangga. Potensi pencemaran dariindustri terlihat dari banyaknya perusahaan

Page 3: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 2, Juli 2002, hal. 236-241238

kecil yang membuang limbah cair langsung kesungai, karena belum memiliki UPL, sedang-kan industri besar yang memiliki UPL disinyalirbelum memfungsikannya secara optimal.

Sungai AnyarBerdasarkan letak topografinya, Sungai

Anyar tidak saja menerima dampak kegiatanpembangunan dari Kota Surakarta, tetapi jugadari luar wilayah. Dampak ini berasal darilingkungan pertanian, permukiman, perda-gangan, transportasi dan lain-lain. Sehinggaperlu penanganan lintas sektoral yang dikoor-dinasikan dengan kota/kabupaten di sekitar-nya. Indeks diversitas Shannon Wiennerkomunitas plankton di hulu dan hilir SungaiAnyar masing-masing sebesar 1,927 dan1,369 (Tabel 2), sehingga merujuk pada Leeet al. (1978) sungai ini tergolong tercemarringan. Secara visual tampak adanya penyu-buran perairan, dimana warna sungai hijaupekat (blooming). Kondisi ini perlu mendapatperhatian karena akan mengganggu keseim-bangan rantai makanan dan mempengaruhiekosistem di sekitar sungai.

Terjadinya blooming di Sungai Anyartampaknya terkait erat dengan daerah aliransungai yang melewati areal pertanian diKabupaten Boyolali, dimana asupan fosfat dannitrat berlebih. Limbah pertanian dapat masukke dalam perairan dengan cara merembesatau melalui aliran permukaan. Bloomingmenyebabkan jumlah fitoplankton yang matirelatif banyak. Sisa-sisa tubuh fitoplanktonakan tenggelam karena berat jenisprotoplasmanya lebih besar dari air, danselanjutnya akan mengalami dekomposisi olehbakteri, sehingga unsur-unsur nitrat dan fosfatyang terikat pada berbagai senyawa organikdibebaskan dan dikembalikan ke dalamperairan dalam bentuk nitrat dan fosfatinorganik, yang dapat dimanfaatkan kembalioleh fitoplankton. Hal ini menjaga ketersediaanhara di perairan sehingga blooming dapatberlangsung dalam waktu lama.

Proses dekomposisi oleh bakteri terjadi dibawah zone eufotik, bahkan mungkin di zoneafotik. Unsur hara ini dapat terangkat ke zoneeufotik di atasnya oleh arus vertikal. Bahan-bahan organik dari sumber lain juga akanmengalami dekomposisi oleh bakteri. Apabilabahan organik tersedia dalam jumlah besar,maka dekomposisi oleh bakteri akanmengembalikan nitrat dan fosfat dalam jumlahbesar ke perairan, sehingga terjadi eutrofikasi.

Tabel 2. Keanekaragaman jenis plankton di SungaiAnyar.

No Nama spesies Hulu Hilir1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.

Gomphoneis herculeanumPolyartha vulgarisFilinia longisetaDidymodactylus carnosusRotaria citrinusPhilodina roseolaBradyscela claudaStreblocerus serricadalusDrepanothrix dentalaAcantholeberis curvirostrisLathonura rectirostrisBanops serricaudataMacrothrix hirsuticornis.Eurycercus LamllatusMonospilus disparDadaya macropsCamptocercus rectirostrisOxyurella tenuicaudisAlonella diaphanaAlona guttataLeydigia quadrangularisAlonella exsa.Cyclops haueriCyclops bicuspidatusCyclops jeanelli puteiParacamptus reductus

1-4--1

13-1

12-4

182---1---4----

-14-12--

17--1---3101-

1511-1211

Indeks diversitasJumlah spesies

1,92711

1,63915

Gas nitrogen (N2) tidak mudah larut dalamair, tetapi karena 78% atmosfir adalah gas N2,kadarnya dalam air tetap tinggi. Secara kimia,N2 bersifat inert dan tidak bereaksi dengan air,namun beberapa jenis bakteri, jamur dan algahijau-biru (Cyanophyceae) dapat memfiksasiN2 dari udara. Terdapat pula beberapabakteria yang dapat mereduksi nitrat menjadiN2 bila kadar oksigen sangat rendah. Pupuknitrogen yang banyak digunakan petani dapatmeningkatkan kadar nitrat dan nitrit diperairan, sehingga terjadi eutrofikasi.

Eutrofikasi tampaknya menguntungkankarena diikuti penambahan jumlah fitopankton,namun kondisi ini memerlukan pasokanoksigen dalam jumlah besar. Pada siang,fotosintesis menghasilkan oksigen sehinggakadar dalam perairan cukup untuk memenuhikebutuhan semua organisme, namun padamalam hari terjadi persaingan antarafitoplankton dengan ikan, zooplankton danorganisme lain. Dalam persaingan inifitoplankton akan menang, karena laju difusioksigen ke dalam tubuhnya jauh lebih cepat.

Page 4: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

ASTIRIN dkk. - Kualitas Sungai di Kota Surakarta 239

Sehingga ikan dapat mati “tercekik” kecualiikan yang memiliki alat pernafasan tambahan.

Penambahan individu fitoplankton akandiikuti alga hijau-biru. Hal ini terjadi karenafitoplankton membutuhkan fosfat jauh lebihsedikit dari pada nitrogen, sehingga nitrat yangtersedia akan dihabiskan fitoplankton,sedangkan fosfat yang tersisa akandimanfaatkan alga hijau-biru yang tetapbertahan karena dapat mengikat nitrogen dariatmosfer, sehingga alga hijau-biru ikutmengalami blooming.

Sungai PremulungKeanekaragaman jenis plankton di Sungai

Premulung ditunjukkan pada Tabel 3. Indeksdiversitas Shannon Wienner pada SungaiPremulung di bagian hulu dan hilir secaraberturut-turut adalah 1,914 dan 0,775,sehingga dengan merujuk standard Lee et al.(1978) kondisinya secara berturut-turuttercemar ringan dan berat.

Tabel 3. Keanekaragaman jenis plankton di SungaiPremulung.

No Nama spesies Hulu Hilir1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.13.14.15.161718

Porphrydium cruentumKylimella latvicaBatrachospermum boryanumBrebissonia boeckiiGomphoneis herculeanumPolyartha. vulgarisFilinia. longisetaDidymodactylus carnosusRotaria citrinusPhilodina roseolaAlonella exsa.Polamocypris elegantulaCyclops strenuusCyclops magnusCyclops navusEurycercus LamllatusMonospilus disparLeydigia quadrangularis

11-

12--77-7109118689109

-2-84--4-----1----

Indeks diversitasJumlah spesies

1,91414

0,7755

Hal ini terjadi karena Sungai Premulungmenerima aliran dari Kabupaten Sukoharjoyang memiliki potensi pencemaran olehkegiatan industri dan permukiman, sehinggaaliran sungai yang memasuki Kota Surakartasudah tercemar. Sesudah memasuki KotaSurakarta yang banyak memiliki industri batikdan sablon, maka beban pencemar sungaisemakin berat.

Industri yang membuang limbah ke SungaiPremulung antara lain sablon, meliputi industritekstil, batik dan tenun. Industri ini banyakmenggunakan zat warna reaktif. Penyablonancara dingin menggunakan zat warna procion-M turunan diklorotriazina, sedang cara panasmenggunakan zat warna remazol turunanvinilsulfon. Vinil yang bersifat karsinogenikdapat terakumulasi atau menempel padaorganisme perairan, dan melalui rantaimakanan dapat terjadi biomagnifikasi. Disamping itu limbah remazol merubah warnaair, sehingga mengurangi daya guna danestetikanya.

Pencemaran di Sungai Premuling tampak-nya sulit dikendalikan mengingat banyaknyahambatan yang ditemui, atara lain: (1)Masyarakat di sekitar usaha industri yangmencemari lingkungan bersikap “nrimo” dantakut menyampaikan keluhan karena tidaktahu hak perlindungan lingkungan. (2) Industribesar yang belum menyadari prinsipinternalisasi biaya eksternal sehingga hanyamenginginkan keuntungan semata, tanpamemperdulikan dampak usahanya terhadaplingkungan. (3) Industri kecil yang telah sadarperlunya pengendalian dampak lingkungannamun tidak mampu membuat UPL. (4)Lemahnya penegakan hukum bagi industriyang menyebabkan pencemaran.

Sungai PepeHasil identifikasi plankton yang terjaring

dalam pengambilan sampel di Sungai Pepedapat ditunjukkan pada Tabel 4. Indeksdiversitas Shannon Wienner Sungai Pepe didaerah hulu sebesar 1,979, menunjukkankualitas perairan yang tercemar ringan,sedang daerah hilir sebesar 0,901, menunjuk-kan tercemar berat (Lee et al., 1978).

Kondisi ini terjadi karena aliran SungaiPepe di Kota Surakarta menampung limbahdari 23 industri yang potensial menimbulkanpencemar, terdiri dari 21 industri tekstil,dimana 5 tergolong besar, 4 sedang, dan 12tergolong kecil; 1 industri kulit tergolong besardan 1 industri bumbu masak tergolong kecil-menengah. Dari ke-23 industri tersebut, 13diantaranya telah dilengkapi dengan UPL,namun belum dioperasionalkan secaramaksimal, sesuai kesaksian masyarakat disekitarnya. Secara alamiah sungai-sungaipenerima limbah dapat mendegradasi limbah,namun apabila jumlahnya melampaui kemam-puan degradasi akan terjadi pencemaran.

Page 5: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 2, Juli 2002, hal. 236-241240

Tabel 4. Keanekaragaman jenis plankton di SungaiPepe.

No Nama spesies Hulu Hilir1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.

Chara globularisTolypella glomerataStipilococcus urcelolatusPorphrydium cruentumKylimella latvicaBatrachospermum boryanumBrebissonia boeckiiGomphoneis herculeanumPolyartha. vulgarisFilinia. longisetaDidymodactylus carnosusRotaria citrinusPhilodina roseolaAlonella exsa.Polamocypris elegantulaCyclops strenuusCyclops magnusCyclops navus?

112-11-1-34-2111-28

---3--6-2--5----4--

Indeks diversitasJumlah spesies

1,97914

0,9015

Secara fisik kenampakan Sungai Pepeberwarna coklat kehitaman dan alirannyasangat lambat, sehingga proses distribusioksigen secara vertikal tidak lancar danproses difusi terhambat. Pada umumnyasemua gas dapat terlarut dalam air, namundifusi ini berlangsung sangat lambat, sehinggaapabila transfer oksigen hanya tergantung daridifusi maka kemungkinan besar air di dekatdasar perairan tidak mengandung oksigen. Disini peran sirkulasi air sangat penting, karenamengakibatkan terjadinya penyampuran airpermukaan yang teroksigenasi dengan air dibawahnya, sehingga kadar oksigen terlarutlebih seragam. Di samping itu air Sungai Pepeyang sangat keruh karena banyaknya bahan-bahan yang tersuspensi seperti lumpur,menyebabkan ketersediaan cahaya mataharimenjadi faktor pembatas, dimana kompensasicahaya pada beberapa tempat hanyabeberapa centimeter, sehingga indeksdiversitas plankton di sungai ini rendah.

Pada hulu Sungai Pepe, selain warna airkeruh, coklat kehitaman, aliran air sangatlemah badan air juga berbau. Tampaknyaproses dekomposisi/biodegradasi sudahmenggunakan oksigen dalam jumlah yangminim sehingga proses ini bersifat anaerob.Merujuk Wardoyo (1978) dekomposisi olehbakteri masih dapat berlangsung dalamperairan yang sama sekali tidak terdapat

oksigen terlarut. Namun pada keadaan inidekomposisi dilakukan oleh bakteri anaerob.Dilihat dari sudut pengembalian unsur harabahan organik ke dalam perairan, dekomposisioleh bakteri anaerob mungkin menguntung-kan, namun dalam proses dekomposisi inidihasilkan senyawa-senyawa yang bersifatracun bagi biota air, seperti etana, metana,amoniak, dan H2S.

Pada umumnya oksigen terlarut bukanmerupakan faktor pembatas bagi kehidupanperairan, namun apabila kadar oksigen terlarutsangat rendah kehidupan dalam air terancam.Keadaan ini dapat terjadi pada perairan yangmengandung sejumlah besar bahan organikyang mengalami dekomposisi oleh bakteri.Bakteri dekomposisi yang terdapat dalamjumlah besar ini juga memerlukan oksigendalam jumlah besar, sehingga menurunkankadar oksigen terlarut hingga tahap yangmengancam kehidupan air.

Hewan-hewan air yang dapat aktifbergerak, seperti ikan meninggalkan ataumenghindari lokasi-lokasi dimana terdapatsejumlah besar bahan organik yangmengalami dekomposisi oleh bakteri. Hewan-hewan yang hidup menetap atau bergerakpasif, misalnya bentos atau plankton akanmati, sehingga indeks diversitasnya rendah.

Sungai JenesHasil identifikasi plankton yang terjaring

dalam pengambilan sampel di Sungai Jenesdapat disajikan pada Tabel 5. Indeksdiversitas Shannon Wienner Sungai Jenespada daerah hulu dan hilir sebesar 1,208 dan1,095, sehingga dengan merujuk Lee et al.(1978) keduanya digolongkan tercemarsedang. Hal ini menunjukkan bahwa SungaiJenes sudah menerima beban pencemaransejak sebelum memasuki kota. Pencemarandalam suatu perairan tidak selalu seketikamemusnahkan populasi biota di dalamnya.Tetapi bahan pencemar yang terdapat dalamkadar tidak mematikan (sublethal) tetap dapatmengakibatkan efek negatif terhadap biologiorganisme hidup.

Pencemaran pada badan air Sungai Jenesdisebabkan terutama karena daerah aliransungai melalui areal pertanian, permukimandan kawasan industri. Penggunaan pestisidadi sektor pertanian turut andil dalam mening-katkan beban pencemar. Areal pertanian me-nyumbangkan sisa-sisa pupuk dan pestisidadalam jumlah cukup banyak ke perairan.

Page 6: Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta

ASTIRIN dkk. - Kualitas Sungai di Kota Surakarta 241

Tabel 5. Keanekaragaman jenis plankton di SungaiJenes.

No Nama spesies Hulu Hilir1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.2021

Eremosphaera viridisOocystis natansGeminella interruptaRadiofilum conjunctivumRaphidionemasempervirensStichococcus bacillarisSphaeroplea annulinaProtococcus viridisMonostroma quaternariumChara globularisOxyurella tenuicaudisAlonella diaphanaAlona guttataLeydigia quadrangularisAlonella exsa.Polamocypris elegantulaCyclops strenuusCyclops magnusCyclops navus-?

14--11--

27-2---3--1---

--23--15-4-112-12-211

Indeks diversitasJumlah spesies

1,208-

1,095-

Permasalahan utama pencemaran olehpestisida ialah adanya pengendapan sisa-sisapestisida yang digunakan untukmengendalikan hama di sektor pertanian danvektor penyakit di sektor kesehatanmasyarakat. Deposisi ini dapat terjadi padalingkungan fisik, kimia maupun makhluk biotikyang dikonsumsi manusia, seperti ikan danunggas. Kontaminasi pestisida padaekosistem akuatik tidak hanya karenapemakaian secara langsung ke dalam sistemperairan tetapi juga melalui cara-cara lain,misalnya tumpahan pada waktupengangkutan, penyimpanan dan penjualan.Kontaminasi juga dapat diakibatkan olehsistem irigasi, air permukaan, terlarutnya debuyang mengandung pestisida ke dalam airtanah dan lain-lain. Pestisida yang sampai keperairan dapat mematikan ikan. Bahkan dalamkadar sublethal pun bahan toksik ini akanmengakibatkan ikan menjadi lebih pekaterhadap serangan penyakit.

Beban pencemaran yang berat menyebab-kan kualitas lingkungan perairan Sungai Jenes

menurun, karena di dalam kota sungai ini jugamenerima beban pencemaran cukup banyak,sehingga mekanisme alami pemurnian diritidak berlangsung. Di samping pencemarandari lahan pertanian, industri dan pemukiman,pencemaran di sungai ini juga disebabkanpembuangan limbah cair hotel secaralangsung tanpa melalui UPL. Di sampingSungai Jenes, sungai lain yang juga menerimalimbah hotel dan perlu mendapat pemantauanadalah Sungai Pepe dan Sungai Anyar. Padaakhirnya limbah ini akan bermuara di SungaiBengawan Solo.

KESIMPULAN

Semua sungai di Kota Surakarta dalamkondisi tercemar, baik daerah hulu mapun hilir.Derajat pencemaran berkisar antara tercemarringan hingga tercemar berat. Kualitas sungaidi daerah hulu yang semuanya sudahtercemar dapat diartikan bahwa pencemaransungai sudah terjadi sebelum memasuki KotaSurakarta, yang turut membebani pencemaransungai-sungai di kota ini.

DAFTAR PUSTAKA

David. 1955. Freshwater Plankton. Davis: Universiry ofCalifornia.

Dudgeon, D. 1992. Endangered Ecosystem: a Review ofthe Conservation Status of Tropical Asia Rivers.Hydrobiologia 248: 167-191.

Groombridge, B., 1990. Global Biodiversity: Status of theEarth Living Resources. London: Chapman and Hall.

Jalal, K.F. 1987. Regional Water Resources Situation:Quantitative and Qualitative Aspects. In Ali, M. G.E.Radosevich and A.A. Khan (Eds.). Water ResourcesPolicy for Asia. Boston: Balkema Publishers.

Lee, T.D. 1978. Handbook of Variables of EnvironmentalImpact assessment. Arbor: An Arbor SciencePublisher Inc.

Odum, 1993. Fundamental of Ecology, 3th edition.London: WB. Sounders Co.

Winarno, K., O.P. Astirin dan A.D. Setyawan. 2000.Pemantauan Kualitas Perairan Rawa Jabungberdasarkan Keanekaragaman dan KekayaanKomunitas Bentos. BioSMART 2 (1): 40-46.