keputusan-bupati-badung-no.-639-tahun-2003

27
BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR : 639 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN KUTA SELATAN BUPATI BADUNG, Menimbang : a. Bahwa untuk mengarahkan program pembangunan wilayah yang lebih tegas dalam upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik di Kabupaten Badung, diperlukan adanya arahan mengenai pemanfaatan ruang secara pasti ; b. Bahwa cara mengarahkan pemanfaatan ruang dimaksud di atas adalah berupa Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2002- 2012 yang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang bersifat operasional dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik di wilayah Kecamatan Kuta Selatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat ; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b tersebut diatas dan untuk menjamin pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan secara efektif dan pasti, dipandang perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655) ; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104 ; Tambahan Lembaran - 1 -

Upload: dudu-dudu

Post on 19-Jan-2016

131 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

keputusan bupati

TRANSCRIPT

Page 1: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

BUPATI BADUNG

KEPUTUSAN BUPATI BADUNGNOMOR : 639 TAHUN 2003

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN KUTA SELATAN

BUPATI BADUNG,

Menimbang : a. Bahwa untuk mengarahkan program pembangunan wilayah yang lebih tegas dalam upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik di Kabupaten Badung, diperlukan adanya arahan mengenai pemanfaatan ruang secara pasti ;

b. Bahwa cara mengarahkan pemanfaatan ruang dimaksud di atas adalah berupa Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2002-2012 yang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang bersifat operasional dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik di wilayah Kecamatan Kuta Selatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat ;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b tersebut diatas dan untuk menjamin pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan secara efektif dan pasti, dipandang perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Badung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655) ;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104 ; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043) ;

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2324) ;

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823) ;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran negara Nomor 2831) ;

- 1 -

Page 2: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253) ;

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274) ;

8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419) ;

9. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 1978, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4327) ;

10. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469) ;

11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470) ;

12. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) ;

13. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 350) ;

14. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699) ;

15. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 No. 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225) ;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3226) ;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294) ;

- 2 -

Page 3: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

20. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294) ;

21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3352) ;

22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373) ;

23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409) ;

24. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembatan Negara Nomor 3445) ;

25. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721) ;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838) ;

27. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri ;

28. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ;

29. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri ;

30. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum ;

31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Pengendalian Pembangunan di Daerah ;

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia Jo. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987;

33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota Jo. Keputusan Menteri Dalam Nomor 59 Tahun 1988 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986;

34. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan sungai dan Bekas Sungai ;

- 3 -

Page 4: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang ;

36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah ;

37. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan ;

38. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 2/PD/DPRD/1974 tentang Tata Ruang untuk Pembangunan (Lembaran Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 57 seri C Nomor 1) ;

39. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 3/PD/DPRD/1974 tentang Lingkungan Khusus (Lembaran Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 58 seri C Nomor 2) ;

40. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 4/PD/DPRD/1974 tentang Bangun-Bangunan (Lembaran Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 59 seri C Nomor 3) ;

41. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali Nomor 4 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali ;

42. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 3 Tahun 1992 tentang Larangan Mendirikan Bangun-Bangunan pada Jalur Hijau di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung ;

43. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 29 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung ;

44. Keputusan Bupati Badung Nomor 1741 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jalan By Pass Ngurah Rai ;

45. Keputusan Bupati Badung Nomor 79 Tahun 2000 tentang Rencana Detail Penataan Lingkungan Pura Luhur Uluwatu di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung ;

46. Keputusan Bupati Badung Nomor 98 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Pesisir Pantai Tanjung Benoa ;

M E M U T U S K A N

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BADUNG TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2002-2012

- 4 -

Page 5: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Badung;b. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah yang

lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;c. Kepala Daerah adalah Bupati Badung;d. Ruang adalah wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan dan ruang udara sebagai

satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya ;

e. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak ;

f. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang ;

g. Perencanaan Ruang adalah rangkaian kegiatan perencanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan sesuai dengan skala ruang yang direncanakan.

h. Pemanfaatan Ruang adalah rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang ;

i. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan ;

j. Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan yang selanjutnya disebut RDTRK merupakan rencana kecamatan yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian wilayah-wilayah kecamatan yang menggambarkan rencana struktur tata ruang kecamatan, zoning/blok peruntukkan lahan, sistem prasarana dan sarana kecamatan dan persyaratan teknis pengembangan kecamatan;

k. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional ;

l. Kawasan adalah wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan fungsional tertentu ;

m. Kawasan Limitasi adalah kawasan yang tidak dapat dikembangkan sama sekali yang memiliki ratio tutupan lahan sama dengan 0% sehingga tidak boleh ada bangunan di dalam kawasan ini ;

n. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan ini disebut juga sebagai kawasan potensial yang terbagi dalam dua kelompok : kawasan budidaya pertanian dan budidaya non-pertanian;

o. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan;

p. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

q. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang meliputi jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik dan telekomunikasi.

- 5 -

Page 6: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

r. Sarana adalah kelengkapan kawasan permukiman yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, rekreasi dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka serta pemakaman umum;

s. Wilayah Perencanaan adalah terdiri dari seluruh desa atau 6 (Enam) desa/kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kuta Selatan ;

t. Kawasan Kuta adalah meliputi Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan ;

u. Tinggi Bangunan adalah jarak tegak lurus yang diukur dari rata-rata permukaan tanah asal di mana bangunan didirikan sampai kepada garis pertemuan antara tembok luar atau tiang struktur bangunan dengan atap ;

v. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas tanah, yang dinyatakan dengan prosentase.

w. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah perbandingan antara seluruh luas lantai bangunan terhadap luas lahan yang dinyatakan dalam prosentase ;

x. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis tegak lurus dari garis tengah (as) jalan ke tembok bangunan atau tiang struktur bangunan terdekat yang berhadapan dengan jalan bersangkutan, batas mana tidak boleh dilampaui ;

y. Garis Sempadan Pagar adalah garis tegak lurus dari garis terluar badan jalan/saluran drainase ke tembok penyengker/pagar rumah yang berhadapan dengan jalan bersangkutan, yang tidak boleh dilampaui ;

z. Badan Jalan adalah lebar badan jalan yang diukur dari kiri kanan batas luar jalan atau got di sepanjang jalan tersebut.

Pasal 2

(1) Lampiran Keputusan Bupati tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan 2002-2012 terdiri dari :a. Buku Fakta dan Analisa RDTR Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta dan

Kecamatan Kuta Selatan.b. Buku Rencana (Laporan Akhir) RDTR Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta

dan Kecamatan Kuta Selatan. c. Album Peta RDTR Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta dan Kecamatan

Kuta Selatan.(2) Naskah dan Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak

terpisahkan satu sama lain.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

Maksud dan Tujuan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan 2002-2012 adalah :a. Mengidentifikasi dan menganalisa lebih dalam mengenai kondisi dan potensi yang

terdapat di kawasan perencanaan baik potensi fisik, sosial budaya, ekonomi, transportasi dan jaringan utilitas ;

b. Menyusun arahan pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung kawasan sampai dengan 10 tahun kedepan ;

c. Mengintegrasikan pemanfaatan ruang baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta (investor) ;

d. Mengakomodir peraturan-peraturan yang ada yang berlaku secara spasial menjadi satu produk hukum yaitu Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan ;

e. Sebagai landasan operasional pemanfaatan ruang terutama yang berkaitan dengan ijin pemanfaatan dan pengendali ruang di Kecamatan Kuta Selatan.

- 6 -

Page 7: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

BAB IIIKEDUDUKAN, WILAYAH DAN JANGKA WAKTU RENCANA

Bagian PertamaKedudukan

Pasal 4

Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan 2002-2012 adalah :a. Merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung,

kebijaksanaan yang berlaku serta Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Badung ;b. Menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana pemanfaatan ruang secara

terperinci.

Bagian KeduaWilayah Perencanaan

Pasal 5

(1) Wilayah Perencanaan mencakup 6 (Enam) Desa/ Kelurahan di Kecamatan Kuta Selatan, yaitu :

a. Kelurahan Jimbaranb. Kelurahan Benoac. Kelurahan Tanjung Benoad. Desa Ungasane. Desa Kutuhf. Desa Pecatu

(2) Luas Wilayah Perencanaan adalah : 10.113,01 Ha.(3) Batas-batas administrasi wilayah perencanaan adalah :

a. Di sebelah Utara : Kecamatan Kuta ;b. Di sebelah Timur : Samudera Hindia ;c. Di sebelah Selatan : Samudera Hindia;d. Di sebelah Barat : Samudera Hindia.

(4) Batas-batas dimaksud dalam ayat (3) pasal ini sebagaimana terlampir di dalam Peta Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan.

Bagian KetigaJangka Waktu Rencana

Pasal 6

Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan adalah 10 (sepuluh) tahun yaitu mulai Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2012.

BAB IVSTRUKTUR TATA RUANG KAWASAN KUTA

Bagian PertamaWilayah dan Fungsi Pusat Satuan Pengembangan

Pasal 7

Wilayah dan Fungsi Pusat Satuan Pengembangan di Kawasan Kuta adalah :a. Satuan Pengembangan (SP) Kuta Utara meliputi : Desa Dalung, Kelurahan

Kerobokan Kaja, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kelod, Desa Canggu dan Desa Tibubeneng yang berpusat di Kelurahan Kerobokan, berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat permukiman ;

- 7 -

Page 8: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

b. Satuan Pengembangan (SP) Kuta meliputi : Kelurahan Seminyak, Kelurahan Legian, Kelurahan Kuta, Kelurahan Tuban, dan Kelurahan Kedonganan yang berpusat di Kelurahan Kuta, berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat pariwisata, pusat perdagangan dan jasa, pusat distribusi barang dan jasa ;

c. Satuan Pengembangan (SP) Kuta Selatan meliputi : Kelurahan Jimbaran, Kelurahan Benoa, Kelurahan Tanjung Benoa, Desa Pecatu, Desa Ungasan dan Desa Kutuh yang berpusat di Kelurahan Jimbaran, berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat pendidikan, pusat permukiman dan pusat pariwisata.

Bagian KeduaStruktur Jaringan Transportasi

Pasal 8

(1) Jaringan Jalan meliputi rencana jalan baru dan peningkatan fisik jalan terdiri dari :a. Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan pusat-pusat Satuan

Pengembangan (SP). Jaringan yang dikembangkan adalah :- Jalan Ngurah Rai, untuk menghubungkan jalan arteri Imam Bonjol, Bandar

Udara dan pusat-pusat kota maka Jalan Ngurah Rai difungsikan menjadi jalan arteri primer ;

- Jalan Imam Bonjol, direncanakan peningkatan jalan merupakan salah satu akses jalan Denpasar – Kuta dan dikoordinasikan dengan Jalan Terusan Teuku Umar dan Sunset Road ;

- Jalan Kuta – Tanah Lot (Sunset Road) direncanakan panjang jalan 16,1 Km dari Kuta sampai Tanah Lot, yang saat ini baru terealisasi sampai di Kerobokan ;

b. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan kecamatan dan pusat-pusat kegiatan. Jaringan yang dikembangkan adalah :- Jalan Legian, Jalan raya Seminyak dan Jalan Basangkasa ;- Jalan Kerobokan – Canggu ;- Jalan Tuban – Jimbaran – Ungasan, Jalan Ungasan – Pecatu, dan Jalan

Ungasan – Benoa ;c. Jalan Lokal, tersebar di setiap kelurahan dengan lebar badan jalan bervariasi

sesuai dengan kebutuhan ;(2) Sirkulasi Lalu Lintas diarahkan dengan :

Sistem Satu Arah ;Sistem satu arah direncanakan karena volume ruas-ruas jalan di Kawasan Kuta Tengah sangat tinggi dan beberapa ruas jalan sudah melewati kapasitas jalannya. Sistem satu arah yang disederhanakan mencakup kawasan mulai Kuta Square ke Utara hingga persimpangan dengan perpanjangan Jalan Teuku Umar ke arah Barat hingga perpanjangan Jalan Sunset.

Meningkatkan Aksesibilitas dari/ke Nusa Dua Membangun jembatan dari Tanjung Benoa – Serangan dan memperlebar jalan dan meningkatkan kelas jalan pada ruas jalan di Tanjung Benoa sehingga mengurangi beban Jalan By Pass Ngurah Rai dari/ke Nusa Dua dan meningkatkan pelayanan angkutan umum khusus untuk melayani Kawasan Nusa Dua.

(3) Rute Angkutan UmumRute baru angkutan umum kota dan desa yang dikembangkan di Kawasan Kuta antara lain :- Rute Suci – Kuta via Pemogan berakhir di Sentral Parkir Kuta ;- Rute Dalung – Kerobokan – Kuta berakhir di Sentral Parkir Kuta ;- Rute perpanjangan rute sebelumnya (Ubung – Lukluk – Taman Ayun –

Abiansemal) diperpanjang dari Ubung ke Kuta via Jl. Lingkar Barat berakhir di sentral Parkir Kuta ;

- Adanya Terminal di Ungasan, rute Tegal – Uluwatu berhenti sampai di Ungasan sedangkan dari Ungasan sampai Uluwatu dilayani oleh Angdes rute Ungasan – Uluwatu ;

- 8 -

Page 9: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

- Rute Angdes Ungasan – Bualu – Tanjung Benoa, merupakan pecahan dari rute Uluwatu – Bualu – Tanjung ;

- Angkutan umum masal yang direncanakan untuk dikembangkan adalah angkutan umum bus dengan prioritas pelayanan wisatawan dan umum dengan pengembangan : Rute Bandara Ngurah Rai – Denpasar akan melayani Tuban dan Kawasan

Kuta dengan melalui Jl. Kediri dan Jl. Dewi Sartika, satu arah sepanjang Jl. Teuku Umar, ke arah Utara Jl. Diponegoro, ke arah Barat Jl. Hasanuddin dan ke arah Selatan Jl. Imam Bonjol ;

Rute Nusa Dua ke Tanah Lot via Jalan Sunset ; Rute Nusa Dua ke Gianyar via Jalan Sunrise.

(4) Fasilitas Transportasi di pusat pelayanan adalah pengembangan dan penyediaan tempat tunggu penumpang dan angkutan umum di Sentral Parkir Kuta dan tempat pangkalan angkutan umum di Kampus bukit akan dipindahkan di daerah ungasan antara Kampus Politeknik Negeri Bali dengan Jalan masuk Kawasan Garuda Wisnu yang akan melayani rute Tegal – Ungasan, rute kampus UNUD Denpasar – Ungasan dan melayani Angdes rute Ungasan – Uluwatu dan rute Angdes Ungasan – Bualu - Tanjung.

(5) Pusat Parkir pengembangannya direncanakan pada : Pusat parkir di sebelah Selatan Kawasan Kuta (Sebelah Barat Simpang Dewa

Ruci) menjadi satu dengan Cultural Park/Kuta Square yang direncanakan akan dilengkapi dengan pergantian moda angkutan umum ;

Pusat parkir yang berada di Tengah Kawasan Kuta ( di sekitar Jalan Baik-Baik yang akan melayani Kuta Tengah (Legian, Seminyak) ;

Pusat parkir yang berada di pusat administrasi Kerobokan (di sekitar Jalan Raya Kerobokan Lingkungan Beraban) yang melayani Kuta bagian Utara.

BAB VPEMANFAATAN RUANG DARATAN

Pemanfaatan ruang daratan di Kecamatan Kuta Selatan terdiri dari kawasan limitasi, kawasan budidaya pertanian dan kawasan budidaya non pertanian.

Bagian PertamaKawasan Limitasi

Pasal 9

Kawasan Limitasi merupakan kawasan yang tidak dapat dikembangkan sama sekali yang memiliki ratio tutupan lahan sama dengan 0% sehingga tidak boleh ada bangunan di dalam kawasan ini. Kawasan Limitasi yang ditetapkan adalah : a. Kawasan Suci merupakan kawasan yang dipandang memiliki nilai kesucian oleh

umat Hindu di Bali. Kawasan suci diantaranya pantai, campuhan (pertemuan sungai), mata air (beji), catus patha/pempatan agung dan setra/kuburan Hindu. Lokasi kawasan suci tersebut diantaranya di Pantai Jimbaran, Pantai Kutuh, Pantai Benoa dan Pantai Tanjung Benoa ;

b. Kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura), kawasan tahura yang ada sekarang tetap dipertahankan fungsi sebagai hutan bakau dan dibuatkan jalan inspeksi sebagai batas fisik antara tahura dan fungsi peruntukan lainnya ;

c. Kawasan Sempadan Pantai ditetapkan sesuai dengan rekomendasi rencana sempadan pantai di Kabupaten Badung yaitu untuk Pantai di Kelurahan Jimbaran, di Desa Pecatu, di Desa Ungasan dan di Desa Kutuh sebesar 50 meter, untuk Pantai di Kelurahan Benoa sebesar 30 meter dan untuk Pantai di Kelurahan Tanjung Benoa sebesar 25 meter terhitung dari titik pasang tertinggi sampai dengan daratan ;

- 9 -

Page 10: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

d. Kawasan Sempadan Sungai tersebar diseluruh Kuta Selatan pada sisi kiri kanan sungai di luar kawasan permukiman dengan jarak sempadan sekurang-kurangnya 50 meter pada sungai tidak bertanggul dan 5 meter pada sungai bertanggul. Untuk sungai di dalam kawasan permukiman sekurang-kurangnya 10 meter kiri kanan sungai tidak bertanggul dan 3 meter kiri kanan sungai bertanggul serta cukup untuk dibangun jalan inspeksi sungai atau jalan lingkungan;

e. Kawasan Sempadan Jurang tersebar di Daerah Bukit meliputi Kelurahan Jimbaran, Desa Pecatu, Desa Ungasan dan Kelurahan Benoa dengan jarak sekurang-kurangnya 2 kali kedalaman jurang pada jurang dengan batasan yang memiliki kemiringan lereng sekurang-kurangnya 45% dan kedalaman sekurang-kurangnya 5 meter pada garis datar 11 meter ;

f. Kawasan Sekitar Mata Air tetap dilindungi karena selain berfungsi sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari juga merupakan air suci dengan radius pengamanan sebesar 100 meter. Tidak diperbolehkan kegiatan yang mengganggu fungsi penyerapan air dan mengganggu kesucian mata air ;

g. Kawasan Radius Kesucian Pura atau Kekeran adalah kawasan yang berada pada radius kesucian pura sesuai Bhisama PHDI tentang kesucian Pura yang terdiri atas Apaneleng Agung (minimal 5 Km dari pura) untuk Sad Kahyangan, Apaneleng Alit (minimal 2 Km dari pura) untuk Dang Kahyangan, dan Apanimpug atau Apanyengker untuk Kahyangan Tiga dan lain-lain. Kebijaksanaan pengelolaan radius kesucian pura adalah : Di daerah kekeran tidak diperkenankan membuat bangunan kecuali bangunan

penunjang kegiatan ritual dan tempat tinggal dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) rendah ;

Penetapan radius kesucian disesuaikan dengan kondisi di lapangan serta kesepakatan dengan PHDI dan desa adat setempat dengan tetap memperhatikan batasan kelestarian lingkungan dan radius kesucian pura ;

Penetapan radius kesucian pura kahyangan tiga adalah apenimpug atau apenyengker yang jaraknya minimal 50 meter untuk bangunan bertingkat dan 25 meter untuk bangunan tidak bertingkat ;

Pemanfaatan ruang suci dalam radius kesucian pura sebagai kawasan tidak terbangun terkecuali bangunan-bangunan yang telah ada dan rencana pembangunan yang berada dalam radius kawasan kesucian pura yang telah memiliki perijinan lengkap tetap diijinkan, sedangkan pembangunan baru mutlak berpedoman kepada keputusan ini.

h. Kawasan Sempadan Perbatasan Wilayah minimum 50 m pada kiri kanan garis perbatasan wilayah kabupaten. Tidak ada kegiatan bangunan fisik yang diijinkan untuk dilakukan pada kawasan ini.

Bagian KeduaKawasan Budidaya Pertanian

Pasal 10

(1). Kawasan Budidaya Pertanian adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama sebagai kawasan budidaya tanaman pertanian lahan kering berupa tegalan, kebun campuran, hutan produksi dan peternakan yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan ruang terbuka hijau (RTH).

(2). Kegiatan lain yang diijinkan dalam kawasan ini adalah pengembangan Agrowisata dengan persyaratan/ketentuan :a. Terdapat areal pertanian sebagai tempat pemulihan vegetasi yang dijadikan

sebagai obyek peninjauan wisatawan dengan komoditi pertanian yang disesuaikan dengan karakteristik tanah.

b. Kegiatan yang diperbolehkan sebagai fasilitas penunjang kegiatan Agrowisata tersebut meliputi fasilitas perdagangan dan jasa (kios kesenian/cinderamata, kios untuk hasil pertanian, warung makan/restoran), pengembangan tempat peninjauan atau menikmati pemandangan alam berupa pelataran atau bangunan bale bengong dan kegiatan lainnya yang terkait dengan kegiatan agrowisata

- 10 -

Page 11: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

kecuali penginapan/rumah tinggal, dimana totalitas keseluruhan wilayah rasio tutupan lahan yang diijinkan maksimum 20%.

Bagian KetigaKawasan Budidaya Non Pertanian

Pasal 11

Kawasan Budidaya Non Pertanian adalah kawasan yang ditetapkan fungsinya untuk pembangunan fisik di Kecamatan Kuta Selatan dengan jenis peruntukkan untuk perumahan, akomodasi wisata, fasilitas penunjang akomodasi wisata, serta perdagangan dan jasa ; (1) Perumahan, adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.Kegiatan-kegiatan penunjang yang diijinkan untuk dikembangkan pada kawasan perumahan adalah berupa : Fasilitas pendidikan skala lingkungan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai

dengan SLTA dan fasilitas pendidikan pada kawasan Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali.

Fasilitas kesehatan seperti praktek dokter atau balai pengobatan skala lingkungan. Fasilitas perdagangan dan jasa skala lingkungan seperti warung makan/minum

toko kelontong, warung telekomunikasi (wartel), salon rumahan dan kegiatan sejenisnya.

Industri kecil/kerajinan rumah tangga yang tidak menimbulkan polusi. Fasilitas umum seperti taman dan lapangan olahraga.

(2) Akomodasi Wisata adalah merupakan kawasan perhotelan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjangnya yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan pariwisata.Pengembangan akomodasi wisata diarahkan di pesisir pantai selatan mulai dari Kawasan Nusa Dua s/d batas radius kesucian Pura Luhur Uluwatu, lokasi lainnya yaitu di Kelurahan Tanjung Benoa dan Kelurahan Jimbaran. Fasilitas penunjang akomodasi yang diijinkan pada kawasan akomodasi wisata berupa : Kegiatan perdagangan dan jasa berupa toko kerajinan/kesenian (art shop) dengan jenis barang dagangan berupa barang hasil kerajinan/kesenian, makanan dan minuman, Restoran/rumah makan dan café, Salon, spa dan massage, Money Changer, Bangunan kesenian dan atraksi wisata, Fasilitas hiburan dan rekreasi di dalam/luar gedung seperti (bar, diskotik, karaoke dan hiburan/rekreasi sejenisnya), Fasilitas kesehatan seperti klinik dan rumah sakit.Untuk pengembangan usaha/kegiatan dengan luasan lahan di atas 5000 m2 pada peruntukkan kawasan akomodasi wisata diwajibkan untuk menyediakan fasilitas utama berupa akomodasi (penginapan) dengan perbandingan maksimal 70 % untuk akomodasi dan 30 % untuk fasilitas penunjang akomodasi dari Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang diijinkan

(3) Fasilitas Penunjang Akomodasi Wisata merupakan kawasan khusus di pesisir pantai Jimbaran yang bersebelahan dengan pantai di Kelurahan Kedonganan diarahkan sebagai fasilitas penunjang akomodasi wisata dengan bangunan semi permanen berupa café-café yang bersambung dengan fasilitas akomodasi wisata di Kelurahan Kedonganan.

(4) Kawasan Obyek Wisata merupakan kawasan yang dimanfaatkan sebagai tempat untuk kegiatan rekreasi/wisata pantai.

(5) Perdagangan dan JasaMerupakan kawasan pusat perbelanjaan yang menjual keperluan sehari-hari yang dilengkapi dengan sarana-sarana niaga lainnya seperti kantor, bank, gudang, industri kecil seperti konveksi dan lainnya. Selain menjual kebutuhan sehari-hari toko-toko yang ada juga terdiri dari toko-toko pagar, bengkel reparasi dan service juga unit-unit

- 11 -

Page 12: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

produksi (yang tidak menimbulkan polusi) dan tempat hiburan serta kegiatan jasa dengan arahan pengembangan adalah sebagai berikut :

PerdaganganJenis kegiatan perdagangan yang dikembangkan antara lain pasar tradisional, warung kelontong, pertokoan dan mini market,, pasar swalayan/supermarket, galleri, art shop, restoran dan rumah makan serta etalase dan pemasaran untuk barang-barang kerajinan baik berupa furniture, batu alam/batu sintetis , hasil kerajinan tanah liat serta kegiatan sejenis.

Jasa Jenis kegiatan jasa yang dikembangkan antara lain perkantoran swasta, showroom, perbankan , bengkel, wartel, salon, jasa kesehatan berupa klinik dan rumah sakit, jasa akomodasi (hotel) non bintang serta kegiatan sejenis.

BAB VIPEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN LAUT

Pasal 12

Pengembangan kawasan pesisir pantai dan laut meliputi zona perlindungan, zona penangkapan ikan, zona water sport, zona diving/snorkling, zona rekreasi air, zona rekreasi pantai, zona pangkalan pendaratan ikan, zona upacara keagamaan dan zona budidaya laut. (1) Zona Perlindungan;

Pada zona ini tidak diijinkan kegiatan pembangunan kecuali penelitian dan pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang bersifat apresiatif seperti wisata alam dengan batasan-batasan antara lain tidak diperkenankan melakukan konstruksi, pemungutan biota dan aktivitas yang bersifat ekstraktif lainnya. Zona ini terdiri dari zona mangrove yang merupakan bagian dari Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai di Kelurahan Jimbaran, Benoa dan Tanjung Benoa dan sempadan pantai dan sempadan jurang sesuai dengan ketentuan pada kawasan limitasi.

(2) Zona Penangkapan Ikan ;Zona penangkapan ikan ditetapkan dengan batasan mulai dari isobath 50 m dari garis pantai ke arah laut sampai 4 mil laut yang merupakan kawasn penangkapan ikan zona I dan sebagian kawasan penangkapan ikan zona II. Zona penangkapan ikan khusus dengan alat bergerak direncanakan pada kawasan perairan timur yang sekaligus dipadukan pemanfaatan ruangnya dengan aktivitas rekreasi berlayar (sailing) dan jalur perhubungan laut.

(3) Zona Water Sport ;Zona ini khusus diperuntukkan bagi kegiatan olahraga air yang menggunakan perahu/boat luncur berkecepatan tinggi (boating) seperti jetsky, parasailing, skyboat, banana boat dan lain-lain. Pada zona ini ditetapkan batas-batas demarkasi yang jelas untuk menjaga keamanan bagi yang menggunakan perairan sekitarnya untuk kegiatan lain. Lokasi yang ditetapkan sebagai zona boating yaitu Pantai Tanjung Benoa sampai Pantai Samuh yang meliputi di sisi dalam tubir karang dan sisi terluar terumbu karang sampai isobath 20 m.

(4) Zona Diving/SnorkelingAktivitas diving, snorkeling dan bottom glass boat merupakan aktivitas wisata yang bertumpu pada keindahan alam bawah air berupa terumbu karang dan ekosistemnya. Aktivitas-aktivitas ini dialokasikan di daerah sepanjang hamparan terumbu karang di Tanjung Benoa sampai Nusa Dua

(5) Zona Rekreasi Air ;Kegiatan yang diijinkan meliputi aktivitas rekreasi massa meliputi mandi, renang, windsurfing, surfing, kano, sepeda air dan lain-lain yang membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi baik keamanan mekanik dari aktivitas lainnya maupun

- 12 -

Page 13: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

keamanan faktor oseanografi serta pencemaran yang diakomodasikan di Pantai Nusa Dua dan Pantai Geger.

(6) Zona Pangkalan Pendaratan Ikan ;Sesuai dengan kondisi eksisting, zona lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Kuta Selatan diarahkan di Kelurahan Tanjung Benoa.

(7) Zona Upacara Keagamaan ;Lokasi-lokasi yang diperuntukkan secara tradisional bagi kepentingan upacara keagamaan seperti melasti dan nganyud tersebar di Pantai Tanjung Benoa, Pantai Samuh (Club Med), Pantai Geger, Pantai Pengiat, Pantai Sawangan dan Pantai Jimbaran.

(8) Zona Budidaya Laut ;Merupakan zona yang diperuntukkan bagi kegiatan budidaya rumput laut dan biota laut lainnya yang memanfaatkan perairan di Pantai Sawangan dan Pantai Kutuh.

Pasal 13

Pembagian pemanfaatan ruang yang dimaksud Pasal 9 s/d Pasal 12 ini tertuang dalam lampiran peta dari keputusan ini.

BAB VIIKETENTUAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Bagian PertamaTata Bangunan

Pasal 14

Tata bangunan di Kecamatan Kuta Selatan diarahkan dan diatur sebagai berikut :1. Bangunan Perumahan ;

a. Rumah Kapling Besar :- Luas persil minimum 1.400 m2.- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 30 %. - Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan depan

disesuaikan dengan garis sempadan jalan.- Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan belakang

minimum 2 meter.b. Rumah Kapling Sedang :

- Luas persil minimum 600 m2.- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 40 %. - Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan depan

disesuaikan dengan garis sempadan jalan.- Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan belakang

minimum 2 meter.- Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan samping

minimum 2 meter.c. Rumah Kapling Kecil :

- Luas persil dibawah 600 m2.- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 50 %. - Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan depan

disesuaikan dengan garis sempadan jalan.- Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan belakang

minimum 2 meter.- Jarak tembok atau struktur bangunan dengan tembok pekarangan samping

minimum 2 meter.d. Bangunan Fasilitas Pendidikan :

- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 50 %.

- 13 -

Page 14: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

- Ketinggian bangunan maksimum 10 meter. - Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan/pantai. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter.

- Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan. e. Bangunan Fasilitas Kesehatan

- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 50 %.- Ketinggian bangunan maksimum 10 meter. - Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan/pantai. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter.

- Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan.f. Bangunan Fasilitas Perdagangan dan Jasa (toko kelontong, wartel, salon rumahan

dan kegiatan sejenis) serta bangunan industri kecil :- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 30 %.- Ketinggian bangunan maksimum 10 meter. - Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan/pantai. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter.Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan.

2. Bangunan Akomodasi Wisata ;A. Akomodasi Wisata (Hotel)

a. Luas lahan hotel minimum disesuaikan dengan ketersediaan lahan.b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 60 %. c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) fasilitas penunjang pada kawasan hotel

maksimum 30% dari point b di atas dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum 60%.

d. Ketinggian bangunan maksimum 15 meter. e. Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter. Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan/pantai.

f. Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan.B. Penunjang Akomodasi Wisata ;

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 50 %.b. Tembok keliling tingginya maksimum 1,5 meter.c. Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan/pantai. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang sesuai dengan garis sempadan jalan.

d. Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan.3. Bangunan Perdagangan dan Jasa ;

A. Perdagangan dan Jasaa. Luas lahan sesuai dengan ketersediaan lahan.b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 60 %.c. Ketinggian bangunan maksimum 15 meter.d. Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter.

e. Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan, untuk perdagangan kecil seperti toko.

f. Tempat parkir minimum 30% dari luas lahan, untuk perdagangan besar seperti pasar swalayan/supermarket dan mall.

B. Perkantoran :

- 14 -

Page 15: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

a. Luas lahan sesuai dengan ketersediaan lahan.b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 50 %.c. Ketinggian bangunan maksimum 15 meter.

d. Pagar kelilingnya maksimum setinggi 1,5 meter.e. Jarak tembok atau tiang struktur bangunan dengan :

Tembok pekarangan depan sesuai dengan garis sempadan jalan. Tembok pekarangan samping minimum 2 meter. Tembok pekarangan belakang minimum 2 meter.

f. Tempat parkir minimum 20% dari luas lahan.

4. Semua bangun-bangunan harus memperhatikan ketentuan Garis Sempadan Bangunan dan Garis Sempadan Pagar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian KeduaTata Lingkungan

Pasal 15

Tata lingkungan di Kecamatan Kuta Selatan diarahkan dan diatur sebagai berikut : a. Menjaga dan melestarikan alam dan binaan serta kondisi sosial budaya masyarakat

Bali ;b. Menjaga dan melestarikan pola tata lingkungan dan bangunan tradisional Bali ;c. Bangun-bangunan yang berada pada jalan utama (arteri dan kolektor) harus

menyediakan taman telajakan sebesar minimal 1 meter atau berdasarkan ketentuan lain yang mengatur tentang hal ini ;

d. Untuk menjaga keseimbangan tata air, maka setiap rumah dan setiap pembangunan rumah harus dilengkapi dengan sumur-sumur resapan ;

e. Ruang-ruang terbuka hijau yang ada baik berupa kuburan, jalur hijau, taman maupun lapangan olahraga tetap dipertahankan ;

f. Setiap pembangunan komplek perumahan wajib menyediakan ruang-ruang terbuka baik berupa taman maupun yang lainnya, serta harus menyediakan lahan untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum ;

g. Pada jalan utama lingkungan harus menempatkan hidrant-hidrant umum, terlebih-lebih pada kawasan padat perumahan ;

h. Setiap lingkungan perumahan harus dilengkapi oleh tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah. Untuk setiap rumah yang tidak memiliki tempat untuk mengolah sampah dapat dilakukan dengan cara membakar dan harus menyediakan tong sampah ;

i. Pembuangan limbah cair yang berasal dari akomodasi wisata serta kegiatan industri tidak diperbolehkan dibuang ke saluran drainase sebelum dilakukan pengolahan dan layak sesuai dengan rekomendasi instansi terkait ;

j. Setiap lokasi yang dapat membahayakan keselamatan manusia harus diberi penyangga sesuai dengan ketentuan yang ada sebagai runga terbuka hijau, misalnya gardu listrik, jalur listrik tegangan tinggi dan pengamanan lainnya.

BAB VIIIJARINGAN UTILITAS

Pasal 16

1) Jaringan Air Bersih a. Dalam upaya perluasan pelayanan air bersih sistem jaringannya dapat

ditingkatkan melalui kran umum maupun sambungan rumah dengan sistem perpipaan yang direncanakan mengikuti jaringan jalan baik jaringan yang telah ada maupun yang direncanakan ;

- 15 -

Page 16: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

b. Prioritas pengembangan jaringan pelayanan air bersih melalui PDAM yang didasarkan kondisi minimnya jaringan eksisting dan pesatnya perkembangan kawasan meliputi :

Prioritas I : Daerah Pelayanan Kuta Utara yaitu meliputi Legian Seminyak dan Kerobokan Klod. Untuk daerah pelayanan Kuta Selatan diarahkan di Jimbaran, Pecatu, Kutuh dan Sawangan ;

Prioritas II : Daerah Pelayanan Kuta Utara yaitu meliputi Dalung, Canggu, Kerobokan Kaja, Kerobokan, Tibubeneng dan Kuta. Daerah pelayanan Kuta Selatan meliputi Tuban, Kedonganan, Ungasan, Benoa dan Tanjung Benoa.

2) Jaringan Listrik a. Pengembangan energi listrik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk

dengan segala aktifitasnya dengan menambah jumlah kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai ;

b. Pengembangan jaringan distribusinya dapat mengikuti pola jaringan jalan yang telah ada dan tiang-tiang listrik dipasang pada telajakan jalan sehingga tidak mengganggu lalu lintas ;

c. Areal lintasan jaringan transmisi listrik bertegangan tinggi dibebaskan dari bangunan ;

d. Peningkatan pelayanan/perluasan jaringan kepada rumah tangga terutama pada tingkat banjar.

3) Jaringan Telepon a. Pengembangan jaringan telepon ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk

di mana jaringannya mengikuti pola jaringan jalan yang telah ada ;b. Pengembangan jaringan/perluasan terkait dengan fungsi kawasan sebagai

kawasan wisata dan perkembangan komplek perumahan ;c. Tiang-tiang telepon dipasang pada telajakan jalan sehingga tidak mengganggu

lalu lintas.

4) Jaringan DrainasePengembangan jaringan drainase meliputi sistem drainase dan penanganan terhadap sistem drainase makro dan drainase mikro.a. Pengembangan drainase diarahkan atau berpedoman pada kriteria :

Perencanaan drainase berupa sistem dan sub sistem dengan pola aliran yang jelas antara sungai (pembuangan utama) yang satu dengan saluran pembuangan yang lain dan didasarkan atas daerah aliran (watershed) yang tercakup dalam sistem drainase yang direncanakan ;

Frekwensi banjir untuk pembuangan utama adalah sekali dalam 25 tahun atau banjir yang mempunyai peluang kejadian 4% setiap tahun dan pembuangan sekunder sekali dalam 5 tahun atau banjir yang mempunyai kejadian 20% setiap tahun.

b. Penanganan terhadap sistem drainase makro meliputi : Untuk mengurangi beban aliran yang masuk ke saluran pembuangan utama

Tukad Mati perlu dibuatkan sodetan (saluran diversi) yang dilengkapi bangunan pelimpah samping dan pintu-pintu ;

Penampang alur sungai /tukad yang mengalami penyempitan harus dilakukan normalisasi ;

Untuk mempertahankan koefisien limpasan (run-off) yang ada saat ini perlu dilakukan pengendalian pertumbuhan perkotaan ke arah hulu, daerah utara kawasan Kuta sebagai daerah pertahanan banjir ;

Untuk memanfaatkan air limpasan permukaan secara optimal pada kawasan Kuta Selatan terutama pada lingkungan Kampus Unud perlu dibangun embung untuk memenuhi penyediaan air baku dan berfungsi sebagai pengendalian aliran waktu banjir ;

Beberapa sungai yang terdapat di Semenanjung Bukit yang arah alirannya menuju Utara perlu dilakukan normalisasi pada bagian hilirnya.

c. Penanganan terhadap sistem drainase mikro meliputi :

- 16 -

Page 17: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

Saluran pembuangan tersier dan sekunder merupakan subsistem dari sistem drainase dengan pola aliran dan batas-batas pelayanan ;

Saluran drainase hanya menerima limpasan permukaan akibat hujan dan tidak menerima air buangan yang dihasilkan dari aktivitas kamar mandi dan dapur. Saluran drainase harus dipisahkan dari saluran-saluran lainnya seperti saluran air limbah, saluran irigasi dan lain-lain ;

Saluran pembuangan irigasi yang mengalami pendangkalan dan sebagai pembuangan air hujan harus dilakukan normalisasi ;

Untuk daerah berkembang dan daerah yang belum memiliki saluran drainase secara permanen diharapkan telah tertata dengan saluran drainasenya. Pembuatan saluran drainase agar mengikuti pola aliran sesuai kemiringan topografi yang terdapat pada sistem drainase ;

Bangunan pelengkap seperti jembatan dan gorong-gorong yang tidak mampu mengalirkan debit rencana harus dilakukan perubahan dimensi penampang pada bangunan pelengkap tersebut ;

Pemeliharaan saluran dengan pembersihan endapan lumpur pada waktu tertentu perlu dilakukan agar penampang saluran dapat mengalirkan debit maksimum. Pemeliharaan saluran dengan penggelontoran secara berkala masih dapat dimungkinkan dengan memanfaatkan saluran irigasi yang masih berfungsi.

5) Jaringan Pembuangan Air LimbahPengelolaan air limbah melalui sistem pengelolaan air limbah secara komunal dibagi kedalam beberapa zona pelayanan instalasi pengolahan air limbah yaitu :a. Zona I : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem Waste Water

Garden (WWG) untuk daerah cakupan Dalung sebagai instalasi pengolahan air limbah permukiman perkotaan ;

b. Zona II : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG meliputi daerah Kerobokan Kaja, Kerobokan dan Kerobokan Klod yang berlokasi di Kerobokan Kelod merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman penduduk ;

c. Zona III : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG meliputi Kelurahan Seminyak dan Legian merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman ;

d. Zona IV : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG meliputi Kelurahan Seminyak dan Legian pada sisi pantai merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman dan hotel ;

e. Zona V : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG meliputi Kelurahan Kuta dengan memanfaatkan lahan di pinggir Tukad Mati merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman dan hotel ;

f. Zona VI : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG yang meliputi daerah layanan Kartika Plaza sampai Bandara Ngurah Rai merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman, hotel, dan komersial berlokasi di Banjar Segara Tuban ;

g. Zona VII : instalasi pengolahan air limbah komunal dengan sistem WWG yang meliputi daerah Tuban, Kedonganan, Jimbaran, Ungasan, Pecatu dan Kampus UNUD merupakan instalasi pengolahan air limbah permukiman dan hotel yang berlokasi di Kedonganan ;

h. Zona VIII : instalasi pengolahan air limbah BTDC dengan sistem kolam fakultatif yang meliputi cakupan Kelurahan Tanjung Benoa, Benoa, Nusa Dua dan Bualu.

6) Jaringan Pengelolaan Sampaha. Pengembangan jaringan pengelolaan sampah meliputi pengembangan jumlah

tempat sampah, transfer depo atau TPS dan TPA serta jaringan pengangkutan sampah.

b. Jaringan pelayanan pengangkutan sampah yang berfungsi sebagai pengumpul sampah dari tempat sampah dan kontainer ke TPS dari daerah-daerah permukiman, komersial dan fasilitas umum perlu diperluas jangkauannya agar

- 17 -

Page 18: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

sampah-sampah yang terkumpul dapat terangkut dengan sehingga tidak menimbulkan permasalahan sanitasi lingkungan di lokasi pengumpul.

BAB IXPENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pasal 17

(1) Pengendalian dan pengawasan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan, guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan rencana sebagaimana yang dimaksud pasal 3 keputusan ini dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk ;

(2) Keterpaduan pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Badung.

Pasal 18

(1) Pengendalian pembangunan fisik di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dilakukan melalui kewenangan perijinan yang ada pada instansi terkait ;

(2) Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentangan dengan keputusan ini menjadi wewenang Camat/Kepala Kecamatan bersama Kepala Desa/Lurah setempat dan dalam waktu selambat-lambatnya 3 x 24 jam wajib melaporkan kepada Kepala Daerah ;

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 19

Barang siapa melanggar ketentuan rencana pemanfaatan ruang yang ditentukan dalam keputusan ini dikenai sanksi oleh instansi terkait sesuai dengan kewenangan dan ketentuan yang berlaku untuk itu.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 20

(1) Untuk bangunan-bangunan yang telah ada sebelum ditetapkan keputusan ini tetapi tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur, tidak dilakukan pembongkaran atau pemindahan akan tetapi tidak diperkenankan untuk diperluas atau dikembangkan ;

(2) Untuk rencana pembangunan yang telah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebelum ditetapkannya keputusan ini, dan tidak sesuai dengan keputusan yang telah diatur, pembangunannya dapat dilanjutkan sesuai ijin yang dimiliki, akan tetapi tidak diperkenankan untuk diperluas atau dikembangkan ;

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

- 18 -

Page 19: Keputusan-Bupati-Badung-No.-639-Tahun-2003

Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan Bupati Badung Nomor 76 Tahun 2000 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Kuta dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 22

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : BadungPada Tanggal : 6 Mei 2003

BUPATI BADUNG

A.A. NGURAH OKA RATMADI

Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :1. Gubernur Bali di Denpasar2. Ketua DPRD Propinsi Bali di Denpasar3. Ketua DPRD Kabupaten Badung di Denpasar4. Kepala Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Badung di Denpasar5. Kepala Bappeda Kabupaten Badung di Denpasar6. Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung di Denpasar7. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung di Denpasar8. Kepala Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Badung di Denpasar9. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Badung di Denpasar10. Kepala Bagian Pembangunan Setda. Kabupaten Badung di Sempidi11. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda. Kabupaten Badung di Sempidi

- 19 -